Anda di halaman 1dari 46

SKRIPSI

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


TERHADAP HASIL BELAJAR INFORMATIKA KELAS X
SMK NEGERI 2 TONDANO

Diajuhkan sebagai salah satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) pada jurusan pendidikan Teknologi Informasi Dan Komunikasi FATEK
Universitas Negeri Manado

OLEH:

NOVINTA IGON

19208084

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIFERSITAS NEGERI MANADO
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita

bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejateraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem pendidikan nasional yang

menjelaskan bahwa : “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktiv mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan yang diperluhkan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara.

Kegiatan yang paling mendasar dalam dunia pendidikan adalah

kegiatan belajar mengajar yang nantinya akan sangat menantukan tingkat

keberhasilan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam penyelengaraan

pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa

sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar

atau proses pembelajaran. Dalam konteks ini, guru dituntut untuk membentuk

suatu perencanaan kegiatan pembelajaran sistematis yang berpedoman pada

kurikulum yang saat ini digunakan.

1
2

Masalah umum yang sering dihadapi oleh peserta didik adalah cara

belajar yang kurang efektif, minimnya frekuensi dan jumblah waktu belajar,

tingkat disiplin diri, dan minat belajar yang rendah, media belajar atau bahan

ajar yang masih kurang disediahkan pihak sekolah dan sebagainya (jauhari

dkk, 2020)

Peserta didik harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mendapat

menggali informasi secara mandiri seperti mengamati, menginvestasi,

mempraktekan, bahkan menciptakan atau mengkonstruksi suatu benda bahkan

infoermasi baru yang bermakna dan dapat di aplikasikan dalam kehidupan

nyata. Untuk itu, guru hasrua mampu meracang pembelajaran yang nyata, dan

ini bisa dilakukan dengan mengajak siswa belajar pada dunia kerja yang

sesunggunya (Gergoric, 2020).

Proses pembelajaran didalam kelas diarahkan hanya untuk menghafal

informasi, otak otak anak dipaksa untuk meningkatkan dan menimbun

berbagai informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan

kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika anak lulus dari sekolah, mereka

pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi.

Untuk menanggulangi hal tersebut, diperluhkan suatu proses

pembelajaran yang lebih bermakna, agar pembelajran yang berlangsung tidak

hanya seputar menghafal informasi, tetapi juga dapat memberi kesan

mendalam bagi siswa terhadap proses pembelajaran, sehingga pembelajaran

terasa lebih menyenangkan. Pembelajaran bermakna merupakan suatu hal

yang harus diupayakan oelh setiap pengajar. Ketika peserta didik mempelajari
3

sesuatu yang dapat menentukan makna, maka makna tersebut akan memberi

mereka alasan untuk belajar.

Proses pembelajaran yang digunakan agar menjadi lebih bermakna

dimulai dari pemberian pertanyaan menentang tentang sesuatu fenomena,

kemudian menugaskan peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas,

memusatkan pada pengumpulan dan penggunaan bukti, bukan sekedar

penyampaian informasi secara langsung dan penekanan pada hafalan. Model

pembelajaran berbasis masalah ini di pilih karena pembelajaran ini

memberikan kesempatan untuk siswa bekerja lebih otonom dan

mengembangkan pembelajaran sendiri, serta lebih realistis dan menghasilkan

suatu produk.

Menurut Kunandar (2008 : 354) pembelajaran berbasis masalah

adalah suatu pendekatan pembelajaran menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan

ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pegetahuan dan

konsep yang ensensial dari materi pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran adalah pembelajaran berbasis masalah

yang merupakan model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi

belajar peserta didik menjadi aktiv. PBL (Projek Based Learning) adalah

suatu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan

maslah melalui tahap-tahap metode ilmia sehingga peserta didik dapat

mempelajari memiliki ketrapilan untuk memecahkan masalah.


4

Hasil observasi dari kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran

Informatika di SMK Negeri 2 Tondano beberapa permasalahan, salah satunya

hasil belajar Informatika yang rendah, penyebab rendahnya hasil belajar

siswa, antara lain: sisswa kurang antusias atau kurang semangat dalam

mengikuti belajar mengajar Informatika, serta kurang serius dalam

melaksanakan praktek-praktek yang diberikan guru pada mata pelajaran

Informatika serta kurangnya minat dan motivasi siswa untuk belajar,

menimnya sumber/media yang diperluhkan.

Demikian juga pelaksanaan ataupun proses pembelajaran yang terjadi

di SMK Negeri 2 Tondano kususnya mata pelajaran informatika dikelas X

AKUTANSI belum dilaksanakan secara efektif, sehingga capaian presentasi

belajar siswa masih jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh

siswa itu sendiri, yang kurang terangsang untuk belajar atau pula lebih banyak

disebabkan oleh guru itu sendiri karena pendekatan, Model/Metode dan

teknik mengajar yang diterapkan belum cocok. Hal ini bisa dilihat pada hasil

mengajar yang diterapkan belum cocok. Hal ini bisa dilihat pada hasil belajar

informatika terdapat pengaruh hasil belajar di KKM siswa. Pada dasarnya

model pembelajaran sudah dilaksanakan oleh guru di SMK Negeri 2 Tondano,

namun dalam proses pembelajaran belum optimal. Akibatnya proses belajar

berlangsung satu arah dan menyebabkan kebosanan di kalangan siswa. Dalam

proses pembelajaran berlangsung siswa cenderung hanya menerima materi

yang diberikan oleh guru sehingga siswa tidak terlibat langsung dalam posisi

yang lebih besar untuk mengemukakan pendapatnya.


5

Sementara itu, kurikulum yang ada saat ini menuntut siswa yang

berperan lebih aktiv dalam membangun konsep dalam diri. Siswa cenderung

dianggap sebagai objek yang hanya menerima materi pembelajaran. Model

pembelajaran seperti ini akan membuat siswa merasa bosan dalam belajar

serta merasa malas. Akibatnya aktivitas belajar mengajar menjadi rendah

karena guru tidak mengajak siswa untuk belajar bersama. Dengan

menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) ini, siswa

diharapkan dapat lebih aktif dan antusias dalam mengikuti proses baru yang

akan didapatkan melalui proses belajar. Dengan demikian, pembelajaran akan

lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari latar belakang masalah, penelitih tertarik untuk melakukan

penelitian Eksperimen dengan judul: Pengaruh Model Pembelajaran Problem

Based Learning Terhadap Hasil Belajar Informatika kelas X SMK N 2

TONDANO.

B. Identivikasi Masalah

1. Siswa kurang antuasias atau kurang semangat dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar.

2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat atau masih bersifat

konversional mempengaruhi hasil belajar siswa.

3. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung guru kurang

memperhatikan apakah siswanya menerimah prosedur pembelajaran yang

diberikan atau perhatian guru kepada siswa masih kurang dalam

pembelajaran.
6

4. Hasil belajar untuk mata pelajaran informatika masih rendah.

C. Pembatasan masalah

Penelitih membatasi masalah dengan memfokuskan pada pengaruh

model pembelajaran problem based learning terhadap hasil belajar kelas X

SMK Negeri 2 TONDANO mata pelajara informatika kosentrasi X

AKUTANSI. & X MPLB.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah

dalam penelitian ini yaitu “ Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran

pada hasil belajar siswa SMK Negeri 2 TONDANO.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitih yaitu untuk melihat pengaruh pembelajaran problem

based learning terhadap hasil belajar informatika siswa kelas X SMK Negeri 2

TONDANO.

F. Manfaat Penelitih

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan informasi untuk memperkaya ilmu pengetahuan,

khususnya berkenan dengan pengaruh model pembelajran model berbasis

masalah terhadap hasil belajar siswa SMK Negeri 2 TONDANO.

2. Manfaat praktis

a. Bagai penelitih dapat memperoleh pengalaman sebagai seoarang

calon guru terkait pemahaman dan penguasaaan model pembelajaran

berbasis masalah yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.


7

b. Bagi guru, dapat menjadi bahan masukan untuk lebih terampil dalam

menggunakan media pembelajaran berbasis masalah agar dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Bagi siswa, dapat bermanfaat dalam mengikuti proses pembalajaran

Informatika sehingga lebih tertarik dan tidak bosan pada saat

pembelajaran berlangsung serta dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran informatika.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kajian Dan Kopetensi

Hasil belajar adalah hasil pembelajaran dari suatu individu tersebut

berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya. Hasil belajar

itu dapat dilihat dari terjadinya perubahan dari apresepsi dan perilaku

termasuk juga perbaikan perilaku (rusman, 2012: 123). Pengertian lain

menyatakan hasil belajar adalah kemampuan seseorang setelah mengikuti

proses pembelajaran tertentu (Suprihatinigrum,2016:37).

Hasil belajar terbagi ke dalam beberapa jenis, (Benyamin Bloom)

mengklasifikasikan jenis-jenis hasil belajar menjadi tiga rana, yaitu : ranah

kognitif, efektif dan psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil

belajar intelektual, rana efektif berkenaan dengan sikap dan ranah

psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan. (Nana Sudjana,

2013: 22-23), oleh karena itu secara tidak langsung guru dituntut untuk

mengembangkan kemampuannya, guru juga dituntut untuk lebih

professional, kreatif, inovatif dan produktif. Maka hasil belajar adalah

kemampuan yang dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar yang

meliputi kemamampuan kognitif, evektif dan psikomotorik. Dan

pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil

yang diberikan kepada siswa berupa penilaian setelah mengikuti proses


9

pembelajaran dengan menilai pengetahuan, sikap, ketrampilan pada diri

siswa dengan adanya perubahan tingkah laku.

Informatika merupakan mata pelajaran dasar program keahlian dimana

mata pelajaran ini akan dipelajari di setiap jurusan pada kelas X sekolah

menegah kejuruan (SMK). Berdasarkan Kurikulum Merdeka di SMK

materi Informatika diajarkan kepada peserta didik di kelas X (sepuluh)

pada semester Genap.

Informtika memberikan fondasi berpikir komputasional yang

merupakan kemampuan problem solving yaitu ketrampilan generic yang

penting seiring dengan perkembangan teknologi digital yang pesat. Proses

pembelajaran Informatika berpusat pada pesert didik ( panduan antar tatap

muka dan PJJ Blended Learning), pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based Learning).

Informatika berkontribusi terdapat profil pelajar Pancasila dalam

memampukan peserta didik menjadi warga yang bernalar kritis,

komputasional; mandiri, kreatif menjadi melalui warga penerapan yang

berakhlak muliah, kebinekaan global, bergotong-royong melalui praktik

lintas bidang (core practices) untuk menghasilkan artefak komputasinal

yang dikerjakan secar berkolaborasi dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi. Kemampuan bekerja mandiri dan berkolaborasi

secara daring merupakan kemampuan penting sebagai anggota masyarakat

abad ke-21. Peserta didik diharapkan dapat menjadi warga digital (digital
10

eltizen) yang beretika dan mandiri dalam berteknologi informasi, sekaligus

menjadi warga dunia (global citizen) yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL)

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu

bentuk model pembelajaran yang berpusat pada siswa kegiatan

pembelajaran dengan penerapan model Berbasis Masalah dimana siswa

diberikan tantangan berupa kasus permasalahan yang ada didunia nyata,

agar dapat diselesaikan baik secara kelompok maupun individu.

Pengertian lain menyatakan bahwa pembelajaran menurut Dewey

(dalam Trinto, 2007:91) pembelajaran berbasis masalah ini adalah

interaksi antar situmulus dan respon, merupakan hubungan antar dua arah

belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta

didik berupa bantuan dan masalah, sedangankan system saraf otak

berfungsi manafsirkan bantuan itu secara efektiv sehingga masalah yang

dihadapi dapat diselidiki. Dinilai dan dianalisis, serta dicari pemecahannya

dengan baik.

Boud dan feletii (dalam Rusman 2014:230) mengemukakan bahwa

pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) ini adalah

inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan. Konsep pembelajaran ini


11

membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran yang dimulai

dengan masalah yang penting dan bersangkut-paut bagi peserta didik, dan

memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih

nyata.

Menurut Kunandar (2008:354), pembelajaran berbasis masalah

(Problem Based Learning/PBL) adalah suatu pendekatan pembelajaran

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu pendekatan pembelajaran

menggunakan masalah dunia nyata sebagi suatu konteks bagi siswa untuk

belajar tentang cara berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah,

serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi

pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning/

PBL) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dpat

memberikan kondisi belajar peserta didik menjadi aktif. PBL adalah suatu

model pembelajaran yang melibatkan peserta didik menjadi aktif untuk

memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metodel ilmiah sehingga

peserta didik dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan

maslah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan

suatu masalah.

Dari devinisi para ahlli dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah adalah proses pembelajaran yang dapat

memecahkan suatu masalah untuk mencapai kopetensi sikap, pengetahuan,

dan ketrampilan. Kerja kelompok yang dimaksud merupakan suatu bentuk


12

kerja yang memuat tugas-tugas kompleks berdasarkan kepada pertanyaan

dan permasalahan.

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Ciri-ciri model pembelajaran berbasis masalah (Rusman 2014:234)

yaitu sebagai berikut:

1) Strategi pembelajaran ini merupakan rangkaian aktivitas

pembelajaran yang artinya dalam pembelajaran ini tidak

mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengar,

mencatat dan menghafal, akan tetapi melalui strategi

pembelajaran ini diharapkan peserta didik akan aktiv berpikir

mencari, mengelolah data dan dapat menyimpulkannya.

2) Aktivitas dalam pembelajaran ini diarahkan untuk

menyelesaikan masalah strategi pembelajaran berbasis masalah

ini menempatkan masalah sebagi kata kunci proses

pembaljaran. Artinya tanpa masalah tidak mungkin ada proses

pembelajaran ini.

3) Pemecahan masalah di lakukan dengan menggunakan

pendekatan berpikir secara ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan

dengan melalui Tahap-tahap tertentu dan dapat menyelesaikan

masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.


13

c. Langka-Langka dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Langka-langka (sintaks) model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Menurut Ibrahim dan Nur (dalam Trianto, 2007:72) adalah sebagai

berikut:

1) Fase 1 : orientasi pada masalah

Guru berperan menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskn

logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2) Fase II : Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru berperan membantu siswa mendefinisikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3) Fase III : Membimbing penyelidikn individual atau kelompok

Guru berperan membantu siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melakukan eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan memecakan masalah.

4) Fase IV : Membimbing dan menyajikan hasil karya

Guru berperan membantu siswa dalam merencanakan dan

meyiapkan karya yang seperti laporan serta membantu mereka

untuk membantu membagi tugas dengan temanya.

5) Fase V : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah
14

Guru berperan membantu siswa untuk melakukan refleksi atau

evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang

mereka gunakan.

d. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL)

Menurut Yunua (2014:126) keunggulan model pembelajaran ini

yaitu:

1. Pemecahan masalah adalah teknik yang bagus untuk lebih

memahami isi materi.

2. Pemecahan masalah dapat menantang masalah kemampuan

siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan

pengetahuan baru bagi siswa.

3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas belajar

siswa

4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam

kehidupan nyata.

5. Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik untuk

mengembangkan pengethun barunya dan bertanggung jawab

dalam pembelajaran yang mareka lakukan.

6. Melalui pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan

dan disukai siswa.


15

7. Pemecahan masalah dapat mengembangakan kemampuan

siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan

mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran berbasis masalah ini baru dimulai dengan

kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan.

Selain kelebihannya, model pembelajaran ini juga

mempenyai kekurangan Menurut Yunus, (2014 : 127)

kekurangan model pembelajaran ini yaitu:

1. Adanya sisw yang tidak percaya diri dan berpikir bahwa

masalah yang dihadapi sulit untuk dipecahkan, maka mereka

sangat tidak ingin untuk mencoba.

2. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui permasalahan

berbasis masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak

akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

B. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran berbasis masalah ( PBL) Adalah pilihan yang

tepat untuk membantu siswa aktif dalam pembelajaran, berpikir kritis,

serta terampil dan inovativ karena penggunaan model pembelajaran

berbasis masalah (PBL) ini memberikan ruang yang luas untuk siswa

berkreasi dengan menggunakan tugas sebagai konteks bagi siswa untuk

belajar berpikir kritis dan terampil serta inovatif untuk memperoleh


16

pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Model

pembelajaran ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri

dakam mengkonstruk (membentuk pembelajaran dan

mempresentasikannya dalam produk nyata).

Penggunaan model pembelajaran ini bisa membantu meningkatkan

hasil belajar siswa karena melibatkan siswa secara langsung dalam

memecahkan masalah dan tugas penuh makna lainnya, sehingga bisa

mendorong siswa untuk bekerja mandiri membangun pembelajaran,

menghasilakan karya nyata, dan pada akhirnya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa juga. Penggunaan model pembelajaran berbasis masalah

dalam mata pelajaran Informatika diharapkan dapat menuntut siswa untuk

ikut berpatisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran, meningkatkan

motivsi belajar karena siswa didorong untuk bisa mengasa kreatifitas dan

inovasi yang di harapkan bisa membantu meningkatkan tingkat

pemahaman siswa yang mana juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dari uraian kerangka berpikir dapat dibuat suatu dugaan bahwa

model pembelajaran berbasis masalah mempengaruhi hasil belajar

Informatika siswa kelas X SMK N 2 TONDANO.

C. Hipotesis
17

Berdasarkan dugaan pada kerangka berpikir dapat dirumuskan

hipotesis penelitian yaitu; “ terdapat pengaruh model pembelajaran

berbasis masalah terhadap hasil belajar Informatika siswa kelas X SMK

Negeri 2 Tondano

BAB III

METODE PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penilitian ini dilakukan di SMK N 2 Tondano alamat di Jl. Gn.

Agung, Rinegetan,Kec Tondano Bar, Kabupaten Minahasa, Sulawesi

utara. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2023.

B. Metode dan Desain Penilitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Eksperimen. Desain

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent

Control Group (Sugiyono, 2013). Dengan desain ini, baik kelompok

Eksperimen maupun kelompok control dibandingkan dan kelompok

tersebut dipilih dan ditempatkan, tanpa melalui randomisasi. Desain ini

terdiri atas dua kelompok yang masing-masing diberikan pretest dan

posttest yang kemudian diberi perlakuan dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Dan tanpa menggunakan

model pembelajaran PBL atau Problem Based Learng model pembelajaran

berbasis masalah.
18

Rancangan dari penelitian dapat dilihat pada table 3.1

Table 3.1 Nonequivalent Control Group Design

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2

Kontrol O3 - O4

Keterangan :

O1 : ( Pre-test)

O2 : ( Post- test)

X : perlakuan berupa pembelajaran berbasis masalah

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitaian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang

objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

penelitih untuk dipelajari dan kemudian ditarik, kesimpulannya (Sugiyono,


19

2019 : 18). Variabel penelitian dalam penelitian kuantitatif ini dapat

dibedahkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Variabel bebas (Independent) Merupakan variabel yang mempengaruhi

atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent

(terikat). Variabel bebas (X) pada penelitian ini adalah model

pemebelajaran berbasis masalah.

2. Variabel terikat (Dependent) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel

terikat (Y) pada penelitian ini adalah hasil belajar Informatika siswa

kelas X SMK N 2 TONDANO.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yertentu yang

ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah

siswa kelas X AKL dan X MPLB SMK N 2 TONDANO.

Simple Random Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari

populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan anggota strata

yang ada dalam populasi (Sugiyono 2017). Sampel dalam penelitian ini

yaitu ; untuk kelas X Akutansi berjumblah 26 siswa sebagai kelas

ekperimen dan untuk kelas X pemasaran berjumblah 26 siswa sebagai

kelas Kontrol. Alasan saya mengambil dua kelas tersebut karena kedua
20

kelas memiliki mata pelajaran dan materi yang sama, kemudian salah satu

guru yang mengajar dalam kelas juga sama.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitin ini adalah teknik tes.

Teknik tes merupakan prosedur pengumpulan data dengan memberikan

kumpulan pertanyaan pada saat pre-tes dan post-test. Sebelum diberikan

treatment, para siswa diberikan tes awal (pre-test) tujuannya untuk

mengetahui kemampuan siswa menguasai materi Informatika. Setelah

diberikan treatment, kemudian dilaksanakan tes akhir (post-test) berupa

pertanyaan untuk mengetahui hasil belajar informatika setelah diberikan

treatment.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan berupa modul ajar

dan capaian pembelajaran/silabus serta instrument pengambilan data

berupa instrument tes soal pilihan ganda 10 nomor untuk mendapatkan

hasil belajar siswa.

G. Validitas dan reliabilitas Instrumen

1. Validitas

Sebelum instrument yang digunakan dalam bentuk teknik

pengumpulan data untuk melihat pengaruk hasil belajar siswa dalam

bentuk essay test (pre test-post test) mengenai materi pada kedua kelas
21

eksperimen dan control. Soal yang digunakan sebelumnya telah diuji

validitas, yang digunakan adalah variabel isi yaitu menanyakan pendapat

tim ahli (pembimbing) tentang tes yang dibuat apakah layak untuk

digunakan. Uji validitas dan Reliabilitas.

Uji validitas menggunakan rumus korelasi produksi product moment dari

pearson dengan rumus:

n ∑ XY −∑ X ∑ Y
r xy =
√[ n ∑ X −(∑ X ¿ ][ n ∑ Y −(∑ Y ¿ ]
2 2 2 2

Rxy :Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N :banyak subjek (testi)

X :skor yang diperoleh dari test

Y :skor total

2. Reliabilitas

Pada penelitian ini juga dilakukan uji reliabilitas bertujuan untuk

mengetahui apakah instrument tes yang dipakai bersifat reliabilitas

atau tidak. Reliabilitas menunjukan bahwa suatu instrument cukup

dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena

instrument tersebut sudah baik.


22

( )( )
n 2
n ∑i−1 si
r ii = 1− 2
n−1 st

rii : koefisien Reliabilitas

n : banyak butir soal

∑ s2t : jumblah setiap skor setiap soal

2
st : variasi skor soal

Dalam hasil yang diperoleh kemudian dikonveri kedalam

presentase ketentuan hasil belajar siswa untuk menentukan tingkat

ketrampilan dari hasil belajar siswa pada ranah soal yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kriteria Reliabilitas Tes B utir Soal

Besarnya nilai reliabilitas Interpretasi

8,0-10 Sangat tinggi

6,6-7,9 Tinggi

5,6-6,5 Sedang

40,5,5 Rendah

0-3,9 Sangat rendah


23

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel

terdistribusi normal atau tidak, dengan menggunakan data pretest

untuk menguji kenormalan data akan diuji menggunakan liliefrom.

2. Pengujian Homogenitas

Jika data berdistribusi normal maka selanjutnya akan dilakukan uji

homogenitas, Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah

kelas control dan kelas eksperimen mempunyai varians atau kesamaan

untuk hasil pre-test dab post-test. Dalam penelitian ini statistika yang

digunakan untuk menguji kesamaan variasi digunakan uji f dengan

rumus.

variasi terbesar
F =
variasi terkecil

3. Uji Hipotesis
24

Pengujian hipotesis digunakan untuk mengetahui dugaan

sementara yang dirumuskan dalam hipotesis penelitian dengan

menggunakan Uji t dengan rumus.

Untuk pengujian pre test dan post test :

∑d
t=
√ n∑ d 2−¿ ¿ ¿ ¿

d : selisih post test dari pre test

n : sampel

Untuk pengujian post test kelas Eksperimen 1 dan kelas

Eksperimen II

X 1−X 2


2 2
t= (n¿¿ 1−1) s1 +(n2−1) s 2 1 1
( + )¿
n1 +n2 −2 n1 n 2

X1 : Nilai rata-rata kelas Eksperimen A

X2 : Rata-rata kelas Eksperimen B

2
st : Standar deviasi kelas Ekperimen A

2
st : Standar deviasi kelas Ekperimen B

n1 : Sampel kelas Eksperimen A

n2 : Uji N Gain
25

Setelah nilai tes awal dan tes akhir pada kelompok Eksperimen A

dan Eksperimen B diketahui, kemudian dihitung peningkatan anatara tes

awal dan tes akhir untuk mendapatkan nilai N Gain ternomalisasi

Suhartati. 2010: 143 menggunakan rumus berikut.

skor postes−skor pretes


N.Gain :
skor maksimum−skor pre tes

Keterangan :

N.Gain : Gain yang ternormalisir

Pre test : Nilai awal pembelajaran

Post test : Nilai akhir pembelajaran

Kriteria N Gain:

Tabel 3.3 Mengetahui Nilai awal dan Akhir pre-test post-test

Nilai N Gain Kategori

G > 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang

G < 0,3 Rendah

Sumber Melzer dalam syafitri 200


26

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

a. Data Hasil Belajar Kelas Experimen

Dari hasil data posy-test kelas experimen setelah diberikan treatmen model

pembelajaran Problem Based Learning, di peroleh nilai maksimum 97 dan untuk

skor minimum 75.

Tabel 4.1

Frekuensi Kategori Kelas Experimen

NO INTERVAL FREKUENSI RELATIF (%)


1 75-78 10 25
2 79-82 4 15
3 83-86 2 10
4 87-90 1 20
5 91-97 9 30
JUMLAH 26 100
27

Lebar interval dapat dihitung dengan mengurangkan batas bawah dari

batas atas pada setiap kategori kelas. Sebagai contoh, untuk interval pertama (75-

78), lebar intervalnya adalah 78 - 75 = 3. Tengah interval dapat dihitung dengan

menambahkan batas bawah dan batas atas dari setiap kategori kelas dan kemudian

dibagi 2. Sebagai contoh, untuk interval pertama (75-78), tengah intervalnya

adalah (75 + 78) / 2 = 76.5. Frekuensi kumulatif adalah jumlah dari frekuensi pada

kategori kelas tertentu dengan semua frekuensi sebelumnya. Kita dapat

menghitungnya dengan menjumlahkan frekuensi relatif pada setiap kategori kelas

secara berurutan. Persentase kumulatif adalah persentase dari total frekuensi yang

terakumulasi hingga kategori kelas tertentu. Ini dapat dihitung dengan

menjumlahkan persentase relatif pada setiap kategori kelas secara berurutan.

b. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Kontrol

Dari hasil data posy-test kelas experimen setelah diberikan treatmen model

pembelajaran Problem Based Learning, di peroleh nilai maksimum 80 dan untuk

skor minimum 53

Tabel 4.2

Frekuensi Kategori Data Hasil Belajar Kelas Kontrol

NO INTERVAL FREKUENSI RELATIF


1 53-60 6 30
2 61-66 8 25
3 67-71 4 15
4 72-75 2 20
5 76-80 6 10
JUMLAH 26 100
28

Lebar interval dapat dihitung dengan mengurangkan batas bawah dari

batas atas pada setiap kategori kelas. Sebagai contoh, untuk interval pertama

(53-60), lebar intervalnya adalah 60 - 53 = 7. Tengah interval dapat dihitung

dengan menambahkan batas bawah dan batas atas dari setiap kategori kelas dan

kemudian dibagi 2. Sebagai contoh, untuk interval pertama (53-60), tengah

intervalnya adalah (53 + 60) / 2 = 56.5. Frekuensi kumulatif adalah jumlah dari

frekuensi pada kategori kelas tertentu dengan semua frekuensi sebelumnya.

Kita dapat menghitungnya dengan menjumlahkan frekuensi relatif pada setiap

kategori kelas secara berurutan. Relatif kumulatif adalah persentase dari total

frekuensi yang terakumulasi hingga kategori kelas tertentu. Ini dapat dihitung

dengan menjumlahkan relatif pada setiap kategori kelas secara berurutan.

B. Pengujian Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

1) Uji normalitas pree test

a) Uji Noramlitas pree test kelompok experiment

Tabel 4.3Uji Liliefors

NO xi Zi f(zi) s(zi) f(zi)-s(zi) │F(Zi)-S(Zi)│

1 27 -1,1494 0,1252 0,0385 0,0867 0,0867

2 27 -1,1494 0,1252 0,0769 0,0483 0,0483

3 27 -1,1494 0,1252 0,1154 0,0098 0,0098

4 27 -1,1494 0,1252 0,1538 -0,0287 0,0287

5 27 -1,1494 0,1252 0,1923 -0,0671 0,0671

6 30 -0,7805 0,2176 0,2308 -0,0132 0,0132


29

7 30 -0,7805 0,2176 0,2692 -0,0517 0,0517

8 30 -0,7805 0,2176 0,3077 -0,0901 0,0901

9 30 -0,7805 0,2176 0,3462 -0,1286 0,1286

10 33 -0,4115 0,3403 0,3846 -0,0443 0,0443

11 35 -0,2270 0,4102 0,4231 -0,0129 0,0129

12 35 -0,2270 0,4102 0,4615 -0,0513 0,0513

13 37 -0,0426 0,4830 0,5000 -0,0170 0,0170

14 37 -0,0426 0,4830 0,5385 -0,0554 0,0554

15 37 -0,0426 0,4830 0,5769 -0,0939 0,0939

16 38 0,1419 0,5564 0,6154 -0,0590 0,0590

17 38 0,1419 0,5564 0,6538 -0,0974 0,0974

18 38 0,1419 0,5564 0,6923 -0,1359 0,1359

19 38 0,1419 0,5564 0,6538 -0,0974 0,0974

20 40 0,3264 0,6279 0,7692 -0,1413 0,1413

21 42 0,5109 0,6953 0,8077 -0,1124 0,1124

22 45 0,8798 0,8105 0,8462 -0,0356 0,0356

23 52 1,6177 0,9471 0,8846 0,0625 0,0625

24 55 1,9867 0,9765 0,9231 0,0534 0,0534

25 55 1,9867 0,9765 0,9615 0,0150 0,0150

26 55 1,9867 0,9765 1,0000 -0,0235 0,0235

L hitung= nilai tertinggi │F(Zi)-S(Zi)│=0,1413

0,886
L tabel= = 0,1726
√ 26
30

Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat Lhitung = 0,1413< Ltabel = 0,1726

dengan demikian data berdistribusi normal.

b) Uji Noramlitas pree test kelompok kontrol

Tabel 4.4Uji liliefors

NO xi Zi f(zi) s(zi) f(zi)-s(zi) │F(Zi)-S(Zi)│


1 33 -1,6666 0,0478 0,0385 0,0093 0,0093
2 33 -1,6666 0,0478 0,0769 -0,0291 0,0291
3 38 -1,0331 0,1508 0,1154 0,0354 0,0354
4 38 -1,0331 0,1508 0,1538 -0,0031 0,0031
5 38 -1,0331 0,1508 0,1923 -0,0415 0,0415
6 40 -0,7797 0,2178 0,2308 -0,0130 0,0130
7 40 -0,7797 0,2178 0,2692 -0,0514 0,0514
8 40 -0,7797 0,2178 0,3077 -0,0899 0,0899
9 40 -0,7797 0,2178 0,3462 -0,1284 0,1284
10 40 -0,7797 0,2178 0,3846 -0,1668 0,1668
11 45 -0,1462 0,4419 0,4231 0,0188 0,0188
12 45 -0,1462 0,4419 0,4615 -0,0197 0,0197
13 45 -0,1462 0,4419 0,5000 -0,0581 0,0581
14 45 -0,1462 0,4419 0,5385 -0,0966 0,0966
15 48 0,2339 0,5925 0,5769 0,0155 0,0155
16 48 0,2339 0,5925 0,6154 -0,0229 0,0229
17 50 0,4873 0,6870 0,6538 0,0331 0,0331
18 50 0,4873 0,6870 0,6923 -0,0053 0,0053
19 50 0,4873 0,6870 0,6538 0,0331 0,0331
20 50 0,4873 0,6870 0,7692 -0,0823 0,0823
21 57 1,3742 0,9153 0,8077 0,1076 0,1076
22 57 1,3742 0,9153 0,8462 0,0692 0,0692
23 57 1,3742 0,9153 0,8846 0,0307 0,0307
24 57 1,3742 0,9153 0,9231 -0,0078 0,0078
25 58 1,5009 0,9333 0,9615 -0,0282 0,0282
26 58 1,5009 0,9333 1,0000 -0,0667 0,0667

L hitung= nilai tertinggi │F(Zi)-S(Zi)│=0,1668

0,886
L tabel= =0,1726
√ 26
31

Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat Lhitung = 0,1668< Ltabel = 0,1726

dengan demikian data berdistribusi normal.

2) Uji normalitas post test

a) Noramlitas post test kelompok experiment

Tabel 4.5Uji liliefors

N
xi Zi f(zi) s(zi) f(zi)-s(zi) │F(Zi)-S(Zi)│
O
-
1 75 0,1578 0,0385 0,1194 0,1194
1,0034
-
2 75 0,1578 0,0769 0,0809 0,0809
1,0034
-
3 75 0,1578 0,1154 0,0425 0,0425
1,0034
-
4 75 0,1578 0,1538 0,0040 0,0040
1,0034
-
5 75 0,1578 0,1923 -0,0345 0,0345
1,0034
-
6 77 0,2322 0,2308 0,0014 0,0014
0,7316
-
7 77 0,2322 0,2692 -0,0370 0,0370
0,7316
-
8 77 0,2322 0,3077 -0,0755 0,0755
0,7316
-
9 77 0,2322 0,3462 -0,1140 0,1140
0,7316
-
10 78 0,2757 0,3846 -0,1089 0,1089
0,5958
-
11 78 0,2757 0,4231 -0,1474 0,1474
0,5958
-
12 80 0,3730 0,4615 -0,0886 0,0886
0,3240
32

-
13 80 0,3730 0,5000 -0,1270 0,1270
0,3240
-
14 80 0,3730 0,5385 -0,1655 0,1655
0,3240
-
15 82 0,4792 0,5769 -0,0978 0,0978
0,0523
-
16 82 0,4792 0,6154 -0,1362 0,1362
0,0523
-
17 82 0,4792 0,5769 -0,0978 0,0978
0,0523
18 83 0,0836 0,5333 0,6923 -0,1590 0,1590
19 83 0,0836 0,5333 0,6154 -0,0821 0,0821
20 87 0,6271 0,7347 0,7692 -0,0345 0,0345
21 87 0,6271 0,7347 0,8077 -0,0730 0,0730
22 93 1,4424 0,9254 0,8462 0,0792 0,0792
23 93 1,4424 0,9254 0,8846 0,0408 0,0408
24 97 1,9858 0,9765 0,9231 0,0534 0,0534
25 97 1,9858 0,9765 0,9615 0,0149 0,0149
26 97 1,9858 0,9765 1,0000 -0,0235 0,0235

L hitung= nilai tertinggi │F(Zi)-S(Zi)│=0,1655

0,886
L tabel= =0,1726
√ 26
Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat Lhitung = 0,1655< Ltabel = 0,1726

dengan demikian data berdistribusi normal.

b) Uji Normalitas kelompok kontrol

Tabel 4.6Uji liliefors

NO xi Zi f(zi) s(zi) f(zi)-s(zi) │F(Zi)-S(Zi)│


1 53 -1,8680 0,0309 0,0385 -0,0076 0,0076
2 53 -1,8680 0,0309 0,0769 -0,0460 0,0460
3 60 -0,9076 0,1820 0,1154 0,0667 0,0667
4 60 -0,9076 0,1820 0,1538 0,0282 0,0282
5 60 -0,9076 0,1820 0,1923 -0,0103 0,0103
6 60 -0,9076 0,1820 0,2308 -0,0487 0,0487
7 63 -0,4960 0,3099 0,2692 0,0407 0,0407
8 63 -0,4960 0,3099 0,3077 0,0022 0,0022
33

9 65 -0,2216 0,4123 0,3462 0,0661 0,0661


10 65 -0,2216 0,4123 0,3846 0,0277 0,0277
11 65 -0,2216 0,4123 0,4231 -0,0108 0,0108
12 65 -0,2216 0,4123 0,4615 -0,0492 0,0492
13 65 -0,2216 0,4123 0,5000 -0,0877 0,0877
14 65 -0,2216 0,4123 0,5385 -0,1262 0,1262
15 65 -0,2216 0,4123 0,5769 -0,1646 0,1646
16 67 0,0528 0,5210 0,6154 -0,0943 0,0943
17 67 0,0528 0,5210 0,6538 -0,1328 0,1328
18 67 0,0528 0,5210 0,6923 -0,1713 0,1713
19 70 0,4644 0,6788 0,6538 0,0250 0,0250
20 70 0,4644 0,6788 0,7692 -0,0904 0,0904
21 75 1,1503 0,8750 0,8077 0,0673 0,0673
22 75 1,1503 0,8750 0,8462 0,0288 0,0288
23 77 1,4247 0,9229 0,8846 0,0383 0,0383
24 77 1,4247 0,9229 0,9231 -0,0002 0,0002
25 80 1,8363 0,9668 0,9615 0,0053 0,0053
26 80 1,8363 0,9668 1,0000 -0,0332 0,0332

L hitung= nilai tertinggi │F(Zi)-S(Zi)│=0,1713

0,886
L tabel= =0,1726
√8
Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat Lhitung =0,1713< Ltabel =0,1726

dengan demikian data berdistribusi normal.

b. Uji homogenitas

Hipotesis untuk uji homogenitas sebagai berikut:

Ha : data homogen

H0 :data tidak homogen

Kriteria homogenitas sebagai berikut:

Terima Ha dan tolak H0 jika F hitung < F tabel


34

Tolak Ha dan terima H0 jika F hitung > F tabel

Pada taraf nyata dengan F tabel didapat dari distribusi F dengan derajat

kebebasan dengan dk pembilang dan dk penyebut dengan taraf sig ɑ =0,05.

1) Uji homogen pree test dan post test kelompok experiment

Uji homogenitas pree test dan postes di kelompok experiment dilakukan

dengan mengunakan rumus berikut:

2 2
2 n1 ( pree test ).∑ X ( pree tast )−(∑ X ( pree test ))
s=
1
n1 ( pree test )(n1 ( pree test )−1)

2 26.37835−931225
s1=
26.(26−1)

2 52485
s1= =¿ 80,746154
650
2 2
2 n1 ( post test ). ∑ X ( post tast )−(∑ X ( post test ))
s=
2
n1 ( post test )(n 1( post test )−1)

2 26.177822−4588164
s2=
26.(26−1)

2 35208
s2= =54,166154
650

varians terbesar
Uji homogenitas (F hitung )=
varians terkecil

80,746154
F hitung = = 1,491
54,166154

dk1= n1-1=26-1=25

dk2 =n2-1 = 26-1-1= 25

Ftabel = 1,96
35

Dari hasil homogenitas diatas dapat dilihat F hitung = 1,491< F tabel = 1,96

maka terima Ha dan tolak H0 dengan demikain data homogen.

2) homogen pree test dan post test kelompok kontrol

uji homogenitas pree test dan postes di kelompok kontrol dilakukan dengan

mengunakan rumus berikut:

2 2
2 n2 ( pree test ).∑ K ( pree tast )−(∑ K ( pree test ))
s1=
n2 ( pree test )(n2 ( pree test )−1)

2 26.56942144−1440000
s1=
26.(26−1)

2 40492
s1= =62,295385
650
2 2
2 n2 ( post test ). ∑ K ( post tast )−(∑ K ( post test ))
s1=
n2 ( post test )(n2 ( post test )−1)

2 26.116706−2999824
s2=
26.(26−1)

2 34532
s2= =¿53,126154
650

varians terbesar
Uji homogenitas (F hitung )=
varians terkecil

62,295385
F hitung = = 1,173
53,126154

dk1= n1-1=26-1=25

dk2 =n2-1 = 26-1= 25

Ftabel = 1,96

Dari hasil homogenitas diatas dapat dilihat F hitung = 1,173< F tabel = 1,96

maka terima Ha dan tolak H0 dengan demikain data homogen.


36

3) Uji homogen post test kelompok experiment dan kelompok kontrol

Uji homogenitas post test kelas experiment 1 dan postes kelas experiment 2

dilakukan dengan mengunakan rumus berikut:

2 2
S1=n1 . ∑ X 1 −¿ ¿

2 26.177822−4588164
S1 =
26.(26−1)

2 35208
s1= =¿ 54,166154
650
2 2
S2=n2 . ∑ X 2 −¿ ¿

2 26.116706−2999824
s2=
26.(26−1)

2 34532
s2= =53,126154
650

varians terbesar
Uji homogenitas (F hitung )=
varians terkecil

54,166154
F hitung = = 1,019
53,126154

dk1= n1-1=26-1=25

dk2 =n2-1 = 26-1= 25

Ftabel = 1,96

Dari hasil homogenitas diatas dapat dilihat F hitung = 1,019< F tabel = 1,96 maka

terima Ha dan tolak H0 dengan demikain data homogen.

4) uji hipotesis
37

1) Perbadingan Pree Test Dan Post Test hasil belajarsiswa Untuk kelompok

Experiment (Sebelum Dan Setelah Menerapkan Pembelajaran problem

based learning).

Berdasarkan pengujian homogenitas data menujukan data/nilai kedua

kelompok yang varian atau homogen, sehingga penujian hipotesis dilakukan

dengan menggunakan rumus paired samples T-test:

Hipotesis:

Ha: ada perbadingan antara pre test dan post test

H0:tidak ada perbandingan antara pre tes dan post tes

Kriteria:

Terima Ha dan tolak H0 jika t hitung>t tabel

Tolak Ha dan terima H0 jika t hitung<t tabel

∑d 1
t=
√ n∑ d −¿ ¿ ¿ ¿
2
1

1177


t= 26.54493−1385329
25

1177
t=
35,4903

t= 33,16

Ttabel = 26-2 = 24 taraf signifikan 0,05

Ttabel = 2,064

Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat t hitung = 33,16>t tabel=2,064 dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan tolak H0. maka ada
38

perbandingan antara pree test dan post test hasil belajar dengan menerapkan

Pembelajaran problembased learning pada pada kelompok experiment. Dengan

demikian penerapan Pembelajaran problembased learning pada kelompok

experimen terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan.

2) perbadingan Pree Test Dan Post Test hasil belajar Untuk kelompok kontrol

(kelompok yang tidak di terapkan Pembelajaran proble based learning).

Berdasarkan pengujian homogenitas data menujukan data/nilai kedua

kelompok yang varian atau homoge, sehingga penujian hipotesis dilakukandengan

menggunakan rumus paired samples T-test:

Hipotesis:

Ha: ada perbadingan antara pre test dan post test

H0: tidak ada perbanding an antara pre tes dan post tes

Kriteria:

Terima Ha dan tolak H0 jika t hitung>t tabel

Tolak Ha dan terima H0 jika t hitung<t tabel

∑d 2
t=
√ n∑ d −¿ ¿ ¿ ¿
2
2

532


t= 26.13358−283024
25

532
t=
50,7086

t= 10,49

Ttabel = 26-2 = 24 taraf signifikan 0,05

Ttabel = 2,064
39

Dari hasil pengujian diatas dapat dilihat t hitung = 10,49>t tabel=2,064 dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan tolak H0. maka ada

perbandingan antara pree test dan post test hasil belajar siswa dengan tidak

menerapkan Pembelajaran problem based learning pada kelompok kontrol.

3) Perbandingan kelompok Experiment Dan kelompok kontrol

Berdasarkan pengujian homogenitas data menujukan data/nilai kedua

kelompok yang varian atau homoge, sehingga penujian hipotesis dilakukan

dengan menggunakan rumus Independen sampel T-test:

Hipotesis:

Ha : Ada Perbadingan hasil belajar Dengan Menerapkan Pembelajaran

problem based learning di kelompok Experiment Dan yang tidak

menerapkan Pembelajaran problembased learning pada kelompok kontrol.

H0 : Tidak Ada Perbadingan hasil belajar Dengan Menerapkan Pembelajaran

problem based learning di kelompok Experiment Dan yang tidak

menerapkan Pembelajaran problem based learning pada kelompok kontrol.

Kriteria:

Terima Ha dan tolak H0 jika t hitung>t tabel

Tolak Ha dan terima H0 jika t hitung<t tabel

X 1−X 2


t= (n¿¿ 1−1) s12+(n2−1) s 22 1 1
n1 +n2 −2
( + )¿
n1 n 2

82 , 38−66 ,62
t=
√ ( 26−1 ) 54,166+ ( 26−1 ) 53,126 1 1
48
( + )
26 26
40

15,769
t= = 4,455
3,539387

Ttabel = 26-2 = 24taraf signifikan 0,05

Ttabel = 2,064

Dari hasil penguijaian diatas dapat dilihat t hitung= 4,455<t tabel = 2,064

dengan demikian Ha diterima dan tolak H0 maka ada perbandingan hasil belajar

antara kelompok yang menerapkan Pembelajaran problem based learning dan

pada kelompok yang tidak menerapkan Pembelajaran problem based learning.

Atau ceramah bervariasi.

4) Uji N.GAIN

Uji N.Gain dilakukan untuk melihat kategori peningkatan setelah penerapan

Pembelajaran problem based learning dilakukan pada kelas experiment dan tidak

menerapkan Pembelajaran problem based learning pada kelompok kontrol dengan

interpretasi berikut:

Tabel 4.7

Pembagian Skor Gain

Nilai N.Gain Kategori

g¿ 0,7 Tinggi

0,3 ≤g ≤ 0,7 Sedang

g¿ 0,3 Rendah

Sumber : Melzer dalam Syafitri 2008: 33


41

Tabel 4.8N.Gain kelas experiment

NO pos tes-pre tes skor ideal - pre tes

1 40 58 0,690
2 46 63 0,730
3 48 55 0,873
4 49 62 0,790
5 44 62 0,710
6 48 73 0,658
7 50 73 0,685
8 50 70 0,714
9 42 45 0,933
10 48 73 0,658
11 47 70 0,671
12 25 45 0,556
13 67 70 0,957
14 38 63 0,603
15 48 70 0,686
16 45 62 0,726
17 41 48 0,854
18 49 62 0,790
19 42 60 0,700
20 48 73 0,658
21 50 73 0,685
22 47 67 0,701
23 42 45 0,933
24 40 65 0,615
25 41 63 0,651
26 42 65 0,646
N.GAIN= 0,726

Berdasarkan uji diatas dapa dilihat nilai N.Gain 0,726 berada pada kategori

tinggi dengan demikian terjadi peningkatan yang tinggi hasil belajar siswa di

kelas experiment dengan menerapkan Pembelajaran problem based learning.


42

Tabel 4.9
N.Gain kelompok kontrol

N postes−pretes
post- pre tes skor ideal-pre tes
O skor ideal− pre tes
1 27 62 0,435
2 27 62 0,435
3 40 60 0,667
4 18 43 0,419
5 3 50 0,060
6 27 60 0,450
7 12 52 0,231
8 2 42 0,048
9 22 55 0,400
10 15 55 0,273
11 44 67 0,657
12 8 43 0,186
13 15 50 0,300
14 18 55 0,327
15 25 55 0,455
16 32 67 0,478
17 23 43 0,535
18 25 50 0,500
19 13 60 0,217
20 29 62 0,468
21 20 60 0,333
22 20 43 0,465
23 15 50 0,300
24 25 60 0,417
25 15 52 0,288
26 12 42 0,286
N.GAIN= 0,370

Berdasarkan uji diatas dapa dilihat nilai N.Gain 0,370 berada pada

kategori sedang dengan demikian terjadi peningkatan yang sedang hasil belajar
43

siswa di kelompok kontrol yang tidak menerapkan pembelajaran problem based

learning.

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu peneliti menduga

Pembelajaran problem based learning Terhadap Hasil Belajar pada mata pelajaran

informatika. Untuk menjawab dugaan tersebut, peneliti melakukan penelitian

experiment dengan menerapkan Pembelajaran problem based learning untuk

menijau hasil belajar siswa SMK Negeri 2 Tondano. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan dapat dilihat data dari hasil penelitian berdistribusi normal dan

homogen dengan demikian, untuk melihat apakah dengan menerapkan

Pembelajaran problem based learning dapat berpengaruh terhadap hasil belajar

atau tidak dilakukan dengan uji paired samples t-test. Hasil dari pengujian yang

dilakukan ditemui dengan menerapkan Pembelajaran problem based learning

maka hasil belajar siswa akan meningkat di buktikan dengan hasil t hitung sebesar

33,16 lebih besar t tabel sebesar 2,064 dengan demikian dengan menerapkan

Pembelajaran problem based learning dapat menigkatkan hasil belajar siswa

secara signifikan. Untuk melihat kategori peningkatan hasil belajar dengan

menerapkan Pembelajaran problem based learning dilihat dengan uji n.gain yang

di temui sebesar 0,726 berada pada kategori tinggi dengan demikian terjadi

peningkatan yang tinggi hasil belajar siswa di kelompok experiment dengan

menerapkan Pembelajaran problem based learning. Di temui juga pada kelas


44

kontrol data dari hasil penelitian berdistribusi normal dan homogen dengan

demikian, untuk meguji pre test dan post test dilakukan nengan mengunakan

rumus paired sampel-t test dan di temui hasil t hitung sebesat 10,49 lebih besar dari

t tabel sebesar 2,064 dengan demikian ada perbandingan yang signifikan antara pree

test dan post test hasil belajar siswa dengan tidak menerapkan Pembelajaran

problem based learning pada kelompok kontrol. Untuk melihat kategori

peningkatan hasil belajar dengan tidak menerapkan Pembelajaran problem based

learning dilihat dengan uji n.gain yang di temui sebesar 0,370 berada pada

kategori sedang dengan demikian terjadi peningkatan yang sedang hasil belajar

siswa di kelompok kontrol.

Melihat hasil uji independen sampel t-tess di temui t hitung= 4,455<t tabel =

2,064 dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada perbandingan antara

kelompok experimen dan kelompok kontrol. Hasil dari kedua kelompok ini hasil

belajarnya yang lebih tinggi adalah kelompok experimen atau kelompok yang

menerapkan Pembelajaran problem based learning. Dari hasil penelitian ini

peneliti menyimpilkan bahwa terdapat Pengaruh Penggunaan Pembelajaran

problem based learning Terhadap Hasil Belajar pada mata pelajaran informatika.
45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarakan hasil penelitian dan pembahasan yang ada pada bab empat

maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Terdapat pengaruh Pembelajaran problem based learning Terhadap Hasil Belajar

pada mata pelajaran informatika dengan kategori tinggi.

A. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan pada bab empat dan kesimpulan

diatas maka saran dari penelitian ini yaitu:

1. bagi guru di Bagi guru-guru SMK Negeri 2 Tondano baiknya dalam

pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat meningkat,guru-guru SMK

SMK Negeri 2 Tondano baiknya menerapkan pembelajaran problem

based learning. Karena hasil penelitian ini membuktikan pembelajaran

problem based learning ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa

dengan kategori tinggi.

2. Bagi siswa Bagi siswa-siswa SMK Negeri 2 Tondano harus rajin

belajar agar dapat memperoleh hasil belajar yang sangat memuaskan.

Anda mungkin juga menyukai