Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL PENELITIAN

KEEFEKTIFAN PENERAPAN METODE FLIPPED CLASSROOM


DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI SISTEM KOORDINASI
PADA SISWA KELAS XI MIA SMA NEGERI 13 WAJO

BESSE RAHMA
1914040004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023

1
2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..................................................................................7
D. Manfaat Penelitian................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka......................................................................................9
B. Kerangka Pikir......................................................................................27
C. Hipotesis...............................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................................................................................30
B. Desain Penelitian..................................................................................30
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel.........................................31
D. Populasi dan Sampel.............................................................................32
E. Prosedur Penelitian...............................................................................32
F. Instrumen Penelitian.............................................................................34
G. Teknik Pengumpulan Data....................................................................35
H. Teknik Analisis Data.............................................................................35
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makna Pengertian pendidikan dalam pasal 1 ayat (1) pada Undang

Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan

adalah usaha yang sadar serta terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif dalam

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan,

kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, ketermpilan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan

tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Pendidikan mengambil peran penting dalam mencerdaskan bangsa dan

juga berdampak besar dalam perkembangan bangsa. Bagaimanapun cara kita

menempuh pendidikan itu baik secara formal maupun non formal pastinya

pendidikan akan berdampak bagi diri sendiri dan orang lain. Melaui

pendidikan orang akan mampu untuk menyusun masa depannya dengan baik,

dikarenakan dapat berfikir lebih kritis sehingga dapat memecahkan suatu

masalah yang terjadi didalam kehidupannya kedepannya.


4

Beragam usaha yang telah dilakukan pemerintah agar kualitas pendidikan

di Indonesia dapat meningkat mulai dari tingkat dasar, menengah, sampai

tingkat tinggi. Perhatian tersebut antara lain ditujukan dengan

memberikan alokasi dana serta membuat kebijakan-kebijakan yang berkaitan

dengan usaha meningkatkan mutu pendidikan. Bahkan pemerintah sekarang

sedang mengeluarkan berbagai macam program yang dapat menunjang

kualitas pendidikan.

Selain dengan pemerintah yang memberi kebijakan - kebijakan yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, salah faktor

penting yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan yaitu peranan guru dan

siswa dalam proses pembelajaran itu sendiri. Peranan guru dalam proses

pembelajaran antara lain yaitu sebagai fasilitator, mediator, motivator, direktor,

organisator dan informator. Tetapi di era sekarang ini masih banyak sekolah

yang pada proses pembelajarannya masih melibatkan guru sebagai pusat dari

proses pembelajaran tersebut padahal seharusnya siswa dan guru harus terlibat

dalam suatu interaksi dalam lingkungan merdeka belajar. Salah satu upaya

untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik yaitu dengan mengubah

proses pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning)

menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered

Learning).

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Negeri 13 Wajo kondisi

proses pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru (Teacher centered)

dan cenderung selalu menggunakan metode ceramah dan menggunakan


5

variasi model pembelajaran sehingga membuat proses pembelajaran terlalu

monoton. Sehingga mengakibatkan peserta didik kurang antusias dan kurang

mengerti dengan materi yang diberikan. Salah satunya pada mata pelajaran

biologi peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran dan kelas

menjadi pasif. Hasil observasi diperoleh bahwa masih banyak peserta didik

yang kurang tertarik dalam mempelajari biologi pada materi tertentu karena

mereka beranggapan bahwa materi tersebut susah. Sehingga hasil belajar yang

diperoleh peserta didik masih di bawah standar ketuntasan kompetensi

minimal yang diterapkan dalam sekolah tersebut.

Guru merupakan salah satu komponen penting untuk mengatasi masalah

diatas. Guru sebagai fasilitator dan mediator harus mempersiapkan kondisi

belajar. Contohnya yaitu dengan memilih model pembelajaran yang tepat

agar bisa menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan

di kelas. Guru juga harus melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses

pembelajaran sehingga peserta didik menemukan sendiri informasi dan

konsep pembelajaran yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.

Mempelajari materi sistem koordinasi dinilai sulit dikarenakan proses

pembelajaran yang monoton hanya dengan menggunakan metode ceramah

dan siswa sebelumnya tidak terlalu banyak mengetahui informasi mengenai

materi tersebut dan pada saat proses pembelajaran biasanya guru langsung

masuk ke materi inti tanpa melakukan pemberian materi dasar terlebih dahulu,

Mungkin guru memberi materi pendahuluan secara tetapi hanya siswa yang

cepat menangkap informasi saja yang dapat memahaminya sedangkan siswa


6

yang lain masih perlu bimbingan lebih lanjut atau lebih lama untuk

memahami materi masih belum paham. Sehingga ketika langsung masuk pada

materi inti siswa akan kurang mengerti. Oleh karena itu perlunya memberi

pemahaman konsep materi yang lebih kepada siswa sehingga ketika pada

proses pembelajaran berlangsung siswa akan lebih mudah memahami materi

yang diberikan.

Pemecahan permasalahan pada materi sistem koordinasi menuntut peserta

didik untuk lebih memahami konsep materi. Materi sistem koordinasi cocok

bila dibelajarkan kepada peserta didik dengan model pembelajaran yang

melibatkan peserta didik secara aktif dalam menemukan informasi.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka pembelajaran biologi harus lebih

diarahkan pada proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan, melibatkan

peserta didik untuk berpikir dan berpartisipasi secara aktif dalam proses

pembelajaran sehingga perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat

membantu peserta didik untuk menemukan, memahami, dan menyampaikan

informasi yang telah didapatkan. Berkaitan dengan masalah tersebut dalam

mengatasi permasalahan di atas dapat diterapkan salah satu model

pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa Metode pembelajaran

yang penulis gunakan adalah Flipped Classroom yang dapat meningkatkan

rasa tanggung jawab dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta

didik dalam belajar . Selain itu, dengan metode pembelajaran Flipped

Classroom pembelajaran di kelas lebih aktif dan kreatif siswa lebih leluasa

mengembangkan pengetahuannya sendiri. Model ini memanfaatkan media


7

pembelajaran yang dapat di akses secara online maupun offline yang mampu

mendukung materi pembelajarannya.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan maka perlu dilakukan

penelitian untuk memperbaiki proses pembelajaran serta dapat meningkatkan

hasil belajar peserta didik melalui “Keefektifan Penerapan Metode Flipped

Classroom Dalam Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada

Siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 13 Wajo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang diangkat

pada penelitian ini adalah apakah Metode Flipped classroom dalam

Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi pada Siswa Kelas XI MIA

SMA Negeri 13 Wajo efektif untuk diterapkan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

dilakukan adalah untuk mengetahui keefektifan Penerapan Metode Flipped

Classroom Dalam Pembelajaran Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada

Siswa Kelas XI MIA SMA Negeri 13 Wajo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang

bersangkutan antara lain :

1. Bagi guru, sebagai bahan informasi mengenai metode Flipped Classroom

yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran yang mampu

meningkatkan hasil belajar peserta didik.


8

2. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya

memperbaiki proses pembelajaran.

3. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi bagi peneliti lain tentang

keefektifan Penerapan Metode Flipped Classroom Dalam Pembelajaran

Biologi Materi Sistem Koordinasi Pada Siswa Kelas XI MIA SMA Negeri

13 Wajo.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Keefektifan Pembelajaran

Keefektifan pembelajaran merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil

dari suatu pembelajaran. Ketuntasan dari hasil pembelajaran tersebut dapat

menunjukkan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan

sebelumnya sehingga pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat dikatakan

berjalan secara efektif (Annisa dan Harta, 2013).

Secara umum efektivitas dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh

tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan

pengertian efektivitas menurut Moore. D Kennet yang mengungkapkan bahwa

efektivitas ialah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai, atau makin besar target yang

dicapai, dan makin tinggi efektivitasnya (Meo & Masruri,2018).

Menurut Jacobsen, Eggen, & Kauchak (1989, p. 213) perbedaan yang

nyata antara peserta didik dapat terlihat jika keefektifan pembelajaran

tercapai. Setelah mereka mengikuti rangkaian pembelajaran dalam waktu

yang bisa dibilang singkat, prestasi peserta didik meningkat, menunjukkan

perubahan sikap yang positif, dan peserta didik menjadi lebih termotivasi

untuk belajar.

Menurut Kemp (1985), Kefektifan dapat menjawab seberapa jauh siswa

9
10

dapat mencapai sasaran belajar yang telah ditentukan tiap-tiap unit.

“Pengukuran keefekifan dapat dipastikan dari nilai ujian, nilai proyek dan

kinerja, dan catatan dari pengamatan mengenai tingkah laku peserta didik”.

Pembelajaran yang efektif tidak hanya dilihat dari hasilnya saja tetapi juga

melalui proses pembelajaran hal ini sama dengan yang diungkapkan Hamruni

(2012: 23) bahwa prinsip pembelajaran yang efektif meliputi orientasi pada

tujuan, aktivitas, individualitas, dan integritasi.

a. Berorientasi pada tujuan. Pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang beriorientasi pada tujuan. Segala kegiatan guru dan

siswa dilakukan memang untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Aktivitas Pembelajaran bukan diartikan sebagai proses transfer ilmu dari

guru ke siswa ataupun hanya sekadar menghafal informasi yang ada

pada sumber belajar melainkan sebuah aktivitas bagi siswa agar mereka

mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman belajar yang telah

didapat akan membuat ilmu yang mereka dapatkan menjadi lebih

bermakna diakarenakan mereka merasakan sendiri prosesnya.

c. Individualitas Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang

menyeluruh ke semua siswanya. Namun, pada hakikatnya tujuan yang

dicapai adalah adanya perubahan tingkah laku pada setiap siswa.

d. Integritas Mengajar tidak hanya menitikberatkan pada kemampuan

kognitif saja tetapi pembelajaran efektif ialah yang melibatkan dan

mengembangkan semua aspek yaituaspek kognitif, aspek afektif, dan

aspek psikomotor.
11

2. Metode Pembelajara Flipped Classroom

Menurut Di kalangan pendidikan tinggi, strategi instruksional Flipped

Classroom atau "kelas terbalik" telah menerima banyak perhatian. Ide dari

metode pembelajaran ini adalah bahwa daripada mengambil kelas yang

terbatasi oleh ruang dan waktu, guru dapat mengajar siswa melalui video,

podcast, atau screencast yang dapat diakses siswa ketika pulang.

Sehingga siswa memiliki lebih banyak waktu luang. Penting untuk

diketahui bahwa Flipped Classroom atau kelas terbalik tidak hanya

semata - mata mengandalkan video tadi tetapi harus diperkuat dengan

pembelajaran tatap muka yang berkualitas sehingga pembelajaran lebih

efektif (Milman,2012).

Flipped Classroom dikembangkan oleh Bergmann dan Sam. Pada

awalnya dikarenakan banyaknya siswa yang sibuk karena mengikuti

banyak kelas misalnya ada siswa yang tertarik dalam bidang olahraga

tetapi juga ingin berpartisipasi dalam bidang yang lain maka Flipped

Classroom dapat menjadi salah satu solusi yang dapat dilakukan. Artinya

Flipped Classroom ini dapat memberikan fleksibilitas sehingga dapat

membantu siswa ditengah kesibukan mereka (Bergman, 2012).

Menurut Johnson (2013) Flipped classroom merupakan suatu cara dalam

proses pembelajaran yang dapat mengurangi kapasitas kegiatan pembelajaran

di dalam kelas dengan memaksimalkan interaksi satu sama lain yaitu antara

guru, siswa dan lingkungannya. Model pembelajaran Flipped classroom ini


12

memanfaatkan media pembelajaran yang dapat diakses secara online maupun

offline oleh siswa yang mampu mendukung materi pembelajarannya. Model

ini lebih menekankan bagaimana memanfaatkan waktu di kelas agar

pembelajaran lebih bermakna dan bisa meningkatkan pengetahuan serta

kemampuan berpikir kritis siswa.

Flipped classroom atau kelas terbalik merupakan strategi pembelajaran

yang menggunakan jenis pembelajaran campuran (blended learning) yaitu

dengan membalikkan lingkungan belajar tradisional dan memberikan

konten pembelajaran di luar kelas (sebagian online). Pembelajaran di

dalam kelas akan dilakukan hanya untuk membahas tugas yang telah

diberikan sebelumnya oleh guru atau digunakan untuk berdiskusi

mengenai jawaban dengan pengawasan guru sebagai fasilitator dimana

memberikan pelayanan termasuk ketersediaan fasilitas untuk kemudahan

dalam kegiatan belajar bagi peserta didik (Susanti, 2019)

Model flipped classroom terbagi atas beberapa tipe, beberapa diantaranya

adalah traditional flipped classroom dan peer instruction flipped (Steele,

2013). Model pembelajaran traditional flipped sering digunakan oleh guru

yang belum pernah menggunakan model flipped classroom sebelumnya. Pada

model pembelajaran traditional flipped siswa diminta untuk menonton video

pembelajaran atau media lainnya di rumah pada pembelajaran sebelumnya.

Siswa diharapkan mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran di kelas

dengan yakni dengan menonton video yang telah diberikan sebelumnya di

rumah dengan harapan siswa akan memahami mater. Langkah selanjutnya


13

adalah siswa datang ke kelas untuk melakukan kegiatan dan mengerjakan

tugas yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Di kelas siswa menerapkan

ilmu yang telah dipelajari dari rumah melalui tugas ataupun kegiatan lainnya.

Kegiatan yang berlangsung di kelas dapat dipandu dengan menggunakan

lembar kegiatan siswa (LKS). Tugas yang berkaitan juga diberikan dalam

LKS. Kegiatan selanjutnya yaitu memberikan kuis di akhir pembelajaran

dengan tujuan untuk mengukur pemahaman siswa.

Avgerinou (2008) mengungkapkan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi

alasan penting mengapa pendidik lebih memilih untuk mengimplementasikan

flipped classroom dibandingkan pembelajaran online maupun klasikal, hal ini

karena flipped classroom pembelajaran menjadi lebih baik, meningkatnya

akses dan fleksibilitas, serta meningkatnya biaya manfaat. Berbagai penelitian

yang membuktikan bahwa model pembelajaran flipped classroom terbukti

lebih dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan keaktifan siswa pada

sebuah proses pembelajaran serta memberikan hasil belajar yang lebih baik

pula. Model pembelajaran ini bermanfaat untuk guru dan siswa, karena siswa

dapat mengerjakan tugas mereka dengan didampingi oleh guru. Sebelum

lanjut ke materi berikutnya, guru dapat memastikan bahwa setiap siswa telah

memahami konsep-konsep/materi yang harus dikuasai. Serta motivasi belajar

siswa meningkat dalam berkolaborasi, mengemukakan pendapat dan

mengerjakan tugas bersama temannya.

Enfield (2013) mengungkapkan bahwa model pembelajaran flipped

classroom atau kelas terbalik dapat meningkatkan motivasi siswa untuk


14

mengikuti pembelajaran di kelas, adanya interaksi yang terjalin antara siswa

secara intensif yang dapat membentuk kemandirian belajar siswa.

Dikarenakan materi yang diberikan akan dipelajari sendiri oleh siswa pada

saat di rumah hal ini dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah

secara mandiri. Interaksi di kelas dapat terjadi secara intensif, setiap kesulitan

belajar dapat segera teratasi, sehingga terbentuk kemandirian dan motivasi

belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

Menurut Bishop dan Verleger (2013) Implementasi flipped classroom

terbagi menjadi 2 tahap yaitu out class dan in class :

a. Out class (diluar kelas)

Implementasi pembelajaran flip classroom pada tahap out class berarti

guru yang berperan pada tahap ini yaitu (1) provide active learning

environment; (2) facilitator of learning; (3) plan follow up activities.

Guru berperan sebagai provide active learning berarti guru dapat

dikatakan sebagai provider atau penyedia. Penyedia disini berarti

menyedikan lingkungan belajar yang aktif. Lingkungan belajar yang aktif

dapat diciptakan dengan membuat sebuah rencana pembelajaran atau

disebut RPP. Didalam RPP, guru dapat menggunakan metode pembelajaran

yang membuat siswa berperan aktif dan menjadi pusatnya. Peran guru

selanjutnya yaitu sebagai facilitator of learning. Maksud dari guru sebagai

fasilitator adalah guru memberikan fasilitar-fasilitas kepada siswa seperti

bahan ajar, baik yang bisa ditonton maupun dibaca, yang dapat diakses

secara online maupun offline misalnya modul pembelajaran atau LKS, dan
15

buku-buku referensi atau jurnal ilmiah. Terakhir, guru berperan sebagai plan

follow up activities, yang berarti guru membuat sebuah rencana selanjutnya

yang nantinya akan digunakan dan diberikan pada siswa saat pembelajaran

di kelas berlangsung.

b. In Class (dalam kelas)

Implementasi dari pembelajaran flipped classroom pada tahap in class

berarti membuat siswa yang lebih banyak aktif pada saat proses

pemebelajaran melalui perencanaan yang telah dibuat sebelumnya (Baker, J.

W. 2000). Pada tahap in claas siswa akan diberi tugas agar siswa dapat

bertanggung jawab pada dirinya sendiri untuk memperoleh pengetahuan.

Adapun, tugas guru pada tahap ini yaitu sebagai pendamping, observer,

penilai dan instruktur saja. Kegiatan in class dalam flip classroom dibagi

menjadi tiga bagian yaitu : kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.

Beberapa uraian di atas, maka sintaks tahapan dari flipped classroom

dapat dilihat pada tabel 2.1:

Tabel 2.1 Tahapan Model Flipped Classroom

(Bishop & Verleger,2006)

Tahap Kegiatan
Siklus
Belajar
Out Guru Siswa
Class
a. Guru mengindentifikasi a. Siswa memahami
materi yang akan dengan baik bahan
diberikan sesuai dengan ajar yang diberikan
kebutuhan siswa. oleh guru.
16

b. guru memberikan b. Siswa melakukan


fasilitar-fasilitas kepada arahan yang diberikan
siswa seperti bahan oleh guru.
ajar, baik yang bisa
ditonton maupun
dibaca, modul
pembelajaran atau LKS,
dan buku-buku
referensi atau jurnal
ilmiah.
c. guru membuat sebuah
rencana tindak lanjut
yang nantinya akan
diberikan pada siswa
atas pembelajaran di
kelas.

In Class a. Mengajak siswa a. Membentuk


untuk membentuk kelompok 5–6
kelompok-kelompok kelompok.
5-6 siswa. b. Berdiskusi
kelompok melalui
b. Memberikan kegiatan telaah
kesempatan kepada literatur yang telah
siswa dilakukan pada
tahap out class..
berdiskusi dengan
kelompoknya c. Bekerja sama
melalui kegiatan dalam
telaah literatur yang kelompok-
telah dilakukan pada kelompok kecil,
17

tahap out class. untuk mencatat


hasil pengamatan
c. Memberikan dan ide-ide
kesempatan kepada ditemukan.
siswa untuk bekerja
sama dalam
kelompok untuk
mencatat
pengamatan serta
ide-ide yang
ditemukan.
d. aktivitas guru pada
tahap ini guru hanya
sebagai
pendamping,
observer, penilai
dan instruktur saja.
Flipped classroom merubah peran peserta didik yang mulanya dari

pendengar pasif saat di kelas, sehingga menjadi lebih berpartisipasi aktif

dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Tucker keuntungan penting dari

flipped classroom adalah dapat mendukung kerjasama tim dan diskusi dalam

kelas, peserta didik dapat menonton video dimanapun dan kapanpun ia mau,

ia bisa mengatur kecepatan belajar sesuai dengan kebutuhannya, mendorong

peserta didik untuk berfikir, baik di dalam maupun di luar kelas. Hal ini

berarti flipped classroom fleksibel baik dalam segi ruang dan waktu. Selain itu

melalui flipped classroom pengajar memiliki waktu berinteraksi lebih banyak

dengan peserta didik dan dapat memahami kebutuhan emosional peserta didik.
18

Selain kelebihan flipped classroom terdapat juga tantangan dalam

penerapan flipped classroom yaitu dalam hal mempersiapkan materi baik

itu dalam bentuk video, visual ataupun tertulis memerlukan waktu yang

lama dan materi tersebut harus diselesaikan siswa sebelum pertemuan di

kelas tetapi jika materi dapat dipersiapkan dengan baik maka flipped

classroom akan meningkatkan prestasi peserta didik melalui kegiatan

diskusi kelompok di dalam kelas serta membangun pemahaman siswa

mengenai materi sehingga tujuan pembelajaran yang telah dibuat

sebelumnya dapat dicapai secara efektif. Selain itu pada sisi peserta didik

flipped classroom memiliki tantangan lain jika guru memberi materi yang

hanya bisa diakses secara dan siswa tidak memiliki seperti akses internet

sehingga peserta didik tidak akan bisa mengakses materi yang telah

diberikan. Selain itu peserta didik yang belum bisa meneriman flipped

classroom karena masih .nyaman dengan pembelajaran tradisional yang

sifatnya pasif yang dan akhirnya membuat kegiatan belajar tidak

menyenangkan dan membosankan (Hamama,2019).

3. Hasil Belajar

Metode Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu

untuk menhasilkan suatu perubahan yakni berupa tingkah laku yang baru

secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa makna dari belajar secara umum merupakan suatu proses

kegiatan yang menimbulkan perilaku baik. Setelah proses belajar maka


19

selanjutnya akan diperoleh hasil belajar yang merupakan suatu keberhasilan

diperoleh oleh peserta didik (Slameto, 2010).

Belajar dapat juga diartikan sebagai segala bentuk aktivitas psikis yang

dilakukan oleh setiap individu sehingga tingkah lakunya berbeda antara

sebelum dan sesudah belajar. Perubahan tingkah laku atau tanggapan ini,

dikarenakan adanya pengalaman baru, memiliki kepandaian/ ilmu setelah

belajar, dan aktivitas berlatih yang kemudian dibiasakan. Perubahan

kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan

kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir,

pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya (Ahdar,2019).

Hasil belajar ialah perubahan perilaku yang akan diperoleh setelah

mengalami aktivitas belajar. Aspek-aspek perubahan tingkah laku tersebut

tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa

mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku berupa

penguasaan konsep pula yang akan diperoleh siswa. Tujuan pembelajaran

merupakan hasil yang harus dicapai setelah aktivitas belajar (Abdurrahman,

2009).

Hasil pembelajaran dapat dijadikan acuan dalam mengidentifikasi serta

mengevaluasi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan salah

satu patokan yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses

pembelajaran. Hasil belajar menggambarkan hasil dari proses pembelajaran

untuk melihat sejauh mana murid, guru, proses pembelajaran, dan lembaga

pendidikan telah mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Dapat


20

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan dan keterampilan yang

dimiliki siswa yang diperoleh setelah adanya proses pembelajaran.Menurut

pada Taksonomi Bloom hasil belajar dicapai melalui tiga ranah, yaitu

kognitif, afektif, psikomotor (Sudjana, 2009). Ranah kognitif, berkaitan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas 6 aspek yaitu pengetahuan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Ranah afektif,

berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang

kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau reaksi, menilai, organisasi dan

karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Ranah psikomotor

meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

neuromuscular (menghubungkan, mengamati).

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdapat beberapa jenis.

Secara umum dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu (Slameto,

2010):

1) Faktor intern atau faktor dari dalam merupakan faktor yang

berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern

meliputi faktor jasmani (kesehatan), faktor psikologis (intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), faktor

kelelahan.

2) Faktor ekstern atau faktor dari luar merupakan faktor yang berasal

dari luar diri individu. Faktor ini meliputi faktor keluarga

(bagaiamanaa cara orang tua dalam mendidik, hubungan individu


21

tersebut dengan anggota keluarganya, lingkungan sekitar, keadaan

ekonomi, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor

sekolah (cara mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan peserta

didik, hubungan peserta didik dengan peserta didik lainnya, disiplin

sekolah, alat pelajaran, model pelajaran), faktor masyarakat (kegiatan

peserta didik dalam masyarakat, media massa, teman sebaya, bentuk

kehidupan masyarakat).

b. Ciri-ciri keberhasilan hasil belajar

Hasil belajar yang dicapai peserta didik melalui aktivitas pembelajaran

yang optimal akan menunjukkan hasil sebagai berikut (Sudjana, 2004):

1) Kepuasan dan kebanggan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

yang berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri atau sering disebut

dengan motivasi intrinsik. Apabila motivasi intrinsik telah tertanam dalam

diri peserta didik maka peserta didik tidak akan mengeluh ketika

mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Sebaliknya, peserta didik

akan mencoba kembali dan berusaha lebih keras agar memperoleh hasil

yang lebih dari sebelumnya. Namun, jika hasil belajar yang diperoleh

oleh peserta didik meningkat, maka prestasi tersebut akan dijadikan

sebagai dorongan atau motivasi bagi peserta didik untuk

mempertahankan atau bahkan meningkatkan hasil yang telah diraih

sebelumnya.

2) Peserta didik mengetahui kemampuan yang dimilikinya dan peserta

didik tersebut sadar bahwa potensi yang dimilikinya tidak kalah dari
22

orang lain apabila dia terus berusaha sebagaimana harusnya. Peserta

didik tersebut juga yakin bahwa tidak ada yang tidak bisa diraihnya

apabila terus berusaha sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

3) Hasil belajar yang telah diperoleh akan bermakna bagi dirinya dan

bertahan lama di dalam ingatannya, sehingga dapat membentuk

perilakunya dan bermanfaat untuk mempelajari aspek yang lain. Hal

tersebut juga dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh

informasi dan pengetahuan lainnya, keinginan dan kemampuan untuk

belajar sendiri, serta mengembangkan kreativitasnya.

4) Hasil belajar akan diperoleh peserta didik secara komprehensif atau

menyeluruh, yakni dapat mencakup ranah kognitif, pengetahuan, atau

wawasan. Ranah afektif atau sikap dan apresiasi, serta ranah

psikomotorik, keterampilan, atau perilaku. Ranah kognitif adalah hasil

yang diperolehnya sedangkan ranah afektif dan psikomotorik diperoleh

sebagai efek dari proses belajarnya, baik efek instruksional maupun

efek samping yang tidak direncanakan dalam pembelajaran.

5) Kemampuan peserta didik untuk mengendalikan dirinya terutama

dalam menilai hasil yang telah dicapainya maupun menilai dan

mengendalikan proses dan usaha belajarnya. Peserta didik juga

mengetahui dan menyadari bahwa tinggi rendahnya hasil belajar yang

dicapainya bergantung pada usaha dan motivasi belajar dirinya sendiri.

4. Tinjauan Umum Materi Sistem Koordinasi


23

Sistem koordinasi merupakan salah satu materi pokok biologi yang

diajarkan di SMA kelas XI MIPA semester genap pada kurikulum 2013

dengan jumlah pertemuan sebanyak 5 kali (1 kali pertemuan untuk posttest).

Tiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x 45 menit).

a. Kompetensi Dasar

Penjabaran untuk mencapai kompetensi inti pada silabus dirumuskan ke

dalam Kompetensi Dasar sebagai berikut:

3.10 Menganalisis hubungan antara struktur jaringan penyusun organ pada

sistem koordinasi (saraf, hormone dan alat indera) dalam kaitannya

dengan mekanisme koordinasi dan regulasi serta gangguan fungsi yang

dapat terjadi pada sistem koordinasi manusia.

4.10 Menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada

struktur dan fungsi organ sistem koordinasi yang menyebabkan

gangguan sistem saraf dan hormon pada manusia berdasarkan studi

literature.

b. Indikator Pencapaian

Berdasarkan Kompetensi Dasar yang telah dipaparkan, indikator yang

diharapkan ialah:

1) Mengidentifikasi bagian struktur sel saraf.

2) Mendeskripsikan impuls saraf, gerak sadar dan gerak refleks.

3) Mendeskripsikan sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

4) Menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap kelainan pada

struktur dan fungsi organ sistem saraf pada manusia.


24

5) Menganalisis hubunganstruktur jaringan penyusun organ sistem hormon

pada manusia.

6) Menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap gangguan pada

sistem hormon pada manusia.

7) Menganalisis hubungan struktur jaringan penyusun organ sistem indra

pada manusia

8) Menyajikan hasil analisis pengaruh pola hidup terhadap gangguan pada

sistem indra pada manusia

c. Materi Sistem Koordinasi

1. Sistem Saraf

Sistem Koordinasi merupakan sistem yang sangat penting karena

mengatur dan mengendalikan kegiatan kegiatan baik secara langsung

maupun tidak langsung, Pengaturan dan pengendalian dapat berupa

pacuan sehingga kegiatan yang terjadi dalam tubuh meningkat atau

sebaliknya terhambat sehingga kegiatan menurun atau mengendor. Pacuan

atau hambatan merupakan peristiwa yang mengembalikan kegiatan pada

norma standar kegiatan normal. Pada prinsipnya sistem koordinasi hewan

sama dengan sistem koordinasi manusia yaitu melibatkan hal-hal berikut :

1) Pelepasan zat kimia dari sel-sel ke dalam cairan ekstra sel.

2) Mentranspor zat dari bagian satu ke bagian yang lain.

3) Pengaktifan atau penonaktifan sel-sel yang dipengaruhi oleh zat.

Sistem koordinasi pada manusia meliputi, Sistem saraf, Sistem

Hormon (endokrin ), dan Sistem Indra


25

a. Struktur sistem saraf : Neuron atau sel saraf merupakan satuan

kerja utama atau bagian dari sistem koordinasi yang berfungsi

untuk mengatur aktivitas tubuh melalui rangsangan listrik secara

cepat. Komponen sistem saraf terdiri atas sel saraf, sistem saraf

pusat, dan sistem saraf tepi. Untuk bereaksi terhadap rangsangan,

tubuh memerlukan 3 komponen yaitu reseptor, sistem saraf dan

efektor.

b. Jenis sistem saraf : Sistem saraf bekerja berdasarkan impuls

elektrokimia, untuk melayani tubuh dengan berbagai macam cara.

Sistem saraf berfungsi sebagai peninjau bagi tubuh dan pengumpul

informasi tentang dunia diluar maupun didalam tubuh kita. Selain

itu juga berfungsi sebagai pusat komunikasi umu, pusat pemetaan

strategi, dan sebagai pembuat keputusan dalam segala sesuatu yang

dilakukan tubuh.

2. Sistem Hormon

Tubuh manusia dilengkapi dengan dua perangkat pengatur seluruh

kegiatan tubuh. Kedua perangkat ini merupakan sistem koordinasi yang

terdiri atas sistem saraf dan sistem hormon. sistem hormon bekerja jauh

lebih lambat, tetapi lebih teratur dan berurutan dalam jangka waktu yang

lama. Pengangkutan hormon melalui pembuluh darah. Untuk memahami

lebih jauh mengenai sistem hormone mari kita pelajari pahami materi

berikut.
26

(1) Struktur Sistem Hormon

Sistem hormon (endokrin) adalah sekumpulan kelenjar dan organ

yang memproduksi hormon, yaitu senyawa organik pembawa pesan

kimiawi di dalam aliran darah menuju sel atau jaringan tubuh. Sistem

endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur aktivitas

tubuh seperti metabolisme, homeostasis, pertumbuhan, perkembangan

seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur, serta siklus nutrisi.

(2) Jenis Sistem Hormon

Hormon dihasilkan oleh kelenjar. Kelenjar endokrin (kelenjar

buntu) adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus yang

menghasilkan hormon. Berdasarkan aktivitasnya, kelenjar buntu

dibedakan menjadi 3 yaitu kelenjar yang sepanjang hayat, misal

hormon yang memegang peranan dalam metabolisme, kedua kelenjar

yang bekerja mulai masa tertentu, misal hormon kelamin, ketiga

kelenjar yang bekerja sampai masa tertentu saja, misal hormon

pertumbuhan, hormon timus.

3. Sistem Indra

Tangan kita secara otomatis mengambil apa saja yang dapat

berfungsi sebagai kipas. Jika kulit terasa gatal, tangan langsung

menggaruk kulit yang gatal tersebut. Bayangkan seandainya bagian-

bagian tubuh kita tidak bekerja dengan harmonis dan sinergis seperti

yang diceritakan di atas. Pernahkah kalian sadari ketika kita dapat


27

mencium aroma yang harum, kita bisa mendengar suara yang yang kecil

sampai suara yang keras, kita bisa merasakan berbagai jenis makanan

dengan variasi rasa yang berbeda, tanpa kita sadari semua diatur oleh

sistem indra pada tubuh kita. Sistem indera merupakan salah satu bagian

dari sistem koordinasi yang merupakan reseptor atau penerima rangsang.

Alat indera merupakan reseptor yang peka terhadap perubahan

lingkungan dan rangsangan.

B. Kerangka Berpikir

Materi sistem koordinasi adalah salah satu materi yang dianggap sulit oleh

siswa kelas XI MIPA dalam pembelajaran biologi. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan di SMA 13 Wajo, diperoleh bahwa peserta didik

masih kurang berani dalam mengajukan pendapatnya hanya sebagian peserta

didik yang dapat menyampaikan pendapat atau mengajukan pertanyaan.

Permasalahan yang dialami saat pembelajaran materi sistem koordinasi adalah

pemahaman konsep dan kemampuan peserta didik yang kurang dalam

memahami materi.

Keberhasilan siswa dalam belajar dapat dilihat dari peningkatan hasil

belajar di kelas. Salah satu agar meningkatnya hasil belajar yaitu siswa harus

senantiasa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu

materi yang diterimanya akan mudah dipahami dan akan tersimpan lebih lama

dibandingkan dengan siswa yang tidak aktif. Selain itu penyajian materi yang

fleksibel dapat disesuaikan dengan kemampuan peserta didik akan membuat

siswa lebih memahami materi. Sehingga perlu digunakan model-model


28

pembelajaran yang dapat menjadikan peserta didik menjadi lebih aktif dan

mendapatkan pemahaman materi sesuai dengan kemampuan belajarnya.

Sesuai dengan hal tersebut, maka dalam kegiatan pembelajaran diperlukan

adanya perbaikan model pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman

peserta didik secara menyeluruh.

Model flipped classroom merupakan upaya untuk meningkatkan

keaktifan siswa di dalam kelas sehingga pembelajaran tidak hanya berpusat

pada guru. Selain itu penerapan flipped classroom memudahkan siswa untuk

lebih memahami konsep-konsep pada materi sistem koordinasi dikarekan

peserta didik dapat selalu mengakses materi yang diberikan dimanapun dan

kapan pun.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan kajian pustaka, maka peneliti

merumuskan hipotesis yaitu, penerapan model flipped classroom efektif

dalam pembelajaran biologi materi sistem koordinasi pada siswa kelas XI

MIA SMA Negeri 13 Wajo.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen yang melibatkan

suatu kelas sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan menggunakan model

flipped classroom yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan

model flipped classroom dalam pembelajaran biologi materi sistem

koordinasi pada siswa kelas XI MIA SMA Negeri 13 Wajo.

B. Desain Penelitian

Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One group

pre test-post test design. Pada desain penelitian ini hanya terdapat satu kelas yang

dipilih secara random Desain penelitian ini mengukur hasil pembelajaran melalui

pre test yang diberi sebelum adanya perlakuan dan pre test yang diberikan setelah

adanya perlakuan. Adapun desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

O1 X O2

Gambar 3.1. Desain Penelitian

Keterangan :
X : Perlakuan kepada siswa dengan menggunakan metode flipped classroom
O1 : Hasil nilai Pretest
O2 : Hasil nilai Posttest

29
30

C. Varibael Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu variabel bebas

(independen) dan veriabel terikat (dependen).

a. Variabel bebas yaitu penerapan metode flipped classroom pada pembelajaran

biologi materi sistem koordinasi

b. Variabel terikat yaitu hasil belajar peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 13

Wajo.

2. Defenisi Operasional Variabel

Adapun defenis operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Model pembelajaran flipped classroom merupakan suatu model pembelajaran

blended learning yang membalikkan struktur belajar “kelas” dan metode

Pembelajaran. Biasanya proses pemberian materi dilakukan di Sekolah dan

pendalaman materi dapat dilakukan di luar sekolah melalui tugas, diskusi, dan

lain sebagainya.

2. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh peserta didik setelah mengerjakan tes

hasil belajar yang diberikan pada akhir pembelajaran.


31

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh peserta didik kelas XI MIA

SMA Negeri 13 Wajo pada tahun pelajaran 2022/2023 yang terdiri atas dua kelas

yaitu kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu kelompok . Populasi dalam

penelitian ini dianggap memiliki tingkat kemampuan sama sehingga teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random

sampling yang mengambil satu kelas dari dua kelas secara acak.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kecamatan Bola Kabupaten Wajo yaitu di

SMA Negeri 13 Wajo. Waktu peleksanaan penelitian ini dimulai pada semester

genap tahun ajaran 2022/2023. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan

penelitian sebagai berikut:

a. Peneliti melakukan observasi dan berkonsultasi dengan guru bidang studi

kimia kelas XI mengenai kelas yang akan digunakan, waktu penelitian,

keadaan peserta didik serta materi yang akan diteliti.

b. Meminta izin kepada instansi yang terkait sehubungan dengan penelitian yang

akan dilakukan.
32

c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan

baik untuk kelas eksperimen maupun untuk kelas kontrol

d. Menyusun instrument dan alat evaluasi

e. Melakukan validasi instrumen oleh para ahli

2. Tahap Pelaksanaan

Penelitian ini akan dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Pada pertemuan

awal akan dilaksanakan pretest sebagai tes awal untuk mengetahui kemampuan

awal siswa sebelum dilakukan eksperimen, serta 1 kali pertemuan posttest untuk

pemberian tes akhir pada pertemuan akhir. Setiap pertemuan terdiri dari 2 jam

pelajaran (2 x 45 menit). Adapun langkah-langkah pembelajaran dapat dilihat

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan
1. Guru memberikan artikel dan video mengenai materi sistem koordinasi
untuk dipahami oleh siswa pada pertemuan sebelumnya
Kegiatan Awal : 10 Menit
1. Guru mengucapkan salam pembuka dan meminta kelas untuk
memimpin doa sebelum pembelajaran dimulai.
2. Guru mengecek kehadiran peserta didik.
3. Guru memberi apersepsi dengan bertanya kepada peserta didik.
4. Guru menyeampaikan materi yang akan dipelajari dan tujuan
pembelajaran
Kegiatan Inti : 70 Menit
1. Guru terlebih dahulu mengecek hasil belajara siswa di rumah yaitu berupa
catatan atau rangkuman dari video dan materi yang diberikan.
2. Guru menjelaskan secara singkat mengenai materi
3. Guru membentuk kelompok
4. Guru membagikan LKPD kepada peserta didik
33

5. Guru mengarahkan setiap kelompok untuk berdiskusi dan mengerjakan LKPD


yang telah dibagikan sebelumnya.
6. Guru mendampingi serta memantau peserta didik pada saat proses diskusi
7. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi bersama teman
kelompoknya.
8. Guru memberi kuis kepada peserta didik
Kegiatan Akhir : 10 Menit
1. Guru mengumpulkan LKPD dan hasil diskusi yang telah dilakukan
selama pelajaran
2. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan
selanjutnya.
3. Guru memberi tugas membaca literatur terkait dengan materi yang
akan dipelajari.
4. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

3. Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dilakukan dengan pemberian tes akhir (posttest). Hasil tes

dari pretest dan postest inilah yang kemudian dibandingkan untuk mengetahui

hasil belajar peserta didik.

F. Instrumen Penelitian

1. Tes awal

Tes sebelum belajar (pretest) merupakan tes yang dilakukan sebelum

berlangsungnya penyampaian materi. Adanya tes awal bertujuan untuk

mengetahui penguasaan materi oleh siswa dan sebagai perbandingan dengan

hasil posttest untuk mengetahui hasil belajar peserta didik.

2. Tes Hasil Belajar


34

Tes hasil belajar (posttest) merupakan butir tes yang digunakan untuk

mengetahui hasil belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan

pembelajaran. Tes ini diberikan pada akhir pembelajaran. Instrumen posttest

ini terdiri atas 20 butir soal pilihan ganda yang telah divalidasi (validasi isi

dan validasi item) oleh ahli, untuk setiap soal memiliki lima alternatif jawaban

tetapi hanya satu jawaban yang benar. Setiap soal memiliki skor satu untuk

jawaban benar dan skor nol untuk jawaban salah dan tidak menjawab.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk Untuk pengumpulan data digunakan instrumen penelitian yang

berupa pretest dan posttest yaitu tes awal dan tes hasil belajar. Setiap soal

memiliki 5 opsi jawaban skor 1 (satu) untuk jawaban benar dan skor (0) nol

untuk jawaban salah dan tidak menjawab. Data dari pretest dan posttest

dikumpulkan untuk selanjutnya dianalisis untuk mengetahui keefektifan model

flipped classroom untuk meningkatkan hasil belajar pada materi sistem

koordinasi.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh

adalah dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial.

Untuk mengetahui nilai yang diperoleh peserta didik, maka skor diubah kenilai

dengan menggunakan rumus:

skor yang diperolehsiswa


Nilai =
skor maksimum
x 100

1. Analisis Statistik Deskriptif


35

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau memberi

gambaran umum data yang diperoleh. Data hasil belajar diperoleh dari hasil

posttest peserta didik setelah pelaksanaan proses pembelajaran. Data yang

didapatkan oleh masing-masing peserta didik berbentuk skor, kemudian skor

diubah ke nilai. Statistik deskriptif meliputi skor tertinggi, skor terendah, skor

rata-rata (mean), standar devisiasi dan varians. Selain itu data yang diperoleh

dikelompokkan verdasarkan kriteria nilai hasil belajar dan kriteria nilai ketuntasan

belajar peserta didik yang digunakan di SMA Negeri 13 Wajo yang terlihat pada

tabel 3.6.

a. Ketuntasan Perorangan

JB
Tp = Js x 100

Keterangan:

Tp = Tuntasan Perorangan

JB = Skor tiap peserta didik

Js = Skor maksimal

Berikut kriteria nilai ketuntasan perorangan yang digunakan di SMA Negeri


13 Wajo yang dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.6. Klasifikasi Belajar Ketuntasan Peserta Didik
Nilai Kategori
≥ 75 Tuntas
¿ 75 Tidak tuntas
(Sumber: Guru Biologi SMA Negeri 13 Wajo)

b. Ketuntasan Kelas

∑Tp
Tk = n x 100 %

Keterangan :
Tk = Tuntas kelas
36

∑ Tp = Jumlah tuntas perorangan


n = Jumlah total peserta didik

Kriteria ketuntasan untuk Mata Pelajaran Biologi di SMA Negeri 13 Wajo

ditunjukkan pada Tabel 3.7

Tabel 3.7. Klasifikasi Nilai Ketuntasan Kelas


Tuntas Kelas Kategori
≥ 75% Tuntas
¿ 75 % Tidak tuntas
(Sumber: Guru Biologi SMA Negeri 13 Wajo)

2. N- Gain

N-gain adalah selisih antara nilai posttest dan prestest, N-gain

menunjukkan peningkatan penguasaan konsep peserta didik setelah

pembelajaran dilakukan guru. Uji Normal gain digunakan untuk menghindari

hasil kesimpulan yang akan menimbulkan kesalahan yang biasa dalam

penelitian. Melalui proses ini kita dapat mengetahui keefektifan model yang

kita gunakan dalam pembelajaran yang kita teliti. Rumus N-gain yaitu sebagai

berikut :

skor posttest−skor pretest


g=
Skor maksimal−skor pretest

Untuk klasifikasi gain ternormalisasi dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut :

Tabel 3.4 Klasifikasi Gain Ternormalisasi

Koefisien Normalisasi Klasifikasi

g<0,3 Rendah

0,3≤g≤0,7 Sedang

g≥0,7 Tinggi
37
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta


Ahdar, A., & Wardana, W. (2019). Belajar dan Pembelajaran: 4 Pilar Peningkatan
Kompetensi Pedagogis.
Annisa, E. N., & Harta, I. (2013). Efektivitas Open Ended Approach untuk
Meningkatkan Kreativitas Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
(PTK di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun Ajaran
2012/2013) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Bergmann, J., & Sams, A. (2012). Flip your classroom: Reach every student in
every class every day. International society for technology in education.
Bishop, J., & Verleger, M. A. 2013. The Flipped Classroom: A Survey of the
Research. Paper presented at 2013 ASEE Annual Conference & Exposition,
Atlanta: Georgia. 10.18260/1-2—22585\
Enfield, J. 2013. Looking at the impact of the flipped classroom model of
instruction on undergraduate multimedia students at CSUN. TechTrends,
Vol. 57, No. 6, hal. 14-27.
Hamruni. 2012. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.
Jacobsen, D., Eggen, P., & Kauchak, D. (1989). Methods for teaching: A skills
approach. Columbus. OH: Merrill.
Jakarta.
Kemp, J. E., & Dayton, D. K. (1985). Planning and producing instructional
media. Harper & Row.
Kusuma, N. R. (2020). Modul pembelajaran biologi SMA kelas XI:
sistem koordinasi.
Meo, S. O., & Masruri, M. S. (2018). Keefektifan model pembelajaran dalam
meningkatkan hasil belajar geografi ditinjau dari keterpaan media elektronik
siswa SMA. Harmoni Sosial: Jurnal Pendidikan IPS, 5(1), 20-29.
Milman, N. B. (2012). The flipped classroom strategy: What is it and how can it
best be used?. Distance learning, 9(3), 85.
Remaja Rosdakarya.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sudjana, N. (2009). Dasar-dasar Proses Pembelajaran. Bandung: Sinar Baru


Algesindo.
Sudjana, N. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

38
39

Susanti, L., & Pitra, D. A. H. (2019). Flipped classroom sebagai strategi


pembelajaran pada era digital. Health and Medical Journal, 1(2), 54-58.

Anda mungkin juga menyukai