Anda di halaman 1dari 2

KAMI BERBEDA

Karya Muraz Riksi (seniman Bisu)

Kami adalah putra putri semesta


Lahir dengan nyawa yang sama
Nyawa yang telah dianugerahkan Tuhan
Hanya saja kami tak memiliki apa yang engkau miliki

Kami berbeda
Mata kami tak dapat melihat indahnya senja
Telinga kami tak dapat mendengar indahnya nada
Lisan kami tak mampu bersuara

Tangan kami mati rasa


Kaki kami nyata tapi rasanya tak ada
Kami berbeda
Sehingga kami dibedakan

Namun Tuhan tidak pernah membedakan


Kami juga bernafas di bawah langit yang sama
Kami bersyukur atas apa yang kami punya
Tuhan menyayangi kami

Kami tidak melihat


Kami tidak mendengar
Kami tidak berbicara
Kami tidak berjalan

Kami berbeda
Sehingga kami dianggap tak ada
Kami dilihat sebagai kekurangan
Tapi Tuhan melihat kami memiliki kelebihan
Mata, telinga, mulut, tangan dan kaki kami tidaklah binasa
Oleh keburukan, kesombongan, kemunafikan
Kami dianggap tidak dapat merasakan kehidupan

Kami masih memiliki hati


Yang dapat melihat yang tak kau lihat
Yang dapat mendengar yang tak kau dengar
Yang dapat membaca yang tak lagi kau baca
Kami menghafal yang tak mampu kau hafal
Kami berbeda di matamu

Namun di mata-Nya kami tidaklah berbeda...


Bapak ibu orang tua kami.
Untaian puisi yang saya bacakan mungkin hanya sekedar kata-kata yang terdengar biasa.
Tapi, bagi kami itu sebuah pengakuan perasaan yang mungkin tidak dirasakan tanpa sentuhan
hati dan keikhlasan.
Bapak ibu orang tua kami.
Keadaan kami yang berbeda bukan pilihan melainkan sebuah ketetapan dari yang kuasa.
Bapak ibu orang tua kami.
Besar harapan kami agar diterima dan dirawat sepenuh hati karena bagi kami kalian adalah
orang pilihan dengan kesabaran luar biasa.
Bapak ibu orang tua kami.
Berbeda bukan berarti tak sama, akan kami buktikan bahwa kami juga bisa membuat kalian
bangga, dengan usaha kami yang terbatas.
Bapak itu orang tua kami.
Terimalah apapun perkembangan kami, banggalah dengan hal itu agar kami merasa dihargai
dan disayangi.
Bapak ibu orang tua kami.
Terima kasih telah hadir sebagai pilihan tuhan yang terbaik untuk menerima kami.
Bapak ibu orang tua kami.
Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, biaya dan pikiran untuk kami. Kami
akan berusaha membayar itu dengan sebuah kebahagiaan kecil dari perkembangan kami.
Bapak ibu guru kami.
Terima kasih telah membimbing kami, dengan segala tingkah laku kami yang kadang
membuat sakit hati
Bapak ibu guru kami.
Setiap hal yang diajarkan selalu membuat kami berkembang walau tak dirasakan. Tapi kami
bisa mengharapkan sebuah perhatian.
Bapak ibu guru kami
Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk kami.

Salam setulus hati dari kami untuk kita semua.

Anda mungkin juga menyukai