Anda di halaman 1dari 72

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PPKn PADA MATERI

WAWASAN NUSANTARA MELALUI METODE


PROBLEM BASED LEARNING

( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPS 3 Semester Genap, Tahun
Pelajaran 2020/2021 SMA Negeri 1 Setu )

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat proposal skripsi

“ Sarjana Pendidikan “

Oleh

MINA ALBERTY TENIS


NPM : 20168200009
Program Studi : PPKn

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

( STKIP ) KUSUMA NEGARA JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia pendidikan di Indonesia masih dihadapkan oleh beberapa kendala

yang berkaitan dengan mutu pendidikan. Diantaranya adalah jumlah guru

yang belum merata, keterbatasan akses pendidikan, serta kualitas guru itu

sendiri dinilai masih kurang maksimal. Pendidikan memegang peran sangat

penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Untuk

meningkatkan mutu pendidikan khususnya di Indonesia diperlukan adanya

perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan

kurikulum.

Masih banyak pembelajaran di Indonesia yang terfokus dan berpusat

pada guru, sedangkan siswa kurang diperhatikan keberadaanya. Yang dapat

mengakibatkan siswa kurang aktif selama proses belajar mengajar

berlangsung karena siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru. Jabaran

Undang-Undang Dasar 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-

undang No.20 Tahun 2003 Pasal 3 disebutkan bahwa: Pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dna bertakwa kepada Tuhan Yang Masa Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan

mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan hasil pengamatan dan

pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar.

Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini

pelajaran PPKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan

hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan

rendahnya minat belajar PPKn siswa di sekolah. Banyak faktor yang

menyebabkan hasil belajar PPKn siswa rendah yaitu faktor internal dan

eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi,

kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang

terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi

pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan. Dari masalah-

masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam

pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang

mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus

onLearners), memberika pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan


dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized

subjectmatter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.

Proses pembelajaran yang di lakukan selama ini di SMA Negeri 1 Setu

Kabupaten Bekasi Khususnya Kelas X IPS 3, cenderung pada pencapaian

target materi kurikulum dan lebih mementingkan pada penghafalan konsep

bukan pada pemahaman. Guru menyampaikan materi dengan metode

ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang

akan di sampaikan, sehingga ketika di minta untuk bertanya oleh guru, banyak

yang tidak melakukannya. Siswa kurang termotivasi untuk lebih aktif

mengutarakan pendapat, ide gagasan, pertanyaan, dan kesulitan kesulitan

maupun hal-hal yang belum di pahami selama pelajaran berlangsung. Suasana

pembelajaran mata pelajaran PPKn masih sangat kurang sehingga proses dan

hasil belajar juga sangat rendah. Hasil ulangan harian yang dilakukan diawal

semester menunjukkan sekitar 70% siswa tidak tuntas belajar dan Nilai rata-

rata di bawah Nilai KKM (75).

Kondisi tersebut membuat guru, melakukan evaluasi diri melalui

refleksi dan diskusi dengan teman sejawat, hasil diskusi tersebut teman

sejawat ada yang berpendapat bawah hendaknya pembelajaran yang dilakukan

sebaiknya menggunakan strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk

secara aktif menemukan fakta, konsep, prinsip dengan melalui suatu proses

sehingga siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang mendalam. Selain

itu penggunaan media yang nyata, menarik dan dapat diobservasi secara
langsung oleh siswa juga harus dilakukan. Pembelajaran dapat dilaksanakan

tidak hanya di dalam kelas tanpa menghadirkan media yang menarik bagi

siswa, namun pembelajaran dapat pula dilaksanakan di luar kelas dengan

memanfaatnya lingkungan sebagai media dan sumber belajarnya.

Berdasarkan refleksi dan diskusi dengan teman sejawat tentang proses

pembelajaran PPKn penelitian akan menerapkan metode pembelajaran

Problem Based Learning (PBL). Metode PBL merupakan salah satu metode

pembelajaran yang dapat memacu siswa belajar melalui upaya penyelesaian

masalah yang ada pada dunia nyata secara terstruktur untuk mengkonstruksi

pengetahuan siswa. Dengan kata lain, pembelajaran ini akan dapat

membentuk kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa.1

Metode problem based learning memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap hasil belajar PPKn dibandingkan metode konvensional, karena

metode ini dapat merangsang kemampuan siswa untuk menemukan

pengetahuan atau ide baru. Secara garis besar metode pembelajaran ini dapat

menumbuhkan keaktifan dan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran

terutama dalam pemecahan suatu masalah yang terkait dengan kegiatan dan

materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu, dalam model

pembelajaran berbasis masalah ini siswa akan dihadapkan pada suatu masalah

dalam dunia nyata yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan siswa

tersebut dituntut untuk dapat mencari solusi atau pemecahan masalah tersebut.
1
Abdullah, Sani Ridwan, Pembelajaran saintifik untuk kurikulum, (Jakarta: Bumi Askara, 2014) h.66
Melalui laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini penulis melakukan

penelitian perbaikan pembelajaran di SMA Negeri 1 Setu. Pada mata

pelajaran PPKn yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

PPKN Pada Materi Wawasan Nusantara dengan Model Pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Di Kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Setu Kab.

Bekasi

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan, maka muncul beberapa

permasalahan yang dapat diindentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar siswa PPKn pada materi Wawasan Nusantara di

kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Setu Kabupaten Bekasi?

2. Bagaimana Pelaksanaan Metode Problem Based Learning dalam

meningkatkan hasil belajar siswa PPKn pada materi Wawasan Nusantara

di kelas X IPS 3 SMA Negeri Setu Kabupaten Bekasi?

3. Bagaimana Metode Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil

belajar siswa PPKn pada materi Wawasan Nusantara di kelas X IPS 3

SMA Negeri 1 Setu Kabupaten Bekasi?

4. Bagaimana Upaya Meningkatkan hasil belajar siswa PPKn pada materi

Wawasan Nusantara di kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Setu Kabupaten

Bekasi?
5. Bagaimana Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa PPKn pada Materi

Wawasan Nusantara Melalui Metode Problem Based Learning di kelas X

IPS 3 SMA Negeri 1 Setu Kabupaten Bekasi?

6. Bagaimana upaya yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar

PPKn materi wawasan nusantara dengan menggunakan metode problem

based learning?

7. Apakah Metode Problem Based Learning dapat Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah di atas maka penelitian di batasi

dengan hanya “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada PPKn Materi

Wawasan Nusantara Melalui Metode Prolem Based Learning Siswa Kelas X

IPS 3 SMA Negeri 1 Setu Kabupaten Bekasi.

D. Perumusan masalah
Dalam penelitian ini perumusan masalahnya adalah sebegai berikut:

“Bagaimana upaya yang di lakukan dalam meningkatkan hasil belajar PPKn

materi wawasan nusantara melalui problem based learning di kelas X IPS 3

SMA Negeri 1 Setu kabupaten bekasi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Siswa
a) Memudahkan siswa dalam menerima pelajaran yang dapat

disampaikanguru dengan metode pembelajaran yang sesuai sehingga

dapat meningkatkan perhatian dalam proses belajar

b) Memberi pandangan kepada siswa mengenai wawasan nusantara

2. Bagi Guru

a) Menambah wawasan pada guru dalam menggunakan pendekatan

metode pembelajaran kooperatif dengan menggunakan metode

Problem Based Learning.

3. Bagi Pihak Sekolah

a) Menambah Media pembelajaran yang dapat di gunakan dalam proses

pembelajaran.

b) Meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah yang berdampak pada

meningkatkanya kualitas sekolah.

4. Bagi Pembaca, menambah pengetahuan pembaca yang mencari refrensi

penelitian dan kemungkinan akan meneliti hal yang sama pada saat yang

berbeda.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Hasil Belajar pada Materi Wawasan Nusantara

a. Hakikat Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2005 : 20) hakikat hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku individu yang mencakup aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Menurut Nana Sudjana (2005 : 38) hasil belajar yang

dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam

diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor

lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang

dimilikinya.2 Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap

hasil belajar yang dicapai. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki

siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian,

sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan

psikis. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendiikan, baik

tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan hasil belajar

2
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdikarya,2005)
h.22
dari Bloom (Purwanto, 2008 : 50) yang secara garis besar membaginya

dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.3

a) Ranah kognitif

Ranah kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan

kognisi. Proses belajar yang melibatkan kawasan kognitif meliputi kegiatan

sejak dari penerimaan stimulus, penyimpanan dan pengolahan dalam otak

menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika

diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Menurut Bloom secara hirarki

tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana

yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam

tingkatan itu adalah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3),

analisis (C4), sintesis (C5) dan evaluasi (C6).

1) Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan seseorang untuk

mengingat kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus- rumus

dan lain sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunakannya.

2) Pemahaman (comprehension) yakni kemampuan seseorang untuk

memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat melalui

penjelasan dari kata- katanya sendiri.

3
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:Rosdakarya,2008)
h.50
3) Penerapan (application) yaitu kesanggupan seseorang untuk

menggunakan ide- ide umum, tata cara atau metode- metode, prinsip-

prinsip, rumus- rumus, teori- teori, dan lain sebagainya dalam situasi

yang baru dan kongkret.

4) Analisis (analysis) yakni kemampuan seseorang untuk menguraikan

suatu bahan atau keadaan menurut bagian- bagian yang lebih kecil

dan mampu memahami hubungan diantara bagian- bagian tersebut.

5) Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berfikir memadukan bagian-

bagian atau unsur- unsur secara logis, sehingga menjadi suatu pola

yang baru dan terstruktur.

6) Evaluasi (evaluation) yang merupakan jenjang berfikir paling tinggi

dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penelitian disini

adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap

suatu situasi, nilai atau ide, atas beberapa pilihan kemudian

menentukan pilihan nilai atau ide yang tepat sesuai kriteria yang ada.

b) Ranah Afektif

Kratwohl (Purwanto, 2008 : 51) membagi belajar afektif menjadi lima

tingkat, yaitu penerimaan (merespon rangsangan), partisipasi, penilaian

(menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan), organisasi

(menghubungkan nilai – nilai yang dipelajari), dan internalisasi


(menjadikan nilai – nilai sebagai pedoman hidup)4. Hasil belajar disusun

secara hirarkis mulai dari tingkat yang paling rendah hingga yang paling

tinggi. Jadi ranah afektif adalah yang berhubungan dengan nilai – nilai

yang kemudian dihubungkan dengan sikap dan perilaku.

c) Ranah Psikomotorik

Beberapa ahli mengklasifikasikan dan menyusun hirarki dari hasi belajar

psikomotorik. Hasil belajar disusun berdasarkan urutan mulai dari yang

paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi hanya dapat dicapai

apabila siswa telah menguasai hasil belajar yang lebih rendah.

Simpson (Purwanto, 2008 : 51) mengklasifikasikan hasil belajar

psikomotorik menjadi enam yaitu,persepsi (membedakan gejala), kesiapan

(menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan), gerakan terbimbing

(meniru model yang dicontohkan), gerakan terbiasa (melakukan gerakan

tanpa metode hingga mencpai kebiasaan), gerakan kompleks (melakukan

serang serangkaian gerakan secara berurutan), dan kreativitas (menciptakan

gerakan dan kombinasi gerakan baru yang orisinil atau asli). Ketiga ranah

di atas menjadi obyek penilaian hasil belajar 5. Kemudian dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah peubahan perilaku yang terjadi

setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Manusia memiliki potensi perilaku kejiwaan yang dapat dididik


4
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:Rosdakarya,2008)
h.51
5
Purwanto, Ngalim, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:Rosdakarya,2008)
h.51
dan diubah perilakunya yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

Berdasarkan uraian diatas hasil belajar merupakan perubahan tingkah

laku individu yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah laku

dari belum bisa menjadi bisa dan dari yang belum tahu menjadi tahu. Hasil

belajar pada penelitian ini menitikberatkan pada hasil belajar yang berupa

kognitif. Hasil belajar kognitif dapat diukur melalui tes dan dapat dilihat

dari nilai yang diperoleh. Dalam penelitian ini hasil belajar dikhususkan

pada tingkat pengetahuan (C1) sampai tingkat analisis (C4). Hasil belajar

kognitif berkaitan dengan penguasaan materi yang telah diajarkan oleh

guru selama proses pembelajaran yang diukur melalui tes hasil belajar

dengan menggunakan metode Probleam Based Learning. Dalam penelitian

ini, hasil belajar PKn yang dimaksud adalah nilai yang diperoleh siswa

setelah melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode

Probleam based learning Nilai tersebut berupa angka yang menyangkut

ranah kognitif C1 sampai C4.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa

factor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. M. Dalyono (2009:

55) mengemukakan faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu


faktor internal dan faktor eksternal.6 Factor internal meliputi kesehatan,

intelegensi dan bakat, minat dan motivasi, dan cara belajar. Sedangkan

factor eksternal meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan

sekitar.

a) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri, meliputi:

1) Kesehatan

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya

terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang tidak sehat dapat

mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar. Demikian pula jika

kesehatan rohani kurang baik dapat menganggu atau mengurangi

semangat belajar. Dengan semangat belajar yang rendah tentu akan

menyebabkan hasil belajar yang rendah pula.

2) Intelegensi dan bakat

Kedua aspek kejiwaan ini besar sekali pengaruhnya terhadap

kemampuan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-

nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya cenderung baik.

Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah, cenderung mengalami

kesulitan dalam belajar, lambat berpikir, sehingga hasil belajarnya

pun rendah. Orang yang memiliki bakat akan lebih mudah dan cepat

pandai bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki bakat.

6
Dalyono,M,Psikologi Pendidikan, Jakarta: Reneka Cipta,2009) h.95
Bila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan bakat dalam bidang

yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses.

3) Minat dan motivasi

Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang besar

pengaruhnya terhadap pencapaian hasil belajar. Minat belajar yang

besar cenderung memperoleh hasil belajar yang tinggi, sebaliknya

minat belajar kurang akan memperoleh hasil belajar yang rendah.

Seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan

melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh – sungguh,

penuh gairah atau semangat. Kuat lemahnya motivasi belajar

seseorang turut mempengaruhi hasil belajar. Minat dan motivasi

belajar ini dapat juga dipengaruhi oleh cara guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran. Guru yang menyampaikan

materi dengan metode dan cara yang inovatif akan mempengaruhi

juga minat dan motivasi siswanya.

4) Cara belajar

Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis,

psikologis, dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang

memuaskan. Cara belajar antar anak berbeda – beda. Ada anak yang

dapat dengan cepat menyerap materi pelajaran dengan cara visual

atau melihat langsung, audio atau dengan cara mendengarkan dari

orang lain dan ada pula anak yang memiliki cara belajar kinestetik
yaitu dengan gerak motoriknya misalnya dengan cara berjalan – jalan

dan mengalami langsung aktivitas belajarnya. Cara belajar seseorang

juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar.

b) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri, meliputi:

1) Keluarga

Keluarga sangatlah besar pengaruhnya terhadap keberhasilan

siswa dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar

kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan

orang tua, kerukunan antar anggota keluarga, hubungan antara anak

dengan anggota keluarga yang lain, situasi dan kondisi rumah juga

mempengaruhi hasil belajar.

2) Sekolah

Keadaan sekolah tempat belajar mempengaruhi keberhasilan

belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuain kurikulum

dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas atau perlengkapan di

sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata

tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa.

3) Masyarakat

Keadaan masyarakat juga menentukan hasil belajar siswa. Bila

di sekitar tempat tinggal siswa keadaan masyarakatnya terdiri dari

orang – orang yang berpendidikan, akan mendorong siswa lebih giat


lagi dalam belajar. Tetapi jika di sekitar tempat tinggal siswa banyak

anak – anak yang nakal, pengangguran, tidak bersekolah maka akan

mengurangi semangat belajar sehingga motivasi dan hasil belajar

berkurang.

4) Lingkungan sekitar

Keadaan lingkungan tempat tinggal, juga sangat mempengaruhi

hasil belajar. Bila rumah berada pada daerah padat penduduk dan

keadaan lalu lintas yang membisingkan, banyak suara orang yang

hiruk pikuk, suara mesin dari pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu

panas, akan mempengaruhi gairah siswa dalam belajar. Tempat yang

sepi dan beriklim sejuk akan menunjang proses belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas metode pengajaran yang terapkan

oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran termasuk ke

dalam faktor eksternal yang kemudian secara berkelanjutan akan

mempengaruhi faktor internal anak. Faktor eksternal yang

dimaksudkan dalam hal ini adalah faktor yang berasal dari sekolah

yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang inovatif akan

berpengaruh terhadap minat dan motivasi (faktor internal) siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu metode

pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan untuk siswa adalah

metode pembelajaran problem based learning. Dengan metode

pembelajaran melalui tipe ini diharapkan maka minat dan motivasi


anak untuk belajar akan lebih meningkat lagi dan kemudian akan

berdampak pada hasil belajar siswa.

c. Hakikat Materi Wawasan Nusantara

Wawasan Nusantara adalah cara pandang sebuah bangsa tentang

dirinya ditengah-tengah lingkungan strategis yang bergerak serba cepat dan

dinamik, agar bangsa tersebut tetap eksis dan survife. Pengertian lain dari

wawasan nusantara secara termininologi wawasan nusantara diartikan

sebagai cara pandang sebuah nation state tentang diri dan lingkungan

strategiknya yang berubah serba dinamik dengan mempertimbangkan

aspek cultural, histories, geografis, ruang hidup, idealisme, falsafah

Negara, konstitusi, aspirasi, identitas, integritas kelangsungan hidup dan

perkembangan kehidupannya serta kemampuannya dan daya saingnya.

Menurut M.Panggabean (1979 : 349) wawasan nusantara adalah

doktrin politik bangsa Indonesia untuk mempertahankan kelangsungan

hidup Negara Republik Indonesia, yang didasarkan pada Pancasila dan

UUD 1945 dengan memperhitungkan pengaruh geografi, ekonomi,

demografi, teknologi dan kemungkinan strategik yang tersedia.7 Dengan

perkataan lain, wawasan Nusantara adalah geopolitik Indonesia. Dan nilai

yang terkandung didalam wawasan nusantara telah diintegrasikan didalam

lima aspek secara intern yaitu kesatuan wilayah, kesatuan bangsa, kesatuan

ekonomi, kesatuan budaya, dan kesatuan pertahanan sedangkan untuk


7
Panggabean,Maraden,Berjuang dan Mengabdi,(Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,1979)h.349
ekstern nilai integrasi itu diusahakan dengan ikut mewujudkan ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan

sosial. Memperhatikan proses pertumbuhan itu, nyata benar bahwa

wawasan nusantara tersebut masih terikat kepada konsepsi-konsepsi

kekuatan.

Oleh sebab itu, pemikiran-pemikiran yang kini sedang berkembang

jelas mengarah kepada usaha untuk dapat menyusun dan merumuskan“

Wawasan Nusantara” sebagai suatu “Wawasan Nasional”, yang tidak

hanya diperuntukkan bagi Hankamnas saja, melainkan yang dapat

menyeluruh meliputi “segenap segi kehidupan nasional”, hingga dapat

mendasari konsepsi ketahanan nasional. Demikianlah tumbuh pemikiran-

pemikiran dan pengkajian mengenai wawasan nusantara sebagai salah satu

aspek daripada falsafah hidup nasional kita, yang berisi dorongan-dorongan

dan rangsangan-rangsangan untuk mencapai tujuan serta aspirasi-aspirasi

nasional kita. Seperti keadaan sekarang menunjukkan, bahwa bergeraknya

arah pemikiran-pemikiran untuk mencakup segenap aspek-aspek kehidupan

nasional kita, guna dapat menemukan jawaban dan perumusannya,

bagaimana kita menyusun suatu konsepsi strategis untuk dan menjamin

tata-kelangsungan hidup nasional kita, seperti halnya menyelenggarakan

telah berhasil kita rumuskan dalam konsepsi ketahanan nasional.

Sesungguhnya, kelangsungan itu dituntut oleh hidup sendiri, karena tanpa

kelangsungan, hidup itu akan mandek. Dan “mandek”nya hidup, berarti


mati. Oleh sebab itu, disamping kita harus menyelenggarakan dan

menjamin tata-pengamanan hidup nasional kita, maka yang terpokok justru

kita harus pertama-tama menyelenggarakan dan menjamin tata-

kelangsungannya. Untuk maksud dan tujuan itulah perlunya kita

mengkonsepsi Wawasan Nusantara, yang menyeluruh-bulat dan utuh

lengkap meliputi segenap aspek perkehidupan nasional kita. Wawasan

nusantara adalah Geopolitik Indonesia, berwawasan dua arah yaitu keluar

dan kedalam. Pancasila dan pembukaan UUD 1945 menetapkan nilai

instrinstik yang mendasari wawasan nusantara yang nilai integrasi yang di

tujukan pada kehidupan internal bangsa maupun kehidupan antar bangsa.

Sebagai geopolitik Indonesia, wawasan nusantara memawas Negara

Indonesia dari sudut pandang, yaitu : 1) Negara sebagai wilayah, 2) Negara

dalam pengertian rakyat yang hidup dalam wilayah itu, 3) Negara sebagai

kehidupan masyarakat, 4) Negara sebagai suatu penyelenggaraan rumah

tangga, dan 5) Negara sebagai penjamin kelangsungan hidup dirinya.

Untuk pencapaian tujuan ini, wawasan nusantara telah

mengidentifikasikan lima aspek integrasi yang harus di pegang teguh

dalam menyelenggarakan kehidupan negara, yaitu : pertama, Satu

kesatuan wilayah dalam arti bahwa wadah bangsa yang sarwa nusantara

dengan segala isi dan kekayaanya merupakan satu kesatuan tumpah darah.

Kedua, satu kesatuan bangsa dalam arti bahwa bangsa Indonesia memiliki

satu ideology yaitu pancasila yang melandasi, mmbimbing dan megarahkan


bangsa dalam mencapai tujuannya, serta memiliki UUD dan politik

pelaksanaanya. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan serta satu tekad

untuk mencapai. Ketiga, Satu kesatuan sosial budaya dalam arti bahwa

perwujudan budaya nasional atas dasar asas Bhineka Tunggal Ika

merupakan modal dan landasan pengembangan budaya bangsa, selanjutnya

budaya bangsa dapat di nikmati oleh bangsa Indonesia dengan pengertian

bangsa bahwa budaya Indonesia hakekatnya adalah satu, sedangkan corak

ragam budaya yang ada, menggambarkan 5 kekayaan budaya bangsa; pula

memiliki satu tertib sosial dan tertib hukum yang mengabdikan diri kepada

kepentingan nasional. Keempat, Satu kesatuan ekonomi dalam arti bahwa

perekonomian di susun sebagai usaha bersama berdasar asas kekeluargaan

kekayaan seluruh wilayah nusantara merupakan modal serta milik seluruh

bangsa yang pengembangan dan pembinaannya di selenggarakan secara

seimbang dan serasi tanpa meninggalakan ciri khas yang di miliki oleh tiap

daerah dalam pengembangan kehidupan ekonominya. Kelima, satu

kesatuan Hankam dalam arti bahwa pembinaan hankam di laksankan

berdasarkan daya rakyat semesta dengan angkatan bersenjata sebagi intinya

dan bahwa ancaman terhadap suatu pulau atau satu daerah hakekatnya

merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa serta negara dan bahwa tiap-

tiap warga negara mempunyai hak melakukan pembelaan terhadap negara.

Sintesis hakikat belajar pada materi wawasan nusantara adalah

perubahan tingkah laku siswa yang mencangkup aspek kognitif, afektif,


dan psikomotorik pada materi wawasan nusantara. Adapun indikatornya

adalah a) Menghargai Wawasan Nusantara dalam konteks Negara Kesatuan

Republik Indonesia sebagai anugra Tuhan yang Maha Esa; b) Bertanggung

jawab mengembangkan kesadaran akan pentingnya Wawasan Nusantara

dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia; c)

Menginterprestasikan pentingnya Wawasan Nusantara dalam konteks

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Hakikat Metode Problem Based Learning

Metode Problem Based Learning (PBL) atau yang biasa disebut

pembelajaran berbasis masalah menurut para ahli memiliki pengertian yang

berbeda-beda. Pengertian-pengertian tersebut antara lain: Jamil

Suprihatiningrum (2013: 215), Problem Based Learning adalah suatu

metode pembelajaran yang mana siswa dihadapkan pada suatu masalah,

kemudian dilakukan proses pencarian informasi yang bersifat student

centered.8 Sedangkan hal yang hampir sama Sudarman (2007: 68),

Problem Based Learning adalah suatu metode yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir

kritis dan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan baru. 9

Pengertian yang mungkin sedikit berbeda dengan dua pengertian

sebelumnya ialah pengertian dari Harsono. Harsono (2005: 37)

8
Suprihatinigrum,Jamil. Strategi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi,(Yogyakarta:AR-RUZZ
MEDIA,2013) h.215
9
Harsono,Kapita Skeletal Neurologi,(Yogyakarta : Gajah Mada University Perss,2005) h.37
mengemukakan bahwa metode pembelajaran problem based learning

adalah suatu metode pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu

membentuk pengetahuannya secara efisien, konstektual, dan terintegras

dengan sistem tutorial.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, metode Problem Based

Learning (PBL) atau yang biasa disebut pembelajaran berbasis masalah

dapat diartikan sebagai pembelajaran berbasis masalah, pendidikan

berbasis pengalaman, pembelajaran student centered yang mana siswa

menyusaun pengetahuan mereka sendiri. PBL juga menggunakan

pembelajaran yang mengacu pada permasalahan pada dunia nyata. Misal

proses belajar siswa, berpikir kritis, dan keterampilan memecahkan

masalah untuk memperoleh pengetahuan baru dari proses berpikir kritis

dan menganalisisnya.

a) Karakteristik Problem Based Learning

Metode pembelajaran Problem Based Learning memiliki karakteristik

yang mengacu pada masalah sebagai focus utama. Adapun karakteristik

Arends yang dikutip oleh Jamil Suprihatiningrum (2013: 220-221), adalah

sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah Mengorganisasi pengajaran di

sekitar pertanyaan dan maslah yang keduanya secara social dan

pribadi penting bagi siswa. Mengajukan pertanyaan dengan kondisi


yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan

berbagai macam solusi untuk masalah tersebut.10

2) Berfokus pada keterikatan Masalah yang akan dikerjakan telah benar-

benar terpilih dan nyata, agar siswa dalam memecahankan masalah

dapat meninjau terlebih dahulu dari banyak materi yang didapat

sebelumnya.

3) Penyelidikan autentik Pembelajaran berbasis masalah mengharuskan

siswa melakukan penyelidikan autentik terlebih dahulu. Hal ini

dikarenakan untuk mencari penyelesaiannya terhadap masalah

tersebut.

4) Menghasilkan produk dan memaparkannya Pembelajaran berbasis

masalah juga menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu.

Dalam hal ini yang dimaksudkan dapat berupa laporan, video,

ataupun program komputer. Kemudian siswa mendemonstrasikan

kepada temantemanya yang lain tentang apa yang mereka pelajari.

5) Kolaborasi Pembelajaran berbasis masalah dicirikan untuk siswa

yang bekerja sama satu dengan yang lain. Bekerja sama memberikan

motivasi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan

keterampilan berpikir.

Suprihatinigrum,Jamil. Strategi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi,(Yogyakarta:AR-RUZZ


10

MEDIA,2013) h.220-221
b) Kelebihan Dan Kelemahan Problem Based Learning

Metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning-

PBL) memiliki beberapa kelebihan, Uden dan Beaumont dalam Jamil

Suprihatiningrum (2013: 222) menyatakan bahwa: a) Siswa mampu

mengingat dengan lebih baik informasi yang didapat setelah menerima

materi yang diberikan; b) Siswa dapat mengembangkan kemampuan

pemecahan masalah dan berpikir secara kritis; c) Pengetahuan dimiliki

siswa lebih tertanam sehingga pembelajaran lebih bermakna; d)

Meningkatkan semangat belajar; e) Menjadikan siswa dapat bekerja

mandiri ataupun bekerja secara berkelompok; dan f) Meningkatkan

keterampilan siswa dalam berkomunikasi.

Selain kelebihan diatas metode pembelajaran berbasis masalah juga

memiliki beberapa kekurangan antara lain, yaitu: a) Membutuhkan

persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks; b) Sulitnya

mencari problem yang relevan; c) Pada awal menyelesaikan problem

masalah sering terjadi miss-konsepsi sendiri.11

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diambil Sintesis dari Metode

Problem Based Learning adalah suatu metode pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta

didik untuk belajar, dengan membangun cara berpikir kritis dan terampil

Suprihatinigrum,Jamil. Strategi Pembelajaran Teori Dan Aplikasi,(Yogyakarta:AR-RUZZ


11

MEDIA,2013) h.222
dalam pemecahan masalah, serta mengkostruksi pengetahuan dan konsep

yang esensial dari materi pelajaran. Adapun indikatornya adalah: a)

Orientasi Peserta didik pada masalah,; b) Mengorganisasi Peserta didik

untuk belajar; c) Membimbing pengalaman individual kelompok; d)

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; e) Menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah.

B. Kerangka Berpikir Tindakan

Setelah melakukan proses pembelajaran dengan materi wawasan

nusantara pada SMA Negeri 1 Setu di kelas X IPS 3, guru mendapatkan hasil

belajar siswa pada materi wawasan nusantara masih sangat rendah. Di mana

ketuntasan belajar siswa kelas X IPS 3 tersebut khususnya pada materi

wawasan nusantara belum mencapai 80%.

Hal ini disebabkan oleh metode guru dalam proses pembelajaran siswa

pada materi tersebut masih kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar

pembelajaran pada kelas X IPS 3 di SMA Negeri 1 Setu masih sangat minim.

Oleh karena itu, metode yang mudah, serta dapat di gunakan hanyalah metode

ceramah. Untuk itu, di perlukan metode inovasi yang dapat di gunakan untuk

memecahkan permasalahan hasil belajar siswa yang masih rendah karena

proses pembelajaran yang kurang efektif dan menyenangkan.

Oleh kerena itu, penulis menggunakan metode Problem Besed

Learning. Di mana motode problem besed learning adalah sebuah metode


pembelajaran yang di mulai dengan menyelesaikan suatu masalah, tetapi

untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru

untuk dapat menyelesaikannya. Pembelajaran berbasis masalah melibatkan

peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat pada

perserta didik yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan

kemampuan belajar mandiri yang di perlukan untuk menghadapi tantangan

alam kehidupan dan lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.

Dengan menggunakan Metode Prablem Based Learning ini, di harapkan

akan memperbaiki hasil siswa dalam belajar mereka dapat menyelesaikan

sebuah permasalahan yang sesuai dengan kurikulum yang akan di

kembangkan di kelas, selain itu peserta didik bukan menjadi pendengar pasif

melainkan mereka akan aktif dalam belajar dan melalai pemecahan masalah

yang dilakukan oleh siswa menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan

di sukai peserta didik. Pemecahan masalah yang di kembangkan di kelas dapat

memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaplikasikan

pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

C. Hipotesis Tindakan

Dengan demikian melalui metode Problem Based Learning dalam

pembelajaran dengan materi wawasan nusantara di kelas dapat meningkatkan

hasil belajar di kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Setu Kabupaten Bekasi.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan metode Problem

Based Learning pada materi Wawasan Nusantara dalam meningkatkan hasil

belajar siswa pada siswa di kelas X IPS 3 SMA Negeri 1 Setu Kabupaten

Bekasi.

B. Setting Penelitian

a) Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X IPS 3 SMA Negeri 1

Setu Kabupaten Bekasi.

b) Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini dilaksanakan selama bulan September sampai bulan

November 2019.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan jenis

penelitian class room action research untuk mengetahui gambaran yang lebih

jelas mengenai upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Wawasan

Nusantara di SMA Negeri 1 Setu Kabupaten Bekasi.


D. Langkah-langkah Penelitian

PRASIKLUS

a. Perencanaan Kegiatan Pembelajaran

1. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses

belajar mengajar.

2. Menentukan pokok/sub pokok bahasan yaitu Wawasan Nusantara

Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3. Menyiapkan buku belajar atau buku paket.

4. Menyiapkan format observasi pembelajaran

b. Pelaksanaan Tindakan

1. Menerapkan perilaku yang terkait dengan wawasan nusantara,

Menjelaskan wawasan nusantara dalam konteks Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2. Membangun nilai-nilai menghargai pentingnya wawasan nusantara

dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

3. Pemberian tugas

c. Tahap Pengamatan

Melakukan observasi pembelajaran dengan menggunakan format observasi

yang telah disediakan.

d. Refleksi

Melakukan evaluasi tindakan yang dilaksanakan, sebagai masukan untuk

perbaikan di siklus I.
SIKLUS I

a. Perencanaan Kegiatan Pembelajaran

Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I dengan alokasi

waktu 4x35 menit. Pada Siklus I peneliti melakukan perencanaan (planning)

sebagai berikut:

1. Peneliti atau guru mengidentifikasi materi yaitu tentang arti pentingnya

wawasan nusantara dan kompetensi dasar menjelaskan mengembangkan

nilai-nilai tentang pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran Siklus I.

3. Membuat lembar observasi untuk guru dan peserta didik, pedoman

wawancara, catatan lapangan, serta keperluan lainnya.

4. Menyiapkan soal post tes

5. Merancang topik-topik yang akan didiskusikan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran pada Siklus I dilaksanakan dengan alokasi waktu

4x35 menit yang dibagi dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama

adalah kegiatan pembelajaran dan pertemuan kedua adalah pemberian tes

evaluasi pembelajaran. Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I

sebagai berikut:

1. Melaksanakan tindakan sesuai RPP yang telah disusun dengan

menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning


2. Guru menjelaskan secara singkat wawasan nusantara dalam konteks

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Guru membimbing siswa untuk mempelajari materi tersebut di atas

dengan menggunakan metode problem based learning dengan cara

menanyakan cara bermusyawarah yang diketahui siswa.

4. Mengerjakan soal-soal yang sudah dipersiapkan oleh guru berupa soal

post tes.

5. Guru melakukan bimbingan dan arahan bagi peserta didik yang kesulitan

memahami materi.

6. Setelah waktu yang ditentukan berakhir, guru dan peserta didik

7. bersama-sama membahas soal tersebut.

c. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan pada Siklus I dilakukan terhadap peserta didik maupun peneliti

dan kolaborator dalam melaksanakan pembelajaran. Pengamatan tersebut

dilakukan oleh kolaborator dengan mengisi lembar pengamatan yang telah

disediakan oleh peneliti.

d. Refleksi

Refleksi merupakan renungan terhadap hasil-hasil dan tahap penentuan

apakah diperlukan tindakan lanjut untuk siklus berikutnya. Jika tindakan

yang diambil belum banyak menyelesaikan masalah, maka diperlukan

siklus tindakan kelas berikutnya.


1. Guru mengevaluasi semua kegiatan peserta didik pada siklus yang

sudah berjalan untuk memperbaiki kegiatan pada siklus berikutnya.

2. Guru bersama kolaborator mengevaluasi dan menganalisis segala

kekurangan yang ada pada siklus I untuk perbaikan pada siklus II.

SIKLUS II

a. Perencanaan Kegiatan Pembelajaran

Perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II dengan alokasi

waktu 4x35 menit. Adapun perencanaan pada Siklus II sebagai berikut:

1. Peneliti atau guru mengidentifikasi materi yaitu tentang arti pentingnya

wawasan nusantara dan kompetensi dasar menjelaskan mengembangkan

nilai-nilai tentang pentingnya wawasan nusantara dalam konteks Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran Siklus II hasil refleksi

Siklus I.

3. Membuat lembar observasi untuk guru dan peserta didik, pedoman

wawancara, catatan lapangan, serta keperluan lainnya.

4. Menyiapkan soal post test

b. Pelaksanaan Tindakan

Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II sebagai berikut:

1. Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dan motivasi.


2. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari yaitu tentang

konsep wawasan nusantara di sekolah dan masyarakat.

3. Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok kecil yaitu menjadi 6

kelompok.

4. Peseta didik belajar secara berkelompok berkaitan dengan materi contoh

konsep wawasan nusantara di sekolah dan masyarakat.

5. Guru membimbing siswa untuk mempelajari materi tersebut di atas

dengan metode problem based learning melalui mendaftar contoh-contoh

konsep wawasan nusantara di sekolah dan masyarakat.

6. Mengerjakan soal-soal yang sudah dipersiapkan oleh guru berupa soal

post tes

7. Guru melakukan bimbingan dan arahan bagi kelompok peserta didik yang

kesulitan memahami materi.

8. Setelah waktu yang ditentukan berakhir, guru dan peserta didik bersama-

sama membahas soal tersebut.

c. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan pada Siklus II dilakukan terhadap peserta didik maupun

peneliti atau guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pengamatan tersebut

dilakukan oleh kolaborator dengan mengisi lembar pengamatan yang telah

disediakan oleh peneliti.


d. Refleksi

1. Guru mengevaluasi semua kegiatan peserta didik pada siklus yang sudah

berjalan untuk memperbaiki kegiatan pada siklus berikutnya.

2. Guru bersama kolaborator mengevaluasi dan menganalisis segala

kekurangan yang ada pada siklus II untuk perbaikan pada siklus III.

SIKLUS III

a. Perencanaan Kegiatan Pembelajaran

Perencanaan kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada Siklus III adalah:

1. Peneliti atau guru mengidentifikasi materi yaitu tentang arti

pentingnya wawasan nusantara dan kompetensi dasar menjelaskan

mengembangkan nilai-nilai tentang pentingnya wawasan nusantara

dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran Siklus III hasil refleksi

Siklus II.

3. Membuat lembar observasi untuk guru dan peserta didik, pedoman

wawancara, catatan lapangan, serta keperluan lainnya.

4. Menyiapkan soal post tes.

b. Pelaksanaan Tindakan

1. Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dan motivasi.

2. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran dari materi.


3. Guru memotivasi peserta didik tentang kegunaan dan pentingnya

mempelajari materi ini dengan menghubungkan dengan materi lain dan

permasalahan sehari-hari.

4. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari yaitu

konsep wawasan nusantara di sekolah dan masyarakat

5. Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yaitu

menjadi 8 kelompok.

6. Peserta didik melaksanakan diskusi kelompok dengan materi yang

sudah dipersiapkan oleh guru serta mengerjakan soal post tes dengan

menggunakan metode problem based learning dengan cara mencari di

internet tentang konsep wawasan nusantara di sekolah dan masyarakat

7. Guru melakukan bimbingan dan arahan bagi kelompok peserta didik

yang kesulitan memahami materi.

8. Setelah waktu yang ditentukan berakhir, guru dan peserta didik

bersama-sama membahas soal tersebut.

9. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.

c. Pengamatan atau observasi


Pengamatan pada Siklus III dilakukan terhadap peserta didik maupun

peneliti atau guru dalam melaksanakan pembelajaran. Pengamatan tersebut

dilakukan oleh kolaborator dengan mengisi lembar pengamatan yang telah

disediakan oleh peneliti.


d. Refleksi

Guru mengevaluasi semua kegiatan peserta didik pada siklus yang

sudah berjalan untuk mengetahui hasil dari kegiatan pada siklus III.

Refleksi dilakukan pada tiap akhir siklus, mulai siklus I sehingga tercapai

apa yang diharapkan.

E. Sumber Data

1. Informan

Informan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X (sepuluh) IPS 3

SMA Negeri 1 Setu Kabupaten Bekasi.

2. Key Informan

Key informan dalam penelitian ini adalah Kepala bidang kurikulum

yang berperan sebagai sumber informasi yang dianggap penting dan

mengetahui proses belajar mengajar di SMA Negeri 1 Setu Kabupaten

Bekasi.

F. Teknik Pengumpulan Data

Instrument penelitian yang dilakukan penulis untuk keberhasilan kelas

dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa tentang wawasan nusantara

melalui metode diskusi adalah :


1. Wawancara

Wawancara dilakukan secara terstruktur yaitu memaparkan pertanyaan –

pertanyaan yang menyangkut upaya meningkatkan hasil belajar siswa

tentang wawasan nusantara melalui metode Diskusi.

2. Observasi

Format pengamatan merupakan tahap akhir dalam penelitian, penelitian

akan mencatat seluruh proses kegiatan dari awal hingga akhir, hingga

mencapai hasil yang diinginkan yaitu adanya peningkatan Hasil belajar

siswa tentang wawasan nusantara melalui metode diskusi.

3. Dokumenter

Dalam penelitian ini peneliti mencari data – data dokumentasi yang ada

kaitannya dengan keadaan saat materi disampaikan dengan melalui

metode diskusi menggunakan alat dokumentasi.

G. Teknik Analisa Data

Analisis data secara inferensial adalah pengelolahan data dengan

tidak melakukan uji statistik dalam pembelajaran melalui metode

pembelajaran problem based learning.

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan

pembelajaran perlu dilakukan analisis data. Pada Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini digunakan analisis deskripsi kualitatif yaitu suatu metode


penilaian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai

dengan data yang di peroleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil

belajar yang dicapai siswa juga untuk mengetahui respon siswa terhadap

kegiatan pembelajaran secara aktivitas siswa selama proses pembelajaran

berlangsung.

Untuk analisis tingkat keberhasilan atau presentase ketuntasan belajar

siswa setelah proses belajar mengajar berlamgsung pada tiap siklusnya,

dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada

setiap akhir siklus sederhana berikut:

a. Penelitian Tugas dan Tes

b. Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi

dengan jumlah siswa sehingga diperoleh nilai rata-rata. Nilai rata-

rata ini diperoleh dengan menggunakan rumus :

Jumlah semua nilai siswa


nilai rata-rata =
jumlahsiswa

c. Penilaian Untuk Ketuntasan Belajar

Ada dua katagori ketuntasan belajar, yaitu secara perorangan dan

secara kelompok. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar

mengajar, peneliti menyatakan bahwa penerapan pembelajaran

problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar wawasan

nusantara jika siswa mampu menyelesaikan tes wawasan nusantara


yang diberikan dengan kriteria tingkat keberhasilan belajar minimal

75% dari semua tes wawasan nusantara yang diberikan

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal

digunakan rumus sebagai berikut

Ʃ siswa yang tuntas belajar


p= x 100%
Ʃ siswa

Analisis ini dilakukan pada saat tahapan refleksi. Hasil analisis ini

digunakan sebagai bahan refleksi untuk melakukan perencanaan

lanjut dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan sebagai

bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan

mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan metode

pembelajaran yang tepat.

H. Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain

digunakan untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian

kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur

yang tidak terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif.

Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk


menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif

meliputi uji, credibility, transferability, dependability, dan confirmability

I. Kriteria Keberhasilan Penelitian


Adapun kriteria keberhasilan penelitian yaitu untuk memberikan makna

terhadap proses pembelajaran setelah pelaksanaan tindakan, digunakan kriteria

yaitu membandingkan peningkatan hasil belajar pada siklus pertama sampai

siklus berikutnya. Apabila keadaan setelah tindakan menunjukan hasil belajar

yang lebih baik dari pada sebelum tindakan, dapat dikatakan bahwa tindakan

tersebut telah berhasil. Pedoman penilaian dengan mengacu pada pendapat

Zainal Aqib dengan menggunakan presentase(%) yang dibagi menjadi lima

bagian yaitu;

Tingkat Keberhasilan Kriteria

>80% Sangat Tinggi

60-79% Tinggi

40-59% Sedang

20-39% Rendah

>20% Sangat Rendah

Untuk ketuntasan belajar, ditetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

nilai Pendidikan Wawasan Nusantara dalam konteks Negara Kesatuan Republik


Indonesia yaitu 75 dengan target 80% dari peserta 36 peserta didik kelas X IPS

SMAN 1 Setu Kabupaten Bekasi pada siklus terakhir.

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Penelitian

1. Deskripsi Pra Tindakan

Dalam proses pembelajaran hasil belajar merupakan langkah akhir dalam

menentukan ke tuntasan peserta didik dalam menguasai dan memahami

pembelajaran. Disinilah untuk mengetahui langkah awal dari hasil belajar

harus dilakukan pra tindakan yang mana gunanya untuk mengetahui situasi

dan kondisi hasil belajar pendidikan pancasila dan kewarganegaraan (PPKn)

pada materi wawasan nusantara di kelas X IPS 3 SMAN Setu Kabupaten

Bekasi sebelum dan sesudah tindakan. Ini digunakan untuk sebagai bahan

perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Dalam susana pembelajaran guru terlihat memberikan pembelajaran yang

monoton menjelaskan dengan metode ceramah yang berpusat pada satu arah

tanpa terjadinya proses tanya jawab sehingga selama proses pembelajaran

tidak adanya interaksi antara guru dan peserta didik sehingga hal ini

menyebabkan kesan masing-masing selama proses pembelajaran. Sedikit

peserta didik yang mendengarkan, dan banyak peserta didik yang sibuk
sendiri seperti, bercanda dan bahkan tidur didalam kelas pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

Pembelajaran terlihat sangat tidak kondusif, sehingga mempengaruhi

hasil belajar peserta didik yang rendah dari kriteria ketuntasan minimal

(KKM) 75 yang telah ditentukan. salah satu penyebab rendahnya hasil belajar

peserta didik ialah pemilihan penerapan metode pembelajaran yang kurang

tepat sehingga tidak menarik minat belajar peserta didik akibatnya suasana

kelas, tidak aktif cenderung pasif.

Tabel 4.1
DAFTAR NILAI TEST PPKn PESERTA DIDIK PRA SIKLUS

NO NAMA PESERTA DIDIK KKM NILAI KETERANGAN

1 ABI AHMAD RISKI 75 60 BELUM TUNTAS

2 AKHDAN MUMTAS 75 60 BELUM TUNTAS

3 ALDIANSYAH PUTRA PRATAMA 75 100 TUNTAS

4 ALEX PANIGORON NABABAN 75 60 BELUM TUNTAS

5 ALIFASAULATIYA 75 60 BELUM TUNTAS

6 AMANDA ZULBAITY ILMI 75 60 BELUM TUNTAS

7 AMELIA KUSUMA PUTRI 75 100 TUNTAS

8 AMIZA EGA YULIAN 75 40 BELUM TUNTAS

9 ANGELICA ULI GRACIA 75 60 BELUM TUNTAS

10 ANRITA AMELIA PUSPITS SARI 75 80 TUNTAS

11 ARYA NURHASAN 75 60 BELUM TUNTAS


12 AURA RAZAQIMAH 75 60 BELUM TUNTAS

13 AZHARI DWI SYAFI’I 75 100 TUNTAS

14 BELVA RETNOVIA AZKA 75 60 BELUM TUNTAS

15 DIAH AYU KURNIAWATI 75 60 BELUM TUNTAS

16 DITO RISBANU SAKTI 75 80 TUNTAS

17 FIKRI ARYA RAMADAN 75 60 BELUM TUNTAS

18 FRANSISCUS XAVERIUS VIXEN 75 60 BELUM TUNTAS


HALIMATUS SADIAH
19 75 60 BELUM TUNTAS

20 HANGGA AGUNG PRABOWO 75 60 BELUM TUNTAS

21 INDRA PRATAMA 75 40 TUNTAS

22 KHAIRUNNISA FARAH ANJANI S 75 60 BELUM TUNTAS


LIDYA D’VEGA
23 75 100 TUNTAS

24 LINTANG AYUNINGTIAS PUTRI 75 40 BELUM TUNTAS

25 MAYA SYAFIRA HARYANTI 75 60 BELUM TUNTAS

26 MUHAMMAD WISNU PRANATA 75 60 BELUM TUNTAS

27 NABILA NURAILIDA 75 60 BELUM TUNTAS

28 RAFFI DWINANDA HARTONI 75 60 BELUM TUNTAS

29 RAFI SYAHRI RAMADHANA 75 40 BELUM TUNTAS

30 RANDI ALAM PUTRA 75 60 BELUM TUNTAS

31 REGINA CHOIRUNNISA 75 60 BELUM TUNTAS

32 RIFAT RAMADIYO 75 100 TUNTAS

JUMLAH NILAI 2080  

RATA – RATA 65  

PRESENTASE KETUNTASAN 28,12 %  

KKM = 75
Kategori penilaian:
Tinggi : 100 – 80
Sedang : 79 – 60
Rendah : 59 – 10

Berikut ini hasil belajar peserta didik yang peneliti rangkum dan di

jelaskan persiklus yang merupakan post tes peserta didik kelas X IPS 3

SMAN 1 Setu Kabupaten Bekasi pada materi menjelaskan wawasan nusantara

a. Observasi hasil belajar peserta didik pra tindakan

Dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik kelas X IPS 3

SMAN 1 Setu Kabupaten Bekasi adalah 65, sedangkan ketuntasan belajar

yang dapat dicapai sebesar 28,12% hasil menunjukan bahwa ketuntasan

belajar peserta didik secara kelasikal masih rendah.

b. Hasil belajar KBM pra tindakan Dapat diketahui bahwa hasil rata-rata

nilai observasi KBM peserta didik adalah 65 dengan kategori Hal ini

menujukan bahawa ketertiban peserta didik dalam pembelajaran tergolong

kurang.

Melihat hasil tersebut, perlu dicari solusi untuk memperbaiki proses

pembelajaran sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Salah satu
pemecahan masalah pembelajaran tersebut adalah dengan menerapkan metode

pembelajaran problem based learning.

2. Deskripsi Tindakan

a. Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan guru menetapkan seluruh rencana tindakan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa PPKn yaitu dengan menerapkan

metode problem based learning perencanaan tindakan siklus I, peneliti dan

guru merancang tindakan yang akan dilaksanakan antara lain:

a) Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan di adakan setiap hari

rabu, jam 10.00, sesuai jadwal mata pelajaran PPKn di kelas X IPS 3

SMAN 1 Setu Kabupaten Bekasi. Dimulai dari hari rabu tanggal 15 juli

2020.

b) Menentukan pokok pembahasaan yang akan dilaksanakan pada proses

pembelajaran mata pelajaran PPKn semester ganjil dan menentukan

kopetensi dasar yang terdapat pada pokok bahasaan tertentu. Selanjutnya

menentukan indikator-indikator pada kompetensi dasar tersebut.

c) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tentang menguraikan

wawasan nusantara dalam konteks negara kesatuan republik indonesia

yang harus tercapai mengunakan metode problem based learning.


Rencana pelaksanaan disusun oleh peneliti dengan pertimbangan dari

dosen pembimbing dan guru yang bersangkutan

d) Melaksanakan pembelajaran PPKn dengan metode problem based

learning.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti dan guru menetapkan seluruh rencana tindakan

untuk meningkatkan hasil belajar siswa PPKn yaitu dengan merupakan

metode problem based learning perencanaan tindakan siklus I, peneliti dan

guru merancang tindakan yang akan dilaksanakan antara lain:

a) Melaksanakan tindakan sesuai RPP yang telah disusun dengan

menggunakan metode pembelajaran problem based learning.

b) Guru menjelaskan secara singkat ruang lingkup materi yang akan

dipelajari yaitu menguraikan wawasan nusantara dalam konteks

negara kesatuan republik indonesia

c) Guru membimbing siswa untuk mempelajari materi tersebut di atas

dengan menggunakan metode problem based learning dengan cara

menanyakan cara bermusyawarah yang diketahui siswa.


d) Mengerjakan soal-soal yang sudah dipersiapkan oleh guru berupa

soal post tes.

e) Guru melakukan bimbingan dan arahan bagi peserta didik yang

kesulitan memahami materi.

f) Setelah waktu yang ditentukan berakhir, guru dan peserta didik

g) bersama-sama membahas soal tersebut.

3. Hasil Observasi Siklus I

Tabel 4.2
DAFTAR NILAI TEST PPKn PESERTA DIDIK
SIKLUS I
KKM
NO NAMA PESERTA DIDIK NILAI KETERANGAN

1 ABI AHMAD RISKI 75 60 BELUM TUNTAS

2 AKHDAN MUMTAS 75 65 BELUM TUNTAS

3 ALDIANSYAH PUTRA PRATAMA 75 75 TUNTAS

4 ALEX PANIGORON NABABAN 75 50 BELUM TUNTAS

5 ALIFASAULATIYA 75 75 TUNTAS

6 AMANDA ZULBAITY ILMI 75 60 BELUM TUNTAS

7 AMELIA KUSUMA PUTRI 75 75 TUNTAS

8 AMIZA EGA YULIAN 75 55 BELUM TUNTAS

9 ANGELICA ULI GRACIA 75 75 TUNTAS

10 ANRITA AMELIA PUSPITS SARI 75 75 TUNTAS

11 ARYA NURHASAN 75 70 BELUM TUNTAS


12 AURA RAZAQIMAH 75 65 BELUM TUNTAS

13 AZHARI DWI SYAFI’I 75 75 TUNTAS

14 BELVA RETNOVIA AZKA 75 75 TUNTAS

15 DIAH AYU KURNIAWATI 75 70 BELUM TUNTAS

16 DITO RISBANU SAKTI 75 75 TUNTAS

17 FIKRI ARYA RAMADAN 75 60 BELUM TUNTAS

18 FRANSISCUS XAVERIUS VIXEN 75 65 BELUM TUNTAS

19 HALIMATUS SADIAH 75 60 BELUM TUNTAS

20 HANGGA AGUNG PRABOWO 75 65 BELUM TUNTAS

21 INDRA PRATAMA 75 75 TUNTAS

22 KHAIRUNNISA FARAH ANJANI 75 60 BELUM TUNTAS

23 LIDYA D’VEGA 75 75 TUNTAS

24 LINTANG AYUNINGTIAS PUTRI 75 55 BELUM TUNTAS

25 MAYA SYAFIRA HARYANTI 75 70 BELUM TUNTAS

26 MUHAMMAD WISNU PRANATA 75 55 BELUM TUNTAS

27 NABILA NURAILIDA 75 75 TUNTAS

28 RAFFI DWINANDA HARTONI 75 70 BELUM TUNTAS

29 RAFI SYAHRI RAMADHANA 75 55 BELUM TUNTAS

30 RANDI ALAM PUTRA 75 75 TUNTAS

31 REGINA CHOIRUNNISA 75 60 BELUM TUNTAS

32 RIFAT RAMADIYO 75 75 TUNTAS


JUMLAH NILAI 2145  

RATA – RATA 67  

PRESENTASE KETUNTASAN 40%  

KKM = 75

Kategori penilaian:
Tinggi : 100 – 80
Sedang : 79 – 60
Rendah : 59 – 10

a. Observasi Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan hasil belajar peserta didik

pada materi pelajaran Menguraikan

wawasan nusantara dalam konteks

rata-rata presentasi Nilai nilai jumlah peserta negara kesatuan republik Indonesia
nilai terteninggi terendah peserta didik yang
didik tidak tuntas
melalui problem based learning pada

siklus I, Dapat diketahui bahwa rata-rata

nilai mecapai 67 dengan persentasi 40% dengan nilai tertinggi 75 dan nilai

terendah 50.

Gambar 4.1 Siklus I

Jumlah peserta didik sebanyak 32 peserta didik dan yg tidak tuntas sebanyak

19 peserta didik

b. Hasil Observasi KBM Dengan metode problem besed learning.

Hasil Obserpasi KBM dengan metode problem based learning pada siklus I

dalam proses pembelajaran PPKn pada materi Menguraikan wawasan


nusantara dalam konteks negara kesatuan republik indonesia rata-rata nilai 67

masih dengan kategori kurang.

c. Observasi Hasil Wawancara Guru

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada siklus I dengan penerapan

metode problem based lerning Bahwa yang belum memahami dan

kelemahanya tentang metode ini.

d. Observasi Hasil Wawancara Dengan Peserta Didik

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik, diperoleh keterangan

masih kurang respek kepada teman membutuhkan bantuan, ada juga yang

sangat senang manyambut belajar dengan metode problem based learning.

e. Observasi Hasil Catatan Lapangan

Berdasarkan hasil catatan lapangan, didapat bahwa selama proses

pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak kondusif dan terkesan masing-

masing, bnaya peserta didik yang tidak fokus dlam mengikuti jalanya

pembelajaran.

4. Refleksi Siklus I

1. Berdasarkan hasil observasi dan interpretasi tindakan pada sikuls I, adapun

kelemahan dan kekurangan sebagai berikut :

a. Kondisi kelas yang ramai dikarenakan peserta didik masih bingung

memposisikan diri dalam kelompok dan bagaimana menjalankan masih

menunjukan metode Snowball Throwing.


b. Peserta didik masih asyik becanda, ngobrol mengerjakan tugas dan pada

saat guru menerangkan materi.

c. Masi terlihat masing-masing, peserta didik masih terlihat canggung

antara peserta didik yang bantuan dengan teman yang prestasinya bagus

dengan dalam kelas.

d. Sebagai peserta didik masih pasif dan tidak mau bertanya ataupun

memberikan atau mengemukakan pendapat, serta membimbing temanya

yang kurang memahami materi.

e. Berdasarkan hasil test yang dilakukan pada siklus I masih menujukan

hasil belajar yang belum maksimal, sehingga perlu diadakan perbaikan

pada siklus berikutnya.

2. Kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih terdapat kekurangan untuk

itu peneliti berupaya untuk memperbaiki pada siklus berikutnya.

a. Meningkatkan pengawasaan dengan memantau lebih aktif kepada

setiap kelompok. Hal ini perlu dilakukan demi melancarkan jalanya

pembelajaran agar peserta didik tidak bercanda dan dijalan-jalan

didalam kelas.

b. Menjelaskan kembali metode problem based learning secara menarik

agar mudah dipahami oleh peserta didik.

c. Guru memberikan semangatdalam mengikuti pembelajaraan dengan

baik.
d. Memberikan penghargaan beberapa hadiah kepada peserta didik yang

aktif dalam membimbing kelompok sehingga hasil belajar tercapai.

b. Siklus II

1. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II hampir sama dengan perencanaan pada siklus I

pelaksanaan tindakan kelas siklus II mengacu pada hasil refleksi pada

penelitian tindakan kelas siklus I. Kendala yang ditemui pada pelaksanaan

tindakan kelas pada siklus I, peneliti merancang tindakan yang akan

dilaksanakan pada siklus II yang meliputi:

a) Mempersiapkan sumber dan alat pembelajaran yang akan digunakan

dalam setiap kali pelaksanaan tindakan, seperti buku paket kartu

pertanyaan,lembar kerja siswa,serta lembar evaluasi yang digunakan

pada ahkir siklus,

b) Menyiapkan beberapa instrument peneliti seperti lembar pengamatan

siswa dan guru.

c) Melaksanakan pembelajaran PPKn dengan metode problem based

learning.
d) Memastikan guru memberi penjelasan mengenai kegiatan pembelajaran

sesuai dengan rencana yang dibuat yaitu sebelum kegiatan diskusi.

Guru membimbing dan mengarahkan dalam kegiatan pembelajaran,

agar berjalan dengan baik.

e) Guru memberikan motivasi kepada siswa agar berani menjawab

pertanyaan. Jika ada jawaban yang salah maka guru memberi

penjelasan mengenai jawaban yang benar.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II sebagai berikut:

1. Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dan motivasi.

2. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari yaitu tentang

konsep wawasan nusantara di sekolah dan masyarakat

3. Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok kecil yaitu menjadi 6

kelompok.

4. Peseta didik belajar secara berkelompok berkaitan dengan materi contoh

konsep wawasan nusantara di sekolah dan masyarakat

5. Guru membimbing siswa untuk mempelajari materi tersebut di atas

dengan metode problem based learning melalui konsep wawasan

nusantara di sekolah dan masyarakat.


6. Mengerjakan soal-soal yang sudah dipersiapkan oleh guru berupa soal

post tes

7. Guru melakukan bimbingan dan arahan bagi kelompok peserta didik yang

kesulitan memahami materi.

8. Setelah waktu yang ditentukan berakhir, guru dan peserta didik bersama-

sama membahas soal tersebut.

3. Hasil Observasi Siklus I

Tabel 4.3

DAFTAR NILAI TEST PPKn PESERTA DIDIK

SIKLUS II

KKM
NO NAMA PESERTA DIDIK NILAI KETERANGAN

1 ABI AHMAD RISKI 75 75 TUNTAS

2 AKHDAN MUMTAS 75 75 TUNTAS

3 ALDIANSYAH PUTRA PRATAMA 75 80 TUNTAS

4 ALEX PANIGORON NABABAN 75 80 TUNTAS


5 ALIFASAULATIYA 75 80 TUNTAS

6 AMANDA ZULBAITY ILMI 75 70 BELUM TUNTAS

7 AMELIA KUSUMA PUTRI 75 80 TUNTAS

8 AMIZA EGA YULIAN 75 60 BELUM TUNTAS

9 ANGELICA ULI GRACIA 75 80 TUNTAS

10 ANRITA AMELIA PUSPITS SARI 75 80 TUNTAS

11 ARYA NURHASAN 75 40 BELUM TUNTAS

12 AURA RAZAQIMAH 75 80 TUNTAS

13 AZHARI DWI SYAFI’I 75 80 TUNTAS

14 BELVA RETNOVIA AZKA 75 80 TUNTAS

15 DIAH AYU KURNIAWATI 75 70 BELUM TUNTAS

16 DITO RISBANU SAKTI 75 80 TUNTAS

17 FIKRI ARYA RAMADAN 75 60 BELUM TUNTAS

18 FRANSISCUS XAVERIUS VIXEN 75 70 BELUM TUNTAS

19 FRANSISCUS XAVERIUS VIXEN 75 80 TUNTAS


HANGGA AGUNG PRABOWO
20 75 80 TUNTAS

21 INDRA PRATAMA 75 70 BELUM TUNTAS

22 KHAIRUNNISA FARAH ANJANI 75 60 BELUM TUNTAS


LIDYA D’VEGA
23 75 80 TUNTAS

24 LINTANG AYUNINGTIAS PUTRI 75 50 BELUM TUNTAS

25 MAYA SYAFIRA HARYANTI 75 80 TUNTAS

26 MUHAMMAD WISNU PRANATA 75 80 TUNTAS

27 NABILA NURAILIDA 75 80 TUNTAS

28 RAFFI DWINANDA HARTONI 75 60 BELUM TUNTAS


29 RAFI SYAHRI RAMADHANA 75 65 BELUM TUNTAS

30 RANDI ALAM PUTRA 75 80 TUNTAS

31 REGINA CHOIRUNNISA 75 60 BELUM TUNTAS

32 RIFAT RAMADIYO 75 80 TUNTAS

JUMLAH NILAI 2325


RATA – RATA 72,6
PRESENTASE KETUNTASAN 65%

KKM = 75

Kategori penilaian:
Tinggi : 100 – 80
Sedang : 79 – 60
Rendah : 59 – 10

a) Observasi Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan hasil belajar peserta didik pada materi pembelajaran

Menunjukkan Sikap Positif Terhadap wawasan nusantara Dalam kehidupan

Berbangsa dan Bernegara melalui metode problem based learning pada siklus II.

Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai mencapai 72,6 dengan presentasi 65%

dengan nilai tetinggi 80 dan nilai terendah 40. Jumlah peserta didik yang tuntas

sebanyak 21 peserta didik dan yang tidak tuntas sebnyak 11 peserta didik.
80
60
40
20
0
rata-rata presentasi Nilai nilai jumlah peserta
nilai terteninggi terendah peserta didik yang
didik tidak
tuntas

gambar 4.2 siklus II

b) Hasil Observasi KBM dengan metode problem based learning

Hasil Observasi KBM dengan metode problem based learning pada siklus II

dalam proses pembelajaran PPKn pada materi menunjukkan sikap positif terhadap

wawasan nusantara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara rata-rata nilai 72,6

masih dengan kategori cukup.

c) Observasi Hasil Wawancara dengan guru

Berdasarkan hasil wawawncara dengan guru pada siklus II dengan penerapan

metode problem based learning bahwa kegiatan belajar mengajar peserta didik

sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya, terlihat dari peserta didik sudah

lebih baik dari pertemuan sebelumnya, telihat dari peserta didik yang sudah cukup

kondusif dalam mengikuti pembelajaran dan peserta didik sudah terlihat berbaur

dengan anggota kelompoknya.

d) Observasi hasil Wawawncara dengan peserta didik

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik, diperoleh peserta didik

sudah mulai berabur dengan teman kelompoknya dan sudah terlihat aktifitas

peserta didik membantu temanya yang membutuhkan bantuan, banyak juga


peserta didik yang senang menyambut belajar dengan metode problem based

learning

e) Observasi hasil catatan lapangan

Berdasarkan hasil catatan lapangan, didapat bahwa selama proses

pembelajaran berlangsung peserta didik mulai kondusif terlihat terjadi

peningkatan aktivitas belajar peserta didik, seperti bertanya dan berdiskusi.

4. Refleksi siklus II

Pelaksanaan tindakan siklus II telah dilaksanakan maksimal mungkin dengan

penerapan metode problem based learning untuk membantu peserta didik dalam

proses pembelajaraan hal ini di tandai oleh :

1. Kondisi kelas sudah kondusif, peserta didik sudah mulai biasa dengan

metode yang diterapkan.

2. Peserta didik mulai memahami tahapan dalam metode yang digunakan.

3. Adanya interaksi antar peserta didik dalam kelompok menjadi hidup.

4. Peserta didik sudah mulai tertib memperhatikan saat guru menerangkan

materi, walaupun ada beberapa peserta didik masih mengobrol.

5. Sebagai peserta didik sudah mulai menjalankan tugasnya untuk membantu

dan memberikan semangat kepada teman sekelompoknya yang membutuhkan

bantuan.
6. Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada siklus II menunjukan adanya

peningkatkan. Walaupun masih belum memenuhi indikator yang peneliti

harapkan.

Keputusan hasil refleksi pada siklus II dapat di simpulakan bahwa hasil

belajar belum memenuhi indikator yang peniliti harapkan. Indikator yang

ditetapkan oeleh peneliti sebanyak 65% peserta didik memiliki nilai diatas KKM.

Penelitian perlu dilakukan tindakan lanjutan untuk mengoptimalkan proses

pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti perlu mengadakan perbaikan untuk

dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Upaya yang dilakukan peneliti diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki pembelajaran dan mengoptimalkan keaktifatn peserta didik,

kreatifitas dan evektifitas proses pembelajaran.

2. Melakukan pendekatan dengan memberkan semangat kepada peserta didik

yang bersangkutan agar percaya diri kepada kemampuan sendiri.

3. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik agar membiasakan diri

menjadi mandiri dengan memberikan penguatan atau penghargaan berupa

penghargaan atau penguaan dalam kelompok.

c. siklus III

1. Pelaksanaan Tindakan Kelas

1. Guru membuka pelajaran dan memberikan apersepsi dan motivasi.


2. Guru menjelaskan maksud dan tujuan pembelajaran dari materi.

3. Guru memotivasi peserta didik tentang kegunaan dan pentingnya

mempelajari materi ini dengan menghubungkan dengan materi lain dan

permasalahan sehari-hari.

4. Guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari yaitu konsep

wawasan nusantara di sekolah dan masyarakat

5. Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yaitu

menjadi 8 kelompok.

6. Peserta didik melaksanakan diskusi kelompok dengan materi yang sudah

dipersiapkan oleh guru serta mengerjakan soal post tes dengan

menggunakan metode problem based learning dengan cara mencari di

internet tentang .

7. Guru melakukan bimbingan dan arahan bagi kelompok peserta didik yang

kesulitan memahami materi.

8. Setelah waktu yang ditentukan berakhir, guru dan peserta didik bersama-

sama membahas soal tersebut.

9. Peserta didik dan guru melakukan refleksi.


2. Hasil Observasi Siklus III

Tabel 4.4
DAFTAR TABEL TEST PPKn PESERTA DIDIK
SIKLUS III

KKM
NO NAMA PESERTA DIDIK NILAI KETERANGAN

1 ABI AHMAD RISKI 75 85 TUNTAS

2 AKHDAN MUMTAS 75 85 TUNTAS

3 ALDIANSYAH PUTRA PRATAMA 75 85 TUNTAS

4 ALEX PANIGORON NABABAN 75 65 BELUM TUNTAS

5 ALIFASAULATIYA 75 90 TUNTAS

6 AMANDA ZULBAITY ILMI 75 85 TUNTAS

7 AMELIA KUSUMA PUTRI 75 80 TUNTAS

8 AMIZA EGA YULIAN 75 68 BELUM TUNTAS

9 ANGELICA ULI GRACIA 75 80 TUNTAS

10 ANRITA AMELIA PUSPITS SARI 75 80 TUNTAS

11 ARYA NURHASAN 75 80 TUNTAS

12 AURA RAZAQIMAH 75 85 TUNTAS

13 AZHARI DWI SYAFI’I 75 85 TUNTAS

14 BELVA RETNOVIA AZKA 75 70 BELUM TUNTAS

15 DIAH AYU KURNIAWATI 75 78 TUNTAS

16 DITO RISBANU SAKTI 75 80 TUNTAS

17 FIKRI ARYA RAMADAN 75 85 TUNTAS

18 FRANSISCUS XAVERIUS VIXEN 75 80 TUNTAS

19 HALIMATUS 75 75 TUNTAS

20 HANGGA AGUNG PRABOWO 75 75 TUNTAS

21 INDRA PRATAMA 75 75 TUNTAS


22 KHAIRUNNISA FARAH ANJANI 75 75 TUNTAS
23 LIDYA D’VEGA 75 80 TUNTAS

24 LINTANG AYUNINGTIAS PUTRI 75 60 BELUM TUNTAS

25 MAYA SYAFIRA HARYANTI 75 80 TUNTAS

26 MUHAMMAD WISNU PRANATA 75 85 TUNTAS

27 NABILA NURAILIDA 75 75 TUNTAS

28 RAFFI DWINANDA HARTONI 75 80 TUNTAS

29 RAFI SYAHRI RAMADHANA 75 65 BELUM TUNTAS

30 RANDI ALAM PUTRA 75 80 TUNTAS

31 REGINA CHOIRUNNISA 75 70 BELUM TUNTAS

32 RIFAT RAMADIYO 75 90 TUNTAS


JUMLAH NILAI 2511
RATA – RATA 78
PRESENTASE KETUNTASAN 81,25%

KKM = 75

Kategori penilaian:
Tinggi : 100 – 80
Sedang : 79 – 60
Rendah : 59 – 10

a. Observasi hasil belajar peserta didik

Berdasarkan hasil belajar peserta didik pada materi pembelajaran

wawasan nusantara melalui metode problem based learning pada siklus III,

Dapat diketahui bahwa rata-rata nilai 78 dengan persentasi 81,25% dengan

nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60. Jumlah peserta didik yang tuntas

sebanyak 26 peserta didik dan yang tidak tuntas sebanyak 6 peserta didik.
rata-rata presentasi Nilai nilai jumlah peserta
nilai terteninggi terendah peserta didik yang
didik tidak tuntas

Gambar 4.3 siklus III

b. Hasil observasi KBM dengan metode problem based learning

Hasil observasi KBM dengan metode problem based learning pada siklus

III dalam proses pembelajaran PPKn pada materi Menunjukkan sikap Positif

Terhadap wawasan nusantara Dalam Kehidupan Bermasyarakat rata-rata nilai

78 dengan kategori baik.

c. Hasil wawancara dengan guru

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pada siklus III dengan

penerapan problem based learning bahwa kegiatan belajar peserta didik sudah

bagus dan maksimal dari pertemuan sebelumnya, terlihat peserta didik sudah

baik, kondusif dalam mengikuti pembelajaran peserta didik saling

menguatkan dengan anggota kelompoknya.

d. Observasi hasil wawancara dengan peserta didik


Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik, diperoleh peserta

didik sudah mulai berbaur dengan teman kelompoknya dan sudah terlihat

aktifitas peserta didik yang saling membutuhkan dan saling menguatkan satu

sama lain, peserta didik merasa senang dan merasa terbantu sekali sengan

belajar menggunakan metode problem based learning.

e. Observasi hasil catatan lapangan

Berdasarkan hasil catatan lapangaan, didapat bahwa selama proses

pembelajaran berlangsung aktivitas belajar belajar peserta didik semakin

bertingkat bertanya, berdiskusi,dan semakin terlihat adanya kebersamaan

peserta didik didalam kelompok saling melengkapi dan saling membantu satu

dengan lainya.

3. Refleksi Siklus III

Pelaksanaan tindakan siklus III telah dilaksanakan semaksimal mungkin

dengan penerapan metode problem based learning untuk membantu peserta didik

dalam proses pembelajaran, hal ini di tandai oleh :

1. Kondisi kelas kondusif, peserta didik sudah terbiasa dengan metode yang di

terapkan.

2. Peserta didik mulai memahami tahapan dalam metode yang digunakan.

3. Peserta didik mampu berkerjasama kelompok dengan baik.

4. Guru meluangkan waktu untuk melakukan pendekatan terhadap peserta didik,

sehingga semua peserta didik mengalami kesulitan mudah teratasi.


5. Hasl belajar yang dicapai peserta didik telah mencapai indikator pencapaian

hasil yang telah ditetapkan pada awal penelitian.

6. Hal-hal yang perlu pada siklus III sudah terlihat bahwa terdapat

penyempurnaann pada siklus III.

Berdasarkan hasil refleksi peneliti mengunci pada satu hasil bahwa pada

kegiatan yang dilakukan pada siklus III secara keseluruhan sudah baik dan

mencapai target yang diharapkan. Hasil evaluasi dan pengamatan dalam

pembelajaran PPKn pada metode problem based learning. Selanjutnya hasil

pengumpulan data, hasil pengamatan, dan hasil temuan-temuan selama

pelaksanaan siklis I,II,III dapat dijadikan dasar pembuatan laporan dalam

penilitian tindakan kelas yang telah di laksanakan.

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakaan melalui metode problem based learning pada

pembelajaran PPKn pada materi wawasan nusantara dikelas X IPS 3 SMAN 1

Setu Kabupaten Bekasi. Peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang

digunakan untuk memahami hubungan dan konsep dalam data sehingga dapat

diperoleh kesimpulan pembahasan didasarkan pada test evaluasi, hasil observasi,

wawancara, catatan lapangan dan refleksi dari variabel peneliti. Variabel peneliti

tersebut meliputi : hasil belajar peserta didik masing-masing siklus dan hasil

siklus dan hasil observasi KBM dengan metode problem based learning. Siklus
III di laksanakan sebagai perbaikan tindakan pada siklus I dan siklus II

dilaksanakan untuk perbaikan siklus III. Dari hasil penelitian yang dilakukan

peneliti pada siklus I,II,dan III, maka peneliti memberi pembahasan yang sangat

penting tentang penelitian ini. Pembahasan tersebut dapat secara mudah di baca

melalui penjabaran perolehan nilai tes peserta didik pada pra siklus, siklus I,II dan

III

Tabel 4.5

Rekapisulasi Hasil belajar peserta didik pra siklus, siklus I,II dan III

Kriteria Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III

Jumlah nilai 2080 2145 2325 2511


Rata-rata ketercapaian 65 67 72.6 78
Jumlah peserta didik tuntas 9 13 21 26
Jumlah peserta didik tidak tuntas 23 19 11 6
Jumlah peserta didik tuntas (%) 28% 40% 65% 81%
Jumlah peserta didik tidak tuntas 71% 59% 34% 15%
(%)
Gambar 4.5 (Perkembangan perserta didik setiap siklus)

Analisis pembahasaan penelitian ini dalam tahapan penggunaan metode

problem based learning dapat dilakukan tahapan-tahapan untuk meningkatkan

pemahaman yang pada ahkirnya mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Pada tahapan pertama, hasil belajar peserta didik belum tampak. Masih ada

peserta didik yang masih pasif, suasana dalam kelas tidak kondusif. Karena peserta
didik belum paham terhadap tugas yang harus dikerjakan akibatnya suasana kelas

menjadi ribut, sehingga mengganggu konsentrasi peserta didik (lihat tabel siklus I),

Disinilah kolabolator memberikan masukan kepada peneliti agar memberikan

penjelasan wawasan nusantara untuk lebih menarik dan di berikan secara ringan agar

tercapainya hasil belajar yang cukup baik pada tahapan berikutnya.

gambar 4.4

Pada tahapan

kedua, sudah mulai

adanya tampak

peningkatan
pra siklus siklus I siklus II siklus III

pembelajarandengan

menggunakan

metode problem based learning. Penelitian melihat kegiatan peserta didik mulai

kondusif dan banyak peserta didik yang memperhatikan pembelajaran yang cukup

baik karena adanya antusian peserta didik dalam menerima pembelajaran. (lihat tabel

siklus II).

Kolabolator masih mengamati dan menemukan beberapa peserta didik yang

belum aktif saat terjadi diskusi. Untuk kegiatan selanjutanya, kolaboratif memberikan

masukan dan pengarahan agar perlaksanaan tercapai dan peserta didik dapat

mengikuti pembelajaran dengan baik.


Pada tahap ketiga, peningkatan pembelajaran pesrta didik sudah baik. Hal itu

dapat dibuktikan dalam penyelesaian tugas tugas yang diberikan kepada peserta didik

baik keseluruhan maupun individu terlihat adanya ke aktifan peserta didik dalam

bertanya, menanggapi pertanyaan dan kerja sama peserta didik yang meningkat. Dari

hasil pengamatan oleh peneliti maupun kolabolator menunjukan perubahan atau

meningkatkan pada pemahaman materi yang berujung pada peningkatan hasil belajar

peserta didik, (lihat tabel siklus III).

Demikian juga hasil observasi pada tahapan pertama sampai ketiga.

Mengalami peningkatan hasil belajar peserta didik dan pemahaman peserta didik.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi, dokumentasi dan pelaksanaan

tahap demi tahap dari hasil siklus I hingga III, peneliti menemukan bahwa

pembelajaran menggunakn metode problem based learning dapat memberikan hasil

sesuai yang diharapkan terhadap peningkatan hasil belajar pesrta didik kelas X IPS 3

SMAN 1 Setu Kabupaten Bekasi.

Pada refleksi setiap siklus yang telah diuraikan, yaitu siklus I,II dan III, dapat

dijadikan analisis pembahasan PTK ini, secara keseluruhan siklus direkap kepada

tabel sebagai berikut ini :

Tabel 4.6

Peningkatan Hasil Observasi KBM Pesrta didik Pra siklus, Siklus I,

Siklus II, Siklus III

Siklus Rata-rata Kategori


Pra tindakan 65 Cukup
Siklus I 67 Cukup
Siklus II 72.6 Cukup
Siklus III 78 Baik

Tabel 4.7
Peningkatan Hasil Belajar Peserta didik Pra Tindakan, Siklus I,II dan III

Siklus Jumlah Jumlah Nilai keterangan Keputusan


Responden Nilai Rata-rata
Sebelum 32 2080 65 - Belum

tercapai
Siklus I 32 2145 67 Meningkat Belum

40% Tercapai
Siklus II 32 2325 72.6 Meningkat Belum

65% Tercapai
Siklus III 32 2511 78 Meningkat Sudah

81% Tercapai

Tabel 4.8

Siklus Sebelum Siklus I Siklus II Siklus III


Peningkatan - 40% 65% 81%
Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik
Jika diliat dari tabel diatas menunjukan peningkatan yang sangat berarti dari

sebelum tindakan. Hal ini, mulai dari skilus I, II dan III terus mengalami

peningkatan hingga mencapai 86% ini berati sudah memenuhi kriteria

keberhasilan peneliti ditetapkan yaitu 70%. Hal ini menunjukan bahwa upaya

guru dalam meningkatkan hasil belajar PPKn dikelas VII melalui metode

problem based learning mendapat kemajuan yang berarti

Chart Title

Siklus I Siklus II Siklus III

Gambar 4.5

Dapat disimpulkan bahwa upaya meningkatkan pemahaman siswa pada

materi wawasan nusantara melalui metode problem based learning lebih mudah

dipahami bagi peserta didik kelas X IPS 3 SMAN 1 Setu Kabupaten Bekasi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan judul skripsi ini, maka metode penelitian dapat

meningkatkan hasil belajar siswa PPKn pada materi wawasan nusantara, hasil

seluruh pembahasan serta analisis yang talah dilakukan dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran PPKn

2. Metode pembelajaran problem based learning memiliki dampak positif

dalam meningkatkan hasil belajar siswa ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu pra siklus (28,12%)

siklus I (40%), siklus II (65%), siklus III (81,25%).

3. Metode pembelajaran problem based learning dapat menjadikan siswa

merasa dirinya mendapat perhatian dan kesempatan untuk menyampaikan

pendapat, gagasan, ide, dan pertanyaan.

4. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun kelompok, serta mampu

mempertanggung jawabkan tugas individu maupun kelompok.

5. Penerapan metode pembelajaran problem based learning mempunyai

pengaruh positif, yaitu dapat meningkatan hasil belajar siswa.


B. Saran

Sesuai dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, peneliti

menyarankan beberapa hal dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

PPKn pada materi wawasan nusantara

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah selaku pemegang kebijakan tertinggi disekolah

hendaknya dapat memberikan pembinaan dan motivasi kepada guru untuk

terus berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran dengan berbagai metode

diantaranya metode pembelajaran problem based learning (PBL).

b. Guru

Untuk terus meningkatkan hasil belajar siswa sudah selayaknya tenaga

pengajar dapat memanfaatkan metode yang ada. Yaitu dengan cara

menggunakan metode yang tepat sasaran. Sehingga hasil belajar siswa terus

meningkat.

c. Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber rujukan oleh peneliti

selanjutnya. Sehingga dapat dipergunakan pada penelitian berikutnya untuk

konsep dan kelas serta mata pelajaran yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai