Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang tentang proses pembelajaran, atau kegiatan

pembelajaran yakni suatu sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003,

pembelajaran yang diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan perpaduan dari

dua kata aktivasi belajar dan mengajar. 1 Aktivasi belajar secara metodologis

cenderung lebih dominan pada sisiwa, sementara mengajar secara instruksional

dilakukan oleh guru. Istilah pembelajaran dikenal sebagai ringkasan dari kata

belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran lebih disederhanakan

dengan kata belajar dan mengajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar2. Pembelajaran hendakanya memperhatikan

kondisi indifidu anak. Kondisi individu anak merekalah yang akan belajar.

Sehingga pembelajaran dapat merubah kondisi anak dari yang belum tahu

menjadi tahu, dari yang belum paham menjadi paham serta dari berperilaku

kurang baik menjadi lebih baik.

Peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan pisikis yang

khas, sehingga dia merupakan manisia yang utuh. 3 Potensi-potensi khas yang

dimilikinya oleh peserta didik ini perlu dikembangkan dan diaktualisasikan

1
Abdul Kadir, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Peranadamedia Grub), h. 62
2
Rusman, Model-Model Pembelajaran Pengembangan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2018), h. 3
3
Desmita, psikologi perkembangan peserta didik, (Bandung: Remaja Posdakarya, 2017),
h. 40

1
sehingga mampu mencapai taraf perkembangan yang optimal. pembelajaran

hendaknya memperhatikan perbedaan individu peserta didik yang beragam

tersebut.

Sekolah dasar atau (SD) sebagai bagian dari pendidikan dasar 6 tahun

merupakan lembaga pendidikan yang menekankan peserta didik belajar

membaca, menulis dan berhitung. Kecakapan ini merupakan landasan, wadah dan

syarat mutlak bagi sisiwa untuk belajar menggali dan menimba ilmu pengetahuan

lebih lanjut. Tanpa penguasaan tersebut siswa akan mengalami kesulitan

menguasai ilmu pengetahuan.4

Membaca secara garis besar adalah belajar. Sebab, dengan membaca

seseorang dapat mengetahui apa yang dibacanya. Dengan mambaca seseorang

dapat memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak diketahui. 5 Membaca

merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sebuah informasi,

memperoleh ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru.

Membaca di sekolah dasar (SD) merupakan landasan bagi tingkant

pendidikan yang lebih tinggi, sebagai kemampuan yang mendasari tingkat

pendidikan selanjutnya maka membaca perlu perhatian dari guru, sebab jika

dasarnya tidak terlalu kuat pada tahap pendidikan berikutnya siswa akan

mengalami kesulitan untuk dapat memperoleh dan memiliki pengetahuan.

Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan sangat

berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjutan. Sebagai keemampuan

yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan

4
Irma yuliani, skripsi, Hubungan Minat Baca Buku Ips Dengan Prestasi Belajar Ips
Siswa Kelas V Sd Se Gugus 3 Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul Yogyakarta Tahun Ajaran
2011 - 2012, Yogyakarta, 2012
5
Jasa Ungguh Muliawan, 45 Model Pembelajaran Spektakuler, ( Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017 ), h. 62

2
benar-benar memerlukan perharian guru, sebab jika dasarnya tidak kuat, pada

tahap membaca lanjutan anak akan mengalami kesulitan untuk memiliki

kemampuan membaca yang memadai.

Hasil observasi pendahuluan di kelas 2 SDN 13 Limboto semester ganjil

2019/2020 diperoleh bahwa ada beberapa peserta didik yang masih kesulitan

dalam membaca. Indikator kesulitan peserta didik dalam membaca permulaan

antara lain, peserta didik tidak mengenali huruf, peserta didik sulit membedakan

huruf, peserta didik kurang yakin dengan huruf yang dibacanya itu benar, peserta

didik tidak mengetahui makna kata atau kalimat yang dibacanya. sering

ditemukan permasalahan siswa terhadap ketidak mampuan atau kesulitan dalam

membaca dan kebanyakan mereka mengalami kesulitan di dalam aspek

pengelompokan suku kata atau kata demi kata. Dalam data yang diperoleh

penulis peserta didik yang tidak lancar membaca, bahwa dari 24 peserta didik

sebanyak 4 peserta didik yang belum lancar membaca.

Dalam pembelajaran diperlukan model pembelajaran atau metode yang

baik untuk melakukan proses pembelajaran. Seorang pengajar atu guru memiliki

peran yang sangat penting dalam menentukan suatu metode atau model

pembelajaran yang dapat memfasilitasi proses pembelajaran di kelas. Metode

struktural analitik sintetik ( SAS ) adalah salah satu dari sekian banyak metode

yang digunakan di kelas rendah.

Metode struktural analitik sintetik ( SAS ) adalah salah satu jenis metode

yang sering digunakan untuk membaca menulis permulaan bagai siswa pemula.

Oleh karna itu metode struktura analitik sintetik daam pembelajaran membaca

3
permulaan pada sekolah-sekolah ditingkat SD pernah dianjurkan atau di wajibkan

pemerintah. 6

Picture and picture adalah suatu bentuk model pembelajaran yang

menggunakan gambar yang dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Model

pembelajaran ini menggunakan gambar sebagai media dalam proses

pembelajaran. Gambar-gambar ini merupakan faktor utama dalam proses

pembelajaran.7

Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) merupakan salah satu metode

yang bisa digunakan untuk proses belajar mengajar membaca dan menulis

permulaan bagi siswa dengan memberikan sebuah struktur kalimat kepada siswa.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia struktur adalah kalimat, sedang dalam

suatu kalimat ada beberapa kata dan dalam suatu kata ada beberapa huruf, tapi

perlu diketahui hakekatnya manusia membaca tidak membaca kalimat secara

keseluruhan tapi manusia membaca kata-kata. Maka seharusnya peserta didik

diberi pelajaran membaca mengenal kata dengan menggunakan metode ini.

Metode Struktural Analitik Sintetik merupakan salah satu metode untuk

mengatasi kesulitan membaca pada kelas 2 SDN 13 Limboto. Membaca

permulaan sangat membutuhkan perhatian pengajar, agar tahap berikutnya yakni

membaca lanjut pada kelas lebih tinggi dapat berjalan dengan lancar.

Berdasarkan analisis di atas, maka muncul permasalahan, apakah metode

struktural analitik sisntetik dapat meningkatkan kemampuan membaca perpulaan

pada peserta didik yang kesulitan dalam membaca permulaan. Diharapkan

6
Siti aminah, judul skripsi: Pengaruh Metode Struktural Analitik Sisntetik
(SAS)Terhadap Kemampuan Membaca Permulaan Kelas 1 Di Sd Muhamadiah Kleco 1
Yogyakarta, (yogyakatra: 2018)
7
Jasa Ungguh Muliawan, 45 Model Pembelajaran Spektakuler, (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media,2017), h. 115

4
dengan menerapkan metode struktural analitik sintetik dapat meningkatkan

kemampuan membaca permulaan dan memperbaiki akademik dalam belajar.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka peneliti perlu mengadakan

penelitian dengan judul Penelitaian ini fokus pada “Pengaruh Metode Struktural

Analitik Sintetik dan Picture and Picture Terhadap Kemampuan Membaca

Permulaan Peserta Didik Kelas 2 Di SDN 13 Limboto”.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan batas masalah yang telah di uraikan dapat di identifikasi

beberapa masalah sebagai berikut :

1. Kurangnya kemampuan membaca permulaan pada peserta didik

2. Sebagian peserta didik masih belum mampu membaca suku kata dengan

benar

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang diatas, yang

menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah

terdapat pengaruh antara metode Struktural Analitik Sintetik dan picture and

picture dengan kemampuan membaca permulaan peserta didik SDN 13

Limboto ?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penilitian yaitu:

5
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode struktural analitik

sintetik (SAS) dan metode picture and picture dalam peningkatan

kemampuan membaca permulaan pada siswa kelas 2 SDN 13 Limboto.

2. Kegunaaan Penelitian

Segala sesuatu yang dilakukan pasti mempunyai kegunaan yang dapat di

ambil. Demikian pula dengan penelitian yang saya lakukan.

a. Kegunaan Secara Teoritis

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran ilmiah mengenai cara meningkatkan kemampuan

membaca permulaan siswa kelas 2 di SDN 13 Limboto.

b. Kegunaan Secara Praktis

1. Dapat berguna bagi guru dalam meningkatkan kemampuan membaca

permulaan kelas 2 dengan menggunakan metode SAS dan picture and

picture.

2. Dapat berguna bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca

permulaan kelas 2 melalui metode SAS dan picture and picture.

3. Penelitian ini dapat memberikan bantuan bagi sekolah dalam

pembelajaran terhadap teknik pengajaran yang tepat guna sehingga

dapat meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi peserta dididk dan

sekolah dengan berlandaskan pada standar proses.

E. Pengertian Judul Dan Definisi Oprasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam hal ini untuk memahami arah

pembahasan isi Skripsi ini, maka penulis merasa perlu untuk menjelaskan

6
beberapa kata yang terdapat dalam Skripsi ini. Adapun uraian beberapa istilah

yang terdapat dalam Skripsi ini yaitu, sebagai berikut:

1. Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari suatu orang (orang beda)

yang ikut membentuk kepercayaan, watak, atau perbuatan seseorang.8

2. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang digunakan guru dalam

menjalankan tugasnya dan metode pembelajaran merupakan ujung tombak

dari suatu pembelajaran.9

3. Membaca adalah aktifitas seseorang yang melibatkan berbagai faktor yang

datang dari dalam diri pembaca dan dari luar.10

4. Kemampuan (skill) adalah berasal dari kata dasar mampu yang dalam

hubungan dengan tugas atau pekerjaan berarti dapat melakukan tugas atau

pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai yang

diharapkan.11

Melihat pada penjelasan terhadap istilah-istilah pada judul di atas, maka

definisi oprasional dari penelitian ini yaitu: Pengaruh Metode Struktural

Analitik Sintetik dan Picture and Picture Terhadap Kemampuan Membaca

Permulaan Peserta Didik Kelas 2 Di SDN 13 Limboto.

8
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai pustaka 2001), h. 845)
9
Jasa Ungguh Muliawan, 45 Model Pembelajaran Spektakuler, (Jogjakarta:Ar-Ruzz
Media,2017), h. 15
10
Achmad Iqbal Zhumni, skripsi, Pengaruh Tingkat Berpikir Geometri (Teori Van Hiele)
Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Mengerjakan Soal Pada Materi Garis Dan Sudut, (Cirebon :
IAIN Syekh Nurjati, 2013), hal. 9
11
Adolf Nugroho,
https://www.kompasiana.com/stnikolas/54f7d040a333112a608b457f/yuk-ulas-tentang-knowledge-
dan-skill, diakses pada tanggal 24 januari 2020

7
8

Anda mungkin juga menyukai