Nim : 857321628
Rumusan Masalah
BAGAIMANA CARA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam MATA
PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Kerangka Karangan
1. JUDUL
2. IDENTITAS PENULIS
3. PENDAHULUAN
4. METODE
Atau
5. KERANGKA BERFIKIR
6. HASIL PEMBAHASAN
7. KESIMPULAN
8. DAFTAR PUSTAKA
1
RANGKUMAN BUKU DAN JURNAL
JURNAL PERTAMA
PENDAHULUAN
Matematika adalah salah satu mata pelajaran wajib yang harus diikuti siswa. Sebagaimana
dinyatakan oleh Rahmawati & Pala (2014) bahwa matematika sebagai ilmu dasar dari semua
bidang ilmu, matematika sangat penting untuk dipelajari sebagai ilmu yang mendasari
perkembangan ilmu dan teknologi. Namun, masih banyak siswa yang beranggapan bahwa
matematika sebagai mata pelajaran yang abstrak dan tidak mudah untuk dipahami (Krisdiana,
Masfingatin, Murtafiah, & Widodo, 2019; Turyanto, Agustito, & Widodo, 2019; Widodo &
Turmudi, 2017). Hal tersebut disebabkan karena guru dalam pembelajarannya kurang melibatkan
siswa dan masih berpusat pada guru. Sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif dan hanya
menerima saja pengetahuan tanpa mengalami langsung pembelajarannya. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Buhaerah (2011) yang menyatakan bahwa pembelajaran matematika yang
dilakukan secara konvensional, umumnya kurang memberikan kesempatan yang cukup kepada
siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Selain itu, siswa pun menjadi lebih cepat
jenuh dalam belajarnya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
eksperimen semu (quasi eksperimen), sedangkan desain penelitian yang dipilih yaitu desain
faktorial 2𝑥2. Sebelumnya peneliti mengkategorikan siswa terlebih dahulu berdasarkan siswa yang
memiliki motivasi belajar kuat dan lemah yaitu dengan mengambil 27% dari data teratas dan
terbawah. Sebagaimana dinyatakan oleh Anthony (2001) bahwa untuk menentukan kelompok
teratas dan terbawah dapat dilakukan pada kisaran 25% sampai dengan 33%.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SDN Solear II. Sedangkan subyek sampelnya adalah
siswa kelas V yang terdiri atas kelas VA dan kelas VB dengan jumlah sampel sebanyak 32 siswa.
Adapun teknik sampel yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah simple
2
random sampling. Alasan memilih kelas ini adalah karena memiliki kemampuan dasar matematika
yang relatif sama artinya tidak ada kelas yang dianggap unggul.
3
JURNAL KE DUA
PENDAHULUAN
Seiring dengan perubahan paradigma pendidikan, guru diharapkan mampu mengambil keputusan
baik ketika merencanakan, melaksanakan maupun memecahkan masalah-masalah yang ditemukan
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Tugas utama seorang guru adalah mendidik, mengajar,
dan melatih para siswanya. Guru diharapkan mempunyai kemampuan pemahaman terhadap siswa,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya(Afandi, 2015). Agar mampu melaksanakan
tugas tersebut, guru harus menguasai kompetensi
METODE PENELITIAN
Artikel ini merupakan kajian literatur yang mengulas tentang strategi pembelajaran matematika
berdasarkan karakteristik siswa sekolah dasar. Kajian dimulai dengan deskripsi tentang
karakteristik siswa sekolah dasar, selanjutnya dibahas strategi pembelajaran matematika yang
sesuai karakteristik siswa sekolah dasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
dasar untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Belajar matematika tidak hanya bertujuan
memperoleh pengetahuan tetapi juga diharapkan mampu membentuk nilai dan sikap. Dengan
demikian, matematika tidak hanya mencerdaskan siswa tetapi dapat untuk membentuk
kepribadian siswa serta mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
Betapapun pentingnya matematika, mata pelajaran ini sering dikeluhkan sebagai mata
pelajaran yang sulit, membingungkan, dan terlalu abstrak. Konsep matematika yang tergolong
abstrak ini menyebabkannya sulit untuk dipahami. Untuk memahami hal yang abstrak ini, tahap
awal biasanya diperlukan ungkapan yang konkrit (ilustrasi).
Masa ini menurut Suryobroto (Djamarah, 2002) dapat diperinci menjadi 2 fase, yaitu:
1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6 sampai 9 atau 10 tahun.
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain adalah:
4
a. Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani dengan
prestasi sekolah.
b. Adanya sikap yang cenderung untuk mematuhi peraturan-peraturan permainan yang
tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
d. Suka membanding-bandingkan dirinya sebagai anak lain kalau hal itu dirasanya
menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
e. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
f. Pada masa ini (terutama pada umur 6-8) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik,
tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9 atau 10 sampai kirakira 12 atau 13
tahun.
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain:
a. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.
b. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya.
e. Anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain
bersama-sama. Didalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada aturan
permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat diketahui beberapa karakteristik siswa sekolah dasar,
yaitu:
1. Senang bermain.
2. Senang bergerak.
3. Senang bekerja dalam kelompok.
4. Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
5
2. Karakteristik senang bergerak. Oleh karena itu, perlu dirancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Karakteristik dari anak usia sekolah dasar adalah
senang bekerja dalam kelompok.
3. Karakteristik berikutnya adalah senang merasakan atau melakukan/ memperagakan sesuatu
secara langsung. Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, anak sekolah dasar memasuki tahap
operasional konkrit. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-
konsep baru dengan konsep-konsep lama.
6
JURNAL KE TIGA
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting bagi anak, dimana matematika
akan membantu siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-
hari, serta matematika merupakan sarana untuk berpikir logis dan jelas (Arsana et al., 2019;
Kasanah et al., 2019; Septiana et al., 2018; Wibowo, 2017). Mengingat pentingnya pelajaran
matematika maka, diupayakan pembelajaran harus berpusat pada siswa sehingga proses
pembelajaran lebih bermakna sehingga dapat mewujudkan peningkatan mutu pendidikan
(Muliandari, 2019; Mulyati, 2016). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka peranan guru
diperlukan agar pembelajaran matematika mudah dipahami siswa.
Salah satu upaya untuk mengatasi masalah yang sudah dijabarkan sebelumnya adalah melalui
perbaikan pembelajaran dengan pendekatan yang memungkinkan tercapainya hasil belajar
matematika siswa yang lebih baik, pendekatan yang bisa digunakan adalah pendekatan
pendidikan matematika realistik (PMR).
Dengan kata lain pendekatan matematika realistik, akan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan dan mengkonstruksi kembali konsep matematika sehingga siswa mempunyai
konsep pengertian yang kuat. Karakteristik PMR antara lain, 1) menggunakan konteks dunia nyata,
2) menggunakan model-model, 3) menggunakan produksi dan konstruksi, 4) menggunakan
interaktif, dan 5) menggunakan keterkaitan (Treffers;1991dalam Setiani et al., 2015).
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya antara lain penelitian Sopia & Wutsqa,
(2015) menunjukkan bahwa: pendekatan realistik efektif terhadap pembelajaran matematika
ditinjau dari prestasi belajar dan kepercayaan diri matematika siswa namun tidak efektif ditinjau
dari kemampuan pemecahan masalah; pendekatan realistik lebih efektif dari pembelajaran
konvensional ditinjau dari prestasi belajar, kemampuan pemecahan masalah, dan kepercayaan diri
matematika siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis et al., (2020) hasil penelitiannya
menunjukkan terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah yang diberikan
7
pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR dan pembelajaran Penemuan Terbimbing
berbantuan Autograph.
8
JURNAL KE EMPAT
Model pembelajaran matematika realistik adalah model yang menekankan pada kebermaknaan
konsep matematika. Suatu pengetahuan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran
dilaksanakan dalam suatu konteks atau pembelajaran menggunakan permasalahan realistik. Suatu
masalah disebut realistik jika masalah tersebut dapat dibayangkan (imagineable) atau nyata (real)
dalam pikiran siswa (Wijaya, 2012:21).
Model PMR mendorong siswa harus banyak latihan dengan menyelesaikan soal-soalmatematika
yang berbentuk soal cerita yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Melalui banyak
latihan, siswa terbiasa secara sendirinya dapat memahami isi materi pelajaran matematika melalui
pendekatan realistik.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah kegiatan mengolah
pengalaman dan atau praktik dengan cara mendengar, membaca, menulis, mendiskusikan,
merefleksikan rangsangan, dan memecahkan masalah (Depdiknas, 2007). Aktivitas belajar yang
ingin dikembangkan peneliti adalah: (1) siswa mendiskusikan masalah kontekstual, (2) siswa aktif
melakukan tanya jawab secara klasikal, dan (3) siswa menyimpulkan hasil diskusi.
9
JURNAL KE LIMA
Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 menjelaskan bahwa kompetensi yang dimiliki seorang
guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang dimiliki guru dalam
pemahaman, pengelolaan pembelajaran mulai dari merencanakan, melaksanakan dan melakukan
evaluasi pembelajaran. (Fahdini, Mulyadi, Suhandani, & Julia, 2014) empat kompetensi yang
dimiliki seorang guru adalah kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social
dan kompetensi professional. Kompetensi kepribadian terkait dengan kepribadian guru yang
mencerminkan teladan bagi peserta didik. Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan guru
dalam berkomunikasi secara efektif baik dengan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan
maupun masyarakat sekitar. Kompetensi professional terkait dengan kemampuan guru dalam
menguasai materi pembelajaran yang mendalam maupun substansi wawasan keilmuan.
Diharapkan sebagi seorang guru sekolah dasar mampu menguasai materi, konsep, struktur, pola
pikir keilmuan khususnya lima bidang keSDan. Salah satu mata pelajaran yang wajib dikuasi calon
guru SD adalah matematika. Matematika merupakan pondasi bagi empat bidang ilmu keSDan
yang lain.
Indikator berpikir kritis yang diharapkan mahasiswa calon guru tidak hanya pada tahap
mengeneralisasikan saja tetapi juga mampu menumbuhkan berpikir kritis matematis melalui
kegiatan menganalisis dengan pembuktian pada operasi hitung pecahan. Pembelajaran matematika
yang mampu menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa calon guru sekolah
dasar dengan penggunaan pendekatan matematika realistik. (Merpaung, 2006) berpendapat
bahawa pembelajaran realistik merupakan merupakan ide-ide matematika yang ditemukan orang
melalui kegiatan/aktivitas. Sejalan dengan pernyataan (Evi, 2011) pemanfaatan realitas dan
lingkungan peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika merupakan dasar
dari pembelajaran matematika realistik. (Jaya, 2012) usaha menyiapkan peserta didik dalam
menghadapi lingkungan hidup yang setiap saat mengalami perubahan merupakan tujuan
Pendidikan. Pembelajaran realistik merupakan suatu aktivitas yang dilakukan peserta didik
(mahasiswa) dalam menumbuhkan berpikir kritis matematis. Tuntutan yang diharapkan sebagai
10
calon guru sekolah dasar, mahasiswa mampu menguasai konsep dan menyelesaikan permasalahan
terkait operasi hitung pecahan. Mahasiswa perlu menguasai materi operasi hitung pecahan
diharapkan mampu menggunakan lingkungan sekitar. Berpikir kritis matematis melalui aktivitas
pembuktian pada materi operasi hitung pecahan dengan menggunakan media realitik yang ada di
lingkungan sekitar mahasiswa.
11
BUKU PERTAMA
12
B. Ciri-ciri Karya Ilmiah
Ciri-ciri sebuah karya ilmiah dapat dikaji dari minimal empat aspek, yaitu struktur sajian,
komponen dan substansi, sikap penulis, serta penggunaan bahasa. Struktur sajian karya ilmiah
sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan),
dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan
sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau subtopik.
Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi penulis tentang tindak
lanjut gagasan tersebut.
PENCARIAN IDE
A. Pengertian Ide
Kesulitan terbesar seorang penulis pada umumnya adalah tidak mempunyai ide untuk ditulis.
Banyak penulis gagal karena tidak menemukan ide yang cemerlang untuk digarap sehingga
menyerah sebelum berlomba. Pada hakikatnya, ide harus dicari, digali, diselami, dan dianalisis,
serta diolah dengan berbagai asumsi dan teori. Ide karya tulis untuk lomba tidak sembarang ide.
Untuk lomba karya tulis/kreativitas berkaitan dengan guru dalam pembelajaran, maka semua harus
disandarkan pada persoalan yang dihadapi oleh siswa maupun guru atau pembelajaran dan
13
solusinya. Oleh karena itu, penulis harus menyelami persoalan itu dan memberi jawaban efektif
sebagai jalan keluar. Ibarat siswa/guru yang menghadapi kegelapan, beri cahaya. Jika siswa
kehausan beri air penyejuk dahaga, jika sulit beri kemudahan, jika siswa kebingungan beri arah,
jika siswa berat beri keringanan. Jika guru sulit mengajarkan maka sodori cara mudah
mengajarkan. Itulah ide terbaik untuk digarap. Pada umumnya, lomba yang dilaksanakan
membutuhkan ide yang sangat kreatif, unik, bahkan teman saya biasa menyatakan ide ’gila’. yang
baik adalah ide yang ‘gila’ bukan ide yang hanya kelihatan kreatif tanpa isi.
14
2. Untuk memperbanyak pengetahuan agar dapat melakukan identifikasi masalah sebanyak –
banyaknya, (calon) peneliti harus banyak membaca buku – buku teori dan laporan hasil
penelitian sebelumnya.
3. Untuk memperbanyak bahan dukungan bagi peneliti agar dapat merumuskan hipotesis
dengan tepat, maka ia harus banyak mengkaji bahan-bahan yang mengandung teori serta
jurnal-jurnal yang memuat hasil laporan penelitan.
4. Agar pekerjaan peneliti dapat efektif, kajian untuk persiapan identifikasi masalah dan
penentuan hipotesis lebih baik dilakukan bersama-sama. Dengan cara ini peneliti
diharapakan
Adapun beberapa manfaat latar belakang yaitu:
1. Menjelaskan dengan rinci mengapa kita melakukan penelitian
2. Menegaskan bahwa apa yang akan kita teliti bermanfaat baik. Bukan saja kepada ilmu
pengetahuan, namun juga lembaga maupun siapa pun yang menjadi subjek penelitian.
3. Memberi gambaran konkret dilakukannya penelitian bagi penguji dan pembaca.
4. Membuat pembaca dapat menentukan rincian atau detail penelitian sehingga pembaca
dapat dengan mudah memahami penelitian yang anda lakukan.
5. Menjadi pijakan kita selanjutnya dalam melakukan penelitian agar fokus dengan masalah
yang diangkat.
C. Cara Membuat Latar Belakang Masalah
Mengenai isi latar belakang masalah, disini akan dijelaskan secara garis besar bagian-bagian
yang diperlukan antara lain sebagai berikut:
1. Bagian Pertama
Menerangkan tentang kondisi-kondisi yang menyebabkan ketertarikan peneliti maupun
segmen pembaca. Untuk tiap-tiap jenis proposal memiliki segmen pembaca yang berbeda-
beda. Misalnya bagi proposal penelitian institusional baik pemerintah maupun swasta
fokus ketertarikan pembaca adalah nilai guna yang diperlukan oleh institusi tersebut. Jika
proposal yang dibuat berkaitan dengan konteks bisnis maka perlu juga disampaikan
keuntungan-keuntungan yang didapatkan dari penelitian yang akan dilakukan.
2. Bagian Kedua
Kemukakan secara jelas hal-hal yang ingin diketahui. Mulai dari definisi dan permaknaan
terhadap objek penelitian. Selanjutnya mengenai teori-teori yang dapat memperluas alasan
pentingnya dilakukan penelitian. Jelaskan juga pentingnya hal tersebut untuk diketahui.
Kepentingan tersebut dapat berkaitan dengan masalah pemenuhan kebutuhan hidup
manusia, masalah-masalah sosial dan masalah-masalah kepentingan ilmu pengetahuan
secara mendasar.
3. Bagian Ketiga
Berikan gambaran pula apa yang diharapkan sebagai hasil penelitian ini. Gambaran dapat
berupa sesuatu yang praktis serta fungsional. Maupun sesuatu bentuk teori baru yang dapat
dikembangkan pada tataran praktis. Selain itu dapat juga teori-teori yang akan mendukung
15
berbagai bidang ilmu pengetahuan lainnya.
PERMASALAHAN MASALAH
16
tulisannya terarah, yakni mencari jawaban terhadap pertanyaan yang telah dirumuskan
tersebut. Untuk memperjelas uraian tersebut, perhatikan contoh berikut ini,
1. Bagaimanakah prosesi pelaksanaan pakkiok bunting pada acara pesta pernikahan suku
Makassar?
2. Apakah urgensi syair pakkiok bunting bagi masyarakat suku Makassar?
17
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam
bidang agama.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam penelitian di masa yang akan datang.
PENGKAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Kajian Pustaka
Kajian Pustaka merupakan salah satu rangkaian aktivitas penelitian yang jarang sekali
diperhatikan secara seksama, bahkan sering dianggap remeh.padahal kajian pustaka
merupakan salah satu hal yang penting dalam sebuah penelitian. Mengingat dengan kajian
pustaka, seorang yang akan melakukan penelitian mendapatkan gambaran dan pengetahuan
dalam mempertegas penelitiannya. Kajian pustaka berisi uraian sistematis tentang hasil
penelitian terdahulu (prior research) tentang persoalan yang akan dikaji dalam makalah,
skripsi, tesis, maupun disertasi.
18
sederhana untuk melakukan kajian pustaka adalah sebagai berikut:
1. Kumpulkan kepustakaan yang diperkirakan ada hubungan atau relevan dengan masalah
penelitian.
2. Periksa sumber pendahuluan atau abstrak dari karangan tadi.
3. Mulailah membaca dengan cermat dan kritis untuk penalaran.
4. Membuat pencatatan yang diperlukan.
5. Sediakan kartu pos atau kertas tebal sebesar kartu pos untuk mencatat hal-hal penting yang
dibaca dari kepustakaan terlpilih.
6. Tuliskan pada kertas tadi judul karangan, nama pengarang, volume, nomor halaman dan
kata kunci karangan tersebut. Kegiatan ini akan mempermudah upaya penulisan Daftar
Kepustakaan di laporan penelitian.
7. Catatlah hal-hal yang relevan.
8. Melakukan penalaran deduktif dan induktif biasanya akan ditemukan jawaban sementara
atau hipotesa dari masalah penelitian.
a. Jurnal Penelitian
b. Buku Ajar
c. Artikel dari Internet
d. Narasumber
e. Majalah Kesehatan
19
a. Mulai mencari sumber yang relevan baik dari buku ajar, jurnal cetak maupun jurnal
elektronik dan lain sebagainya.
b. Buatlah matriks untuk mengisi ringkasan referensi yang diperoleh baik jurnal, artikel,
buku ajar dan lain sebagainya agar saat menulis dengan segera dapat ditemukan sumber
mana yang dimaksud.
c. Ciptakan lingkungan yang tenang untuk dapat meningkatkan konsentrasi dan fokus
pada saat mulai menulis
d. Baca dahulu panduan penulisan, sehingga pada saat melakukan editing pada tulisan
kita, tidak terlalu banyak yang dirubah terkait penulisan.
e. Selain melakukan ringkasan dengan tools matriks yang digunakan, proses analisis juga
kita lakukan terhadap jurnal yang dibaca, apakah relevan dan layak digunakan atau
tidak.
f. Kunsi sukses dalam menulis adalah niat dan aksi harus sejalan. Jika tidak pernah
memulai, maka tidak akan pernah selesai.
g. Lakukan refresh otak dan pikiran jika mulai jenih, munculkan motivasi pada diri sendiri
baik itu dari keluarga (ayah/ibu) jika berhasil dapat membuat mereka bangga, dapat
menjadi role model bagi keluarga dan lain sebagainya sehinggatetap semangat dalam
menulis dan menyelesaikan proyek tugas akhir
h. Selalu berdoa memohon tuntutan dan hikmat dari yang
i. Maha Kuasa agar dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.
E. Kerangka Pikir
1. Pengertian Kerangka Berpikir
2. Cara menyusun Kerangka Pikir
3. Manfaat Kerangka Pikir
4. Kerangka pikir yang meyakinkan hendaklah memenuhi kriteria kriteria sebagai berikut.
a. Teori yang digunakan dalam berargumentasi hendaknya dikuasai sepenuhnya serta
mengikuti perkembangan teori yang muktahir.
b. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan kepada cara pikir keilmuan
yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan secara tersurat semua
asumsi, prinsip atau postulat yang mendasarinya.
INSTRUMEN PENELITIAN
A. Pengertian
Kata instrumen berarti alat atau alat bantu. Dalam konteks penelitian instrumen penelitian
dapat diartikan sebagai alat bantu dalam pengumpulan data penelitian, yaitu alat yang dapat
mengukur atau mengungkap suatau keadaan variabel penelitian yang telah ditetapkan
peneliti sebelumnya. Alat bantu tersebut dimaksudkan untuk memperoleh penelitian dalam
pengambilan data penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian yang dilakukan. Melalui
instrumen penelitian pengumpulan data kemudian dituangkannya dalam instrumen
20
penelitian, yaitu melalui butir-butir instrumen yang dibuatnya. Dengan demikian semua
data yang diraih dalam penelitian dapat diaraih secara tepat dan tidak ada yang terlewatkan
(Masyud, 2013: 202).
B. Jenis Instrumen
1. Instrumen penelitian untuk penelitian kualitatif
2. Instrumen penelitian untuk penelitian kuantitatif
a. Tes
b. Angket (kuesioner)
Angket terdri dari beberapa bentuk, yaitu:
1) Angket berstruktur, yaitu abgket yang menyediakan beberapa
kemungkinan jawaban.
2) Angket tak berstruktur, yaitu bentuk angket yang memberikan jawaban
secara bebas menjawab pertanyaan tersebut.
C. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif yaitu oengamat ikut serta dalam kegiatan
yang sedang berlangsung. Atau observasi dilakukan secara non partisipatif yaitu
pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan sebagai pengamat.
D. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan
atau tanya jawab baik langsung maupun tidak langsung untuk mencapai tujuan tertentu.
Contoh yang menggunakan teknik wawancara misalnya adalag menyikapi tentang
pendidikan yang dipengaruhi oleh perubahan sosial lantaran seorang siswa atau pelajar
melakukan pencatatan dengan memotret menggunakan hanphone. Perolehan data ini
dengan wawancara harus melakukan proses pewawancara dengan siswa dan juga
gurunya.
C. Pemilihan Instrumen
1. Jenis data yang dikumpulkan
2. Kondisi responden penelitian
3. Kondisi peneliti
4. Kondisi lokasi penelitian
D. Syarat Instrumen
1. Validitas instrument
Ada lima jenis validitas instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur valid
tidaknya instrumen penelitian, yaitu: validitas isi, validitas konstruksi, validitas
pengukuran setara, validitas pengukuran serentak, dan validitas ramalan.
2. Relibilitas instrument
21
Reliabilitas pengukuran ulang dapat dilakukan dengan memberikan instrumen dua kalii
kepda subyek yang sama dalam waktu berbeda. Relibilitas pengukuran setara dapat
dilakukan dengan cara membuat dua buah instrumen yang setara untuk diberikan
kepada responden secara berurutan. Korelasi bentuk instrumen tersebut akan
memberikan hasil relibilitas pengukuran yang setara. Sedangkan reliabilitas belah dua
dapat diketahui dengan cara membagi instrumen menjadi dua untuk diberikan kepada
siswa selanjutnya korelasi dar dua instrumen tersebut dapat dipergunakan sebagai hasil
reliabilitas belah dua.
3. Kepraktisan
Hemat dalam arti instrumen dapat digunakan beberapa kali pengadministrasiannya
dapat dilakukan dengan cepat. Mudah artinya instrumen memiliki petunjuk yang jelas
dan lengkap dehingga perlu lagi penjelasan lain dari peneliti.
A. Pengertian Variabel
Variabel Penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007) Secara Teoritis, para ahli telah
mendefinisikan Variabel sebagai berikut: Menurut Hatch & Farhady (1981) variabel
didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu
orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
22
3. Variabel moderator
4. Variabel intervening
5. Variabel Kontrol
C. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 skala pengukuran, yaitu :
1. Skala nominal
2. Skala ordinal
3. kala interval
4. Skala ratio (skala perbandingan).
E. Definisi Operasional
Mendefinisikan variabel secara operasional adalah Menggambarkan/mendeskripsikan
variabel penelitian sedemikian rupa, sehingga variabel tersebut bersifat :
a. Spesifik ( tidak berinterpretasi ganda )
b. Terukur ( observable atau measurable )
HIPOTESIS
A. Pengertian Hipotesis
Tidak semua jenis penelitian mempunyai hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan
sementara yang selanjutnya diuji kebenarannya sesuai dengan model dan analisis yang
cocok. Hipotesis penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban
sementara atas masalah yang dirumuskan.
23
penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara umum, maka
hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris.
3. Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan
dalam bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan
secara empiris. Sebaiknya hipotesis jangan mencerminkan unsur-unsur moral, nilai-
nilai atau sikap.
C. Jenis-Jenis Hipotesis
Secara garis besar ada dua jenis hipotesis didasarkan pada tingkat abstraksi dan bentuknya.
Menurut tingkat abstraksinya hipotesis dibagi menjadi:
1. Hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan-kesamaan dalam dunia empiris
2. Hipotesis yang berkenaan dengan model ideal
3. Hipotesis yang digunakan untuk mencari hubungan antar variable
E. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dapat didasarkan dengan menggunakan dua hal, yaitu: tingkat
signifikansi atau probabilitas (α) dan tingkat kepercayaan atau confidence interval.
Didasarkan tingkat signifikansi pada umumnya orang menggunakan 0,05. Kisaran tingkat
signifikansi
mulai dari 0,01 sampai dengan 0,1.
F. Kegunaan Hipotesis
Kegunaan hipotesis antara lain:
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan
perluasan pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam
penelitian.
24
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian.
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan
B. Pengertian Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah penduduk.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013:117).
C. Jenis-Jenis Populasi
1. Populasi berdasarkan atas jumlah, dibedakan menjadi:
a. Populasi terbatas (definite), yaitu objek penelitian yang dapat dihitung, seperti luas
area sawah, jumlah ternak, jumlah murid, dan jumlah mahasiswa.
b. Populasi tak terbatas (indefinite), yaitu objek penelitian yang mempunyai jumlah
tak terbatas, atau sulit dihitng jumlahnya; seperti tinta, air, pasir di pantai, padi di
sawah, atau beras di gudang.
25
dengan ruang lingkupyang lebih diersempit, yang digolongkan menjadi:
a. Populasi teoritis, yaitu populasi yang diturunkan dari populasi terbatas,
memugkinkan hasil penelitian berlaku untuk lingkungan populasi yang lebih luas.
b. Populasi tersedia (Accessible ppulation), yaitu populasi turunan dari populasi
teoritis yang akan dilakukan penelitian dengan mempertimbangkan jumlah dana,
waktu dan tenaga yang tersedia dengan memperhatikan karakteristik yang telah
ditentukan pada populasi teoritis.
3. Populasi berdasarkan atas variasi unsur pembentuk sumber data:
a. Populasi bersifat homogen, yaitu populasi dimana sumber datanya yang unsur-
unsur pembentuknya memiliki sifat yang sama. Populasi semacam ini banyak
dijumpai dalam bidang ilmu keteknikan.
b. Populasi bersifat heterogen, yaitu populasi dimana pembentuk sumber data yang
unsur-unsurnya memiliki sifat-sifat atau keadaan yang bervariasi sehingga perlu
ditetapkan lebih lanjut batas-batasnya baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
D. Ciri-Ciri Populasi
Menurut Muri (2007:182) secara umum dapat dikatakan beberapa karakteristik Populasi
adalah:
1. Merupakan keseluruhan dari unit analisis sesuai dengan informasi yang akan
diinginkan.
2. Dapat berupa manusia/individu, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda atau objek
maupun kejadian-kejadian yang terdapat dalam suatu area/ daerah tertentu yang telah
ditetapkan.
3. Merupakan batas-batas (boundary) yang mempunyai sifa-sifat tertentu yang
memungkinkan peneliti menarik kesimpulan dari keadaan itu.
4. Memberikan pedoman kepada apa atau siapa hasil penelitian itu dapat
digeneralisasikan.
E. Tujuan Populasi
Tujuan menetapkan populasi dalam penelitian adalah agar suatu penelitian dapat mengukur
sesuatu dengan kasusnya, dan tidak akan berlebihan dengan populasi yang diacu, misalnya
meneliti sampel mahasiswa UNJ, maka populasi hanya mahasiswa UNJ, tidak termasuk
mahasiswa UI.Dalam proposal penelitian perlu dikemukakan sejauh mana populasi yang
akan diacu atau dikenal oleh hasil penelitian sampel yang dilakukan. Hal ini juga
dimaksudkan agar hasil penelitian mendekati kebenaran sesuai sampel yang diambil dari
populasi
tertentu.
F. Pengertian Sampel
26
Sampel adalah bagian darui populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari objek yang
merupakan sumber data. Secara sederhana sampel dapat dikatakan, bahwa sampel adalah
sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut. Sebagian dan
mewakili dalam batasan diatas merupakan dua kata kunci dan merujuk pada semua ciri
populasi dalam jumlah yang terbatas pada masing-masing karakteristiknya.
H. Ciri-Ciri Sampel
Ciri-ciri sampel yang baik sebagai berikut:
1. Sampel dipilih dengan cara hati-hati, dengan meggunakn cara tertentu dengan benar.
2. Sampel harus mewakili populasi, sehingga gambaran yang diberikan mewakili
keseluruhan karakteristik yang terdapat pada populasi.
3. Besarnya ukuran sampel hendaklah mempertimbangkan tingkat kesalahan sampel yang
dapat ditoleransi dan tingkat kepercayaan yang dapat diterima secara statistik.Ada
beberapa kekeliruan yang mengakibatkan bias dalam penarikan sampel (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2009) antara lain:
1. Dalam menentukan populasi target.
Contoh:
Populasi target dalam penelitian adalah guru IPA SMA Negeri, tapi dalampenarikan
sampel hanya dilakukan pada guru biologi saja.
2. Karakteristik sampel yang diambil tidak mewakili karakteristik populasi target.
Contoh:
penelitiannya adalah presepsi para siswa terhadappemberian layanan BK disekolah,
tapi angketnya diberikan kepada seluruh siswa termasuk siswa yang belum
mendapatkan layanan BK di sekolah.
4. Salah dalam menentukan wilayah.
5. Contoh: populasi target adalah seluruh DIY, tapi penarikan sampel hanya dilakukan di
daerah perdesaan saja.
6. Jumlah sampel yang terlalu kecil, tidak proporsional dengan jumlah populasinya.
7. Kombinasi dari beberapa kekeliruan diatas.
27
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan. Macam-macam teknik sampling:
1. Probabillity sampling (pengambilan sampel bardasarkan
peluang)
a. Simple random sampling
b. Propotionate stratified random sampling
c. Propotionate stratified random sampling
d. Disproportionate stratified random sampling
e. Cluster sampling (area sampling)
2. Nonprobability sampling (pengambilan sampel tidak
berdasarkan peluang)
a. Teknik sistematis
b. Accidental sampling
c. Sampling purposive
d. Sampling jenuh
e. Snowball sampling
Roscoe 1975 (Sugiyono:2013) memberikan acuan umum untuk menentukan ukuran
sampel:
1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebayakan
penelitian
2. Jika sampel dipecah kedalaam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya),
ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat.
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran sampel
sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian.
4. Untuk Penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol yang ketat, penelitian yang
dilakukan adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20.
28
B. Tata Cara Melakukan Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti
dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui:
1. Teknik observasi
Pengertian observasi menurut Satori & Komariah (2011: 105) adalah pengamatan terhadap
suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh
data yang harus dikumpulkan dalam penelitian. Secara langsung dengan terlibat ke
lapangan dengan melibatkan seluruh pancaindera. Sedangkan tidak langsung dengan
dibantu media visual/audio
visual.
Berdasarkan proses pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi:
a. Observasi berperan serta
b. Observasi non partisipan
Berdasarkan instrumen yang digunakan, observasi dibedakan
menjadi:
a. Observasi terstruktur
b. Observasi tidak terstruktur
2. Teknik kuesioner
Dalam Arikunto (2006: 152) , kuesioner dapat dibedakan atas
beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan:
a. Dipandang dari cara menjawab
b. Dipandang dari jawaban yang diberikan
c. Dipandang dari bentuknya
3. Teknik wawancara
a. Wawancara terstruktur
b. Wawancara tidak terstruktur
C. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
D. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
29
Data ialah bahan mentah yang perlu di olah sehingga menghasilkan informasi atau
keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Sementara
perolehan data seyogyanya relevan, artinya data yang ada hubungannya langsung dengan
masalah penelitian. Pengolahan data merupakan kegiatan terpenting dalam proses dan
kegiatan penelitian, karena kekeliruan memilih analisis dan perhitungan akan berakibat
fatal pada kesimpulan, generalisasi atau interpretasi. Jenis data menurut jenisnya ada dua
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Tindak lanjut kegiatan peneliti sesudah
pengumpulan data sangat bervariasi bentuknya tergantung dari bagaimana data yang
terkumpul akan diorganisasikan.
30
yang akan atau mungkin dibutuhkan pada masa mendatang.
1. Pemerosotan Data
a. Tipelogi satuan
b. Penyusunan satuan
c. Kategorisasi
1) Fungsi dan prinsip kategorisasi
2) Langkah-langkah kategorisasi
2. Keabsahan data
a. Analisis event
b. Analisis transaksi
c. Analisis dokumen dan formulir
d. Analisis laporan
A. Daftar Rujukan
Daftar rujukan (references) bukannya sekadar a laundry listyang memuat semua pustaka
yang dibaca oleh peneliti. Daftar rujukan hanya memuat sumber rujukan yang benar-benar
dirujuk dan dimuat dalam naskah penelitian. Sumber yang tidak dirujuk tidak perlu dimuat
dalam daftar rujukan. Peneliti dianjurkan memilih rujukan berdasarkan prinsip keterbaruan
dan luasnya rujukan dibaca atau dipublikasikan.
31
Agron Journal. 62: 43 — 45.
32
8. Skripsi atau Tesis
Nama penulis ditulis paling depan, diikuti tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi
dan tesis ditulis dengan cetak miring diikuti dengan pernyataan – skripsi atau tesis, tidak
diterbitkan – nama kota tempat perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama
perguruan tinggi. Contoh:
Paembonan, A. R. 1994. Analisis tentang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Studi Kasus: Kabupaten Daerah Tingkat II Tana Toraja. Skripsi tidak diterbitkan.
Makassar:
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah.
33
12. Internet Berupa Bahan Diskusi
Narna penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh
tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam
kurung (Online) dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut disertai dengan
keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:
Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN Discussion
List (online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 November 1995).
B. Lampiran
Untuk kesempurnaan suatu tesis sering diperlukan uraian atau keterangan tambahan yang
penting, tetapi bila ditempatkan dalam bagian utama akan mengganggu kesinambungan
dan alur tulisan. Untuk itu, keterangan tambahan itu sebaiknya ditempatkan di lampiran.
Lampiran dapat berupa daftar pertanyaan (questionnaire), transkrip wawancara, lembar
hitungan, print-out statistik, dan daftar riwayat hidup.
Tata cara penulisan lampiran diatur sebagai berikut:
1. Setiap lampiran diberi nomor unit mulai nomor 1 sampai selesai.
2. Nomor halaman dalam lampiran adalah kelanjutan dari nomor halaman pada hab
sebelumnya.
34
35
Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam
MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : Syiah Kuala University Pres 2018
Nama Prosiding/Jurnal : STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA
Alamat URL :
https://repository.bbg.ac.id/bitstream/761/1/Startegi_Belajar_Mengajar_Matematika.pdf
Hak Penerbitan pada Syiah Kuala University Pres Dilarang mengutip sebagian atau
seluruh isi
buku ini dengan cara apa pun, termasuk dengan cara pengunan mesin fotokopi,
tanpa izin sah dari penerbit
Desain Cover :Firdaus Nuzula
Penata letak & isi :Cut Eva Nasryah
Penerbit & percetakan :Syiah Kuala University Pres
Perpustakan Nasional Katalog :Katalog Dalam Terbitan (KDT)
ARIEF AULIA RAHMAN, M.PD
Strategi Belajar Mengajar Matematika
Banda Aceh : Syiah Kuala University Pres 2018
147 Hlm ;23 cm
ISBN 978-602-5679-36-0
BAB I
HAKIKAT STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
36
Strategi pembelajaran merupakan hal yang perludiperhatikan oleh seorang instruktur atau
pendidik dalamproses pembelajaran. Paling tidak ada 3 jenis strategi yangberkaitan dengan
pembelajaran, yakni: 1) strategipengorganisasian pembelajaran, 2) strategi
penyampaianpembelajaran dan, 3) strategi pengelolan pembelajaran.
Ada beberapa istilah yang hampir sama dengan strategi yaitu metode, pendekatan, teknik,
atau taktik dalam pembelajaran.
Strategi belajar mengajar matematika memilki konsepsebagai berikut: a) merangkum
spesifikasi dan kualifikasiperubahan sikap peserta didik, (b) menetapkan pendekatan
yantepat terhadap masalah belajar mengajar matematika pesertadidik, memilh prosedur,
metode dan teknik belajar mengajarmatematika, serta (c) menetapkan kriteria keberhasilan
kegiatanbelajar mengajar matematika.
37
Apabila dilhat dari rincian tugas dan tangung jawab yangharus dilaksanakan oleh pendidik.
Menurut Uno (2012) bahwa tugas guru adalah melaksanakan proses belajar mengajar dan
tugas yang berkaitan dengan penatan atau perencanan tugas tambahan. Sedangkan al-
Abrasyl (1970) berpendapat bahwa, a)pendidik harus memperlakukan peserta didik seperti
anaksendiri, b) tidak mengharapkan balas jasa, c) memberi nasihatkepada peserta didik, d)
membentuk peserta didik yangberakhlak mulia dan, e) pendidik harus menerapkan ilmunya,
bukan hanya perkatan semata.
BAB II
TEORI BELAJAR MATEMATIKA
A. Teori Behaviorisme
Teori belajar Behaviorisme merupakan teori belajar yangdigagas oleh Gage dan Berliner
serta sudah cukup lamaditerapkan oleh para pendidik di dunia. Teori ini berpendapatbahwa
perubahan tingkah laku merupakan hasil daripengalaman yang didapat. Pengukuran
menjadi keutamandalam teori ini, sebab pengukuran digunakan sebagai tolakukur
perubahan tingkah laku. Teori ini juga dikenal denganmodel stimulus dan responya, melihat
peserta didik sebagai individu yang pasif. Perilaku yang muncul akan semakin kuat jika
diberi penguatan dan akan hilang jika diberikan hukuman. Teori behaviorisme mengunakan
metode pelatihan dan
pembiasan dalam proses pembelajaran.
38
5. Sumbangan utama Watson adalah ketegasan pendapatnyabahwa perilaku dapat
dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adalah ilmu yang bertujuan
meramalkan perilaku.
C. Teori Humanisme
Peran pendidik sebagai fasiltator adalah sebagai berikut:
1) Memperhatikan peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
2) Menerapkan metode belajar yang bervariasi.
39
3) Merencanakan pembelajaran yang membuat peserta didik aktif berinteraksi dengan teman
satu tim atau teman sekelas selama proses belajar mengajar.
4) Menyediakan sumber belajar yang luas dan tidak terbatas serta mudah diakses oleh peserta
didik.
5) Pendidik menjadi tempat untuk bertanya peserta didik tanpa peserta didik merasa takut.
6) Pendidik menangapi hasil pekerjan peserta didik dengan penuh motivasi agar peserta didik
bersemangat.
7) Pendidik bersikap hangat dan meluruskan hal-hal yang diangap kurang relevan dengan cara
yang santun.
8) Pendidik sebagai seorang manusia yang tidak selalusempurna, mau mengenali, mengakui
dan menerima keterbatasan-keterbatasan diri dengan cara mau dan senang hati menerima
pandangan yang lebih baik dari peserta didik.
D. Teori Konstruktivisme
Berikut adalah pandangan aliran kontruktivisme:
1) Belajar merupakan proses membentuk makna dari apayang dilhat, dengar, rasakan, dan
alami.
2) Konstruksi arti merupakan proses yang terus menerus.Setiap kali berhadapan dengan
fenomena atau persoalanyang baru, peserta didik akan selalu mengadakanrekonstruksi.
3) Belajar merupakan proses membentuk ataumen gembangkan pemikiran yang menuntut
penemuandan pengaturan kembali pemikiran seseorang.
4) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman peserta didik dengan dunia fisik dan
lingkunganya.
5) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui peserta didik, yaitu
konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahanyang
dipelajari.
BAB II
PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
A. Pengertian Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang dalamproses belajar mengajar yang dipakai
untuk membuat suasanabelajar yang efektif dan mendukung tercapainya tujuan
yangdiharapkan. Pendekatan dalam belajar dikenal dengan dua jenis pendekatan, yaitu :
40
b) Memilh cara yang paling efektif dalam mencapai sasaran.
c) Merancang alur proses belajar mengajar dari awal hinga akhir.
d) Menetapkan kriteria dan standar sebagai tolak ukur pencapaian pembelajaran yang telah
ditetapkan.
BAB IV
METODE PEMBELAJARAN DALAM MATEMATIKA
41
pendidik secara efektif dan efisien untuk mempermudah mencapai tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai.
1. Pengertian Metode
2. Pengertian Mengajar
3. Pengertian Metode Mengajar
B. Faktor-Faktor Penentu Metode Mengajar
a. Peserta Didik
b. Tujuan Pembelajaran
c. Suasana Pembelajaran
d. Fasiltas Pembelajaran
e. Pendidik
BAB V
PENGELOLAAN KELAS
42
2) Pendekatan Permisif (Permisive Aproach), merupakan suatu cara pengelolan kelas dengan
memberi kebebasan kepada peserta didik dalam melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan
yang peserta didik inginkan.
3) Pendekatan Resep, merupakan cara pengelola n kelas dengan memberi peserta didik satu
daftar yang dapat mengambarkan apa yang harus dan tidak boleh dikerjakan selama
pembelajaran.
4) Pendekatan Pengajaran, merupakan cara pengelola n kelas dengan membuat perencanan
dan implementasi yang sangat matang untuk melakukan proses pengajaran yang baik.
5) Pendekatan Perubahan Tingkah Laku (Behavior Modif cation Aproach), merupakan cara
pengelolan kelas dengan mengembangkan dan memfasil tasi perubahan perilaku yang
bersifat posit f dari sisiwa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau
memperbaiki perilaku negatif peserta didik.
6) Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial (Sosio Emosional Climate Aproach),
merupakan cara pengelolan kelas dengan menciptakan suasana hubungan interpersonal
yang baik dan sehat antara pendidik dengan peserta didik dan peserta didik dengan
peserta didik.
7) Pendekatan Proses Kelompok (Group Proses Aproach), merupakan cara pengelola n kelas
dengan seperangkat kegiatan pendidik untuk menumbuhkan kelas yang efektif. 8)
Pendekatan Pluralistik (Electis Aproach) merupakan cara pandangan yang mencakup tiga
pendekatan (perubahan
tingkah laku, iklim sosio emosional, dan proses kelompok.
C. Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah sinonim dengan pengelolan kelas. Dil hat dari kata penyusunya,
manajemen kelas terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. Sebelum kita masuk kepada
pengertian tentang manajemen kelas, kita perhatikan terlebih dahulu apa itu manajemen dan
apa itu kelas. Manajemen dari kata “Management” diterjemahkan dari pengelola n, berarti
proses pengunan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolan
adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam perlaksana n
dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptan suasana
atau kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
Pengertian
manajemen kelas menurut para ahli:
a) Djamarah (2010) berpendapat bahwa manajemen kelas merupakan upaya untuk
memperdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses
interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
b) Munawaroh (2012) berpendapat bahwa sebagai suatu aksi yang dilakukan pendidik dalam
menciptakan dan memelihara lingkungan belajar agar tetap kondusif bagi peserta didik dan
pendidik untuk mecapai tujuan instruksional.
43
Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Kelas
1. Kondisi fisik
2 Kondisi sosio-emosional
Sikap Pendidik dan Pendekatan yang Digunakan dalam Pengelolan Kelas Menurut Djamarah (206)
ada beberapa sikap yang harus diperhatikan untuk memperkecil masalah yang terjadi dalam
pengelolan kelas, yaitu:
a) Hangat dan antusias, pendidik yang hangat dan akrab pada peserta didik akan menunjukan
antusias pada tugasnya.
b) Mengunakan kata-kata, tindakan, cara kerja dan bahan-bahan yang menantang akan
meningkatkan kegairahan peserta didik untuk belajar.
c) Bervariasi dalam penguna n alat atau media pola interaksi antara pendidik dan peserta didik.
d) Pendidik luwes untuk mengubah strategi mengajarnya.
d) Pendidik harus menekankan pada hal-hal yang posit f dan menghindari pemusatan perhatian
pada hal- hal yang negatif.
e) Pendidik harus disiplin dalam segala hal.
Aspek dalam Manajemen Kelas
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas yang baik adalah meliputi sifat
kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan efektif dan kreatif.
Fungsi Manajemen Kelas
Fungsi manajerial di dalam kelas meliputi; merencanakan, mengorganisasi, menentukan sumber
daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, merancang dan
mengembangkan kelompok kerja yang berisi individu yang mampu membawa organisasi pada
tujuan, menugaskan seseorang dalam suatu tangung jawab atau fungsi tertentu, mendelegasikan
wewenang kepada seseorang.
Masalah dalam Manajemen Kelas
Masalah dapat kita lihat dari sisi sifat masalah, jenis masalah dan sumber masalah.
1. Sifat masalah yang muncul dikelas
2. Jenis masalah yang muncul dikelas
Dil hat dari jenisnya masalah dalam kelas yang memungkinkan tergangunya proses belajar
mengajar dapat dikelompokan ke dalam dua jenis, yaitu masalah yang muncul secara individu, dan
masalah yang muncul karena kelompok.
a) Masalah individu
b) Masalah kelompok
Permasalahan dalam kelompok terjadi karena kurang awasnya pendidik dalam menentukan
kelompok ataustimulus yang diberikan pendidik tidak dapat memunculkan gairah dalam belajar
secara keseluruhan.
3. Sumber masalah
Secara garis besar masalah di dalam kelas bisa berasal dari rumah, dan dari lingkungan masyarakat
dimana ia bergaul dan juga lingkungan sekolah.
a) Lingkungan rumah.
44
b) Lingkungan masyarakat.
c) Lingkungan sekolah.
D. Lingkungan Kondusif
Pertama, suasana dalam kelas. Pendidik menjadi pihak yang paling bertangung jawab dalam
pengelola n
pembelajaran di ruang kelas.
Kedua, lingkungan di sekitar kelas atau sekolah. Suasana belajar yang kondusif akan tercipta
apabila didukung suasana yang nyaman dan tentram di sekitar kelas atau sekolah.
Permasalahan dalam mewujudkan lingkungan belajar yang kondusif, masalah pengelolan kelas
yang dapat menghambat terwujudnya lingkungan belajar yang kondusif dikelompokan ke dalam
dua kategori yaitu: masalah individual dan masalah kelompok.
a) Masalah individu/perorangan
Akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut, memungkinkan terjadi beberapa tindakan peserta
didik yang dapat digolongkan menjadi:
1) At ention get ing behaviors
2) Power seking behaviours
3) Revenge seking behaviours
4) Pas ive behaviour (helpnes)
b) Masalah kelompok
Masalah-masalah kelompok yang dimaksud adalah:
a) Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan
sebagainya.
b) Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati sebelumnya.
c) Kelas bereaksi negatif terhadap salah seorang angotanya.
d) Membimbing angota kelas yang justru melangar norma kelompok.
e) Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatianya dari yang tengah digarap. f) Semangat
kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keada n baru seperti ganguan
jadwal pendidik terpaksa diganti sementara oleh pendidik lain.
Upaya Menciptakan Lingkungan Belajar yang Kondusif Secara Preventif dan Kuratif
Sehinga pengelola n kelas, apabila dit njau dari sifatnya, dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Pengelola n kelas yang bersifat preventif (pencegahan)
2. Pengelola n kelas yang bersifat kuratif (penyembuhan)
BAB VI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
45
kegiatan belajar mengajar. PBL merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik. PBL menjadi suatu pendekatan dalam
belajar dimana peserta didik menyelesaikan permasalahan-permasalahan autentik dengan
tujuan untuk mengorganisasikan pengetahuan peserta didik mengembangkan keterampilan
berfikir, mengembangkan kemandirian belajar serta rasa percaya diri (Trianto, 209). PBL
menjadi salah satu model pembelajaran inovatif yang menyajikan suasana belajar aktif dengan
melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah
sehinga peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah.
Pertama, PBL merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan peserta didik.
Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. PBL menempatkan
masalah sebagainkata kunci proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan mengunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Berpikir dengan mengunakan metode ilmiah adalah proses berikir deduktif dan induktif.
46
d) Semua peserta didik diberi kesempatan yang sama dalam mengemukakan ide dan
pendapatnya secara terbuka dan penuh kebebasan.
Pelaksanan Pembelajaran Berbasis Masalah
a. Tugas-tugas Perencanan
Karena hakikat interaktifnya, model pembelajaran berbasis masalah membutuhkan banyak
perencanan seperti halnya pembelajaran yang berpusat pada peserta didik lainya.
b. Penetapan Tujuan
Model PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu peserta didik menjadi pembelajar yang
mandiri.
c. Merancang Situasi Masalah
Beberapa pendidik dalam menerapkan PBL lebih suka memberi kesempatan dan keleluasan
kepada peserta didik untuk memilh masalah yang akan diselidiki.
d. Organisasi Sumber Daya dan Rencana Logistik
Dalam pengajaran berdasarkan masalah peserta didik dimungkinkan bekerja dengan beragam
material dan peralatan, dan dalam pelaksananya biasa dilakukan di dalam kelas, diperpustakan,
atau dilaboratorium, atau diluar sekolah.
e. Tugas Interaktif
Pendidik membantu peserta didik dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, peserta
didik diberi pertanyan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis
informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah
f. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas pendidik pada tahap akhir pengajaran berdasarkan pemecahan masalah adalah
membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan
ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.
g. Lingkungan Belajar dan Tugas-Tugas Manajemen
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi pendidik dalam pengelolan pembelajaran yang
mengunakan model PBL adalah bagaimana menangani peserta didik baik individual maupun
kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat sebab
kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda.
h. Asesmen dan Evaluasi
Dalam model PBL fokus perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan, oleh
karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaianya hanya dengan tes tertulis atau tes kertas
dan pensil.
Manfat Pembelajaran Berbasis Masalah
1. PBL menjadikan suasana pembelajaran lebih bermakna.
2. PBL menjadikan peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilanya secara
simultan dan mengaplikasikanya dalam konteks yang relevan.
3. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir krits,
B. Faktor-Faktor Interaksi Belajar Mengajar Matematika
47
Proses belajar mengajar pada umumnya merupakan serangkaian aktivitas komunikasi antara
peserta didik dan pendidik, namun interaksi antara pendidik dan peserta didik dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:
1) Faktor tujuan
2) Faktor bahan/ materi
3) Faktor pendidik dan peserta didik
4) Faktor metode
5) Faktor situasi
C. Teknik Keterampilan Dasar Mengajar Matematika
Keterampilan dasar seorang pendidik dibagi atas delapan keterampilan dasar yang diterapkan
selama proses pembelajaran, yaitu:
1) keterampilan bertanya,
2) keterampilan memberikan penguatan,
3) keterampilan mengadakan variasi,
4) keterampilan menjelaskan, dan
5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran.
BAB VI
REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION
48
a) Guided reinvention atau progresive mathematizing
b) Didactical phenomenology
c) Self developed models
Heuvel den Heuvel-Panhuizen (dalam Saefudin, 2012)
mengungkapkan prinsip-prinsip dalam realistic mathematics
education dilhat pada 6 prinsip sebagai berikut:
1) Prinsip aktivitas
Matematisasi berhubungan erat berdasarkan pandangan bahwa matematika merupakan aktivitas
manusia. Oleh sebab itu, matematika harus melalui proses “doing”. Peserta didik harus terlibat
langsung dalam proses pembelajaran bukan hanya menerima konsep-konsep yang diberikan
pendidik (a ready-made mathematics).
2) Prinsip realitas
Realistic mathematics education membawa permasalahan dunia nyata (can imagine) dalam dunia
matematika peserta didik. konsep-konsep matematika dikaitkan dalam kehidupan peserta didik
dan membantu mereka untuk dapat mengaplikasi matematika.
3) Prinsip tahap pemahaman
pembelajaran matematika melibatkan beberapa tahapan pemahaman, dimulai dari menemukan
penyelesaian melalui model yang dibuat oleh peserta didik hinga mendapatkan insight tentang hal-
hal yang mendasar sampai mampu menemukan penyelesaian suatu masalah matematis secara
formal.
4) Prinsip intertwinment
Intertwinment merupakan salah satu karakteristik dari realistic mathematics education, yaitu suatu
pandangan bahwa matematika merupakan satu kesatuan atau tidak terpisah-pisah. Maka dari itu,
artinya bahwa peserta didik memilki kesempatan untuk menerapkan berbagai konsep, rumus,
prinsip, serta pemahaman secara terpadu dan saling berkaitan.
5) Prinsip interaksi
Matematika merupakan aktivitas sosial dimana siswa menyelesaikan permasalahan kontekstual
bersama-sama dengan peserta didik lain, peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan tukar
pengalaman, strategi penyelesaian, serta temuan lainya diantara sesama mereka. Dengan
mendengarkan apa yang ditemukan orang lain serta mendiskusikanya, dimungkinkan untuk
meningkatkan strategi yang mereka temukan sendiri. Dengan demikian, interaksi memungkinkan
peserta didik untuk melakukan refleksi yang pada akhirnya akan mendorong mereka pada
perolehan pemahaman yang lebih tingi dari sebelumnya.
6) Prinsip bimbingan
Penerapan realistic mathematics eduaction dalam proses belajar siswa melatih siswa membuat
model matematika mereka sendiri, namun peserta didik tetap perlu dibimbing untuk menemukan
pemodelan tersebut. Pendidik menjadi
C. Learning dan Teaching Trajectory dalam Pembelajaran
Learning trajectory merupakan belajar tentang bagaimana anak berpikir dan bagaimana tahap-
tahap berpikir pada anak, dan hypotecital learning trajectory merupakan panduan yang digunakan
49
untuk memulai learning trajectory atau desain yang dapat menjembatani antara teori dengan
eksperimen. Learning trajectory diperolah berdasarkan hypothetical learning trajectory yang sudah
diujicobakan pada sat proses pembelajaran.
D. Implementasi Realistic Mathematics Education dalam
Pembelajaran
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)merancang ide-ide kerangka kerja pendidikan
yang berbasisRealistic Mathematics Education (RME) yang menjadi acuanoleh pendidik-pendidik
matematika, peserta didik, penulisbahan ajar atau buku ajar matematika, dan juga
pengembangkurikulum. Kerangka kerja ini menjadi aturan dalambentuk/model belajar yang harus
dikuti oleh para pengembangdalam mendesain contoh materi kurikulum RME atau PMRI,dan
menjadi prasyarat keberhasilan pelaksanan RME dikelas.Kerangka RME ini meliputi berbagai
aspek, antara lain: pesertadidik, masalah kontekstual, pendidik, lingkungan belajar,
danpengalaman belajar. Semua aspek tersebut terintegrasi sebagaisuatu sistem yang disusun secara
efektif dan efesien dan salingberhubungan antara satu dengan yang lainya. Tujuanpembelajaran
matematika dengan mengunakan RME yaitu mengembangkan pemahaman matematika peserta
didikterhadap konsep dan ide matematika melalui eksplorasiterhadap masalah konstektual yang
berdasarkan pada prosespenemuan (guided reinvention). Masalah kontekstual yang digunakan
merupakan masalah yang relevan dan juga merupakan kondisi yang ada dilngkungan peserta didik.
Pendidik sebagai fasiltator dalam pembelajaran ditunjukan bahwa pendidik memilki kemampuan
untuk membangun proses berfikir peserta didik meskipun dalam lingkungan pembelajaran yang
interaktif.
Masalah kontekstual yang diajukan kepada peserta didik dapat membantu peserta didik untuk
membangun ide dan konsep matematikanya sendiri (mathematical concept formation).
Implementasi RME didalam keas meliputi tiga
fase:
1. Fase pengenalan
2. Fase eksplorasi
3. Fase meringka
50
Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam
MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : November 2017
Susilahudin Putrawangsa
CV. REKA KARYA AMERTA
Penulis : Susilahudin Putrawangsa, S.Pd., M.Sc.
ISBN : 978-602-51986-1-8
Editor : Uswatun Hasanah, S.Pd., M.Si.
Penyunting : Habibi Ratu Perwira Negara, S.Pd., M.Pd.
Desain Sampul : Malik Ibrahim
Penerbit : CV. Reka Karya Amerta (Rekarta)
Email: rekaamerta@gmail.com
Distributor Tunggal:
CV. Reka Karya Amerta (Rekarta)
Email: rekaamerta@gmail.com
Cetakan I : November 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN MATEMATIKA
Apa itu Matematika? Sebuah pertanyaan sederhana tapi tidak mudah untuk dijawab. Pada
umumnya orang memandang bahwa Matematika adalah kajian tentang bilangan dan
perhitungannya. Lebih sederhana lagi, sebagian orang memandang Matematika sebagai pelajaran
tentang angka.
Pandangan tersebut tentu kurang tepat. Hal ini dikarenakan kajian dalam Matematika tidak
terbatas hanya tentang bilangan dan operasinya. Bilangan dan operasi bilangan hanyalah salah
satu dari sekian banyak kajian yang membangun kajian tentang Matematika.
51
B. OBJEK KAJIAN MATEMATIKA
Berdasarkan sifatnya, objek kajian Matematika dibedakan menjadi dua jenis, yaitu objek langsung
(direct objects) dan objek tidak langsung (indirect objects). Objek langsung dari Matematika
adalah objek kajian yang merupakan aspek kognisi (pengetahuan dan pemahaman) tentang
Matematika itu sendiri, seperti konsep dan prinsip yang terdapat dalam kajian matematika.
Sedangkan objek tidak langsung dari Matematika adalah objek Matematika yang merupakan
aspek psikomotorik, yaitu berupa keterampilan-keterampilan dalam bermatematika, seperti
keterampilan penyelesaian masalah,
keterampilan pemodelan matematika, keterampilan komunikasi matematis, dan sebagainya.
berdasarkan karakteristiknya secara umum digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu konsep,
operasi- relasi, prinsip, dan fakta.
BAB II
ORIENTASI PENDIDIKAN MATEMATIKA
agian ini akan membahas sejumlah teori terkait orientasi pembelajaran matematika yang dapat
dijadikan pedoman bagi pendidikan atau penelitia pendidikan matematika dalam melaksanakan
atau merancang kegiatan pembelajaran matematika.
52
matematika, guna menciptakan generasi yang unggul dan dapat menghadapi kompleksitas
permasalah di zaman sekarang ini (UNESCO, 2004). Keempat pilar orientasi pendidikan tersebut
adalah:
BAB III
IMPLIKASI TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI
TERHADAP PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BAB IV
PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
53
A. Penentuan kompetensi utama
Pada tahap ini, perancang menentukan kompetensi utama yang ingin dicapai dari suatu proses
pembelajaran. Kompetensi ini merupakan gambara kemampuan utuh yang harus dimiliki peserta
didik untuk dapat dikatakan menguasai suatu pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Contoh
deskripsi kompetensi ini misalnya “peserta didik dapat memahami mengenai pengukuran luas
suatu permukaan bidang”. Kompetensi utuh yang ingin dicapai dalam deskripsi kompetensi
tersebut adalah pemahaman mengenai pengukuran luas.
B. Perumusan kompetensi penyusun
Pada tahap ini, perancang menjabarkan kompetensi- kompetensi yang menyusun kompetensi
utama. Ketercapaian kompetensi-kompetensi penyusun dapat dijadikan sebagai indikasi
ketercapaian kompetensi utama. Misalnya, kompetensi-kompetensi penyusun dari kompetensi
utama “peserta didik dapat memahami mengenai pengukuran luas suatu permukaan bidang” yaitu
1) peserta didik memahami pengertian luas, 2) peserta didik memahami satuan pengukuran luas,
dan 3) peserta didik dapat mengukur luas suatu permukaan bidang dengan satuan pengukuran
luas.
C. Perumusan indikator ketercapaian
Pada tahap ini, perancang menjabarkan tanda-tanda dalam suatu indikator yang menunjukkan
bahwa peserta didik telah dapat dikatakan telah mencapai kompetensi-kompetensi penyusun.
Eksistensinya indikator tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengukuran ketercapian
kompetensi penyusun. Misalnya, kompetensi penyusun “peserta didik memahami pengertian
luas” dapat dijabarkan dalam sejumlah indikator ketercapaian, yaitu diantaranya 1) peserta didik
tidak menganggap panjang, lebar, atau keliling suatu bidang datar sebagai luas bidang tersebut,
2) peserta didik dapat
membandingkan luas dua permukaan bidang, 3) peserta didik memandang luas bidang datar
sebagai ukuran besarnya permukaan bidang datar tersebut, dan indikator ketercapaian lainnya.
BAB V
PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK
SEBAGAI PENDEKATAN PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
A. Dasar Filosofi
Pandangan tentang PMR dewasa ini sebagian besar dipengaruhi oleh pandangan Freudenthal
tentang matematika (Heuvel-Panhuizen, 1998). Menurut Freudenthal, pembelajaran matematika
harus dihubungkan dengan dunia nyata, dekat dengan siswa, dan berkaitan dengan kehidupan
masyarakat, agar melekat menjadi sistem nilai yang diakui pada diri manusia.
B. Matematisasi Horizontal dan Vertikal
54
Pemblajaran matematika bukanlah suatu kegiatan transfer pengetahuan yang sifatnya
tertutup (dikotomi yaitu tidak memberikan ruang kepada ilmua diluar domain yang sedang
dibicarakan), akan tetapi suatu aktifitas penemuan kembali konsep-konsep matematika
melalui aktifitas-aktifitas yang sifatnya terbuka (holistik) melalui kegiatan pemodelan
matematika gunak meningkatkan kemampuan matematika siswa ke tahap yang lebih
abstrak dan formal. Ide ini dalam PMR dikenal dengan istilah progressive mathematization
(Freudenthal, 1968). Ide progressive mathematization ini
kemudian oleh Treffers (1978, 1987) dirumuskan dalam dua tahapan proses, yaitu
horizontal dan vertical mathematization.
C. Pemodelan Matematika
Ketika menyelesaikan masalah matematika yang diberikan, siswa tidak hanya
mengembangkan pemahaman mareka, akan tetapi juga secara bersamaan
mengembangkan kemampuan mereka dalam mengembangkan model dan prangkat
matematis.
D. Realistik ≠ Kontekstual
Kata ‘realistik’ pada Pembelajaran Matematika Realistik (PMR) sering kali disalahmaknai
oleh orang yang baru mengenal PMR. Mereka menganggap bahwa PMR adalah
pembelajaran matematika mengenai dunia nyata dan oleh karena itu harus dimulai dari
dunia nyata. Padahal tidak selalu demikian. Alasan penggunaan kata ‘realistik’ pada PMR
tidak hanya dimaksudkan untuk menghubungkan dengan dunia nyata, akan tetapi
dimaknai sebagai penekanan pada proses pembelajaran yang menghadirkan masalah
matematika yang ‘dapat dibayangkan oleh siswa’. Hal ini dikarenakan kata
E. Realistik vs Mekanistik
Penggunaan masalah-masalah dalam konteks sangat besar peranannya dalam PMR,
karena hal tersebut membantu siswa dalam membayangkan masalah matematika yang
dihadapinya. Hal ini sangat jauh berbeda dengan Pendekatan Matematika Mekanistik
(PMM) dalam pembelajaran matematika yang sebagian besar isinya adalah masalah
matematika yang hampa dan kurang bermakna bagi siswa.
F. Karakteristik PMR
Berdasarkan penjelasan di atas, suatu proses pembelajaran dikatakan menerapkan PMR
jika dalam proses pembelajaran tersebut menghadirkan 5 karakteristik dari PMR
(Treffers, 1987), yaitu:
a. Penggunaan konteks, yaitu eksplorasi masalah matematika dalam suatu konteks yang
dapat dibayangkan oleh siswa sebagai titik awal pembelajaran.
b. Penggunaan Model, yaitu pengembangan model dan prangkat matematika yang
dilakukan oleh siswa atas masalah matematika yang diberikan (model of dan model
for).
c. Pemanfaatan hasil kerja dan konsetruksi siswa, yaitu penggunaan model solusi dan
kontribusi siswa sebagai dasar pengembangan pengetahuan matematika siswa ke yang
lebih tinggi atau lebih formal (progressive mathematization).
55
d. Proses pembelajaran berbasis interaktifitas, yaitu proses pembelajaran yang membuka
ruang diskusi dan interaksi antara siswa dan siswa; dan siswa dan guru (kooperatif).
e. Pengkaitan dengan berbagai pengetahuan lainnya, yatiu proses pembelajaran yang
bersifat terbuka dan holistik dimana pengetahuan-pengetahuan baik dalam ataupun luar
matematika dapat berkontribusi dalam proses pembelajaran.
BAB VI
DESAIN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERPARADIGMA PENDIDIKAN MATEMATIKA
REALISTIK
BAB VII
EVALUASI KUALITAS
DESAIN PEMBELAJARAN
Untuk mengukur kualitas dari suatu desain pembelajaran, Plomp dan Nieveen (2007)
memberikan rambu-rambu dalam mengevaluasi kualitas dari suatu rancangan
pembelajaran yang meliputi empat aspek penilaian, yaitu isi, konstruksi, kepraktisan, dan
efektivitas dari suatu desain.
56
Artikel berjudul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK dalam
MATA PELAJARAN MSTEMATIKA TENTANG KPK dan FPB DENGAN METODE
MATEMATIKA REALISTIK KELAS 4 SD
Telah dipublikasikan pada : November, 2022
Nama Prosiding/Jurnal : MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Alamat URL :
https://r.search.yahoo.com/_ylt=Awr992UjWUJl4hkES3VXNyoA;_ylu=Y29sbwNncTEEcG9zA
zEEdnRpZAMEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1700056612/RO=10/RU=https%3a%2f%2frepository.pe
nerbitwidina.com%2fmedia%2fpublications%2f559019-model-pembelajaran-matematika-
berbasis-i-9adcefb3.pdf/RK=2/RS=05eY0GDp2tCx3xFVsgM3411qXtk-
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu kemampuan yang harus menjadi perhatian guru dalam pembelajaran matematika
adalah kemampuan penalaran matematis (mathematical reasoning ability). Kemampuan
penalaran matematis menjadi perhatian dalam pembelajaran matematika karena matematika
terbentuk oleh pemikiran manusia yang berkaitan dengan ide, proses, dan penalaran (Hakim, L.
et. al. (2022)). Juga Sumarmo (2013) yang menyatakan bahwa penalaran matematis merupakan
fondasi dalam mengkonstruksi pengetahuan matematika. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kemampuan penalaran matematis adalah sesuatu yang penting dan harus dikuasai oleh peserta
didik (Kartono, et. al. (2022)).
MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS INFERENTIALISM
A. KARAKTERISTIK MODEL
Model pembelajaran berbasis inferentialism memiliki karekteristik khusus, yakni siswa dalam
meeningkatkan penalaran matematisnya diajarkan dengan kegiatan interaksi sosial dan individu
secara bersamaan. Bentuk interaksi sosial dan individu model pembelajaran berbasis
inferentialism adalah permainan memberi dan meminta alasan (GoGar : Game of Giving and
Asking Reason)
57
B. TUJUAN MODEL
Model pembelajaran berbasis inferentialism yang dikembangkan untuk mencapai minimal
empat tujuan, yaitu (1) meningkatkan penalaran matematis siswa, (2) membangkitkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran melalui permainan memberi dan meminta alasan; (3) meningkatkan
Model pembelajaran berbasis inferentialism adalah model pembelajaran yang berfokus pada
penalaran matematis. Maka buku model ini akan memaparkan beberapa uraian tentang penalaran
matematis.
A. PENALARAN MATEMATIS
Mengutip O’Daffler dan Thornquist, Artzt dan Yaloz-Femia (NCTM
2000), merumuskan bahwa penalaran matematis adalah bagian dari berpikir matematika yang
meliputi membuat perumusan dan menarik simpulan sahih tentang gagasan-gagasan dan
bagaimana gagasan tersebut saling terkait. Mengutip O’Daffler dan Thornquist, kedua penulis
selanjutnya mengatakan penalaran matematis, yang memainkan peran mutlak dalam proses
berpikir, meliputi mengumpulkan fakta, membuat dugaan, membuat Adio, H. (2015).
Perbandingan Peningkatan Penalaran matematis Siswa melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share (TPS) dan Tipe Group Investigation (GI). PPs UT: Jakarta. 2015.
58
Afif, A.M., Suyitno, H., Wardono. (2016). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau
dari Gaya Belajar Siswa dalam Problem Based Learning (PBL). Seminar Nasional
Matematika X Universitas Negeri Semarang 2016.
4. Apa maksud dari Freudenthal (Gravemeijer, 1994) yang menyatakan bahwa mathematics is
a human activity?
59
Menurut Freudenthal (Gravemeijer, 1994) mathematics is a human activity atau
matematika adalah aktivitas manusia. Maksudnya adalah matematika dipandang sebagai
aktivitas menyelesaikan masalah, mencari masalah, dan juga suatu aktivitas dalam
mengorganisasikan materi pelajaran. Belajar matematika dimaksudkan sebagai mengerjakan
matematika, di mana menyelesaikan masalah riil sebagai bagian utamanya.
60
Perbedaan keempat pendekatan pembelajaran tersebut berdasarkan intensitas matematisasi
horizontal dan matematisasi vertikal menurut Traffers (1987) yang dapat silihat pada tabel
berikut.
The components of Mathematization
Horizontal Vertical
Mechanistic
Empiristic
Strukturalistic
Realistik
Keterangan:
61
Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata
seharihari.
10. Apa saja karakteristik RME?
1) Menggunakan Konteks (the Use of Contex)
2) Menggunakan Model (the Use Models, Bridging by
Vertical Instruments) 3) Menggunakan Kontribusi Siswa (Student Contribution)
4) Interaktivitas (Interactivity)
5) Terintegrasi dengan Topik Lainnya (Intertwining)
62
Model adalah suatu pola yang digunakan sebaga pedoman dalam perencanaan
pembelajaran di kelas. Istilah model dalam RME berkaitan dengan model matematika yang
di bangun sendiri Oleh siswa dalam mengaktualisasikan masalah kontekstual kedalam
bahasa matematika, yang merupakan jembatan bagi siswa untuk membuat sendiri model-
model dari situasi nyata ke abstrak atau dari situasi informal ke formal.
16. Apa yang dimaksud konstribusi Siswa dalam RME?
Kontribusi yang besar pada proses belajar mengajar diharapkan datang dari siswa.
Artinya, semua pikiran (kontruksi dan produksi) dari siswa menyumbang dalam pembelajaran.
Kontribusi dapat berupa "aneka jawab" atau
"aneka cara"
17. Apa yang dimaksud interaktif (Interactivity) dalam RME?
Mengacu pada pendapat Freudenthal bahwa
matematika tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk yang siap pakai tetapi sebagai
suatu konsep yang dibangun Oleh siswa, maka dalam PMR siswa ditempatkan sebagai subjek
belajar. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik jika terjadi interaksi yang harmonis
antara siswasiswa, siswa guru, guru lingkungan, sehingga setiap siswa mendapat manfaat positif
dari interaksi tersebut.
18. Apa yang dimaksud Keterkaitan (Intertwinment) dałam RME?
Konsep-konsep matematika tidak bersifat parsial, namun banyak konsep matematika yg
memiliki keterkaitan. Oleh karena iłu, konsep-konsep matematika tidak dikenalkan kepada siswa
secara terpisah satu sama lain. Matematika merupakan ilmu yang terstruktur. Untuk iłu
keterkaitan dan keterintegrasian antar topik harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya
proses belajar mengajar yang lebih bermakna sehingga memunculkan pemahaman secara
serentak.
19. Apa saja ciri-ciri pembelajaran RME berdasarkan prinsip dan karakteristiknya?
a. Pembelajaran dirancang berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan
berbasis pada pengalaman yang telah dimiliki siswa.
b. Urutan pembelajaran haruslah menghadirkan suatu aktivitas atau eksplorasi.
c. Pembelajaran matematika tidak semata-mata memberi penekanan pada komputasi dan
hanya mementingkan langkah-langkah prosedural serta keterampilan, melainkan
penekanan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah.
d.Siswa mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami matematika
dengan penalaran.
20. Bagaimana pendidikan yang baik menurut tokoh pendidikan Belanda yang dimotori oleh
Hans Freudenthal?
63
Pendidikan yang baik menurut tokoh pendidikan Belanda yang dimotori Oleh Hans
Freudenthal adalah pendidikan yang membumi (realistic), termasuk pendidikan matematika
agar dekat dengan kehidupan sehari-hari.
21. Mengapa RME merupakan salah satu pendekatan yang mengaitkan matematika dengan
kehidupan nyata?
22. Mengapa diperlukan bahan ajar berbasis RME pada tuntutan kurikulum?
Sembiring, dkk (2008) menjelaskan bahwa ketersediaan materi kurikulum
merupakan komponen penting dalam mendukung keberhasilan pembelajaran matematika
yang berbasis aktivitas. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Amin (2014) bahwa bahan ajar
matematika harus sesuai dengan kurikulum, menggunakan masalah realistik untuk
memotivasi dan membantu siswa belajar, menjalin konsep matematika dari domain yang
berbeda untuk memberikan kesempatan siswa belajar bermakna dan matematika terpadu,
memiliki bahan pengayaan untuk mengakomodasi berbagai cara dan tingkat pemikiran
siswa, dan mampu mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif, inovatif, dan merangsang
interaksi dan kerjasama siswa. Oleh karena iłu, diperlukan bahan ajar berbasis RME.
23. Apakah masalah realistik yang dihadapkan pada siswa harus selalu masalah dunia nyata?
Masalah realistik yang dihadapkan pada siswa tidak harus selalu masalah dunia nyata,
tetapi dapat berupa masalah dunia formal matematika yang dapat mereka bayangkan
melalui media pembelajaran atau model
24. Jelaskan empat level pemodelan atau level aktivitas dałam PMR menurut Gravemeijer!
1) Level pertama yaitu situation berhubungan dengan aktivitas matematika yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari atau masalah yang bisa dibayangkan oleh siswa dan
menantang (non rutin) untuk diselesaikan oleh siswa dengan cara sendiri.
2) Level kedua yaitu model of, kepada siswa disajikan masalah dałam bentuk soal cerita
atau gambar, siswa memodelkan permasalahan (model of situation) dengan bantuan
model-model atau skema dan menuliskannya di kertas, misalnya dengan melakukan
pengisian objek yang kosong secara berulang atau dengan kata Iain menggunakan
pengurangan berulang.
3) Level ketiga yaitu model for, siswa menyelesaikan masalah pembagian menggunakan
bilangan yang lebih besar sehingga menstimulasi siswa untuk melakukan suatu operasi
64
pembagian panjang yang mengarah pada operasi yang berkaitan dengan pengurangan
bilangan bersusun ke bawah.
4) Level keempat yaitu formal knowledge yang merupakan level terakhir, siswa diberikan
beberapa masalah pembagian yang menggunakan algoritma pembagian panjang
berdasarkan pola yang mereka temukan pada level model for. Permasalahan pada level
model for dan level formal knowledge ini sebaiknya diberikan untuk siswa kelas 4 SD.
a. Memulai pelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang 'riil' bagi siswa sesuai
dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga siswa segera terlibat dalam
pelajaran secara bermakna;
b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam pelajaran tersebut;
c. Siswa mengembangkan atau menciptakan modelmodel simbolik secara informal
terhadap persoalan/ masalah yang diajukan;
d. Pengajaran berlangsung secara interaktif; siswa menjelaskan dan memberikan alasan
terhadap jawaban yang diberikannya, memahami jawaban temannya (siswa Iain), setuju
terhadap jawaban temannya, menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif
penyelesaian yang Iain; dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh
atau terhadap hasil pelajaran.
26. Apa kelebihan dari pendekatan RME?
kelebihan model pembelajaran Rea/istic Mathematic Education (RME) yaitu:
1) Memberikan pengertian kepada siswa tentang keterkaitan matematika dengan
kehidupan seharihari, dan
2) Memberikan pengertian kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian
yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang
disebut pakar dalam bidang tersebut.
3) Mengajarkan budaya demokrasi.
65
diusahakan bekerja berkelompok, guru merangsang siswa untuk berdiskusi, sehingga saling
menghargai pendapat menjadi tumbuh. Siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan sendiri
apakah jawaban mereka tepat atau kurang tepat. Guru di dorong untuk "tidak” memutuskan
sendiri jawaban yang tepat atau kurang tepat. Oleh karena iłu melalui PMRI, tidak saja
mereformasi pendidikan matematika di tanah air tetapi juga mengajarkan budaya demokrasi.
29. Apa keterkaitan karakteristik PMR dengan kelas yang demokratis?
Karakteristik PMR dapat menunjang terciptanya kelas yang demokratis, seperti disajikan
pada tabel.
Karakteristik Pendidikan Karakteristik kelas demokratis
Matematika Realistik
66
1) lbu ingin membeli 25 kg ayam. Setiap kg harganya 25 ribu rupiah. Berapa uang yang
dibutuhkan untuk membeli ayam tersebut?
2) lbu memiliki 25 kilogram beras. Setiap hari lbu memasak 3/4 kilogram, berapa hari beras
tersebut akan habis?
32. Berikan contoh tentang lintasan belajar yang memuat level aktivitas berdasarkan PMR?
Menemukan strategi penjumlahan bilangan dua angka seperti disajikan dalam bentuk
gunung es (ice berg) berikut.
Dari Gambar, untuk menemukan prosedur menjumlahkan bilangan dua angka, pembelajaran
dimulai dengan berbagai aktivitas yang terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari
(situation), seperti menjumlahkan penumpang dari gerbong-gerbong kereta api. siswa
menyelesaikan dengan cara mereka sendiri. Untuk meningkatkan pemodelan matematika
siswa, selanjutnya disajikan masalah dalam bentuk visual menggunakan model material atau
alat peraga yang menunjukkan adanya struktur bilangan 10 sehingga merangsang siswa
untuk menemukan model penyelesaian dari permasalahan tersebut (model of), misalnya
siswa menjumlahkan batangbatang kuning yang penuh, lalu batang-batang kuning yang tidak
penuh. Berikutnya disajikan penjumlah dengan bantuan kartu bilangan yang menggunakan
struktur sepuluh, struktur lima, dan satuan sebagai batu loncatan (building Stone) bagi siswa
untuk sampai pada pengrtahuan yang lebih formal . Aktivitas ini menstimulus siswa untuk
menemukan pola yang mengarah pada pengetahuan abstrak, yang dikenal dengan model for.
Diharapkan muncul beberapa strategi untuk menentukan hasil 47 + 28, seperti 47 + 20 + 8,
atau 40 + 20 + 7 + 8, atau 47 + 10 + 10 + 3 + 5, dan sebagainya . Terakhir siswa menemukan
cara menjumlahkan bilangan dengan bantuan garis bilangan (number line) dengan lompat
sepuluh atau teknik puluhan dengan puluhan, satuan dengan satuan, dan sebagainya. Di akhir
pelajaran , guru bersama siswa membuat kesimpulan cara menjumlahkan bilangan yang
paling mudah menurut siswa, yaitu forma/ knowledge.
67