OLEH
Vani Baule
18504170
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KEBUMIAN
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2023
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu cara meningkatkan kualitas manusia
yang terjadi melalui proses pembelajaran. Pendidikan juga sangat dibutuhkan
dalam kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia bahkan dalam
kesejahteraan bangsa. Dengan pendidikan manusia akan mempunyai kecakapan
untuk menciptakan hidup yang baik, dan pendidikan yang baik akan menciptakan
manusia dengan kualitas yang semakin baik.
1
belajar siswa yaitu sekitar 33% siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) dengan nilai rata-rata 71,4 dan sebanyak 67% siswa yang tidak
mencapai KKM yaitu 70 dengan nilai rata-rata 68,5. Dalam proses pembelajaran
yang ada, model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru yaitu model
pembelajaran konvesional/langsung sehingga siswa hanya mendengar dan
menerima apa yang telah disampaikan oleh guru tanpa ada umpan balik dari
siswa. Dalam mengajarkan materi aritmetika sosial, guru menggunakan model
pembelajaran konvensional membuat motivasi belajar siswa berkurang sehingga
siswa tidak mengikuti proses pembelajaran dengan baik, dan dalam pemberian
tugas siswa kesulitan menentukan jawaban yang tepat dan benar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
4. Tidak ada interaksi antara siswa dan guru dalam pembelajaran matematika
2
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada
pengaruh penggunaan model pembelajaran problem based learning terhadap
motivasi belajar siswa pada materi Aritmetika Sosial.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu apakah rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
model pembelajarann problem based learning lebih dari yang diajarkan dengan
model pembelajaran konvensional/langsung?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata hasil belajar
siswa dengan menggunakan model problem based learning dengan siswa yang
belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
F. Manfaat
Peneliti berharap dari penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Landasan Teori
A. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata motif yakni kondisi dalam diri individu yang
mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu baik disadari maupun
tidak disadari untuk mencapai tujuan tertentu (Winarmi, Anjariah, dan Romas,
2016). Sedangkan Rifa’i (2012:134) menyatakan bahwa motif anak yang di
bawah kedalam situasi belajar sangat berpengaruh terhadap bagaimana mereka
belajar dan apa yang mereka pelajari.
Sardiman (2011:75) menjelaskan bahwa motivasi belajar merupakan
faktor psikis yang bersifat non intelektual yang berperan dalam menumbuhan
gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
4
b) Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
c) Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain,
diterima, memiliki)
d) Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan
dukungan serta pengakuan)
e) Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;
kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
potensinya).
b. Teori Motivasi HERZBERG (Teori dua faktor)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua
faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator
(faktor intrinsik).
a) Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi
lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik)
b) Faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan,
yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan
tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).
c. Teori Motivasi DOUGLAS McGREGOR
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negatif) dan teori Y
(positif), Menurut teori X empat pengandaian yag dipegang manajer.
a) karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b) karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan
hukuman untuk mencapai tujuan.
c) Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d) Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua faktor yang
dikaitkan dengan kerja.
5
Kontras dengan pandangan negatif ini mengenai kodrat manusia ada empat teori
Y:
a) karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat
dan bermain.
b) Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka
komit pada sasaran.
c) Rata-rata orang akan menerima tanggung jawab.
d) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.
d. Teori Motivasi VROOM (Teori Harapan )
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan
mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat
melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan.
Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga
komponen, yaitu:
a) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
b) Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil
dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan
outcome tertentu).
c) Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau
negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi
harapan. Motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang
diharapkan.
e. Teori Motivasi ACHIEVEMENT Mc CLELLAND (Teori Kebutuhan
Berprestasi)
Teori yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada
tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
a) Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
b) Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan
soscialneed-nya Maslow)
c) Need for Power (dorongan untuk mengatur).
6
f. Teori Motivasi CLAYTON ALDERFER (Teori “ERG)
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada
kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan
pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini
Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum
dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari
pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.
g. Teori Penetapan Tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni:
a) Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian
b) Tujuan-tujuan mengatur upaya
c) Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi
d) Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
3. Macam-Macam Motivasi Belajar
Uno (2006:7) menyatakan bahwa terdapat dua macam motivasi yaitu :
a. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang muncul dari dalam, seperti minat
atau keingintahuan, sehingga seseorang tidak termotivasi oleh bentuk-bentuk
insentif / hukuman.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi dari luar yang disebabkan oleh
keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, dan juga
motivasi yang terbentuk oleh faktor eksternal berupa ganjaran atau hukuman.
7
3. Pendidik senantiasa memberikan bimbingan serta pengarahan kepada anak
didiknya yang mengalami kesulitan.
4. Pendidik memiliki pengetahuan yang luas dan penguasaan bidang studi
yang diajarkan kepada anak didiknya.
5. Pendidik mempunyai rasa cinta dan sifat pengabdian kepada profesinya
sebagai seorang pendidik.
4. Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar
Sardiman (2011:92) menyatakan bahwa terdapat bentuk-bentuk motivasi
belajar di sekolah sebagai berikut:
a. Memberikan angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan pembelajaran. Angka-
angka yang baik itu merupakan motivasi yang sangat kuat bagi para siswa.
b. Hadiah
Hadiah juga dapat memberi motivasi bagi setiap siswa.
d. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan, sehingga bekerja keras dengan mempetaruhkan
harga diri adalah satu bentuk motivasi yang cukup penting.
e. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan adanya ulangan.
f. Mengetahui hasil
Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi
pada diri siswa untuk terus giat belajar.
8
g. Pujian
Hukuman sebagai reinforcement yang positif dan sekaligus motivasi yang baik
untuk siswa.
h. Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat
dan bijak bisa menjadi alat motivasi belajar.
j. Minat
Motivasi muncul karena ada kebutuhan begitu juga minat, sehingga tepatlah kalau
minat merupakan alat motivasi yang pokok.
b. Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu diikuti dengan kemampuan atau kecakapan dalam
pencapaiannya.
c. Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi.
9
B. Model Pembelajaran
Model pembelajaran yang efektif sangat berkaitan dengan tingkat pemahaman
guru terhadap perkembangan dan kondisi siswa dikelas. Pengembangan model
pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara aktif dan menyenangkan
dengan begitu bisa meningkatkan motivasi belajar siswa.
10
sebagaimana yang dikutip Shoimin (2014:130) mengemukakan bahwa Problem
Based Learning merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran
yang mengembangkan secara stimulant strategi pemecahan masalah dan dasar-
dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik
dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang terstruktur
dengan baik.
11
Lima tahapan menurut Arends (dalam Daris Al-Ma’ruf 2015:14) ditampilkan
dalam tabel berikut.
12
Kelebihan Problem Based Learning sebagai berikut:
13
menyampaikan materi secara lisan dan siswa mendengarkan, mencatat,
mengajukan pertanyaan, dan dievaluasi.
14
E. Materi Aritmetika Sosial
Berdasarkan buku cetak kurikulum 2013 dan buku paket matematika kelas VII
SMP/MTs Semester 2 (2016.67-89)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak mungkin terlepas dari kegiatan yang
terkait dengan artimetika soal. Dalam artimetika sosial ini akan dibahas tentang
kegiatan yang terkait dengan dunia perekonomian, antara lain: penjualan,
pembelian, keuntungan, kerugian, bunga, pajak, bruto, neto, dan tara.
1. Persentase Keuntungan
Persentase keuntungan digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan
dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
𝐻𝐽 − 𝐻𝐵
𝑃𝑈 = × 100%
𝐻𝐵
15
2. Persentase Kerugian
Persentase kerugian digunakan untuk mengetahui persentase kerugian dari
suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
𝐻𝐵 − 𝐻𝐽
𝑃𝑅 = × 100%
𝐻𝐵
Secara umum bunga dapat diartikan sebagai jasa berupa uang yang diberikan
oleh pihak peminjam kepada pihak yang meminjamkan modal atas persetujuan
bersama. Ada kalanya juga bunga dapat diartikan sebagai jasa berupa uang yang
diberikan oleh pihak bank kepada pihak yang menabung atas persetujuan
bersama. Dalam dunia ekonomi terdapat bunga majemuk dan bunga tunggal.
Namun, bunga yang akan dibahas dalam artikel ini hanya bunga tunggal saja.
Sehingga, jika ada istilah bunga pada materi ini, yang akan yang dimaksud adalah
bunga tunggal. Besarnya bunga biasanya berbeda untuk setiap bank, sesuai
dengan kebermanfaatan uang dan kesepakatan kedua pihak.
16
d. Diskon (Potongan)
Saat kita pergi ke toko, minimarket, supermarket, atau tempat-tempat jualan
lainnya kadang kita menjumpai tulisan Diskon 10%, diskon 20%, diskon 50%.
Secara umum, diskon merupakan potongan harga yang diberikan oleh penjual
terhadap suatu barang. Misal suatu barang bertuliskan harga Rp200.000,00
dengan diskon 15%. Ini berarti barang tersebut mendapatkan potongan sebesar
15% × 200.000 = 30.000. Sehingga harga barang tersebut setelah dipotong adalah
200.000 − 30.000 = 170.000.
e. Pajak
Jika diskon adalah potongan atau pengurangan nilai terhadap nilai atau harga
awal, maka sebaliknya pajak adalah besaran nilai suatu barang atau jasa yang
wajib dibayarkan oleh masyarakat kepada Pemerintah. Pada materi ini yang perlu
dipahami adalah bagaimana cara menghitung besaran pajak secara sederhana.
Besarnya pajak diatur oleh peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenis
pajak. Dalam transaksi jual beli terdapat jenis pajak yang harus dibayar oleh
pembeli, yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang harus dibayarkan oleh
pembeli kepada penjual atas konsumsi/pembelian barang atau jasa. Penjual
tersebut mewakili pemerintah untuk menerima pembayaran pajak dari pembeli
untuk disetorkan ke kas negara. Biasanya besarnya PPN adalah 10% dari harga
jual.
Istilah Neto diartikan sebagai berat dari suatu benda tanpa pembungkus benda
tersebut. Neto juga dikenal dengan istilah berat bersih. Misal dalam bungkus suatu
17
snack tertuliskan neto 300 gram. Ini bermakna bahwa berat snack tersebut tanpa
plastik pembungkusnya adalah 300 gram.
Istilah Tara diartikan sebagai selisih antara bruto dengan neto. Misal diketahui
pada bungus snack tertuliskan bruto tertuliskan 350 gram, sedangkan netonya
adalah 300 gram. Ini berarti bahwa taranya adalah 50 gram. Atau secara sederhana
berat pembungkus dari snack tersebut tanpa isinya. Tiga pemisalan di atas
dimaksudkan agar kalian mudah dalam memahami makna istilah bruto, neto, dan
tara. Kalian bisa mengaplikasikan untuk benda-benda lain yang sesuai.
𝑁
%𝑁 = × 100%
𝐵
𝑇
%𝑇 = × 100%
𝐵
Dalam mengaplikasi pemahaman tentang bruto, neto, dan tara sering kali terkait
dengan harga suatu benda. Dalam kasus tersebut kita harus bisa menentukan
pilihan mana yang lebih menguntungkan.
Penelitian Relevan
1. Penelitian Tika Wahyuning (2020) yang berjudul: “Pengaruh Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa Kelas VII SMPN 1 Ngunut Materi Aritmetika Sosial Tahun
Ajaran 2019/2020”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
18
penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap
motivasi dan hasil belajar siswa. Terbukti dengan nilai signifikan 0,000 <
0,05.
2. Penelitian Nurul Utami (2018) yang berjudul: “Pengaruh Model Project Based
Learning Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Aritmetika
Sosial Kelas VII Di MTsN 3 Tulungagung tahun ajaran 2017/2018”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran Project
Based Learning terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada materi
Aritmetika Sosial kelas VII di MTsn 3 Tulungagung yang dibuktikan dengan
nilai signifikan 0,005 < 0,05.
3. Penelitian Elfrida Kolo, Selestina Nahak, Hermina Disnawati (2020) yang
berjudul: ‘Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Aritmetika Sosial”. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) hasil belajar siswa meningkat, hal ini terlihat dari hasil
belajar siswa pada siklus I persentase ketuntasan kelas mencapai 60%.
Sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan kelas meningkat menjadi
86,66%.
Kerangka Berpikir
Dalam hal ini, diperlukan suatu proses pembelajaran yang efektif untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
yang dapat memacu semangat siswa agar dengan aktif terlibat dalam proses
pembelajaran, sehingga pembelajaran yang ada menjadi menarik bagi siswa.
Maka alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model
pembelajaran problem based learning yang mampu membimbing siswa lebih aktif
dalam pembelajaran yang ada sehingga terjadi interaksi antara guru dan siswa,
serta siswa mampu memecahkan masalah yang ada dengan sendirinya. Hal
19
tersebut memberikan pengaruh yang baik dalam proses pembelajaran dan akan
berpengaruh juga pada motivasi belajar siswa dalam kelas.
Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu rata-rata hasil belajar siswa
yang diajarkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning lebih tinggi
dari yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional/langsung.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang dipakai yaitu metode penelitian quasi experiment,
dengan membagi kelompok penelitian menjadi dua kelompok yaitu kelompok
eksperimen dengan menggunakan pembelajaran model problem based learning
dan kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensial.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi : Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Siau Timur Selatan yang terdiri dari 2 kelas.
2. Sampel : Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu kelas VII A
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII B sebagai kelas kontrol.
21
D. Variabel Penelitian
Secara garis besar variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu variabel
perlakuan dan variabel terikat. Variabel-variabel tersebut adalah:
a. Variabel bebas (X) : Variabel bebas pada penelitian ini yaitu model
pembelajaran problem based learning.
b. Variabel terikat (Y) : Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil
belajar siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi
aritmetika sosial.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu dalam bentuk uraian atau tes
tertulis yang dilakukan pada akhir setelah perlakuan serta daftar yang berisi
serangkaian pertanyaan atau pernyataan tertulis yang terdiri dari sejumlah item
mengenai sesuatu yang akan diteliti yang harus dijawab oleh responden yang
disebut dengan angket/kusioner. Pemberian skor atau penilaian dalam penelitian
ini menggunakan skala Likert, yaitu metode yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidak setujuan terhadap subjek, objek atau kejadian
tertentu dengan menggunakan skor 1-5.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 tahap,
yaitu Tahap Persiapan dan Tahap Pelaksanaan, sebagaimana yang diuraikan
berikut.
22
c. Menyiapkan dua kelas yang akan dijadikan subyek penelitian
2. Tahap Pelaksanaan, meliputi:
a. Pembelajaran matematika materi Aritmetika Sosial dengan
menggunakan model Problem Based Learning di kelas eksperimen dan
menggunakan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol.
Aktivitas guru dan siswa di kedua kelas dapat dilihat pada tabel berikut.
23
Tabel 5. Tahapan Pembelajaran Konvensional di Kelas Kontrol
1. Teknik Angket
dengan cara memberi pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau
opini yang berkaitan dengan diri responden yang dianggap fakta atau kebenaran
2. Teknik Tes
24
H. Teknik Analasis Data
Data yang terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas, bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan awal
kedua kelas berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini
menggunakan rumus Lilliefors.
b. Uji Homogenitas, bertujuan untuk mengetahui apakah kemampuan kedua
kelas bersifat homogen sehingga layak dijadikan sampel penelitian. Untuk
pengujian homogenitas digunakan analisis varian kedua sampel dengan
menggunakan rumus:
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹=
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
Selanjutnya nilai Fhitung yang diperoleh dibandingkan terhadap Ftabel criteria
pengujiannya adalah H0 diterima jika Fhitung < Ftabel dan H0 ditolak jika
Fhitung > Ftabel
Kriteria: Varians data homogen jika Fhitung < Ftabel
: Varians tidak homogen jika Fhitung > Ftabel
2. Uji Hipotesis, menguji hipotesis digunakan uji-t namun sebelum data
yang diperoleh dianalisis, data tersebut dahulu diuji normalitas dan
homogenitas sebagai persyaratan analisis selanjutnya. Setelah itu
digunakan uji dengan perbedaan dua rata-rata (uji-t) nilai selisih dengan
taraf nayata 𝛼 = 0,05. Tujuan uji-t beda rata-rata adalah untuk
membandingkan (membedakan) apakah kedua variable tersebut sama atau
berbeda.
Kriteria:
Hipotesis diterima jika Thitung > Ttabel ;
Hipotesis ditolak jika Thitung < Ttabel
25
Untuk uji hipotesis digunakan rumus yang dikemukakan oleh Julius
Lolombulan(2017):
𝑥̅1 − 𝑥̅2
𝑡=
𝑆 1 1
√𝑛 + 𝑛
1 2
2
(𝑛1 − 1)𝑠1 2 + (𝑛2 − 1)𝑠2 2
𝑆 =
𝑛1 + 𝑛2 − 2
Keterangan:
𝑥1 = rata-rata selisih skor tes awal dan tes akhir kelas eksperimen
̅̅̅
𝑥2 = rata-rata selisih skor tes awal dan tes akhir kelas kontrol
̅̅̅
n1 = jumlah siswa kelas eksperimen
n2 = jumlah siswa kelas kontrol
𝑠1 2 = varian kelas eksperimen
𝑠2 2 = varian kelas kontrol
26
DAFTAR PUSTAKA
Hong, J. 2007. The Comparison Of Problem Based Learning Model and Project
Based Learning Model. Internasional Conference On Engineering
Education. Diaksen 5 Maret
27
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
28