Anda di halaman 1dari 29

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

MELALUI PENGGUNAAN METODE SAS (STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK)


DENGAN MEDIA KARTU HURUF KELAS 1 SD NEGERI 3 GEMAWANG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

ABSTRAK

LATIFAH KHORI WIDATI1


NIM 857952879

Penelitian Tindakan Kelas ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa
mata pelajaran Bahasa Indonesia materi membaca permulaan, dan proses pembelajaran
yang masih belum optimal yang disebabkan oleh penggunaan metode ceramah yang
digunakan oleh guru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah penerapan
metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) sehingga dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa
Indonesia pada materi membaca permulaan dikelas 1 SD Negeri 3 Gemawang semester 1
Tahun Pelajaran 2021/2022 dengan jumlah siswa sebanyak 18 siswa.
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi disetiap siklusnya. Penyampaian materi dilakukan dengan
menggunakan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) yaitu berupa menampilkan gambar
beserta kata menggunakan kartu huruf. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan
metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pada Pra
siklus diperoleh ketuntasan belajar pada materi membaca permulaan sebesar27,8% dengan
frekuensi 5 siswa yang tergolong tuntas. Pada siklus 1 diperoleh ketuntasan belajar pada
materi membaca permulaan sebesar 55,5% dengan frekuensi jumlah siswa 10. Pada siklus 2
ketuntasan belajar pada materi pembelajaran membaca permulaan meningkat sebesar 88,9%
dengan frekuensi jumlah siswa sebesar 16 siswa. Hasil ini telah mencapai indikator
keberhasilan dimana hanya terdapat 2 siswa yang masih dalam bimbingan. Sehingga, bisa
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan membaca permulaan dari Pra Siklus ke
Siklus 1 kemudian ke Siklus 2 dan tidak perlu dilakukan Siklus 3.

Kata Kunci :Meningkatkan Kemampuan Membaca, Metode SAS, Media Kartu

1
Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka.
Email :latifahkhoriwidati@gmail.com
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masyarakat khalayak yang rajin dan tekun dalam kegiatan membaca
memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang sangat luas guna meningkatkan
kecerdasannya alhasil mereka lebih siap dalam menjawab tantangan hidup pada masa-
masa mendatang oleh sebab itu membaca ialah salah satu standar keterampilan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang harus dicapai pada jenjang SD, SMP, maupun
SMK/SMA (Farida Rahim 2011:1).
Kegiatan membaca di jenjang Sekolah Dasar terbagi menjadi 2 yaitu membaca
permulaan dikelas rendah dan membaca permulaan dikelas tinggi. Siswa juga dituntut
untuk bisa memahami suatu gagasan dalam bacaan pada kelas tinggi. Oleh sebab itu,
Kegiatan membaca permulaan pada kelas rendah sebagai dasar untuk dijenjang kelas
tinggi. Dan peran guru sebagai fasilitator sangat diperlukan dalam menentukan
metode seperti apa yang dapat mendorong tingkat keberhasilan siswa dalam membaca
permulaan.
Kegiatan membaca yang dapat memberikan pengalaman pada siswa yaitu
dengan melibatkan langsung siswa pada proses pembelajaran seperti permainan
bahasa dan juga pemakaian media yang dapat melibatkan siswa. Untuk itu guru perlu
menyediakan pembelajaran yang manrik yang dapat menimbulkan daya tarik bagi
siswa untuk giat secara aktif dan kreatif.
Identifikasi masalah Pembelajaran membaca dengan Kompetensi Dasar yang
disampaikan adalah membaca lancar dan memahami beberapa kalimat sederhana
yang terdiri dari 3-5 kata dengan lafal dan intonasi yang tepat. Dari hasil observasi
yang telah dilaksanakan melalui pengamatan, pembelajaran Bahasa Indonesia pada
aspek membaca dengan penggunaan metode ceramah sudah baik, guru juga
memberikan contoh membaca kata dan kalimat dengan tepat, serta penggunaan lafal
dan intonasi yang benar akan tetapi keterampilan membaca siswa masih rendah,
rendahnya keterampilan membaca ini didapati dari hasil tes membaca nyaring dan
membaca memahami dari 18 siswa 13 diantaranya membacanya masih belum tepat,
hal ini dikarenakan perhatian siswa hanya terfokus di 10 menit awal hingga pada
kegiatan inti siswa cenderung ramai tetapi tidak dalam situasi belajar sehingga materi
yang disampaikan tidak terserap sepenuhnya.
Siswa kelas 1 ini sudah dalam taraf mengenal huruf akan tetapi 72% atau 13
siswa masih dalam kesulitan dalam membaca lancar dengan lafal dan intonasi yang
tepat serta memahami maksud dari kata yang dibacanya. Ini tercermin dari hasil tes
keterampilan membaca nyaring dengan aspek pengamatan ketepatan menyuarakan
tulisan, lafal, intonasi serta kejelasan dalam membaca dan tes tertulis membaca
memahami dengan menjawab beberapa pertanyaan dari cerita sederhana secara
individual , hasil tersebut nilai rata-rata siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 62,54 sedangkan KKM yang ditetapkan yaitu 76. Dari rata-rata
nilai tersebut presentase ketuntasan dari 18 siswa, ada sebanyak 13 atau 72% siswa
yang belum tuntas.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas 1 SD Negeri 3 Gemawang,
peneliti berdiskusi dengan teman sejawat untuk menganalisis masalah dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia tentang materi Membaca Permulaan dengan hasil
belajar yang masih banyak yang di bawah dari KKM. Dari hasil diskusi bersama
teman sejawat dapat kita ketahui penyebab dari hasil belajar yang kurang dari KKM
diantaranya sebagai berikut :
a. Penggunaan metode belajar oleh guru belum dapat meningkatkan kemampuan
membaca permulaan dikelas 1 SD Negeri 3 Gemawang.
b. Guru kurang memberikan stimulasi untuk siswa dalam belajar membaca
permulaan dikelas 1 SD Negeri 3 Gemawang.
c. Media yang digunakan oleh guru dalam membaca membaca permulaan tidak
menarik perhatian siswa.
Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah untuk memecahkan masalah
sesuai dengan analisis yang dirumuskan maka ditentukan alternatif pemecahan
masalah dengan prioritas berikut : “menggunakan Metode Membaca SAS(Struktural
Analitik Sintetik) dengan memanfaatkan media kartu huruf untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran membaca permulaan dikelas 1 SDN 3 Gemawang”

B. Rumusan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam
perbaikan pembelajaran ini adalah : BagaimanaMeningkatkan Kemampuan Membaca
Permulaan Melalui Penggunaan Metode SAS(Struktural Analitik Sintetik) Dengan
Media Kartu Huruf Di Kelas 1 SDN 3 Gemawang Tahun Pelajaran 2021/2022 ?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan pembelajaran
1. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka perbaikan pembelajaran ini bertujuan
untuk, meningkatkan Keterampilan Membaca Metode SAS(Sturktural Analitik
Sintetik) dengan menggunakan media kartu huruf atau flash card pada siswa kelas
1 SD Negeri 3 Gemawang kecamatan Gemawang Kabupaten TemanggungTahun
Pelajaran 2021/2022.
2. Untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa kelas 1 SD Negeri 3 Gemawang
setelah menerapkan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dengan bantuan
media Flash card Tahun Pelajaran 2021/2022.

D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


1. Bagi siswa
Siswa lebih tertarik dengan pembelajaran yang diberikan karena menggunakan
media pengajaran yang lebih variatif, meningkatkan kualitas belajar siswa,
suasana belajar lebih efektif dan menyenangkan, dapat meningkatkan
keterampilan membaca kepada siswa kelas 1.
2. Bagi Guru
Memunculkan budaya meneliti dikalangan guru dan peneliti sendiri, guru mampu
memperbaiki proses pembelajaran terhadap permasalahan yang terjadi dikelasnya,
meningkatkan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.
3. Bagi sekolah
Dengan pembelajaran membaca yang baik diharapkan dapat menumbuhkan siswa
untuk berprestasi dan memberikan nama baik bagi sekolah, meningkatkan kualitas
pembelajaran yang berimplikasi pada meningkatnya mutu sekolah.

I. KAJIAN TEORI
A. Membaca Permulaan
1. Pengertian Membaca
Membaca merupakan sebuah proses yang dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan apa yang tersirat dalam bacaan tersebut. Pada
hakikatnya membaca adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak
hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif (Menurut Tarigan 2015:7).
Membaca merupakan bagian dari perkembangan bahasa dapat diartikan
menerjemahkan simbol-simbol gambar kedalam suara yang dikombinasikan
dengan kata-kata. Siswa yang menyukai gambar, huruf dan buku cerita sejak awal
perkembangan akan mempunyai keinginan membaca lebih besar. Hal ini
dikarenakan siswa tahu bahwa memberikan informasi baru dan menyenangkan
(Noviar Masjid, 2011:57).
Kolker dalam buku berjudul Film, Form, and Culture (1983), menyebutkan
bahwa membaca adalah proses komunikasi antara pembaca dan penulis dengan
menggunakan bahasa tulis. Selanjutnya, kolker juga berpendapat bahwa hakikat
membaca terdiri dari tiga hal yaitu afektif, kognitif, dan juga bahasa.
Tujuan membaca mempunyai tujuan tertentu sesuai dengan orang yang
membaca. tujuan membaca yang paling utama adalah memahami seluruh
informasi yang tertera dalam teks bacaan untuk mengembangkan intelektual yang
dimiliki pembaca. Menurut Farida Rahim ada beberapa tujuan membaca
mencakup : 1) kesenangan, 2) menyempurnakan membaca nyaring, 3)
menggunakan strategi tertentu, 4) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu
topik, 5) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinnya,
6) memperoleh informasi untuk laporan lisan dan tertulis.
Pembelajaran membaca di SD menjadi bagian penting dari pembelajaran
Bahasa Indonesia. Syaffie Hairudin, 2010:3 menyatakan bahwa melalui
pemelajaran membaca siswa diharapkan memperoleh informasi serta tanggapan
atas berbagai hal, mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, menyerap
informasi dari bacaan, namun, didalam membeca permulaan bertujuan untuk
mendasari kemampuan membaca di tingkat yang lebih lanjut.
2. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca dini atau membaca permulaan menurut Steinberg dalam
skripsinya Sunarni menyatakan membaca permulaan adalah membaca yang
diajarkan secara terprogram kepada anak prasekolah. Fokus dari program ini
yakni perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan
bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik
sebagai perantara pembelajaran.
Pada dasarnya membaca permulaan merupakan sebuah tahapan proses
belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal, pada waktu anak belajar
membaca. ia belajar mengenal kata demi kata, mengejannya, membedakannya
dengan kata-kata lain. Misalnya padi dan pagi. Siswa belajar untuk memperoleh
kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan
dengan baik. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran membaca
dengan baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu
yang menyenangkan.

B. Media Kartu Huruf / Flash Card


1. Pengertian Media
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga
dapat merangsang perhatian dan minat siswa untuk belajar.
Lebih lanjut, Gagne dan Briggs (1975) dalam Arsyad (2013:4) secara
eksplisit mengatakan bahwa medai pembelajaran mencakup alat-alat yang secara
fisik digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Alat ini dapat berupa
alat grafik, visual, elektronik, dan audio yang digunakan untuk mempermudah
informasi yang disampaikan kepada siswa.
Menurut Piaget dalam Slameto (2010:13) mengatakan bahwa ada tiga
tahap perkembangan mental anak yaitu:
1. Berpikir secara intuitif + 4 tahun
2. Beroperasi secara konkrit + 7 tahun
3. Beroperasi secara mandiri resmi + 11 tahun
Disampaikan oleh Daryanto 2013:5, bahwa proses belajar mengajar
padahakikatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari siswa kepada
penerima. Dalam proses pembelajaran ada pesan yang ingin kamu sampaikan dan
disampaikan.
Media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari pengirim kepada penerima pesan, dengan tujuan meningkatkan pemahaman
penerima pesan. Sudjana dan Rivai 2013:2, mengatakan bahwa media
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa :
1. Mengajar akan menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
2. Makna materi pelajaran akan lebih dipahami oleh siswa siswa.
3. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak hanya narasi verbal melalui
kata-kata guru.
4. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, karena tidak hanya
mendengarkan deskripsi guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, dan lain lain.
2. Pengertian Kartu Huruf
Kartu huruf atau Flash card merupakan salah satu media pembelajaran
visual, media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat. Sedangkan Media
pembelajaran adalah suatu alat yang dapat menunjang keberhasilan pembelajaran
(Agus Wasisto Dwi Doso Warso, 2013:68). Kartu huruf termasuk ke dalam
klasifikasi alat permainan edukatif karena memenuhi syarat-syarat sebagai alat
permainan edukatif yang dapat dijadikan media dalam suatu pembelajaran.
Azhar Arsyad 2010:119 mengungkapkan bahwa kartu huruf atau yang
sering disebut kartu abjad merupakan salah satu bentuk dari flash card yaitu
merupakan kartu kecil yang berisi gambar, huruf, teks, atau tanda simbol yang
mengaitkan atau menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan
simbol-simbol tersebut. penggunaan kartu huruf ini sangat menarik perhatian
siswa dan sangat mudah digunakan dalam pengajaran membaca permulaan. selain
itu kartu huruf juga melatih kreatifitas siswa dalam menyusun kata-kata sesuai
dengan keinginannya.
3. Permainan Kartu Huruf
Conny R. Semiawan 2011:19-20, mengungkapkan bahwa permainan
adalah berbagai kegiatan yang sebenarnya dirancang dengan maksud agar anak
dapat meningkatkan beberapa kemampuan tertentu berdasarkan pengalaman
belajar. permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajahi dunianya dari yang
tidak kenal sampai pada yang anak ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya
sampai mampu melakukannya.
Maimunnah Hasan 2009:65, mengungkapkan bahwa kartu huruf adalah
penggunaan sejumlah kartu sebagai alat bantu untuk belajar membaca dengan cara
melihat dan mengingat bentuk huruf dan gambar yang disertai tulisan dari makna
gambar pada kartu.
Azhar Arsyad 2005:119, mengungkapkan bahwa kartu huruf adalah kartu
abjad yang berisi gambar, huruf, tanda simbol yang meningkatkan atau menuntut
anak yang berhubungan dengan simbol simbol tersebut. namun demikian kata
huruf yang dimaksud disini adalah kartu huruf yang dibuat sendiri dengan bentuk
persegi panjang terbuat dari kertas putih. satu sisi terdapat tempelan potongan
huruf dan satu sisinya lagi terdapat tempelah gambar benda yang disertai tulisan
dari makna gambar tersebut.
Cucu Eliyawati 2005:72, menyebutkan langkah-langkah dalam bermain
kartu huruf diantarannya yaitu : ambilah satu persatu kartu huruf secara
bergantian. amatilah simbol-simbol huruf pada kartu huruf yang sedang dipegang,
kemudian sebutkanlah simbol huruf yang tertera pada kartu huruf. baiklah kartu
huruf, amatilah gambar dan tulisan yang terdapat pada kartu, kemudian
sebutkanlah gambar benda dan huruf depan dari gambar benda yang tertera pada
kartu huruf.

C. Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)


Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) adalah suatu metode yang biasa
digunakan dalam proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa
pemula. Menurut Solchan dkk (2010:6.22) Metode ini mengawali pembelajaran
dengan menampilkan sebuah kalimat atau kata yang utuh dalam pembelajaran
membaca dan menulis permulaan.
Suhendi (2013) mengatakan bahwa langkah-langkah dalam metode SAS
adalah : Guru menampilkan keseluruhan kalimat (S), Guru melakukan proses
penguraian kalimat (A), Guru menampilkan keseluruhan kalimat pada struktur
kalimat semula (S).
Proses penguraian dan penganalisisan dalam pembelajaran membaca menulis
permulaan dengan metode SAS yaitu:
1. Kalimat menjadi kata
2. Kata menjadi suku-suku kata
3. Suku kata menjadi huruf-huruf
Contoh bahan ajar untuk pembelajaran membaca permulaan dengan metode
SAS adalah sebagai berikut (Tarigan dkk, 2010:5.13) :
ini mama
ini mama
i ni ma ma
ini mama
i ni ma ma
ini mama
ini mama
II. PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Lokasi, Subjek, WaktuPerbaikan Pembelajaran, dan Pihak yang Membantu
1. Subjek Penelitian.
Subjek perbaikan pembelajaran ini adalah anak-anak kelas 1 SD Negeri 3
Gemawang dengan jumlah anak didik 18 anak pada kegiatan membaca
permulaan. Selanjutnya subjek mengalami kesulitan membaca permulaan karena
beberapa faktor eksternal, seperti tidak terakomodasinnya metode dan media
pembelajaran yang tidak sesuai, dimana guru ini belum memahami secara jelas
tentang permusan perencanaan pembelajaran dan kegiatan-kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru kurang bervariasi dan guru belum mampu
memperhatikan kebutuhan belajar anak secara individual.
2. Tempat dan Waktu penelitian.
Waktu yang digunakan untuk perbaikan pembelajaran selama 2 (bulan)
yaitu bulan April 2022 sampai dengan bulan Mei 2022. Kegiatan perbaikan
pembelajaran dimulai dari persiapan penyusunan rencana perbaikan pembelajaran,
menyusun instrument perbaikan pembelajaran, pengumpulan data, pemantauan
pembahasan masalah hingga laporan hasil perbaikan pembelajaran. Data harus
benar-benar konkret dengan masalah relevan sehingga hal ini tidak mungkin
dilakukan pada saat libur sekolah dan perbaikan pembelajaran ini dilakukan dalam
2 siklus. Dengan tahapan sebagai berikut:
Tabel 3.1
Tabel Tahapan Perbaikan pembelajaran
Tanggal Perbaikan
No Tahapan Tempat
pembelajaran
1. Siklus I Senin, 11 April 2022 SD Negeri 3 GemawangKec. Gemawang
2. Siklus II Senin, 22 April 2022 SD Negeri 3 GemawangKec. Gemawang

Dalam penulisan laporan perbaikan pembelajaran perbaikan ini, peneliti


dimulai dari persiapan, penyusunan rencana tindakan perbaikan, menyusun
instrumen perbaikan pembelajaran, pengumpulan data, pebahasan masalah hingga
laporan hasil perbaikan pembelajaran. Jadwal rencana pelaksanaan perbaikan
pembelajaran perbaikan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2

Tabel Perbaikan Pembelajaran


April Mei
No Kegiatan 2022 2022
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
a. Observasi Awal x
b. Menyusun Konsep Pelaksanaan x
c. Menyusun Instrumen x
2. Pelaksanaan
a. Menyiapkan RPP x
b. Pelaksanaan Siklus I x
c. Refleksi Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I x
d. Pelaksanaan Siklus II x x
3. Penyusunan Laporan
a. Menyusun Konsep Laporan x
b. Simulasi Hasil Perbaikan pembelajaran x
c. Perbaikan Laporan x
d. Finishing x
Dalam melaksanakan suatu tindakan kelas ada beberapa tahapan yang
harus dilakukan sebagai seorang guru antara lain sebagai berikut :Tahap
Perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap observasi, Tahap refleksi .
3. Pihak yang membantu
Dalam perbaikan pembelajaran ini penulis yang mengajar di SD Negeri 3
Gemawang, Kecamatan Gemawang dibantu oleh Supervisor 2 yang bernama
Triyono,S.Pd. Beliau adalah Kepala SD Negeri 3 Gemawang Temanggung yang
membimbing dalam perencanaan perbaikan pembelajaran. Penulis juga di
bimbing oleh Bapak Harwandi, M.Pd selaku Supervisor 1 yang membimbing
pelaksanaan perbaikan pembelajaran dan penyusunan laporan.

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Pelaksanaan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang berupa
perbaikan pembelajaran di SD Negeri 3 Gemawang dilaksanakan guna mengatasi
berbagai permasalahan tentang pengembangan Bahasa khususnya di kegiatan
Membaca Permulaan. Pada proses pembelajaran prasiklus guru belum menemukan
media yang tepat dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu untuk
meningkatkan kegiatan membaca permulaan pada siswa SD Negeri 3 Gemawang
Kec. Gemawang diupayakan dengan menggunakan media Flash Card/kartu huruf
melalui metode SAS (Struktural Analitik Sintetik).
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Obsevasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati dan mencatat
secara sistematis terhadap gejala/fenomena unik dan menarik yang tampak pada
objek perbaikan pembelajaran untuk dijadikan fokus perbaikan pembelajaran.
Langkah-langkah melakukan observasi sebagai berikut : menyiapkan
instrumen observasi, mengamati setiap peristiwa/kejadian, mencatat setiap
peristiwa yang terjadi, mendokumentasikan setiap peristiwa yang terjadi
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen baik tertulis, gambar, atau elektronik untuk
mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai fokus
perbaikan pembelajaran.
Langkah-langkah melakukan dokumentasi :menyiapkan kamera untuk siap
dipakai, mengambil gambar kegiatan anak, melihat instrumen yang kita perlukan,
foto copy instrument yang kita perlukan

D. Instrumen Penilaian
Dalam instrumen penilaian kualitatif yang menjadi alat penilaian adalah
peneliti sendiri. Dalam perbaikan pembelajaran kualitatif manusia sebagai instrumen
utama dalam penilaian. dengan alasan bahwa segalanya mempunyai bentuk yang
pasti, masalah, fokus perbaikan pembelajaran, prosedur perbaikan pembelajaran,
hipotesis yang digunakan bahkan hasil yang didapat belum pasti. (Nasution dalam
Sugiyono 2012:60).
Berikut pedoman instrumen penilaian dalam melakasanakan perbaikan pembelajaran:
1. Instrumen Membaca Permulaan
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Siswa Dalam Membaca Permulaan
Aspek Kemampuan Indikator
1. Mengenal dan mengucapkan bunyi 1.1kemampuan membaca simbol
huruf kecil dan besar pada alfabet. bahasa (huruf) vocal cetak dari yang
kecil, kapital dan vokal rangkap.
1.2 kemampuan membaca simbol
(huruf) konsonan cetak dari yang kecil,
kapital, dan konsonan rangkap.
membaca nyaring suku kata dengan 2.1 membaca nyaring suku kata dengan
lafal yang tepat. lafal yang tepat.
3. memiliki kemampuan 3.1 kemampuan membaca kata-kata
menggabungkan bunyi membentuk
kata dengan lafal yang jelas, kata kerja,
kata benda, sifat dan kata berimbuhan
2. Pedoman Observasi
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Permulaan
Indikator Sub Indikator Item Pengamatan
Kegiatan awal Melaksanakan kegiatan 1. mempersiapkan siswa untuk belajar
pembelajaran pendahuluan 2. melakukan apersepsi
Kegiatan inti Penguasaan materi 3. menunjukan penguasaan materi
pembelajaran 4. mengaitkan materi dengan
pengetahuan yang relevan
5. menyampaikan materi dengan jelas
sesuai karakteristik siswa
6. mengaitkan materi dengan realitas
kehidupan
Pendekatan / strategi 7. melaksanakan pembelajaran sesuai
pembelajaran karakteristik siswa
8. melaksanakan pembelajaran sesuai
tujuan yang ingin dicapai
9. melaksanakan pembelajaran dengan
runtut
10. melaksanakan pembelajaran yang
bersifat konstektual
11. melaksanakan pembelajaran yang
menumbuhkan kebiasaan positif
12. siswa terlibat aktif dalam
penggunaan media
Pemanfaatan sumber 13. melaksanakan pembelajaran sesuai
belajar/media alokasi waktu yang direncanakan
14. menggunakan media secara efektif
dan efisien
Suasana pembelajaran 15. tercipta suasana menyenangkan
didalam kelas
16. siswa berperan aktif dalam
pembelajaran
Pengelolaan kelas 17. guru dapat membagi perhatian
kepada semua siswa
18. memberikan layanan individual
kepada siswa yang mengalami
problem membaca
19. terciptanya disiplin kelas
20. menumbuhkan partisipasi aktif siswa
dalam belajar
21. meumbuhkan antusiasme dan
keceriaan siswa dalam belajar
Penggunaan bahasa yang 22. menggunakan bahasa lisan secara
baik jelas dan lancar
23. menyampaikan pesan dengan gaya
yang sesuai
Kegiatan Melaksanakan kegiatan 24. melakukan refleksi atau membuat
penutup penutup pembelajaran rangkuman dengan melibatkan siswa
25. melaksanakan tindak lanjut dengan
arahan kegiatan selanjutnya atau
tugas
Evaluasi Melaksanakan evaluasi 26. melakukan evaluasi sesuai dengan
pembelajaran pembelajaran tujuan pembelajaran

E. Teknik Analisis Data


Peneliti melakukan teknik analisa data dengan analisis secara kuantitatif dan
kualitatif. Data dan cara pengambilannya adalah sebagai berikut :
1. Sumber data, sumber data dari tindakan kelas ini adalah anak didik dan peneliti
2. Jenis data, jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif dan data kualitatif
yang terdiri dari :
a) Rencana perbaikan pembelajaran
b) Data hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran hasil belajar
c) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan
teknik perhitungan matematika atau statistika. Data kuantitatif berfungsi untuk
mengetahui jumlah atau besaran dari sebuah objek yang ankan diteliti. Data ini
bersifat nyata atau dapat diterima oleh panca indera sehingga peneliti harus
benar-benar jeli dan teliti untuk mendapatkan keakuratan data dari objek yang
akan diteliti. Sedangkan data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata
bukan berbentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam
teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen,, diskusi
terfokus, atau observasi. Bentuk lain dari kualitatif adalah gambar yang
diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video. Data kualitatif berfungsi
untuk mengetahui kualitas dari sebuah objek yang akan diteliti. Data ini
bersifat abstrak sehingga peneliti harus benar-benar memahami kualitas dari
objek yang akan diteliti.
3. Cara pengambilan data :
a) Data hasil belajar diperoleh dari hasil pos tes dan pretes
b) Data tentang situasi pembelajaran, diperoleh melalui lembar observasi
c) Data tentang keterkaitan antara perencanaan dengan pelaksana diperoleh dari
rencana pembelajaran dan lembar observasi
Teknik kualitatif digunakan menganalisis data kuantitatif untuk
mengetahui hasil yang dicapai dengan metode pemberian tugas dan penggunaan
media kertas yang diperoleh dari hasil kegiatan Siklus I dan Siklus II. Analisa
tersebut dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Merekap skor yang
diperoleh; b) Menghitung skor kumulatif dari seluruh aspek; c) Menghitung rata-
rata kelas; d) Menghitung prosentase
Rumus yang digunakan dalam menghitung presentase adalah sebagai berikut :

P = x 100 %

Keterangan :
P = Angka Presentase
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Jumlah Responden (Anak)
Dari presentase yang telah dicari kemudian dimasukan kedalam 3 kriteria.
Kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Baik = Apabila nilai yang diperoleh siswa antara 76% - 100%
2. Kriteria Cukup = Apabila nilai yang diperoleh siswa antara 56% - 75%
3. Kriteria Kurang = Apabila nilai yang diperoleh siswa antara 47% - 55%

III.HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Deskripsi Hasil Penelitiam Perbaikan Pembelajaran
1. Deskripsi Kondisi Awal / Pra Siklus
Berdasarkan hasil dari Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 akan diuraikan
setiap tindakan yang meliputi : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Sebelum melaksanakan suatu tindakan, peneliti terlebih dahulu
melakukan pengamatan di Suatu kelas 1 SD Negeri 3 Gemawang. Hasil
pengamatan tersebut sebagai berikut :
Dari 18 siswa yang tercatat sebagai peserta didik di kelas 1 SD Negeri 3
Gemawang diantarannya 13 peserta didik menunjukan sikap yang kurang aktif
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca permulaan. Hal ini
dikarenakan pada saat penyampaian materi media yang digunakan oleh guru tidak
menarik minat anak dalam kegiatan membaca permulaan serta penggunaan
metode yang tidak tepat dalam kegiatan membaca permulaan. Pelaksanaan
pembelajaran ketika membaca permulaan didominasi dengan metode ceramah
dimana guru lebih berbicara aktif dari pada peserta didik, sedangkan peserta didik
hanya mendengarkan dan memperhatikan. Hal ini menyebabkan peserta didik
merasa bosan dan jenuh dalam memperhatikan penjelasan materi yang diberikan
oleh guru. Beberapa diantaranya melakukan aktivitas lainnya seperti mengobrol
dengan teman sebangku, bahkan mengantuk ketika mendengarkan penjelasan
guru.
Berdasarkan pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa di dalam
sebuah kelas 1 SD Negeri 3 Gemawang terdapat beberapa peserta didik yang
kurang tertarik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam materi
membaca permulaan. Oleh sebab itu, sebagai guru berupaya mencari suatu metode
atau media agar dapat meningkatkan minat membaca permulaan dikelas rendah.
Sehingga peserta didik tersebut bersemangat dalam kegiatan membaca permulaan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Ibu Nurmalita,S.Pd selaku guru
kelas 1 SD Negeri 3 Gemawang menyatakan bahwa pelaksanaan kegiatan
membaca permulaan dikelas rendah belum memakai strategi pembelajaran yang
tepat. Hal ini ditunjukan dengan tindakan guru dalam menjelaskan suatu materi
masih menggunakan metode konvensional atau metode ceramah saja dalam
menjelaskan materi tersebut tanpa adanya suatu media yang sesuai dengan pokok
bahasan secara keseluruhan. Padahal telah kita ketahui, bahwa kegiatan
pembelajaran dikelas rendah memerlukan suatu strategi pemahaman yang jelas
atau abstrak agar peserta didik tertarik dan bersemangat dalam membaca
permulaan. Disamping terletak pada strategi pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan kurangnya variasi dalam pembelajaran, hal tersebut juga terjadi
karena tidak adanya media dalam suatu pembelajaran yang menarik minat peserta
didik sehingga hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik yang
kurang maksimal juga tentunya. Hal ini ditunjukan dengan hasil kegiatan
membaca permulaan pra tindakan sebagai berikut :
Tabel 4.1
Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Sebelum Tindakan
No. Kriteria Jumlah Siswa Presentase %
1. Kurang Baik 10 55,5%
2. Cukup 3 16,7%
3. Baik 5 27,8%
Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kriteria baik dalam
membaca permulaan ada 5 siswa atau 27,8%, siswa dengan kriteria cukup ada 3
siswa atau 16,7%, dan siswa dengan kriteria kurang baik ada 10 siswa atau
55,5%.
Untuk hasil membaca permulaan yang lebih mendetail, peniliti
menghitung presentase dari setiap aspek kemampuan membaca anak yang
memiliki kriteria baik.
Tabel 4.2
Data Kemampuan Membaca Permulaan sebelum Perbaikan pembelajaran
No. Aspek Kemampuan Membaca Frekuensi Presentase Kriteria
1. mengenal dan mengucapkan 5 27,7% Kurang
bunyi huruf kecil dan besar pada baik
alfabet.
2. membaca nyaring suku kata 6 33,3% Cukup
dengan lafal yang tepat.
3. memiliki kemampuan 3 16,7% Tidak baik
menggabungkan bunyi
membentuk kata dengan lafal
yang jelas, kata kerja, kata benda,
sifat dan kata berimbuhan
4. kelancaran pengungkapan kata 4 22,3% Tidak baik
Berdasarkan tabel data diatas dapat dijelaskan bahwa kemampuan
membaca permulaan pada siswa sebelum adanya tindakan dikelas yaitu sebagai
berikut :
Pada Aspek kemampuan membaca dalam mengenal dan mengucapkan
bunyi huruf kecil dan besar pada alfabet diperoleh data presentase 27,7%,
sehingga aspek kemampuan membaca tersebut masuk dalam kriteria kurang baik.
Hal ini diperoleh karena siswa belum mampu menyebutkan fonem yang sama
pada saat kegiatan membaca permulaan.
Pada aspek kemampuan membaca nyaring suku kata dengan lafal yang
tepat diperoleh data presentase sebesar 33,3%, sehingga aspek dalam kegiatan
tersebut diklasifikasikan dalam kriteria cukup. Hal ini diperoleh karena sebagian
besar siswa dikelas tersebut cukup mampu dalam menyebutkan lambang bunyi
dalam kegiatan membaca permulaan.
Pada apek kemampuan membaca dalam memiliki kemampuan
menggabungkan bunyi membentuk kata dengan lafal yang jelas, kata kerja, kata
benda, sifat dan kata berimbuhan diperoleh data presentase 16,7%, sehingga aspek
kemampuan membaca suatu kata tersebut masuk dalam klasifikasi kriteria tidak
baik. Hal ini diperoleh karena sebagian besar siswa dikelas rendah masih kurang
jelas dalam membaca suatu kata dan masih ada jeda dalam membaca kata
tersebut.
Pada aspek kemampuan membaca dalam kelancaran pengungkapan kata
diperoleh suatu data presentase 22,3%, maka kemampuan membaca pada aspek
kelancaran pengungkapan kata termasuk dalam kriteria tidak baik. Hal ini
diperoleh karena sebagian besar siswa kelas rendah masih tersendat sendat dalam
pengungkapan suatu kata.
Dari Gambaran Diagram Pra Siklus diatas terlihat dengan jelas bahwa
masih banyak siswa yang belum Tuntas dalam membaca permulaan dikelas
rendah sangat jelas terlihat presentase 78% dengan jumlah siswa sebnayak 13
siswa. Untuk itu guru perlu melakukan kegiatan perbaikan dalam pembelajarn
pada siklus selanjutnya atau siklus 1. Pembelajaran yang terjadi saat Pra siklus
sebelum Perbaikan pembelajaran yaitu, guru menjelaskan kegiatan membaca
permulaan dengan metode konvensional atau cermah saja. Tidak adanya variasi
dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan
pembelajaran dan cenderung kurang konsentrasi dalam memperhatikan guru
dalam menjelaskan pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang monoton serta
belum adanya ketertarikan siswa sangat berdampak pada nilai yang diperoleh oleh
siswa kelas 1 SD Negeri 3 Gemawang pada materi membaca permulaan yang
menunjukan hasil yang masih rendah . Banyak dari siswa yang belum mencapai
ketuntasan minimal dalam mempelajari kompetensi dasar tentang membaca
permulaan. Peneliti pada penelitian ini akan melakukan suatu Perbaikan
pembelajaran dengan metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) dengan bantuan
media kartu huruf/flash card untuk meningkatkan hasil kegiatan belajar siswa
pada kegiatan pembelajaran membaca permulaan.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
Pelaksanaan siklus 1 ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dimana masing-
masing siklus membutuhkan alokasi waktu (2x35 menit) atau 1 kali dalam
pertemuan. Pada siklus 1 ini terdapat empat tahapan yang dilaksanakan yaitu :
tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap pengamatan, dan yang terakhir adalah
tahap refleksi.
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti akan mempersiapkan hal-hal yang
diperlukan selama proses penelitian berlangsung. diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perbaikan (RPPP).
2) Membuat beberapa media kartu huruf / flash card.
3) Membuat daftar nama siswa untuk absensi dan penilaian.
4) Membuat soal evaluasi dan kunci jawaban untuk pembelajaran siklus 1.
b. Tahap Tindakan
Untuk pelaksanaan kegiatan pada siklus 1 ini ditujukan untuk
menyampaikan materi pokok dalam membaca permulaan. Guru mengawali
pertemuan dengan mengucapkan salam kepada siswa, kemudian guru
mempimpin doa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Sebelum masuk
pada penjelasan materi tentang membaca permulaan guru mengabsen siswa
terlebih dahulu . Setelah itu guru melakukan apersepsi, guru memperlihatkan
beberapa huruf vokal dan huruf konsonan. Kemudian guru menjelaskan materi
tentang huruf vokal dan huruf konsonan tersebut. Guru kemudian mengadakan
evaluasi pada pembelajaran siklus 1. Guru menunjuk siswa untuk membaca
beberapa kartu huruf dan minta untuk membacanya satu per satu secara
bergantian. Siswa kemudian membaca kartu huruf tersebut. Guru kemudian
menarik kesimpulan pada kegiatan pembelajaran hari ini dan menutup
kegiatan pembelajaran dengan doa dan salam.
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan pada siklus 1 yang dilaksanakan pada hari Senin, 11 April
2022 dan diikuti oleh siswa yang berjumlah 18 siswa. Simulasi perbaikan
pembelajaran tersebut direkam menggunakan video. Dan video tersebut
kemudian diunggah di YouTube dengan Link YouTube sebagai berikut :
https://youtu.be/CZdMzCbp5QA dengan durasi 4 menit 26 detik.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 ini terlihat guru
menyampaikan materi membaca permulaan menggunakan media kartu huruf /
flash card sudah baik. Namun ada beberapa aspek yang masih belum
sempurna. Guru belum mampu mengkondisikan siswa secara optimal
sehingga ada beberapa siswa yang kesulitan dalam membaca kata pada kartu
huruf yang ditunjukan oleh guru karena guru hanya stay ditempat saja. Materi
yang disampaikan oleh guru tidak hanya dengan metode ceramah atau
konvensional tetapi guru juga sudah menerapkan metode yang baru yaitu SAS
(Struktural Analitik Sintetik) dengan bantuan kartu huruf / flash card. Guru
juga sudah mampu dalam mengkondisikan kelas dengan siswa yang berjumlah
18 siswa walaupun belum sepenuhnya optimal. Namun dalam pelaksanaanya
masih ada beberapa siswa yang masih kesulitan dan pasif. Hal yang
menunjukan peningkatan pada siklus ini adalah siswa mulai tertarik dengan
materi pembelajaran membaca permulaan dan mulai aktif saat ditanya oleh
guru.
Hasil pengamatan terhadap kemampuan membaca permulaan siklus 1
dapat dilihat dari tabel rekapitulasi di bawah ini :
Tabel 4.3
Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan Siklus 1
No. Kriteria Jumlah Siswa Presentase %
1. Kurang Baik - -
2. Cukup 8 44,5%
3. Baik 10 55,5%
Dari hasil data rekapitulasi pada tabel 5, dapat diketahui bahwa jumlah
anak yang memiliki kemmapuan membaca permulaan yang masuk ke dalam
kategori baik ada 10 siswa dengan presentase 55,5%, sedangkan siswa yang
tergolong dalam kriteria cukup ada 8 siswa dengan presentase 44,5%. Setelah
dilaksanakannya perbaikan pembelajaran dari pra siklus ke siklus 1 jumlah
anak yang masuk dalam kriteria kurang baik tidak ada atau rata-rata siswa
sudah mulai bisa dan tidak lagi mengalami kesulitan dalam membaca
permulaan.
Untuk lebih jelasnya untuk mengetahui kemampuan membaca
permulaan siswa dikelas rendah pada pelaksanaan siklus 1, peneliti
menghitung presentase dari setiap aspek perkembangan kemampuan membaca
anak yang memiliki kriteria baik.
Tabel 4.4
Data Kemampuan Membaca Permulaan siklus 1
Aspek Kemampuan
No. Frekuensi Presentase Kriteria
Membaca
1. mengenal dan mengucapkan 15 83,3% Baik
bunyi huruf kecil dan besar
pada alfabet.
2. membaca nyaring suku kata 14 77,7% Baik
dengan lafal yang tepat.
3. memiliki kemampuan 12 66,7% Cukup baik
menggabungkan bunyi
membentuk kata dengan
lafal yang jelas, kata kerja,
kata benda, sifat dan kata
berimbuhan
4. kelancaran pengungkapan 13 72,2% Baik
kata
Berdasarkan tabel data diatas dapat dijelaskan bahwa kemampuan
membaca permulaan pada siswa sebelum adanya tindakan dikelas yaitu
sebagai berikut :
Pada Aspek kemampuan membaca mengenal dan mengucapkan bunyi
huruf kecil dan besar pada alfabet diperoleh data presentase 83,3%, sehingga
aspek kemampuan membaca tersebut masuk dalam kriteria baik. Hal ini
diperoleh karena beberapa siswa mampu menyebutkan fonem yang sama pada
saat kegiatan membaca permulaan.
Pada aspek kemampuan membaca dalam membaca nyaring suku kata
dengan lafal yang tepat diperoleh data presentase sebesar 77,7%, sehingga
aspek dalam kegiatan tersebut diklasifikasikan dalam kriteria baik. Hal ini
diperoleh karena sebagian besar siswa dikelas tersebut cukup mampu dalam
menyebutkan lambang bunyi dalam kegiatan membaca permulaan.
Pada apek kemampuan membaca memiliki kemampuan
menggabungkan bunyi membentuk kata dengan lafal yang jelas, kata kerja,
kata benda, sifat dan kata berimbuhan diperoleh data presentase 66,7%,
sehingga aspek kemampuan membaca suatu kata tersebut masuk dalam
klasifikasi kriteria cukup. Hal ini diperoleh karena sebagian besar siswa
dikelas rendah masih kurang jelas dalam membaca suatu kata dan masih ada
jeda dalam membaca kata tersebut.
Pada aspek kemampuan membaca dalam kelancaran pengungkapan
kata diperoleh suatu data presentase 72,2%, maka kemampuan membaca pada
aspek kelancaran pengungkapan kata termasuk dalam kriteria baik. Hal ini
diperoleh karena sebagian besar siswa kelas rendah cukup mampu dalam
pengungkapan suatu kata.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 1 ini, kemudian dilakukan
refleksi yang bertujuan untuk memperbaiki pelaksanaan pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Hasil refleksi tersebut sebagai berikut
Tabel 4.5
Tabel perbandingan peningkatan pra siklus dan siklus 1
Presentase peningkatan
Aspek Kemampuan presentase
No. (%) sebelum
(%) siklus 1
presentase
Membaca tindakan (%)
1. mengenal dan 27,7% 83,3% 55,6%
mengucapkan bunyi huruf
kecil dan besar pada
alfabet.
2. membaca nyaring suku 33,3% 77,7% 44,4%
kata dengan lafal yang
tepat.
3. memiliki kemampuan 16,7% 66,7% 50%
menggabungkan bunyi
membentuk kata dengan
lafal yang jelas, kata
kerja, kata benda, sifat
dan kata berimbuhan
4. kelancaran pengungkapan 22,3% 72,2% 49,9%
kata

Dari hasil penelitian pengamatan pra siklus dan siklus diperoleh


peningkatan yang signifikan pada setiap aspek kemampuan membaca
permulaan yaitu pada aspek mengenal dan mengucapkan bunyi huruf kecil dan
besar pada alfabet diperoleh peningkatan sebesar 55,6%, pada aspek
kemampuan memiliki kemampuan menggabungkan bunyi membentuk kata
dengan lafal yang jelas, kata kerja, kata benda, sifat dan kata berimbuhan
diperoleh peningkatan sebesar 44,4%, pada aspek kemampuan membaca kata
mengalami peningakatan sebesar 50%, sedangkan pada aspek kemampuan
membaca pada kelancaran membaca mengalami peningkatan sebesar 49,9%.
Dengan data yang diperoleh pada tabel tersebut maka refleksi yang
ditujukan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus 1 adalah sebagai berikut :
1) Guru diharapkan untuk menunjukan kartu huruf secara menyeluruh tidak
hanya menunjukan di depan kelas saja.
2) Guru juga diharapkan mampu mengelola waktu sehingga kegiatan
pembelajaran yang berlangsung dapat lebih terencana dan sesuai dengan
RPPP yang telah dibuat.
3) Guru diharapkan dapat memberikan reward bagi siswa yang sudah tepat
dalam membaca kartu huruf yang di sampaikan oleh guru.
4) Guru diharapkan dapat memberikan motivasi bagi siswa yang belum tepat
atau mengalami kesulitan dalam membaca kartu huruf, dengan harapan
pada pertemuan selanjutnya siswa tersebut memiliki motivasi untuk bisa.
5) Dengan diadakannya perbaikan siklus 1 ini hasil belajar peserta didik belum
mencapai Indikator yang telah ditentukan dalam kegiatan pembelajaran
dengan materi membaca permulaan, dengan ini peneliti memutuskan untuk
mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2.
3. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, peneliti akan mempersiapkan hal-hal yang
diperlukan selama proses penelitian berlangsung. diantaranya adalah sebagai
berikut :
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Perbaikan (RPPP).
2) Membuat beberapa media kartu huruf / flash card.
3) Membuat daftar nama siswa untuk absensi dan penilaian.
4) Membuat soal evaluasi dan kunci jawaban untuk pembelajaran siklus 2.
b. Tahap Tindakan
Untuk pelaksanaan kegiatan pada siklus 1 ini ditujukan untuk
menyampaikan materi pokok dalam membaca permulaan. Guru mengawali
pertemuan dengan mengucapkan salam kepada siswa, kemudian guru
mempimpin doa sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Sebelum masuk
pada penjelasan materi tentang membaca permulaan guru mengabsen siswa
terlebih dahulu. Setelah itu guru melakukan apersepsi. Setelah itu guru
menjelaskan kegiatan simulasi yang akan dilaksasanakn oleh setiap siswa.
Siwa diminta untuk membaca kartu huruf yang ditunjukan oleh guru,
kemudian siswa membaca secara bergantian. Kemudian guru bersama siswa
mengecek kembali membaca kartu huruf tersebut secara bersama-sama. Guru
kemudian memberikan reward kepada siswa yang aktif. Guru membimbing
siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan tes
tertulis. Guru kemudian memberikan motivasi dan menutup pelajaran dengan
doa dan salam.
c. Tahap Pengamatan
Pengamatan pada siklus 2 yang dilaksanakan pada hari Senin, 18 April
2022 dan diikuti oleh siswa yang berjumlah 18 siswa. Simulasi perbaikan
pembelajaran tersebut direkam menggunakan video. Dan video tersebut
kemudian diunggah di YouTube dengan Link YouTube sebagai berikut :
https://youtu.be/SiV4PQBuXKQ dengan durasi 3 menit 40 detik.
Pada siklus 2 ini guru menambahkan media kartu huruf / flash card
yang berbentuk kalimat dalam menerapkan membaca permulaan dikelas
rendah agar lebih jelas dipahami oleh siswa. Guru juga sudah
mengembangkan keterampilan dalam mengajar dengan baik sehingga siswa
terlihat lebih antusias dan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan membaca
permulaan.
Berdasarkan hasil pengamatan pada video simulasi siklus 2 ini
pengelolaan guru sudah baik sekali. Guru dapat memeperagakan media bahan
ajar secara efektif. Hal ini juga terlihat ketika guru sudah dapat
mengkondisikan kelas secara maksimal dengan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan tahapan-tahapan yang ada pada RPPP yang telah dibuat dalam
pembelajaran.
Dari hasil observasi selama proses pembelajaran berlangsung, bahwa
siswa dapat membaca beberapa kartu huruf yang telah diperlihatkan oleh guru
secara satu per satu. Hal ini menunjukan bahwa siswa dalam kegiatan perbikan
siklus 2 ini sudah baik sekali. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa siswa
terlihat lebih senang dan termotivasi dengan adanya metode SAS Struktural
Analitik Sintetik)dalam kegiatan pembebelajaran yang sedang berlangsung.
Hasil pengamatan terhadap kemampuan membaca permulaan siklus 2
dapat dilihat dari tabel rekapitulasi di bawah ini :
Tabel 4.6
Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan Siklus 2
No. Kriteria Jumlah Siswa Presentase %
1. Kurang Baik - -
2. Cukup 2 11,1%
3. Baik 16 88,9%
Dari hasil data rekapitulasi pada tabel 5, dapat diketahui bahwa jumlah
anak yang memiliki kemampuan membaca permulaan yang masuk ke dalam
kategori baik ada 16 siswa dengan presentase 88,9%, sedangkan siswa yang
tergolong dalam kriteria cukup ada 2 siswa dengan presentase 11,1%. Setelah
dilaksanakannya perbaikan pembelajaran dari pra siklus ke siklus 1 jumlah
anak yang masuk dalam kriteria kurang baik tidak ada atau rata-rata siswa
sudah mulai bisa dan tidak lagi mengalami kesulitan dalam membaca
permulaan.
Untuk lebih jelasnya untuk mengetahui kemampuan membaca
permulaan siswa dikelas rendah pada pelaksanaan siklus 1, peneliti
menghitung presentase dari setiap aspek perkembangan kemampuan membaca
anak yang memiliki kriteria baik.
Tabel 4.7
Data Kemampuan Membaca Permulaan siklus 1
Aspek Kemampuan
No. Frekuensi Presentase Kriteria
Membaca
1. mengenal dan mengucapkan 17 94,4% Baik
bunyi huruf kecil dan besar
pada alfabet.
2. membaca nyaring suku kata 16 88,8% Baik
dengan lafal yang tepat.
3. memiliki kemampuan 16 88,8% Baik
menggabungkan bunyi
membentuk kata dengan lafal
yang jelas, kata kerja, kata
benda, sifat dan kata
berimbuhan
4. kelancaran pengungkapan 16 88,8% Baik
kata

Berdasarkan tabel data diatas dapat dijelaskan bahwa kemampuan


membaca permulaan pada siswa sebelum adanya tindakan dikelas yaitu
sebagai berikut :
Pada Aspek kemampuan membaca dalam mengenal dan mengucapkan
bunyi huruf kecil dan besar pada alfabet diperoleh data presentase 94,4%,
sehingga aspek kemampuan membaca tersebut masuk dalam kriteria baik. Hal
ini diperoleh karena beberapa siswa mampu menyebutkan fonem yang sama
pada saat kegiatan membaca permulaan.
Pada aspek kemampuan membaca nyaring suku kata dengan lafal yang
tepat. Diperoleh data presentase sebesar 88,8%, sehingga aspek dalam
kegiatan tersebut diklasifikasikan dalam kriteria baik. Hal ini diperoleh karena
sebagian besar siswa dikelas tersebut mampu dalam menyebutkan lambang
bunyi dalam kegiatan membaca permulaan.
Pada apek kemampuan membaca memiliki kemampuan
menggabungkan bunyi membentuk kata dengan lafal yang jelas, kata kerja,
kata benda, sifat dan kata berimbuhan data presentase 88,8%, sehingga aspek
kemampuan membaca suatu kata tersebut masuk dalam klasifikasi kriteria
baik. Hal ini diperoleh karena sebagian besar siswa dikelas rendah masih
sudah lancar dan jelas dalam membaca kata tersebut.
Pada aspek kemampuan membaca dalam kelancaran pengungkapan
kata diperoleh suatu data presentase 88,8%, maka kemampuan membaca pada
aspek kelancaran pengungkapan kata termasuk dalam kriteria baik. Hal ini
diperoleh karena sebagian besar siswa kelas rendah cukup mampu dalam
pengungkapan suatu kata.
Data yang diperoleh dari hasil observasi pengamatan pada siklus 1 dan
siklus 2 tentang pembelajaran membaca permulaan dapat diklasifikasikan ke
dalam kategori baik dan keberhasilan indikator pembelajaran yang diharapkan
telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu lebih dari angka 76%.
d. Tahap refleksi siklus 2
Tahap refleksi pada siklus 2 yaitu melakukan perbandingan data
rekapitulasi membaca permulaan terlebih dahulu, agar diketahu peningkatan
pada siklus 1 dan siklus 2 yang diperoleh dalam upaya mengatasi kesulitan
dalam membaca permulaan. seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.8
Perbandingan Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan
Presentase peningkatan
No Aspek Kemampuan presentase
(%) siklus presentase
. Membaca (%) siklus 2
1 (%)
1. mengenal dan 83,3% 94,4% 11,1%
mengucapkan bunyi huruf
kecil dan besar pada
alfabet.
2. membaca nyaring suku 77,7% 88,8% 11,1%
kata dengan lafal yang
tepat.
3. memiliki kemampuan 66,7% 88,8% 22,1%
menggabungkan bunyi
membentuk kata dengan
lafal yang jelas, kata kerja,
kata benda, sifat dan kata
berimbuhan
4. Kelancaran pengungkapan 72,2% 88,8% 16,6%
kata

Dari hasil penelitian pengamatan pra siklus dan siklus diperoleh


peningkatan yang signifikan pada setiap aspek kemampuan membaca
permulaan yaitu pada aspek mengenal dan mengucapkan bunyi huruf kecil dan
besar pada alfabet diperoleh peningkatan sebesar 11,1%, pada aspek
kemampuan membaca nyaring suku kata dengan lafal yang tepat diperoleh
peningkatan sebesar 11,1%, pada aspek kemampuan memiliki kemampuan
menggabungkan bunyi membentuk kata dengan lafal yang jelas, kata kerja,
kata benda, sifat dan kata berimbuhan 22,1%, sedangkan pada aspek
kemampuan membaca pada kelancaran membaca mengalami peningkatan
sebesar 16,6%.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dalam upaya meningkatkan
pembelajaran membaca permulaan telah menunjukan keberhasilan.
Keberhasilan tersebut dapat terlihat dengan danya peningkatan hasil pada
setiap siklusnya. peningkatan kemampuan membaca permulaan dapat
diketahui melalui perbandingan antara kegiatan pra siklus, siklus 1, dan siklus
2. Sebagai berikut :
Tabel 4.9
Rekapitulasi Data Kemampuan Membaca Permulaan Pra Siklus, Siklus 1, Dan Siklus 2

No Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2


Kriteria Frekuens Presentas Frekuens
. i
Presentase Frekuensi
e i
Presentase

1. baik 5 27,8 % 10 55,5 % 16 88,9 %


2. cukup 3 16,7 % 8 44,5 % 2 11,1 %
3. kurang baik 10 55,5 % - - - -
Dari hasil data rekapitulasi data kemampuan membaca permulaan pra
siklus, siklus 1, dan siklus 2. dapat diketahui perbandingan jumlah anak yang
memiliki kemampuan membaca permulaan dengan kriteria baik sebelum pra
siklus 5 anak setelah dilaksanakannya perbaikan siklus 1 kriteria anak yang
tergolong baik ada 10 anak, setelah dilaksanakan perbaikan siklus 2 kriteria
anak yang tergolong baik ada 16 anak.

B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi membaca permulaan
yang dilaksanakan pada kelas rendah dimulai dengan tahap pra siklus, tahap siklus 1,
dan tahap siklus 2. Pelaksanaan tiap-tiap siklus tersebut di simulasikan dengan cara
merekam menggunakan video lalu di upload ke dalam laman YouTube dengan durasi
4-5 menit. Pada Pra siklus membahas tentang materi membaca permulaan. Siklus 1
mempraktikan membaca kata pada kartu bergmbar. Siklus 2 membaca kalimat pada
kartu bergambar. Pada Pra siklus guru menggunakan metode ceramah atau
konvensional. Pada siklus 1 Guru sudah menerapkan metode SAS (Struktural Analitik
Sintetik) pada simulasi pembelajaran. Pada Siklus 2 guru menerapkan metode SAS
(Struktural Analitik Sintetik) dengan media kartu kata ditambah dengan kartu kalimat.
Hasil keterampilan guru dengan metode SAS dan media Flash card mengalami
peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2.
Pada penelitian ini telah menghasilkan kesimpulan bahwa melalui media
Kartu huruf/ flash card mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan di
SD Negeri 3 Gemawang kelas 1 Tahun Ajaran 2021/2022.Peningkatan membaca
permulaan ini dapat kita lihat melalui presentase yang ada di tabel pada setiap
siklusnya.
Media kartu huruf atau flash card ini terbukti dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dan juga dapat membuat guru lebih kreatif dan inovatif dalam memilih
media dan strategi yang tepat untuk melaksanakan suatu pembelajaran di suatu kelas.
Penelitian ini membuktikan bahwa bahwa melalui metode SAS dengan media
Flash Card dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa kelas 1 di SD
Negeri 3 Gemawang , Kecamatan Gemawang Tahun Ajaran 2021/2022

IV. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada pembahasan
diperoleh simpulan bahwa melalui metode SAS(Struktural Analitik Sintetik) dengan
bantuan media Flash Card dikelas 1 SD Negeri 3 Gemawang maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya pada perbaikan
pembelajaran.
2. Metode SAS(Struktural Analitik Sintetik) yang telah ditentukan oleh guru dalam
melakukan tindakan memperngaruhi hasil belajar siswa.
3. Dengan diterapkannya metode SAS(Struktural Analitik Sintetik) dibantu dengan
media kartu huruf mampu meningkatkan kemampuan membaca permulaan siswa
kelas 1 SD Negeri 3 Gemawang.
4. Kemampuan guru dalam perbaikan pembelajaran tentang materi membaca
permulaan juga meningkat dengan diterapkannya metode SAS(Struktural Analitik
Sintetik) dan media kartu huruf guru menjadi semakin kreatif dan inovatif.
5. Pemberian Reward pada siswa mampu meningkatkan motivasi belajar dalam
memahami pembelajaran membaca permulaan.

B. SARAN TINDAK LANJUT


Berdasarkan penelitian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi
membaca permulaan melalui metode SAS(Struktural Analitik Sintetik) dengan bantuan
media Flash Card pada siswa kelas 1 SD Negeri 3 Gemawang, saran dan tindak lanjut
yang diberikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi Guru
Penerapan metode SAS dengan bantuan media Flash Card dirasa mampu
meningkatkan kreativitas guru dalam memberikan sebuah inovasi dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi membaca permulaan.
Guru juga diharapkan mampu memberikan Reward kepada siswa yang telah
menyelesaikan tugasnya. Guru juga harus bisa mengajak siswa yang pasif untuk
menjadi aktif dengan strategi-strategi pembelajaran yang telah ada.
2. Bagi Siswa
Keterampilan siswa dalam membaca permulaan perlu ditingkatkan lagi melalui
kegiatan pengayaan dan peran aktif keluarga dirumah. karena peran guru adalah
sebagai fasilitator. keberhasilan suatu pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh
guru melainkan ada kerjasama antara orang tua dan guru.
3. Bagi Sekolah
Sebaiknya pihak sekolah mengadakan inovasi-inovasi dalam pembelajaran.
inovasi-inovasi dalam pembelajaran yang dialkukan oleh sekolah dapat
meningkatkan mutu atau kualitas sekolah tersebut.
4. Bagi Peneliti
Metode SAS(Struktural Analitik Sintetik) dengan bantuan media Flash Card dapat
digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan penelitian selanjutnya baik dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia maupun pembelajaran lainnya. Disesuaikan
dengan muatan materi yang sesuai dengan tujuan.

DAFTAR PUSTAKA

Asnawair dan Basyirudin Usman.. 2002 . Media Pembelajaran. Jakarta : Ciputa Pres.

Dalman. (2013). Keterampilan membaca. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Farida Rahim. (2007). Dasar Pengajaran Membaca di Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Fathkan, Amirul. (2017). Pengertian Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sintetik


(SAS). Diakses dari https://fatkhan.web.id/pengertian-metode-pembelajaran-
struktural-analitik-sintetik-sas/ . Pada tanggal 11 April 2020. Jam 15.53 WIB.

Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter.
Jakarta : Ghalia Indonesia.

Santosa, Puji. 2007. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia . Jakarta : Universitas
Terbuka

Sunardi, dkk. 1997. Menangani Kesulitan Belajar Membaca . Jakarta : Depdikbud.

Tarigan, Djago, dkk. 2006. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Wardani, I. G. A. K. 2021. Pemantapan Kemampuan Profesional. Tanggerang Selatan: PT


Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai