Anda di halaman 1dari 67

Nama : Irvan Sentani

Nim : 857321628

Judul Karya Ilmiah


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam MATA PELAJARAN
MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE MATEMATIKA
REALISTIK KELAS 4 SD

Rumusan Masalah
BAGAIMANA CARA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam MATA
PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD

Kerangka Karangan
1. JUDUL
2. IDENTITAS PENULIS
3. PENDAHULUAN
4. METODE

Atau

5. KERANGKA BERFIKIR
6. HASIL PEMBAHASAN
7. KESIMPULAN
8. DAFTAR PUSTAKA

1
RANGKUMAN BUKU DAN JURNAL

JURNAL PERTAMA

Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK Dalam


MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK Dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : Vol 3, No. 1, Februari 2020, pp. 36 – 43
Nama Prosiding/Jurnal : Pengaruh Strategi Pembelajaran Matematika Realistik Kontekstual
Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa SD
Alamat URL :
https://www.researchgate.net/publication/341731777_Pengaruh_Strategi_Pembelajaran_Matema
tika_Realistik_Kontekstual_dan_Motivasi_Belajar_Terhadap_Hasil_Belajar_Siswa_SD

PENDAHULUAN
Matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib yang harus diikuti siswa. Sebagaimana
dinyatakan oleh Rahmawati & Pala (2014) bahwa matematika sebagai ilmu dasar dari semua
bidang ilmu, matematika sangat penting untuk dipelajari sebagai ilmu yang mendasari
perkembangan ilmu dan teknologi. Namun, masih banyak siswa yang beranggapan bahwa
matematika sebagai mata pelajaran yang abstrak dan tidak mudah untuk dipahami (Krisdiana,
Masfingatin, Murtafiah, & Widodo, 2019; Turyanto, Agustito, & Widodo, 2019; Widodo &
Turmudi, 2017). Hal tersebut disebabkan karena guru dalam pembelajarannya kurang melibatkan
siswa dan masih berpusat pada guru. Sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif dan hanya
menerima saja pengetahuan tanpa mengalami langsung pembelajarannya. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Buhaerah (2011) yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika yang
dilakukan secara konvensional, umumnya kurang memberikan kesempatan yang cukup kepada
siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, siswa pun menjadi lebih cepat
jenuh dalam belajarnya.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semu (quasi eksperimen), sedangkan desain penelitian yang dipilih yaitu desain
faktorial 2𝑥2. Sebelumnya peneliti mengkategorikan siswa terlebih dahulu berdasarkan siswa yang
memiliki motivasi belajar kuat dan lemah yaitu dengan mengambil 27% dari data teratas dan
terbawah. Sebagaimana dinyatakan oleh Anthony (2001) bahwa untuk menentukan kelompok
teratas dan terbawah dapat dilakukan pada kisaran 25% sampai dengan 33%.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDN Solear II. Sedangkan subyek sampelnya adalah
siswa kelas V yang terdiri atas kelas VA dan kelas VB dengan jumlah sampel sebanyak 32 siswa.
Adapun teknik sampel yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah simple

2
random sampling. Alasan memilih kelas ini adalah karena memiliki kemampuan dasar matematika
yang relatif sama artinya tidak ada kelas yang dianggap unggul.

3
JURNAL KE DUA

Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam


MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : Volume IX Nomor 1 Maret Tahun 2020
Nama Prosiding/Jurnal : Strategi Pembelajaran Matematika Berdasarkan Karakteristik Siswa
Sekolah Dasar
Alamat URL :
https://ojs.mahadewa.ac.id/index.php/emasains/article/download/621/560/1614

PENDAHULUAN
Seiring dengan perubahan paradigma pendidikan, guru diharapkan mampu mengambil keputusan
baik ketika merencanakan, melaksanakan maupun memecahkan masalah-masalah yang ditemukan
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar,
dan melatih para siswanya. Guru diharapkan mempunyai kemampuan pemahaman terhadap siswa,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya(Afandi, 2015). Agar mampu melaksanakan
tugas tersebut, guru harus menguasai kompetensi
METODE PENELITIAN
Artikel ini merupakan kajian literatur yang mengulas tentang strategi pembelajaran matematika
berdasarkan karakteristik siswa sekolah dasar. Kajian dimulai dengan deskripsi tentang
karakteristik siswa sekolah dasar, selanjutnya dibahas strategi pembelajaran matematika yang
sesuai karakteristik siswa sekolah dasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Belajar matematika tidak hanya bertujuan
memperoleh pengetahuan tetapi juga diharapkan mampu membentuk nilai dan sikap. Dengan
demikian, matematika tidak hanya mencerdaskan siswa tetapi dapat untuk membentuk
kepribadian siswa serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
Betapapun pentingnya matematika, mata pelajaran ini sering dikeluhkan sebagai mata
pelajaran yang sulit, membingungkan, dan terlalu abstrak. Konsep matematika yang tergolong
abstrak ini menyebabkannya sulit untuk dipahami. Untuk memahami hal yang abstrak ini, tahap
awal biasanya diperlukan ungkapan yang konkrit (ilustrasi).
Masa ini menurut Suryobroto (Djamarah, 2002) dapat diperinci menjadi 2 fase, yaitu:
1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 sampai 9 atau 10 tahun.
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah:

4
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan
prestasi sekolah.
b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang
tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya sebagai anak lain kalau hal itu dirasanya
menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik,
tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 sampai kirakira 12 atau 13
tahun.
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.
b. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
e. Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain
bersama-sama. Didalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan
permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat diketahui beberapa karakteristik siswa sekolah dasar,
yaitu:
1. Senang bermain.
2. Senang bergerak.
3. Senang bekerja dalam kelompok.
4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.

Strategi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar


Mengajarkan matematika bukan sekedar menyiapkan dan menyampaikan aturanaturan dan
definisi-definisi, serta prosedur bagi para siswa untuk dihafalkan, tetapi termasuk bagaimana
melibatkan siswa sebagai peserta-peserta yang aktif dalam proses belajar sebagai upaya untuk
mendorong mereka membangun atau mengkonstruksi pengetahuan mereka. Berdasarkan
karakteristik siswa sekolah dasar yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dalam mengajarkan
matematika guru perlu menciptakan suatu suasana belajar yang sesuai dengan karakteristik siswa
sekolah dasar tersebut.
1. Karakteristik siswa sekolah dasar adalah senang bermain. Karakteristik ini menuntut untuk
dilaksanakannya kegiatan pembelajaran yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk siswa
kelas rendah. Perlu dirancang suatu model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya, yaitu sutu kegiatan pembelajaran yang serius tapi santai.

5
2. Karakteristik senang bergerak. Oleh karena itu, perlu dirancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Karakteristik dari anak usia sekolah dasar adalah
senang bekerja dalam kelompok.
3. Karakteristik berikutnya adalah senang merasakan atau melakukan/ memperagakan sesuatu
secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak sekolah dasar memasuki tahap
operasional konkrit. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-
konsep baru dengan konsep-konsep lama.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan penjabaran diatas, dapat diketahui beberapa karakteristik siswa sekolah dasar dan
strategi pembelajaran matematika yang disesuaikan dengan karakteristik tersebut, yakni:
1. Model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya sesuai untuk
karakteristik siswa sekolah dasar yang senang bermain. Dalam hal ini penggunaan alat peraga
dapat membantu.
2. Model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak sesuai untuk
karakteristik siswa yang senang bergerak.
3. Karakteristik siswa sekolah dasar adalah senang bekerja dalam kelompok. Model pembelajaran
yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok dan dapat melibatkan
semua siswa menjadi aktif sesuai untuk karakteristik ini. Dalam hal ini metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD menjadi salah salah satu alternatif yang dapat diterapkan.
4. Karakteristik berikutnya adalah senang merasakan atau melakukan/ memperagakan sesuatu
secara langsung.
Model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran
perlu diterapkan. Dalam hal ini, pemberian media pembelajaran matematika berupa
penggunaan alat peraga matematika akan dapat memicu timbulnya kemampuan untuk
mengaitkan ide-ide matematika dalam berbagai topik ataupun dengan situasi keseharian,
ataupun memunculkan kemampuan siswa untuk bernalar serta berkomunikasi.

6
JURNAL KE TIGA

Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam


MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : Volume 4 Nomor 3 Oktober 2020
Nama Prosiding/Jurnal : PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR
Alamat URL :
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIPP/article/view/28568/16689

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting bagi anak, dimana matematika
akan membantu siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-
hari, serta matematika merupakan sarana untuk berpikir logis dan jelas (Arsana et al., 2019;
Kasanah et al., 2019; Septiana et al., 2018; Wibowo, 2017). Mengingat pentingnya pelajaran
matematika maka, diupayakan pembelajaran harus berpusat pada siswa sehingga proses
pembelajaran lebih bermakna sehingga dapat mewujudkan peningkatan mutu pendidikan
(Muliandari, 2019; Mulyati, 2016). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka peranan guru
diperlukan agar pembelajaran matematika mudah dipahami siswa.

Salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang sudah dijabarkan sebelumnya adalah melalui
perbaikan pembelajaran dengan pendekatan yang memungkinkan tercapainya hasil belajar
matematika siswa yang lebih baik, pendekatan yang bisa digunakan adalah pendekatan
pendidikan matematika realistik (PMR).

Dengan kata lain pendekatan matematika realistik, akan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan mengkonstruksi kembali konsep matematika sehingga siswa mempunyai
konsep pengertian yang kuat. Karakteristik PMR antara lain, 1) menggunakan konteks dunia nyata,
2) menggunakan model-model, 3) menggunakan produksi dan konstruksi, 4) menggunakan
interaktif, dan 5) menggunakan keterkaitan (Treffers;1991dalam Setiani et al., 2015).

Beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya antara lain penelitian Sopia & Wutsqa,
(2015) menunjukkan bahwa: pendekatan realistik efektif terhadap pembelajaran matematika
ditinjau dari prestasi belajar dan kepercayaan diri matematika siswa namun tidak efektif ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah; pendekatan realistik lebih efektif dari pembelajaran
konvensional ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan pemecahan masalah, dan kepercayaan diri
matematika siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis et al., (2020) hasil penelitiannya
menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang diberikan

7
pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR dan pembelajaran Penemuan Terbimbing
berbantuan Autograph.

8
JURNAL KE EMPAT

Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam


MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : Vol.2 No.2 Oktober 2019
Nama Prosiding/Jurnal : PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK
UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SD.
Alamat URL :
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/anargya/article/download/3904/1900

Pembelajaran matematika hendaknya disesuaikan dengan kompetensi siswa. Materi pembelajaran


matematika diajarkan secara bertahap yaitu mulai dari konsep-konsep yang sederhana, menuju
konsep-konsep yang lebih sulit. Selain itu, pembelajaran matematika dimulai dari yang konkret,
semi konkret, dan akhirnya kepada yang abstrak (Widyaningrum, 2011).

Model pembelajaran matematika realistik adalah model yang menekankan pada kebermaknaan
konsep matematika. Suatu pengetahuan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran
dilaksanakan dalam suatu konteks atau pembelajaran menggunakan permasalahan realistik. Suatu
masalah disebut realistik jika masalah tersebut dapat dibayangkan (imagineable) atau nyata (real)
dalam pikiran siswa (Wijaya, 2012:21).

Model PMR mendorong siswa harus banyak latihan dengan menyelesaikan soal-soalmatematika
yang berbentuk soal cerita yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Melalui banyak
latihan, siswa terbiasa secara sendirinya dapat memahami isi materi pelajaran matematika melalui
pendekatan realistik.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah
pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan,
merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah (Depdiknas, 2007). Aktivitas belajar yang
ingin dikembangkan peneliti adalah: (1) siswa mendiskusikan masalah kontekstual, (2) siswa aktif
melakukan tanya jawab secara klasikal, dan (3) siswa menyimpulkan hasil diskusi.

9
JURNAL KE LIMA

Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam


MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : Vol. 12 No. 3, September 2022: 244-249
Nama Prosiding/Jurnal : ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS
BERBASIS REALISTIK
Alamat URL :
https://www.researchgate.net/publication/365139014_Analisis_Kemampuan_Berpikir_Kritis_M
atematis_Berbasis_Realistik

Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 menjelaskan bahwa kompetensi yang dimiliki seorang
guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang dimiliki guru dalam
pemahaman, pengelolaan pembelajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan dan melakukan
evaluasi pembelajaran. (Fahdini, Mulyadi, Suhandani, & Julia, 2014) empat kompetensi yang
dimiliki seorang guru adalah kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social
dan kompetensi professional. Kompetensi kepribadian terkait dengan kepribadian guru yang
mencerminkan teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan guru
dalam berkomunikasi secara efektif baik dengan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan
maupun masyarakat sekitar. Kompetensi professional terkait dengan kemampuan guru dalam
menguasai materi pembelajaran yang mendalam maupun substansi wawasan keilmuan.
Diharapkan sebagi seorang guru sekolah dasar mampu menguasai materi, konsep, struktur, pola
pikir keilmuan khususnya lima bidang keSDan. Salah satu mata pelajaran yang wajib dikuasi calon
guru SD adalah matematika. Matematika merupakan pondasi bagi empat bidang ilmu keSDan
yang lain.

Indikator berpikir kritis yang diharapkan mahasiswa calon guru tidak hanya pada tahap
mengeneralisasikan saja tetapi juga mampu menumbuhkan berpikir kritis matematis melalui
kegiatan menganalisis dengan pembuktian pada operasi hitung pecahan. Pembelajaran matematika
yang mampu menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa calon guru sekolah
dasar dengan penggunaan pendekatan matematika realistik. (Merpaung, 2006) berpendapat
bahawa pembelajaran realistik merupakan merupakan ide-ide matematika yang ditemukan orang
melalui kegiatan/aktivitas. Sejalan dengan pernyataan (Evi, 2011) pemanfaatan realitas dan
lingkungan peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika merupakan dasar
dari pembelajaran matematika realistik. (Jaya, 2012) usaha menyiapkan peserta didik dalam
menghadapi lingkungan hidup yang setiap saat mengalami perubahan merupakan tujuan
Pendidikan. Pembelajaran realistik merupakan suatu aktivitas yang dilakukan peserta didik
(mahasiswa) dalam menumbuhkan berpikir kritis matematis. Tuntutan yang diharapkan sebagai

10
calon guru sekolah dasar, mahasiswa mampu menguasai konsep dan menyelesaikan permasalahan
terkait operasi hitung pecahan. Mahasiswa perlu menguasai materi operasi hitung pecahan
diharapkan mampu menggunakan lingkungan sekitar. Berpikir kritis matematis melalui aktivitas
pembuktian pada materi operasi hitung pecahan dengan menggunakan media realitik yang ada di
lingkungan sekitar mahasiswa.

11
BUKU PERTAMA

Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam


MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : No. 132/DIY/2020
Nama Prosiding/Jurnal : CARA PRAKTIS PENULISAN KARYA ILMIAH
Alamat URL :
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awrjc81R1kBl_qAALaRXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG
9zAzIEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1699957585/RO=10/RU=https%3a%2f%2fpbi.u
nismuh.ac.id%2fwp-content%2fuploads%2f2022%2f10%2fpraktis-menulis-karya-
ilmiah.pdf/RK=2/RS=0UXtBp3C1WpBluv9_50veATVkWA-

CARA PRAKTIS PENULISAN KARYA ILMIAH

Penulis Abd. Rahman Rahim


Diterbitkan oleh: ZAHIR PUBLISHING
Kadisoka RT. 05 RW. 02, Purwomartani,
Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571
e-mail : zahirpublishing@gmail.com
e-mail : zahirpublishing@gmail.com
Anggota IKAPI D.I. Y
Anggota IKAPI D.I. Yogyakarta
No. 132/DIY/2020

HAKIKAT KARYA ILMIAH

A. Hakikat Karya Tulis Ilmiah


Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara
ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti. Untuk memberitahukan sesuatu hal
secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari
jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat
dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat tema
seputar hal-hal yang baru aktual dan belum pernah ditulis orang lain. Jikapun, tulisan tersebut
sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari
tema terdahulu disebut juga dengan penelitian lanjutan.

12
B. Ciri-ciri Karya Ilmiah
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian,
komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah
sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan),
dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan
sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik.
Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak
lanjut gagasan tersebut.

C. Adapun jenis Karya Ilmiah adalah:


1. Artikel Ilmiah Popular
2. Disertasi
3. Tesis
4. Skripsi
5. Kertas Kerja atau makalah

D. Manfaat Karya Tulis Ilmiah


Manfaat karya tulis ilmiah diantaranya sebagai berikut:
1. Melatih seseorang untuk mengungkapkan pemikirannya sesuai dengan hasil pengamatan,
penelitian yang disusun secara sistematis dalam bentuk tulisan.
2. Karya ilmiah juga bertujuan sebagai sumber informasi yang bermanfaat kepada para
pembacanya.
3. Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber
4. Karya tulis adalah bukti nyata bahwa pelajar memiliki pengetahuan dan potensi ilmiah untuk
menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah.
5. Meningkatkan perorganisasian fakta dan data secara sistematis
6. Melatih ketrampilan seseorang untuk melakukan sebuah penelitian ilmiah.
7. Sebagai bahan acuan atau penelitian pendahuluan untuk peneliti selanjutnya
8. Menciptakan seorang pelajar yang memiliki kemampuan dalam membuat karya tulis dalam
bidang pengetahuan.

PENCARIAN IDE
A. Pengertian Ide
Kesulitan terbesar seorang penulis pada umumnya adalah tidak mempunyai ide untuk ditulis.
Banyak penulis gagal karena tidak menemukan ide yang cemerlang untuk digarap sehingga
menyerah sebelum berlomba. Pada hakikatnya, ide harus dicari, digali, diselami, dan dianalisis,
serta diolah dengan berbagai asumsi dan teori. Ide karya tulis untuk lomba tidak sembarang ide.
Untuk lomba karya tulis/kreativitas berkaitan dengan guru dalam pembelajaran, maka semua harus
disandarkan pada persoalan yang dihadapi oleh siswa maupun guru atau pembelajaran dan

13
solusinya. Oleh karena itu, penulis harus menyelami persoalan itu dan memberi jawaban efektif
sebagai jalan keluar. Ibarat siswa/guru yang menghadapi kegelapan, beri cahaya. Jika siswa
kehausan beri air penyejuk dahaga, jika sulit beri kemudahan, jika siswa kebingungan beri arah,
jika siswa berat beri keringanan. Jika guru sulit mengajarkan maka sodori cara mudah
mengajarkan. Itulah ide terbaik untuk digarap. Pada umumnya, lomba yang dilaksanakan
membutuhkan ide yang sangat kreatif, unik, bahkan teman saya biasa menyatakan ide ’gila’. yang
baik adalah ide yang ‘gila’ bukan ide yang hanya kelihatan kreatif tanpa isi.

B. Cara Mencari Ide


Cara terbaik memperoleh ide brilian adalah dengan mendapatkan banyak ide. Artinya ide harus
dicari sebanyak-banyaknya sebagai sebuah alternatif. Ada beberapa pertimbangan menentukan ide
sehingga benar-benar luar biasa dan menjadi kekuatan karya tulis berkaitan dengan pembelajaran
yang akan dibuat antara lain:
1. Ide unik yang orang tidak pikirkan, bahkan ’gila’. Jangan muluk-muluk menentukan ide.
Meskipun ide sedehana jika digarap dengan baik maka dapat menjadi karya besar.
2. Kemenarikan ide atau gagasan yang disodorkan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam pembelajaran baik oleh guru maupun siswa menarik minat siswa karena mungkin
diformulasi dengan unsur menyenangkan seperti bermain, hobi, dan sebagainya.
3. Penanaman konsep tetap merupakan hal penting dalam pembelajaran, karena tidak semua
konsep mudah dipahami oleh guru. Oleh karena itu, jika ada upaya menanamkan konsep
lebih mudah dan tetap mempertimbangkan kebenaran konsep.

PENYUSUNAN LATAR BELAKANG


A. Penususnan Latar Belakang
Beberapa hal yang terdapat dalam latar belakang
adalah:
1. Kondisi ideal mencakup keadaan yang dicita-citakan, atau diharapkan terjadi. Kondisi
ideal ini biasa dituangkan dalam bentuk visi dan misi yang ingin diraih.
2. Kondisi faktual merupakan kondisi yang terjadi saat ini. Biasa menceritakan perbedaan
situasi antara kondisi saat ini dengan kondisi yang dicita-citakan terjadi.
3. Solusi merupakan saran singkat atau penawaran penyelesaian terhadap masalah yang
dialami sebelum melangkah lebih lanjut ke pokok bahasan.
B. Tujuan Latar Belakang dan Manfaat Latar Belakang
Ada beberapa tujuan dirumuskannya latar belakang yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Untuk dapat memberikan alasan dengan tepat mengapa permasalahan yang sudah
ditentukan memang merupakan permasalahan yang memenuhi kriteria penilaian
permasalahan atau judul penelitian, peneliti seyogyanya menguasai permasalahan, mencari
sumber – sumber yang berupa surat – surat keputusan, pedoman, laporan kegiatan, dan
sebagainya.

14
2. Untuk memperbanyak pengetahuan agar dapat melakukan identifikasi masalah sebanyak –
banyaknya, (calon) peneliti harus banyak membaca buku – buku teori dan laporan hasil
penelitian sebelumnya.
3. Untuk memperbanyak bahan dukungan bagi peneliti agar dapat merumuskan hipotesis
dengan tepat, maka ia harus banyak mengkaji bahan-bahan yang mengandung teori serta
jurnal-jurnal yang memuat hasil laporan penelitan.
4. Agar pekerjaan peneliti dapat efektif, kajian untuk persiapan identifikasi masalah dan
penentuan hipotesis lebih baik dilakukan bersama-sama. Dengan cara ini peneliti
diharapakan
Adapun beberapa manfaat latar belakang yaitu:
1. Menjelaskan dengan rinci mengapa kita melakukan penelitian
2. Menegaskan bahwa apa yang akan kita teliti bermanfaat baik. Bukan saja kepada ilmu
pengetahuan, namun juga lembaga maupun siapa pun yang menjadi subjek penelitian.
3. Memberi gambaran konkret dilakukannya penelitian bagi penguji dan pembaca.
4. Membuat pembaca dapat menentukan rincian atau detail penelitian sehingga pembaca
dapat dengan mudah memahami penelitian yang anda lakukan.
5. Menjadi pijakan kita selanjutnya dalam melakukan penelitian agar fokus dengan masalah
yang diangkat.
C. Cara Membuat Latar Belakang Masalah
Mengenai isi latar belakang masalah, disini akan dijelaskan secara garis besar bagian-bagian
yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
1. Bagian Pertama
Menerangkan tentang kondisi-kondisi yang menyebabkan ketertarikan peneliti maupun
segmen pembaca. Untuk tiap-tiap jenis proposal memiliki segmen pembaca yang berbeda-
beda. Misalnya bagi proposal penelitian institusional baik pemerintah maupun swasta
fokus ketertarikan pembaca adalah nilai guna yang diperlukan oleh institusi tersebut. Jika
proposal yang dibuat berkaitan dengan konteks bisnis maka perlu juga disampaikan
keuntungan-keuntungan yang didapatkan dari penelitian yang akan dilakukan.
2. Bagian Kedua
Kemukakan secara jelas hal-hal yang ingin diketahui. Mulai dari definisi dan permaknaan
terhadap objek penelitian. Selanjutnya mengenai teori-teori yang dapat memperluas alasan
pentingnya dilakukan penelitian. Jelaskan juga pentingnya hal tersebut untuk diketahui.
Kepentingan tersebut dapat berkaitan dengan masalah pemenuhan kebutuhan hidup
manusia, masalah-masalah sosial dan masalah-masalah kepentingan ilmu pengetahuan
secara mendasar.
3. Bagian Ketiga
Berikan gambaran pula apa yang diharapkan sebagai hasil penelitian ini. Gambaran dapat
berupa sesuatu yang praktis serta fungsional. Maupun sesuatu bentuk teori baru yang dapat
dikembangkan pada tataran praktis. Selain itu dapat juga teori-teori yang akan mendukung

15
berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya.

PERMASALAHAN MASALAH

A. Pengertian Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan


Rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya
melalui pengumpulan data. Rumusan masalah ini pada hakikatnya adalah deskriptip
tentang ruang lingkup masalah, pembatasan dimensi dan analisis variabel yang tercakup
didalamnya.

B. Syarat merumuskan Masalah dan Tujuan Penulisan


Pada dasarnya tidak ada aturan baku tentang
cara merumuskan sebuah permasalahan, namun sebaiknya diikuti rambu- rambu berikut
ini:
1. Permasalahan sebaiknya dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hal itu
dimaksudkan agar ada batasan ruang gerak penulis, yakni ingin menemukan jawaban
terhadap pertanyaan tersebut.
2. Rumusan masalah tidak perlu terlalu banyak poinnya, jika memungkinkan rumusan
masalah cukup 2 atau 3 poin saja. Hal itu dimaksudkan agar lebih jelas hal-hal yang
akan dilakukan oleh penulis.
3. Rumusan masalah merupakan turunan dari sebuah latar belakang.
C. Manfaat Perumusan Masalah dan Ciri-ciri Perumusan Masalah
Perumusan masalah memiliki manfaaat sebagai berikut yaitu:
1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain
berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan.
2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini
tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di
lapangan.
3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti,
serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti.
4. Rumusan masalah harus memberi petunjuk atau menjadi poin sentral dalam sebuah
kegiatan penelitian sehingga penelitibisa mengumpulkan data dan menjawab pertanyaan
yang disampaikan dalam rumusan masalah.
5. Rumusan masalah harus mengarahkan cara pikir kita terhadap suatu permasalahan, yang
dituangkan dalam kalimat yang singkat dan jelas.

D. Contoh Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelunya bahawa permasalahan dalam sebuah
karya tulis ataupun penelitian sebaiknya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau kalimat
tanya. Hal itu dilakukan untuk memberikan batasan ruang gerak kepada penulis agar isi

16
tulisannya terarah, yakni mencari jawaban terhadap pertanyaan yang telah dirumuskan
tersebut. Untuk memperjelas uraian tersebut, perhatikan contoh berikut ini,
1. Bagaimanakah prosesi pelaksanaan pakkiok bunting pada acara pesta pernikahan suku
Makassar?
2. Apakah urgensi syair pakkiok bunting bagi masyarakat suku Makassar?

E. Fokus Penulisan atau Penelitian


Pada dasarnya rumusan masalaah mempunyai fungsi yang sama dengan fokus penelitian.
Perbedaan sederhana di antara keduanya adalah hanya dari segi bentuk pengungkapannya.
Rumusan masalah diungkapkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, sedangkan fokus penelitian
diungkapkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Bandingkan fokus penelitian berikut ini
dengan contoh rumusan masalah yang telah dikemukakan. Perhatikan contoh uraian berikut
ini.

TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN


A. Pengertian Tujuan Penelitian
Menurut Arjatmo (1979), tujuan penelitian merupakan rumusan kalimat yang menunjukkan
adanya hasil, sesuatu yang diperolah setelah penelitian penelitian selesai, sesuatu yang akan
dicapai/dituju dalam sebuah penelitian. Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peniliti
untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh karena itu,
rumusan tujuan harus relevan dengan identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan
mencerminkan proses penelitian.

B. Pengertian Manfaat Penelitian


Menurut Irwandy ( 2013:41), manfaat penelitian adalah aplikasi hasil penelitian, baik bagi
lembaga-lembaga tertentu atau pun masyarakat. Oleh sebab itu dalam pendahuluan perlu
dijelaskan manfaat apa yang dapat diambil dari hasil penelitian yang dilakukan.

C. Cara Merumuskan Tujuan Penulisan


1. Cara Merumuskan Tujuan Penulisan
Sebelum melakukan perumusan, terlebih dahulu kita ketahui beberapa tujuan penulisan, antara
lain, sebagai berikut:
a. Memperoleh informasi baru
b. Mengembangkan dan menjelaskan teori yang sudah ada
c. Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah
2. Cara Merumuskan Manfaat Penulisan
Penelitian pada umumnya dibagi ke dalam manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
Manfaat teoritis diuraikan dengan manfaat yang diperoleh dari teori yang diuraikan dalam
penelitian. Adapun manfaat praktis merupakan uraian dibahas tentang manfaat yang diperoleh
dari penelitian secara praktis. Sebagai contoh dapat penulis kemukakan bahwa:

17
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
bidang agama.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam penelitian di masa yang akan datang.

D. Contoh Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Contoh Tujuan Penulisan
Rumusan masalah:
a. Bagaimanakah model pembelajaran di Pondok Pesantren Modern IMMIM Putra Makassar
pada masa pandemi covid -19??
b. Bagaimana pandangan orang tua santri terhadap model pembelajaran di Pondok Pesantren
Modern IMMIM Putra Makassar pada masa pandemi covid-19?
Dari rumusan masalah di atas dapat dibuat tujuannya yaitu yang bersifat deklaratif yaitu:
a. Untuk mendeskripsikan model pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern
IMMIM Putra Makassar pada masa pandemi covid -19 .
b. Untuk mendeskripsikan pandangan orang tua santri terhadap model pembelajaran di
Pondok Pesantren Modern IMMIM Putra Makassar pada masa pandemi covid -19
2. Contoh Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian sendiri yaitu untuk menyelidiki keadaan, alasan maupun konsekuensi
terhadap keadaan tertentu. Keadaan tersebut dapat dikontrol dengan melalui eksperimen
maupun berdasarkan observasi. Sebab penelitian berperan penting untuk memberikan fondasi
atas tindak dan juga keputusan dalam semua
aspek
Contoh Manfaat Penelitian:
a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
b. Bagi Calon Peneliti

PENGKAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kajian Pustaka
Kajian Pustaka merupakan salah satu rangkaian aktivitas penelitian yang jarang sekali
diperhatikan secara seksama, bahkan sering dianggap remeh.padahal kajian pustaka
merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah penelitian. Mengingat dengan kajian
pustaka, seorang yang akan melakukan penelitian mendapatkan gambaran dan pengetahuan
dalam mempertegas penelitiannya. Kajian pustaka berisi uraian sistematis tentang hasil
penelitian terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji dalam makalah,
skripsi, tesis, maupun disertasi.

B. Cara Melakukan Kajian Pustaka Yang Baik


Menurut Sandjadja dan Albertus Heriyanto (2006) Kiat

18
sederhana untuk melakukan kajian pustaka adalah sebagai berikut:
1. Kumpulkan kepustakaan yang diperkirakan ada hubungan atau relevan dengan masalah
penelitian.
2. Periksa sumber pendahuluan atau abstrak dari karangan tadi.
3. Mulailah membaca dengan cermat dan kritis untuk penalaran.
4. Membuat pencatatan yang diperlukan.
5. Sediakan kartu pos atau kertas tebal sebesar kartu pos untuk mencatat hal-hal penting yang
dibaca dari kepustakaan terlpilih.
6. Tuliskan pada kertas tadi judul karangan, nama pengarang, volume, nomor halaman dan
kata kunci karangan tersebut. Kegiatan ini akan mempermudah upaya penulisan Daftar
Kepustakaan di laporan penelitian.
7. Catatlah hal-hal yang relevan.
8. Melakukan penalaran deduktif dan induktif biasanya akan ditemukan jawaban sementara
atau hipotesa dari masalah penelitian.

C. Fungsi Kajian Pustaka


Menurut Sandjadja dan Heriyanto (2006), kajian kepustakaan dapat digunakan untuk hal-hal
berikut ini:
1. Memperdalam pengetahuan khususnya tentang hubungan antar variabel penelitian.
2. Menkaji teori dasar yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
3. Mengkaji temuan penilitian sejenis atau yang pernah dilakukan sebelumnya.
4. Menemukan metode atau cara pendekatan pemecahan masalah.
5. Mendapatkan cara mengevaluasi ataupun menganalisis data.
6. Mencari informasi aspek penelitian yang belum tergarap.
7. Memperkaya ide-ide.

D. Tujuan Kajian Pustaka


1. Macam-Macam Sumber Kajian Pustaka
Sumber-sumber referensi ilmiah yang dapat digunakan dalam penelitian kesehatan antara
lain:

a. Jurnal Penelitian
b. Buku Ajar
c. Artikel dari Internet
d. Narasumber
e. Majalah Kesehatan

2. Cara Membuat Kajian Pustaka


Pembuatan kajian pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal, sebagai berikut :

19
a. Mulai mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar, jurnal cetak maupun jurnal
elektronik dan lain sebagainya.
b. Buatlah matriks untuk mengisi ringkasan referensi yang diperoleh baik jurnal, artikel,
buku ajar dan lain sebagainya agar saat menulis dengan segera dapat ditemukan sumber
mana yang dimaksud.
c. Ciptakan lingkungan yang tenang untuk dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus
pada saat mulai menulis
d. Baca dahulu panduan penulisan, sehingga pada saat melakukan editing pada tulisan
kita, tidak terlalu banyak yang dirubah terkait penulisan.
e. Selain melakukan ringkasan dengan tools matriks yang digunakan, proses analisis juga
kita lakukan terhadap jurnal yang dibaca, apakah relevan dan layak digunakan atau
tidak.
f. Kunsi sukses dalam menulis adalah niat dan aksi harus sejalan. Jika tidak pernah
memulai, maka tidak akan pernah selesai.
g. Lakukan refresh otak dan pikiran jika mulai jenih, munculkan motivasi pada diri sendiri
baik itu dari keluarga (ayah/ibu) jika berhasil dapat membuat mereka bangga, dapat
menjadi role model bagi keluarga dan lain sebagainya sehinggatetap semangat dalam
menulis dan menyelesaikan proyek tugas akhir
h. Selalu berdoa memohon tuntutan dan hikmat dari yang
i. Maha Kuasa agar dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.
E. Kerangka Pikir
1. Pengertian Kerangka Berpikir
2. Cara menyusun Kerangka Pikir
3. Manfaat Kerangka Pikir
4. Kerangka pikir yang meyakinkan hendaklah memenuhi kriteria kriteria sebagai berikut.
a. Teori yang digunakan dalam berargumentasi hendaknya dikuasai sepenuhnya serta
mengikuti perkembangan teori yang muktahir.
b. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan kepada cara pikir keilmuan
yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan secara tersurat semua
asumsi, prinsip atau postulat yang mendasarinya.

INSTRUMEN PENELITIAN

A. Pengertian
Kata instrumen berarti alat atau alat bantu. Dalam konteks penelitian instrumen penelitian
dapat diartikan sebagai alat bantu dalam pengumpulan data penelitian, yaitu alat yang dapat
mengukur atau mengungkap suatau keadaan variabel penelitian yang telah ditetapkan
peneliti sebelumnya. Alat bantu tersebut dimaksudkan untuk memperoleh penelitian dalam
pengambilan data penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Melalui
instrumen penelitian pengumpulan data kemudian dituangkannya dalam instrumen

20
penelitian, yaitu melalui butir-butir instrumen yang dibuatnya. Dengan demikian semua
data yang diraih dalam penelitian dapat diaraih secara tepat dan tidak ada yang terlewatkan
(Masyud, 2013: 202).
B. Jenis Instrumen
1. Instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif
2. Instrumen penelitian untuk penelitian kuantitatif
a. Tes
b. Angket (kuesioner)
Angket terdri dari beberapa bentuk, yaitu:
1) Angket berstruktur, yaitu abgket yang menyediakan beberapa
kemungkinan jawaban.
2) Angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban
secara bebas menjawab pertanyaan tersebut.
C. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif yaitu oengamat ikut serta dalam kegiatan
yang sedang berlangsung. Atau observasi dilakukan secara non partisipatif yaitu
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan sebagai pengamat.
D. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan
atau tanya jawab baik langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu.
Contoh yang menggunakan teknik wawancara misalnya adalag menyikapi tentang
pendidikan yang dipengaruhi oleh perubahan sosial lantaran seorang siswa atau pelajar
melakukan pencatatan dengan memotret menggunakan hanphone. Perolehan data ini
dengan wawancara harus melakukan proses pewawancara dengan siswa dan juga
gurunya.
C. Pemilihan Instrumen
1. Jenis data yang dikumpulkan
2. Kondisi responden penelitian
3. Kondisi peneliti
4. Kondisi lokasi penelitian
D. Syarat Instrumen
1. Validitas instrument
Ada lima jenis validitas instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur valid
tidaknya instrumen penelitian, yaitu: validitas isi, validitas konstruksi, validitas
pengukuran setara, validitas pengukuran serentak, dan validitas ramalan.

2. Relibilitas instrument

21
Reliabilitas pengukuran ulang dapat dilakukan dengan memberikan instrumen dua kalii
kepda subyek yang sama dalam waktu berbeda. Relibilitas pengukuran setara dapat
dilakukan dengan cara membuat dua buah instrumen yang setara untuk diberikan
kepada responden secara berurutan. Korelasi bentuk instrumen tersebut akan
memberikan hasil relibilitas pengukuran yang setara. Sedangkan reliabilitas belah dua
dapat diketahui dengan cara membagi instrumen menjadi dua untuk diberikan kepada
siswa selanjutnya korelasi dar dua instrumen tersebut dapat dipergunakan sebagai hasil
reliabilitas belah dua.

3. Kepraktisan
Hemat dalam arti instrumen dapat digunakan beberapa kali pengadministrasiannya
dapat dilakukan dengan cepat. Mudah artinya instrumen memiliki petunjuk yang jelas
dan lengkap dehingga perlu lagi penjelasan lain dari peneliti.

E. Langkah- Langkah Penyusunan Instrumen


Ada beberapa langkah umum yang bisa ditempuh dalam menyusun instrumen
penelitian.
Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Analisis Variabel Penelitian
2. Menetapkan Jenis Instrumen
3. Menyusun kisi-kisi atau Layout Instrumen
4. Menyusun Item Instrumen
5. Mengujicobakan Instrumen

VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Pengertian Variabel
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007) Secara Teoritis, para ahli telah
mendefinisikan Variabel sebagai berikut: Menurut Hatch & Farhady (1981) variabel
didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu
orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.

B. Jenis-jenis Variabel penelitian


Dalam terminologi Metodologik, dikenal beberapa macam variabel penelitian.
Berdasarkan hubungan antara satu variabel satu dengan variabel yang lain, maka macam –
macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel independen (variabel bebas)
2. Variabel dependen (variabel terikat)

22
3. Variabel moderator
4. Variabel intervening
5. Variabel Kontrol
C. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yaitu :
1. Skala nominal
2. Skala ordinal
3. kala interval
4. Skala ratio (skala perbandingan).

D. Korelasi Antar Variabel

Dikenal 3 macam korelasi antar variabel, yaitu :


1. Korelasi simetris
2. Korelasi asimetris
3. Korelasi timbal balik

E. Definisi Operasional
Mendefinisikan variabel secara operasional adalah Menggambarkan/mendeskripsikan
variabel penelitian sedemikian rupa, sehingga variabel tersebut bersifat :
a. Spesifik ( tidak berinterpretasi ganda )
b. Terukur ( observable atau measurable )

HIPOTESIS
A. Pengertian Hipotesis
Tidak semua jenis penelitian mempunyai hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan
sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya sesuai dengan model dan analisis yang
cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban
sementara atas masalah yang dirumuskan.

B. Pertimbangan dalam Merumuskan Hipotesis


Dalam merumuskan hipotesis peneliti perlu pertimbangan-
pertimbangan diantaranya:
1. Harus mengekpresikan hubungan antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam
merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variabel
yang akan dikaji. Kedua variabel tersebut adalah variabel bebas dan variabel
tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka biasanya satu variabel tergantung dua
variabel bebas.
2. Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis
harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan

23
penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka
hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
3. Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan
dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan
secara empiris. Sebaiknya hipotesis jangan mencerminkan unsur-unsur moral, nilai-
nilai atau sikap.

C. Jenis-Jenis Hipotesis
Secara garis besar ada dua jenis hipotesis didasarkan pada tingkat abstraksi dan bentuknya.
Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi:
1. Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan dalam dunia empiris
2. Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal
3. Hipotesis yang digunakan untuk mencari hubungan antar variable

Menurut bentuknya, hipotesis dibagi menjadi tiga:


1. Hipotesis penelitian / kerja
2. Hipotesis operasional
3. Hipotesis statistic

D. Cara Merumuskan Hipotesis


Hipotesis operasional ialah mendefinisikan hipotesis secara operasional variabel-variabel
yang ada di dalamnya agar dapat dioperasionalisasikan. Misalnya “gaya kepemimpinan”
dioperasionalisasikan sebagai cara memberikan instruksi terhadap bawahan. Kinerja
pegawai dioperasionalisasikan sebagai tinggi rendahnya pemasukan perusahaan. Hipotesis
operasional dijadikan menjadi dua, yaitu hipotesis 0 yang bersifat netral dan hipotesis 1
yang bersifat tidak netral, maka bunyi hipotesis operasionalnya

E. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal, yaitu: tingkat
signifikansi atau probabilitas (α) dan tingkat kepercayaan atau confidence interval.
Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya orang menggunakan 0,05. Kisaran tingkat
signifikansi
mulai dari 0,01 sampai dengan 0,1.

F. Kegunaan Hipotesis
Kegunaan hipotesis antara lain:
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam
penelitian.

24
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan

G. Karakteristik Hipotesis yang Baik


Cirri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan,
1982: 126-129 dan Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya:
1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus merupakan penjelasan
yang mungkin mengenai apa yang seharusnya dijelaskan atau diterangkan.
2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-variabel.
Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua variabel atau lebih.
3. Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus bersifat testability,
artinya terdapat kemampuan untuk diuji.
4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis
hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum yang sebelumnya
sudah mapan.
5. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.

POPULASI DAN SAMPEL


A. Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala melalui cara
tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya, informasi tersebut
merupakan jawaban atas masalah-masalah yang dipertanyakan sebelumnya. Oleh karena
itu, penelitian juga dapat dipandang sebagai usaha mencari tahu tentang berbagai masalah
yang dapat merangsang pikiran atau kesadaran seseorang.

B. Pengertian Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah penduduk.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013:117).

C. Jenis-Jenis Populasi
1. Populasi berdasarkan atas jumlah, dibedakan menjadi:
a. Populasi terbatas (definite), yaitu objek penelitian yang dapat dihitung, seperti luas
area sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah mahasiswa.
b. Populasi tak terbatas (indefinite), yaitu objek penelitian yang mempunyai jumlah
tak terbatas, atau sulit dihitng jumlahnya; seperti tinta, air, pasir di pantai, padi di
sawah, atau beras di gudang.

2. Populasi berdasarkan atas turunan dari populasi terbatas tetapi

25
dengan ruang lingkupyang lebih diersempit, yang digolongkan menjadi:
a. Populasi teoritis, yaitu populasi yang diturunkan dari populasi terbatas,
memugkinkan hasil penelitian berlaku untuk lingkungan populasi yang lebih luas.
b. Populasi tersedia (Accessible ppulation), yaitu populasi turunan dari populasi
teoritis yang akan dilakukan penelitian dengan mempertimbangkan jumlah dana,
waktu dan tenaga yang tersedia dengan memperhatikan karakteristik yang telah
ditentukan pada populasi teoritis.
3. Populasi berdasarkan atas variasi unsur pembentuk sumber data:
a. Populasi bersifat homogen, yaitu populasi dimana sumber datanya yang unsur-
unsur pembentuknya memiliki sifat yang sama. Populasi semacam ini banyak
dijumpai dalam bidang ilmu keteknikan.
b. Populasi bersifat heterogen, yaitu populasi dimana pembentuk sumber data yang
unsur-unsurnya memiliki sifat-sifat atau keadaan yang bervariasi sehingga perlu
ditetapkan lebih lanjut batas-batasnya baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

D. Ciri-Ciri Populasi
Menurut Muri (2007:182) secara umum dapat dikatakan beberapa karakteristik Populasi
adalah:
1. Merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi yang akan
diinginkan.
2. Dapat berupa manusia/individu, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda atau objek
maupun kejadian-kejadian yang terdapat dalam suatu area/ daerah tertentu yang telah
ditetapkan.
3. Merupakan batas-batas (boundary) yang mempunyai sifa-sifat tertentu yang
memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari keadaan itu.
4. Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu dapat
digeneralisasikan.

E. Tujuan Populasi
Tujuan menetapkan populasi dalam penelitian adalah agar suatu penelitian dapat mengukur
sesuatu dengan kasusnya, dan tidak akan berlebihan dengan populasi yang diacu, misalnya
meneliti sampel mahasiswa UNJ, maka populasi hanya mahasiswa UNJ, tidak termasuk
mahasiswa UI.Dalam proposal penelitian perlu dikemukakan sejauh mana populasi yang
akan diacu atau dikenal oleh hasil penelitian sampel yang dilakukan. Hal ini juga
dimaksudkan agar hasil penelitian mendekati kebenaran sesuai sampel yang diambil dari
populasi
tertentu.

F. Pengertian Sampel

26
Sampel adalah bagian darui populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari objek yang
merupakan sumber data. Secara sederhana sampel dapat dikatakan, bahwa sampel adalah
sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Sebagian dan
mewakili dalam batasan diatas merupakan dua kata kunci dan merujuk pada semua ciri
populasi dalam jumlah yang terbatas pada masing-masing karakteristiknya.

G. Jenis – Jenis sampel


1. Sampel Acak Atau Random
2. Sampel Berstrata
3. Cluster Sampel
4. Purposive Sampel
5. Quota Sampel

H. Ciri-Ciri Sampel
Ciri-ciri sampel yang baik sebagai berikut:
1. Sampel dipilih dengan cara hati-hati, dengan meggunakn cara tertentu dengan benar.
2. Sampel harus mewakili populasi, sehingga gambaran yang diberikan mewakili
keseluruhan karakteristik yang terdapat pada populasi.
3. Besarnya ukuran sampel hendaklah mempertimbangkan tingkat kesalahan sampel yang
dapat ditoleransi dan tingkat kepercayaan yang dapat diterima secara statistik.Ada
beberapa kekeliruan yang mengakibatkan bias dalam penarikan sampel (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2009) antara lain:
1. Dalam menentukan populasi target.
Contoh:
Populasi target dalam penelitian adalah guru IPA SMA Negeri, tapi dalampenarikan
sampel hanya dilakukan pada guru biologi saja.
2. Karakteristik sampel yang diambil tidak mewakili karakteristik populasi target.
Contoh:
penelitiannya adalah presepsi para siswa terhadappemberian layanan BK disekolah,
tapi angketnya diberikan kepada seluruh siswa termasuk siswa yang belum
mendapatkan layanan BK di sekolah.
4. Salah dalam menentukan wilayah.
5. Contoh: populasi target adalah seluruh DIY, tapi penarikan sampel hanya dilakukan di
daerah perdesaan saja.
6. Jumlah sampel yang terlalu kecil, tidak proporsional dengan jumlah populasinya.
7. Kombinasi dari beberapa kekeliruan diatas.

I. Cara Pengambilan Sampel

27
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Macam-macam teknik sampling:
1. Probabillity sampling (pengambilan sampel bardasarkan
peluang)
a. Simple random sampling
b. Propotionate stratified random sampling
c. Propotionate stratified random sampling
d. Disproportionate stratified random sampling
e. Cluster sampling (area sampling)
2. Nonprobability sampling (pengambilan sampel tidak
berdasarkan peluang)
a. Teknik sistematis
b. Accidental sampling
c. Sampling purposive
d. Sampling jenuh
e. Snowball sampling
Roscoe 1975 (Sugiyono:2013) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran
sampel:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebayakan
penelitian
2. Jika sampel dipecah kedalaam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya),
ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat.
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel
sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian.
4. Untuk Penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol yang ketat, penelitian yang
dilakukan adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20.

PENGUMPULAN DATA DAN ANALIS DATA


A. Hakikat Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan dalam
penelitian, pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangkai mencapai tujuan penelitian tersebut. Tujuan yang diungkapkan dalam
bentuk hipotesis hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian.
Jawaban itu masih perlu di uji secara empiris, dan maksud inilah dibutuhkan pengumpulan
data. Data yang dikumpulkan ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis.
Data itu dikumpulkan oleh sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Sampel tersebut
terdiri atas sekumpulan unit analisis sebagai sasaran penelitian.

28
B. Tata Cara Melakukan Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui:
1. Teknik observasi
Pengertian observasi menurut Satori & Komariah (2011: 105) adalah pengamatan terhadap
suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh
data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung dengan terlibat ke
lapangan dengan melibatkan seluruh pancaindera. Sedangkan tidak langsung dengan
dibantu media visual/audio
visual.
Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi:
a. Observasi berperan serta
b. Observasi non partisipan
Berdasarkan instrumen yang digunakan, observasi dibedakan
menjadi:
a. Observasi terstruktur
b. Observasi tidak terstruktur
2. Teknik kuesioner
Dalam Arikunto (2006: 152) , kuesioner dapat dibedakan atas
beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan:
a. Dipandang dari cara menjawab
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan
c. Dipandang dari bentuknya
3. Teknik wawancara
a. Wawancara terstruktur
b. Wawancara tidak terstruktur

C. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

D. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.

TEKNIK ANALISIS DATA


A. Pengertian Analisis Data

29
Data ialah bahan mentah yang perlu di olah sehingga menghasilkan informasi atau
keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Sementara
perolehan data seyogyanya relevan, artinya data yang ada hubungannya langsung dengan
masalah penelitian. Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan
kegiatan penelitian, karena kekeliruan memilih analisis dan perhitungan akan berakibat
fatal pada kesimpulan, generalisasi atau interpretasi. Jenis data menurut jenisnya ada dua
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Tindak lanjut kegiatan peneliti sesudah
pengumpulan data sangat bervariasi bentuknya tergantung dari bagaimana data yang
terkumpul akan diorganisasikan.

B. Konsep Dasar Analisis Data


Menurut Patton (1980) dalam Lexy J. Moleong (2002) dalam
http://ardhana12.wordpress.com/ menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Sedangkan menurut Taylor (1975) dalam http://ardhana12.wordpress.com/ mendefinisikan
analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan
merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih
menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud
dan tujuan analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi:
Analisis data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang didasarkan oleh data.

C. Jenis-jenis Analisis Data


1. Analisis data kuantitatif
2. Proses analisis kuantitatif
3. Analisis data kualitatif
Kegiatan analisis data dalam penelitian memiliki beberapat tujuan antara lain sebagai
berikut:
a. Data dapat diberi makna yang berguna dalam memecahkan masalah-masalah penelitian
b. Memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena yang terdapat dalam penelitian
c. Untuk memberikan jawaban terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian
d. Bahan untuk membuat keseimpulan serta implikasi-implikasi dan saran-saran yang
berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya.

D. Tahapan Pelaksanaan Analisis Data


Pemerosotan satuan, kategorisasi termasuk pemeriksaan keabsahan data, kemudian
diakhiri dengan penafsiran data. Dalam melakukan proses/olah data dengan melakukan
analisis data memfokuskan kepada 2 aspek, yaitu data yang saat ini digunakan dan data

30
yang akan atau mungkin dibutuhkan pada masa mendatang.

1. Pemerosotan Data
a. Tipelogi satuan
b. Penyusunan satuan
c. Kategorisasi
1) Fungsi dan prinsip kategorisasi
2) Langkah-langkah kategorisasi

2. Keabsahan data
a. Analisis event
b. Analisis transaksi
c. Analisis dokumen dan formulir
d. Analisis laporan

TEKNIK PENULISAN DAFTAR PUSTAKA

A. Daftar Rujukan
Daftar rujukan (references) bukannya sekadar a laundry listyang memuat semua pustaka
yang dibaca oleh peneliti. Daftar rujukan hanya memuat sumber rujukan yang benar-benar
dirujuk dan dimuat dalam naskah penelitian. Sumber yang tidak dirujuk tidak perlu dimuat
dalam daftar rujukan. Peneliti dianjurkan memilih rujukan berdasarkan prinsip keterbaruan
dan luasnya rujukan dibaca atau dipublikasikan.

1. Rujukan Dari Buku Teks


Ditulis berturut-turut nama penulis, tahun terbit, judul buku (dengan huruf miring), jilid
(bila ada), nama penerbit, dan kota tempat penerbitan.
Contoh:
Chenery, Hollis, and Srinivisan, T.N. (Ed). 1989. Handbook of Development Economics.
Jilid II. North Holland: Amsterdam.

2. Rujukan Dari Jurnal dan Majalah Ilmiah


Urutan penulisan adalah nama penulis, tahun terbit, judul tuilsan, singkatan resmi nama
majalah (dicetak dengan huruf miring), jilid, nomor terbit, dan nomor halaman yang diacu.
Contoh:
Hasan, A. K., Drew, J.V., Knudson, D. and Olsen, R.A. 1970. Influence of Soil Sailnity on
Production of Dry Matter and Uptake and Distribution of Nutrients in Barley and Corn.

31
Agron Journal. 62: 43 — 45.

3. Rujukan Dari Artikel dalam Majalah Populer dan Koran


Nama nenuils ditulis pailng depan, diikuti oleh tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Judul
artikel ditulis dengan cetak biasa dan huruf besar pada setap huruf awal kata, kecuali kata
hubung. Nama majalah ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama setiap kata, dan
dicetak miring. Nomor halaman disebut pada bagian akhir.
Contoh:
Gardner, H. 1981. Do Babies Sing a UniversaI Song. Psychology Today, 70—76.

4. Rujukan Dari Koran Tanpa Penulis


Nama koran di bagian awal, tanggal, bulan, dan tahun ditulis setelah nama koran, kemudian
judul ditulis dengan huruf kecil kecuali huruf pertama dengan huruf besar dan dicetak
miring dan diikuti dengan nomor halaman.
Contoh:
Jawa Pos 22 April, 1995. Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, 3.

5. Rujukan Dari Dokumen Resmi tanpa Penulis/Lembaga


Dokumen resmi yang dimaksud adalah dokumen pemerintah yang diterbitkan oleh suatu
penerbit tanpa penulis dan tanpa lembaga. Judul atau nama dokumen ditulis di bagian awal
dengan cetak miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit, dan
nama penerbit. Contoh:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 1990. Jakarta: PT Amiss Dute Jaya.

6. Rujukan Dari Dokumen Resmi dengan Penulis/Lembaga


Nama lembaga penanggungjawab langsung ditulis paling depan, diikuti dengan tahun,
judul karangan yang dicetak miring, nama tempat penerbitan, dan nama lembaga yang
bertanggungjawab atas penerbitan karangan tersebut. Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Penulisan Laporan
Penelitian. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

7. Rujukan Berupa Karya Terjemahan


Nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul
terjemahan, nama penerjemah, tahun penerjemahan, nama tempat penerbitan dan nama
penerbit terjemahan. Apabila tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkan, ditulis dengan
kata tanpa tahun. Contoh:
Ary, D., jacobs, L.C. & Razavih, A. Tanpa Tahun. Pengantar Panelitian Pendidikan.
Terjemahan oleh Arif Furchan. 1982. Surabaya: Usaha Nasional.

32
8. Skripsi atau Tesis
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi
dan tesis ditulis dengan cetak miring diikuti dengan pernyataan – skripsi atau tesis, tidak
diterbitkan – nama kota tempat perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama
perguruan tinggi. Contoh:
Paembonan, A. R. 1994. Analisis tentang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Studi Kasus: Kabupaten Daerah Tingkat II Tana Toraja. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar:
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah.

9. Makalah yang Dipresentasikan


Bahan tutisan yang dipresentasikan dalam seminar, penataran, atau lokakarya dapat
dijadikan rujukan. Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun, judul
makalah ditulis dengan cetak miring, kemudian diikuti pernyataan “Makalah disajikan
dalam ...“, nama pertemuan, lembaga penyelenggara, tempat
penyelenggaraan, dan tanggal serta bulannya. Contoh:
Huda, N. 1991. Penulisan Laporan Panelitian untuk Jurnal. Makalah disajikan dalam
lokakarya Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PTN dan PTS di Malang Angkatan XIV,
Pusat Penelitian IKIP
MALANG, Malang 12 Juli 1991.

10. Internet Berupa Karya Individual


Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh
tahun, judul karya tersebut dicetak miring dengan diberi keterangan dalam kurung
(Online), dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai dengan keterangan
kapan diakses di antara tanda kurung. Contoh:
Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-1995:
The Calm before the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html,
diakses 12 Juni 1996).

11. Internet Berupa Artikel Dari Jurnal


Nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak diikuti secara berturut-turut oleh
tahun, judul artikel, nama jurnal (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung
(Online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan tersebut disertai
dengan keterangan kapan diakses, di antara dua kurung.
Contoh:
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School. Mothering for Schooling. Education
Policy Analysis Archives, (Online), Vol. 3. No. 1 (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, diakses 12
Februari 1997).

33
12. Internet Berupa Bahan Diskusi
Narna penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh
tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam
kurung (Online) dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut disertai dengan
keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN Discussion
List (online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 November 1995).

13. E-mail Pribadi


Nama pengirim (jika ada) dan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirm),
diikuti secara berturut—turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan (dicetak miring),
nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirimi).
Contoh:
Davis, A. (a.Davis@uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web Authoring Tools.
E-mail kepada Alison Hunter (huntera@usq.edu.au).
Contoh penulisanpenulisan daftar rujukan dapat dilihat pada Lampiran
13.

B. Lampiran
Untuk kesempurnaan suatu tesis sering diperlukan uraian atau keterangan tambahan yang
penting, tetapi bila ditempatkan dalam bagian utama akan mengganggu kesinambungan
dan alur tulisan. Untuk itu, keterangan tambahan itu sebaiknya ditempatkan di lampiran.
Lampiran dapat berupa daftar pertanyaan (questionnaire), transkrip wawancara, lembar
hitungan, print-out statistik, dan daftar riwayat hidup.
Tata cara penulisan lampiran diatur sebagai berikut:
1. Setiap lampiran diberi nomor unit mulai nomor 1 sampai selesai.
2. Nomor halaman dalam lampiran adalah kelanjutan dari nomor halaman pada hab
sebelumnya.

34
35
Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam
MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : Syiah Kuala University Pres 2018
Nama Prosiding/Jurnal : STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA
Alamat URL :
https://repository.bbg.ac.id/bitstream/761/1/Startegi_Belajar_Mengajar_Matematika.pdf

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA

Strategi Belajar Mengajar Matematika


© 2018 Arief Aulia Rahman
Cetakan Pertama
https://repository.bbg.ac.id/bitstream/761/1/Startegi_Belajar_Mengajar_Matematik
a.pdf

Hak Penerbitan pada Syiah Kuala University Pres Dilarang mengutip sebagian atau
seluruh isi
buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara pengunan mesin fotokopi,
tanpa izin sah dari penerbit
Desain Cover :Firdaus Nuzula
Penata letak & isi :Cut Eva Nasryah
Penerbit & percetakan :Syiah Kuala University Pres
Perpustakan Nasional Katalog :Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ARIEF AULIA RAHMAN, M.PD
Strategi Belajar Mengajar Matematika
Banda Aceh : Syiah Kuala University Pres 2018
147 Hlm ;23 cm
ISBN 978-602-5679-36-0

BAB I
HAKIKAT STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

A. Pengertian Strategi Belajar Mengajar


Strategi adalah upaya atau usaha untuk mencapai suatutujuan, keberhasilan, kesuksesan,
dan kemenangan. Strategidalam bidang pendidikan diartikan sebagai suatu rencana,metode
atau rancangan kegiatan untuk mencapai suatu tujuanpendidikan. Strategi belajar mengajar
dapat diartikan suatu usaha untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

36
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perludiperhatikan oleh seorang instruktur atau
pendidik dalamproses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yangberkaitan dengan
pembelajaran, yakni: 1) strategipengorganisasian pembelajaran, 2) strategi
penyampaianpembelajaran dan, 3) strategi pengelolan pembelajaran.

Ada beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik,
atau taktik dalam pembelajaran.
Strategi belajar mengajar matematika memilki konsepsebagai berikut: a) merangkum
spesifikasi dan kualifikasiperubahan sikap peserta didik, (b) menetapkan pendekatan
yantepat terhadap masalah belajar mengajar matematika pesertadidik, memilh prosedur,
metode dan teknik belajar mengajarmatematika, serta (c) menetapkan kriteria keberhasilan
kegiatanbelajar mengajar matematika.

Dalam konteks pembelajaran, kempat strategi dasartersebut bisa diterjemahkan menjadi:


(a) mengidentifikasi danmenetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah
lakukepribadian peserta didik yang diharapkan, (b) memil h sistempendekatan belajar
mengajar berdasarkan aspirasi danpandangan hidup masyarakat, (c) memilh dan
menetapkanprosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang diang appaling tepat,
efektif, sehinga dapat dijadikan pegangan olehpara pendidik dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya, dan(d) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilanatau
kriteria dan standar keberhasilan sehing a dapat dijadikanpedoman oleh pendidik dalam
melakukan evaluasi hasilkegiatan belajar mengajar matematika yang selanjutnya
akandijadikan umpan balik buat penyempurnan sisteminstruksional yang bersangkutan
secara keseluruhan.

B. Komponen Belajar Mengajar Matematika


Pada Kamus Bahasa Indonesia, komponen adalah bagiandari keseluruhan. Sedangkan
belajar mengajar adalahperubahan yang bertahan lama dalam sikap, perilaku dan kapasitas
berprilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk
pengalaman lainya. Kegiatanbelajar mengajar disusun agar dapat memberikan
pengalamanbelajar yang melibatkan proses fisik dan mental peserta didikmelalui interaksi
antar peserta didik, peserta didik denganpendidik, lingkungan, dan sumber belajar lainya
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
a) Bertanya
b) Keaktifan Peserta Didik
c) Kerja Sama
d) Unjuk Kerja
e) Sumber yang Bervariasi
C. Tugas dan Fungsi Pendidik

37
Apabila dilhat dari rincian tugas dan tangung jawab yangharus dilaksanakan oleh pendidik.
Menurut Uno (2012) bahwa tugas guru adalah melaksanakan proses belajar mengajar dan
tugas yang berkaitan dengan penatan atau perencanan tugas tambahan. Sedangkan al-
Abrasyl (1970) berpendapat bahwa, a)pendidik harus memperlakukan peserta didik seperti
anaksendiri, b) tidak mengharapkan balas jasa, c) memberi nasihatkepada peserta didik, d)
membentuk peserta didik yangberakhlak mulia dan, e) pendidik harus menerapkan ilmunya,
bukan hanya perkatan semata.

BAB II
TEORI BELAJAR MATEMATIKA

A. Teori Behaviorisme
Teori belajar Behaviorisme merupakan teori belajar yangdigagas oleh Gage dan Berliner
serta sudah cukup lamaditerapkan oleh para pendidik di dunia. Teori ini berpendapatbahwa
perubahan tingkah laku merupakan hasil daripengalaman yang didapat. Pengukuran
menjadi keutamandalam teori ini, sebab pengukuran digunakan sebagai tolakukur
perubahan tingkah laku. Teori ini juga dikenal denganmodel stimulus dan responya, melihat
peserta didik sebagai individu yang pasif. Perilaku yang muncul akan semakin kuat jika
diberi penguatan dan akan hilang jika diberikan hukuman. Teori behaviorisme mengunakan
metode pelatihan dan
pembiasan dalam proses pembelajaran.

Tokoh-tokoh Aliran Behaviorisme


1) Edward Le Thorndike
Thorndike terhadap sekor kucing dan menghasilkan hukum belajar seperti berikut:
a) Law of Efect
b) Law of Readines
c) Law of Exercise
b) John Watson
John Watson merupakan pendiri aliran behaviorisme di Amerika Serikat. Watson
berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari lmu pasti atau
ilmu alam.
Beberapa pandangan utama Watson:
1. Psikologi mempelajari stimulus dan respons (S-R psychology).
2. Watson berpandangan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor luar diri
3. Watson tidak mempercayai konsep insting
4. Menurut Watson apa yang dingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu
digunakan/dilakukan.

38
5. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnyabahwa perilaku dapat
dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adalah ilmu yang bertujuan
meramalkan perilaku.

c) Clark Leonard Hull


Prinsip- prinsip utama teorinya Hul adalah:
1. Reinforcement
2. Dalam mempelajari hubungan S - R yang diperlu dikaji adalah faktor O yang mana
merupakan suatu kondisi internal dan sesuatu yang disimpulkan (infered)
3. Proses belajar baru terjadi setelah keseimbangan biologis terjadi.
d) Edwin Guthrie
Namun, teori pemberian hukuman ini mendapat kritkan dari beberapa ahli, alasanya
ialah:
1. Perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pemberianhukuman bersifat sementara.
2. Dikhawatirkan ada dampak psikologis yang terjadi kepadasipenerima hukuman.
3. Hukuman yang diberikan dapat menjadi dorongan sipenerima hukuman untuk
melakukan hal-hal lain agarterbebas dari hukuman, hal yang bersifat negatif
maupunpositf.
e) Burhus Frederic Skiner
berikutadalah hukum-hukum belajar Skiner:
1) Law of operant conditning yaitu jika timbulnya perilakudiringi dengan stimulus
penguat, maka kekuatan perilakutersebut akan meningkat.
2) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilakuoperant telah diperkuat melalui
proses conditoning namun tidak diringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku
tersebut akan menurun bahkan musnah.
B. Teori Kognitivisme
Teori ini menyatakan bahwa proses lebih penting dari pada hasil, seperti berikut:
1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses berfikir.
2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang terus
menerus dengan lingkungan.
Beberapa teori dalam aliran kognitvisme
a) Teori Gestalt
b) Teori Schemata Piaget
c) Teori Belajar Sosial Bandura
d) Pengolahan Informasi Norman

C. Teori Humanisme
Peran pendidik sebagai fasiltator adalah sebagai berikut:
1) Memperhatikan peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
2) Menerapkan metode belajar yang bervariasi.

39
3) Merencanakan pembelajaran yang membuat peserta didik aktif berinteraksi dengan teman
satu tim atau teman sekelas selama proses belajar mengajar.
4) Menyediakan sumber belajar yang luas dan tidak terbatas serta mudah diakses oleh peserta
didik.
5) Pendidik menjadi tempat untuk bertanya peserta didik tanpa peserta didik merasa takut.
6) Pendidik menangapi hasil pekerjan peserta didik dengan penuh motivasi agar peserta didik
bersemangat.
7) Pendidik bersikap hangat dan meluruskan hal-hal yang diangap kurang relevan dengan cara
yang santun.
8) Pendidik sebagai seorang manusia yang tidak selalusempurna, mau mengenali, mengakui
dan menerima keterbatasan-keterbatasan diri dengan cara mau dan senang hati menerima
pandangan yang lebih baik dari peserta didik.
D. Teori Konstruktivisme
Berikut adalah pandangan aliran kontruktivisme:
1) Belajar merupakan proses membentuk makna dari apayang dilhat, dengar, rasakan, dan
alami.
2) Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus.Setiap kali berhadapan dengan
fenomena atau persoalanyang baru, peserta didik akan selalu mengadakanrekonstruksi.
3) Belajar merupakan proses membentuk ataumen gembangkan pemikiran yang menuntut
penemuandan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan
lingkunganya.
5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik, yaitu
konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahanyang
dipelajari.

BAB II
PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang dalamproses belajar mengajar yang dipakai
untuk membuat suasanabelajar yang efektif dan mendukung tercapainya tujuan
yangdiharapkan. Pendekatan dalam belajar dikenal dengan dua jenis pendekatan, yaitu :

a. Student Centered Learning (CTL)


b. Teacher Centered Learning (TCL)
Selain itu
pendekatan pembelajaran juga memilki kerakteristik yang
dapat digunakan antara lain:
a) Identifikasi, menetapkan sasaran, menetapkan kualifikasi output dan target yang ingin
dicapai harus dilatari oleh lingkungan.

40
b) Memilh cara yang paling efektif dalam mencapai sasaran.
c) Merancang alur proses belajar mengajar dari awal hinga akhir.
d) Menetapkan kriteria dan standar sebagai tolak ukur pencapaian pembelajaran yang telah
ditetapkan.

Definisi, teori dan konsep pendekatan pembelajaran menurut para ahli:


a. Sagala (205) pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru
dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional
b. tertentu.
c. Sagala (203) menyatakan bahwa pendekatan menjadi suatu sudut pandang pendidik
kepada peserta didik dalam menilai, menentukan sikap dan perbuatan yang dihadapi
dengan harapan dapat menemukan solusi dalam menciptakan suasana kelas yang
nyaman dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
d. Nurma (209) berpendapat bahwa pendekatan lebih menekankan pada strategi dan
perencanan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai tik tolak dalam melaksanakan
pembelajaran kerena pendekatan yang dipilh dapat membantu kita dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
e. Rusman (2013) berpendapat bahwa pendekatan dapat diartikan sebagai tik tolak atau
sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan merujuk

B. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran


a) Pendekatan Kontekstual
b) Pendekatan Konstruktivisme
c) Pendekatan Deduktif-Induktif
Pendekatan Deduktif
Pendekatan Induktif
d) Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
e) Pendekatan Open-Ended
f) Pendekatan Saintifik
g) Pendekatan Realistic

BAB IV
METODE PEMBELAJARAN DALAM MATEMATIKA

A. Pengertian Metode Mengajar


Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah suatu
proses dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar
dibutuhkan suatu metode pembelajaran untuk menyampaikan materi yang diajarkan oleh

41
pendidik secara efektif dan efisien untuk mempermudah mencapai tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai.
1. Pengertian Metode
2. Pengertian Mengajar
3. Pengertian Metode Mengajar
B. Faktor-Faktor Penentu Metode Mengajar
a. Peserta Didik
b. Tujuan Pembelajaran
c. Suasana Pembelajaran
d. Fasiltas Pembelajaran
e. Pendidik

C. Jenis-Jenis Metode Mengajar


1. Metode Proyek
2. Metode Eksperimen
3. Metode Tugas dan Resitasi
4. Metode Diskusi
5. Metode Ekspositori
6. Metode Demontrasi
7. Metode Problem Solving
8. Metode Tanya Jawab
9. Metode Latihan
10. Metode Ceramah

BAB V
PENGELOLAAN KELAS

A. Pengertian Pengelolan Kelas


Pengelolan kelas merupakan dua kata yang berasal dari pengelolan dan kelas. Pengelolan
diartikan sebagai managemen atau pengaturan, sementara pengelolan kelas berarti pengaturan
atau managemen seseorang dalam memimpin aktivitas di kelas. Menurut Nata (2014)
pengelolan kelas adalah keterampilan pendidik untuk menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal, dan mengendalikanya bila terjadi ganguan dalam proses belajar mengajar.
B. Pendekatan dalam Pengelola n Kelas
Pengelolan kelas berdasarkan pendekatan diklasifikasikan menjadi delapan pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan Otoriter (Autority Aproach), merupakan suatu cara pengelolan kelas dengan
mengontrol tingkah laku peserta didik melalui penerapan disiplin yang sangat ketat serta
mengandung unsur kekuasan dan ancaman.

42
2) Pendekatan Permisif (Permisive Aproach), merupakan suatu cara pengelolan kelas dengan
memberi kebebasan kepada peserta didik dalam melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan
yang peserta didik inginkan.
3) Pendekatan Resep, merupakan cara pengelola n kelas dengan memberi peserta didik satu
daftar yang dapat mengambarkan apa yang harus dan tidak boleh dikerjakan selama
pembelajaran.
4) Pendekatan Pengajaran, merupakan cara pengelola n kelas dengan membuat perencanan
dan implementasi yang sangat matang untuk melakukan proses pengajaran yang baik.
5) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku (Behavior Modif cation Aproach), merupakan cara
pengelolan kelas dengan mengembangkan dan memfasil tasi perubahan perilaku yang
bersifat posit f dari sisiwa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau
memperbaiki perilaku negatif peserta didik.
6) Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial (Sosio Emosional Climate Aproach),
merupakan cara pengelolan kelas dengan menciptakan suasana hubungan interpersonal
yang baik dan sehat antara pendidik dengan peserta didik dan peserta didik dengan
peserta didik.
7) Pendekatan Proses Kelompok (Group Proses Aproach), merupakan cara pengelola n kelas
dengan seperangkat kegiatan pendidik untuk menumbuhkan kelas yang efektif. 8)
Pendekatan Pluralistik (Electis Aproach) merupakan cara pandangan yang mencakup tiga
pendekatan (perubahan
tingkah laku, iklim sosio emosional, dan proses kelompok.

C. Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah sinonim dengan pengelolan kelas. Dil hat dari kata penyusunya,
manajemen kelas terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Sebelum kita masuk kepada
pengertian tentang manajemen kelas, kita perhatikan terlebih dahulu apa itu manajemen dan
apa itu kelas. Manajemen dari kata “Management” diterjemahkan dari pengelola n, berarti
proses pengunan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolan
adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam perlaksana n
dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptan suasana
atau kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
Pengertian
manajemen kelas menurut para ahli:
a) Djamarah (2010) berpendapat bahwa manajemen kelas merupakan upaya untuk
memperdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses
interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
b) Munawaroh (2012) berpendapat bahwa sebagai suatu aksi yang dilakukan pendidik dalam
menciptakan dan memelihara lingkungan belajar agar tetap kondusif bagi peserta didik dan
pendidik untuk mecapai tujuan instruksional.

43
Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
1. Kondisi fisik
2 Kondisi sosio-emosional
Sikap Pendidik dan Pendekatan yang Digunakan dalam Pengelolan Kelas Menurut Djamarah (206)
ada beberapa sikap yang harus diperhatikan untuk memperkecil masalah yang terjadi dalam
pengelolan kelas, yaitu:
a) Hangat dan antusias, pendidik yang hangat dan akrab pada peserta didik akan menunjukan
antusias pada tugasnya.
b) Mengunakan kata-kata, tindakan, cara kerja dan bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan kegairahan peserta didik untuk belajar.
c) Bervariasi dalam penguna n alat atau media pola interaksi antara pendidik dan peserta didik.
d) Pendidik luwes untuk mengubah strategi mengajarnya.
d) Pendidik harus menekankan pada hal-hal yang posit f dan menghindari pemusatan perhatian
pada hal- hal yang negatif.
e) Pendidik harus disiplin dalam segala hal.
Aspek dalam Manajemen Kelas
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas yang baik adalah meliputi sifat
kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan efektif dan kreatif.
Fungsi Manajemen Kelas
Fungsi manajerial di dalam kelas meliputi; merencanakan, mengorganisasi, menentukan sumber
daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, merancang dan
mengembangkan kelompok kerja yang berisi individu yang mampu membawa organisasi pada
tujuan, menugaskan seseorang dalam suatu tangung jawab atau fungsi tertentu, mendelegasikan
wewenang kepada seseorang.
Masalah dalam Manajemen Kelas
Masalah dapat kita lihat dari sisi sifat masalah, jenis masalah dan sumber masalah.
1. Sifat masalah yang muncul dikelas
2. Jenis masalah yang muncul dikelas
Dil hat dari jenisnya masalah dalam kelas yang memungkinkan tergangunya proses belajar
mengajar dapat dikelompokan ke dalam dua jenis, yaitu masalah yang muncul secara individu, dan
masalah yang muncul karena kelompok.
a) Masalah individu
b) Masalah kelompok
Permasalahan dalam kelompok terjadi karena kurang awasnya pendidik dalam menentukan
kelompok ataustimulus yang diberikan pendidik tidak dapat memunculkan gairah dalam belajar
secara keseluruhan.
3. Sumber masalah
Secara garis besar masalah di dalam kelas bisa berasal dari rumah, dan dari lingkungan masyarakat
dimana ia bergaul dan juga lingkungan sekolah.
a) Lingkungan rumah.

44
b) Lingkungan masyarakat.
c) Lingkungan sekolah.

D. Lingkungan Kondusif
Pertama, suasana dalam kelas. Pendidik menjadi pihak yang paling bertangung jawab dalam
pengelola n
pembelajaran di ruang kelas.
Kedua, lingkungan di sekitar kelas atau sekolah. Suasana belajar yang kondusif akan tercipta
apabila didukung suasana yang nyaman dan tentram di sekitar kelas atau sekolah.
Permasalahan dalam mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif, masalah pengelolan kelas
yang dapat menghambat terwujudnya lingkungan belajar yang kondusif dikelompokan ke dalam
dua kategori yaitu: masalah individual dan masalah kelompok.
a) Masalah individu/perorangan
Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, memungkinkan terjadi beberapa tindakan peserta
didik yang dapat digolongkan menjadi:
1) At ention get ing behaviors
2) Power seking behaviours
3) Revenge seking behaviours
4) Pas ive behaviour (helpnes)
b) Masalah kelompok
Masalah-masalah kelompok yang dimaksud adalah:
a) Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan
sebagainya.
b) Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya.
c) Kelas bereaksi negatif terhadap salah seorang angotanya.
d) Membimbing angota kelas yang justru melangar norma kelompok.
e) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatianya dari yang tengah digarap. f) Semangat
kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keada n baru seperti ganguan
jadwal pendidik terpaksa diganti sementara oleh pendidik lain.
Upaya Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif Secara Preventif dan Kuratif
Sehinga pengelola n kelas, apabila dit njau dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengelola n kelas yang bersifat preventif (pencegahan)
2. Pengelola n kelas yang bersifat kuratif (penyembuhan)

BAB VI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

A. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah


Pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau “problem- based learning (PBL)” merupakan
model pembelajaran dengan menyajikan masalah-masalah yang praktis melalui stimulus pada

45
kegiatan belajar mengajar. PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL menjadi suatu pendekatan dalam
belajar dimana peserta didik menyelesaikan permasalahan-permasalahan autentik dengan
tujuan untuk mengorganisasikan pengetahuan peserta didik mengembangkan keterampilan
berfikir, mengembangkan kemandirian belajar serta rasa percaya diri (Trianto, 209). PBL
menjadi salah satu model pembelajaran inovatif yang menyajikan suasana belajar aktif dengan
melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehinga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah.
Pertama, PBL merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan
masalah sebagainkata kunci proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan mengunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan mengunakan metode ilmiah adalah proses berikir deduktif dan induktif.

Sintaks (Langkah-Langkah) Pembelajaran Berbasis Masalah Langkah-langkah pemecahan


masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:
a. mengidentifikasi masalah,
b. mengumpulkan data,
c. menganalisis data,
d. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
e. memilh cara untuk memecahkan masalah,
f. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
g. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
h. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.
Tujuanya adalah untuk memberikan motivasi kepada
peserta didik agar dapat mengerti apa yang akan dilakukan.
Ada empat aspek penting tahapan ini, yaitu:
a) pembelajaran PBL lebih mengutamakan kepada penyelidikan masalah-masalah dan
bagaimana peserta didik menyelesaikan permasalah tersebut, bukan kepada transfer
informasi baru kepada peserta didik.
b) Permasalahan yang disajikan kepada peserta didik berupa permasalahan yang rumit dan
kompleks, serta memilki banyak cara dalam penyelesaianya.
c) Peserta didik terus didorong untuk memberikan pertanyan-pertanyan selama mencari
informasi melalui eksperimen. Pendidik berperan sebagai pembimbing yang mengarah
kegiatan pembelajaran, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau
dengan temanya.

46
d) Semua peserta didik diberi kesempatan yang sama dalam mengemukakan ide dan
pendapatnya secara terbuka dan penuh kebebasan.
Pelaksanan Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Tugas-tugas Perencanan
Karena hakikat interaktifnya, model pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak
perencanan seperti halnya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik lainya.
b. Penetapan Tujuan
Model PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu peserta didik menjadi pembelajar yang
mandiri.
c. Merancang Situasi Masalah
Beberapa pendidik dalam menerapkan PBL lebih suka memberi kesempatan dan keleluasan
kepada peserta didik untuk memilh masalah yang akan diselidiki.
d. Organisasi Sumber Daya dan Rencana Logistik
Dalam pengajaran berdasarkan masalah peserta didik dimungkinkan bekerja dengan beragam
material dan peralatan, dan dalam pelaksananya biasa dilakukan di dalam kelas, diperpustakan,
atau dilaboratorium, atau diluar sekolah.
e. Tugas Interaktif
Pendidik membantu peserta didik dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, peserta
didik diberi pertanyan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah
f. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas pendidik pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah
membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan
ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
g. Lingkungan Belajar dan Tugas-Tugas Manajemen
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi pendidik dalam pengelolan pembelajaran yang
mengunakan model PBL adalah bagaimana menangani peserta didik baik individual maupun
kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat sebab
kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda.
h. Asesmen dan Evaluasi
Dalam model PBL fokus perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan, oleh
karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaianya hanya dengan tes tertulis atau tes kertas
dan pensil.
Manfat Pembelajaran Berbasis Masalah
1. PBL menjadikan suasana pembelajaran lebih bermakna.
2. PBL menjadikan peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilanya secara
simultan dan mengaplikasikanya dalam konteks yang relevan.
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir krits,
B. Faktor-Faktor Interaksi Belajar Mengajar Matematika

47
Proses belajar mengajar pada umumnya merupakan serangkaian aktivitas komunikasi antara
peserta didik dan pendidik, namun interaksi antara pendidik dan peserta didik dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1) Faktor tujuan
2) Faktor bahan/ materi
3) Faktor pendidik dan peserta didik
4) Faktor metode
5) Faktor situasi
C. Teknik Keterampilan Dasar Mengajar Matematika
Keterampilan dasar seorang pendidik dibagi atas delapan keterampilan dasar yang diterapkan
selama proses pembelajaran, yaitu:
1) keterampilan bertanya,
2) keterampilan memberikan penguatan,
3) keterampilan mengadakan variasi,
4) keterampilan menjelaskan, dan
5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran.

BAB VI
REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION

Pendekatan Realistic Mathematics Education pertama kali diperkenalkan di Belanda oleh


Freudenthal, pendekatan ini diterapkan untuk mengembangkan aktivitas peserta didik dalam
belajar matematika. Peserta didik diajarkan untuk mampu mencari solusi dari setiap
permasalahan,
mengorganisasikan materi yang dapat digunakan sebagai bahan dalam memecahkan
permasalahan. Mengorganisasikan ide baru dan konsep-konsep baru sesuai konteks, aktivitas-
aktivitas ini disebut matematizing.
Adapun kegiatan atau aktivitas yang merupakan
matematisasi horizontal adalah:
a) Identifikasi masalah matematika kedalam konteks umum.
b) Membuat penskeman.
c) Memvisualkan permasalahan dalam bentuk yang berbeda.
d) Mencari hubungan dari setiap konsep dan permasalahan. e) Pengenalan aspek isomorfik
dalam masalah-masalah yang berbeda.
e) Menyajikan real world problem ke dalam mathematical problem.
f) Menyajikan real world problem ke dalam suatu model matematika yang diketahui.
A. Prinsip-prinsip Realistic Mathematics Education
Menurut Gravemeijer (dalam Widyastuti & Pujiastuti, 2014) realistic mathematics education
memilki tiga prinsip
dalam pembelajaranya, yakni:

48
a) Guided reinvention atau progresive mathematizing
b) Didactical phenomenology
c) Self developed models
Heuvel den Heuvel-Panhuizen (dalam Saefudin, 2012)
mengungkapkan prinsip-prinsip dalam realistic mathematics
education dilhat pada 6 prinsip sebagai berikut:
1) Prinsip aktivitas
Matematisasi berhubungan erat berdasarkan pandangan bahwa matematika merupakan aktivitas
manusia. Oleh sebab itu, matematika harus melalui proses “doing”. Peserta didik harus terlibat
langsung dalam proses pembelajaran bukan hanya menerima konsep-konsep yang diberikan
pendidik (a ready-made mathematics).
2) Prinsip realitas
Realistic mathematics education membawa permasalahan dunia nyata (can imagine) dalam dunia
matematika peserta didik. konsep-konsep matematika dikaitkan dalam kehidupan peserta didik
dan membantu mereka untuk dapat mengaplikasi matematika.
3) Prinsip tahap pemahaman
pembelajaran matematika melibatkan beberapa tahapan pemahaman, dimulai dari menemukan
penyelesaian melalui model yang dibuat oleh peserta didik hinga mendapatkan insight tentang hal-
hal yang mendasar sampai mampu menemukan penyelesaian suatu masalah matematis secara
formal.
4) Prinsip intertwinment
Intertwinment merupakan salah satu karakteristik dari realistic mathematics education, yaitu suatu
pandangan bahwa matematika merupakan satu kesatuan atau tidak terpisah-pisah. Maka dari itu,
artinya bahwa peserta didik memilki kesempatan untuk menerapkan berbagai konsep, rumus,
prinsip, serta pemahaman secara terpadu dan saling berkaitan.
5) Prinsip interaksi
Matematika merupakan aktivitas sosial dimana siswa menyelesaikan permasalahan kontekstual
bersama-sama dengan peserta didik lain, peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan tukar
pengalaman, strategi penyelesaian, serta temuan lainya diantara sesama mereka. Dengan
mendengarkan apa yang ditemukan orang lain serta mendiskusikanya, dimungkinkan untuk
meningkatkan strategi yang mereka temukan sendiri. Dengan demikian, interaksi memungkinkan
peserta didik untuk melakukan refleksi yang pada akhirnya akan mendorong mereka pada
perolehan pemahaman yang lebih tingi dari sebelumnya.
6) Prinsip bimbingan
Penerapan realistic mathematics eduaction dalam proses belajar siswa melatih siswa membuat
model matematika mereka sendiri, namun peserta didik tetap perlu dibimbing untuk menemukan
pemodelan tersebut. Pendidik menjadi
C. Learning dan Teaching Trajectory dalam Pembelajaran
Learning trajectory merupakan belajar tentang bagaimana anak berpikir dan bagaimana tahap-
tahap berpikir pada anak, dan hypotecital learning trajectory merupakan panduan yang digunakan

49
untuk memulai learning trajectory atau desain yang dapat menjembatani antara teori dengan
eksperimen. Learning trajectory diperolah berdasarkan hypothetical learning trajectory yang sudah
diujicobakan pada sat proses pembelajaran.
D. Implementasi Realistic Mathematics Education dalam
Pembelajaran
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)merancang ide-ide kerangka kerja pendidikan
yang berbasisRealistic Mathematics Education (RME) yang menjadi acuanoleh pendidik-pendidik
matematika, peserta didik, penulisbahan ajar atau buku ajar matematika, dan juga
pengembangkurikulum. Kerangka kerja ini menjadi aturan dalambentuk/model belajar yang harus
dikuti oleh para pengembangdalam mendesain contoh materi kurikulum RME atau PMRI,dan
menjadi prasyarat keberhasilan pelaksanan RME dikelas.Kerangka RME ini meliputi berbagai
aspek, antara lain: pesertadidik, masalah kontekstual, pendidik, lingkungan belajar,
danpengalaman belajar. Semua aspek tersebut terintegrasi sebagaisuatu sistem yang disusun secara
efektif dan efesien dan salingberhubungan antara satu dengan yang lainya. Tujuanpembelajaran
matematika dengan mengunakan RME yaitu mengembangkan pemahaman matematika peserta
didikterhadap konsep dan ide matematika melalui eksplorasiterhadap masalah konstektual yang
berdasarkan pada prosespenemuan (guided reinvention). Masalah kontekstual yang digunakan
merupakan masalah yang relevan dan juga merupakan kondisi yang ada dilngkungan peserta didik.
Pendidik sebagai fasiltator dalam pembelajaran ditunjukan bahwa pendidik memilki kemampuan
untuk membangun proses berfikir peserta didik meskipun dalam lingkungan pembelajaran yang
interaktif.
Masalah kontekstual yang diajukan kepada peserta didik dapat membantu peserta didik untuk
membangun ide dan konsep matematikanya sendiri (mathematical concept formation).
Implementasi RME didalam keas meliputi tiga
fase:
1. Fase pengenalan
2. Fase eksplorasi
3. Fase meringka

50
Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam
MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : November 2017

Nama Prosiding/Jurnal : DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK


Alamat URL :
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr9_gpc2UBlcgQM2w1XNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG
9zAzEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1698777565/RO=10/RU=https%3a%2f%2fwww
.researchgate.net%2fpublication%2f328661869_DESAIN_PEMBELAJARAN_MATEMA
TIKA_REALISTIK/RK=2/RS=gcuD7BXiMw1QL1hu7z.L_4mDnBA-

Susilahudin Putrawangsa
CV. REKA KARYA AMERTA
Penulis : Susilahudin Putrawangsa, S.Pd., M.Sc.
ISBN : 978-602-51986-1-8
Editor : Uswatun Hasanah, S.Pd., M.Si.
Penyunting : Habibi Ratu Perwira Negara, S.Pd., M.Pd.
Desain Sampul : Malik Ibrahim
Penerbit : CV. Reka Karya Amerta (Rekarta)
Email: rekaamerta@gmail.com
Distributor Tunggal:
CV. Reka Karya Amerta (Rekarta)
Email: rekaamerta@gmail.com
Cetakan I : November 2017

BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN MATEMATIKA
Apa itu Matematika? Sebuah pertanyaan sederhana tapi tidak mudah untuk dijawab. Pada
umumnya orang memandang bahwa Matematika adalah kajian tentang bilangan dan
perhitungannya. Lebih sederhana lagi, sebagian orang memandang Matematika sebagai pelajaran
tentang angka.
Pandangan tersebut tentu kurang tepat. Hal ini dikarenakan kajian dalam Matematika tidak
terbatas hanya tentang bilangan dan operasinya. Bilangan dan operasi bilangan hanyalah salah
satu dari sekian banyak kajian yang membangun kajian tentang Matematika.

51
B. OBJEK KAJIAN MATEMATIKA
Berdasarkan sifatnya, objek kajian Matematika dibedakan menjadi dua jenis, yaitu objek langsung
(direct objects) dan objek tidak langsung (indirect objects). Objek langsung dari Matematika
adalah objek kajian yang merupakan aspek kognisi (pengetahuan dan pemahaman) tentang
Matematika itu sendiri, seperti konsep dan prinsip yang terdapat dalam kajian matematika.
Sedangkan objek tidak langsung dari Matematika adalah objek Matematika yang merupakan
aspek psikomotorik, yaitu berupa keterampilan-keterampilan dalam bermatematika, seperti
keterampilan penyelesaian masalah,
keterampilan pemodelan matematika, keterampilan komunikasi matematis, dan sebagainya.
berdasarkan karakteristiknya secara umum digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu konsep,
operasi- relasi, prinsip, dan fakta.

C. RUMUSAN MASALAH DAN ORIENTASI KAJIAN


Sentral kajian dalam matematika adalah ide-ide abstrak yang ada di alam pikiran yang sifatnya
terstruktur dan sistematis. Sifat abstrak yang dimiliki oleh matematika ini menjadi penciri khas
matematika dengan cabang ilmu sains lainnya, seperti fisika, kima, biologi, dan sebagainya,
dimana
cabang-cabang ilmu tersebut memiliki objek kajian yang sifatnya kongkrit. Sifat abstrak inilah
yang menjadi alasan mengapa pembelajaran matematika dilakukan dengan pendekatan yang
berbeda, yaitu lebih struktural dan aksiomatik, jika dibandingkan dengan pembelajaran pada
cabang ilmu lainnya yang cenderung lebih berorientasi pada eksperimen murni.

BAB II
ORIENTASI PENDIDIKAN MATEMATIKA

agian ini akan membahas sejumlah teori terkait orientasi pembelajaran matematika yang dapat
dijadikan pedoman bagi pendidikan atau penelitia pendidikan matematika dalam melaksanakan
atau merancang kegiatan pembelajaran matematika.

A. Orientasi Pembelajaran Matematika menurut Bloom


Menurut Bloom (Bloom, 1956; Anderson et al., 2000), kompetensi-kompetensi yang menjadi
tujuan pembelajaran secara umum, termasuk pembelajaran matematika, dikatagorikan ke dalam
tiga ranah, yaitu ranah pengembangan pengetahuan atau kecerdasan (kognitif), ranah
pengembangan ketermanpilan (psikomotor), dan ranah pengembangan sikap dan prilaku (afektif).

B. Orientasi Pembelajaran Matematika menurut UNESCO


Berdasarkan hasil kajian dari oragnisasi internasional PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang
mengurus bidang kebudayaan, penelitian, dan pendidikan atau yang sering kita kenal dengan
UNESCO (United Nations Education Scientific and Cultural Organization) merumuskan empat
pilar orientasi pendidikan yang harus ada dalam proses pendidikan, termasuk dalam pendidikan

52
matematika, guna menciptakan generasi yang unggul dan dapat menghadapi kompleksitas
permasalah di zaman sekarang ini (UNESCO, 2004). Keempat pilar orientasi pendidikan tersebut
adalah:

C. Orientasi pembelajaran matematika menurut NCTM


Secara umum, National Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menegaskan bahwa
pembelajaran matematika diorientasikan untuk membangun pemahaman (conceptual
understanding) peserta didik terhadap matematika dimana dengan pemahaman tersebut peserta
didik diharapkan dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah baru yang dihadapinya di
kemudian hari.

D. Tujuan Pembelajaran Matematika menurut Kurikulum


Nasional
Lima orientasi pembelajaran matematika (the five mathematical power) yang dirumuskan oleh
NCTM tersebut di atas juga sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika yang tercantum
dalam Kurikulum Nasional Indonesia, yaitu KTSP (Depdiknas, 2006),

BAB III
IMPLIKASI TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI
TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget


Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan menurut Bloom (1956). Secara
umum kognitif diartikan sebagai potensi intelektual, yaitu menyangkut kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses
atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Dengan pandangan ini, teori kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan
pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap
stimulus yang datang kepada dirinya.

B. Implikasi Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky


Lev Vygotsky adalah psikologis Rusia di tahun 1930an. Jika Piaget beranggapan bahwa
kemampuan kognitif tertentu diperlukan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dilakukan, maka
sebalikanya Vygotsky beranggapan bahwa suatu pembelajaran perlu dilakukan untuk membangun
suatu kemampuan kognitif. Pandangan Vygotsky ini mempengaruhi

BAB IV
PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

53
A. Penentuan kompetensi utama
Pada tahap ini, perancang menentukan kompetensi utama yang ingin dicapai dari suatu proses
pembelajaran. Kompetensi ini merupakan gambara kemampuan utuh yang harus dimiliki peserta
didik untuk dapat dikatakan menguasai suatu pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Contoh
deskripsi kompetensi ini misalnya “peserta didik dapat memahami mengenai pengukuran luas
suatu permukaan bidang”. Kompetensi utuh yang ingin dicapai dalam deskripsi kompetensi
tersebut adalah pemahaman mengenai pengukuran luas.
B. Perumusan kompetensi penyusun
Pada tahap ini, perancang menjabarkan kompetensi- kompetensi yang menyusun kompetensi
utama. Ketercapaian kompetensi-kompetensi penyusun dapat dijadikan sebagai indikasi
ketercapaian kompetensi utama. Misalnya, kompetensi-kompetensi penyusun dari kompetensi
utama “peserta didik dapat memahami mengenai pengukuran luas suatu permukaan bidang” yaitu
1) peserta didik memahami pengertian luas, 2) peserta didik memahami satuan pengukuran luas,
dan 3) peserta didik dapat mengukur luas suatu permukaan bidang dengan satuan pengukuran
luas.
C. Perumusan indikator ketercapaian
Pada tahap ini, perancang menjabarkan tanda-tanda dalam suatu indikator yang menunjukkan
bahwa peserta didik telah dapat dikatakan telah mencapai kompetensi-kompetensi penyusun.
Eksistensinya indikator tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengukuran ketercapian
kompetensi penyusun. Misalnya, kompetensi penyusun “peserta didik memahami pengertian
luas” dapat dijabarkan dalam sejumlah indikator ketercapaian, yaitu diantaranya 1) peserta didik
tidak menganggap panjang, lebar, atau keliling suatu bidang datar sebagai luas bidang tersebut,
2) peserta didik dapat
membandingkan luas dua permukaan bidang, 3) peserta didik memandang luas bidang datar
sebagai ukuran besarnya permukaan bidang datar tersebut, dan indikator ketercapaian lainnya.

BAB V
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
SEBAGAI PENDEKATAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA

A. Dasar Filosofi
Pandangan tentang PMR dewasa ini sebagian besar dipengaruhi oleh pandangan Freudenthal
tentang matematika (Heuvel-Panhuizen, 1998). Menurut Freudenthal, pembelajaran matematika
harus dihubungkan dengan dunia nyata, dekat dengan siswa, dan berkaitan dengan kehidupan
masyarakat, agar melekat menjadi sistem nilai yang diakui pada diri manusia.
B. Matematisasi Horizontal dan Vertikal

54
Pemblajaran matematika bukanlah suatu kegiatan transfer pengetahuan yang sifatnya
tertutup (dikotomi yaitu tidak memberikan ruang kepada ilmua diluar domain yang sedang
dibicarakan), akan tetapi suatu aktifitas penemuan kembali konsep-konsep matematika
melalui aktifitas-aktifitas yang sifatnya terbuka (holistik) melalui kegiatan pemodelan
matematika gunak meningkatkan kemampuan matematika siswa ke tahap yang lebih
abstrak dan formal. Ide ini dalam PMR dikenal dengan istilah progressive mathematization
(Freudenthal, 1968). Ide progressive mathematization ini
kemudian oleh Treffers (1978, 1987) dirumuskan dalam dua tahapan proses, yaitu
horizontal dan vertical mathematization.
C. Pemodelan Matematika
Ketika menyelesaikan masalah matematika yang diberikan, siswa tidak hanya
mengembangkan pemahaman mareka, akan tetapi juga secara bersamaan
mengembangkan kemampuan mereka dalam mengembangkan model dan prangkat
matematis.
D. Realistik ≠ Kontekstual
Kata ‘realistik’ pada Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) sering kali disalahmaknai
oleh orang yang baru mengenal PMR. Mereka menganggap bahwa PMR adalah
pembelajaran matematika mengenai dunia nyata dan oleh karena itu harus dimulai dari
dunia nyata. Padahal tidak selalu demikian. Alasan penggunaan kata ‘realistik’ pada PMR
tidak hanya dimaksudkan untuk menghubungkan dengan dunia nyata, akan tetapi
dimaknai sebagai penekanan pada proses pembelajaran yang menghadirkan masalah
matematika yang ‘dapat dibayangkan oleh siswa’. Hal ini dikarenakan kata
E. Realistik vs Mekanistik
Penggunaan masalah-masalah dalam konteks sangat besar peranannya dalam PMR,
karena hal tersebut membantu siswa dalam membayangkan masalah matematika yang
dihadapinya. Hal ini sangat jauh berbeda dengan Pendekatan Matematika Mekanistik
(PMM) dalam pembelajaran matematika yang sebagian besar isinya adalah masalah
matematika yang hampa dan kurang bermakna bagi siswa.
F. Karakteristik PMR
Berdasarkan penjelasan di atas, suatu proses pembelajaran dikatakan menerapkan PMR
jika dalam proses pembelajaran tersebut menghadirkan 5 karakteristik dari PMR
(Treffers, 1987), yaitu:
a. Penggunaan konteks, yaitu eksplorasi masalah matematika dalam suatu konteks yang
dapat dibayangkan oleh siswa sebagai titik awal pembelajaran.
b. Penggunaan Model, yaitu pengembangan model dan prangkat matematika yang
dilakukan oleh siswa atas masalah matematika yang diberikan (model of dan model
for).
c. Pemanfaatan hasil kerja dan konsetruksi siswa, yaitu penggunaan model solusi dan
kontribusi siswa sebagai dasar pengembangan pengetahuan matematika siswa ke yang
lebih tinggi atau lebih formal (progressive mathematization).

55
d. Proses pembelajaran berbasis interaktifitas, yaitu proses pembelajaran yang membuka
ruang diskusi dan interaksi antara siswa dan siswa; dan siswa dan guru (kooperatif).
e. Pengkaitan dengan berbagai pengetahuan lainnya, yatiu proses pembelajaran yang
bersifat terbuka dan holistik dimana pengetahuan-pengetahuan baik dalam ataupun luar
matematika dapat berkontribusi dalam proses pembelajaran.

BAB VI
DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERPARADIGMA PENDIDIKAN MATEMATIKA
REALISTIK

A. Apa itu Perancangan Pembelajaran?


Perancangan pembelajaran atau dikenal dengan istilah desain pembelajaran adalah
seperangkat kegiatan merancang kegiatan pembelajaran beserta hal-hal yang diperlukan
dalam pembelajaran tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan.
Kegiatan ini meliputi: kegiatan perumusan tujuan pembelajaran (ending point), pengkajian
keadaan siswa sasaran (starting point), perumusan hipotesis lintasan belajar untuk
mencapai tujuan pembelajran dengan memperhatikan
keadaan siswa sasaran, dan penentuan durasi waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
serta perumusan mekanisme evaluasi untuk mengkaji keberhasilan rancangan
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.
B. Kerangka Kerja Perancangan Pembelajaran Matematika
berparadigma PMR
Salah satu persoalan dunia pendidikan dewasa ini adalah bagaimana menghadirkan suatu
kegiatan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik melalui keterlibatan aktif peserta
didik dalam membangun pemahamannya sendiri dalam suasana pembelajaran yang
koopertif. Lebih khsusu lagi dalam pendidikan matematika, tawaran kegiatan pembelajaran
yang efektif dalam mengembangkan pengetahuan peserta didik dari satu konsep ke konsep
lainnya yang lebih abstrak dan lebih
formal adalah masalah yang esensi dan mendasar dalam pendidikan matematika sekarang
ini.

BAB VII
EVALUASI KUALITAS
DESAIN PEMBELAJARAN

Untuk mengukur kualitas dari suatu desain pembelajaran, Plomp dan Nieveen (2007)
memberikan rambu-rambu dalam mengevaluasi kualitas dari suatu rancangan
pembelajaran yang meliputi empat aspek penilaian, yaitu isi, konstruksi, kepraktisan, dan
efektivitas dari suatu desain.

56
Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam
MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : November, 2022
Nama Prosiding/Jurnal : MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Alamat URL :
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr992UjWUJl4hkES3VXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zA
zEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1700056612/RO=10/RU=https%3a%2f%2frepository.pe
nerbitwidina.com%2fmedia%2fpublications%2f559019-model-pembelajaran-matematika-
berbasis-i-9adcefb3.pdf/RK=2/RS=05eY0GDp2tCx3xFVsgM3411qXtk-

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu kemampuan yang harus menjadi perhatian guru dalam pembelajaran matematika
adalah kemampuan penalaran matematis (mathematical reasoning ability). Kemampuan
penalaran matematis menjadi perhatian dalam pembelajaran matematika karena matematika
terbentuk oleh pemikiran manusia yang berkaitan dengan ide, proses, dan penalaran (Hakim, L.
et. al. (2022)). Juga Sumarmo (2013) yang menyatakan bahwa penalaran matematis merupakan
fondasi dalam mengkonstruksi pengetahuan matematika. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kemampuan penalaran matematis adalah sesuatu yang penting dan harus dikuasai oleh peserta
didik (Kartono, et. al. (2022)).
MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS INFERENTIALISM

A. KARAKTERISTIK MODEL
Model pembelajaran berbasis inferentialism memiliki karekteristik khusus, yakni siswa dalam
meeningkatkan penalaran matematisnya diajarkan dengan kegiatan interaksi sosial dan individu
secara bersamaan. Bentuk interaksi sosial dan individu model pembelajaran berbasis
inferentialism adalah permainan memberi dan meminta alasan (GoGar : Game of Giving and
Asking Reason)

57
B. TUJUAN MODEL
Model pembelajaran berbasis inferentialism yang dikembangkan untuk mencapai minimal
empat tujuan, yaitu (1) meningkatkan penalaran matematis siswa, (2) membangkitkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran melalui permainan memberi dan meminta alasan; (3) meningkatkan

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS


INFERENTIALISM

A. MERENCANAKAN PEMBELAJARAN DENGAN MODEL


PEMBELAJARAN BERBASIS INFERENTIALISM
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis infrentialism, maka
guru perlu merencanakan pelaksanaan pembelajaran dengan matang. Sebelum dimulai
pembelajaran, maka guru sudah harus memahami sintaks atau fase pada model pembelajaran
berbasis inferentialism. Fase pada model pembelajaran berbasis inferentialism terdiri dari 6
fase/sintaks, yaitu: apperception, responsive to reasoning, space of reasoning, scorekeping,
deduce dan closing.

ASSESMEN DAN EVALUASI

Model pembelajaran berbasis inferentialism adalah model pembelajaran yang berfokus pada
penalaran matematis. Maka buku model ini akan memaparkan beberapa uraian tentang penalaran
matematis.

A. PENALARAN MATEMATIS
Mengutip O’Daffler dan Thornquist, Artzt dan Yaloz-Femia (NCTM
2000), merumuskan bahwa penalaran matematis adalah bagian dari berpikir matematika yang
meliputi membuat perumusan dan menarik simpulan sahih tentang gagasan-gagasan dan
bagaimana gagasan tersebut saling terkait. Mengutip O’Daffler dan Thornquist, kedua penulis
selanjutnya mengatakan penalaran matematis, yang memainkan peran mutlak dalam proses
berpikir, meliputi mengumpulkan fakta, membuat dugaan, membuat Adio, H. (2015).
Perbandingan Peningkatan Penalaran matematis Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) dan Tipe Group Investigation (GI). PPs UT: Jakarta. 2015.

58
Afif, A.M., Suyitno, H., Wardono. (2016). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau
dari Gaya Belajar Siswa dalam Problem Based Learning (PBL). Seminar Nasional
Matematika X Universitas Negeri Semarang 2016.

Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam


MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : November, 2022
Nama Prosiding/Jurnal : Buku Saku Pendidikan Matematika Realistik
Alamat URL : https://fliphtml5.com/zfuwa/raav/basic

Buku Saku Pendidikan Matematika Realistik

1. Apa yang dimaksud dengan RME?


RME (Realistic Mathematics Education) atau di Indonesia disebut pendidikan
Matematika Realistik (PMR) adalah pendekatan pembelajaran matematika yang berasal dari
Belanda sejak tahun 1970-an dengan berlandaskan pada filosofi matematika sebagai aktivitas
siswa (mathematics as human activity).

2. Kapan dan siapa yang mencetuskan pendekatan RME?


Sejak 1971, Freudenthal Institut Universiteit Utrecht di Belanda mengembangkan teori
pembelajaran matematika yang dikenal dengan nama Realistic Mathematics Education
(RME) atau dalam Bahasa Indonesia disebut Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Sistem
PMR dicetuskan oleh Profesor Hans Freudenthal.

3. Bagaimana Asal-muasal PMR ada di Indonesia?


Di Indonesia pembelajaran dengan pendekatan matematika realistic deikembangkan oleh
Tim Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (Tim PMRI) yang bekerja sama dengan Tim
RME belanda sejak tahun 1998. RME mulai dikembangkan di Indonesia mulai tahun 2001
dengan nama Pendidikan Matematika Realistik (Wijaya,2012:3). Kerja sama diawali dengan
mengirimkan empat dosen perguruan tinggi di Indonesia yang masing-masing mewakili
Universitas Negeri Medan (Unimed), Universitas Negeri Padang (UNP), Universitas Siwijaya
(Unsri), dan Universitas
Lambung Mangkurat (Unlam) untuk mengikuti program Doktor Universitas Twentee Belanda.
Saat ini keempat dosen tersebut merupakan tim inti PMRI di Indonesia.

4. Apa maksud dari Freudenthal (Gravemeijer, 1994) yang menyatakan bahwa mathematics is
a human activity?

59
Menurut Freudenthal (Gravemeijer, 1994) mathematics is a human activity atau
matematika adalah aktivitas manusia. Maksudnya adalah matematika dipandang sebagai
aktivitas menyelesaikan masalah, mencari masalah, dan juga suatu aktivitas dalam
mengorganisasikan materi pelajaran. Belajar matematika dimaksudkan sebagai mengerjakan
matematika, di mana menyelesaikan masalah riil sebagai bagian utamanya.

5. Apa arti realistic pada RME, dan darimana kata Realistic

Mathematics Education (RME) berasal?


Kata realistik sering disalah artikan sebagai real-word, yaitu dunia nyata. Penggunaan kata
realistik sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yaitu zich realiseren yang berarti untuk
dibayangkan atau to imagine (Van den HeuvelPanhuizen dalam Wijaya,2012:20). Menurut Van
den Heuvel-Panhuizen, penggunaan kata realistic tersebut tidak sekedar menunjukkan adanya
suatu koneksi dengan dunia nyata (real-word) tetapi lebih mengacu pada fokus pendidikan
matematika realistik dalam menempatkan penekanan penggunaan suatu situasi yang bisa
dibayangkan (imagineable) oleh siswa.
Masalah riil atau nyata dalam PMR bukan hanya masalah yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari tetapi bisa juga berupa masalah yang dapat dibayangkan oleh siswa (can
imagine). Terjemahan "to imagine" dalam Bahasa Belanda adalah "zich REALISEren". Kata ini
menekankan pada proses membuat sesuatu menjadi nyata dalam pikirian seseorang. Hal inilah
yang menjadi dasar munculnya nama Realistic Mathematics Education (van den Heuvel-
Panhuizen dan Wijers, 2005).
6. Apa pengertian matematisasi ?
Matematisasi maksudnya matematika dipandang sebagai aktivitas menyelesaikan
masalah, mencari masalah, dan aktivitas dalam mengorganisasikan materi pelajaran. 1)
Matematisasi horizontal adalah proses penyelesaian soalsoal dari dunia nyata.
2) Matematisasi vertikal adalah proses formalisasi konsep matematika.
7. Bagaimana proses penyelesaian soal berdasarkan

matematisasi horizontal dan matematisasi vertikal?


Proses penyelesaian soal berdasarkan matematisasi horizontal yaitu siswa mencoba
menyelesaikan soal-soal dari dunia nyata dengan cara mereka sendiri serta menggunakan bahasa
dan simbol mereka sendiri. Sedangkan proses penyelesaian soal berdasarkan matematisasi
vertikal yaitu siswa mencoba menyusun prosedur umum yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung tanpa bantuan konteks.

8. Bagaimana pendekatan pembelajaran matematika menurut Traffers berdasarkan intensitas


matematisasi horizontal dan matemtisasi vertical?

60
Perbedaan keempat pendekatan pembelajaran tersebut berdasarkan intensitas matematisasi
horizontal dan matematisasi vertikal menurut Traffers (1987) yang dapat silihat pada tabel
berikut.
The components of Mathematization

Horizontal Vertical

Mechanistic
Empiristic
Strukturalistic
Realistik
Keterangan:

+ Berarti Perhatian Besar Diberikan Pada Jenis Matematisasi Tertentu


Berarti Kurang Memberi Perhatian Pada Jenis Matematisasi Tertentu

9. Apa saja perbedaan keempat pendekatan pembelajaran matematika menurut Traffers?

Berikut adalah perbedaan keempat pendekatan pembelajaran matematika menurut


Traffers
1) Mekanistik, dalam pendekatan ini pembelajaran matematika lebih difokuskan pada
penghafalan sedangkan proses matematisasi horizontal maupun vertikal keduanya
kurang tampak. Menurut filosofi mekanistik, manusia ibarat komputer, sehingga dapat
diprogram untuk mengerjakan hitungan atau algoritma tertentu.
2) Empiristik, yakni lebih menekankan pada matematisasi horizontal dan cenderung
mengabaikan matematisasi vertikal. Menurut filosofi empiristik, dunia adalah
kenyataan. Dalam pandangan ini, kepada siswa disediakan berbagai material yang
sesuai dengan dunia kehidupan para siswa. Sehingga mereka mempunyai kesempatan
untuk mendapatkan pengalaman.
3) Strukturalistik, yakni lebih menekankan pada matematisasi vertikal dan cenderung
mengabaikan matematisasi horizontal. Pada pendekatan ini, materinya sering disebut
"New Math" dengan membangun konsep matematika berlandaskan pada teori himpunan.
Menurut filosofi strukturalistik, matematika dan sistemnya terstruktur dengan baik.
4) Realistik, yakni memberikan perhatian yang seimbang antara matematisasi horizontal
dan vertikal dan disampaikan secara terpadu kepada siswa. Pendekatan realistik
didasarkan pada pandangan Freudenthal (Gravemeijer, 1994) yang mengatakan bahwa
matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia.

61
Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata
seharihari.
10. Apa saja karakteristik RME?
1) Menggunakan Konteks (the Use of Contex)
2) Menggunakan Model (the Use Models, Bridging by
Vertical Instruments) 3) Menggunakan Kontribusi Siswa (Student Contribution)
4) Interaktivitas (Interactivity)
5) Terintegrasi dengan Topik Lainnya (Intertwining)

11. Sebutkan tiga prinsip kunci PMR?


1) Penemuan kembali terbimbing dan pematematikaan progresif (guided reinvention
and progressive mathematization) Fenomena didaktik (didactical
phenomenology)
2) Model dibangun sendiri oleh siswa (self-depeloped models)
12. Jelaskan perbedaan antara RME dengan pendekatan lainnya?
Perbedaan yang mencolok antara pendekatan realistik dan pendekatan lainnya adalah
terletak pada adanya lintasan belajar (learning trajectory) yang harus dirancang guru dalam
pembelajaran matematika. Lintasan ini menggambarkan bahwa matematika bukan sebagai
barang jadi (ready-made), melainkan sebagai kegiatan (acted—out).
13. Apa ide utama dari pendekatan pembelajaran RME?
Ide utama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran RME adalah siswa
harus diberi kesempatan untuk menemukan kembali (reinventing) konsep matematika dengan
bimbingan orang dewasa. Dalam pandangan ini pendidikan matematika lebih interakfif,
dimana guru memberi reaksi terhadap apa yang
disampaikan oleh siswa walaupun ide siswa terkadang tidk cocok dengan ide dari guru.

14. Apa yang dimaksud menggunakan masalah real dalam RME?


Konteks nyata digunakan sebagai titik awal pembelajaran matematika. Konteks itu
tidak harus berupa masalah dunia nyata namun bias dalam bentuk permainan, penggunaan
alat peraga, atau situasi lain selama hal tersebut bermakna dan bisa dibayangkan dalam
pikiran siswa. Melalui penggunaan konteks, siswa dilibatkan secara aktif untuk melakukan
kegiatan eksplorasi terhadap permasalahan. Tujuannya selain menemukan jawaban akhir dari
permasalahan yang diberikan, tetapi juga diarahkan untuk mengembangkan berbagai strategi
penyelesaian yang bisa digunakan

15. Apa yanag dimaksud berbagai model dalam RME?

62
Model adalah suatu pola yang digunakan sebaga pedoman dalam perencanaan
pembelajaran di kelas. Istilah model dalam RME berkaitan dengan model matematika yang
di bangun sendiri Oleh siswa dalam mengaktualisasikan masalah kontekstual kedalam
bahasa matematika, yang merupakan jembatan bagi siswa untuk membuat sendiri model-
model dari situasi nyata ke abstrak atau dari situasi informal ke formal.
16. Apa yang dimaksud konstribusi Siswa dalam RME?
Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan datang dari siswa.
Artinya, semua pikiran (kontruksi dan produksi) dari siswa menyumbang dalam pembelajaran.
Kontribusi dapat berupa "aneka jawab" atau
"aneka cara"
17. Apa yang dimaksud interaktif (Interactivity) dalam RME?
Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa
matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap pakai tetapi sebagai
suatu konsep yang dibangun Oleh siswa, maka dalam PMR siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika terjadi interaksi yang harmonis
antara siswasiswa, siswa guru, guru lingkungan, sehingga setiap siswa mendapat manfaat positif
dari interaksi tersebut.
18. Apa yang dimaksud Keterkaitan (Intertwinment) dałam RME?
Konsep-konsep matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yg
memiliki keterkaitan. Oleh karena iłu, konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa
secara terpisah satu sama lain. Matematika merupakan ilmu yang terstruktur. Untuk iłu
keterkaitan dan keterintegrasian antar topik harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya
proses belajar mengajar yang lebih bermakna sehingga memunculkan pemahaman secara
serentak.

19. Apa saja ciri-ciri pembelajaran RME berdasarkan prinsip dan karakteristiknya?
a. Pembelajaran dirancang berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan
berbasis pada pengalaman yang telah dimiliki siswa.
b. Urutan pembelajaran haruslah menghadirkan suatu aktivitas atau eksplorasi.
c. Pembelajaran matematika tidak semata-mata memberi penekanan pada komputasi dan
hanya mementingkan langkah-langkah prosedural serta keterampilan, melainkan
penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah.
d.Siswa mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami matematika
dengan penalaran.
20. Bagaimana pendidikan yang baik menurut tokoh pendidikan Belanda yang dimotori oleh
Hans Freudenthal?

63
Pendidikan yang baik menurut tokoh pendidikan Belanda yang dimotori Oleh Hans
Freudenthal adalah pendidikan yang membumi (realistic), termasuk pendidikan matematika
agar dekat dengan kehidupan sehari-hari.

21. Mengapa RME merupakan salah satu pendekatan yang mengaitkan matematika dengan
kehidupan nyata?

Pendekatan RME sebagai pendekatan dalam pembelajaran matematika yang diawali


dengan pemberian masalah kontekstual akan lebih bermakna. Menurut Sembiring (2014),
dalam matematika realistik dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk pengembangan
ide dan konsep matematika, pembelajaran berangkat dari kehidupan sekitar, yang dapat
dengan mudah dipahami oleh peserta didik, nyata, dan terjangkau oleh imajinasinya, dan
dapat dibayangkan sehingga mudah baginya untuk mencari kemungkinan penyelesaiannya
dengan menggunakan kemampuan matematis yang telah dimiliki.

22. Mengapa diperlukan bahan ajar berbasis RME pada tuntutan kurikulum?
Sembiring, dkk (2008) menjelaskan bahwa ketersediaan materi kurikulum
merupakan komponen penting dalam mendukung keberhasilan pembelajaran matematika
yang berbasis aktivitas. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Amin (2014) bahwa bahan ajar
matematika harus sesuai dengan kurikulum, menggunakan masalah realistik untuk
memotivasi dan membantu siswa belajar, menjalin konsep matematika dari domain yang
berbeda untuk memberikan kesempatan siswa belajar bermakna dan matematika terpadu,
memiliki bahan pengayaan untuk mengakomodasi berbagai cara dan tingkat pemikiran
siswa, dan mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan merangsang
interaksi dan kerjasama siswa. Oleh karena iłu, diperlukan bahan ajar berbasis RME.

23. Apakah masalah realistik yang dihadapkan pada siswa harus selalu masalah dunia nyata?
Masalah realistik yang dihadapkan pada siswa tidak harus selalu masalah dunia nyata,
tetapi dapat berupa masalah dunia formal matematika yang dapat mereka bayangkan
melalui media pembelajaran atau model
24. Jelaskan empat level pemodelan atau level aktivitas dałam PMR menurut Gravemeijer!
1) Level pertama yaitu situation berhubungan dengan aktivitas matematika yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari atau masalah yang bisa dibayangkan oleh siswa dan
menantang (non rutin) untuk diselesaikan oleh siswa dengan cara sendiri.
2) Level kedua yaitu model of, kepada siswa disajikan masalah dałam bentuk soal cerita
atau gambar, siswa memodelkan permasalahan (model of situation) dengan bantuan
model-model atau skema dan menuliskannya di kertas, misalnya dengan melakukan
pengisian objek yang kosong secara berulang atau dengan kata Iain menggunakan
pengurangan berulang.
3) Level ketiga yaitu model for, siswa menyelesaikan masalah pembagian menggunakan
bilangan yang lebih besar sehingga menstimulasi siswa untuk melakukan suatu operasi

64
pembagian panjang yang mengarah pada operasi yang berkaitan dengan pengurangan
bilangan bersusun ke bawah.
4) Level keempat yaitu formal knowledge yang merupakan level terakhir, siswa diberikan
beberapa masalah pembagian yang menggunakan algoritma pembagian panjang
berdasarkan pola yang mereka temukan pada level model for. Permasalahan pada level
model for dan level formal knowledge ini sebaiknya diberikan untuk siswa kelas 4 SD.

25. Sebutkan aspek-aspek pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR!

a. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang 'riil' bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam
pelajaran secara bermakna;
b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pelajaran tersebut;
c. Siswa mengembangkan atau menciptakan modelmodel simbolik secara informal
terhadap persoalan/ masalah yang diajukan;
d. Pengajaran berlangsung secara interaktif; siswa menjelaskan dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa Iain), setuju
terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif
penyelesaian yang Iain; dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh
atau terhadap hasil pelajaran.
26. Apa kelebihan dari pendekatan RME?
kelebihan model pembelajaran Rea/istic Mathematic Education (RME) yaitu:
1) Memberikan pengertian kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan
kehidupan seharihari, dan
2) Memberikan pengertian kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian
yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang
disebut pakar dalam bidang tersebut.
3) Mengajarkan budaya demokrasi.

27. Apa Kekurangan dari pendekatan RME?


kelemahan model pembelajaran Rea/istic Mathematic Education (RME) yaitu: (1)
tidak mudah bagi guru untuk mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara dałam
menyelesaikan soal atau memecahkan masalah, dan (2) tidak mudah bagi guru untuk
memberi bantuan kepada siswa agar dapat melakukan penemuan kembali konsep-konsep
matematika yang dipelajari.
28. Apa keterkaitan antara prinsip PMR dengan kelas yang demokratis?
Sembiring (2007) menjelaskan bahwa melalui PMRI, matematika disajikan sebagai suatu
proses, yaitu menemukan kembali, sehingga menuntut kreatifitas dan inisatif. Siswa

65
diusahakan bekerja berkelompok, guru merangsang siswa untuk berdiskusi, sehingga saling
menghargai pendapat menjadi tumbuh. Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan sendiri
apakah jawaban mereka tepat atau kurang tepat. Guru di dorong untuk "tidak” memutuskan
sendiri jawaban yang tepat atau kurang tepat. Oleh karena iłu melalui PMRI, tidak saja
mereformasi pendidikan matematika di tanah air tetapi juga mengajarkan budaya demokrasi.
29. Apa keterkaitan karakteristik PMR dengan kelas yang demokratis?
Karakteristik PMR dapat menunjang terciptanya kelas yang demokratis, seperti disajikan
pada tabel.
Karakteristik Pendidikan Karakteristik kelas demokratis
Matematika Realistik

1) Menggunakan konteks yang Aktif berpartisipasi dan relevan


nyata di awal pembelajaran pengalaman siswa

2)Siswa membangun sendiri Aktif berpartisipasi, menggunakan


model atau strategi masalah terbuka dan
penyelesaian mengembangkan tanggung jawab
individü

3)Siswa memberikan Berpikir reflektif, mengambil


kontribusi dalam keputusan, masalah yang relevan,
menyelesaikan masalah menghargai pendapat orang lain

4) Terjadi interaksi selama Aktif berpartisipasi, menghargai


pembelajaran pendapat orang lain, dan
bertanggung jawab

5) Terdapat keterkaitan antar topik Berpikir reflektif, relevan dan


matematika atau antar matematika mengambil keputusan
dengan bidang studi Iain

Tabel kaitan karakteristik PMR dengan karakteristik kelas yang demokratis.


30. Berikan contoh soal yang menantang bagi anak SD berdasarkan pendekatan PMR?

66
1) lbu ingin membeli 25 kg ayam. Setiap kg harganya 25 ribu rupiah. Berapa uang yang
dibutuhkan untuk membeli ayam tersebut?
2) lbu memiliki 25 kilogram beras. Setiap hari lbu memasak 3/4 kilogram, berapa hari beras
tersebut akan habis?

31. Sebutkan level pemodelan dalam PMR?


Menurut Gravemeijer (1994:100), dalam PMR, level pemodelan atau level aktivitas dapat
dibedakan atas empat level yaitu situation, mode/ of, mode/ for, dan forma/ mathematics.

32. Berikan contoh tentang lintasan belajar yang memuat level aktivitas berdasarkan PMR?
Menemukan strategi penjumlahan bilangan dua angka seperti disajikan dalam bentuk
gunung es (ice berg) berikut.

Dari Gambar, untuk menemukan prosedur menjumlahkan bilangan dua angka, pembelajaran
dimulai dengan berbagai aktivitas yang terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari
(situation), seperti menjumlahkan penumpang dari gerbong-gerbong kereta api. siswa
menyelesaikan dengan cara mereka sendiri. Untuk meningkatkan pemodelan matematika
siswa, selanjutnya disajikan masalah dalam bentuk visual menggunakan model material atau
alat peraga yang menunjukkan adanya struktur bilangan 10 sehingga merangsang siswa
untuk menemukan model penyelesaian dari permasalahan tersebut (model of), misalnya
siswa menjumlahkan batangbatang kuning yang penuh, lalu batang-batang kuning yang tidak
penuh. Berikutnya disajikan penjumlah dengan bantuan kartu bilangan yang menggunakan
struktur sepuluh, struktur lima, dan satuan sebagai batu loncatan (building Stone) bagi siswa
untuk sampai pada pengrtahuan yang lebih formal . Aktivitas ini menstimulus siswa untuk
menemukan pola yang mengarah pada pengetahuan abstrak, yang dikenal dengan model for.
Diharapkan muncul beberapa strategi untuk menentukan hasil 47 + 28, seperti 47 + 20 + 8,
atau 40 + 20 + 7 + 8, atau 47 + 10 + 10 + 3 + 5, dan sebagainya . Terakhir siswa menemukan
cara menjumlahkan bilangan dengan bantuan garis bilangan (number line) dengan lompat
sepuluh atau teknik puluhan dengan puluhan, satuan dengan satuan, dan sebagainya. Di akhir
pelajaran , guru bersama siswa membuat kesimpulan cara menjumlahkan bilangan yang
paling mudah menurut siswa, yaitu forma/ knowledge.

67

Anda mungkin juga menyukai