Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN


A. Paparan Data
1. Deskripsi Data Penelitian
Lokasi yang dijadikan objek penelitian oleh penulis terletak di Jalan Baitul
Muttaqien RT 9/3 Ds Silir Kec Wates Kab Kediri. Waktu penelitian ini berlangsung
selama kurang lebih 3 bulan mulai bulan Oktober sampai dengan bulan Desember.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada siswa di MTS Miftahul
Huda Silir mengenai bagaimana efektivitas motede community language learning
dalam meningkatkan maharah kalam adalah sebagai berikut:
Hasil wawancara dengan siswa sebagai subjek yang melaksanakan metode
community language learning dalam meningkatkan maharah kalam, pada saat
mengikuti kegiatan belajar siswa kurang aktif dan memperhatikan guru ketika
melaksanakan metode community language learning. Hal ini sesuai dengan indikator
dalam pelaksanaan metode community language learning. Berbagai problematika yang
melatarbelakangi penelitian ini ada problematika pelaksaanan dengan berbagai faktor
yang mempengaruhi terjadinya problematika tersebut. Dari hasil lembar kerja peserta
didik tersebut, peneliti menemukan kesulitan siswa dalam melaksanakan metode
community language learning.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya problematika tersebut ada pada siswa yang
merasa

B. Temuan Penelitian
Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kesulitan Pembelajaran Imla’ adalah
sebagai berikut:
1. Hasil Wawancara Subjek
Pembelajaran menulis imla’ sangat penting bagi siswa untuk bisa menuasai
pembelajaran menulis imla’. Diantara yang mendukung kelancaran belajar al-qur’an
adalah dengan bisa menulis Imla’. Terutama di khususkan bagi siswa yang belum bisa
dan belum mahir dalam menulis imla’.
Hasil wawancara dengan siswa sebagai subjek penelitian pertama mengatakan
bahwa ia saat belajar memperhatikan guru, namun fikirannya tidak fokus karena
memikirkan main. Menurutnya pembelajaran tematik sulit. Ia kesulitan belajar dalam
materi pembagian. Saat guru menjelaskan ia belum langsung memahami, harus
dijelaskan berulang-ulang. Selain itu ada juga perbedaan dialog pengajar dan juga latar
belakang peserta didik dalam membaca Al-Qur’an. Faktor pembacaan Al-Qur’an peserta
didik. Sehingga tidak semua peserta didik sudah mahir dalam membaca Al-Qur’an, yang
menyebabkan peserta didik cukup sulit dalam membedakan berbagai huruf yang mirip
dalam pelafalan atau pengucapannya. Sedangkan hasil observasi (pengamatan) saat
orang tua siswa bekerja dan anaknya bermain bersama teman-temannya. Dan dimana
siswa jarang melakukan pembeljaran mandiri saat mempunyai waktu senggang.
Sehingga berdasarkanhal tesebut siswa lebih lama dan sulit saat melakukan
pembelajaran imla’ Dibimbingan Belajar Sarana Edukatif Armada Gontor (SUARGO).
Hasil wawancara dengan siswa subjek ke dua mengatakan bahwasanya dia
melakukan belajar rutin di rumah. Saat guru menjelaskan materi ia memperhatikan,
fikirannya pun fokus. Menurutnya pembelajaran imla’ sedikit sulit, kesulitan belajarnya
saat ada materi pembagian. Setelah guru menjelaskan dia belum langsung paham, harus
berulang-ulang. Kegiatan yang ia lakukan di rumah.
Sedangkan hasil observasi (pengamatan) yang dilakukan peneliti menyatakan
bahwa saat pembelajaran imla’ yang berlangsung di kelas sebelum masih kurang efektif
sehingga siswa memperhatikan guru menjelaskan namun dia belum langsung paham.
Saat ditanya guru ia belum bisa menjawab, lalu guru mengulang menjelaskan dan
ditanya lagi ia bisa menjawab. Saat di rumah siswa melakukan belajar mengulang materi
imla’ yang te;ah diberikan.
2. Faktor Penghambat Dan Pendukung Guru Dalam Menghadapi Pembelajaran Menulis
Imla’
a. Faktor Penghambat Siswa Dalam Belajar Imla’ Yaitu :
1) Siswa malas belajar Imla’(menulis al-Qur’an)
2) Siswa tidak aktif dalam belajar Imla’(menulis al- Qur’an)
3) Kurangnya daya Tarik siswa dalam belajar Imla’ (menulis al-Qur’an)
4) Siswa kurang bersungguh-sungguh dalam belajar Imla’(menulis al-Qur’an)
5) kurangnya keaktifan peserta didik dalam mendengar, menyalin dan sulit dalam
membedakan makhraj untuk menulis apa yang telah disampaikan oleh peserta
didik.
6) muatan materi terkesan selalu padat sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk diterapkan.
7) dapat membuat peserta didik lelah dan cepat menyerah. menulis dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang sudah ada.
b. Faktor Pendukung dalam pembelajaran Imla’:
1) Adanya harapan tangung jawab silabus dengan pengembangan pembelajaran ini
bisa dikembangkan menyesuaikan kaidah-kaidah imla‟ yang terbaru.
2) Tanggapan peserta didik bahwa dapat emperoleh bahan pelajaran yang baru
mengenai ilmu menulis Arab.
3) Harapan pendidik dengan desain pembelajaran ini menghasilkan kombinasi dari
pembelajaran yang lama dengan hal yang berkembang.
Observasi peneliti juga menemukan kendala seperti diatas, bahwa siswa memang
kurang aktif namun mereka tetap bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan, namun agar mereka tetap semangat dalam mengerjakan tugas tersebut ,
mereka harus selalu di beri dukungan dan perhatian yang baiksecara terus-menerus
dengan cara tetap mengingatkan untuk mengikuti pelajaran imla yang sedang
berlangsung oleh guru mata pelajaran imla’.
Dari beberapa pernyataan diatas dapat peneliti simpulkan bahwa semua faktor
yang dialami oleh siswa baik faktor pendukung maupun faktor penghambat jelas telah
memiliki guru cara mengatasinya. Setiap adanya perubahan yang dilaksanakan selalu
akan terdapat beberapa dampak dan hasil apapun yang telah dirubah. Perubahan
memeng sudah dijadikan tuntutan zaman yang terus menerus terjadi di dunia
Pendidikan.
3. .Upaya Guru Imla’ Mengatasi Kesulitan Siswa Pembelajaran Imla’ Dibimbingan Belajar
Sarana Edukatif Armada Gontor (SUARGO)
Pembelajaran imla’ merupakan suatu usaha untuk menemukan sesuatu hal yang di inginkan baik
berupa tugas maupun hal yang lainya. Dalam
Community Language Learning (CLL) adalah nama sebuah metode yang dikembangkan oleh
Charles A. Curran dan rekan-rekannya. Curran adalah seorang spesialis dalam bidang
konseling dan seorang profesor dalam bidang Psikologi di Universitas Loyola, Chicago.
Penerapannya terhadap teknik konseling psikologi untuk kegiatan belajar dikenal sebagai
Counseling-Learning. Community Language Learning merupakan penggunaan teori
Konseling-Learning untuk mengajar bahasa. CLL memperoleh inspirasi dari konseling
Rogerian (Rogers, 1951). Dalam istilah umum, konseling adalah satu orang memberikan
nasihat, bantuan, dan dukungan kepada orang lain yang memiliki masalah atau dalam
menyesaikan masalah yang dibutuhkan. Community Language Learning mengacu pada
metafora konseling untuk mendefinisikan kembali peran guru (sebagai konselor) dan peserta
didik (sebagai klien) di ruang kelas bahasa. Dengan demikian prosedur dasar CLL terlihat
sebagai hubungan antara konselor dan kliennya.
Teknik CLL juga memilikisegudang praktek pengajaran bahasa asing yang terkadang
digambarkan sebagai teknik humanistik (Moskowitz 1978). Moskowitz mendefinisikan
teknik humanistik sebagai perangkat kegiatan yang menggabungkan apa yang siswa rasakan,
pikirkan dan ketahui dalam bahasa target. Daripada penyangkalan diri menjadi cara hidup
yang bisa diterima, aktualisasi diri dan harga diri adalah latihan mengejar cita-cita. Teknik-
teknik tersebut dapat membantu membangun hubungan, kekompakan, dan perhatian yang
jauh melampaui apa yang sudah ada. . . membantu siswa untuk menjadi diri mereka sendiri,
untuk menerima diri mereka sendiri, dan bangga diri. . . membantu mendorong kepedulian
dan saling berbagi pada dalam kelas pengajaran bahasa asing (Moskowitz 1978: 2).
Singkatnya, teknik humanistik melibatkan seluruh orang, termasuk emosi dan perasaan (alam
afektif) serta pengetahuan linguistik dan keterampilan perilaku.
Kebiasaan Pengajaran bahasa yang menggunakanCommunity Language Learningadalah diisi
dengan sejumlah latihan yang digunakan dalam beberapa jenis program pendidikan bilingual
dan disebut oleh Mackey (1972) sebagai "alternasi bahasa." Dalam alternatif bahasa,
pesan/pelajaran /kelas adalah terlebih dahulu disajikan dalam bahasa asli dan kemudian
dalam bahasa kedua. Siswa mengetahui makna pesan L2 dari upaya mereka dalam mengingat
makna paralel dari aliran pesan LI. Mereka mulai menyusun sebuah pandangan tentang
bahasa diluar pesan-pesan tadi. Dalam CLL, seorang pelajar menyampaikan pesan dalam LI
kepada orang yang lebih tahu. Kemudian pesan tadi diterjemahkan ke dalam L2 oleh yang
lebih tahu. pelajar kemudian mengulangi pesan dalam L2, ditujukan kepada pelajar lain yang
ingin berkomunikasi. Peserta CLL didorong untuk terus " mendengar lebih banyak"
pengalaman antara pelajar lain dan kelompok yang lebih tahu. Hasil dari "mendengaradalah
bahwa setiap anggota kelompok dapat memahami apa pun yang diberikan pelajar yang
sedang mencoba untuk berkomunikasi (La Forge 1983: 45).

Anda mungkin juga menyukai