Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di dalam pengajaran Bahasa Indonesia, ada tiga aspek yang perlu diperhatikan,
yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor. Ketiga aspek itu berturut-turut
menyangkut ilmu pengetahuan, perasaan, dan keterampilan atau kegiatan berbahasa.
Ketiga aspek tersebut harus berimbang agar tujun pengajaran bahasa yang sebenarnya
dapat dicapai. Kalau pengajaran bahasa terlalu banyak mengotak-atik segi gramatikal saja
(teori), murid akan tahu tentang aturan bahasa, tetapi belum tentu dia dapat
menerapkannya dalam tuturan maupun tulisan dengan baik.
Bahasa Indonesia erat kaitannya dengan guru bahasa Indonesia, yakni orang-orang
yang tugasnya setiap hari membina pelajaran bahasa Indonesia. Dia adalah orang yang
merasa bertanggung jawab akan perkembangan bahasa Indonesia. Dia juga yang akan
selalu dituding oleh masyarakat bila hasil pengajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak
memuaskan. Berhasil atau tidaknya pengajaran bahasa Indonesia memang diantaranya
ditentukan oleh faktor guru, disamping faktor-faktor lainya, seperti faktor murid, metode
pembelajaran, kurikulum (termasuk silabus), bahan pengajaran dan buku, serta yang tidak
kalah pentingnya ialah perpustakaan sekolah dengan disertai pengelolaan yang memadai.
Sekarang ini pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah, dari Taman Kanak-
kanak sampai SLTA, bahkan sampai perguruan tinggi. Menurut Mulyono Sumardi, ketua
Himpunan Pembina Bahasa Indonesia menyatakan bahwa, “Dalam dunia Pendidikan,
keterampilan berbahasa Indonesia perlu mendapatkan tekanan yang lebih banyak lagi,
mengingat kemampuan berbahasa Indonesia di kalangan pelajar ini juga disebabkan oleh
kualitas guru, dari pihak lain munculnya anggapan bahwa setiap orang Indonesia pasti
bisa berbahasa Indonesia. Anggapan ini justru ikut merunyamkan dunia kebahasaan
Indonesia itu sendiri. (JS. Badudu. 1988: 74).
Pelajaran mengarang sebenarnya sangat penting diberikan kepada murid untuk
melatih menggunakan bahasa secara aktif. Disamping itu pengajaran mengarang di
dalamnya secara otomatis mencakup banyak unsur kebahasaan termasuk kosa kata dan
keterampilan penggunaan bahasa itu sendiri dalam bentuk bahasa tulis. Akan tetapi dalam
hal ini guru bahasa Indonesia dihadapkan pada dua masalah yang sangat dilematis. Di satu
sisi guru bahasa harus dapat menyelesaikan target kurikulum yang harus dicapai dalam
kurun waktu yang telah ditentukan.
1
Sementara di sisi lain porsi waktu yang disediakan untuk pelajaran mengarang relatif
terbatas, padahal untuk pelajaran mengarang seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup
panjang, karena diperlukan latihan-latihan yang cukup untuk memberikan siswa dalam
karang-mengarang. Dari dua persoalan tersebut kiranya dibutuhkan kreaivitas guru untuk
mengatur sedemikian rupa sehingga materi pelajaran mengarang dapat diberikan
semaksimal mungkin dengan tidak mengesampingkan materi yang lain.
Sekolah kita pada umumnya agak mengabaikan pelajaran mengarang. Ada
beberapa faktor penyebabnya yaitu, (1) sistem ujian yang biasanya menjabarkan soal-soal
yang sebagian besar besifat teoritis, (2) kelas yang terlalu besar dengan jumlah murid
berkisar antara empat puluh sampai lima puluh orang.
Materi ujian yang bersifat teoritis dapat menimbulkan motivasi guru bahasa
mengajarkan materi mengarang hanya untuk dapat menjawab soal-soal ujian, sementara
aspek keterampilan diabaikan. Sedangkan dengan kelas yang besar konsekuensi biasanya
guru enggan memberikan pelajaran mengarang, karena ia harus memeriksa karangan
murid-muridnya yang berjumlah mencapai empat puluh sampai lima puluh lembar,
kadang hal itu masih harus berhadapan dengan tulisan-tulisan siswa yang notabene sulit
dibaca. Belum lagi ia harus mengajar lebih dari satu kelas atau mengajar di sekolah lain,
berarti yang harus diperiksa empat puluh kali sekian lembar karangan. Oleh karena itu,
tidak jarang guru yang menyuruh muridnya mengarang hanya sebulah sekali atau bahkan
sampai berbulan-bulan.
Disamping hal-hal tersebut di atas ada asumsi sebagian guru yang menganggap
tugas mengarang yang diberikan kepada siswa terlalu memberatkan atau tugas itu terlalu
berat untuk siswa, sehingga ia merasa kasihan memberikan beban berat tersebut kepada
siswanya. Ia terlalu pesimis dengan kemampuan muridnya. Asumsi tersebut tidak bisa
dibenarkan, karena justru dengan seringnya latihan-latihan yang diberikan akan membuat
siswa terbiasa dengan hal itu.
Kita tahu bahwa keterampilan berbahasa akan dapat dicapai dengan baik bila
dibiasakan. Kalau guru selalu dihantui oleh perasaan ini dan itu, bagaimana muridnya
akan terbiasa menggunakan bahasa dengan sebaik-baiknya?
Berdasarkan paparan tersebut diatas maka peneliti ingin mencoba melakukan
penelitian dengan judul “Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Mengarang Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X-1 SMK Negeri 1
Perbaungan Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 ”

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai
berikut:
1. Seberapa jauh peningkatan prestasi belajar siwa dengan diterapkannya metode Belajar
Tuntas dalam belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas X-1 SMK Negeri 1
Perbaungan
2. Bagaimanakah pengaruh metode Belajar Tuntas terhadap motivasi belajar bahasa
Indonesia pada siswa Kelas X-1 SMK Negeri 1 Perbaungan ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode Belajar
Tuntas pada siswa Kelas X-1 SMK Negeri 1 Perbaungan
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode Belajar Tuntas
dalam belajar bahasa Indonesia pada siswa Kelas X-1 SMK Negeri 1 Perbaungan

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul
Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mengarang
Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas X-1 SMK Negeri 1 Perbaungan Semester Genap
Tahun Pelajaran 2017/2018 yang dilakukan oleh peneliti, dapat dirumuskan hipotesis
tindakan sebagai berikut:
"Jika Proses Belajar Mengajar Siswa Kelas X-1 menggunakan metode
Belajara Tuntas dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka dimungkinkan minat
belajar dan hasil belajar siswa Kelas X-1 SMK Negeri 1 Perbaungan akan lebih baik
dibandingkan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru sebelumnya".

D. Kegunaan Penelitian
Penelitain ini dapat memberikan manfaat bagi:
1. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
2. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang
dapat memberikan manfaat bagi siswa.
3. Siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling
peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.
3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran

Istilah belajar dan pembelajaran yang kita jumpai dalam kepustakaan asing adalah
learning dan instruction. Istilah learning mengandung pengetian proses perubahan yang
relatif tetap dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman, (Fortuna, 1981: 147).
Istilah instruction mengandung pengertian proses yang terpusat pada tujuan (goal directed
teaching process) yang dalam banyak hal dapat direncanakan sebelumnya (pree-planed).
Proses belajar yang terjadi adalah proses pembelajaran, yakni proses membuat orang lain
aktif melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. (Romiszowki, 1981: 4).
Pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar
dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses belajar-mengajar. Namun harus
diberi catatan bahwa tidak semua proses belajar-mengajar terjadi karena adanya proses
pembelajaran atau kegiatan belajar-mengajar, seperti belajar dari pengalaman sendiri,
(Udin Sarifuddin, 1995: 3).
Belajar dapat pula diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antar individu denga lingkungannya. Burton mengatakan
“Learning is change in the individual due to instruction of that individual and his
environment, which fells a need and makes him more capable of dealing undauntedly with
his environment. (Burton: The guidance of learning activities, 1994).
Dalam pengertian ini terdapat kata “change” (perubahan), yang berarti bahwa seseorang
setelah mengalami proses pengetahuannya, keterampilannya, maupun pada aspek
sikapnya, misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Kriteria
keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri individu yang belajar.
Pembelajaran identik sekali dengan proses belajar-mengajar. Proses dalam
pengertiannya disini merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat
belajar-mengajar, yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan (interindependent),
dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Yang dimaksud komponen atau unsur belajar-
mengajar antara lain tujuan istruksional, yang hendak dicapai dalam pembelajaran,
metode mengajar, alat peraga pengajaran, dan evaluasi sebagai alat ukur tercapai tidaknya
tujuan pembelajaran.
4
Dalam satu kali proses pembelajaran yang pertama dilakukan adalah merumuskan
tujuan pembelajaran khusus (TPK) yang dijabaran dari tujuan pembelajaran umum (TPU),
setelah itu langkah selanjutnya ialah menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan
tujuan tersebut. Selanjutnya menentukan metode mengajar yang merupakan wahana
penghubung materi pelajaran sehingga dapat diterima dan menjadi milik siswa, kemudian
menentukan alat peraga sebagai penunjang tercapainya tujuan pembelajaran.
Langkah terakhir yang harus dilakukan adalah menentukan alat evaluasi sebagai
pengukur tercapai-tidaknya tujuan yang hasilnya dapat dijadikan sebagai umpan balik
(feed back) bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajar maupun kualitas belajar
siswa.
Dari uraian ini jelas bahwa kegiatan belajar-mengajar atau yang disebut juga
pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling
berkaitan satu sama lain, dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.oleh karena
itu, guru dituntui melikiki kemampuan mengintegrasikan komponen-komponen tersebut
dalam kegiatan belajar-mengajar atau proses pembelajaran. (Udin Sarifudin, 1995: 3).

B. Memperkenalkan Belajar Aktif


Lebih dari 2400 tahun silam, Konfusius menyatakan:
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya lihat, saya ingat.
Yang saya kerjakan, saya pahami.
Tiga pertanyaan sederhana ini berbicara banya tentang perlunya cara belajar aktif.
Yang saya dengar, saya lupa.
Yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat.
Yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai
pahami. Dari yang saya dengar, lihat, bahas dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan
keterampilan. Yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai. (Melvin L. Siberman,
2004: 15).
Ada sejumlah alasan mengapa sebagian besar orang cenderung lupa tentang apa
yang mereka dengar. Salah satu alasan yang paling menarik ada kaitannya dengan tingkat
kecepatan bicara guru dan tingkat kecepatan pendengaran siswa.
Pada umumnya guru berbicara dengan kecepatan 100 hingga 200 kata permenit.
Tetapi beberapa kata-kata yang dapat ditangkap siswa dalam per menitnya? Ini tentunya
juga bergantung pada cara mereka mendengarkannya.

5
Jika siswa benar-benar berkonsentrasi, mereka akan dapat mendengarkan dengan penuh
perhatian terhadap 50 sampai 100 kat per menit, atau setengah dari apa yang dikatakan
guru. Itu karena siswa juga berpikir banyak selama mereka mendengarkan. Akan sulit
menyimak guru yang bicaranya nyerocos. Besar kemungkinan, siswa tidak bisa
konsentrasi karena, sekalipun materinya menarik, berskonsentrasi dalam waktu yang lama
memang bukan perkara mudah. Penelitian menunjukkan bahwa siswa mampu
mendengarkan (tanpa memikirkan) denga kecepatan 400 hingga 500 kata per menit.
Ketika mendengarkan dalam waktu berkepanjangan terhadap seorang guru yang berbicara
lambat, siswa cenderung menjadi jenuh, dan pikiran mereka mengembara entah ke mana.
Bahkan, sebuah penelitian menunjukkan bahwa dalam suatu perkualiahan
bergaya-ceramah, mahasiswa kurang menaruh perhatian selama 40% dari seluruh waktu
kuliah (Pollio, 1984). Mahasiswa dapat mengingat 70 persen dalam sepuluh menit
pertama kuliah, sedangkan dalam sepuluh menit terakhir, mereka hanya dapat mengingat
20% materi kuliah mereka (McKeachie, 1986).
Tidak heran bila mahasiswa dalam kuliah psikologi yang disampaikan dengan
gaya ceramah hanya mengetahui 8% lebih banyak dasri kelompok pembanding yang sama
sekali belum pernah mengikuti kuliah itu (Richard, dkk., 1989). Bayangkan apa yang bisa
didapatkan dari pemberian kuliah dengan cara seperti itu di perguruan tinggi.
Dua figur terkenal dalam gerakan kooperatif, David dan Roger Jonson, bersama
Karl Smith, mengemukakan beberapa persoalan berkenaan dengan perkuliahan yang
berkepanjangan (Johnson, Johnson & Smith, 1991).
- Perhatian masasiswa menurun seiring berlalunya waktu.
- Cara kuliah macam ini hanya menarik bagi peserta didik auditori.
- Cara ini cenderung mengakibatkan kurangnya proses belajar mengajar tentang
informasi faktual.
- Cara ini mengasumsikan bahwa mahasiswa memerlukan informasi yang sama dengan
langkah penyampaian yang sama dengan langkah penyampaian yang sama pula.
- Mahasiswa cenderung tidak menyukainya.
Dengan menambahkan media visual pada pemberian pelajaran, ingatan akan
meningkat dari 14 hingga 38 persen (Pike, 1989). Penelitian juga menunjukkanadanya
peningkatan hingga 200 persen ketika digunakan media visual dalam mengajarkan kosa
kata. Tidak hanya itu, waktu yang diperlukan untuk menyajikan sebuah konsep dapat
berkurang hingga 40 persen ketika media visual digunakan untuk mendukung presentasi
lisan. Sebuah gambar barangkali tidak memiliki ribuan kata, namun ia tiga kali lebih
efektif ketimbang kata-kata saja.
6
Ketika pengajaran memiliki dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan
akan menjadi lebih kuat berkat kedua system penyampaian itu. Juga, sebagian siswa,
seperti akan kita bahas nanti. Lebih menyukai satu cara penyampaian ketimbang cara
yang lain. Dengan menggunakan keduanya, kita memiliki peluang yang lebih besar untuk
memenuhi kebutuhan dari beberapa tipe siswa. Namum demikian belajar tidaklah cukup
hanya dengan mendengarkan atau melihat sesuatu.

C. Bagaimanakah Otak Bekerja

Otak kita tidak bekerja seperti piranti audio atau video tape recorder. Informasi
yang masuk akan secara kontinyu dipertanyakan. Otak kita mengajukan pertanyaan-
pertanyaan seperti ini.
Pernahkan saya mendengar atu melihat informasi ini sebelumnya?
Di bagian manakah informasi itu cocok? Apa yangbisa saya lakukan terhadapnya?
Dapatkah saya asumsikan bahwa ini merupakan gagasan yang sama yang saya dapatkan
kemarin atau bulan lau atau tahun lalu?
Otak tidak sekedar menerima informasi, ia mengolah.
Untuk mengolah informsi secara efektif, ia akn terbantu dengan melakukan
perenungan semacam itu secara eksternal juga internal. Otak kita akan melakukan tugas
proses belajar yang lebih baik jiak kita membahas informasi dengan orang lain dan jika
kita diminta mengajukan pertanyaan tentang itu.
Sebagai contoh, Ruhl, Hughes, dan Schloss (1987) meminta siswa untuk berdiskusi
dengan teman sebangkunya tentang apa yang dijelaskan oleh guru pada beberapa jeda
waktu yang disediakan selama pelajaran berlangsung. Dibandingkan dengan siswa dalam
kelas pembanding yang tidak diselingi diskusi, siswa-siswi ini mendapatkan nilai dengan
selisih dua angka lebih tinggi.
Akan lebih baik lagi jika kita dapat melakukan sesuatu terhadap informasi itu, dan
dengan demikian kita bisa mendapat umpan balik tentang seberapa bagus pemahaman
kita. Menurut John Holt (1967), proses belajar akan meningkat jika siswa dinima untuk
melakukan berikut ini.
1. Mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata mereka sindiri.
2. Memberikan contohnya.
3. Mengenalinya dalam bermacam-macam bentuk dan situasi.
4. Melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain.
5. Menggunakannya dengan beragam cara.
7
6. Memprekdisikan sejumlah konsekuensinya.
7. Menyebutkan lawan atau kebalikannya.
Dalam banyak hal, otak tidak begitu berbeda dengan sebuah computer, dan kita
adalah pemakainya. Sebuah computer terntunya perlu di-“on“-kan untuk bisa digunakan.
Otak kita juga demikian. Ketika kegiatan belajar sifatnya pasif, otak kita tidak “on”.
Sebuah computer membutuhkan software yang tepat untuk menginterpretasikan data yang
diasumsikan. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang dimasukkan.
Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah
kita ketahui dan dengan cara kita berpikir. Ketika proses belajar sifatnya pasif, otak tidak
melakukan pengkaitan ini dengan software pikiran kita. Ujung-ujungnya, computer tidak
dapat mengakses kembali informasi yang dia olah bila tidak terlebih dahulu “disimpan”.
Otak kita perlu menguji informasi, mengikhtisarkannya, atau menjelaskan kepada orang
lain untuk dapat menyimpannya dalam bank ingatannya. Ketika proses belajar bersifat
pasif, otak tidak menyimpan apa yang telah disajikan kepadanya.
Apa yang terjadi ketika guru menjejali siswa dengan pemikiran mereka sendiri
(betapapun meyakinkan dan tertatanya pemikitan mereka) atau ketika guru terlalu sering
menggunakan penjelasan dan pemeragaan (demonstrasi) yang dsertai ungkapan, “begini
lho caranya”? menuangkan fakta dan konsep ke dalam benak siswa dan menunjukan
keterampilan dan prosedur dengan cara yang kelewat menguasai justru akan mengganggu
proses belajar. Cara menyajikan informasi akan menimbulkan kesan langsung di otak,
namun tanpa memori fotografis, siswa tidak akan mendapatkan banyak hal baik dalam
waktu lama maupun sebentar.
Tentu saja, proses belajar sesungguhnya bukanlah semata kegiatan menghafal.
Banyak hal yang kita ingat akan hilang dalam beberapa jam. Memperlajari bukanlah
menelan semuanya. Untuk mengingat apa yang telah diajarkan, siswa harus mengolahnya
atau memahaminya. Seorang guru tidak dapat dengan serta merta menuangkan sesuatu ke
dalam benak para siswanya, mereka dengar dan lihat menjadi satu kesatuan yang
bermana.
Tanpa peluang untuk mendiskusikan, mengajukan pertanyaan, mempraktekan, dan
barangkali bahkan mengajarkannya kepada siwa yang lain, proses belajar yang
sesungguhnya tidak akan terjadi.
Lebih lanjut, belajar bukanlah kegiatan sekali tembak. Proses belajar berlangsung
secara bergelombang. Belajar memerlukan kedekatan dengan materi yang hendak
dipelajari, jauh sebelum bisa memahaminya. Belajar juga memerlukan kedekatan dengan
berbagai macam hal, bukan sekedar pengulangan atau hafalan.
8
Sebagai contoh, pelajaran Bahasa Indonesia bisa diajarkan dengan media yang konkret,
melalui buku-buku latihan, dan dengan mempraktekan dalam kegiatan sehari-hari. Msing-
masing cara dalam menyajikan konsep akan menentukan pemahaman siswa. Yang lebih
penting lagi adalah bagaimana kedekatan itu berlangsung. Jika ini terjadi pada peserta
didik, dia akan merasakan sedikit keterlibatan mental. Ketika kegiatan belajar sifatnya
pasif, siswa mengikuti pelajaran tanpa rasa keingintahuan, tanpa mengajukan pertanyaan,
dan tanpa minat terhadap hasilnya (kecuali, barangkali, nilai yang akan dia peroleh).
Ketika kegiatan belajar sifat aktif, siswa akan mengupayakan sesuatu. Dia menginginkan
jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan informasi untuk memecahkan masalah,
atau mencari cara untuk mengerjakan tugas.

D. Gaya Belajar

Kalangan pendidik telah menyadari bahwa peserta didik memiliki bermacam cara
belajar. Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain
melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut.
Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka
biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda
dengan peserta didik auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk
memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru, dan membuat catatan. Mereka
menggurulkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka
mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan.
Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan. Mereka
cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran, mereka mungkin
saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar
boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara belajar.
Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat
belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan belajar yang berkombinasi
antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa siswanya sedemikan menyukai salah
satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras
untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran sesuai
dengan ara yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran harus bersifat
mulitsensori dan penuh dengan variasi.

9
Kalangan pendidikan juga mencermati adanya perubahan cara belajar siswa.
Selama lima belas tahun terakhir, Schroeder dan koleganya (1993) telah menerapkan
indikator tipe Myer-Briggs (MBTI) kepada mahasiswa baru
MBTI merupakan salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam dunia
pendidikan dan untuk memahami fungsi perbedaan individu dalam proses belajar.
Hasilnya menunjukkan sekitar 60 persen dari mahasiswa yang masuk memiliki orientasi
praktis ketimbang teoritis terhadap pembelajaran, dan persentase itu bertambah setiap
tahunnya. Mahasiswa lebih suka terlibat dalam pengalaman langsung dan konkret
daripada mempelajari konsep-konsep dasar terlebih dahulu dan baru kemudian
menerapkannya. Penelitain MBTI lainnya, jelas Schroeder, menunjukkan bahwa siswa
sekolah menengah lebih suka kegiatan belajar yang benar-benar aktif dari pada kegiatan
yang reflektif abstrak, dengan rasio lima banding satu. Dari semua ini, dia menyimpulkan
bahwa cara belajar dan mengajar aktif sangat sesuai dengan siswa masa kini. Agar bisa
efektif, guru harus menggunakan yang berikut ini: diskusi dan proyek kelompok kecil,
presentasi dan debat, dalam kelas, latihan melalui pengalaman, pengalaman lapangan,
simulasi, dan studi kasus. Secara khusus Schroeder menekankan bahwa siswa masa kini
“bisa beradaptasi dengan baik terhadap kegiatan kelompok dan belajar bersama.”
Temuan-teman ini dapat dianggap tidak mengejutkan bila kita mempertimbangkan
secepatnya laju kehidupan modern.
Dimasa kini siswa dibesarkan dalam dunia yang segala sesuatunya berjalan
dengan cepat dan banyak pilihan yang tersedia. Suara-suara terdengar begitu menghentak
merdu, dan warna-warna terlihat begitu semarak dan menarik. Obyek, baik yang nyata
maupun yang maya, bergerak cepat. Peluang untuk mengubah segala sesuatu dari satu
kondisi ke kondisi lain terbuka sangat luas.

E. Sisi Sosial Proses Belajar


Karena siswa masa kini menghadapi dunia di mana terdapat pengetahuan yang
luas, perubahan pesat, dan ketidakpastian, mereka bisa mengalami kegelisahan dan
bersikap defensif. Abraham Maslow mengajarkan kepada kita bahwa manusia memiliki
dua kumpulan kekuatan atau kebutuhan yang satu berupaya untuk tumbuh dan yang lain
condong kepada keamanan. Orang yang dihadapkan pada kedua kebutuhan ini akan
memiliki keamanan ketimbang pertumbuhan. Kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi
sebelum bisa sepenuhnya kebutuhan untuk mencapai sesuatu mengambil resiko, dan
menggali hal-hal baru.
10
Pertumbuhan berjalan dengan langkah-langkah kecul, menurut Maslow, dan “tiap langkah
maju hanya dimungkin akan bila ada rasa aman, yang mana ini merupakan langkah ke
depan dari suasana rumah yang aman menuju wilayah yang belum diketahui” (Maslow,
1968).
Salah satu cara utama untuk mendapatkan rasa aman adalah menjalin hubungan
dengan orang lain dan menjadi bagian dari kelompok. Perasaan saling memiliki ini
memungkinkan siswa untuk menghadapi tantangan.
Ketika mereka belajar bersama teman, bukannya sendirian, mereka mendapatkan
dukungan emosional dan intelektual yang memungkinkan mereka melampaui ambang
pengetahuan dan ketermapilan mereka yang sekarang.
Jerome Bruner membahas sisi sosial proses belajar dama buku klasiknya, Toward
a Theory of Instruction. Dia menjelaskan tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk
merespon orang lain dan untuk bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan,” yang
mana hal ini dia sebut resiprositas (hubungan timbal balik).
Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan sumber motivasi yang bisa
dimanfaatkan oleh guru sebagai berikut, “Di mana dibutuhkan tindakan bersama, dan di
mana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuan, disitulah
terdapat proses yang membawa individu ke dalam pembelajaran membimbingnya untuk
mendapatkan kemampuan yang diperlukan dalam pembentukan kelompok” (Bruner,
1966).
Konsep-konsepnya Maslow dan Bruner melgurusi perkembangan metode belajar
kolaboratif yng sedemikian popular dalam lingkup pendidikan masa kini. Menempatkan
siswa dalam kelompok dan memberi mereka tugas yang menuntut untuk bergantung satu
sama lain dalam mengerjakannya merupakan cara yang bagus untuk memanfaatkan
kebutuhan sosial siswa. Mereka menjadi cenderung lebih telibat dalam kegiatan belajar
karena mereka mengerjakannya bersama teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga
langsung memiliki kebutuhan untuk membicarakan apa yang mereka alami bersama
teman, yang mengarah kepada hubungan-hubungan lebih lanjut.
Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar
dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif dengan cara khusus. Apa
yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada
teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan
materi pelajaran. Metode belajar bersama yang terbaik, semisal pelajaran menyusun
gambar (jigsaw), memenuhi persyaratan ini.

11
Pemberian tugas yang berbeda kepada siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya
belajar bersama, namun juga mengajarkan satu sama lain.

F. Pengertian Kalimat Langsung dan Tak Langsung

Kalimat langsung yaitu kalimat berita yang memuat peristiwa atau kejadian dan
sumber lainyang langsung ditiru, dikutip, atau mengulang kembali ujaran dan sumber
tersebut. Klimat tidak langsung yaitu kalimat berita yang memuat peristiwa atau kejadian
dan sumber lain, yang kemudian diubah susunannya oleh penutur. Artinya, tidak
menirukan sumber itu (Ambary, dkk. 1999).
Pada buku lain dijelaskan tentang variasi kalimat langsung beserta contohnya.
1. Kalimat langsung dengan susunan penggunaan kutipan.
Kata Gendon, “Andi belum pulang”.
Gendon berkata, “Andi belum pulang”.
Tanya Ayah, “Andi ada di rumah?”
Ayah bertanya, “Andi ada di rumah?”
2. Kalimat langsung dengan susunan penggunaan kutipan.
3. Kalimat langsung dengan susunan kutipan pengiring.
“Andi belum pulang?,” kata Gendon.
“Andi ada di rumah?” Tanya ayah
masih ada satu lagi susunan yang lain, yang merupakan campuarn dn keduanya
(dengan penambahan seperlunya).
Kalimat langsung dengan susunan kutipan.
“Saya belum siap,” kata Indra, “tunggu sebentar.”

G. Metode Belajar Tuntas

Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik
mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh
materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara
maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan
tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir
tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap
peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

12
Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan
hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan
penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari
para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi
yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu
merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi adalah
memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta
didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta
didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik
dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).
Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas
dalam hal berikut : (1) pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap
bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test);
(2) peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar
menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan; dan (3)
pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal mencapai taraf
penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial (pengajaran korektif).
Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu: (1)
mengidentifikasi pra-kondisi; (2) mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar;
dan (3c) implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk
menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi :
(1) corrective technique yaitu semacam pengajaran remedial, yang dilakukan memberikan
pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode
yang berbeda dari sebelumnya; dan (2) memberikan tambahan waktu kepada peserta didik
yang membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara tuntas).
Di samping implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak
diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem belajar tuntas mencapai hasil
yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik hardware maupun software,
termasuk penggunaan komputer (internet) untuk mengefektifkan proses belajar.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian


tindakan dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suaut teknik/metode
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di
Kelas X-1 TKR SMK Negeri 1 Perbaungan

2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian
ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari s.d. Maret 2018
semester genap tahun pelajaran 2017/2018 .

3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi Kelas X-1 TKR SMK Negeri 1
Perbaungan pada pokok bahasan mengarang.

B. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim


Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan
(dalam Mukhlis, 2003: 3).
Sedangkah menurut Muhlis (2003: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran
yang dilakukan.
14
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek
pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2003: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang berikutnya.
Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan),
dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah
direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi
permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada
gambar berikut

Puta
ran 1

Refleksi Rencana
awal/rancangan Puta
ran 2
Tindakan/
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi Puta
ran 3
Tindakan/
Observasi

Rencana yang
Refleksi direvisi
Gambar 3.1 Alur PTK
Tindakan/
Observasi

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan


masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai
upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya metode pembelajaran model Belajar Tuntas.
15
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat
rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing
putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu
sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat
dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah
dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi
kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan
kegiatan belajar mengajar.

3. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, digunakan
untuk mengukur kemampuan pemahaman bacaan dalam bahasa Indonesia pada pokok
bahasan mengarang.

D. Kriteria Penilaian
Untuk mempermudah evaluasi terhadap tingkat kemampuan siswa, perlu
dirumuskan criteria penilaian sebagai berikut:
1. Kategori benar semua.
2. Kategori benar sebagian.
3. Kategori salah semua.
4. Katageri tanpa percakapan.

16
Prosentase dan jumlah kategori 1 dan 2 menunjukkan tingkat keberhasilan
pembelajaran. Kriteria ini diberikan karena pertimbangan bahwa penulisa kalimat
langsung merupakan pekerjaan yang sulit dicapai kesempurnaannya.
Untuk ketuntasan belajar ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara
perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunju pelaksanaan belajar mengajar
kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah
mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%.
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

17
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang


terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolahan belajar
aktif.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada


tanggal 13 Februari 2018 di Kelas X-1 TKR dengan jumlah siswa 36 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar
mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan
belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah wali Kelas X-1 SMK Negeri 1
Perbaungan
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah
sebagai berikut:

18
Tabel 1. Hasil Kegiatan Belajar Mengarar Mengarang Siklus I
Jenis Kesalahan
No. Nama Siswa
1 2 3 4
1 ABU HASAN √
2 ADI MAWARDI √
3 ANISHA PANE √
4 AKHIRUDDIN SIREGAR √
5 BUNGARAN SIMANJUNTAK √
6 BUDI SUPRIONO √
7 CHARLES SIMANUNGKALIT √
8 CITA HAPSARI √
9 DEWI ARGADIA √
10 DIDIK DARMADI √
11 DHIKA PRAYOGI HASUGIAN √
12 ENOS SURBAKTI √
13 EKO HANDOYO √
14 FRANSISKA SIMANUNGKALIT √
15 FRIDA MARGARETHA PURBA √
16 GUNAWAN SANJAYA TARIGAN √
17 GITA NADA √
18 HARRY MARDINO √
19 HERBERT MANURUNG √
20 INGNATIUS PRALAYA √
21 IIS SURYANI KABAN √
22 INTAN MAGDALENA SIPAYUNG √
23 JOSKAR PARDEDE √
24 KALSIUM MEDIKA √
25 KALIMANTO BANJARAN √
26 LISBETH SILALAHI √
27 LINA ARDINA √
28 LEGIAH PURNAMA √
29 MARDIONO √
30 MERDINO SURYA PRAYOGO √
31 NURMAYANTI √
32 NILAM SARI √
33 OSKAR HAMONANGAN SIAGIAN √
34 PETRUS GIRSANG √

19
35 MAULIDINA LUBIS √
36 TERKELIN GINTING √
Jumlah 14 14 6 5

Keterangan:
1. Benar semua : 14 orang
2. Benar sebagian : 14 orang
3. Salah semua : 6 orang
4. Tanpa percakapan : 5 orang
Klasikal : Belum tuntas

Tabel 2. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I


No Uraian Hasil Silkus I
1 Benar semua 35,89%
2 Benar sebagian 35,89%
3 Salah semua 15,38%
4 Tanpa percakapan 12,82%

Tingkat keberhasilan pada siklus I adalah 35,89% + 35,89% = 71,78%.


Siswa yang membuat karangan tanpa percakapan sebanyak 5 siswa dan yang
membuat karangan dengan percakapan tapi salah cara membuat kutipannya
sebanyak 6 orang. Hal ini menunjukkan siswa kurang memahami penjelasan guru.
Hasil observasi masih kurang memuaskan, karean perhatiansiswa doperoleh
secara paksa. Meskipun hanya tahab awal. Perhatian tidak tumbuh secara
alamiah.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal
siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memahami mata pelajaran karang-
mengarang hanya sebesar 71,78% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang
dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa
baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan
menerapkan model belajar aktif.

20
c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari
hasil pengamatan sebagai berikut:
1. Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran
2. guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
3. Siswa kurang bitu antusias selama pembelajaran berlangsung

d. Refisi

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat


kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam
menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat
langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan
informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga
siswa bisa lebih antusias.

3. Siklus II

a. Tahap perencanaan
Pada tahap inipeneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri
dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan belajar
aktif dan lembar observasi guru dan siswa.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada
tanggal 10 Maret 2018 di Kelas X-1 SMK Negeri 1 Perbaungan dengan jumlah
siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulanga
lagi pada siklus II.
21
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah wali Kelas ibu Handayani, S.Pd
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes formatif II.
Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Hasil Kegiatan Belajar Mengarar Mengarang Siklus II
Jenis Kesalahan
No. Nama Siswa
1 2 3 4
1 ABU HASAN √
2 ADI MAWARDI √
3 ANISHA PANE √
4 AKHIRUDDIN SIREGAR √
5 BUNGARAN SIMANJUNTAK √
6 BUDI SUPRIONO √
7 CHARLES SIMANUNGKALIT √
8 CITA HAPSARI √
9 DEWI ARGADIA √
10 DIDIK DARMADI √
11 DHIKA PRAYOGI HASUGIAN √
12 ENOS SURBAKTI √
13 EKO HANDOYO √
14 FRANSISKA SIMANUNGKALIT √
15 FRIDA MARGARETHA PURBA √
16 GUNAWAN SANJAYA TARIGAN √
17 GITA NADA √
18 HARRY MARDINO √
19 HERBERT MANURUNG √
20 INGNATIUS PRALAYA √
21 IIS SURYANI KABAN √
22 INTAN MAGDALENA SIPAYUNG √
23 JOSKAR PARDEDE √
24 KALSIUM MEDIKA √
25 KALIMANTO BANJARAN √
26 LISBETH SILALAHI √
27 LINA ARDINA √

22
28 LEGIAH PURNAMA √
29 MARDIONO √
30 MERDINO SURYA PRAYOGO √
31 NURMAYANTI √
32 NILAM SARI √
33 OSKAR HAMONANGAN SIAGIAN √
34 PETRUS GIRSANG √
35 MAULIDINA LUBIS √
36 TERKELIN GINTING √
37 ROMADIANA √
38 SRI APRILIANA √
39 TOGU PARDAMEAN TURNIP √
Jumlah 15 17 4 3
Keterangan:
1. Benar semua : 15 orang
2. Benar sebagian : 17 orang
3. Salah semua : 4 orang
4. Tanpa percakapan : 3 orang
Klasikal : Belum tuntas

Tabel 4. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II


No Uraian Hasil Silkus II
1 Benar semua 38,46%
2 Benar sebagian 43,58%
3 Salah semua 10,25%
4 Tanpa percakapan 7,69%

Tingkat keberhasilan pada siklus I adalah 38,46% + 43,58% = 82,04%.


Siswa yang membuat karangan tanpa percakapan sebanyak 3 siswa dan yang
membuat karangan dengan percakapan tapi salah cara membuat kutipannya
sebanyak 4 orang. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai
82,04% atau ada 32 siswa yang tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit
lebih baik dari siklus I.

23
Adanya peningkatan hasil belajr siswa ini karena setelah guru menginformasikan
bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan
berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai
mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan model
belajar aktif.

c. Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil
pengamatan sebagai berikut:
1. Memotivasi siswa
2. Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3. Pengelolaan waktu
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belelajar pada siklus II ini masih terdapat
kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus
II antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih
termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam
diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan
kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan
pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal
latihan pda siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.

3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengelolaan cara
belajar aktif model penajaran terarah dan lembar observasi aktivitas guru dan
siswa.

24
b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada


tanggal 17 Maret 2018 di Kelas X-1 SMK Negeri 1 Perbaungan dengan jumlah
siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi
pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang
lagi pada siklus III.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan
belajar mengajar. Sebagai pengamat adalah wali Kelas ibu Handayani, S.Pd dan
bapak Nurhadiansyah, S.Pd seorang sukarelawan.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III.
Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Kegiatan Belajar Mengarar Mengarang Siklus III


Jenis Kesalahan
No. Nama Siswa
1 2 3 4
1 ABU HASAN √
2 ADI MAWARDI √
3 ANISHA PANE √
4 AKHIRUDDIN SIREGAR √
5 BUNGARAN SIMANJUNTAK √
6 BUDI SUPRIONO √
7 CHARLES SIMANUNGKALIT √
8 CITA HAPSARI √
9 DEWI ARGADIA √
10 DIDIK DARMADI √
11 DHIKA PRAYOGI HASUGIAN √
12 ENOS SURBAKTI √
13 EKO HANDOYO √
14 FRANSISKA SIMANUNGKALIT √
15 FRIDA MARGARETHA PURBA √
16 GUNAWAN SANJAYA TARIGAN √

25
17 GITA NADA √
18 HARRY MARDINO √
19 HERBERT MANURUNG √
20 INGNATIUS PRALAYA √
21 IIS SURYANI KABAN √
22 INTAN MAGDALENA SIPAYUNG √
23 JOSKAR PARDEDE √
24 KALSIUM MEDIKA √
25 KALIMANTO BANJARAN √
26 LISBETH SILALAHI √
27 LINA ARDINA √
28 LEGIAH PURNAMA √
29 MARDIONO √
30 MERDINO SURYA PRAYOGO √
31 NURMAYANTI √
32 NILAM SARI √
33 OSKAR HAMONANGAN SIAGIAN √
34 PETRUS GIRSANG √
35 MAULIDINA LUBIS √
36 TERKELIN GINTING √
Jumlah 16 20 3 -

Keterangan:
1. Benar semua : 16 orang
2. Benar sebagian : 20 orang
3. Salah semua : 3 orang
4. Tanpa percakapan : -
Klasikal : Tuntas

Tabel 6. Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil Silkus III


1 Benar semua 41,02%
2 Benar sebagian 51,28%
3 Salah semua 7,69%
4 Tanpa percakapan -

26
Tingkat keberhasilan pada siklus I adalah 41,02% + 51,28% = 92,30%.
Siswa yang membuat karangan tanpa percakapan tidak ada dan yang membuat
karangan dengan percakapan tapi salah cara membuat kutipannya sebanyak 3
orang. Hasil ini menunjukkan bahwa ketuntasan belajar mencapai 92,30% atau
ada 36 siswa yang tuntas belajar dari 39 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa pada
siklus III ini ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai. Adanya peningkatan
hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan
guru dalam menerapkan belajar aktif sehingga siswa menjadi lebih terbiasa
dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang telah diberikan.

c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun
yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan belajar
aktif. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran
dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase
pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses
belajar berlangsung.
3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan
peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan belajar aktif dengan baik dan dilihat
dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar
sudah berjalan dengan baik.
Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan
untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang
telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan belajar aktif dapat meningkatkan proses belajar mengajar
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

27
C. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa cara belajar aktif model
Belajar Tuntas memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang
disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-
masing 71,78%, 82,04%, dan 92,30%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara
klasikal telah tercapai.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar aktif
dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap
prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata
siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

28
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemampuan menuliskan kalimat langsung dalam karangan dapat ditingkatkan


dengan cara belajar aktif model pembelajaran terarah. Kalimat langsung memiliki system
penulisan yang sangat rumit, oleh karena itu pembelajarannya perlu secara berulang ulang
.Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan cara belajar aktif model Belajar Tuntas memiliki dampak positif
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (71,78%), siklus II
(82,04%), siklus III (92,30%).
1. Penerapan cara belajar aktif model Belajar Tuntas mempunyai pengaruh positif, yaitu
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban
siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengn model belajar aktif
sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar Bahasa Indonesia lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan belajar aktif memerlukan persiapan yang cukup matang,


sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa
diterapkan dengan cara belajar aktif model Belajar Tuntas dalam proses belajar
mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

29
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering
melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, dimana
siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan
keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan.
4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar
diperoleh hasil yang lebih baik.

30
DAFTAR PUSTAKA

Ambary, Abdullah, dkk. 1999. Penuntun Terampil berbahasa Indonesia dan Petunjuk guru.
Bandung: Trigenda Karya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung: Reneksa
Cipta.
Gilbert A. Churchil.1991. Marketing Research Metodological Foundations. New York: The
Dryden Press.
Harisiati, Titik. 1999. Penelitian Tindakan Sebagai Aplikasi Metode Ilmiah dan Pemecahan
Masalah Pembelajaran bahasa Dalam Seminar FPBS IKIP Malang.
Melvin. L. Silberman. 2004. Active Learning. 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nuansa dan Nusamedia.
Poerwadarminta, WJS. 1979. ABC Karang Mengarang. Yokyakarta. UP.
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sumardi & Nur Anggraeni. 2005. Terampil Berbahasa Indonesia Untuk SMA. Jakarta:
Erlangga.

31
Lampiran 1 :
RENCANA PELAKSANAANAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Perbaungan


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X-1 TKR / 2
Alokasi Waktu : 4 x 40 menit ( 2x pertemuan )
Standar Kompetensi : 9. Memahami isi berita dari radio/televisi
Kompetensi Dasar : 9.2. Mengemukakan kembali berita yang
didengar/ditonton melalui radio/televisi

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa mampu
- Pertemuan Pertama:
o Mendengarkan rekaman berita dari radio/TV

o Menganalisis pokok-pokok berita yang didengar

o Mendiskusikan penulisan berita dengan urutan pokok-pokok berita yang bervariasi

- Pertemuan Kedua :
o Menulis satu teks berita

o Menyunting teks berita tulisan sendiri atau teman

 Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines)


Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Berani ( courage )
II. Materi Ajar
Cara mengemukakan kembali berita dan implementasinya

III. Metode Pembelajaran


– Contoh – Diskusi
– Tanya jawab – Penugasan
– Latihan

32
IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
A. Kegiatan Awal
Pertemuan Pertama :
 Apersepsi :
 Bertanya jawab tentang tema ”Ekonomi”
 Membuka kembali ingatan siswa tentang kegiatan mendengarkan berita
 Memotivasi :
 Menyampaikan kembali isi berita tersebut
B. Kegiatan Inti•
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang
tepat
 melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber;
 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain;
 memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
 memfasilitasi peserta didik dapat Mendengarkan pembacaan teks berita ”Dana Nasabah
Bank Global Hari Ini Dicairkan” yang akan dibacakan oleh salah satu teman
 Tiap anak membuat dua pertanyaan pada kertas, kemudian dikocok
 Siswa mengambil dua gulungan kertas tersebut, dan menjawab pertanyaannya

 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
 memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;
 memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar;

33
 memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
 memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
 memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan;
 memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
rasa percaya diri peserta didik.

 Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
 memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
 memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber,
 memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan,
 memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar:
 berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar;
 membantu menyelesaikan masalah;
 memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
 memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
 memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif.
 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
 bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
 melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram;

34
 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

A. Kegiatan Awal
Pertemuan Kedua :
 Apersepsi :
 Bertanya jawab tentang tema ”Lingkungan”
 Membuka kembali ingatan siswa tentang kegiatan mendengarkan berita
dan cara menemukan pokok-pokok berita
 Memotivasi :
 cara Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui radio/ televisi.
B. Kegiatan Inti
 Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
 mampu bercerita dengan urutan yang baik,suara,lafal, intonasi, gesture dan mimik yang
tepat
 melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema
materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan
belajar dari aneka sumber;
 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain;
 memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan
guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
 melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
 memfasilitasi peserta didik dapat membacakan teks berita ”Tanaman Guttapercha
Terancam Punah” dengan memerhatikan intonasi, artikulasi, dan ekspresi
 Menyampaikan kembali isi berita tersebut

 Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
 memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk
memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
 memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif;

35
 memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajar;
 memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan
maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
 memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;
 memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan;
 memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
rasa percaya diri peserta didik.

 Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:


 memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat,
maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
 memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui
berbagai sumber,
 memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar
yang telah dilakukan,
 memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam
mencapai kompetensi dasar:
 berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta
didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar;
 membantu menyelesaikan masalah;
 memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
 memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
 memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi
aktif.
 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diktahui siswa
 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan

36
C. Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan penutup, guru:
 bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan
pelajaran;
 melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram;
 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.
 Menyimpulkan cara Mengemukakan kembali berita yang didengar/ditonton melalui
radio/ televisi.
V. Sumber/Bahan/Alat
Berita dari radio/televisi/rekaman yang diperdengarkan
Teks berita dari majalah/surat kabar yang dibacakan
Buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.

VI. Penilaian
 Penilaian dilaksanakan selama proses dan sesudah pembelajaran
Penilaian
Indikator Pencapaian
Teknik Bentuk
Kompetensi Instrumen
Penilaian Penilaian

 Mampu menuliskan Tes tulis Uraian  Tulis pokok-pokok berita


pokok-pokok berita dengan singkat!
dengan ejaan yang benar  Tulislah teks berita
 Mampu merangkai Tes Uji petik dengan cara merangkai
pokok-pokok berita praktik/ kerja secara bervariasi pokok-
secara bervasiasi menjadi pokok berita!
kinerja
teks berita  Suntinglah teks beritamu
 Mampu menyunting dan berita temanmu!
berita yang ditulis

37
Bentuk tes: lisan dan tertulis
No Aspek Penilaian Bobot Nilai
1 1. Keberanian mengungkapkan kembali isi berita 5
a. Berani (3)
b. Kurang berani (2)
c. Tidak berani (1)
2 2. Menjawab pertanyaan tentang teks 5
a. Semua benar (3)
b. Sebagian besar benar (2)
c. Sebagian besar salah (1)
3 3. Menggunakan penghubung yang 5
a. Tepat (3)
b. Kurang tepat (2)
c. Tidak tepat (1)

Keterangan
Skor maksimum 3 (3 × 5) = 45
Nilai akhir : Skor yang diperoleh
X 100
Skor maksimak

Perbaungan, 22 Februari 2018


Disetujui Oleh Peneliti
Kepala SMK Negeri 1 Perbaungan ,

RIZAL AMRI NASUTION, S.Pd SAMSINAR PASARIBU, S.Pd


NIP. 19710712 199801 1 002 NIP. 196007051981031019

38
Lampiran 2

Jadwal Penelitian
Bulan 2018
No Kegiatan
Februari Maret
1 Persiapan x

2 Siklus I x
a. Pertemuan 1 x
b. Pertemuan 2 x
c. Test Siklus I x

3 Siklus II
a. Pertemuan 1 x
b. Pertemuan 2 x
c. Test Siklus 2 x

4 Siklus III
d. Pertemuan 1 x
e. Pertemuan 2 x
f. Test Siklus 2 x

5 Analisis Data x x

6 Penyusunan Laporan x

39
Lampiran 3
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR GURU
Nama Sekolah : SMK Negeri 1 Perbaungan
Kelas / Semester : X-1 TKR / Genap TP. 2017/2018
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Petunjuk :Berilah tanda checklist (√) pada kolom skor menurut pendapat dan pengamatan
anda. Dengan criteria penilaian, 1 : kurang, 2 : sedang, 3 : baik, 4 : sangat baik
Skor
Deskriptor Indikator
1 2 3 4
A. Membuka 1. Menarik perhatian siswa
Pelajaran 2. Menjelaskan tujuan
pembelajaran
3. Memberi motivasi
4. Melakukan apersepsi
B. Menyajikan 1. Menggunakan rencana
Materi pembelajaran
Pelajaran 2. Guru menjelaskan materi
pelajaran
3. Menyiapkan alat dan bahan
4. Memberikan pertanyaan yang
bersifat terbuka mengarah
pada kegiatan
C. Kemampuan 1. Membacakan nama-nama
Membagi siswa secara keseluruhan
Kelompok 2. Membagi siswa menjadi
Diskusi beberapa kelompok
3. Membagi nomor siswa dalam
kelompok
4. Menjelaskan kepada siswa
pentingnya bekerja dalam
kelompok
D. Memberikan 1. Menyuruh siswa untuk saling
Petunjuk Tugas bekerja sama dalam tugas

40
Yang Akan kelompok masing-masing
Dikerjakan 2. Menjelaskan kepada siswa
untuk mencatat hasil diskusi
tiap-tiap kelompok di lembar
kerja
3. Guru menjelaskan agar siswa
melakukan diskusi dengan
menemukan permasalahan
4. Membimbing siswa
melakukan kegiatan diskusi
E. Menutup 1. Memberikan tugas kepada
Pelajaran siswa
2. Melakukan tanya jawab
3. Menyimpulkan pelajaran
4. Memberikan salam penutup
Jumlah Skor
Jumlah Skor yang Diperoleh
Skor Maksimum 80

Lampiran 4

41
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS BELAJAR SISWA
Lokasi : Kelas X-1 TKR SMK Negeri 1 Perbaungan
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Petunjuk :Perhatikan perilaku siswa di dalam kelas. Tulislah hasil pengamatan dengan
memberikan tanda checklist (√) pada setiap indikator yang diamati sesuai dengan kriteria
skor.
1 : kurang, 2 : sedang, 3 : baik, 4 : sangat baik
Skor
Deskriptor Indikator
1 2 3 4
A. Afektif 1. Kehadiran siswa di kelas
2. Perhatian saat mengikuti
pelajaran
3. Keaktifan siswa dalam
mengajukan dan menjawab
pertanyaan
4. Sikap/tingkah laku siswa
terhadap guru
5. Kejujuran dalam mengerjakan
test
B. Psikomotor 1. Siswa menempatkan diri
sesuai kelompok
2. Memperhatikan saat guru
memberikan petunjuk dan
pengarahan
3. Melakukan diskusi dengan
seksama
4. Tidak mengganggu kelompok
lain
5. Berani mengajukan diri untuk
presentasi mewakili kelompok
Jumlah Skor
Jumlah Skor yang Diperoleh
Jumlah Skor Maksimum 40

Lampiran 5 :
42
PEMERINTAH
Lampiran PROVINSI
5 : Surat Izin melaksanakan SUMATERA
seminar UTARA
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 PERBAUNGAN
Jalan Medan – T.Tinggi Km. 42 Kel.TualangKodePos: 20986 Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai
@mail : smkn1perbaungan@gmail.com

SURAT KETERANGAN
No : 321/SMKN1-Per/LL/II/2018

Kepala SMK Negeri 1 Perbaungan dengan ini menerangkan bahwa,


Nama : SAMSINAR PASARIBU, S.Pd
NIP : 19840821 200903 2 013
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pangkat/Golongan : Penata, III/c

yang bersangkutan adalah Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia pada SMK Negeri 1
Perbaungan dan telah melaksanakan Seminar terhadap Hasil Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK ) pada tanggal 15 Maret 2018 di Aula SMK Negeri 1 Perbaungan
dalam rangka memenuhi kelengkapan berkas Kenaikan Pangkat Golongan
III/c ke III/d
Demikian surat keterangan ini diperbuat untuk dapat dipergunakan
sebagaimana perlunya.

Perbaungan, 15 Maret 2018


Kepala Sekolah,

RIZAL AMRI NASUTION, S.Pd


NIP. 19710712 199801 1 002

Lampiran 6 : Undangan Seminar

43
PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 PERBAUNGAN
Jalan Medan – T.Tinggi Km. 42 Kel.TualangKodePos: 20986 Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai
@mail : smkn1perbaungan@gmail.com

Nomor : 322/SMKN 1 Prb/Und/III/2018 Perbaungan, 12 Maret 2018

Lamp : - Kepada Yth :


Hal : Undangan Seminar PTS Bapak/Ibu/Sdr………………
Di
Tempat
Dengan Hormat,

Dalam meningkatkan kualitas dan profesionalisme pendidik di SMK Negeri 1


Perbaungan kami akan melaksanakan Seminar Penelitian Tindakan Sekolah yang
akan dilaksanakan pada,

Hari / Tanggal : Selasa , 15 Maret 2018

Pukul : 14.00 sampai dengan 15.30 WIB\

Tempat : SMK Negeri 1 Perbaungan

Pemakalah : Samsinar Pasaribu, S.Pd

Judul Seminar :
“Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Mengarang Bahasa Indonesia Pada Siswa
Kelas X-1 TKR SMK Negeri 1 Perbaungan Semester Genap
Tahun Pelajaran 2017/2018 .”

Kepala Sekolah,

RIZAL AMRI NASUTION, S.Pd


NIP. 19710712 199801 1 002

Tembusan :
1. Kepala SMK Negeri 1 Perbaungan di Perbaungan
2. Pertinggal

44
Lampiran 7 : Berkas Pelaksanaan Seminar Penelitian

BERITA ACARA PELAKSANAAN SEMINAR


LAPORAN HASIL PENELITIAN
Pada hari ini :  Selasa, 15 Maret 2018
Pukul : 14.00-16.00wib
Bertempat di ruang : Aula SMK Negeri 1 Perbaungan
Pada Sekolah : SMK Negeri 1 Perbaungan
Dengan alamat : Jalan Perbaungan–T.Tinggi Km. 42 Tualang . Perbaungan
Nomor Telephon/Fax : 08397720002
Telah diselenggarakan acara Seminar Hasil Penelitian:
Dengan Judul :
“Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam
Meningkatkan Prestasi Belajar Mengarang Bahasa
Indonesia Pada Pada Siswa Kelas X-1 TKR SMK Negeri
1 Perbaungan Semester Genap Tahun Pelajaran
2017/2018 .”
Hasil Karya : SAMSINAR PASARIBU, S.Pd
NIP : 19861009 201101 2 019
Jabatan : Pengawas Sekolah
Pangkat/Golongan : Penata, III/c
Tempat Tugas : Dinas Pendidikan Kabupaten Kota Perbaungan
Pada Acara Seminar tersebut :
Sebagai Penyaji : Samsinar Pasaribu, S.Pd
Sebagai Moderator : Etti Mawadah, S.Pd
Tertib Acara Seminar : (a)Pembukaan, (b)Sambutan Kepala Sekolah, dan / atau
Pengawas Sekolah, (c)Pemaparan Singkat Laporan Hasil Penelitian Oleh Penyaji/ Penulis
Laporan, (d)Tanggapan, pertanyaan, kritik/ saran, masukan dari Peserta Seminar dan
Tanggapan dari Penyaji, (e)Penutup.
Jumlah Peserta yang Hadir : 12 Orang (Daftar Hadir Terlampir)

Adapun Notulen Jalannya Acara Seminar, Print Out Bahan Tayang Paparan Penyaji serta Foto
Kegiatan Seminar sebagaimana terlampir dalam Berita Acara ini.
Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sebenarnya, untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.
Perbaungan, 15 Maret 2018
Mengetahui
Kepala Sekolah, Ketua Panitia Seminar

Rizal Amri Nasution, S.Pd Muvidah, S.Pd


NIP. 19710712 199801 1 002 NIP. 19810913 200903 2 008

45
Lampiran 8:

DAFTAR HADIR ACARA PELAKSANAAN SEMINAR LAPORAN HASIL


PENELITIAN

Dengan Judul :

“Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam


Meningkatkan Prestasi Belajar Mengarang Bahasa
Indonesia Pada Pada Siswa Kelas X-1 TKR SMK Negeri
1 Perbaungan Semester Genap Tahun Pelajaran
2017/2018 .”

Hasil Karya : SAMSINAR PASARIBU, S.Pd


NIP : 19861009 201101 2 019
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pangkat/Golongan : Penata, III/c
Padahari/ Tanggal : Selasa, 15 Maret 2018
Pukul : 14.00 - 16.00 wib
Bertempat di ruang : Aula SMK Negeri 1 Perbaungan
Pada Sekolah : SMK Negeri 1 Perbaungan
Dengan alamat : Jalan Perbaungan–T.Tinggi Km. 42 Tualang . Perbaungan

T. TANGAN /
NO NAMA GURU Jabatan
PARAF
1 Rizal Amri Nasution, S.Pd Kepala Sekolah 1
2 Arianto, S.Pd Pengawas Binaan 2
3 Iswanto,S.Pd Wakasek Kurikulum 3
Wakasek Kesiswaan
4 Muvidah,S.Pd 4

5 Suryati Napitu,S.Pd Kepala Perpustakaan 5


6 Nurimah,S.Pd Guru Mata Pelajaran 6
7 Drs. Jatiman Simbolon Guru Mata Pelajaran 7
8 Ruspika Hutagaol, S.Th Guru Mata Pelajaran 8
9 Drs. Pandapotan Manalu Guru Mata Pelajaran 9
10 Lidya Wijayanti,S.Pd Guru Mata Pelajaran 10
11 Nur Habibi,S.Pd Guru Mata Pelajaran 11
12 Dinni Umbara,S.Pd Guru Mata Pelajaran 12
13 Samsinar Pasaribu,S.Pd Guru Mata Pelajaran 13
14 Karyani Ginting, S.Pd Guru Mata Pelajaran 14
15 Setia Ningrum, S.Pd Guru Mata Pelajaran 15

16 Ahmad Dahlan Siregar, S.PdI Guru Mata Pelajaran 16


17 July Heriadi, S.Ag.M.Pd Guru Mata Pelajaran 17
Rachel Fransiska
18 Guru Mata Pelajaran 18
Sembiring,S.TP

46
19 Novita C. Sembiring, S.Pd Guru Mata Pelajaran 19
20 Heflin Hutabarat, M.Pd Guru Mata Pelajaran 20
21 Nurleni Simbolon,S.Pd Guru Mata Pelajaran 21
22 Khoiril Azwar,S.Pd Guru Mata Pelajaran 22
23 Listivia Manao,S.Pd Guru Mata Pelajaran 23
24 Ekosusilo Sitanggang,S.Pd Guru Mata Pelajaran 24
25 Edward Keliat,S.Pd Guru Mata Pelajaran 25
26 Marsudi, S.Kom Guru Mata Pelajaran 26
27 Nurasiah Simbolon, S.Pd Guru Mata Pelajaran 27
Nomensen M. Simanjuntak,
28 Guru Mata Pelajaran 28
S.Pd
29 Suprayetno, S.Kom Guru Mata Pelajaran 29
30 Fazarul Sidik, S.Kom Guru Mata Pelajaran 30
31 Fadila Novpradana,S.Pd Guru Mata Pelajaran 31
32 Nurliadi S.Kom Guru Mata Pelajaran 32
33 Rohani Manihuruk,SE Guru Mata Pelajaran 33
34 Dedi Gunawan,S.Pd Guru Mata Pelajaran 34
35 Aprizal Prayoga Guru Mata Pelajaran 35
36 Ramadhani P. Hrp,S.PdI Guru Mata Pelajaran 36
37 Fikri Ramadhan,S.Kom Guru Mata Pelajaran 37
38 Amelia SP,S.Kom Guru Mata Pelajaran 38

Perbaungan 15 Maret 2018

Mengetahui
Kepala Sekolah, Ketua Panitia Seminar

Rizal Amri Nasution, S.Pd Muvidah, S.Pd


NIP. 19710712 199801 1 002   NIP. 19810913 200903 2 008

Lampiran 9:
NOTULEN JALANNYA ACARA SEMINAR LAPORAN HASIL PENELITIAN
Dengan Judul :

47
“Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Mengarang Bahasa Indonesia Pada Pada Siswa Kelas X-1 TKR SMK Negeri 1
Perbaungan Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 .”
Hasil Karya : : SAMSINAR PASARIBU, S.Pd
NIP : 19861009 201101 2 019
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pangkat/Golongan : Penata, III/c
Padahari/ Tanggal : Selasa, 15 Maret 2018
Pukul : 14.00 - 16.00 wib
Bertempat di ruang : Aula SMK Negeri 1 Perbaungan
Pada Sekolah : SMK Negeri 1 Perbaungan
Dengan alamat : Jalan Perbaungan–T.Tinggi Km. 42 Tualang . Perbaungan
Jalannya Acara Seminar:
1.        Pembukaan: Oleh Moderator
2.        Sambutan Kepala Sekolah,
3.        Sambutan Pengawas:
4.        Paparan Singkat Hasil Penelitian oleh Penyaji/ Penulis Laporan (Bahan Paparan
Terlampir)
5.        Tanggapan, pertanyaan, kritik/ saran, masukan dari Peserta Seminar dan
Tanggapan dari Penyaji,
Adapun pertanyaan, kritik/ saran, masukan dari Peserta Seminar terhadap Laporan
Hasil Penelitian dari Peserta Seminar dan Tanggapan dari Penyaji adalah sebagai
berikut:
No Nama Asal Instansi Isi pertanyaan, kritik/ Tanggapan Penyaji
saran dan/ atau
masukan
1. Iswanto, S.Pd Guru SMK Apakah Penelitian Penelitian Tindakan
Negeri 1 Tindakan Kelas dapat Kelas dapat
Perbaungan dilaksanakan pada dilaksanakan pada
semua mata pelajaran.? semua mata pelajaran

2. Nurimah, S.Pd Guru SMK Apakah Penelitian tidak Penelitian tidak


Negeri 1 mengganggu KBM mengganggu KBM
Perbaungan sesuai Jadwal Mapel karena Siklus
yang telah penelitian tetap
direncanakan? sesuai RPP yang
dibuat

6.        Penutup: Oleh Moderator, dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa.
Perbaungan, 25 April 2018
Mengetahui
Kepala Sekolah, Ketua Panitia Seminar

Rizal Amri Nasution, S.Pd Muvidah, S.Pd


NIP. 19710712 199801 1 002  NIP. 19810913 200903 2 008

48
Lampiran 10:

BAHAN TAYANG PAPARAN PENYAJI PADA ACARA SEMINAR LAPORAN


HASIL PENELITIAN

Dengan Judul :
“Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Mengarang Bahasa Indonesia Pada Pada Siswa Kelas X-1 TKR SMK Negeri 1
Perbaungan Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 .”

Hasil Karya : SAMSINAR PASARIBU, S.Pd


NIP : 19861009 201101 2 019
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pangkat/Golongan : Penata, III/c
Padahari/ Tanggal : Selasa, 15 Maret 2018
Pukul : 14.00 - 16.00 wib
Bertempat di ruang : Aula SMK Negeri 1 Perbaungan Perbaungan
Pada Sekolah : SMK Negeri 1 Perbaungan
Dengan alamat : Jalan Perbaungan–T.Tinggi Km. 42 Tualang . Perbaungan

JUDUL LAPORAN DAN IDENTITAS BAB I


PENYAJI PENDAHULUAN
“Pendekatan Metode Belajar
Tuntas Dalam Meningkatkan 1.1 Latar Belakang Masalah
Prestasi Belajar Mengarang Pelajaran merupakan pelajaran yang
Bahasa Indonesia Pada Pada menarik, jika siswa menemukan ketertarikan
Siswa Kelas X-1 TKR SMK pada pelajaran ini. Tetapi faktanya, banyak
Negeri 1 Perbaungan Semester siswa yang masih kurang menyenangi
Genap Tahun Pelajaran pelajaran, karena penyampaian materi-materi
2017/2018 .” oleh guru selama ini sangat membosankan.
Disusun oleh :
Samsinar Pasaribu, S.Pd
NIP. 19861009 201101 2 019

49
Lampiran 11:

FOTO KEGIATAN PADA ACARA SEMINAR LAPORAN HASIL PENELITIAN

Dengan Judul :
“Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Mengarang Bahasa Indonesia Pada Pada Siswa Kelas X-1 TKR SMK Negeri 1
Perbaungan Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 .”

Hasil Karya : SAMSINAR PASARIBU, S.Pd


NIP : 19861009 201101 2 019
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pangkat/Golongan : Penata, III/c
Padahari/ Tanggal : Selasa, 15 Maret 2018
Pukul : 14.00 - 16.00 wib
Bertempat di ruang : Aula SMK Negeri 1 Perbaungan
Pada Sekolah : SMK Negeri 1 Perbaungan
Dengan alamat : Jalan Perbaungan–T.Tinggi Km. 42 Tualang . Perbaungan

1. FOTO SPANDUK ACARA SEMINAR

PESERTA SEMINAR
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
SMK NEGERI 1 PERBAUNGAN

2. FOTO MODERATOR SAAT MEMBUKA ACARA


3. FOTO SAMBUTAN KEPALA SEKOLAH
4. FOTO SAMBUTAN PENGAWAS
5. FOTO PAPARAN PENYAJI
6. FOTO PESERTA YANG MENGAJUKAN PERTANYAAN, KRITIK/
SARAN
7. FOTO TANGGAPAN PENYAJI TERHADAP PERTANYAAN, KRITIK/
SARAN DARI PESERTA SEMINAR
8. FOTO PESERTA YANG HADIR

50
 FOTO KEGIATAN SEMINAR PTK
SMK NEGERI 1 PERBAUNGAN

FOTO 1 : MODERATOR MEMBUKA ACARA SEMINAR

FOTO 2 : BIMBINGAN DAN ARAHAN KEPALA SEKOLAH

51
FOTO 3 : SAMBUTAN PENGAWAS SEKOLAH

FOTO 4 : PEMAPARAN MATERI OLEH PENYAJI MAKALAH

FOTO 5 : PERTANYAAN PESERTA SEMINAR KEPADA PENYAJI

52
FOTO 6 : TANGGAPAN PENYAJI TERHADAP PERTANYAAN
PESERTA SEMINAR

FOTO 7 : PESERTA SEMINAR PTK

FOTO 8 : PESERTA SEMINAR PTK

53
Lampiran 13:

SURAT PERNYATAAN BAHWA LAPORAN HASIL PENELITIAN ADALAH


ASLI HASIL KARYA SENDIRI
Yang bertandatangan di bawah ini saya:

Nama : SAMSINAR PASARIBU, S.Pd


NIP : 19861009 201101 2 019
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pangkat/Golongan : Penata, III/c
Tempat Tugas : SMK Negeri 1 Perbaungan

Menyatakan bahwa Laporan Hasil Penelitian dengan judul:


“Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Mengarang Bahasa Indonesia Pada Pada Siswa Kelas X-1 TKR SMK Negeri 1
Perbaungan Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 .”
Adalah benar-benar asli hasil karya saya sendiri.
Demikian suratpernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila ternyata
pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia untuk diproses dan menerima
sanksi sesuai dengan hukum atau peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Perbaungan, 15 Maret 2018


Mengetahui oleh
Kepala SMK Negeri 1 Perbaungan, Peneliti

RIZAL AMRI NASUTION, S.Pd SAMSINAR PASARIBU, S.Pd


NIP. 19710712 199801 1 002 NIP. 19760718 200904 2 003

54
PEMERINTAH
14 : Surat Pernyataan PROVINSI
Kepala Perpustakaan SUMATERA UTARA
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 PERBAUNGAN
Jalan Medan – T.Tinggi Km. 42 Kel.TualangKodePos: 20986 Kec. Perbaungan Kab. Serdang Bedagai
@mail : smkn1perbaungan@gmail.com

Yang bertandatangan di bawah ini saya:

Nama : SURYATY NAPITU, S.Pd


Jenis Kelamin : Perempuan
NIP : 197303222006042001
Jabatan : Kepala Perpustakaan
Pangkat/Golongan : Pembina, IV/a
TempatTugas : SMK Negeri 1 Perbaungan

Menyatakan bahwa Laporan Hasil Penelitian:


“Pendekatan Metode Belajar Tuntas Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Mengarang Bahasa Indonesia Pada Pada Siswa Kelas X-1 TKR SMK Negeri 1
Perbaungan Semester Genap Tahun Pelajaran 2017/2018 .”
Nama : SAMSINAR PASARIBU, S.Pd
NIP : 19861009 201101 2 019
Jabatan : Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Pangkat/Golongan : Penata, III/c
Tempat Tugas : SMK Negeri 1 Perbaungan

Telah disimpan dan dijadikan referensi di Perpustakaan SMK Negeri 1 Perbaungan


Dengan nomor regitrasi/ klasifikasi/ katalog : 0210.068

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Perbaungan, 15 Maret 2018


Mengetahui oleh
Kepala SMK Negeri 1 Perbaungan , Kepala Perpustakaan

RIZAL AMRI NASUTION, S.Pd SURYATY NAPITU, S.Pd


NIP. 19710712 199801 1 002 NIP. 197303222006042001

55

Anda mungkin juga menyukai