Anda di halaman 1dari 40

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN DAN GAYA BELAJAR

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMPN 1 TAKERAN


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi
Ujian Akhir Semester ( UAS ) Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan

Oleh:
NURUL LATIFAH MUNAWAROH
( NIM : 22.08.962 )
Dosen Pengampu :
Dr. Murdianto, M.S.I
PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI
PONOROGO
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................7
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka................................................................................................8
1. Penelitian Yang Relevan..................................................................................8
2. Deskripsi Teori.................................................................................................9
B. Kerangka Pikir..................................................................................................28
D. Hipotesis..........................................................................................................30
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian...............................................................................................31
B. Populasi dan Sampel......................................................................................31
1. Populasi............................................................................................................31
2. Sampel..............................................................................................................31
C. Instrumen Penelitian......................................................................................32
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................33
E. Teknik Analisis Data......................................................................................34
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam meningkatkan mutu pendidikan
banyak agenda reformasi yang telah dilaksanakan. Menurut Munzin1 bahwa
agenda reformasi yang dimaksud adalah :

1. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan


mutu pendidikan.
2. Meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen sekolah dan metode
pembelajaran serta sekolah tidak menjadi lagi sebagai menara gading yang
steril dari analisis kebutuhan lingkungan sekitarnya.

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam situasi


pendidikan. Karena itu merupakan kunci sukses untuk menggapai masa depan
yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan
yang tinggi, pada akhirnya diharapkan dapat berguna bagi bangsa, negara, dan
agama. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan 1
Munzin. Agenda Reformasi Pendidikan Nasional.

tanggung jawab profesional seorang guru, misalnya penciptaan


pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa
untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap proses pembelajaran, baik secara eksternal maupan internal
1
Munzin. Agenda Reformasi Pendidikan Nasional. 26 Oktober 2016. Jam 12.00 WITA.
http://mujalin.blogspot.co.id/2010/04/agenda-reformasi pendidikan-nasional.html.
diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal mencakup guru, materi,
pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar dan sistem.

Dewasa ini, sudah tidak dapat dielakkan lagi bahwa minat untuk belajar
seseorang akan mudah sekali naik turun. Agar minat untuk belajar ini senantiasa
tetap naik dalam waktu ke waktu, maka setiap siswa harus belajar. Agar
keinginan untuk tetap terus belajar itu ada dan semakin meningkat frekuensinya,
maka setiap siswa tentu saja harus memiliki motif-motif tertentu yang
menyebabkan ia harus tetap semangat belajar. Keseluruhan motif-motif yang
menjadikan seseorang menjadi semangat belajar ini, secara umum dapat
dikatakan sebagai motivasi. Maksud dari motivasi disini adalah keadaan dalam
diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Seseorang yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal
karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hastrat dan
keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan yang
kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. 19 Menurut Simamora dalam Hefa2
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar baik bagi
guru maupun siswa. Pentingnya motivasi belajar bagi siswa sebagai berikut :

1. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir


2. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar
3. Mengarahkan kegiatan belajar
4. Membesarkan semangat belajar
5. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

2
2Hefa. Manfaat Motivasi Dalam Pembelajaran. 26 Oktober 2016. Jam 11.45 WITA.
http://hefamandiri.blogspot.co.id/2015/11/manfaat-motivasi-dalam-pembelajaran.html.
Pentingnya motivasi bagi guru adalah sebagai berikut :

1. Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat peserta didik untuk


belajar sampai berhasil.
2. Mengetahui dan memahami motivasi belajar peserta didik di kelas.
3. Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih sesuatau diantara
bermacam-macam peran seperti sebagai penasihat, teman diskusi,
penyemangat, guru pendidik.

Saat ini, banyak siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal tersebut
dapat dilihat dari sikap siswa yang acuh terhadap proses pembelajaran, tidak
memperhatikan guru ketika menjelaskan materi serta tidak mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru. Hal ini tentunya bukanlah fenomena yang langkah
dalam dunia pendidikan. Menurut peneliti salah satu penyebab kurangnya
motivasi belajar tersebut kurangnya kreativitas guru dalam mengembangkan
metode dalam proses pembelajaran.

Jadi belajar akan membantu terjadinya suatu perubahaan pada individu.


Perubahan tersebut tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan,
tetapi juga berbentuk percakapan, keterampilan, sikap, harga diri, minat, karakter,
dan penyesuaian diri. Dengan demikian maka dapat dikataakan bahwa belajar itu
sebagai rangkaian jiwa raga, psoko fisik untuk menuju perkembangan pribadi
manusia yang seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa atau
mencakup ranah kognitif afektif dan psikomotorik.3

Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh
para pendidik agar proses belajar-mengajar pada siswa tercapai baik tujuan.
Metode pembelajaran ini sangat penting dilakukan agar proses belajar mengajar
tersebut nampak menyenangkan dan tidak membuat para siswa tersebut suntuk,

3
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah; Metode dan Tekhnik Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, (Cet. II; Bandung: PT. Refika Aditama, 2013, h. 101.
dan juga para siswa tersebut dapat menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut
dengan mudah.

Guru hendaknya memilih metode belajar yang tepat dan bervariasi dan
bisa mengembangkan metode yang dipilih sehingga dapat membangkitkan
semangat siswa dan siswa merasa jenuh dalam menerima pelajaran serta siswa
dapat menampung semua kepentingan siswa yang diberikan oleh gurunya dan
mencari informasi-informasi lain terkait hal yang diberikan oleh gurunya. Oleh
karena itu, siswa memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda satu sama
lainnya. Ada siswa yg hanya butuh sedikit waktu untuk memahami suatu materi
tetapi ada juga siswa yang membutuhkan banyak waktu baru ia bisa memahami
materi yang diberikan. Semakin banyak metode mengajar yang dikuasai oleh
seorang guru, maka ia akan semakin berhasil meningkatkan motivasi belajar
siswa.

Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap


minat dan motivasi belajar peserta didik. Karena itu, dalam mempertimbangkan
suatu metode yang akan diterapkan perlu memperhatikan atau berpedoman pada
tujuan, perbedaan individual, kemampuan dari guru itu sendiri untuk
menerapkannya, sifat bahan pelajaran, situasi kelas. Kelengkapan fasilitas, dan
yang tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan kelebihan dan kekurangan
metode yang dipilih.4Hal tersebut dilakukan untuk menindak lanjuti atau
mencarikan jalan keluar terhadap kekurangan dari metode yang dipilih

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah penelitian ini
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apakah metode pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di
SMPN 1 Takeran?
4
Syaiful Bahri Djamarah; Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis
Psikologis, (Cet.III; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), h. 229-231.
2. Apakah gaya belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di SMPN 1
Takeran?
C. Tujuan Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban atas


masalah-masalah yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah di atas,
secara rinci tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar


di SMPN 1 Takeran?
2. Untuk mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar di SMPN
1 Takeran?

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi guru, hasil penelitian memberikan pengalaman langsung tentang


perbedaan gaya belajar tiap-tiap peserta didik. Sehingga guru dapat
menerapkan metode pembelajaran yang tepat, inovatif dan kreatif guna
melakukan pendekatan atas perbedaan tersebut.
b. Bagi siswa, peneliti dapat digunakan sebagai sarana/media dalam memilih dan
menggunakan gaya belajar yang sesuai. Sehingga diharapkan hasil belajar
mereka dapat meningkat dengan mengetahui gaya belajar masing-masing
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang
positif dalam upaya mengembangkan mata pelajaran pendidikan agama Islam
khususnya dan dengan menyediakan perangkat dan sarana pendukung
pembelajaran PAI.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian Yang Relevan


Dalam mempersiapkan penelitian ini, penulis terlebih dahulu mempelajari
beberapa skripsi yang terkait dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan sebagai
dasar acuan dan juga sebagai pembuktian empirik atas teori-teori pendidikan
yang telah mereka temukan antara lain :
Penulis tahun Judul Hasil Penelitian

Mu’anisah Pengaruh Gaya Belajar Hasil penelitian ini menunjukan


(2021) dan Motivasi Belajar bahwa ada pengaruh signifikan gaya
Terhadap Hasil belajar
Belajar Mahasiswa terhadap hasil belajar mahasiswa.
Pendidikan IPS UIN Berikutnya, tidak ada pengaruh
Maulana Malik Ibrahim signifikan motivasi
Malang Pada belajar terhadap hasil belajar
Pembelajaran Daring di mahasiswa, hal ini dimungkinkan
Masa Pandemi Covid-19. karena mahasiswa
banyak yang tidak menyalakan
kamera saat perkuliahan daring
berlangsung.
Sedangkan, secara simultan terdapat
pengaruh signifikan gaya belajar dan
motivasi
belajar terhadap hasil belajar sebesar
25,4%, sisanya masih terdapat faktor
lain yang
mempengaruhi hasil belajar yang
dapat diteliti selanjutnya.
Rostati Nia pengaruh gaya belajar Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(2020) siswa terhadap hasil ada pengaruh gaya belajar siswa
belajar pendidikan agama terhadap hasil belajar pendidikan
Islam kelas IV SD agama Islam siswa kelas IV SDN 5
Metro Timur.
Marianto PENGARUH MODEL hasil belajar matematika siswa yang
Pardosi (2020) PEMBELAJARAN diajar dengan model pembelajarn
INQUIRI DENGAN inkuiri lebih tinggi daripada hasil
MASYARAKAT belajar siswa yang diajar dengan
BELAJAR DAN GAYA model pembelajaran masyarakat
BELAJAR TERHADAP belajar, (2) hasil belajar matematika
HASIL BELAJAR siswa yang memiliki gaya belajar
MATEMATIKA visual lebih tinggi daripada hasil
belajar siswa yang memiliki gaya
belajar auditorial, (3) terdapat
interaksi antara model pembelajaran
dan gaya belajar terhadap hasil
belajar matematika. Perhitungan uji
lanjut dengan uji Scheffe
menunjukkan perbedaan yang
signifikan pada hasil belajar
matematika antara model
pembelajaran inkuiri dan masyarakat
belajar, begitu pula anatara gaya
belajar visual dan gaya belajar
auditorial.
Juhariah B Pengaruh Gaya Belajar Hasil analisis data menunjukkan
(2019) Terhadap Hasil Belajar bahwa gaya belajar (X), berpengaruh
Mata Pelajaran PKn signifikan tehadap hasil belajar PKn
Murid Kelas IV SD (Y) yang ditunjukkan dengan nilai
Negeri 112 Belajen koefisien korelasi sebesar 0,99.
Kecamatan Alla Sedangkan untuk uji signifikan uji r
Kabupaten Enrekang diperoleh bahwa rhitung yang
diperoleh adalah lebih besar dari
rtabel (0,99 > 0,5614), pada taraf
signifikan 5%. Hasil analisis
determinasi menunjukkan bahwa
variabel gaya belajar (X)
berpengaruh sebesar 98,01%
terhadap variabel hasil belajar PKn
(Y).
Siska Widiawati, PENGARUH MODEL Hasil penelitian menunjukkan
Hikmawati, PEMBELAJARAN terdapat pengaruh model
Wahyudi (2018) KOOPERATIF TIPE pembelajaran kooperatif tipe group
GROUP investigation terhadap hasil belajar
INVESTIGATION (GI) fisika siswa, terdapat pengaruh gaya
TERHADAP HASIL belajar terhadap hasil belajar fisika
BELAJAR FISIKA dan terdapat interaksi antara model
DITINJAU DARI pembelajaran kooperatif tipe group
GAYA BELAJAR investigation dengan gaya belajar
SISWA terhadap hasil belajar fisika siswa
Evinna Cinda PENGARUH MODEL Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Hendriana PEMBELAJARAN penerapan model pembelajaran
(2018) PROBLEM BASED Problem Based Learning dalam
LEARNING DAN pembelajaran Ilmu Pengetahuan
GAYA BELAJAR Sosial kelas IV di Sekolah Dasar
AUDITORIAL Swasta Bina Anak Muslim
TERHADAP HASIL Singkawang memberikan pengaruh
BELAJAR IPS DI yang signifikan terhadap
SEKOLAH DASAR meningkatnya hasil belajar peserta
didik dengan nilai rata-rata 82,44.
Sementara itu, gaya belajar peserta
didik juga mempunyai pengaruh
terhadap hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial dengan nilai rata-
rata 70,4. Dari hasil penelitian ini
diperoleh hasil bahwa pembelajaran
dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based
Learning pada peserta didik dengan
gaya belajar auditorial memberikan
pengaruh yang kecil terhadap
tingginya hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial peserta didik
dengan effect size sebesar 0,32
dengan kriteria besarnya effect size
berada pada katagori sedang.
Estiana Embo Pengaruh Penerapan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(2017) Metode Pembelajaran penerapan metode pembelajaran di
Terhadap Motivasi SMK Negeri 4 Makassar tergolong
Belajar Siswa Di Sekolah ‘sesuai’ diukur dengan indikator
Menengah Kejuruan 4 yang meliputi metode ceramah,
Makassar metode diskusi, metode tanya jawab,
dan metode demonstrasi. Motivasi
belajar siswa khususnya siswa kelas
X Jurusan Administrasi Perkantoran
di SMK Negeri 4 Makassar
tergolong ‘tinggi’, diukur dengan
indikator kemauan, waktu, kewajiban
dan ketekunan. Berdasarkan hasil
analisis dan pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan
penggunaan metode pembelajaran
terhadap motivasi belajar siswa kelas
X jurusan Administrasi Perkantoran
di SMK Negeri 4 Makassar dengan
tingkat kategori ‘sedang’, maka
hipotesis diterima.
Prihma Sinta PENGARUH GAYA Hasil penelitian menunjukkan
Utami (2016) BELAJAR DAN bahwa: (1) terdapat pengaruh antara
METODE gaya belajar terhadap hasil belajar
PEMBELAJARAN dan hasil belajar siswa dengan
TERHADAP HASIL metode Think Pair Share lebih tinggi
BELAJAR IPS SISWA dibandingkan hasil belajar dengan
SMP metode Problem-Based Learning
pada gaya belajar visual maupun
auditorial, (2) terdapat pengaruh
antara metode pembelajaran terhadap
hasil belajar dan hasil belajar dengan
metode Think Pair Share lebih tinggi
dibandingkan hasil belajar dengan
metode Problem-Based Learning.
Suharlina Pengaruh Metode hasil penelitian ditemukan bahwa
Pembelajaran Terhadap penggunaan metode pembelajaran
Prestasi Belajar menunjukkan akumulasi skor rata-
Peserta Didik Kelas VII rata sebesar 65,60 : 20 = 3,28.
di Madrasah Tsanawiyah Dengan demikian, maka penerapan
Madaniyah Gunung metode pembelajaran sering
Silanu Kecamatan dilakukan oleh guru dalam
Bangkala Kabupaten pembelajaran Bahasa Inggris.
Jeneponto Penelitian prestasi belajar bahasa
Inggris peserta didik kelas VII
Madrasah Tsanawiyah Madaniyah
Gunung Silanu Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto yang meliputi
aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan rata-rata
sebesar 8,85 dengan kategori tinggi.
Pengaruh Metode pembelajaran
dengan prestasi belajar bahasa
Inggris menunjukkan hasil penelitian
jika dikonsultasikan dan
diinterpretasikan atas harga koefisien
rhitung terhadap rtabel dengan jumlah N
= 12 untuk taraf signifikan 0,05 atau
5%, maka rhitung = 0,999 > rtabel =
0,576, dan untuk taraf signifikan 0,01
atau 1%, maka maka rhitung = 0,999 >
rtabel = 0,708. Dengan demikian, maka
H0 ditolak dan H1 diterima yang
berarti pula bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara penggunaan
metode pembelajaran dengan prestasi
belajar bahasa Inggris peserta didik
kelas VII di Madrasah Tsanawiyah
Madaniyah Gunung Silanu
Kecamatan Bangkala Kabupaten
Jeneponto.
Rena Agustina1 PENGARUH MEDIA Hasil penelitian: (1) hasil belajar
dan Harun PEMBELAJARAN DAN Biologi siswa yang diajar dengan
Sitompul (2015) GAYA BELAJAR media pembelajaran Animasi lebih
TERHADAP HASIL tinggi dibandingkan media
BELAJAR BIOLOGI pembelajaran Powerpoint Besarnya
Fhitung = 19.042 > Ftabel = 3.98; (2)
siswa yang memiliki Gaya Belajar
Visual lebih tinggi dibandingkan
Gaya Belajar auditori i. Besarnya
Fhitung = 47.884 > Ftabel = 3.98; (3)
Terdapat interaksi antara media
pembelajaran dan gaya belajar dalam
mempengaruhi hasil belajar
kewirausahaan siswa SMA Swasta
persiapan stabat. Besarnya Fhitung =
44.039 > Ftabel = 3.98

2. Deskripsi Teori
a. Metode Pembelajaran

Menurut Sanjaya5 metode adalah “cara yang digunakan untuk


mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”. Metode digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu metode
5
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana. h. 147.
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembelajaran. Keberhasilan
implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada cara guru
menggunakan metode pembelajaran karena suatu strategi pembelajaran
hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran. Menurut peneliti bahwa metode adalah suatu cara yang
digunakan secara teratur untuk menyampaikan materi dalam suatu proses
agar bisa tercapai baik dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Tampubolon6 mengemukakan bahwa metode pembelajaran adalah


“suatu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis demi mencapai
tujuan pembelajaran”. Aqib7berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah
“sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Metode pembelajaran
lebih bersifat prosedural, yaitu berisikan tahapan tertentu. Dalam pemilihan
metode oleh masing-masing guru adapula yang sama, tetapi teknik dalam
penggunaan metode tersebut berbeda.

Menurut Pangewa8 metode pembelajaran adalah “kegiatan yang dipilih


oleh dosen/guru, dalam proses pembelajaran, yang dapat memberikan
kemudahan atau fasilitas kepada siswa menuju ketercapaiannya tujuan
instruksional tertentu”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran adala suatu cara atau proses dimana seorang guru
dalam menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan.

b. Macam – macam metode pembelajaran

6
Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Pendidik dan
Keilmuan. Jakarta: Erlangga.h.118.
7
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Bandung: Yrama Widya.h.70.
8
Pangewa, Maharuddin. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Makassar: Penerbit UNM. h. 135.
Macam-Macam Metode Pembelajaran Metode pembelajaran
sangatlah banyak dan beraneka ragam. Setiap metode mempunyai kelebihan
dan kekurangan dibanding dengan metode lain. Dalam pembelajaran
pendidik sering kali menggunakan metode secara variasi. Adapun metode
yang digunakan itu berdiri sendiri, tergantung kepada pertimbangan yang
didasarkan pada situasi pembelajaran yang relevan.

Menurut Pangewa9, dari sekian banyak metode mengajar, dalam


penggunaannya dapat dikategorikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan kelompok/klasikal, pada umumnya ditujukan untuk


membimbing kelompok atau klasikal dalam belajar.
b. Pendekatan bermain, menunjukkan para peserta didik untuk belajar
dengan menghayati, melakoni perasaan-perasaan tertentu dalam suatu
keadaan terkontrol melalui latihan atau permainan.
c. Pendekatan individual, memungkinkan setiap anak didik dapat belajar
baik dengan bakat, keinginan, dan kemampuan masing-masing individu.

Dalam upaya menerapkan suatu metode yang relevan ada beberapa


pertimbangan dalam pemilihan suatu metode yang akan digunakan. Menurut
Pangewa10 hal-hal yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :

a. Tujuan berbagai jenis dan fungsinya.


b. Subjek didik yang berbagai tingkat kematangannya/jenjangnya.
c. Situasi dalam berbagai keadaan/kondisinya.
d. Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya.
e. Pribadi guru/calon guru serta kemampuan profesi yang berbedabeda.

Menurut Sanjaya ada beberapa metode dalam pembelajaran yaitu


“metode ceramah, metode

9
Ibid. h. 147.
10
Ibid. h. 149
demonstrasi, metode diskusi, dan metode simulasi”. Sedangkan, Menurut
Nurhayati11ada beberapa metode dalam pembelajaran yaitu “metode ceramah,
metode diskusi, metode tanya jawab, metode demostrasi, metode kooperatif,
metode eksperimen, metode widyawisata serta metode proyek”. Untuk lebih
jelas diuraikan tentang metode pembelajaran sebagai berikut :

a. Metode Ceramah

Metode ceramah ialah cara penyajian pelajaran yang dilakukan


oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung
terhadap peserta didik.12 Metode ceramah atau kuliah (lecture method)
adalah sebuah cara melaksanakan pembelajaran yang dilakukan oleh
dosen secara monolog dan hubungan satu arah (one way
communication).13

Metode ceramah tepat digunakan dalam situasi dan kondisi


pembelajaran dengan jumlah peserta didik yang banyak, tersedia waktu
yang banyak untuk penyajian materi, materi yang diramu dari berbagai
sumber yang tidak didukung sumber lain, perlu menyimpulkan pokok-
pokok penting dari materi yang disampaikan, bermaksud menghubungkan
materi yang akan dibahas dengan materi yang lalu (apersepsi), dosen
memiliki keterampilan berbicara dan menerangkan dengan sangat baik
(komunikatif).14

11
Nurhayati. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Makassar: Penerbit UNM. h. 66.
12
Sudirman N., dkk., Ilmu Pendidikan: Kurikulum, Program Pengajaran, Efek Instruksional dan
Pengiring, CBSA, Metode Mengajar, Media Pendidikan, Pengelolaan Kelas, Evaluasi Hasil Belajar (Cet.
3; Bandung: Remadja Karya, 1989), h. 113.
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Cet. 15; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 200.
14
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi (Cet. 1; Jakarta: ArRuzz Media,
2013), h. 286.
Sebagai metode pembelajaran yang berisi prosedur yang baku
untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran,15 metode ceramah diterapkan
dalam kegiatan pembelajaran melalui prosedur yang terdiri atas; memulai
ceramah, menyajikan materi baru, dan menutup ceramah. Meskipun
memliki banyak kelemahan, metode ceramah dipandang sebagai satu-
satunya metode pembelajaran yang paling ekonomis dan paling efektif
dalam mengatasi kekurangan literatur atau rujuan yang sesuai dengan
jangkauan daya beli dan daya paham mahapeserta didik.16 Oleh karena
itu, metode ceramah merupakan salah satu alternatif bagi guru yang dapat
divariasikan dengan metode pembelajaran lain, sesuai dengan sifat materi
dan tujuan pelajaran yang hendak dicapai.

b. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan


memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses,
situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau
pun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. 17 Metode ini tepat
digunakan jika tujuan pembelajaran untuk mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang sesuatu yang berhubungan dengan proses mengatur
sesuatu, proses membuat sesuatu, proses kerja sesuatu, proses
mengerjakan atau menggunakan sesuatu, komponen-komponen yang
membentuk sesuatu, membanding suatu cara dengan cara yang lain, dan
untuk mengetahui kebenaran sesuatu.

Metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memperlihatkan,


memperagakan, membandingkan, membuat perumpamaan, atau
menirukan sesuatu proses yang dilakukan oleh guru atau orang lain yang

15
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 198.
16
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 200
17
Sudirman N., dkk., Ilmu Pendidikan, h. 133.
sengaja didatangkan khusus untuk itu, disebut metode demonstrasi.
Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang paling
sederhana dibandingkan dengan metode-metode pembelajaran lainnya.
Proses penerapan metode demonstrasi melalui tiga tahapan, yaitu tahap
perencanaan dan persiapan, tahap pelaksanaan, serta tahap tindak lanjut
dan evaluasi.

Merencanakan dan mempersiapkan demonstrasi dengan


menentukan tujuan, materi, fasilitas penunjang, penataan peralatan,
keterjangkauan pengamatan sejumlah peserta didik, dan garis besar
langkah atau pokok-pokok yang akan didemonstrasikan.18 Untuk
menghindari kegagalan pelaksanaan demonstrasi, sebaiknya dilakukan uji
coba terutama peralatan dan fasilitas penunjang lainnya.

c. Metode Diskusi

Metode diskusi didefinisikan sebagai penyajian pelajaran dengan


cara menghadapkan masalah kepada peserta didik yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan
dipecahkan bersama. Oleh karena itu, metode diskusi merupakan bagian
penting dari suatu proses pemecahan masalah.

Diskusi biasanya dilakukan secara berkelompok dan bertujuan


untuk meningkatkan motivasi dan daya rangsang aktivitas belajar peserta
didik.19 Melalui diskusi memungkinkan terjadi komunikasi tentang materi
pelajaran antara seorang peserta didik dengan peserta didik lainnya
maupun antara peserta didik dengan pendidik.

Terdapat ragam diskusi yang dapat dipilih oleh dosen dalam


menyelenggarakan proses pembelajaran. Ditinjau dari sudut formalitas

18
Sudirman N., dkk., Ilmu Pendidikan, h. 134.
19
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi, h. 287.
dan jumlah pesertanya, diskusi dibedakan atas; diskusi informal, diskusi
formal, diskusi panel, dan diskusi symposium.20

Penerapan metode diskusi dalam proses pembelajaran


dimungkinkan bagi peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dan
pemahamannya melalui eksplorasi dunia mereka. Dalam hal ini, peran
seorang guru sebagai encourager yang memberi encouragement
(dorongan semangat dan membesarkan hati) sangat diperlukan terutama
oleh peserta didik yang tegolong kurang pintar atau pendiam. 21 Oleh
karena itu, peran guru diaplikasikan dalam penerapan metode diskusi
melalui tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir atau menutup
diskusi dan tindak lanjut.

d. Metode Simulasi

Dalam metode ini siswa menjadi lebih aktif mempelajari perilaku


atau melaksanakan beberapa keterampilan atau pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya. Namun pada metode ini jalannya permainan diatur
oleh guru sebagai fasilitator.

e. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab sering digunakan dalam proses pembelajaran


di sekolah untuk mengetahui atau mengecek pemahaman siswa dalam
proses pembelajaran di kelas dan merangsang siswa untuk berpikir kritis
serta memperoleh umpan balik.

Penerapan metode tanya jawab, baik guru maupun siswa sama-sama


aktif. Namun demikian, keaktifan siswa perlu diperhatikan dengan baik
oleh guru. Oleh karena itu, guru harus mempunyai semangat yang tinggi

20
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 292
21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, h. 205
dan penguasaan materi yang memadai sehingga suasana kelas menjadi
lebih kondusif.

Keterampilan mengajukan pertanyaan yang cocok untuk suatu


situasi tertentu perlu disertai persiapan yang memadai, sehingga
penerapan metode ini dalam pembelajaran tidak memperlihatkan usaha
coba-coba.

f. Metode Pembelajaran Kooperatif

Dalam metode pmbelajaran kooperatif ini siswa akan bekerja sama


dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Untuk
melatih keterampilan yang dimiliki siswa untuk membantu bekerja sama
dengan baik dalam kelompok belajar.

g. Metode Eksperimen

Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran melalui


percobaan yang dilakukan oleh peserta didik untuk membuktikan sendiri
sesuatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. 22 Eksperimen dapat
dilakukan di laboratorium (laboratory experiment) atau di lapangan (field
experiment) untuk memberi kesempatan kepada peserta didik
memperoleh pengalaman langsung dengan melakukan sendiri, mengikuti
proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.

Metode eksperimen tepat digunakan dalam proses pembelajaran


yang menuntut penguasaan peserta didik terhadap suatu proses kerja
sesuatu, menguji suatu teori atau konsep, pengamatan terhadap suatu
fakta, memperbandingkan cara kerja sesuatu dengan yang lain, atau untuk
membuktikan suatu kebenaran. Oleh karena itu, metode eksperimen

22
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, h. 220.
merupakan salah satu alternatif bagi guru dalam menyelenggarakan
proses pembelajaran yang dapat dikombinasikan dengan metode
pembelajaran yang lain.

h. Metode Widyawisata
Metode widyawisata merupakan metode pembelajaran yang
dilaksanakan dengan mengajak siswa belajar diluar kelas untuk dapat
memperoleh berbagai pengalaman sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilannya, serta pemantapan pemahamannya
terhadap sikap dan nilai. Menurut Nurhayati, Adapun kelebihan dan
kelemahan dari metode widyawisata sebagai berikut :
Kelebihan dari metode widyawisata yaitu :
1) Siswa dapat memanfaatkan inderanya secara optimal.
2) Untuk memperlihatkan kepada siswa penerapan dari informasi yang
telah diperoleh sebelumnya.
3) Siswa dapat menjawab masalah-masalah dengan melihat, mendengar,
dan membuktikan langsung pada objeknya.
Adapun kelemahan dari metode ini antara lain:
1) Kadang-kadang ada siswa yang tidak memanfaatkan waktu dengan
baik.
2) Jika guru menerapkan metode eksperimen tanpa perencanaan yang
mantap, maka akan mengganggu rencana pelajaran
i. Metode Proyek
Metode proyek dapat diterapkan dengan cara siswa diminta
menghubungkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperoleh.
Menurut Nurhayati, Adapun kelebihan penggunaan metode proyek antara
lain :
1) Merangsang minat siswa terhadap ilmu alam.
2) Memenuhi rasa ingin tahu siswa.
3) Melatih siswa dalam memecahkan suatu masalah.
4) Melatih siswa menelaah dan memandang suatu materi pelajaran
dalam konteks yang lebih luas.
c. Gaya Belajar
1. Pengertian Gaya Belajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena
pengalaman yang diperoleh. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan,
pemahaman sikap dan tingkah laku keterampilan, kecakapan, kebiasaan,
serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. 23
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.24 Secara psikologis belajar
merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Penulis berpendapat bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
laku yang relatif tetap untuk mencapai kepandaian, yang terjadi karena
pengalaman yang diperoleh. Sesuai firman Allah yang berbunyi:

Artinya: “ bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang


menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan TuhanMulah yang Maha pemurah, yang mengajar
( manusia ) dengan perantaran kalam, Dia mengajar manusia apa yang
tidak diketahuinya” ( Al-Alaq : 1-5).25

23
Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar mengajar (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2010), h. 5
24
Sadirman, Interaksi & motivasi Belajar mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 20.
25
Al-Qur’an dan Terjemahnya, 904.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Sumber ilmu pengetahuan apa pun
disiplinnya adalah Allah. Dia yang mengajar manusia dan mengilhaminya.
Dengan upaya manusia sendiri menggunakan potensi-potensi yang
dianugerahkan Allah, manusia dapat belajar akan hal-hal yang tidak
diketahuinya. Proses belajar untuk mencapai kepandaian ini harus
dilakukan berulang-ulang bukan didapatkan secara instan.
Dengan mengetahui atau menyadari gaya belajar, akan mempermudah
kita untuk menuntut Ilmu, dengan ilmu akan mempermudah jalan kita
menuju surga. Dengan ilmu kita dapat mengetahui mana perbuatan yang
baik dan mana perbuatan yang buruk, mana perbuatan yang tidak boleh
dilaukan dan mana perbuatan yang boleh dilakukan sesuai Al Qur’an dan
Hadist. Sesuai hadist berikut ini:

َ‫ق َل ط‬
ً ‫ف ٍْ ِٔ ِعي تَ ْ ب ٌَي ِ ٌْس‬
ِ ‫ط ًَب َسهَّ ْ َِ ُس‬ َُٔ ُ‫ق َو هلال‬
َ ‫ى‬ ً ‫ٍَ ى ِ ب إ ِ ٌْس‬
Artinya: Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu,
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR MUSLIM)

Dari ayat Al Qur’an dan Hadist tersebut dapat diketahui bahwa betapa
pentingnya menuntut ilmu itu, dan mampu mengajarkan kepada orang
lain, sehingga ilmu yang kita miliki itu mampu mengantarkan kita
kedalam surga. Gaya belajar merupakan suatu kebiasaan yang
diperlihatkan oleh individu dalam memproses informasi dan pengetahuan
serta mempelajari suatu keterampilan.26 Dengan seseorang mengetahui
atau menyadari gaya belajar akan mempermudah baginya untuk menuntut
ilmu.
Gaya belajar atau learning lifestyle siswa yaitu cara ia bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses

26
Sobri Sutikno, Belajar dan Pembelajaran (Lombok: Holistika, 2013), h. 14.
belajar mengajar.27 Perangsang-perangsang tersebut merupakan suatu
tindakan yang diterima oleh peserta didik pada saat proses belajar
Gaya belajar adalah cara berpikir, merasa, mengamati, dan bertingkah
laku yang konsisten serta memiliki nilai seni yang pada setiap orang
cenderung berbeda. Peserta didik satu dengan yang lainnya memiliki cara-
cara tersendiri, gaya belajar tersendiri dalam menyerap pembelajaran yang
diberikan. Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan
mengenai bagaimana individuu belajar atau cara yang ditempuh oleh
masing masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai
informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda.28
Gaya belajar peserta didik adalah kombinasi dari bagaimana peserta
didik menyerap, lalu mengatur, dan mengolah informasi.
Siswa sebagai peserta didik merupakan subyek yang terlibat dalam
proses belajar. Karena setiap individu memiliki keunikan sehingga dalam
proses belajarnya pun terdapat keunikan pula. Ada murid yang cepat
dalam belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif.29
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa yang dimaksud gaya belajar
adalah suata cara seseorang dalam menerima, menangkap, memahami
pembelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dimana setiap peserta didik
memiliki keunikan tersendiri dalam belajar atau cara-cara tersendiri dalam
memperoleh suatu ilmu pembelajaran. Sehingga tiap siswa memiliki
kecenderungan kemampuan yang berbeda-beda.

2. Jenis Gaya Belajar


Jenis Gaya Belajar Adapun jenis-jenis gaya belajar dibagi menjadi
tiga, yaitu gaya belajar Visual, Audiotory, dan Kinestetik:
27
Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007),
h. 94
28
M. Nur Ghufron, Gaya Belajar Kajian Teoritik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h
29
Abu Ahmadi, PSikologi Belajar (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2013), h. 147.
a. Gaya Belajar Visual (Visual Learners)

Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang


menyukai gaya belajar ini. Pertama, kebutuhan melihat sesuatu
(informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau
memahaminya. Kedua, memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna.
Ketiga, memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik.
Keempat, memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung. kelima,
terlalu reaktif terhadap suara. Sulit mengikuti anjuran secara lisan,
ketujuh sering kali salah menginterprestasikan kata atau ucapan. 30
Gaya belajar visual merupakan salah satu gaya belajar yang mungkin
dimiliki oleh peserta didik, bagi seseorang yang memegang peranan
penting adalah penglihatan (visual), dalam hal ini metode
pembelajaran yang digunakan pendidik sebaiknya lebih banyak
dititikberatkan pada tampilan media, ajak peserta didik ke objek-objek
yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada peserta didik atau
menggambarkannya di papan tulis. Jadi gaya belajar visual berfokus
pada penglihatan, tipe gaya belajar visual perlu melihat sesuatu secara
visual untuk lebih mudah memahami dan mengerti.

b. Gaya Belajar Audiotory Learners

Gaya belajar Audiotory Learnesrs adalah gaya belajar yang


mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan
mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benarbenar
menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi
atau pengetahuan. Artinya kita harus mendengar baru kemudian bisa
mengingat informasi itu. Karakter pertama, orang yang memiliki gaya
30
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h.
181
belajar ini adalah smua informasi biasa diserap oleh pendengaran.
Kedua, memiliki kesulitan ntuk menyerap informasi dalam bentuk
tulisan secara langsung. Ketiga, memiliki kesulitan menulis maupun
membaca.31 Seseorang yang bergaya audiotori mengandalkan
kesukaan belajarnya melalui telinga. Peserta didik yang mempunyai
gaya belajar audiotori dapat belajar lebih cepat denga menggunakan
diskusi verbal dan mendengarkan apa yang pendidik katakan. 32 Jadi
dapat disimpulkan bahwa gaya belajar audiotory ini lebih
mengandalkan pendengaran sebagai menerima informasi dan
pengetahuan. Peserta didik yang memiliki tipe belajar audiotory lebih
menyukai mendengarkan pembicaraan guru dengan baik dan jelas
untuk dapat memahami pembelajaran, tipe audiotory ini juga lebih
peka dan hafal dari setiap ucapan yang pernah didengar bukan apa
yang dilihat.

c. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Ada beberapa karakteristik model belajar ini yang tak semua orang
bisa melakukannya. Pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama agar terus bisa mengingatnya. Kedua, hanya
dengan memegang bisa menyerap informasinya tanpa harus membaca
penjelasannya. Karakter ketiga adalah termasuk orang yang tidak bisa
tahan duduk terlalu lama untuk mendengarkan pelajaran. Keempat,
belajar lebih baik apabila disertai dengan kegiatan fisik. karakter
terakhir orang yang memiliki gaya belajar ini memiliki kemampuaan
mengoordinasikan sebuah tim dan ke mampuan mengendalikan gerak
tubuh. Seseorang yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar
melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Peserta didik seperti ini

31
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, h. 181.
32
Ihsana El Khuluqo Belajar Dan Pembelajaran, h. 31.
sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk
beraktifitas dan eksp;orasi sangatlah kuat.33

Di antara metode pembelajaran yang bisa dipakai oleh pendidik


dalam proses pembelajaran adalah bermain peran, simulasi, dan lain-
lain. Dengan mengetahui gaya belajar siswa guru dapat menyesuaikan
gaya mengajarnya dengan kebutuhan siswa, Misalnya dengan
menggunakan berbagai gaya mengajar sehingga murid-murid
semuanya dapat memperoleh cara yang efektif baginya. Tidak ada
gaya belajar paling benar dan paling baik, semua gaya belajar akan
sesuai jika pembelajar mengenali gaya belajar yang paling cocok
untuk dirinya.34 Dari penjelasan di atas, dapat penulis kemukakan
bahwa gaya belajar dibedakan menjadi tiga yakni visual, audiotory dan
kinestetik. Gaya visual merupakan gaya belajar yang dengan cara
melihat atau kata lain seseorang yang lebih mampu memahami suatu
hal atau informasi dengan cara melihat. Sedangkan gaya belajar
audiotory merupakan gaya belajar seseorang yang seseorang lebih
mampu memahami suatu hal atau informasi dengan cara
mendengarkan. Kemudian gaya belajar yang ketiga yaitu gaya belajar
kinestetik yaitu kemampuan seseorang dalam mengoptimalkan dengan
cara adanya suatu kegiatan fisik. Ketiga gaya tersebut akan mampu
mengoptimalkan cara seseorang dalam memperoleh informasi yang
didapatkan.

33
Ihsana El Khuluqo, Belajar Dan Pembelajaran, h. 32
34
Mulyono, Strategi Pembelajaran (malang: UIN-maliki Pers, 2011), h. 219.
1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya


salah satu aspek potensi kemanusiaan saja, melainkan seacara
komperehensif.35 Hasil adalah perubahan prilaku berupa
kemampuan tertentu yang diperoleh oleh peserta didik setelah
mengalami proses belajar. Belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan
pengalaman.36 Belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang
disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan, hasil belajar adalah
kompetensi peserta didik setelah mengalami proses belajar yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan pada ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor.37 Jadi hasil adalah suatu istilah yang digunakan
untuk mengukur ketercapaian setelah melakukan suatu usaha.
Hasil belajar merupakan hal penting dalam kegiatan belajar karena
karena dapat menjadi pedoman untuk mengetahui keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar.

2. Macam-Macam Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai


tujuan pendidikan. Di mana tujuan pendidikan berdasarkan hasil
belajar peserta didik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi
tiga menurut (Dimyati 2006:202- 204) yakni: aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik.

35
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017)
h. 7.
36
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, 18 ed. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 88
37
Nandang Kosasih, Pembelajaran Quantum Dan Optimalisasi Kecerdasan (Bandung: Alfabeta, 2013),
h. 38.
a) Aspek kognitif. Penggolongan tujuan ranah kognitif oleh
Bloom dalam (Dimyati 2006:202-204) mengemukakan adanya
6 (enam) kelas/ tingkat yakni:
(1) Pengetahuan, dalam hal ini siswa diminta untuk
mengingat kembali satu atau lebih dari fakta-fakta yang
sederhana.
(2) Pemahaman, yaitu siswa diharapkan mampu untuk
membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang
sederhana di antara fakta-fakta atau konsep.
(3) Penggunaan/ penerapan, disini siswa dituntut untuk
memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih
generalisasi/ abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil,
aturan, cara) secara tepat untuk diterapkan dalam suatu
situasi baru dan menerapkannya secara benar.
(4) Analisis, merupakan kemampuan siswa untuk
menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau
konsep-konsep dasar.
(5) Sintesis, merupakan kemampuan siswa untuk
menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur
yang baru.
(6) Evaluasi, merupakan kemampuan siswa untuk
menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah
dimiliki untuk menilai suatu kasus. Dalam proses belajar
mengajar, aspek kognitif inilah yang paling menonjol dan
bisa dilihat langsung dari hasil tes. Dimana disini
pendidik dituntut untuk melaksanakan semua tujuan
tersebut. Hal ini bisa dilakukan oleh pendidik dengan
cara memasukkan unsur tersebut ke dalam pertanyaan
yang diberikan. Pertanyaan yang diberikan kepada siswa
harus memenuhi unsur tujuan dari segi kognitif, sehingga
peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
b) Aspek afektif

Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian,


sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi. Terdapat
taksonomi tujuan ranah kognitif meliputi 5 kategori yaitu
menerima, merespons, menilai, mengorganisasi, dan
karakterisasi.

c) Aspek psikomotorik

Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan ketrampilan


motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan
koordinasi saraf dan koordinasi badan. Terdapat taksonomi
ranah psikomotorik meliputi gerakan tubuh yang mencolok,
ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi
nonverbal, dan kemampuan berbicara. Dalam proses belajar
mengajar, tidak hanya aspek kognitif yang harus diperhatikan,
melainkan aspek afektif dan psikomotoriknya juga. Untuk
melihat keberhasilan kedua aspek ini, pendidik dapat
melihatnya dari segi sikap dan keterampilan yang dilakukan
oleh peserta didik setelah melakukan proses belajar mengajar.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu


faktor yang datang dari luar diri siswa (ekstern) atau faktor
lingkungan dan faktor yang datang dari dalam diri siswa (intern).
Seperti yang dikemukakan oleh Selameto antara lain:

a. Faktor eksternal, yaitu faktor yang datang dari luar diri peserta
didik seperti cara orang tua mendidik, suasana rumah, ekonomi
keluarga.
b. Faktor internal, yaitu faktor yang timbul dari siswa itu sendiri
yang sifatnya seperti:
1) Faktor jasmaniyah, seperti cacat tubuh dan kesehatan.
2) Faktor psikologis, seperti intelegensi, perhatian, minat,
bakat, kesiapan dalam belajar.38

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar


adalah:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri


siswa. Faktor ini terdiri dari :
1) Aspek fisiologis yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri siswa yang bersifat jasmaniah.
2) Aspek psikologis yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri siswa yang bersifat rohaniah, seperti intelegensi
siswa, sikap siswa, bakat, minat dan motivasi siswa.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri
siswa. Faktor ini dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1) Lingkungan sosial, lingkungan ini terdiri dari orang
tua, keluarga, guru, teman dan masyarakat.
2) Lingkungan non sosial, terdiri dari ruang tinggal, alat-
alat belajar, gedung sekolah, keadaan cuaca, dan
waktu belajar.
38
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya, 6 ed. (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h.
54.
c. Faktor pendekatan belajar yaitu segala cara atau strategi
yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan
efisiensi proses belajar materi tertentu.39

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa


faktorfaktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu faktor ekternal dan faktor
internal. Kedua faktor tersebut sangat berperan
mempengaruhi hasil belajar peserta didik, karena faktor
eksternal dan faktor internal datang dari luar ataupun
datang dari dalam diri peserta didik. Seperti faktor dari luar
bisa dari keluarga, teman, lingkungan setempat, dan faktor
dalam diri sendiri seperti motivasi, minat, sifat, dan bakat
siswa itu sendiri dalam belajar.

Berdasarkan hal tersebut dapat dipahami jika gaya


belajar termasuk kedalam faktor internal pada aspek
psikologis, yang mana gaya belajar ini merupakan faktor
yang berasal dari dalam diri siswa.

B. Kerangka Pikir

Dalam menciptakan situasi dan kondisi yang nyaman sangat diperlukan


dalam proses pembelajaran, seorang pendidik harus mampu mengelola kelas
dengan baik yaitu dengan cara memilih metode dalam melakukan pembelajaran
harus baik dengan tujuan pembelajaran dan juga keadaan kelas. Permasalahan
yang sering terjadi adalah ketika guru kurang kreatif dalam mengembangkan dan
menerapkan metode yang telah ditentukan dalam pembelajaran sehingga
menimbulkan kurangnya motivasi siswa atau perhatian siswa dalam menerima
pelajaran. Dalam penelitian ini seorang guru harus sekreatif mungkin dalam

39
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, h. 130.
mencoba menerapkan beberapa metode secara variatif yaitu metode ceramah,
diskusi, tanya 39 jawab, serta demonstrasi yang diharapkan dapat menumbuhkan
motivasi belajar siswa agar dapat mencapai hasil yang maksimal dalam belajar.

Yang menjadi indikator dalam variabel metode pembelajaran ini yaitu


metode ceramah, diskusi, tanya jawab, serta demonstrasi. Dari indikator tersebut
dapat diuraikan, Metode ceramah disini menjelaskan bahwa seorang guru harus
menyampaikan materi terlebih dahulu dan meminta perhatian siswa untuk
mendengarkan materi yang dijelaskan. Metode diskusi, dengan metode ini setelah
guru menjelaskan maka meminta siswa untuk berdiskusi dan saling menukar
pendapat terkait dengan materi yang diberikan. Tanya jawab, terkait dengan ini
ketika guru menjelaskan ada beberapa siswa yang kurang berkonsentrasi dalam
menerima pelajaran, sebagai guru harus memancing siswa dengan cara
melemparkan sebuah pertanyaan agar perhatian siswa tersebut terfokus kembali.

Metode demonstrasi, jika pembelajar terkait langsung dengan praktek atau


contoh nyata maka guru harus memperjelaskan langsung dengan menggunakan
contoh atau memprakteknya secara langsung. Untuk mencapai hasil yang
diinginkan dalam pembelajaran, seorang guru harus mampu meningkatkan
motivasi belajar siswanya agar siswa memiliki niat dalam menerima dan
mencermati pelajaran yang disampaikan. Ada beberapa indikator yang terdapat
dalam motivasi yaitu kuatnya kemauan untuk berbuat, jumlah waktu yang
disediakan untuk belajar, kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas lainnya,
serta ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Dari indikator tersebut peneliti menjelaskan bahwa Kuatnya kemauan untuk


berbuat, dalam hal ini siswa harus memiliki kemauan atau dorongan kuat 40 yang
muncul dari dalam dirinya sendiri sehingga dapat membangkitkan semangat pada
setiap siswa yang kemudian menciptakan adanya tingkah laku dan
mengarahkannya kepada tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Jumlah
waktu yang disediakan untuk belajar, sebagai seorang siswa harus membagikan
waktu untuk belajar yang banyak dan proses belajar bukan hanya dilakukan di
dalam kelas melainkan juga di luar kelas.

Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain, untuk mencapai


suatu tujuan pembelajaran dengan baik maka sebagai siswa harus merelakan
kewajiban yang lain dan mengutamakan waktunya untuk belajar. Ketekunan dalam
mengerjakan tugas, seorang siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam
mengerjakan setiap tugasnya, dimana orang ini mempunyai ketekunan dalam
belajar.

Keberhasilan siswa dalam belajar ditentukan oleh kemampuan seorang guru


dalam membangkitkan motivasi belajar siswa agar mencapai tujuan pembelajaran.

Metode Pembelajaran H1

H2 (X1)

Hasil Belajar (Y1)


Gaya Belajar (X2) H2

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

H01 : “Tidak terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa

di SMPN 1 Takeran”
Ha1 : “Terdapat pengaruh metode pembelajaran terhadap hasil belajar siswa di

SMPN 1 Takeran”

H02 : “Tidak terdapat pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa di SMPN

1 Takeran”.

Ha2 : “Terdapat pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar siswa di SMPN 1

Takeran”.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dirancang dengan menggunakan penelitian kuantitatif


deskriptif yaitu penelitian yang akan dibahas menjelaskan tentang keseluruhan
aspek-aspek yang diteliti. Penelitian ini juga merupakan penelitian studi lapangan
dengan menggunakan objek kajian yaitu “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan
Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII Di SMPN 1 Takeran”.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Penelitian tentang “Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII Di SMPN 1 Takeran” yang merupakan
wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang memiliki kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan sebagai populasi untuk diteliti dan
ditarik kesimpulannya. Karena itu, peneltian difokuskan pada guru sebagai
wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang memiliki kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan sebagai populasi untuk diteliti dan
ditarik kesimpulannya.40 Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik yang
berjumlah 20 orang peserta didik.

2. Sampel

Didasarkan pada suatu suatu pandangan, bahwa pengambilan anggota


sampling jenuh sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari
30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil,41 sehingga penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan
sampling jenuh di mana seluruh anggota populasi merupakan anggota sampel
yaitu 20 orang peserta didik.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket


atau kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Sugiyono (2014) menyatakan
bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Dengan demikian,
penggunaan instrumen penelitian yaitu untuk mencari informasi yang lengkap
mengenai suatu masalah, fenomena alam maupun sosial.42 Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghasilkan data yang akurat
yaitu dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur

40
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, (Cet. XV; Bandung:
Alfabeta, 2007), h. 90.
41
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, h. 96.
42
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, (Cet. XV; Bandung:
Alfabeta, 2007), h. 90.
suatu sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu
fenomena sosial”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis instrumen
angket atau kuesioner dengan pemberian skor sebagai berikut:

1. SS : Sangat setuju Diberi skor 5


2. S : Setuju Diberi skor 4
3. RG: Ragu-ragu Diberi skor 3
4. TS : Tidak setuju Diberi skor 2
5. ST : Sangat tidak setuju Diberi skor 1

D. Teknik Pengumpulan Data

Data Penelitian yang berawal pada minat peneliti untuk mengetahui


Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VII Di SMPN 1 Takeran, dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan penelitian.


2. Menentukan konsep dan hipotesa dan menggali kepustakaan.
3. Pengambilan sampel.
4. Pembuatan kuesioner.
5. Pekerjaan lapangan.
6. Pengolahan data.
7. Analisa dan pelaporan43

Mengacu pada prosedur penelitian di atas, sehingga penelitian ini dilakukan


melalui langkah-langkah sebagai berikut:

43
5Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Cet. I; Jakarta: LP3ES, 1989), h.
12
1. Mengajukan judul penelitian kepada pimpinan fakultas untuk mendapatkan
persetujuan, pengesahan, dan penetapan pembimbing skripsi.
2. Mengumpulkan dan mengkaji literatur dari berbagai sumber yang relevan.
3. Menyusun proposal untuk mendapatkan perizinan dari pihak-pihak yang
terkait.
4. Memilih metodologi penelitian yang tepat berdasarkan pedoman penyusunan
karya ilmiah yang digunakan.
5. Mengolah dan menganalisis data untuk memperoleh hasil dan kesimpulan.
6. Menyajikan laporan hasil penelitian untuk mendapatkan persetujuan dari
dosen pembimbing

E. Teknik Analisis Data

Untuk mendeskripsikan data kuantitatif, digunakan skala data nominal


yang menghasilkan data dalam bentuk kategori jawaban yang jumlahnya dihitung
dan dilukiskan dalam tabel ferekuensi jawaban.44 Untuk mengukur dan
menganalisis data yang bersifat inferensial, digunakan statistik inferensial berupa
product moment correlation dengan rumus:

∑ X Y rxy =
√ (∑ X 2)
(∑ Y 2)

dimana:

rxy = koefisien korelasi

∑XY = jumlah hasil kali skor X dengan skor Y yang berpasangan

∑X 2 = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X

∑Y 2 = jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y.45

44
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, h. 15.
Derajat korelasi digambarkan secara kuantitatif dengan koefisien korelasi, bahwa
suatu korelasi dikatakan positif bila tiap kenaikan unit di dalam suatu variabel,
terdapat kenaikan unit yang seimbang (proporsional) di dalam variabel lainnya.
Sebaliknya, suatu korelasi dikatakan negatif bila tiap kenaikan unit di dalam suatu
variabel, terdapat penurunan unit yang seimbang (proporsional) di dalam variabel
lainnya. Harga rhitung kemudian dibandingkan dengan harga rtabel dengan derajat
nyata tertentu, sehingga hipotesis H0 diterima atau ditolak, atau sebaliknya, H1
diterima atau ditolak.

45
7 Sudirman N, dkk; Ilmu Pendidikan: Kurikulum, Program Pengajaran, Efek Instruksional dan
Pengiring, CBSA, Metode Mengajar, Media Pendidikan, Pengelolaan Kelas, Evaluasi Hasil Belajar, (Cet.
III; Bandung: Remadja Karya, 1989), h.. 299.
Daftar Pustaka

Abu Ahmadi, PSikologi Belajar (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2013)


Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi Paikem (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2017)
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah; Metode dan Tekhnik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam, (Cet. II; Bandung: PT. Refika Aditama, 2013
Al-Qur’an dan Terjemahnya
Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual
(Inovatif). Bandung: Yrama Widya
Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006)
Hefa. Manfaat Motivasi Dalam Pembelajaran.
http://hefamandiri.blogspot.co.id/2015/11/manfaat-motivasi-dalam-
pembelajaran.html.
Ihsana El Khuluqo Belajar Dan Pembelajaran
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran: Teori & Aplikasi (Cet. 1; Jakarta:
ArRuzz Media, 2013)

M. Nur Ghufron, Gaya Belajar Kajian Teoritik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013)

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

Munzin. Agenda Reformasi Pendidikan Nasional.


http://mujalin.blogspot.co.id/2010/04/agenda-reformasi pendidikan-
nasional.html.
Mulyono, Strategi Pembelajaran (malang: UIN-maliki Pers, 2011)
Nandang Kosasih, Pembelajaran Quantum Dan Optimalisasi Kecerdasan (Bandung:
Alfabeta, 2013)

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar mengajar (Bandung:
Sinar Baru Algesindo, 2010), h. 5
Nurhayati. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Makassar: Penerbit UNM.
Pangewa, Maharuddin. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Makassar: Penerbit UNM.
Sadirman, Interaksi & motivasi Belajar mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya, 6 ed. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2013)
Sudirman N., dkk., Ilmu Pendidikan: Kurikulum, Program Pengajaran, Efek
Instruksional dan Pengiring, CBSA, Metode Mengajar, Media Pendidikan,
Pengelolaan Kelas, Evaluasi Hasil Belajar (Cet. 3; Bandung: Remadja Karya,
1989),
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, (Cet.
XV; Bandung: Alfabeta, 2007)
Sobri Sutikno, Belajar dan Pembelajaran (Lombok: Holistika, 2013)
Syaiful Bahri Djamarah; Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif Suatu
Pendekatan Teoretis Psikologis, (Cet.III; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010)
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran

Tampubolon, Saur. 2014. Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi


Pendidik dan Keilmuan. Jakarta: Erlangga.

Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam

Anda mungkin juga menyukai