Dosen Pengampu :
3. Dela (2022143014)
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR
Melimpahkan Rahmat -nya sehingga penulis dapat Dengan ini penulis panjatkan puji
dan Syukur atas kehadiran tuhan yang maha esa yang telah menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “STRATEGI, TEKNIK BERTANYA DAN MEDIA PEMBELAJARAN”
Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah “STRATEGI BELAJAR MENGAJAR”. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya, Untuk itu penulis sampaikan terimakasih apabila ada kurang
lebihnya penulis minta maaf.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bertanya adalah keterampilan yang kita punya semenjak kita lahir, sewaktu kita masih
bayi. Bahkan ketika kita berumur empat tahun, seorang anak bertanya sebanyak 300
pertanyaan setiap harinya (total 40.000 pertanyaan dari umur 2 tahun sampai 5 tahun). Pada
kenyataannya, orang- tua senang ketika anaknya mulai berbicara, dan mulai banyak bertanya.
Pertanyaan yang merangsang respons yang membutuhkan pemrosesan mental yang kompleks
dapat mendorong munculnya kreativitas.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bertanya adalah keterampilan yang kita punya semenjak kita lahir, sewaktu kita masih
bayi. Bahkan ketika kita berumur empat tahun, seorang anak bertanya sebanyak 300
pertanyaan setiap harinya (total 40.000 pertanyaan dari umur 2 tahun sampai 5 tahun). Pada
kenyataannya, orang- tua senang ketika anaknya mulai berbicara, dan mulai banyak bertanya.
Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti, "Hari ini lauknya apa?" atau "Kita mau ke mana?"
Kemudian lama kelamaan pertanyaan-pertanyaan yang keluar mulai terdengar aneh-aneh
seperti, "Mengapa langit warnanya biru? Bagaimana cara ikan bernapas di dalam air? Apakah
ikan bisa tidur? Mengapa mobil harus isi bensin? Bagaimana burung bisa terbang?" dan
seterusnya. Orangtua mungkin merasa lelah harus menjawab dengan benar semua pertanyaan
itu sehingga akhirnya menghindar atau malah menghentikan dengan pernyataan, "Tanya
melulu, sih". Sungguh menyedihkan!
Dalam situasi kelas, seharusnya guru senang apabila murid mempunyai banyak
pertanyaan. Mengapa? Karena itu pertanda:
3
3. Murid benar-benar tidak mengerti, bukan karena ia bodoh, tapi karena informasi yang
didapatkannya tidak lengkap ataupun informasi yang guru berikan kurang jelas.
Akan tetapi, apa yang terjadi ketika anak bertanya di kelas? Guru malah kadang
berkomentar, "Begitu saja tidak tahu," atau, "Kan tadi sudah dijelaskan, berarti kamu tidak
mendengarkan." Padahal, ada anak yang bertanya kadang hanya untuk konfirmasi apakah
pemahamannya sudah benar atau belum. Atau malah guru berkata, "Saya butuh jawaban,
bukan pertanyaan.". Bagaimana kita mau menumbuhkan keinginan bertanya kalau kita
sebagai orang dewasa, sebagai guru, malah mematikan keinginan bertanya anak. Mungkin hal
di atas tidak pernah terjadi di kelas Anda dan saya pun tidak pernah melihatnya pada teman
guru saya, tapi secara umum hal ini mungkin saja benar-benar terjadi.
Seorang guru harus bisa menjadi contoh bagaimana cara bertanya. Namun, pertanyaan
seperti apa yang bisa kita berikan agar dapat memancing anak berpikir kritis?
Pertanyaan seperti apakah yang bisa dibilang pertanyaan bagus? Pertanyaan seperti
apa yang bisa memancing keingintahuan? Pertanyaan seperti apa yang bisa mengajak anak
berpikir? Pertanyaan seperti apa yang bisa memperdalam pemahaman?
Tentunya, tujuan bertanya guru adalah untuk mengecek sampai di mana pemahaman
murid terhadap hal yang dipelajarinya. Pemahaman adalah tujuan seorang guru mengajarkan
muridnya. Untuk memahami suatu konsep, tentunya pertanyaan yang diberikan tidak bisa
hanya tentang pengetahuan atau fakta. Dalam suatu perencanaan unit pembelajaran (unit
planner), selalu harus dituliskan beberapa 'Pertanyaan Esensial' yang merupakan arah ke
mana unit pembelajaran tersebut akan berjalan.
1. Kita dapat membantu anak untuk menemukan pola dan membangun pemahaman
personal dengan memberikan pertanyaan yang efektif.
2. Pertanyaan Esensial bisa membimbing murid untuk menemukan pemahamannya
sendiri dibanding guru yang memberikan informasi.
3. Pertanyaan Esensial adalah alat jitu yang bisa membantu anak untuk berpikir secara
kompleks.
4
Pertanyaan Esensial adalah pertanyaan yang ditulis di unit perencanaan.Lalu,
bagaimana dengan praktiknya? Bagaimana menuangkan Pertanyaan Esensial menjadi
pertanyaan untuk memulai diskusi, untuk memancing ketertarikan anak, atau yang lebih
penting, pertanyaan seperti apa yang bisa memancing anak untuk bertanya?
Tentunya untuk menumbuhkan budaya bertanya, sang guru sendiri harus terbiasa
mengajar dengan bertanya. Hal ini pun tidak bisa langsung terbiasa, tetapi harus dilatih dan
dibiasakan.
1. Pertanyaan pengetahuan
Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan
siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya.
Contoh:Apa yang dimaksud dengan Prisma?, Sebutkan unsur-unsur limas!
2. Pertanyaan pemahaman.
3. Pertanyaan penerapan
Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal dengan cara
menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah
diterimanya.
Contoh :Apakah semua bangun limas memiliki diagonal ruang?
4. Pertanyaan analisis
5
5. Pertanyaan sintesis
Ciri pertanyaan ini adalah jawabannya yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari
satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya.
Contoh Dariunsur-unsur limas yng sudah dijelaskan, coba simpulkan pengertian
Limas!
6. Pertanyaan evaluasi
Contoh Bagaimana pendapat anda tentang jarring-jaring prisma segitiga sama sisi?
a. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa mengenai materi pelajaran dan membantunya
untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
b. Merangsang siswa untuk berpikir mengenai topik yang dipelajari.
c. Memperkuat pemahaman materi bagi siswa.
d. Memungkingkan siswa untuk melihat topik pelajaran dari sudut pandang yang
berbeda.
e. Menjelaskan tujuan atau rencana untuk melakukan penemuan oleh siswa itu sendiri.
6
Selain itu pertanyaan yang dapat mendorong masukan kreatif adalah 'berpikir mengenai
kemungkinan. Hal ini akan membuat siswa mengeksplorasi ide dan menggunakan
imajinasinya untuk menghasilkan berbagai kemungkinan. Jika seorang guru secara teratur
memberikan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu respon selama kegiatan
pembelajaran, maka akan dapat mengembangkan suasana di mana siswa merasa bahwa
kontribusinya diterima dan dihargai. Proses ini akan membantu siswa mengembangkan
disposisi kreatifnya.
Contoh memberikan pertanyaan terbuka yang mampu memicu kemampuan berpikir kreatif
siswa khususnya dalam mata pelajaran matematika adalah: 'Berapa banyak cara yang bisa
dilakukan untuk mendapatkan angka 24 dengan menggunakan operasi matematika. Rutinitas
berpikir, dapat membantu dalam menghasilkan pertanyaan dan menumbuhkan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif, dengan menekankan penggunaan diskusi dan kolaborasi di dalam
kelas. Untuk mendukung siswa dalam menjadi kreatif, guru menawarkan tugas dan aktivitas
yang memungkinkan siswa untuk:
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa
Latin medius, yang secara harfiah ber- arti "tengah", "perantara" atau "pengantar" (Arsyad,
2002; Sadi- man, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan
(software) dan/atau alat (hardware). Adapun menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002),
bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah ma- nusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, kete-
rampilan, atau sikap. Jadi, menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan
sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan
batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyata- kan bahwa media merupakan
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk
pembelajaran.
7
Banyak batasan tentang media, Association of Education and Communication
Technology (AECT) memberikan penger- tian tentang media sebagai segala bentuk dan
saluran yang di- gunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini,
terkandung pengertian sebagai medium (Gagne et al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur
hubungan yang efektif an- tara dua pihak utama dalam proses pembelajaran-siswa dan isi
pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap
sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat dise-
but sebagai media. Heinich et al., (1993) memberikan istilah me- dium, yang memiliki
pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima.
Sering kali Istilah alat bantu atau media komunikasi diguna- kan secara bergantian
atau sebagai pengganti istilah media pen- didikan (peserta didikan). Seperti yang
dikemukakan oleh Hama- lik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media
komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang
maksimal. Batasan media seper- ti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam
Criticos, 1996; Gagne et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa media adalah
segala alat fisik yang digunakan untuk menyam- paikan isi materi pengajaran. Dalam
pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio,
film, slide, foto, gambar, dan komputer merupakan media pem- belajaran. Menurut National
Education Association-NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik yang tercetak maupun audiovisual beserta peralatannya.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti ter- sebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan
hardware yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi materi ajar dari sumber
pembelajaran ke peserta didik (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat pembelajar sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran (di
dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Peranan media pembelajaran Lebih lanjut lagi ketika fungsi media diaplikasikan dalam
pembelajaran maka terlihat peranannya sebagai berikut:
8
a) Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan
yang guru sampaikan:
b) Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan
oleh siswa dalam proses belajar mengajar;
c) Media sebagai media sumber belajar bagi siswa.
1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, se- hingga
otak kita dapat berfungsi secara optimal. Penelitan yang dilakukan oleh Roger W.
Sperry, pemenang hadiah Nobel tahun 1984, (Hergenhahn, 1988: 410) menunjukkan
bahwa belahan otak sebelah kiri merupakan tempat kedudukan pikiran yang bersifat
verbal, rasional, analitikal, dan konseptual. Belahan ini mengontrol wicara. Belahan
otak sebelah kanan merupakan tempat keduduk- an pikiran visual, emosional, holistik,
fisikal, spatial, dan kreatif. Belahan ini mengontrol tindakan. Pada suatu saat hanya
salah satu belahan yang bersifat dominan; kedua belahan tidak dapat dominan secara
serentak. Rangsangan pada salah satu belahan saja secara berkepanjangan akan
9
menyebabkan ketegangan. Karena itu, sebagai salah satu implikasi dalam
pembelajaran ialah kedua belahan perlu dirangsang bergantian dengan rangsangan
audio dan visual.
2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para maha-
siswa. Pengalaman tiap-tiap mahasiswa itu berbeda-beda. Kehidupan keluarga dan
masyarakat sangat menentukan pengalaman macam apa yang dimiliki oleh
mahasiswa. Dua anak yang hidup di dua masyarakat/lingkungan yang berbeda akan
mempunyai pengalaman yang berbeda. Ketersediaan buku dan bacaan lain,
kesempatan bepergian, dan sebagainya adalah faktor-faktor yang menentukan
kekayaan pengalaman anak-anak. Media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan ini.
Jika mahasiswa tak mungkin untuk dibawa ke objek yang dipelajari, maka
objeknyalah yang dibawa ke mahasiswa dengan melalui media.
3. Media dapat melampaui batas ruang kelas. Banyak hal yang tak mungkin untuk
dialami secara langsung di dalam kelas oleh para mahasiswa karena:
• Objek terlalu besar misalnya candi, stasiun, dan lain-lain; dengan media kita bisa
menampilkannya ke hadapan mahasiswa.
• Beberapa objek, makhluk hidup dan benda, yang terlalu kecil untuk diamati dengan
mata telanjang. Misalnya, bakteri, protozoa, dan sebagainya. Kaca pembesar sebagai
salah satu bentuk sarana pembelajaran dapat memperbesar dan memperjelas objek-
objek tadi.
• Gerakan-gerakan yang terlalu lambat untuk diamati, misalnya proses pemekaran
bunga, dapat diikuti prosesnya dalam beberapa saat saja berkat media fotografi
(timelapse photography).
• Gerakan-gerakan yang terlalu cepat pun sulit ditangkap mata biasa. Misalnya,
kepakan sayap burung, kumbang, dan lain-lain dapat diamati berkat media.
• Adakalanya objek yang akan dipelajari terlalu kompleks. Media dalam bentuk
diagram atau model dapat digunakan untuk menyederhanakan objek yang
bersangkutan agar lebih gampang dimengerti.
• Bunyi-bunyi yang amat halus ataupun suara dosen berceramah di hadapan ratusan
mahasiswa, yang tak mungkin ditangkap dengan jelas oleh telinga biasa menjadi jelas
didengar berkat media.
10
Menurut Heinich, Molenda, Russel (2010) jenis media yang lazim dipergunakan
dalam pembelajaran antara lain : media nonproyeksi, media proyeksi, media audio, media
gerak, media komputer, komputer multimedia, hipermedia, dan media jarak jauh. Setiap jenis
media, mempunyai karakteristik (kekhasan) tertentu, yang berbeda-beda satu sama lain.
Masing-masing media tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak semua jenis media
yang disebutkan di atas akan dibahas di sini. Namun karena pertimbangan praktis, maka jenis
media yang akan dibahas di sini hanya dipilih beberapa media yang biasa digunakan dalam
pembelajaran.
Jika dirinci beberapa jenis media secara satu persatu antara dapat disebutkan sebagai berikut:
a. Fotografi/gambar
b. Diagram
c. Bagan/chart
d. Grafik/(Graphs)
e. Kartun
f. Poster
a. Benda Sebenarnya
b. Model
c. Peta dan Globe
d. Topeng
e. Animasi 3D
3. Media Audio
a. Radio
b. Tape Recorder
c. Laboratorium Bahasa
d. CD dan MP3
11
b. Slide dan Filmstrips
c. Opaque Projector (Proyektor tak Tembus Pandang)
d. Mikrofis (Microfiche)
e. Film
f. LC
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, A. (2023). Pembelajaran Kreatif dan Inovatif di Era Digital. Makassar: Yayasan
Cendekiawan Inovasi Digital Indonesia.
Shihab, N. (2021). Merdeka Belajar di Ruang Kelas. Tangerang Selatan: Lentera Hati.
14