Anda di halaman 1dari 19

Kreativitas Guru Pendidikan Agama Islam dan Metode Pembelajaran Blended

Learning dalam Meningkatkan Kualitas Belajar Peserta Didik di SMK Negeri


Tegalwaru Purwakarta
MINI THESIS
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif dengan Dosen
Pengampu DR. H. Rudolf Chrysoekamto.

Di susun oleh:

DIDIN SYAPRUDIN
NANA SUPRIATNA ARIP MULYANA
WILDA FAUZIYAH AHMAD MUNAWAR

PRODI S2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUTE PESANTREN K.H ABDUL CHALIM

Jalan Raya Tirtowening No.17, Bendunganjati, Pacet, Bendorejo,


Bendunganjati, Kec. Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur 61374
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
Rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan mini thesis dengan judul ”Kreativitas Guru
Pendidikan Agama Islam dan Metode Pembelajaran Blended Learning dalam
Meningkatkan Kualitas Belajar Peserta Didik di SMK Negeri Tegalwaru
Purwakarta” dan terselesaikan tepat pada waktunya. Mini Thesis ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metodelogi Peneliltian Kuantitatif.
Tugas ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata usaha sendiri melainkan
dikerjaklan secara bersama dengan kelompok yang telah dibentuk, dan berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr. H. Rudolf Chrysoekamto, M.Si, selaku Dosen pada mata kuliah Metodelogi
Penelitian Kuantitatif.
2. Seluruh Anggota Kelompok 3 yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Keluarga yang telah memberikan dorongan, bantuan, dan doa, serta pengertian yang besar
kepada penulis, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan
proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Mini Thesis Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk menyempurnakan Mini Thesis ini. Besar harapan penulis semoga ini
bermamfaat bagi pembaca.

Purwakarta, 05 Maret 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
C. Tujuan dan Manfaat penelitian..................................................................................................3
BAB II.....................................................................................................................................................5
KAJIAN TEORI.........................................................................................................................................5
A. Kreativitas Guru.........................................................................................................................5
B. Metode Pembelajaran...............................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................................................15
METODE PENELITIAN...........................................................................................................................15
A. Rancangan Penelitian..............................................................................................................15
B. Populasi dan sampel................................................................................................................15
C. Data dan Sumber Data.............................................................................................................16
D. Pengumpulan data...................................................................................................................16
E. Instrumen penelitian...............................................................................................................16
F. Uji Validitas dan Realibilitas.....................................................................................................16
G. Teknik Analisis Data.................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Guru sejuta citra1 memiliki penilaian kesan yang baik (impresif) terhadap keseluruhan penampilan
sosok guru secara ideal dalam lingkup posisi, waktu dan tempat tertentu berdasarkan kaidah-kaidah
norma tertentu2. Berbagai pandangan penilaian terhadap guru, harga dan citranya, bagi siswa guru
adalah sosok sumber motivasi belajar yang menyenangkan. Pada umumnya siswa memberikan citra
yang baik terhadap guru yang memiliki berbagai sumber keteladanan, ramah, penyayang, sabar,
menguasai materi ajar, mampu mengajar dengan suasana menyenangkan. Sementara guru menurut
orang tua siswa dan masyarakat, diharapkan dapat menjadi mitra pendidik, pembimbing yang
sejatinya sama dengan mereka sebagai orang tua. Masyarakat memberikan citra yang baik terhadap
guru yang mampu menjadi orang tua di sekolah sehingga dapat melengkapi, menambah, dan
memperbaiki pola-pola pendidikan di tengah keluarga.

Setiap individu memiliki keinginan untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Perubahan
tersebut dapat tercapai dengan belajar. Begitu juga peserta didik di sekolah, mereka memiliki
keinginan untuk berubah, mengetahui banyak hal, berkeinginan meningkatkan kreativitas dan
intelektual yang ada dalam dirinya. Seorang peserta didik harus mengerti bahwa belajar memiliki
beberapa maksud mengungkapkan beberapa maksud tersebut yaitu 3:

1) Mengetetahui suatu kepandaian, kecakapan, atau konsep yang sebelumnya tidak Pernah
diketahui;
2) Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat baik tingkah laku maupun
keterampilan;
3) Mampu mengombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam suatu pengertian baru,
baik keterampilan, pengetahuan, konsep maupun sikap/tingkah laku; dan
4) Dapat memahami dan/atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

Namun dalam perjalanan proses belajar peserta didik mengalami berbagai macam kondisi
psikologis diantaranya naik turunnya dorongan untuk belajar atau motivasi untuk belajar. Motivasi
adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam bidang

1
Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi dari Guru untuk Guru (Bandung: Alfabeta, 2013), 220
2
Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep.…
3
Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta
AM Sardiman - Raja Grafindo Persada, 2011

1
2

Pendidikan motivasi tentunya berorientasi pada pencapaian kondisi psikologis yang mendorong
seseorang untuk semangat dalam dalam belajarnya. 4 Selama ini banyak peserta didik seperti
kehilangan motivasi dalam belajar. Secara fisik mereka hadir di ruang kelas hanya untuk melakukan
rutinitas belajar sesuai jadwal pelajaran yang sudah disusun oleh sekolah. Peserta didik hanya
sebagai objek dan hanya menampung apa yang disampaikan oleh guru, sehingga mereka kehilangan
tujuan untuk apa mereka belajar dan belajar di sekolah hanya formalitas saja. Kegiatan
pembelajaran pun menjadi pasif dan membosankan. Interaksi antara guru dan peserta didik yang
kaku menyebabkan peserta didik tidak termotivasi untuk belajar.

Sejalan dengan hal tersebut, dunia pendidikan mengalami perubahan drastis dalam beberapa
tahun terakhir, baik karena pandemi atau juga karena perkembangan teknologi. Salah satu metode
yang berkembang di dunia Pendidikan adalah metode pembelajaran, salah satunya adalah metode
pembelajaran blended learning.5 Apakah blended learning itu dan apa saja manfaatnya? adanya
pandemi Covid 19 turut memberikan perubahan dalam metode belajar dan mengajar. Salah satu
metode belajar yang dikembangkan selama beberapa tahun ke belakang adalah blended learning.

Namun disisi lain juga permasalahan akhir-akhir ini yang masih dikeluhkan oleh berbagai pihak
adalah ketidakmampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, guru masih belum paham berbagai
pendekatan, strategi, metode, dan media yang digunakan, hal ini menjadi penyebab utama terjadinya
kemerosotan hasil pembelajaran di lembaga pendidikan. Hasil observasi awal menunjukkan fenomena,
bahwa dalam proses pembelajaran guru mengajar sering tanpa didukung dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang baik, pelaksanaan pembelajaran yang tanpa persiapan dari guru menjadi
proses pembelajaran yang tidak dapat diterima dan tidak menarik bagi siswa, kegiatan pembelajaran
yang tidak terorganisir dengan baik membuat seorang guru menjadi momok bagi siswa. Situasi yang
lebih mejenuhkan siswa adalah seorang guru tidak terampil menggunakan media pembelajaran
berbasis teknologi informasi. Sementara diamati dari aktifitas atau kegiatan pembelajaran yang
berlangsung di sekolah atau madrasah juga dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah
keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, dan kondisi lingkungan di sekitar siswa
(rumah,sekolah dan masyarakat). Sabri dalam Ilmu Pendidikan menjelaskan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran, yaitu: pendidik, peserta didik, tujuan, alat atau
media dan lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang kreatifitas guru dan motivasi belajar peserta
didik. Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan dalam diri seseorang
baik pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya maupun keterampilannya. Dalam
4
Thoifuri. (2013). Menjadi Guru Inisiator. Semarang: Media Campus
5
https://www.ruangkerja.id/blog/author/vindiasari-yunizha
3

belajar seorang peserta didik memerlukan motivasi atau dorongan baik dari dalam maupun dari
luar. Jika peserta didik memiliki motivasi belajar yang kuat maka materi pelajaran akan ringan dan
mudah serta proses belajarpun menjadi menyenangkan. Kreativitas guru adalah salah satu
pendorong motivasi belajar. Guru kreatif dapat mengembangkan kemampuannya ide ide baru dan
cara-cara baru dalam mengajar. Untuk mendorong kreativitas guru perlu ada upaya yang harus
dilakukan baik oleh kepala sekolah berupa supervisi, pembinaan dan pengembangan, pemberian
penghargaan, dan menciptakan suasana kerja yang menyenangkan. Maupun upaya yang dilakukan
oleh guru itu sendiri yaitu memperluas wawasan, mengembangkan lingkungan fisik pembelajaran,
mengembangkan keterbukaan, dan optimalisasi pemanfaatan teknologi pembelajaran. Kreativitas
guru dapat berupa kreativitas dalam manajemen kelas dan penggunaan media pembelajaran. Cara
untuk memunculkan motivasi yang dapat dilakukan guru antara lain memberi angka,hadiah,
kompetisi, ego involvement, ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat belajar, minat,
dan tujuan yang diakui dan yang yang paling utama adalah metode pembelajaran yang maju dan
berkembang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pokok-pokok pikiran yang penulis sampaikan dalam latar belakang

masalah, kemudian dilakukan idntifikasi masalah dan pembatasan masalah dalam penelitian

ini, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kreativitas guru Pendidikan Agama Islam di SMKN Tegalwawu.


2. Seperti apa penerapan metode pembelajaran blended learning.
3. Adakah peningkatan kualitas belajar peserta didik dengan metode tersebut.

C. Tujuan dan Manfaat penelitian


a. Tujuan

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dan mencari solusi dari berbagai
permasalahan dalam pembelajaran di lembaga pendidikan. Mengkaji dan meneliti kembali berbagai
hasil penelitian tentang masalah pembelajaran, sehingga diharapkan dapat memperoleh peningkatan
profesionalitas guru dalam melaksanakan pembelajaran. Melakukan inovasi media dan metode
pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran menjadi aktif yakni terjadinya aktifitas pembelajaran
kolaboratif antara guru dengan siswa dan siswa sesama siswa.
4

b. Manfaat

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penulis mengharapkan penelitian ini memberi manfaat
bagi semua kalangan antara lain sebagai berikut:

1. Bermanfaat bagi setiap guru khususnya guru mata pelajaran Pendidikan agama islam
umumnya semua guru yang ada di Indonesia.
2. Peserta didik dapat meningkatkan minat belajar dengan metode pembelajaran blended
learning.
3. Dapat meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan metode pembelajaran di
tingkat satuan Pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kreativitas Guru

1. Pengertian Kreativitas

Menurut kebanyakan orang kata kreatif berarti menciptakan sesuatu yang belum pernah
ada sebelumnya, dan dalam Bahasa Inggris adalah 'create' yang artinya menciptakan,
membuat, atau menimbulkan dan 'creative' yang artinya memiliki daya cipta. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (1) kata kreatif memiliki arti memiliki daya
cipta; memiliki kemampuan untuk menciptaka, (2) bersifst mengandung daya cipta;
pekerjaan yang menghendaki kecerdasan dan imajinasi. Inovatif sendiri menurut KBBI
berarti, bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru, bersifat pembaruan (kreasi baru)
Kreatif diambil dari bahasa Latin yaitu “Creo”, yang berarti ”to create” dalam bahasa Inggris.
Kata kuncinya adalah “buat”. Menurut saya sendiri, kreatif adalah segala daya kreasi kita
untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah ada /mengembangkan yang sudah ada atau
belum pernah diperkirakan oleh orang lain sebelumnya, untuk mempermudah segala urusan
kita.

Dengan kata lain kreativitas adala pengejawantahan sebuah imajinasi dengan tujuan
membuat sebuah terobosan baru terbarukan yang belum pernah ada sebelumnya atau,
engembangkan yang sudah diciptakan agar lebih terasa manfaatnya.

Adapun pngertian kreativitas menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:

a. James J. Gallagher (1985) “Creativity is a mental process by which an individual


creates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in fashion
that is novel to him or her.” Pengertian kreativitas adalah suatu proses mental yang
dilakukan individu berupa gagasan atau produk baru, atau mengombinasikan antara
keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya. 6
b. Widayatun Pengertian kreativitas adalah kemampuan memecahkan masalah yang
memberikan individu mampu menciptakan ide-ide asli atau adaptif fungsi
kegunaannya secara penuh untuk berkembang.
c. Chaplin (1989) 7Pengertian kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk
baru menggunakan metode-metode baru.

6
James J. Gallagher (1985). Teaching the gifted child. Boston: Allyn and Bacon, inc.
7
Chaplin, J.P. 1989. Kamus lengkap Psikolog. Terj. Dr. Kartono dan Kartini. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada

5
6

d. Clarkl Monstakis (dalam Munandar, 1995) Pengertian kreativitas adalah pengalaman


mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu
antara hubungan diri sendiri, alam, dan orang lain.
e. James R. Evans Pengertian kreativitas adalah keterampialn menentukan pertalian
baru dengan melihat subjek perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi
baru dari dua atau lebih konsep dalam pikiran.
f. Semiawan (1997) Pengertian kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan
gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.
g. Santrock Pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk memikirkan
sesuatu dengan cara baru dan tidak biasa serta mendapatkan solusi-solusi yang unik.
h. Supriadi (1994) Pengertian kreativitas adalah kemampuan seseorang melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada.
i. Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995) Pengertian kreativitas adalah sebagai
produk berkaitan dengan penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru,
daripada akumulasi keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku.
j. Munandar Pengertian kreativitas adalah kemampuan mengombinasikan. memecah
masalah, dan cerminan dari kemampuan operasional anak kreatif. 8
2. Kreativitas guru

Seorang guru harus kreatif, karena isi dalam sebuah Pendidikan khususnya Pendidikan
agama islam akan menyumbang keberlangsungan peserta didik agar terbentuk jiwa yang
kreatif. Kreativitas menunjukan eksplorasi gagasan gagasan dan kegiatan baru dan
memberikan kepuasan serta dorongan untuk memperluas eksplorasinya.

Dalam pembelajaran kreativitas seorang guru dapat membantun peserta didik


mengembangkan kemampuan yang dimiliknya mengembangkan bakat yang ada pada diri
peserta didik serta dapat mempertahankan kompetensi yang ada pada dirinya. Kreativitas
guru akan memudahkan peserta didik dalam menerima dan memahami materi pelajaran
yang diberikan oleh guru.

Membangun kreativitas guru membutuhkan proses, ia tidak terlahir secara tiba-tiba,


ada proses yang mengawalinya seperti: Pertama belajar dari pengalaman belajar, baik
diperoleh dari pengalaman sendiri maupun dari guru yang lain 9. Guru dapat belajar dan

8
https://hot.liputan6.com/read/4642513/10-pengertian-kreativitas-menurut-para-ahli-dan-cara-melatihnya
9
Jihad, Asep. Dkk. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo
7

merefleksikan perjalanan proses belajar mengajarnya ke dalam praktik pembelajaran


Bersama siswa. Kedua, rasa cinta dan kasih saying yang mendalam terhadap murid-muridnya
agar mereka menjadi manusia ideal dimasa yang akan datang. Cinta adalah energi
kehidupan. Cinta merupakan sumber pemicu yang kuat atas lahirnya kreativitas. Jika ada
jiwa dan kasih sayang maka rasa dan jiwa guru terlibat dalam proses pengajaran dan
pendidikannya sehingga terbentuk totalitas kinerja guru. Perasaan siswa dapat menangkap
cinta kasih gurunya sehingga terjalin hubungan psikologis antara siswa dan guru. Ketiga,
adanya tanggung jawab yang mendalam tehadap tugasnya. Keempat, Guru giat belajar
untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, kepribadian, dan keterampilannya yang
berhubungan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. Pada abad 21, guru
diharapkan mampu melaksanakan proses pembelajaran yang bertumpu pada empat pilar
belajar sebagamana direkomendasikan oleh UNESCO, yaitu:

1. Learning to know
2. Learning to do
3. Learning to be
4. Learning to live together 54

Mencermati keempat pilar tersebut, seorang guru dituntut untuk kreatif, bekerja secara
tekun dan harus mampu dan mau meningkatkan kemampuannya. Berdasarkan
tuntutan tersebut, seorang guru akhirnya dituntut untuk berperan aktif dan lebih
kreatif.
B. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah sebuah proses sistematis dan teratur yang dilakukan oleh
guru atau pendidik dalam menyampaikan materi kepada siswanya. Pendapat lain juga
mengatakan bahwa learning methods merupakan sebuah strategi atau taktik dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di dalam kelas yang diaplikasi tenaga pendidik agar
tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan bisa tercapai dengan baik.

Melalui cara ini maka diharapkan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Dengan demikian sangat penting bagi seorang pendidik untuk mengenal metode dalam
pembelajaran supaya siswa merasa semakin bersemangat saat mengikuti pembelajaran di
dalam kelas. Selain itu, pemilihan metode yang tepat, membuat siswa tidak cepat merasa
bosan atau jenuh ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.
8

2. Tujuan Metode Pembelajaran

Tujuan utama dari metode pembelajaran yaitu membantu mengembangkan


kemampuan secara individu para siswa agar mereka mampu menyelesaikan masalahnya.
Lebih jelasnya, berikut beberapa tujuan metode dalam pembelajaran:

 Membantu siswa mengembangkan kemampuan individual para siswa supaya


mereka bisa mengatasi permasalahannya menggunakan terobosan solusi alternatif.
 Membantu kegiatan belajar mengajar agar pelaksanannya bisa dilakukan
menggunakan cara terbaik.
 Memudahkan dalam menemukan, menguji serta menyusun data yang diperlukan
sebagai upaya mengembangkan disiplin sebuah ilmu.
 Mempermudah proses pembelajaran dengan hasil terbaik agar tujuan pengajaran
bisa tercapai.
 Menghantarkan suatu pembelajaran ke arah ideal secara cepat, tepat dan sesuai
harapan.
 Proses pembelajaran bisa berjalan dengan suasana yang lebih menyenangkan serta
penuh motivasi sehingga siswa mudah memahami materi.

Dunia pendidikan memang tidak bisa terlepas dari model pembelajaran yang berbeda di
masing masing tingkat pendidikan. Dalam sebuah proses belajar memang tidak hanya
sekedar proses memberikan pelajaran saja. Melainkan juga melibatkan metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk mentransfer ilmu kepada siswa-siswanya.

3. Metode Pembelajaran Blended Learning


a. Pengertian blended learning

Metode blended learning adalah bentuk penyempurnaan dari sistem e-learning,


dimana dengan menggunakan metode blended learning, maka pembelajaran bisa
dilakukan dua arah dan lebih efektif dibandingkan hanya guru yang mengajar atau
menjelaskan atau satu arah 10. Metode blended learning pada dasarnya adalah merupakan
gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka dan secara virtual.
Metode blended learning  merupakan sebuah kemudahan pembelajaran yang
menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran.
Di dalam metode blended learning, siswa juga dikenalkan dengan berbagai pilihan media
pembelajaran, antara menjadi fasilitator atau hanya mendapat materi pembelajaran saja.

10
https://sevima.com/pengertian-dan-manfaat-model-pembelajaran-blended-learning/
9

Selain itu, metode blended learning juga merupakan sebuah kombinasi pembelajaran


tatap muka (face-to-face) dan pembelajaran jarak jauh atau daring. Tetapi lebih jauh dari
itu, metode blended learning dijadikan sebagai elemen utama dalam interaksi sosial. Hal
ini dilakukan untuk membantu siapa saja terutama siswa atau peserta didik untuk bisa
tetap belajar tanpa terpaku pada waktu dan tempat. Meski demikian, beberapa siswa
masih tetap membutuhkan waktu pembelajaran tatap muka (PTM) sehingga dibutuhkan
proses pembelajaran tatap muka di kelas untuk membahas dan sebagai kelengkapan
proses belajar yang sudah diberikan melalui daring. Artinya, metode blended learning ini
merupakan metode pembelajaran terpadu antara di kelas dan e-learning. Dilakukannya
metode blended learning ini dirasa lebih efektif karena mengingat selama pandemi,
pembelajaran jarak jauh atau daring saja dirasa memiliki berbagai kekurangan yang bisa
ditutup dengan melakukan pembelajaran tatap muka atau luring. Siswa yang kesulitan
belajar daring dimudahkan dengan bertemu atau bertatap muka dengan gurunya.

Belajar di dalam kelas maupun secara e-learning dinilai memiliki kelebihan dan


kekurangan masing-masing sehingga menjadi dasar terbentuknya metode  blended
learning. Seperti contohnya kekurangan belajar di dalam kelas yang terbatas waktu dan
tempat dan materi yang didapat hanya bersumber dari sekolah tersebut saja. Tetapi
pembelajaran tatap muka atau di kelas memiliki kelebihan dapat bertemu guru dan para
siswa bisa langsung mendapat feedback dari guru mereka atas pencapaian yang sudah
dilakukannya. Begitu juga sebaliknya, belajar menggunakan internet atau  e-
learning memang tidak terbatas tempat dan waktu, ada kekurangan yang dimiliki.
Kekurangan yang dimiliki siswa saat pembelajaran menggunakan internet atau dengan
daring yakni tidak ada guru yang mendampingi sehingga siswa tidak bisa langsung
mendapatkan feedback atas pencapaian yang mereka lakukan dan cenderung mengalami
berbagai salah pengertian. Sehingga harapannya, pembelajaran metode blended
learning ini menjadi jalan keluar bagi siswa yang memiliki berbagai keterbatasan dan
kekurangan selama melakukan pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh. Meski
demikian, pembelajaran tatap muka tak selalu efektif, sehingga cara paling tepat adalah
melakukan blended learning. Bisa disebut juga, metode blended learning merupakan
gabungan dari dua model pembelajaran yang terpisah, yakni pembelajaran tradisional
dengan pembelajaran yang berbasis teknologi komputer dengan penekanan yang
digunakan di dalam pengertian yang sudah dijelaskan yaitu fokus pada teknologi
komputer yang sedang berkembang dan internet. Selain itu, metode
pembelajaran blended learning dirasa jadi jawaban paling tepat untuk mengatasi
10

berbagai masalah pembelajaran dan menjadi bekal untuk menghadapi tren pembelajaran
di masa mendatang. Karena penekanan metode pembelajaran blended learning ini
menekankan pada gabungan metode konvensional yakni pembelajaran tatap muka (face-
to-face) dan metode daring atau pembelajaran jarak jauh, maka diperlukan berbagai
persiapan yang matang dan kesiapan tersebutlah yang kemudian jadi kunci utama
keberhasilan pembelajaran blended learning.

b. Konsep Metode Blended Learning

Konsep blended learning merupakan cara pembelajaran baru di mana menggabungkan


strategi tatap muka di ruang kelas dan pembelajaran jarak jauh atau daring (online).
Penerapan pembelajaran campuran merupakan cara kreatif dan inovatif untuk
meningkatkan keberhasilan peserta didik dalam mendapatkan pengajaran di satuan
pendidikan. Sementara menurut Association for Talent Development, blended learning atau
pembelajaran campuran merupakan praktik menggunakan beberapa media dalam satu
kurikulum dan menggabungkan pembelajaran formal dan informal, seperti kegiatan belajar
di kelas, online, dan pembelajaran langsung di lapangan, serta pembinaan pekerjaan.
Menurut Semler (2005) “Blended learning combines the best aspects of online learning,
structured face-to-face activities, and realworld practice. Online learning systems,
classroom training, and on-the-job experience have major drawbacks by themselves. The
blended learning approach uses the strengths of each to counter the others’ weaknesses.”
Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan
berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran,
memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang
mendapat pengajaran. Blended learning juga sebagai sebuah kombinasi pengajaran
langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari
interaksi sosial. Blended learning merupakan pembelajaran yang didukung oleh
kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran yang
berbeda serta ditemukan pada komunikasi terbuka diantara seluruh bagian yang terlibat
dengan pelatihan”. Sedangkan untuk keuntungan dari penggunaan blended learning
sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi
lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial yaitu:

 Adanya interaksi antara pengajar dan mahasiswa


 Pengajaran pun bisa secara online ataupun tatap muka langsung
 Blended Learning = combining instructional modalities (or delivery media),
11

 Blended Learning = combining instructional methods

Manfaat dari penggunaan e-learning dan juga blended learning dalam dunia pendidikan


saat ini adalah e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
mengakses pelajaran. mahasiswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat
pelajaran disampaikan, e-learning bisa dilakukan dari mana saja baik yang memiliki akses
ke Internet ataupun tidak.

E-learning memberikan kesempatan bagi peserta didik secara mandiri memegang kendali
atas keberhasilan belajar. Peserta didik bebas menentukan kapan akan mulai, kapan akan
menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu.
Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, peserta didik bisa
menghubungi guru baik melalui email, chat atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu
tertentu. Perkembangan model blended learning yang akhir-akhir ini semakin pesat tidak
hanya meningkatkan fleksibilitas dan individualisasi pengalaman belajar peserta didik,
tetapi juga memungkinkan pengajar untuk mengefektifkan waktu yang mereka habiskan
sebagai fasilitator pembelajaran.

c. Macam- macam blended learning

Ada macam-macam model blended learning yang telah dikembangkan. Sebagian juga
menyebutkan model ini juga sama dengan jenis-jenis blended learning. Langsung saja,
berikut beberapa model blended learning yang sudah diterapkan oleh berbagai lembaga
pendidikan di berbagai belahan dunia 11:

 Station Rotation Blended Learning

Station-Rotation blended learning adalah menggabungkan ketiga media atau spot


dalam satu jam tatap muka dibagi menjadi tiga. Misalkan satu tatap muka terdiri atas 90
menit, maka waktu tatap muka 90 menit itu dibagi tiga waktu untuk masing-masing
tahapan dalam spot yang berbeda yaitu 30 menit. Ketiga spot tersebut terdiri atas online
instruction (e-learning), Teacher-led instruction, dan Collaborative activities and stations.

 Lab Rotation Blended Learning

Model Lab Rotation Blended Learning mirip dengan Station Rotation, yaitu
memungkinkan peserta didik mempunyai kesempatan untuk memutar media/mata

11
https://blog.lintasarta.net/article/solution/smart-city/smart-campus//apa-itu-metode-pembelajaran-blended-learning
12

pelajaran melalui jadwal yang telah ditetapkan namun dilakukan menggunakan


laboratorium komputer khusus yang memungkinkan dilakukan pengaturan jadwal yang
fleksibel dengan guru. Dengan demikian diperlukan laboratorium komputer.

 Remote Blended Learning atau Enriched Virtual

Dalam pembelajaran Remote Blended Learning, fokus peserta didik adalah


menyelesaikan pembelajaran online, mereka melakukan pembelajaran tatap muka dengan
guru hanya sesekali sesuai kebutuhan. Pendekatan ini berbeda dari model Flipped
Classroom dalam keseimbangan waktu pengajaran tatap muka online. Dalam model
pembelajaran Remote Blended Learning, pesrta didik tidak akan belajar secara tatap muka
dengan guru setiap hari, tetapi dalam pengaturan flipped. Siswa menyelesaikan tujuan
pembelajaran secara individu.

 Flex Blended Learning

Flex termasuk dalam jenis model Blended Learning di mana pembelajaran online
adalah inti atau tulang punggung pembelajaran peserta didik, namun masih didukung oleh
aktivitas pembelajaran offline. Peserta didik melanjutkan pembelajaran yang dimulai di
dalam kelas nyata dengan jadwal yang fleksibel yang disesuaikan secara individual dalam
berbagai modalitas pembelajaran. Sebagian besar peserta didik masih belajar di sekolah,
kecuali untuk pekerjaan rumah. Guru memberikan dukungan pembelajaran tatap muka
secara fleksibel dan adaptif sesuai kebutuhan melalui kegiatan seperti pengajaran
kelompok kecil, proyek kelompok, dan bimbingan pribadi.

 The ‘Flipped Classroom’ Blended Learning

Blended learning versi Flipped Classroom ini merupakan versi yang paling banyak
dikenal, Flipped Classroom dimulai dari pembelajaran peserta didik yang dilakukan secara
online di luar kelas atau di rumah dengan konten-konten yang sudah disediakan
sebelumnya. Setelah melakukan proses pembelajaran online di luar sekolah, peserta didik
kemudian memperdalam dan berlatih memecahkan soal-soal di sekolah Bersama guru dan
/ atau teman kelas. Dengan demikian bisa dianggap peran pembelajaran tradisional di
kelas menjadi “terbalik”. Pada dasarnya pembelajaran ini masih mempertahankan format
pembelajaran tardisional namun dijalankan dengan konteks yang baru.

 Individual Rotation Blended Learning


13

Model Individual Rotation memungkinkan peserta didik untuk memutar melalui media-
media pembelajaran yang telah disediakan, tetapi sesuai jadwal individu yang ditetapkan
oleh guru. Tidak seperti model rotasi lainnya, peserta didik tidak perlu harus mengikuti
setiap mata pelajaran; mereka hanya mengikuti ke aktivitas yang dijadwalkan pada daftar
pelajaran mereka. Selain ke-6 model tersebut masih ada model lain lho, walaupun jarang
digunakan tidak ada salahnya untuk kita bahas di sini. Model-model blended learning
kemungkinan masih akan terus berkembang dan memiliki banyak varian. Setidaknya ada
beberapa model yang sudah mulai banyak digunakan di beberapa lembaga pendidikan,
diantaranya adalah Project-Based Blended Learning, Self-Directed Blended Learning,
Blended Learning Inside-Out, Outside-In Blended Learning, Supplemental Blended Learning,
Mastery-Based Blended Learning.

4. Manfaat Blended Learning

Blended learning dan adalah sebuah metode yang dapat menjadi sebuah alternatif di
Indonesia menghadapi era digital. Mengingat kini, hampir di berbagai negara telah
menggunakannya untuk meningkatkan mutu pendidikan dan membuat peserta didik dan
pengajar lebih mudah dalam proses pemberian materi pembelajaran.

Setidaknya ada beberapa manfaat utama yang dapat Anda rasakan ketika menggunakan
metode blended learning di satuan pendidikan berikut beberapa di antaranya:

a. Lebih efektif dan efisien

Tidak bisa dipungkiri lagi, setiap peserta didik memang memiliki cara belajar yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Contohnya saja, ada tipe peserta didik
yang dapat semangat belajar sembari mendengarkan musik. Di sisi lain, ada pula tipe
peserta didik yang lebih menyukai cara belajar dengan suasana yang tenang agar
semua materi mudah diserap dan lebih berkonsentrasi. Perbedaan cara belajar seperti
ini memang tidak bisa dipukul rata ketika berada di kelas. Dengan adanya metode
pembelajaran blended learning seolah merupakan jawaban dari hal tersebut. Peserta
didik dapat mengatur dan memilih waktu belajar sendiri di mana saja dan kapan saja.
Tentu saja, selain efektif ini akan memangkas biaya bahkan sampai 50% lebih rendah
bila dibandingkan dengan cara belajar konvensional.

b. Tren belajar di masa depan


14

Tren mengenai blended learning dalam perkembangannya cukup banyak diminati


oleh semua kalangan, tidak hanya bagi para peserta didik saja, tetapi juga institusi
maupun perusahaan. Ini dikarenakan metode pembelajaran blended learning
didukung dengan berbagai ragam kemudahan seseorang dalam mencari informasi
tertentu. Bahkan di sini peserta didik tidak hanya dapat mencari informasi materi dari
lembaga pendidikan mereka saja, tetapi juga dari informasi-informasi pengetahuan
yang bersifat global dan universal.

c. Mendukung Pengembangan Keterampilan Digital Peserta Didik dan Pengajar

Disadari atau tidak keberadaan metode pembelajaran blended learning juga


mampu meningkatkan keterampilan digital dalam proses belajar mengajar. Baik itu
bagi peserta didik maupun pengajar. Dengan menggunakan perangkat digital yang
terkoneksi dengan jaringan internet, para peserta didik dapat berinteraksi secara
intens dengan pengajar. Di samping itu, keberadaan blended learning dinilai
mendukung adanya akses yang adil pada sumber materi belajar maupun keahlian
khusus bagi sekolah yang berbasis kejuruan. Para peserta didik pun bisa
mengembangkan jaringan sosial dengan peserta didik lainnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan
kuantitatif penelitian survei yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal
dan pengujian hipotesis. Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat, ada
variabel independen variable (variabel yang mempengaruhi) dan dependen variabel (yang
dipengaruhi). Penelitian kuantitatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berjenis
korelasional. Metode korelasi ini berkaitan dengan pengumpulan data untuk menentukan
ada atau tidaknya pengaruh antara dua variabel atau lebih dan beberapa tingkat kuat
pengaruh tingkat hubungan dinyatakan sebagai suatu koefisien korelasi

B. Populasi dan sampel

1. Populasi
12
Menurut Gulo populasi terdiri atas sekumpulan objek yang menjadi pusat
perhatian yang daripadanya tergantung informasi yang ingin diketahui objek tersebut
disebut satuan analisis. Dalam setiap penelitian populasi yang dipilih erat
hubungannya dengan masalah yang ingin dipelajari. Adapun populasi Dalam
penelitian ini adalah peserta didik SMK Negeri Tegalwaru Purwakarta Jawa Barat
yang berjumlah 174 siswa.

2. Sampel
13
Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang baik adalah sampel yang representatif
yang artinya sampel tersebut mewakili populasi. Selanjutnya dalam menentukan
populasi atau sampel arikunto memberi pedoman bentuk sekedar ancer-ancer, jika
peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi maka mereka dapat
menentukan kurang lebih gih 25 sampai 30% dari jumlah subjek tersebut jika jumlah
anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 hingga 150, orang dan
dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, maka sebaiknya subjek
sejumlah itu diambil seluruhnya. Akan tetapi apabila peneliti menggunakan teknik

12
Gulo. W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Gramedia Widiarsa indonesia
13
Sugiono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Pendekatan kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

15
16

wawancara atau pengamatan jumlah tersebut bisa dikurangi menurut teknik


pengambilan sampel sesuai dengan kemampuan peneliti. Dalam penelitian ini sampel
yang akan diteliti  adalah seluruh peserta didik SMK Negeri Tegal Waru Kabupaten
Purwakarta Jawa Barat.
Adapun peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu dengan cara
memberikan kesempatan yang sama kepada tiap-tiap subjek untuk diambil sebagai
anggota sampel.

C. Data dan Sumber Data 

Pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti disebut sumber primer,
sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut sumber sekunder. Sumber data
merupakan tempat orang atau benda dimana peneliti dapat mengamati, bertanya atau
membaca tentang hal-hal yang berkenaan dengan variabel yang diteliti. Sumber data
secara garis besar dapat dibedakan atas tiga hal yaitu orang (person) tempat (place) dan
kertas atau dokumen (paper).
Variabel penelitian ini terdiri dari tiga variable, yaitu dua variabel bebas atau
independen variable (independent variable) dan satu Variabel terikat atau (dependent
variable). Variabel bebas adalah kreativitas guru (X1) dan media pembelajaran blended
learning (X2) sedangkan Variabel terikat adalah Peningkatan kualitas belajar peserta didik
(Y1).
Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah kreativitas guru
metode pembelajaran blended learning dan peningkatan kualitas belajar peserta didik,
sedangkan data sekunder adalah dokumen-dokumen terkait yang diperoleh dari kepala
sekolah guru karyawan dan sebagainya.

D. Pengumpulan data
E. Instrumen penelitian
F. Uji Validitas dan Realibilitas
G. Teknik Analisis Data

Anda mungkin juga menyukai