Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI, TEKNIK BERTANYA DAN MEDIA PEMBELAJARAN

(Untuk memenuhi mata kuliah Strategi Belajar Mengajar)

Dosen Pengampu :

Herlinawati S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 9

1. M. Damas Utama (2022143006)

2. Ega Salsabila (2022143011)

3. Dela (2022143014)

4. Khalimatul Sakdiyah (2022143038)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Melimpahkan Rahmat -nya sehingga penulis dapat Dengan ini penulis panjatkan puji
dan Syukur atas kehadiran tuhan yang maha esa yang telah menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “STRATEGI, TEKNIK BERTANYA DAN MEDIA PEMBELAJARAN”

Makalah ini penulis susun untuk menambah ilmu serta memenuhi salah satu tugas
dalam mata kuliah “STRATEGI BELAJAR MENGAJAR”. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya, Untuk itu penulis sampaikan terimakasih apabila ada kurang
lebihnya penulis minta maaf.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Palembang, 16 November 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3

2.1 Strategi Bertanya ......................................................................................................... 3

2.2 Jenis Pertanyaan Berdasarkan Taksonomi Berpikir ................................................... 5

2.3 Pertanyaan Untuk Memicu Kreativitas ....................................................................... 6

2.4 Media Pembelajaran.................................................................................................... 7

2.5 Peranan dan Kegunaan Media Dalam Pembelajaran .................................................. 8

2.6 Jenis Media Pembelajaran......................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,


membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya
merupakan bagian penting dalam melaksana- kan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu
menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan
perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Bertanya adalah keterampilan yang kita punya semenjak kita lahir, sewaktu kita masih
bayi. Bahkan ketika kita berumur empat tahun, seorang anak bertanya sebanyak 300
pertanyaan setiap harinya (total 40.000 pertanyaan dari umur 2 tahun sampai 5 tahun). Pada
kenyataannya, orang- tua senang ketika anaknya mulai berbicara, dan mulai banyak bertanya.
Pertanyaan yang merangsang respons yang membutuhkan pemrosesan mental yang kompleks
dapat mendorong munculnya kreativitas.

pertanyaan yang dapat mendorong masukan kreatif adalah 'berpikir mengenai


kemungkinan. tujuan bertanya guru adalah untuk mengecek sampai di mana pemahaman
murid terhadap hal yang dipelajarinya. Pemahaman adalah tujuan seorang guru mengajarkan
muridnya. Untuk memahami suatu konsep, tentunya pertanyaan yang diberikan tidak bisa
hanya tentang pengetahuan atau fakta. Dalam suatu perencanaan unit pembelajaran (unit
planner), selalu harus dituliskan beberapa 'Pertanyaan Esensial' yang merupakan arah ke
mana unit pembelajaran tersebut akan berjalan.Hal ini akan membuat siswa mengeksplorasi
ide dan menggunakan imajinasinya untuk menghasilkan berbagai kemungkinan. Jika seorang
guru secara teratur memberikan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu respon selama
kegiatan pembelajaran, maka akan dapat mengembangkan suasana di mana siswa merasa
bahwa kontribusinya diterima dan dihargai. Proses ini akan membantu siswa
mengembangkan disposisi kreatifnya.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Strategi Bertanya?


2. Apa saja Jenis Pertanyaan Berdasarkan Taksonomi Berpikir?
3. Bagaimana Pertanyaan Untuk Memicu Kreativitas?
4. Apakah yang dimaksud dengan Media Pembelajaran?
5. Bagaimana Peranan dan Kegunaan Media Dalam Pembelajaran?
6. Apa saja Jenis Media pembelajaran?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami strategi bertanya


2. Untuk mengetahui dan memahami jenis pertanyaan berdasarkan taksonomi berpikir
3. Untuk mengetahui dan memahami pertanyaan untuk memicu kreativitas
4. Untuk mengetahui dan memahami pengertian media pembelajaran
5. Untuk mengetahui dan memahami peranan dan kegunaan media dalam pembelajaran
6. Untuk mengetahui dan memahami jenis media pembelajaran

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Strategi Bertanya

Strategi bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,


dan menilai kemampuan berpikir siswa. Karya siswa di pajang di dinding- dinding, lorong-
lorong, dan dimana saja di sekolah Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat
diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru,
antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb utama pembelajaran yang
berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan
bertanya merupakan bagian penting dalam melaksana- kan pembelajaran yang berbasis
inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Bertanya adalah keterampilan yang kita punya semenjak kita lahir, sewaktu kita masih
bayi. Bahkan ketika kita berumur empat tahun, seorang anak bertanya sebanyak 300
pertanyaan setiap harinya (total 40.000 pertanyaan dari umur 2 tahun sampai 5 tahun). Pada
kenyataannya, orang- tua senang ketika anaknya mulai berbicara, dan mulai banyak bertanya.
Pertanyaan-pertanyaan sederhana seperti, "Hari ini lauknya apa?" atau "Kita mau ke mana?"
Kemudian lama kelamaan pertanyaan-pertanyaan yang keluar mulai terdengar aneh-aneh
seperti, "Mengapa langit warnanya biru? Bagaimana cara ikan bernapas di dalam air? Apakah
ikan bisa tidur? Mengapa mobil harus isi bensin? Bagaimana burung bisa terbang?" dan
seterusnya. Orangtua mungkin merasa lelah harus menjawab dengan benar semua pertanyaan
itu sehingga akhirnya menghindar atau malah menghentikan dengan pernyataan, "Tanya
melulu, sih". Sungguh menyedihkan!

Dalam situasi kelas, seharusnya guru senang apabila murid mempunyai banyak
pertanyaan. Mengapa? Karena itu pertanda:

1. Murid tertarik dengan pelajarannya, oleh karena itu ia bertanya.


2. Murid penasaran, ingin tahu lebih banyak tentang apa yang dipelajarinya.

3
3. Murid benar-benar tidak mengerti, bukan karena ia bodoh, tapi karena informasi yang
didapatkannya tidak lengkap ataupun informasi yang guru berikan kurang jelas.

Akan tetapi, apa yang terjadi ketika anak bertanya di kelas? Guru malah kadang
berkomentar, "Begitu saja tidak tahu," atau, "Kan tadi sudah dijelaskan, berarti kamu tidak
mendengarkan." Padahal, ada anak yang bertanya kadang hanya untuk konfirmasi apakah
pemahamannya sudah benar atau belum. Atau malah guru berkata, "Saya butuh jawaban,
bukan pertanyaan.". Bagaimana kita mau menumbuhkan keinginan bertanya kalau kita
sebagai orang dewasa, sebagai guru, malah mematikan keinginan bertanya anak. Mungkin hal
di atas tidak pernah terjadi di kelas Anda dan saya pun tidak pernah melihatnya pada teman
guru saya, tapi secara umum hal ini mungkin saja benar-benar terjadi.

Seorang guru harus bisa menjadi contoh bagaimana cara bertanya. Namun, pertanyaan
seperti apa yang bisa kita berikan agar dapat memancing anak berpikir kritis?

Pertanyaan seperti apakah yang bisa dibilang pertanyaan bagus? Pertanyaan seperti
apa yang bisa memancing keingintahuan? Pertanyaan seperti apa yang bisa mengajak anak
berpikir? Pertanyaan seperti apa yang bisa memperdalam pemahaman?

Tentunya, tujuan bertanya guru adalah untuk mengecek sampai di mana pemahaman
murid terhadap hal yang dipelajarinya. Pemahaman adalah tujuan seorang guru mengajarkan
muridnya. Untuk memahami suatu konsep, tentunya pertanyaan yang diberikan tidak bisa
hanya tentang pengetahuan atau fakta. Dalam suatu perencanaan unit pembelajaran (unit
planner), selalu harus dituliskan beberapa 'Pertanyaan Esensial' yang merupakan arah ke
mana unit pembelajaran tersebut akan berjalan.

Dalam buku Lynn Erickson yang berjudul Concept-Based Curriculum and


Instruction: Teaching Beyond the Facts, berikut alasan mengapa Pertanyaan Esensial itu
penting:

1. Kita dapat membantu anak untuk menemukan pola dan membangun pemahaman
personal dengan memberikan pertanyaan yang efektif.
2. Pertanyaan Esensial bisa membimbing murid untuk menemukan pemahamannya
sendiri dibanding guru yang memberikan informasi.
3. Pertanyaan Esensial adalah alat jitu yang bisa membantu anak untuk berpikir secara
kompleks.

4
Pertanyaan Esensial adalah pertanyaan yang ditulis di unit perencanaan.Lalu,
bagaimana dengan praktiknya? Bagaimana menuangkan Pertanyaan Esensial menjadi
pertanyaan untuk memulai diskusi, untuk memancing ketertarikan anak, atau yang lebih
penting, pertanyaan seperti apa yang bisa memancing anak untuk bertanya?

Tentunya untuk menumbuhkan budaya bertanya, sang guru sendiri harus terbiasa
mengajar dengan bertanya. Hal ini pun tidak bisa langsung terbiasa, tetapi harus dilatih dan
dibiasakan.

2.2 Jenis Pertanyaan Berdasarkan Taksonomi Berpikir

Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloomantara lain:

1. Pertanyaan pengetahuan
Pertanyaan yang hanya mengharapkan jawaban yang sifatnya hafalan atau ingatan
siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya.
Contoh:Apa yang dimaksud dengan Prisma?, Sebutkan unsur-unsur limas!

2. Pertanyaan pemahaman.

Pertanyaan ini menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jalan


mengorganisasi informasi-informasi yangpernah diterimanya dengan kata-kata
sendiri, atau menginterprestasikan atau membaca informasi yang dilukiskan melalui
grafik atau kurva dengan jalan membandingkan.
Contoh Sebutkan contoh bangun yang menyerupai Limas!

3. Pertanyaan penerapan

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk memberi jawaban tunggal dengan cara
menerapkan pengetahuan, informasi, aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah
diterimanya.
Contoh :Apakah semua bangun limas memiliki diagonal ruang?

4. Pertanyaan analisis

Pertanyaan yang menuntut siswa untuk menemukan jawaban dengan cara


mengidentifikasi motif masalah yang ditampilkan, mencari bukti-bukti atau kejadian-
kejadian yang menunjang suatu kesimpulan atau generalisasi.
Contoh : Bagaimana volume limas jika ukurannya diperbesar n-kali?

5
5. Pertanyaan sintesis

Ciri pertanyaan ini adalah jawabannya yang benar tidak tunggal, melainkan lebih dari
satu dan menghendaki siswa untuk mengembangkan potensi serta daya kreasinya.
Contoh Dariunsur-unsur limas yng sudah dijelaskan, coba simpulkan pengertian
Limas!

6. Pertanyaan evaluasi

Pertanyaan ini menghendaki siswa untuk menjawabnya dengan cara memberikan


penilaian atau pendapatnya terhadap suatu issue yang ditampilkan.

Contoh Bagaimana pendapat anda tentang jarring-jaring prisma segitiga sama sisi?

Berdasarkan kajian di atas, pengertian kemampuan bertanya adalah kemampuan dasar


untuk mengajak siswa berpikir mengeluarkan ide dan gagasan melalui bahasa lisan serta
meminta keterangan dari sesuatu yang belum diketahui seperti menyatakan pendapat,
perasaan, mengajukan alasan, mempertegas pendapat, dan sebagainya.

2.3 Pertanyaan Untuk Memicu Kreativitas

Pertanyaan yang merangsang respons yang membutuhkan pemrosesan mental yang


kompleks dapat mendorong munculnya kreativitas. Pertanyaan "Apa jadinya jika...?" dan
"Mengapa...?" akan cenderung merangsang pemikiran kreatif dan kritis, terutama jika diikuti
oleh pertanyaan yang lebih dalam dan mendorong siswa untuk berpikir lebih jauh. Meminta
siswa untuk memikirkan pertanyaannya sendiri juga merupaka aktivitas yang sangat
berharga. Mengajukan pertanyaan yang baik adalah dasar untuk menjadikan siswa sebagai
pembelajar yang sukses.

a. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa mengenai materi pelajaran dan membantunya
untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
b. Merangsang siswa untuk berpikir mengenai topik yang dipelajari.
c. Memperkuat pemahaman materi bagi siswa.
d. Memungkingkan siswa untuk melihat topik pelajaran dari sudut pandang yang
berbeda.
e. Menjelaskan tujuan atau rencana untuk melakukan penemuan oleh siswa itu sendiri.

6
Selain itu pertanyaan yang dapat mendorong masukan kreatif adalah 'berpikir mengenai
kemungkinan. Hal ini akan membuat siswa mengeksplorasi ide dan menggunakan
imajinasinya untuk menghasilkan berbagai kemungkinan. Jika seorang guru secara teratur
memberikan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu respon selama kegiatan
pembelajaran, maka akan dapat mengembangkan suasana di mana siswa merasa bahwa
kontribusinya diterima dan dihargai. Proses ini akan membantu siswa mengembangkan
disposisi kreatifnya.

Contoh memberikan pertanyaan terbuka yang mampu memicu kemampuan berpikir kreatif
siswa khususnya dalam mata pelajaran matematika adalah: 'Berapa banyak cara yang bisa
dilakukan untuk mendapatkan angka 24 dengan menggunakan operasi matematika. Rutinitas
berpikir, dapat membantu dalam menghasilkan pertanyaan dan menumbuhkan keterampilan
berpikir kritis dan kreatif, dengan menekankan penggunaan diskusi dan kolaborasi di dalam
kelas. Untuk mendukung siswa dalam menjadi kreatif, guru menawarkan tugas dan aktivitas
yang memungkinkan siswa untuk:

a. Menemukan beberapa cara untuk memecahkan suatu permasalahan.


b. Bertanya pada diri sendiri serta menjawab pertanyaan dari guru.
c. Menemukan hubungan, pola, dan membuat koneksi yang baru.
d. Mengajukan dugaan tentang hasil dari perubahan yang dilakukan.

2.4 Pengertian Media Pembelajaran

Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa
Latin medius, yang secara harfiah ber- arti "tengah", "perantara" atau "pengantar" (Arsyad,
2002; Sadi- man, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan
(software) dan/atau alat (hardware). Adapun menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002),
bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah ma- nusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, kete-
rampilan, atau sikap. Jadi, menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan
sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan
batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyata- kan bahwa media merupakan
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk
pembelajaran.

7
Banyak batasan tentang media, Association of Education and Communication
Technology (AECT) memberikan penger- tian tentang media sebagai segala bentuk dan
saluran yang di- gunakan untuk menyampaikan pesan dan informasi. Dalam hal ini,
terkandung pengertian sebagai medium (Gagne et al., 1988) atau mediator, yaitu mengatur
hubungan yang efektif an- tara dua pihak utama dalam proses pembelajaran-siswa dan isi
pelajaran. Sebagai mediator, dapat pula mencerminkan suatu pengertian bahwa dalam setiap
sistem pengajaran, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih dapat dise-
but sebagai media. Heinich et al., (1993) memberikan istilah me- dium, yang memiliki
pengertian yang sejalan dengan batasan di atas yaitu sebagai perantara yang mengantar
informasi antara sumber dan penerima.

Sering kali Istilah alat bantu atau media komunikasi diguna- kan secara bergantian
atau sebagai pengganti istilah media pen- didikan (peserta didikan). Seperti yang
dikemukakan oleh Hama- lik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media
komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang
maksimal. Batasan media seper- ti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam
Criticos, 1996; Gagne et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa media adalah
segala alat fisik yang digunakan untuk menyam- paikan isi materi pengajaran. Dalam
pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio,
film, slide, foto, gambar, dan komputer merupakan media pem- belajaran. Menurut National
Education Association-NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik yang tercetak maupun audiovisual beserta peralatannya.

Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti ter- sebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan
hardware yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi materi ajar dari sumber
pembelajaran ke peserta didik (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat pembelajar sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran (di
dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

2.5 Peranan Dan Kegunaan Media Dalam Pembelajaran

1. Peranan Media Pembelajaran

Peranan media pembelajaran Lebih lanjut lagi ketika fungsi media diaplikasikan dalam
pembelajaran maka terlihat peranannya sebagai berikut:

8
a) Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keterangan terhadap suatu bahan
yang guru sampaikan:
b) Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan
oleh siswa dalam proses belajar mengajar;
c) Media sebagai media sumber belajar bagi siswa.

Dalam gambar berikut ditunjukkan penggunaan media berdasarkan tingkat konkret-abstrak.


Semakin tinggi usia siswa maka media yang digunakan pun dapat semakin abstrak.

2. Kegunaan Media Dalam Pembelajaran

Berbagai kajian teoritik maupun empirik menunjukkan kegunaan media dalam


pembelajaran sebagai berikut:

1. Media mampu memberikan rangsangan yang bervariasi kepada otak kita, se- hingga
otak kita dapat berfungsi secara optimal. Penelitan yang dilakukan oleh Roger W.
Sperry, pemenang hadiah Nobel tahun 1984, (Hergenhahn, 1988: 410) menunjukkan
bahwa belahan otak sebelah kiri merupakan tempat kedudukan pikiran yang bersifat
verbal, rasional, analitikal, dan konseptual. Belahan ini mengontrol wicara. Belahan
otak sebelah kanan merupakan tempat keduduk- an pikiran visual, emosional, holistik,
fisikal, spatial, dan kreatif. Belahan ini mengontrol tindakan. Pada suatu saat hanya
salah satu belahan yang bersifat dominan; kedua belahan tidak dapat dominan secara
serentak. Rangsangan pada salah satu belahan saja secara berkepanjangan akan

9
menyebabkan ketegangan. Karena itu, sebagai salah satu implikasi dalam
pembelajaran ialah kedua belahan perlu dirangsang bergantian dengan rangsangan
audio dan visual.
2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para maha-
siswa. Pengalaman tiap-tiap mahasiswa itu berbeda-beda. Kehidupan keluarga dan
masyarakat sangat menentukan pengalaman macam apa yang dimiliki oleh
mahasiswa. Dua anak yang hidup di dua masyarakat/lingkungan yang berbeda akan
mempunyai pengalaman yang berbeda. Ketersediaan buku dan bacaan lain,
kesempatan bepergian, dan sebagainya adalah faktor-faktor yang menentukan
kekayaan pengalaman anak-anak. Media dapat mengatasi perbedaan-perbedaan ini.
Jika mahasiswa tak mungkin untuk dibawa ke objek yang dipelajari, maka
objeknyalah yang dibawa ke mahasiswa dengan melalui media.
3. Media dapat melampaui batas ruang kelas. Banyak hal yang tak mungkin untuk
dialami secara langsung di dalam kelas oleh para mahasiswa karena:
• Objek terlalu besar misalnya candi, stasiun, dan lain-lain; dengan media kita bisa
menampilkannya ke hadapan mahasiswa.
• Beberapa objek, makhluk hidup dan benda, yang terlalu kecil untuk diamati dengan
mata telanjang. Misalnya, bakteri, protozoa, dan sebagainya. Kaca pembesar sebagai
salah satu bentuk sarana pembelajaran dapat memperbesar dan memperjelas objek-
objek tadi.
• Gerakan-gerakan yang terlalu lambat untuk diamati, misalnya proses pemekaran
bunga, dapat diikuti prosesnya dalam beberapa saat saja berkat media fotografi
(timelapse photography).
• Gerakan-gerakan yang terlalu cepat pun sulit ditangkap mata biasa. Misalnya,
kepakan sayap burung, kumbang, dan lain-lain dapat diamati berkat media.
• Adakalanya objek yang akan dipelajari terlalu kompleks. Media dalam bentuk
diagram atau model dapat digunakan untuk menyederhanakan objek yang
bersangkutan agar lebih gampang dimengerti.
• Bunyi-bunyi yang amat halus ataupun suara dosen berceramah di hadapan ratusan
mahasiswa, yang tak mungkin ditangkap dengan jelas oleh telinga biasa menjadi jelas
didengar berkat media.

2.6 Jenis Media Pembelajaran

10
Menurut Heinich, Molenda, Russel (2010) jenis media yang lazim dipergunakan
dalam pembelajaran antara lain : media nonproyeksi, media proyeksi, media audio, media
gerak, media komputer, komputer multimedia, hipermedia, dan media jarak jauh. Setiap jenis
media, mempunyai karakteristik (kekhasan) tertentu, yang berbeda-beda satu sama lain.
Masing-masing media tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Tidak semua jenis media
yang disebutkan di atas akan dibahas di sini. Namun karena pertimbangan praktis, maka jenis
media yang akan dibahas di sini hanya dipilih beberapa media yang biasa digunakan dalam
pembelajaran.

Jika dirinci beberapa jenis media secara satu persatu antara dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Media tanpa Proyeksi Dua Dimensi

a. Fotografi/gambar
b. Diagram
c. Bagan/chart
d. Grafik/(Graphs)
e. Kartun
f. Poster

2. Media tanpa Proyeksi Tiga Dimensi

a. Benda Sebenarnya
b. Model
c. Peta dan Globe
d. Topeng
e. Animasi 3D

3. Media Audio

a. Radio
b. Tape Recorder
c. Laboratorium Bahasa
d. CD dan MP3

4. Media dengan Proyeksi

a. OHP (Overhead Projektor)

11
b. Slide dan Filmstrips
c. Opaque Projector (Proyektor tak Tembus Pandang)
d. Mikrofis (Microfiche)
e. Film
f. LC

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Strategi bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,


dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bertanya adalah keterampilan yang kita punya
semenjak kita lahir, sewaktu kita masih bayi. Bahkan ketika kita berumur empat tahun,
seorang anak bertanya sebanyak 300 pertanyaan setiap harinya (total 40.000 pertanyaan dari
umur 2 tahun sampai 5 tahun). tujuan bertanya guru adalah untuk mengecek sampai di mana
pemahaman murid terhadap hal yang dipelajarinya. Pemahaman adalah tujuan seorang guru
mengajarkan muridnya. Untuk memahami suatu konsep, tentunya pertanyaan yang diberikan
tidak bisa hanya tentang pengetahuan atau fakta. Hal ini akan membuat siswa mengeksplorasi
ide dan menggunakan imajinasinya untuk menghasilkan berbagai kemungkinan. Jika seorang
guru secara teratur memberikan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu respon selama
kegiatan pembelajaran, maka akan dapat mengembangkan suasana di mana siswa merasa
bahwa kontribusinya diterima dan dihargai.

13
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Syarifuddin, M. (2022). MEDIA PEMBELAJARAN (DARI MASA KONVENSIONAL


HINGGA MASA DIGITAL). Palembang: Bening Media Publishing.

Dr.H. Hamzah, S. A. (2022). STRATEGI PEMBELAJARAN Guru Edukatif. Sumatera Barat:


CV. AZKA PUSTAKA.

Iskandar, A. (2023). Pembelajaran Kreatif dan Inovatif di Era Digital. Makassar: Yayasan
Cendekiawan Inovasi Digital Indonesia.

Jalmur, N. (2016). Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia Group.

Konvergensi. (2018). Jurnal Pendidikan Konvergensi. Surakarta: Sang Surya Media.

Miarso, Y. (2004). Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: PRENADAMEDIA


GROUP.

Redmon Windu Gumati, H. P. (2023). Media, Komunikasi dan Tekhnologi Pembelajaran


(Studi Integrasi dalam Pendidikan). Sumatra Barat: CV. Mitra Cendekia Media.

Shihab, N. (2021). Merdeka Belajar di Ruang Kelas. Tangerang Selatan: Lentera Hati.

14

Anda mungkin juga menyukai