Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPS atau social studies pada umumnya merupakan suatu

mata pelajaran yang mengacu pada disiplin-disiplin ilmu sosial yang

disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Sementara menurut James A. Banks

dalam (Sapriya et al, 2008: 3) memberikan definisi bahwa Social Studies

adalah bagian dari kurikulum sekolah dasar dan menengah yang mempunyai

tanggung jawab pokok membantu para siswa untuk mengembangkan

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai yang diperlukan dalam hidup

bernegara dalam lingkungan masyarakatnya.

Dengan melihat definisi tersebut, dapat ditegaskan bahwa tujuan dari

pembelajaran IPS itu sendiri adalah untuk memberikan kesempatan kepada

para siswa dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang

memungkinkan mereka dapat menjadi warga negara yang berpartisipasi aktif

dalam masyarakat yang demokratis.

Jika melihat dari tujuan pembelajaran IPS tersebut, maka dapat

dikatakan bahwa antara tujuan pembelajaran IPS dan keterampilan

komunikatif ini mempunyai hubungan yang kuat, dimana sebuah perilaku

siswa dalam berinteraksi sosial akan dipengaruhi oleh karakter-karakter yang

dimiliki oleh siswa itu sendiri.


Kemudian, dengan diajarkannya mata pelajaran IPS di sekolah, siswa

diharapkan mempunyai keterampilan komunikatif yang baik dan pandai

menghadapi perbedaan karakter dengan siswa lain sehingga tercipta

hubungan yang harmonis antar siswa.

Berdasarkan observasi awal peneliti di lapangan, pada tanggal 07

September 2020 tepatnya di SMP Negeri 2 Gunungsitoli utara kelas VIII,

peneliti menemukan beberapa permasalahan yang terkait dengan kurangnya

keterampilan komunikatif terutama yang diakibatkan oleh perbedaan karakter

antar siswa. Dalam observasi awal tahun ajaran 2020/2021, peneliti bertindak

sebagai guru model pada mata pelajaran IPS yang dibantu oleh guru mitra.

Hal ini bertujuan agar peneliti dapat memanfaatkan waktu secara efisien dan

lebih leluasa dalam mengamati permasalahan tersebut. Pada pengamatan yang

telah dilakukan, terdapat permasalahan yang terjadi baik didalam maupun

diluar jam pembelajaran.

Dari hasil pengamatan tersebut, peneliti menemukan bahwa dalam

kehidupan di lingkungan sekolah akan terasa lebih majemuk, yaitu dengan

ditandainya perbedaan karakter yang mendasar pada setiap kepribadian siswa.

Kemudian dari perbedaan karakter yang berhubungan dengan lemahnya

keterampilan komunikatif antar siswa dapat dikatakan sebagai salah satu

faktor timbulnya masalah. Jadi untuk memecahkan masalah ini, diperlukan

adanya solusi yang mampu membuat keadaan kelas menjadi kondusif dan

terjalin hubungan yang lebih komunikatif/bersahabat antar siswa. Solusi yang

dapat diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti memberi saran


untuk menerapkan sebuah metode pembelajaran dalam kelas melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) teknik two

stay two stray. Teknik pembelajaran tersebut dapat dijadikan sebagai kunci

dalam memecahkan masalah, terutama permasalahan yang berkaitan dengan

kurangnya keterampilan komunikatif siswa.

Teknik two stay two stray (TSTS) itu sendiri merupakan salah satu

struktur dari model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh

Spencer Kagan. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada

kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain (Lie,

2008: 61). Proses pembelajaran dengan menggunakan teknik two stay two

stray, selain dapat memahami materi yang di pelajari, setiap siswa juga

berperan aktif dalam menjalin hubungan yang komunikatif/bersahabat untuk

berbagi informasi dengan siswa lain, dan diharapkan akan tercipta sebuah

pembelajaran yang lebih bermakna dan mampu meningkatkan keterampilan

komunikatif pada diri siswa.

Setelah melihat esensi tujuan dari teknik two stay two stray tersebut,

peneliti merasa bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran ini

diharapkan mampu mengatasi masalah yang ada di kelas VIII SMP Negeri 2

Gunungsitoli Utara, yaitu kurangnya keterampilan komunikatif/bersahabat

antar siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian berupa penelitian tindakan kelas (PTK) dalam

rangka “meningkatkan keterampilan komunikatif antar siswa melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (TSTS)
dalam pembelajaran IPS”. Dengan harapan melalui penerapan metode

pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray ini, selain siswa dapat

memahami setiap materi yang telah dipelajari, siswa juga diharapkan mampu

memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, saling menghormati dan

bekerja sama dengan orang lain, sehingga terjalin interaksi sosial yang

menguntungkan antar siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu

meningkatnya keterampilan komunikatif antar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, yang menjadi

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Guru kurang bervariatif dalam menggunakan metode pembetukan

kelompok sehingga siswa merasa jenuh dengan proses pembelajaran di

dalam kelas.

2. Guru kurang mengetahui manfaat model pembelajaran teknik two stay two

stray dalam pembelajaran, sehingga daya serap komunikatif siswa

terhadap materi yang diberikan akan rendah.

3. guru blom pernah menerapkan variasi model pembelajaran antara lain

metode pembelajaran kooperatif khususnya teknik two stay two stray

4. Masih jarang guru yang menerapkan model pembelajaran kooperatif

khususnya teknik two stay two stray (TSTS).

5. Rendahnya aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar.

6. Hasil belajar siswa tidak tuntas.


C. Batasan Masalah

Batasan masalah dimaksudkan untuk memperjelas batasan pokok

permasalahan yang diteliti. Pembatasan diperlukan dikarenakan oleh ruang

lingkup masalah yang sangat luas sehingga dalam hal ini diperlukan biaya,

tenaga dan waktu yang cukup besar. Jadi yang menjadi batasan masalah

dalam penelitian ini yaitu:

1. Model pembelajaran teknik two stay two stray belum pernah digunakan

oleh guru dalam proses pembelajaran.

2. Hasil belajar siswa tidak tuntas.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana merencanakan pembelajaran IPS materi memahami kegiatan

pelaku ekonomi masyarakat dengan menggunakan teknik pembelajaran

two stay two stray untuk meningkatkan keterampilan komunikatif di kelas

VIII SMP Negeri 2 Gunungsitoli Utara?

2. Bagaimana mengimplementasikan pembelajaran IPS materi memahami

kegiatan pelaku ekonomi masyarakat dengan menggunakan teknik

pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan keterampilan

komunikatif di kelas VIII SMP Negeri 2 Gunungsitoli Utara?

3. Apakah dengan menggunakan pendekatan model pembelajaran kooperatif

teknik two stay two stray ini dalam pembelajaran IPS materi memahami
kegiatan pelaku ekonomi masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gunungsitoli Utara?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah;

1. Untuk mengetahui bagaimana merencanakan pembelajaran IPS materi

memahami kegiatan pelaku ekonomi masyarakat dengan menggunakan

teknik pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan

keterampilan komunikatif di kelas VIII SMP Negeri 2 Gunungsitoli

Utara.

2. Untuk mengetahui bagaimana mengimplementasikan pembelajaran IPS

meteri memahami kegiatan pelaku ekonomi masyarakat dengan

menggunakan teknik pembelajaran two stay two stray untuk

meningkatkan keterampilan komunikatif di kelas VIII SMP Negeri 2

Gunungsitoli Utara.

3. Untuk mengetahui hasil belajar dalam pembelajaran IPS materi

memahami kegiatan pelaku ekonomi masyarakat setelah menggunakan

teknik pembelajaran two stay two stray untuk meningkatkan

keterampilan komunikatif di kelas VIII SMP Negeri 2 Gunungsitoli

Utara.
F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi siswa, guru dan pihak sekolah yang bersangkutan.

Secara operasional, manfaat yang ingin dicapai dari penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Bagi siswa:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, serta

pemahaman bagi siwa untuk mengembangkan keterampilan komunikatif

antar siswa.

2. Bagi guru:

Guru dapat merencanakan program pembelajaran khusnya yang dapat

meningkatkan krakter komunikatif dan pemahaman siswa dalam

pembelajaran IPS yaitu memberikan variasi dalam kegiatan belajar dalam

kelas.

3. Bagi pihak sekolah:

Manfaat yang dapat diberikan untuk pihak sekolah yaitu memberikan

gambaran empiris tentang peningkatan keterampilan komunikatif antar

siswa melalui pembelajaran IPS.


G. Asumsi Penelitian

Basuki (2006:57) mengatakan asumsi adalah “kenyataan penting yang

dianggap benar tetapi belum terbukti kebenarannya, atau dapat juga dikatakan

asumsi adalah sebagai pernyataan yang kebenarannya secara empiris dapat di

uji”. Dalam penelitian ini yang menjadi asumsi yaitu : Model pembelajaran

teknik two stay two stray (TSTS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

H. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian merupakan hal-hal yang membatasi peneliti untuk

melakukan penelitian. Maka, yang menjadi keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Subjek penelitian terbatas pada siswa SMP Negeri 2 Gunungsitoli Uatara

Kelas VIII Tahun pelajaran 2020/2021.

2. Variabel atau objek penelitian meliputi :

a. Strategi Pembelajaran teknik two stay two stray (TSTS) sebagai

variabel X

b. Hasil belajar siswa sebagai variabel Y.

3. Penelitian ini direncanakan selama 2 siklus.

I. Batasan Operasional

Untuk menyamakan pemahaman terhadap istilah yang digunakan dalam

penelitian ini, maka diberikan batasan operasional sebagai berikut:

1. Keterampilan komunikatif
Komunikatif/bersahabat pada dasarnya merupakan salah satu nilai

dari pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dalam kemendiknas (2010:

10) disebutkan bahwa komunikatif/bersahabat mempunyai arti sebagai

tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan

bekerjasaman dengan orang lain.

2. Model pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif berhubungan erat dengan istilah

gontong-royong atau kerjasama, dalam penelitian ini, hal yang pertama

dilakukan oleh guru adalah membagi seluruh siswa menjadi beberapa

kelompok, dari seluruh kelompok tersebut kemudian diberikan tugas untuk

saling bekerja sama baik dalam kelompoknya sendiri maupun dengan

kelompok lainnya.

3. Teknik two stay two stray

Teknik belajar mengajar dua tinggal dua tamu (two stay two stray)

dikembangkan oleh Spencer kagan (1990. Menurut Lie (2008: 61) teknik

two stay two stray atau dua tinggal dua tamu adalah teknik pembelajaran

yang memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil

informasi dengan kelompok lain.

Anda mungkin juga menyukai