Kelas : 001
pengaruh rendahnya penggunaan bahasa indonesia dalam menulis dalam hal ini menulis cerpen
itu disebabkan oleh.
1. Pengawas (Suddin, S.Pd., M.Pd.)
Dalam berkomunikasi peserta didik sering menggunakan bahasa daerah sendiri
(dialektika). Sehingga apa yang disampaikan lewat tulisan menjadi satu hambatan.
Solusi : guru mampu melatih kemampuan siswa dalam menulis seperti latihan mengarang
sederhana melalui gambar, latihan menatap bentuk tulisan. Karena dengan latihan menulis
dapat membantu siswa dalam melakukan kebiasaan menulis.
2. Kepala sekolah (Murti, S.PD.,M.Si.,M.Pd.)
Menurut saya rendahnya penggunaan Bahasa Indonesia siswa dalam menulis dipengaruhi
oleh faktor lingkungan keluarga, dan lingkungan sosialnya. sehingga dalam
menuangkan tulisan dengan menggunakan Bahasa yang baik dan benar menjadi menurun.
Solusi : dengan rendahnya kemampuan menulis siswa tersebut sangat dibtuhkan hubungan
relasi antara pihak sekolah dan orang tua siswa dalam mengontrol setiap perilaku siswa.
3. Rekan sejawad (Manggazali, S.Pd.)
Akibat dari kurangnya penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam menulis
adalah Kurangnya pembiasaan menulis pada diri siswa.
Solusi : guru dan orangtua serta pihak sekolah perlu saling menjalin komunikasi dengan
tujuan dapat memberikan pengawasan terhadap daya belajar siswa dalam melakukan
pembiasaan menulis.
4. Guru (Masmuddin Kotta, S.Pd,)
Siswa kurang memahami konsep dalam menulis dalam hal ini guru yang kurang memberikan
pengajaran tentang tata cara menulis yang baik.
Solusi : seorang guru harus mampu memberikan pemahaman konsep tata cara menulis yang
baik dan benar dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa mampu mengembangkan
bakat dan minat siswa dalam menulis.
5. Pakar (Hamriani, S.Pd.,Gr.)
Menurut saya rendahnya penggunaan Bahasa Indonesia siswa dalam menulis adalah
kurangnya minat baca siswa sehingga dalam menulis menjadi terhambat akibat kurangnya
kosakata siswa, pemilihan kata yang baik sangat kurang.
Solusi : seorang guru harus mampu memberikan trik-trik, inovasi dalam pembelajaran
sehingga memacu daya minat siswa dalam menulis seperti kompetisi antar siswa di dalam
kelas dalam hal ini siswa dituntut untuk membaca sebuah buku lalu siswa tersebut
menceritakan kembali cerita tersebut dalam bentuk tulisan.
Analisis eksplorasi penyebab masalah :
Berdasarkan hasil kajian literatur diperoleh analisis eksplorasi masalah berupa:
1. Siswa kurang memahami struktur dan kosa kata dalam menulis cerpen.
2. siswa kurang kreatif menuangkan ide dalam menulis cerpen.
3. Guru kurang mempasilitasi siswa dalam menulis cerpen.
4. Perhatian peserta didik dalam proses pembelaajran masih kurang sehingga keberhasilan
pencapaian tujuan tidak bisa tercapai.
2. Rizka. (2018). Kerjasama antara Sekolah dengan Orang Tua dalam Pendidikan
Karakter di SD Muhammadiyah Al Mujahidin Wonosari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerjasama antara sekolah dengan orang tua dalam
pendidikan karakter dilaksanakan melalui pembuatan kontrak dengan orang tua, pengadaan
program untuk orang tua (parenting, pengisian PIATA dan PHBSIM, pertemuan PIATA,
pertemuan siswa baru), menjalin komunikasi dengan orang tua siswa, dan orang tua
berpartisipasi dalam program sekolah. Faktor-faktor yang memengaruhi diantaranya sarana
prasarana, orientasi orang tua, kepercayaan antar pihak, kebijakan sekolah dan keselarasan visi
misi sekolah dengan harapan orang tua
3. Yuni (2020). Kerjasama Orang Tua dan Guru dalam Penyelenggaraan Pembelajaran
Online Sebagai Upaya Pencegahan Virus Corona di Muhammadiyah Pasir Muncang.
Berdasarkan hasil penelitian terkait kerjasama orang tua dan guru dalam pembelajaran online
di MI Muhammadiyah Pasirmuncang Jalan Veteran Melati Nomor 125 Pasirmuncang kabupaten
Banyumas provinsi Jawa Tengah. Maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor yang
menjadi penghambat dalam menjalin kerjasama antara orang tua dan guru waktu dan
kesibukan orang tua, pandangan dan sikap orang tua terkait perkembangan dan proses
pembelajaran anak, serta alat komunikasi yang menyulitkan orang tua
4. Aprilia dkk (2021) Pentingnya Kontribusi Orang Tua Terhadap Lembaga Pendidikan
Dalam Peningkatan Mutu Sekolah
Rendahnya kontribusi orangtua disebabkan oleh masih banyak orang tua yang hanya
melimpahkan pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Mereka beranggapan bahwa
mendidik anak merupakan tugas seorang seorang guru saja karena orang tua sudah
mempunyai kesibukan untuk bekerja. Selain keterbatasan waktu dari orangtua, terkadang
hambatan juga muncul dari pihak sekolah sendiri, misalnya guru yang enggan
berkolaborasi dengan orang tua dikarenakan sudah terbiasa menyelesaikan pekerjaannya
sendiri ataupun guru yang enggan disibukkan dengan kerja sama dengan orangtua karena
merasa bahwa tugasnya sudah terlalu banyak.
Solusi : guru wali kelas dan pihak sekolah memberikan pemahaman tentang pentingnya peran
orang tua terhadap perkembangan siswa di sekolah. Olehnya itu perlu ada orientasi atau
sosialisasi terhadap orang tua tentang peranan penting orang tua siswa.
4. Guru (Masmuddin Kotta, S.Pd.,)
Kurangnya kerjasama antara guru dan orang tua disebabkan karena orang tua tidak paham
perannya, kurangnya perhatian orang tua, dan kesibukan orang tua untuk bekerja
menyebabkan mereka tidak terlibat bersama dengan guru untuk memperbaiki perkembangan
anaknya.
Solusi : pihak sekolah harus selalu memberikan pemahaman tentang peranan orang tua siswa
dalam mengawal perkembangan siswa di sekolah.
5. Pakar (Hamriani, S.Pd.,Gr.)
Orang tua yang sibuk bekerja menjadi salah satu penyebab kurangnya kerjasama antara orang
tua dan guru terkait perkembangan anaknya di sekolah. Kurangnya kesadaran orang tua
tentang perannya dalam pendidikan anak serta kurangnya rasa percaya diri juga menjadi
penyebab kurang terjadinya kerja sama antara guru dan orang tua.
Solusi : pihak sekolah dan guru memberikan pemahaman betapa pentingnya kesadaran orang
tua dalam mendidik, mengawasi, mengontrol perilaku siswa agar perkembangan siswa dapat
selalu dikembangkan.
Analisis eksplorasi penyebab masalah
Berdasarkan hasil kajian literatur dan wawancara serta kondisi lingkungan sekolah dapat
disimpulkan penyebab masalah kurangnya kerjasama antara orang tua dan pihak sekolah adalah :
4. Farida Yusrina, Bain Bain, Andy Suryadi (2019). Hambatan Guru Dalam Menerapkan
Model Pembelajaran Inovatif Pada Mata Pelajaran Sejarah di SMP Negeri 3
Magelang
Hambatan yang dihadapi guru dalam pembelajaran lebih berkaitan dengan latar belakang
pendidikan kaitannya dengan penguasaan materi. Beban kerja yang merangkap dua posisi di
sekolah, dan Kurang aktifnya guru dalam mengikuti pelatihan untuk guru, seperti MGMP.
Selain itu pemahaman model-model pembelajaran inovatif yang masih terbatas sehingga
memungkinkan guru hanya menerapkan metode pembelajaran yang sudah umum dilakukan
atau monoton, yaitu metode ceramah dan diskusi.
5. Wulandari Fransiska, Siti Quratul Ain. (2022). Kesulitan Guru dalam Menerapkan
Model-Model Pembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, kesulitan yang dialami guru terkait penerapan model-
model pembelajaran kurikulum 2013 adalah guru kesulitan dalam mengalokasikan waktu
dengan baik pada saat penggunaan model pembelajaran, guru kesulitan dalam menentukan
model yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran
6. Meli Astriani dkk (2022). Analisis Penerapan Model Pembelajaran pada Kondisi
Tatap Muka Terbatas Mata Pelajaran Biologi di MAN 1 Palembang
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai observasi pelaksanaan model pembelajaran di MAN 1
Palembang dapat disimpulkan bahwa Pelaksanaan pembelajaran biologi yang dilakukan di MAN
1 Palembang, belum menerapkan model pembelajaran karena kondisi waktu yang terbatas
akibat proses pembelajaran tatap muka yang hanya disediakan waktu kurang lebih 30 menit
dan Kendala keterlaksanaan penerapan model pembelajaran di dalam kelas diantaranya
rendahnya pengetahuan guru mengenai sintak model pembelajaran yang disarankan pada
pelaksanaan kurikulum 2013.
Solusi : guru harus meninggalkan metode lama yang monoton seperti metode ceramah ditiap
pembelajaran dengan mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran yang bervarisi.
1. Lulun dkk (2019). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal−Soal HOTS
Materi Segiempat dan Segitiga Ditinjau dari Gender
Hasil analisis menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal– soal
HOTS menunjukkan bahwa siswa laki–laki mengalami kesulitan pada tahap analisis dan
evaluasi sedangkan siswa perempuan mengalami kesulitan pada tahap evaluasi dan mencipta.
Adapun faktor–faktor penyebab kesulitan yang dialami siswa adalah siswa tidak terbiasa untuk
menyelesaikan soal yang berhubungan dengan materi tersebut, siswa kurang tertarik dalam
mempelajari materi segiempat, serta siswa cenderung bergantung pada bantuan guru.
2. Kastri Fani dkk (2021). Analisis Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal HOTS
pada Pelajaran IPA Kelas V MIN 25 Aceh Utara
Kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal HOTS pada pelajaran IPA kelas V MIN
25 Aceh Utara disebabkan karena siswa mengerjakan soal dengan terburu-buru, siswa yang
tidak mengetahui bagaimana cara menyelesaikan soal, siswa tidak terbiasa mengerjakan
latihan soal, rendahnya tingkat konsentrasi siswa dalam proses pembelajaran, rendahnya
minat dan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan soal tipe HOTS (Higher Order Thiking
Skill), dan karena kondisi kelas yang kurang kondusif akan mempengaruhi konsentrasi siswa,
serta rendahnya motivasi dari orang tua dan kondisi ekonomi keluarga yang tidak
mendukung.
3. Arie Purwa Kusuma dan Syita Fatih (2021). Analisis Kesulitan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal Higher Order Thingking Skill (HOTS) Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan soal HOTS sistem
persamaan linier adalah kurang memahaminya konsep SPLDV, kurangnya berlatih dalam
menyelesaikan soal sistem persamaan linier yang membutuhkan pemahaman dan penalaran
tinggi.
4. Rizki Pratama dan Dalman (2022). Penyebab Sulitnya Siswa Menjawab Soal HOTS
dalam Pembelajaran Sosiologi di Kelas XI IPS SMAN 1 Batang Kapas Pesisir Selatan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Batang Kapas, Pesisir
Selatan dapat ditarik kesimpulan bahwa penyebab siswa kesulitan menjawab soal HOTS dalam
pembelajaran sosiologi adalah disebabkan karena siswa yang tidak memahami materi dan
siswa yang tidak mengerti perintah soal yang terlihat dari hasil wawancara dan observasi.
Masalah tidak hanya terjadi dari siswanya tetapi juga disebabkan oleh guru yang tidak
menjelaskan dan tidak membiasakan siswa dalam mengerjakan soal HOTS. Penyebab guru
yang tidak membiasakan pembelajaran dan soal HOTS kepada siswa disebabkan oleh
kurangnya pelatihan tentang HOTS yang diberikan kepada guru
5. Tri Nuraini dan Julianto (2022). Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Siswa Sekolah
Dasar Kelas IV dalam Menyelesaikan Soal HOTS pada Mata Pelajaran IPA
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal berbasis HOTs. Adapun faktor yang dapat menyebabkan peserta didik kelas
IV mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal berbasis HOTs, yaitu karena peserta didik
yang belum terbiasa dalam menyelesaikan soal berbasis HOTs, peserta didik masih
memerlukan bantuan orang lain dalam menyelesaikan soal, kesulitan dalam memahami kalimat
atau maksud dari soal, kurang teliti dalam membaca dan memahami soal, serta pemahaman
materi yang kurang. Dalam menyelesaikan soal HOTs terkadang guru perlu memberi stimulus
pada peserta didik agar peserta didik dapat menyelesaikan soal HOTs tersebut.
1. Guru : Tidak membiasakan memberikan soal HOTS, kegiatan belajar tidak melatih anak berfikir
tingkat tinggi, penggunaan kalimat pada soal yang bertele-tele sehingga sulit dipahami.
2. Siswa : tidak memahami maksud soal, terburu-buru mengerjakan soal, tidak menguasai materi,
tidak terbiasa mengerjakan soal HOTS, siswa tidak terbiasa mandiri mengerjakan soal, siswa
tidak konsentrasi dalam belajar, kurangnya minat siswa, persepsi awal siswa terhadap soal
bahwa soal itu sulit.
6. Masalah yang telah diidentifikasi :
Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran
4. Winda dan Dafit (2021). Analisis Kesulitan Guru dalam Penggunaan Media
Pembelajaran Online di Sekolah Dasar.
Di dalam penggunaan media pembelajaran online, guru masih mengalami kesulitan-kesulitan,
kesulitan yang di alami guru yaitu, guru kesulitan merancang media berbasis IT,
mengoperasikan media berbasis IT, sarana dan prasarana yang tidak lengkap serta kesulitan
terakhir guru adalah mengenai kreatifitas guru