Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MODEL DAN SRATEGI BELAJAR PAI

TEORI-TEORI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu: Bu Siti Fathimah Al Fathiyah, M.Pd.I

Disusun Oleh :
Ainun jariyah (20220118007)
Siti Muflihatur Royanah (20220118063)
Yunita Dzuriyati (20220118073)

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH IBNU SINA
KEPANJEN-MALANG
2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata
kuliah MODEL DAN SRATEGI BELAJAR PAI yang berjudul TEORI-TEORI
BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi kita semua dalam memahami tentang kurikulum merdeka.

Shalawat serta salam semoga selalu di limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad
Rasullullah saw, yang di mana dengan perjuangan beliau kita bisa merasakan cahaya islam
dan menjauhkan kita dari kegelapan jahiliyah.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
kita semua, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada teman-teman juga ibu dosen untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Terimakasih.

Kepanjen, 24 september 2023

Ainun, Royanah, dan Yunita.

2
DAFTAR ISI

TUGAS MODEL DAN SRATEGI BELAJAR PAI.................................................................................1


KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
A. Latar belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
1. Prinsip-prinsip belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran..................................................6
2. Klasifikasi teori belajar dalam pembelajaran.............................................................................8
3. Pradigma Pembelajaransss.........................................................................................................9
BAB 3 PENUTUP...............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

BAB 1

3
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan membuat seseorang mandiri dan membantunya mengikuti aturan
negara. Pendidikan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Ini membantu orang
memahami kebutuhan mereka dan memberi mereka kesempatan untuk memenuhinya.
Permasalahan yang muncul memotiviasi guru untuk mencari penyebabnya.
Berdasarkan hasil analisa diketahui bahwa guru kurang jelas (terlalu cepat) dalam
memberikan materi.
Penjelasan guru mengenai materi kurang bisa dipahami anak. Metode yang
digunakan berpusat pada guru, sehingga kurang menarik minat anak-anak. Metode
ceramah membuat anak cepat bosan, sehingga kurang memperhatikan, bersikap acuh
atau berbicara dengan teman. Guru kurang bisa membangkitkan dan memotivasi
siswa agar bersedia menjawab pertanyaan, mengungkapkan gagasan maupun buah
pikiran anak. Implikasinya pada rasa kurang percaya diri anak. Mempelajari
permasalahan yang muncul dan penyebabnya, maka ditawarkan sebuah solusi, yakni
merubah metode ceramah menjadi metode bercerita. Agar lebih menarik dan
membangkitkan motivasi anak dalam belajar, khususnya untuk meningkatkan
kecerdasan bahasa, maka lebih efisien dengan media gambar.
Metode bercerita dengan gambar merupakan bentuk nyata yang bisa dilihat
anak. Materi yang diberikan diterima dengan pendengaran bersesuaian dengan
gambar yang dilihat, sehingga anak mengetahui dengan jelas materi yang
disampaikan oleh guru. Gambar mudah didapat dan juga merupakan penerapan
prinsip pembelajaran anak usia dini, yakni dimulai dari hal yang nyata ke yang
abstrak. Gambar merupakan stimulasi untuk anak dalam menerima materi dan
menjawab pertanyaan. Melalui metode bercerita dengan gambar dapat meningkatkan
kecerdasan bahasa anak. Maka dari itu disini kami menuliskan tentang teori-teori
pembelajaran yang efisien dan mudah difahami oleh para guru.

4
B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas kami merumuskan masalah-masalah yang akan dibahas seba
gai berikut:

1. Prinsip-Prinsip belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran


2. Klarifikasi teori belajar dalam pembelajaran
3. Paradigma pembelajaran

C. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan pembelajaran pada makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Prinsip-Prinsip belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran
2. Untuk memahami Klarifikasi teori dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui Paradigma pembelajaran

BAB 2

5
PEMBAHASAN

A. Prinsip-Prinsip belajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran

1. Prinsip Kesiapan (Readiness)


Proses belajar di-pengaruhi kesiapan peserta didik, yang dimaksud dengan ke-
siapan atau readiness ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berk
enaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas
khusus. Seseorang peserta didik yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dala
m belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini i
alah kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil b
elajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseora
ng dapat belajar.
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi a
dalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu
dan memelihara ke-sungguhan.1 Secara alami anakanak selalu ingin tahu dan melakukan
kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan
bukan di-hambat dengan mem-berikan aturan yang sama untuk semua anak.
Motivasi juga mem-punyai peranan penting dalam kegiatan pem-belajaran.4
Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar itu timbul dari dirin
ya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: (a) mengetahui apa yang akan dipelajari, (b)
memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi y
ang menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua unsur tersebut
kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.2
Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat berbuat t
anpa motivasi dari luar dirinya, itulah yang disebut motivasi intrinsik, atau tenaga pendor
ong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya
kecil, maka dia perlu motivasi dari luar yang dalam hal ini disebut ekstrinsik, atau tenaga
pendorong yang ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman, b
uku-buku dan sebagainya.3 Kedua motivasi dibutuhkan untuk keberhasilan proses pembe
1
Rothwell, A.B.,Learning Principles, dalam Clark L.H. Strategies and Tactics in secondary School Teaching: A Boo
k of Reading (dikutip,29-09-2023)
2
Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar, Edisi I (Cet. IX; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 200
1), h. 38 (dikutip, 29-09-2023)
3
Syaiful Sagalah. 152., Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 43., Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Edi
si I (Cet. VI; Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 112-113 (dikutip,29-09-2023)

6
lajaran, namun yang memegang peranan penting adalah peserta didik itu sendiri yang da
pat memotivasi dirinya yang didukung oleh kepiawaian seorang guru dalam merancang p
embelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi peserta didik dapat dibang
kitkan.
3. Prinsip Persepsi dan keaktifan
“Teaching is theguidance of learning experiences.” Mengajar adalah proses m
embimbing pengalaman belajar.4 Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik me
mpunyai keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang anak ingin
memecahkan suatu per-soalan dia harus dapat berpikir sistematis atau menurut langkahla
ngkah tertentu, termasuk ketika dia menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pul
a dapat meng-gerakkan otot-ototnya untuk mencapainya. Termasuk dalam pem-belajaran,
peserta didik harus selalu aktif. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pa
da kegiatan psikis yang susah diamati. 5 Dengan demikian belajar yang berhasil harus mel
alui banyak aktivitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya sekedar menghafal sejumlah
rumus-rumus atau informasi tetapi belajar harus berbuat, seperti membaca, men-dengar,
menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.
Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala pengetah
uan harus di-peroleh melalui peng-amatan dan pengalaman sendiri. Jiwa memiliki energi
sendiri dan dapat menjadi aktif karena didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. 6 Jadi, dalam
pembelajaran yang meng-olah dan mencerna adalah peserta didik sesuai dengan kemaua
n, kemampuan, bakat dan latar belakang masingmasing, guru hanya merangsang keaktifa
n peserta didik dengan menyajikan bahan pelajaran.
4. Prinsip Tujuan dan keterlibatan langsung
“Tujuan harus ter-gambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pa
da saat proses belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseo
rang. Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Pe
m-belajaran sebagai aktivitas mengajar dan belajar, maka guru harus terlibat langsung begi
tu juga peserta didik. Prinsip keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung sec
ara fisik maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa dirinya penting
dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati jalannya pembelajaran.

4
Zakiah Daradjat, et al, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Edisi II (Cet. II; Jakarta: PT. Bumi Aksara, 200
1), h. 137 (dikutip,29-09-2023)
5
Dimyati dan Mudjiono, op. cit.,h. 45. (dikutip,29-09-2023)
6
Ahmad Rohani, loc. cit. (dikutip,29-09-2023)

7
Belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. 7Pembelajaran
dengan pengalaman langsung ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang me
njelaskan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat langsung dalam proses pembel
ajaran tersebut. keterlibatan langsung dalam proses pem-belajaran sangat besar pengaruhn
ya bagi ke-berhasilan atau peningkatan hasil pem-belajaran. Walaupun demikian perlu dije
laskan bahwa keterlibatan itu bukan dalam bentuk fisik semata, bahkan lebih dari itu keterl
ibatan secara emosional dengan kegiatan kognitif dalam perolehan pengetahuan, penghaya
tan dalam pem-bentukan afektif dan pada saat latihan dalam pembentukan nilai psikomoto
r.
5. Prinsip Perbedaan Individual
Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang, Proses pengajaran seyogianya
memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pe
ncapaian tujuan belajar yang setinggitingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan sat
u tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik. Karena itu seor
ang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu
dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.
Untuk dapat mem-berikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti pembelaj
aran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benarbenar dapat memahami ciri-ciri para
peserta didik tersebut.8 Begitu pula guru harus mampu mengatur kegiatan pem-belajaran,
mulai dari perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu penilaian ata
u evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat mengikuti proses pem-belajaran denga
n baik tanpa perbedaan yang berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang be
rbeda-beda.
Ada empat cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan kesanggupan individual:
1) Pengajaran individual, peserta didik menerima tugas yang di-selesaikannya menurut kec
epatan masing-masing. 4) Tugas tambahan, peserta didik yang pandai mendapat tugas tam
bahan, di luar tugas umum bagi seluruh kelas sehingga hubungan kelas selalu terpelihara.
3) Pengajaran proyek, peserta didik me-ngerjakan sesuatu yang sesuai dengan minat serta
kesanggupannya. 4) Pengelompokan menurut kesanggupan, kelas dibagi dalam beberapa k
elompok yang terdiri atas peserta didik yang mempunyai kesanggupan yang sama.9
6. Prinsip Transfer, Retensi dan tantangan

7
Dimyati dan Mudjiono, loc. cit. (dikutip,29-09-2023)
8
Syaiful Sagala, op. cit., h, 151. (dikutip,29-09-2023)
9
Ahmad Rohani, op.cit., h. 17-18. (dikutip,29-09-2023)

8
Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapka
n hasil belajar dalam situasi baru. Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirn
ya akan digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer,
kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi. Bahan-bahan
yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam situasi baru. If you gi
ve a man fish, he will have a single meal. If you teach him how to fish he will eat all his lif
e, Pernyataan Ini senada dengan prinsip belajar dan pembelajaran yang berupa tantangan,
karena peserta didik tidak merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya ti
nggal menelan apa yang diberikan oleh guru. 10 Sebab, tanpa tantangan peserta didik meras
a masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak berkesan materi yang diterimanya. Agar p
ada diri peserta didik timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, mak
a materi pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik bergairah untuk meng
atasinya.
7. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan.Belajar kog
nitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan ketera
mpilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menala
r, menilai dan berimajinasi me-rupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses bela
jar kognitif. Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut
berbagai aktivitas mental.
8. Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia meng-hubungkan dir
inya dengan pengalaman baru.Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan s
ikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya pr
oses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi
dorongan, minat dan sikap individu

9. Proses Belajar Psikomotor


Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengen
dalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.
10. Prinsip Pengulangan, Balikan, Penguatan dan Evaluasi.

10
Azhar Arsyad, Your Basic Vocabulary (Cet. I; Ujung Pandang: AMA Press, 1987), h. 1. (dikutip,29-09-2023)

9
Prinsip pembelajaran yang menekankan penting-nya pengulangan yang barang
kali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori psikologi daya. Menurut teori ini bahw
a belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengama
t, menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan sebagainya. Dengan menga
dakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.11
Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori koneksionisme.
Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan teorinya yang terkenal pula yaitu “law
of exercise” bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan p
engulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon benar. S
elanjutnya teori dari phychology psikologi conditioning respons sebagai perkembangan leb
ih lanjut dari teori koneksionisme yang dimotori oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa
perilaku individu dapat dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar membentuk kebiasaan,
mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tid
ak perlu selalu oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
12

Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam pembe


lajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori yang pertama menekankan pengulang
an untuk melatih daya-daya jiwa, sedang-kan teori yang kedua dan ketiga menekankan pen
gulangan untuk mem-bentuk respons yang benar dan membentuk kebiasaan.

B. Klarifikasi teori dalam pembelajaran

BAB III

PENUTUP

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
11
Ibid. (dikutip,29-09-2023)
12
Ibid., h. 47. (dikutip,29-09-2023)

10
Ilmu pendidikan mempunyai peranan sebagai perantara dalam membentuk masyaraka
t yang mempunyai landasan individual, sosial dan unsur dalam penyelenggaraan pendidik
an. Pada skala mikropendidikan bagi individu dan kelompok kecil beralngsung dalam ska
la unsur tebatas seperti antara unsur sahabat, antara seorang guru dengan satu atau sekelo
mpok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan istri, antara orang tua dan an
ak serta anak lainnya.

Pendidikan merupakan fenomena yang fundamental atau asasi dalam hidup manusia d
imana ada kehidupan disitu pasti ada Pendidikan. Pendidikan sebagai gejala sekaligus upa
ya memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam perkembangan adanya tuntutan adanya pen
didikan lebih baik, teratur untuk mengembangkan potensi manusia, sehingga muncul pem
ikiran teoritis tentang pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh. 2007. Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur‟an. Ja


karta: Rineka Cipta.

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dewey, Jhon. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

11
Irwan arsenal, Teori Pendidikan: 2013 (dikutib 24092023)

Maunah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras.

Psikologimania, Pengertian Teori Pendidikan:2013. (dikutip, 24092023)

Suardi, M. 2010. Pengantar Pendidikan Teori Dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks.

Sugiyono,2018. Wikipedia (Dikutib 24 September 2023)

12

Anda mungkin juga menyukai