PENDAHULUAN
Membaca permulaan adalah sebuah tahap belajar membaca bagi siswa Sekolah
Dasar kelas awal atau kelas 1. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan
menguasai isi bacaan dengan tepat. Dengan membaca siswa akan memperoleh
pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya
sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa
mendatang oleh karena itu membaca merupakan salah satu standar keterampilan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang, termasuk di
jenjang sekolah Dasar Asmira ( Farida Rahim 2017: 1). Pembelajaran membaca
yang dapat memberikan pengalaman pada siswa yaitu dengan melibatkan langsung
peserta didik pada proses pembelajaran seperti permainan bahasa dan juga
pemakaian media. Untuk itu guru perlu menyediakan pembelajaran yang menarik
yang dapat menimbulkan daya tarik bagi siswa.
Kelancaran dan ketepatan siswa membaca pada tahap belajar membaca
permulaan dipenggaruhi oleh keaktifan dan kreatiativitas guru yang mengajar di
kelas rendah. Hal ini terbukti dengan kemampuan membaca permulaan di kelas 1
SDN 01 Bukik Limbuku semester II tahun pelajaran 2021 / 2022. Dari 20 orang
siswa hanya 8 orang siswa yang mampu membaca permulaan dengan lancar.
1
Ketidak berhasilan siswa dalam membaca permululaan disebabkan oleh diantaranya
rendahnya kemampuan siswa terhadap ketetapan merangkai kata, belum optimalnya
pengucapan yang sesuai lafal dan intonasi, serta metode pembelajaran yang tidak
bervariasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mencoba satu pembaharuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca permulaan melalui penerapan
suatu metode yang tepat. Metode merupakan rencana keseluruhan bagi penyajian
bahwa bahasa rapi dan tertib yang tidak ada bagian-bagian yang berkontradiksi dan
kesemuanya itu didasarkan pada pendekatan terpilih. Metode yang dimaksud adalah
metode suku kata dengan menggunakan kartu. Konsep pembelajaran dengan
menggunakan kartu akan mendorong siswa belajar lebih aktif sehingga dapat
diharapkan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran aspek membaca
permulaan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti merumuskan penelitian dengan judul “
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Apek Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 SDN
01 Bukik Limbuku.
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat diidentifikasi
masalah yang muncul adalah sebagai berikut :
a. Keterampilan membaca siswa dengan penggunaan lafal dan
intonasi yang belum tepat
b. Siswa masih membaca dengan suara yang belum jelas dan belum tepat
dalam pengucapanya.
c. Siswa masih kesulitan memahami dari kata dan kalimat yang
dibacanya,
d. Pembelajaran membaca permulaan yang dilakukan hanya terbatas
dengan penggunaan buku dan papan tulis,
e. Motifasi dan minat siswa kurang dalam mengikuti pembelajaran
bahasa indonesia,
f. Nilai rata-rata keterampilan membaca siswa kelas 1 pada mata
pelajaran bahasa indonesia masih tergolong rendah.
2. Analisis Masalah
Dilihat dari kenyataan, hal tersebut disebabkan oleh: masalah yang
mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa
2
a. Metode yang digunakan kurang
b. Media pembelajaran yang tidak berfariasi sehingga tidak menarik minat
siswa untuk aktif dalam pembelajaran.
c. Siswa tidak terlatih maju ke depan kelas dan bekerja sama dalam
kelompok sehingga siswa tidak percaya diri dan enggan bertanya.
3. Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Berdasarkan analisis masalah di atas, alternative masalah yang dilakukan
adalah dengan menggunakan metode suku kata untuk meningkatkan hasil
belajar siswa aspek membaca permulaan siswa kelas 1 SDN 01 Bukik
Limbuku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah yang
akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia aspek
membaca permulaan dengan menggunakan metode suku kata di kelas 1 SDN
01 Bukik Limbuku?
2. Bagaimana proses pembelajaran Bahasa Indone sia aspek membaca
permulaan dengan menggunakan metode suku kata di kela s 1
SDN 01 Bukik Limbuku
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar Bahasa Indoensia aspek membaca
permulaan di kelas 1 SDN 01 Bukik Limbuku?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan rencana pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia aspek
membaca permulaan dengan menggunakan metode suku kata di kelas 1 SDN
01 Bukik Limbuku.
2. Mendeskripsikan proses pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia aspek
membaca permulaan dengan menggunakan metode suku kata di kelas 1 SDN
01 Bukik Limbuku.
3. Mendeskripsikan peningkatah hasil belajar Bahasa Indonesia aspek membaca
permulaan dengan menggunakan metode suku kata di kelas 1 SDN 01 Bukik
Limbuku.
3
D. Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:
1. Manfaat bagi siswa
a. Siswa lebih tertarik dengan pembelajaran yang diberikan karena
menggunakan metode yang lebih variatif
b. Meningkatkan kreatifitas belajar siswa
c. Suasana pembelajaran lebib efektif dan menyenangkan.
d. Dapat meningkatkan keterampilan membaca permulaan siswa kelas 1.
2. Manfaat bagi guru
a. Meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas sebagai
pendidik
b. Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran terhadap permasalahan
yang terjadi.
c. Mengembangkan keterampilan dan kreativitas guru dalam memilih metode
dan media.
d. Memunculkan budaya meneliti di kalangan guru dan peneliti sendiri.
3. Mafaat bagi sekolah
a. Meningkatkan kualitas pembelajaran yang berujung tombak pada
meningkatnya mutu sekolah.
b. Dengan pembelajaran membaca yang baik diharapkan dapat merangsang
siswa untuk berprestasi dan memberikan nama baik sekolah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2012:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil
belajar dapat dilihat dari nilai ulangan harian yang dilakukan setelah materi
pelajaran sudah disampaikan, melalui tes atau proses evaluasi. Tujuan evaluasi
pembelajaran adalah agar mengetahui keefektifan dan efisiensi suatu sistem
pembelajaran, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun
sistem penilaian itu sendiri.
2. Keterampilan Membaca
Ketrampilan membaca merupakan suatu aktivitas yang sangan komplek.
Menurut Istanto (Dalam Subana, 2014:29) keterampilan berarti kemampuan
menggunakan pikiran atau nalar, sedangkan perbuatan yang efisien dan efektif
untuk mencapai suatu hasil tertentu termasuk kreativitas. Keterampilan memiliki
beberapa unsur kemampuan, yaitu: kemampuan olah piker (psikis) dan
kemampuan olah perbuatan (fisik). Keterampilan bahasa diartikan sebagai
kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca,
menyimak atau berbicara. Membaca adalah suatu yang rumit serta melibatkan
banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktifitas visual,
berfikir. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menterjemahkan
simbol (tulis) ke dalam kata-kata lisan (Farida Rahim, 2013:2).
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan. Pesan atau makna
yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi
5
aktif, dan interaksi dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca
dengan kalimat-kalimat, fakta, dan informasi yang tertuang dalam teks bacaan.
Kematangan anak untuk belajar membaca tercermin pada beberapa kemampuan
tertentu pada anak. Misalnya kemampuan melihat, kemampuan mendengar,
kemampuan memahami, dan besarnya perhatian. membaca menurut Santrock
(Dalam Herlina 2019: 335) adalah kemampuan untuk memahami wacana tertulis.
Pada hakikatnya membaca merupakan memahami dan merekonstruksikan makna
yang terkandung dalam bahan bacaan. Pesan atau makna yang terkandung dalam
teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi aktif dan interaksi
dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-
kalimat, fakta dan informasi yang tertuang dalam teks bacaan.
Menurut Tarigan ( Dalam Herlina 2019: 335) Membaca adalah suatu
proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca memperoleh pesan yang
hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Menurut
Harjasujana (Dalam Teni 2019:2) membaca merupakan proses. Proses membaca
sangat komplet dan rumit. Proses ini melibatkan sejumlah aktivitas Baik yang
meliputi kegiatan mental atau fisik.
3. Membaca Permulaan
Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi
siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk mmperoleh kemampuan dan
menguasai teknik-teknik membaca dengan baik sehingga mampu menumbuhkan
kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan
meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan
maupun tertulis, baik dalam situasi resmi, non resmi, kepada siapa, kapan, di
mana, untuk tujuan apa. Bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis
juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan. Pada tingkatan
membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan membaca yang
sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan
atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan
belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat
menyuarakan lambing-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh
kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu, kemampuan membunyikan :
Lambang-lambang tulis, penguasaan kosa kata untuk member arti, dan
6
memasukkan makna dalam kemahiran dalam kemahiran bahasa. Menurt Asmira
(Dalam Nuryati 2017 : 31), membaca permulaan merupakan suatu proses
keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang-lambang
fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang
fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu kata atau kalimat.
Sedangkan Menurut Mustikawati (2015:26) membaca permulaan merupakan
tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas Awal. Jadi
Pembelajaran membaca permulaan diberikan di kelas I dan II. Tujuannya adalah
agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan
intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut. Tujuan membaca
permulaan yaitu siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan
lancar dan tepat.
Membaca permulaan perlu distimulasi dengan tepat, dalam proses ini tidak
semata hanya dilakukan sekali dua kali saja tetapi harus dilakukan sesering
mungkin agar membaca permulaan pada anak dapat berkembang dengan baik,
serta perlunya motivasi dari ruang tua juga agar dapat memberikan semangat
yang lebih untuk anak-anak. Jadi anak diajarkan untuk melakukan kegiatan
merangkai huruf menjadi sebuah kata, mengeja suku kata menjadi sebuah kata
yang kemudian dilanjutkan menjadi sebuah kalimat sederhana. Pelaksanaan
membaca permulaan di Sekolah Dasar dilakukan dalam dua tahap, yaitu
membaca periode tanpa buku dan membaca dengan menggunakan buku.
Penbelajaran membaca tanpa buku dilakukan dengan cara mengajar dengan
menggunakan media atau alat peraga selain buku, misalnya kartu gambar, kartu
huruf, kartu kata, atau kartu kalimat. Pembelajaran membaca dengan buku
merupakan kegiatan membaca dengan menggunakan buku sebagai bahan
pelajaran.
Seperti yang dinyatakan oleh Andriani (Dalam Dalman 2021: 9), bahwa
pada tahap ini siswa diperkenalkan dengan huruf abjad dan melafalkannya,
setelah itu anak diajarkan cara membaca suku kata, kata, dan kalimat.
7
Membaca permulaan merupakan kegiatan yang memahami dan
4. Metode
Metode berasal dari bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau
jalan yang ditempuh. Metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode
berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan. Arti Kata Metode adalah cara teratur
yang diguanakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
dengan yang dikehendaki. Menurut Kamus Bahasa Indonesia Metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan. Departemen Sosial RI Metode adalah cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan agar tercapai hasil sesuai
dengan yang diharapkan.Eureke Pendidikan Proses belajar mengajar dalam dunia
pendidikan bertujuan untuk membuat peserta didik menjadi lebih pandai dan
memiliki kreativitas yang nantinya dapat dipergunakan untuk bekal setelah selesai
dalam menempuh Pendidikan. Peran seorang pengajar disini sangatlah penting,
selain sebagai pendonor ilmu juga untuk menumbuhkan minat siswa dalam
belajar. Menumbuhkan minat siswa tidaklah mudah dilakukan oleh seorang guru.
Dibutukan berbagai macam cara untuk membangkitkan minat belajar saat proses
belajar mengajar berlangsung. Dalam sebuah proses pembelajaran, seorang
pengajar pastilah memiliki cara tersendiri dalam melakukan pembelajarannya.
Tidak mungkin seorang guru melakukan proses pembelajaran tanpa dasar yang
jelas dan tersistematis. Tentulah ada patokan-patokan yang harus dipenuhi atau
dipatuhi dalam melakukan sebuah pembelajaran supaya tujuan yang diharapkan
terpenuhi.Menurut Asmira (Dalam Hebert Bisno 2017: 36) yang dimaksud
metode adalah teknik-teknik yang diGenerelesasikan dengan baik agar dapat
8
diterima atau dapat diterapkan secara bersama dalam sebuah praktek, atau bidang
disiplin. Lebih baik lagi menurut Hidayat (2014 ;60) kata metode berasal dari
bahasa Yunani, methodos yang berarti jalan atau cara. Jallan atau cara yang
dimaksud disini adalah sebuah upaya atau usaha dalam meraih sesuatu yang
diinginkan. Hamid Darmadi (2010:42) berpendapat bahwa metode adalah cara
atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Dapat disimpulkan
metode adalah sustu cara dalam mnyampaikan materi pelajaran kepada siswa.
Metode dapat juga dipergunakan oleh seorang pengajar sebagai jalan menuju
keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Pemilihan metode yang tepat juga
akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
5. Metode Suku Kata
Menurut Andriani (Dalam Herdianingsih, dkk 2021: 16) metode suku
kata (syllabic method) membantu anak dalam membaca permulaan yaitu dalam
mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata, dan dapat
dengan mudah mengerti berbagai macam kata. Metode ini mengenalkan siswa
dengan suku kata dan kemudian suku kata dirangkai menjadi kata- kata yang
Menurut Hairuddin (2002 : 61- 62) Metode Suku Kata adalah “ metode
yang diawali pengenalan suku kata dan dirangkai menjadi kata-kata
bermakna atau sebagian orang menyebutnya Metode Kata atau Kata Lembaga”.
Artinya merangkai menjadi kata-kata yang sudah dirangkai menjadi kalimat
sederhana.
ba – bi cu – ci da – da ka
– ki ba – bu ca – ci du – da
ku – ku
bi – bi ci – ca da – du ka –
ku ba – ca ka – ca da – ki
ku – da
6. Kerangka Berfikir
Belajar konstruktivisme mengisyaratkan bahwa guru tidak memompakan
pengetahuan ke dalam kepala pembelajar, melainkan pengetahuan diperoleh melalui
suatu dialog yang ditandai oleh suasana belajar yang bercirikan pengalaman dua
sisi. Menurut Semiawan (2002:5), bahwa “Penekanan bukan pada kuantitas materi,
melainkan pada upaya agar siswa mampu menggunakan otaknya secara efektif dan
efisien sehingga tidak ditandai oleh segi kognitif belaka, melainkan oleh
keterlibatan emosi dan kemampuan kreatif”. Dengan demikian proses belajar
membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan siswa. Dalam hal ini
guru tidak hanya sekedar melaksanakan apa yang ada dalam kurikulum, melainkan
10
harus dapat menginterpretasi dan mengembangkan kurikulum menjadi bentuk
pembelajaran yang menarik. Menurut Rubin (Dalam Rofiudin, 2003:52), “
Pembelajaran dapat menarik apabila guru menggunakan “Metode Suku Kata”.
Metode dapat berarti cara yang dianggap efisien yang digunakan guru untuk
menyampaikan mata pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
efektif. Dengan metode suku kata dapat mempercepat proses penguasaan
kemampuan membaca permulaan karena siswa tidak lagi mengeja huruf demi
huruf, sehingga tidak memakan waktu yang lama untuk menguasai berbagai macam
kata. Dengan demikian metode suku kata ini adalah untuk membantu anak yang
cepat bosan dalam belajar ataupun anak cerdas pasti akan merasa bosan apabila
materi pelajaran yang sama dalam kurun waktu yang terlalu lama. Peningkatan
keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan metode suku kata ini
sederhana karena medianya berupa suku kata mudah dibuat dan dioperasikan oleh
guru maupun siswa sendiri sehingga sangat tepat digunakan untuk siswa Sekolah
Dasar kelas 1. Dengan potongan kartu suku kata guru dapat dengan mudah
menggabungkan suku-suku kata menjadi sebuah kata dan kalimat sederhana.
Penggunaan metode suku kata pada pembelajaran membaca dapat dilakukan
dengan permainan kecil, seperti siswa berlomba mencari kartu suku kata yang
diberikan guru. Dengan panduan guru secara berkelompok siswa dapat berlomba
menyusun kartu suku kata menjadi kata dan kalimat sederhana dan membacanya
dengan lafal dan intonasi yang tepat di tiap kelompoknya. Kemudian setiap
kelompok menempelkannya di papan planel.Dengan kegiatan tersebut memudahkan
guru dalam membimbing tiap siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca,
kelompok yang sudah tuntas dapat bertukar kartu kata dan siswa yang sudah tuntas
dapat membantu temannya yang belum tuntas. Sehingga pelajaran menyenangkan
dan tidak membosankan.
11
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
12
Tabel 1. Daftar Nama Siswa kelas I SDN 01 Bukik Limbuku
No NAMA SISWA JENIS KELAMIN
1. Aisyah Hani P
2. Ainaya Alia P
3. Akila Suardi P
4. Alyah afifah P
5. Alysa Putri P
6. Anaya kurnia P
7. Aurel Diana L
8. Baitul hamdi L
9. Banir malik L
10. Celsy putri P
11. Ghali alfatih L
12. Guspiana laras P
13. Habiba syarabi P
14. Hanna ramadhani P
15. Hazna remiko P
16. Hilyatul aulia P
17. Luthfie sakhi L
18. M Husain L
19. M. azka L
20. M azka maulana L
13
2) Guru membuka pelajaran dengan menunjukkan beberapa kartu suku kata di
depan kelas dan siswa menirukan ejaan yang dicontohkan guru dengan lafal
dan intonasi yang tepat.
3) Guru membagi siswa secara 3 kelompok heterogen antara siswa yang sudah
dapat membaca dengan yang siswa yang belum lancar membaca.
4) Siswa mengambil tiga kartu suku kata yang disiapkan guru setiap kelompok
membacakan suku kata pertama dengan lafal dan intonasi yang benar dan
dilanjutkan membaca individu secara bergiliran dalam kelompok, guru
membimbing siswa yang dapat membaca dengan benar agar memberikan
contoh membaca pada temannya yang belum tepat, kelompok yang sudah
dapat membaca dengan benar dapat bertukar kartu suku kata dengan
kelompok lain.
5) Guru membimbing dalam kelompok, pelafalan suku kata yang susah dikuasai
oleh siswa diulang lagi dengan contoh suku kata yang berbeda.
6) Siswa menempelkan kartu suku kata tersebut di papan planel kemudian
dibacakan secara bersama dan individu.
7) Mengevaluasi dengan membaca kartu suku kata yang telah disusun pada
papan planel dengan memperhatikan lafal, intonasi, serta ketepatan dan
kelancaran dalam membaca, di sisi lain siswa mengerjakan tes tertulis
membaca memahami bacaan pada kartu suku kata atau cerita yang lain.
c. Tahap Pengamatan
Saat pembelajaran berlangsung supervisor 2 melakukan pengamtan terhadap
keaktifan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun aspek-aspek
yang diamati adalah:
1) Keaktifan siswa dalam belajar
2) Semangat siswa dalam belajar
3) Interaksi siswa dengan guru
4) Keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru
5) Kekompakan siswa dalam kelompok
6) Perhatian siswa selama proses pembelajaran
7) Menilai hasil belajar siswa melalui evaluasi
14
d. Tahap Refleksi
Peneliti berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala
nyata dalam tindakan yang dilakukan pada tahap refleksi melalui diskusi.
Aktifitas yang dilakukan saat refleksi adalah:
1) Menganalisis serta mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan.
2) Menentukan apakah diperlukan tindakan siklus selanjutnya, serta
memperbaiki pelaksanaan tindakan untuk digunakan pada siklus selanjutnya.
3) Melakukan intervensi, pemaknaan, dan penyimpulan data yang diperoleh,
yang selanjutnya hasil refleksi dapat dimamfaatkan untuk memyusun
simpulan hasil tindakan.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Setalah peneliti berkolaborasi dengan guru melakukan refleksi, diperoleh
kesimpulan untuk melakukan tindakan siklus 2. Hal tersebut dikarenakan
pencapaian siklus 1 belum maksimal. Pada dasarnya perencanaan perbaikan siklus
ke 2 sama dengan siklus 1 yang diberikan agar pencapaian siswa lebih maksimal
dibandingkan siklus sebelumnya.
b. Pelakasanaan
Proses pembelajaran sama dengan siklus 1 yaitu menggunakan metode
suku kata. Dengan bantuan supervisor II terjadi pengamatan dan penilaian untuk
memperbaiki kelemahan serta memaksimalkan hasil siklus II. Sama dengan
siklus I setelah proses pembelajaran diberikan tes untuk melihat hasil tindakan
siklus II.
c. Tahap Pengamatan
d. Refleksi
15
kelebihan pembelajaran, menganalisis aktivitas siswa, menyimpulkan data yang
diperoleh, dan menyusun laporan.
16
Alur penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan metode suku kata.
Penelitian direncakan duak siklus, masing-masing siklus akan dilaksanakan 1 x
pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari perencanaan, tindakan observasi dan
refleksi. Penelitian akan penulis laksanakan pada semester genap tahun
2021/2022.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBASAHAN
1. Pra Siklus
a. Perencanaan
Kegiatan awal tahap perencanaan ini dimulai dengan melakukan
observasi di kelas 1 SDN 01 Bukik Limbuku, selanjutnya merumuskan
rancangan tindakan perbaikan dengan menggunakan metode suku kata
pada mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek membaca permulaan.
b. Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti sudah dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan informasi yang diperoleh melalui observasi. Kesimpulan
tersebut semakin menguatkan peneliti untuk dapat melaksanakan
penelitian dengan metode suku kata. Permasalahan yang dihadapi pada
pembelajaran Bahasa Indonesia aspek membaca permulaan adalah
penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat untuk meningkatkan
minat dan peran aktif siswa selama proses pembelajaran.
Dengan begitu dirasa tepat menggunakan metode pembelajaran
yang melibatkan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran aspek
membaca permulaan dengan menggunakan metode suku kata. Pada
tahap ini guru kelas memberikan evaluasi untuk mengetahui hasil
belajar siswa sebelum diadakan siklus I. Hasil belajar siswa pada pra
siklus dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
18
2. Ainaya Alia 65 70 Tuntas
3. Akila Suardi 65 55 Tidak Tuntas
4. Alyah afifah 65 50 Tuntas
5. Alysa Putri 65 75 Tuntas
6. Anaya kurnia 65 60 Tidak Tuntas
7. Aurel Diana 65 50 Tidak Tuntas
8. Baitul hamdi 65 60 Tidak Tuntas
9. Banir malik 65 60 Tidak Tuntas
10. Celsy putri 65 60 Tuntas
11. Ghali alfatih 65 55 Tidak Tuntas
12. Guspiana laras 65 65 Tidak Tuntas
13. Habiba syarabi 65 70 Tuntas
14. Hanna ramadhani 65 60 Tidak Tuntas
15. Hazna remiko 65 55 Tidak Tuntas
16. Hilyatul aulia 65 50 Tidak Tuntas
17. Luthfie sakhi 65 80 Tuntas
18. M Husain 65 60 Tidak Tuntas
19. M. azka 65 55 Tidak Tuntas
20. M azka maulana 65 50 Tidak Tuntas
Jumlah 1.190 30 %
Rata – rata 59.5
Jumlah Siswa
7
4
Jumlah Siswa
3
0
50 55 60 65 70 75 80
19
Dari tabel dan grafik di atas terlihat hasil belajar siswa yang mencapai
ketuntasan batas KKM hanya 30% dengan rata-rata kelas 65. Nilai
masing-masing siswa diuraikan sebagai berikut: 5 orang mendapat
nilai 50, 4 orang mendapat nilai 55, 6 orang mendapat nilai 60, 1 orang
mendapat nilai 65, 2 orang mendapat nilai 70, 1 orang mendapat nilai
75, dan 1 orang mendapat nilai 80.
2. Siklus I
a. Perencanaan
Untuk mengantisipasi rendahnya hasil belajar siswa diperlukan perencanaan
yang matang sebelum tahap tindakan dilakukan berupa :
1. Menyusun RPP sesuai dengan pembelajaran
2. Menyiapkan perangkat pembelajaran.
3. Membuat alat evaluasi yang berupa lembar kerja
b. Pelaksanaan
21
Tabel 3. Hasil Evaluasi Siklus I
22
Gambar 2. Grafik Hasil evaluasi siklus I
JUMLAH SISWA
9
4 JUMLAH SISWA
0
60 65 70 75 80 85
55% dengan rata-rata kelas 68.25% dan nilainya: 8 orang bernilai 60,
2 orang bernilai 65, 4 orang bernilai 70, 3 orang bernilai 75, 1 orang
bernilai 80, dan 2 orang bernilai 85.
23
3. SIKLUS II
a. Perencanaan
Peneliti melakukan siklus II karena peningkatan hasil belajar siswa
belum mencapai kriteria keberhasilan yaitu bila 85% siswa kelas 1
mendapatkan nilai tuntas. Peneliti melakukan perencanaan yang hampir
sama sebagaimana saat melakukan perencanaan pada siklus I dikarenakan
peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I yang cukup signifikan. Sehingga
Perencanaan yang dilakukan adalah mempersiapkan materi pelajaran dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan disampaikan.
Mempersiapkan alat evaluasi dan lembar observasi untuk menilai sikap
siswa selama proses pembelajaran. Siklus II tetap menekankan proses tanya
jawab.
b. Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 11 Mei 2022. Pembelajaran
dilaksanakan selama 80 menit. Sama seperti siklus I pembelajaran mengenai
membaca permulaan pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode suku kata. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan skenario yang telah direncanakan.
24
Pada kegiatan inti, Guru mengawali pelajaran dengan menunjukkan kartu
suku kata dan bernyanyi bersama, siswa diminta membaca suku kata yang
ditampilkan guru. Setiap kelompok menyusun kata menjadi kalimat lalu
membacanya. Selanjutnya perwakilan kelompok diminta untuk menempel
kartu suku kata di papan flanel. Siswa secara klasikal membaca suku kata dan
guru membimbing siswa menyimpulkan materi. Pada kegiatan akhir, siswa
melakukan refleksi dan evaluasi yang di bimbing guru. selanjutnya guru
menutup pembelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam.
c. Hasil pengamatan
Data hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus II, terlihat bahwa
sikap dan keaktifan siswa meningkat, jika pada siklus I masih ada 8 orang
siswa yang kurang aktif, namun kini setiap siswa menjadi lebih aktif
menjawab pertanyaan guru dan lebih berani untuk tampil kedepan kelas.
Hasil evaluasi dari 20 siswa terjadi peningkatan pesat pada rata- rata nilai
siswa dimana pada siklus I nilai rata-rata mencapai 68.25, sedangkan pada
siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 86.25. Siswa yang sudah mencapai
batas KKM, pada siklus II yaitu 95%. Hampir semua siswa mencapai nilai
KKM dan 1 siswa yang tidak mencapai nilai KKM.
d. Refleksi siklus II
Hasil refleksi siklus II menunjukkan hasil yang sudah maksimal. Hal tersebut
dikarenakan :
1) Media yang digunakan lebih besar dari media sebelumnya, sehingga
siswa yang dibelakang tidak maju ke depan untuk dapat melihatnya.
2) Siswa sudah aktif dan berani tampil ke depan kelas
25
Tabel 4. Hasil Evaluasi Siklus II
No Nama Siswa KKM Hasil Tes Status
1. Aisyah Hani 65 95 Tuntas
2. Ainaya Alia 65 95 Tuntas
3. Akila Suardi 65 90 Tidak Tuntas
4. Alyah afifah 65 90 Tuntas
5. Alysa Putri 65 90 Tuntas
6. Anaya kurnia 65 90 Tuntas
7. Aurel Diana 65 90 Tidak Tuntas
8. Baitul hamdi 65 60 Tidak Tuntas
9. Banir malik 65 90 Tuntas
10. Celsy putri 65 90 Tuntas
11. Ghali alfatih 65 80 Tidak Tuntas
12. Guspiana laras 65 90 Tuntas
13. Habiba syarabi 65 90 Tuntas
14. Hanna ramadhani 65 95 Tuntas
15. Hazna remiko 65 90 Tidak Tuntas
16. Hilyatul aulia 65 90 Tidak Tuntas
17. Luthfie sakhi 65 95 Tuntas
18. M Husain 65 90 Tidak Tuntas
19. M. azka 65 90 Tidak Tuntas
20. M azka maulana 65 90 Tuntas
Jumlah 1.725 95 %
Rata – rata 86.25
Nilai siklus II
16
14
12
10
8
jumlah siswa
6
0
60 80 90 95
26
Dari table dan grafik terlihat hasil belajar siswa sudah mencapai ketuntasan 95%
dengan nilai masing-masing siswa sebagai berikut: 1 orang mendapat nilai 60, 1
orang mendapat nilai 80, 14 siswa mendapat nilai 90, dan 4 orang siswa mendapat
nilai 95.
B. Pembahasan hasil penelitian perbaikan pembelajaran
Data hasil pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa dari pra siklus, siklus
I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut:
Tabel 5. Daftar Nilai Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
No Nama Siswa Pra Siklus Siklus I Siklus II
1. Aisyah Hani 50 70 95
2. Ainaya Alia 70 85 95
3. Akila Suardi 55 60 90
4. Alyah afifah 50 75 90
5. Alysa Putri 75 80 90
6. Anaya kurnia 60 70 90
7. Aurel Diana 50 60 90
8. Baitul hamdi 60 60 60
9. Banir malik 60 75 90
10. Celsy putri 60 70 90
11. Ghali alfatih 55 60 80
12. Guspiana laras 65 70 90
13. Habiba syarabi 70 75 90
14. Hanna ramadhani 60 65 95
15. Hazna remiko 55 60 90
16. Hilyatul aulia 50 60 90
17. Luthfie sakhi 80 85 95
18. M Husain 60 60 90
19. M. azka 55 60 90
20. M azka maulana 50 65 90
Jumlah 1190 1365 1725
Rata – rata nilai 59.5 68.25 85.25
Jumlah siswa yang lulus 5 12 19
Persentase kelulusan 30% 55% 95%
Persentase (%)
Pra Siklus I Siklus II
No Nilai
1 Tuntas 30% 55% 95%
2 Tidak tuntas 70% 45% 5%
27
JUMLAH 100% 100% 100%
28
BAB V
A. SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat sesuai dengan motode suku kata,
dan penelitian terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Dalam rencana
pembelajaran terdapat kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, tujuan, materi,
media, sumber, kegiatan dan evaluasi pembelajaran.
2. Rangkaian proses pembelajaran aspek membaca permulaan dengan menggunakan
suku kata dan memotivasi siswa.
3. Hasil belajar siswa meningkat menggunakan metode suku kata. Jumlah siswa yang
melewati batas KKM siklus I meningkat dari prasiklus, dimana siswa yang
melewati batas KKM pada prasiklus hanya 30% dengan rata-rata nilai 59.5,
sedangkan jumlah siswa yang melewati batas KKM siklus I mencapai 55% dengan
rata-rata nilai 68.25, dan pada siklus II siswa yang dapat melewati batas KKM
mencapai 95% dengan rata-rata nilai 86.25.
B. SARAN DAN TINDAK LANJUT
Berdasarkan simpulan maka dikemukakan saran sebagai berikut :
1. guru umumnya dan guru kelas satu khususnya, bisa menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan metode suku kata ini, karena sangat membantu guru dalam
menyampaikan materi pelajaran dan membantu siswa lebih mudah memahami
materi, bersemangat, gembira dan menyengkan
2. Untuk menerapkan metode suku kata sebaiknya guru lebih dahulu memahami
metode tersebut serta tahap pembelajaran yang digunakan pada metode tersebut
agar dapat diterapkan pada mata pelajaran lainnya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, A. (2021). Pengaruh Media Papan Flanel Kata Berbasis Metode Sas Terhadap
Keterampilan Membaca Permulaan (Penelitian pada Siswa Kelas 1 SD Negeri
Wonoroto Kabupaten Magelang) (Doctoral dissertation, Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Magelang).
Herlina, E. S. (2019). Membaca Permulaan Untuk Anak Usia Dini Dalam Era Pendidikan
4.0. JURNAL PIONIR, 5(4).
30
Perencanaan PKP
31
Lampiran 1
Kepada
Kepala UPBJJ UT PADANG
Di PADANG
Telepon : 0852-6339-8639
Menyatakan bersedia sebagai supervisor 2 untuk membimbing mahasiswa dalam perencanaan dan
pelaksanaan PKP (PDGK4501) atas:
Telepon : 0853-6457-5723
32
Lampiran 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
SIKLUS 1
Satuan Pendidikan : UPTD SD N 01 Bukik Limbuku
Bahasa Indonesia
33
2. Dengan memperhatikan kartu suku kata yang ditunjukkan guru, siswa dapat
membaca kartu suku kata dengan tepat.
3. Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat menyusun kartu suku
kata menjadi kalimat yang baik.
4. Dengan mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat membaca kalimat yang
telah ditempel pada papan planel.
D. MATERI AJAR
E. METODE PMBELAJARAN
G. Langkah-langkah Pembelajaran.
34
menjadi kalimat yang tepat yang
berhubungan
dengan kesehatan.
6. Siswa membaca kartu suku kata yang
diterimanya secara bergantian dalam
kelompoknya masing-masing
7. Setiap kelompok secara bergantian
menempel kartu suku kata ke papan
planel dalam susunan kalimat yang benar.
8. Siswa secara klasikal dan individu
membaca beberapa kalimat yang di pajang
di papan planel
9. Siswa di bimbing guru untuk
memberikan kesimpulan
F. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Penilaian Sikap
2. Penilaian Pengetahuan
3. Penilaian Keterampilan
Buku guru dan buku siswa, cetakan ke-3 (Edisi Revisi), Tema:
Kegemaranku, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: 2016
Kartu suku kata
35
MATERI
ANAK PEMALAS
Ada serang anak yang berumur tujuh tahun yang bernama Bemo, dia punya
kebiasaan yang buruk, seperti ; malas mandi, malas menggosok gigi, dan malas
belajar. Hobinya adalah menoton televisi, makan yang banyak habis itu tidur.
Karena malas menggosok gigi pada suatu hari gigi Bemo sakit mengakibatkan
Bemo menderita Kesakitan.
Latihan
36
Gigi Bimo dicabut Dokter
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar
Kunci
1. Bemo
2. Malas
3. Karena bemo malas menggososok gigi
37
LAMPIRAN 2
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )
SIKLUS II
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Siswa dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan isi cerita yang berhubungan
dengan kesehatan dengan benar
Siswa dapat menyusun kartu suku kata menjadi kalimat yang baik.
38
Siswa dapat membaca kalimat yang telah ditempel pada papan planel dengan
benaar.
D. MATERI AJAR
E. METODE PMBELAJARAN
G. Langkah-langkah Pembelajaran.
Kegiatan Deskripsi kegiatan Alokasi waktu
39
F. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Penilaian Sikap
Observasi dan pencatatan sikap siswa selama kegiatan berlangsung.
2. Penilaian Pengetahuan
Latihan menjawab pertanyaan berdasarkan wacana yang dibacakan guru
3. Penilaian Keterampilan
Latihan membaca secara bergantian ke depan kelas.
Buku guru dan buku siswa, cetakan ke-3 (Edisi Revisi), Tema: Kegemaranku,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: 2016
MATERI
ANAK PEMALAS
Ada serang anak yang berumur tujuh tahun yang bernama Bemo, dia punya kebiasaan
yang buruk, seperti ; malas mandi, malas menggosok gigi, dan malas belajar. Hobinya
adalah menoton televisi, makan yang banyak habis itu tidur. Karena malas
menggosok gigi pada suatu hari gigi Bemo sakit mengakibatkan Bemo menderita
Kesakitan. Pada akhirnya Bemo dibawa ke dokter gigi oleh Ibunya. Dokter memberi
nasehat agar bemo rajin menggosok gigi minimal dua kali dalam sehari.
40
Latihan
41
9. Agar gigi kita sehat kita harus?
a. Rajin gosok gigi
b. Malas gosok gigi
c. Jarang gosok gigi
d. Tidak pernah gosok gigi
10. Jika kita jarang gosok gigi maka gigi kita akan?
a. Sehat
b. Sakit
c. Tidak apaapa
d. Kuat
42
Kunci :
1. B
2. D
3. A
4. C
5. B
6. C
7. B
8. B
9. A
10. B
43
LAMPIRAN 3
44
45
46
47
48
LINK SIKLUS KE II
49
Lampiran 4
50
51
52
Lampian 5
DOKUMENTASI SIKLUS I
53
54
DOKUMENTASI SIKLUS II
55
56
57