Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN INQUIRY BASED LEARNING

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pendiidkan dan Pelatihan

Dosen : Ridwan Setiawan, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 1

Alya Nur Az’zahra P17336119403

Dzakiy Mochammad P17336119411

Farah Nurul F P17336119413

Fitria Rimadina P17336119414

Julia Putri C P17336119421

M Rif qi Assaf a P17336119423

Nida Nandia H P17336119431

Pep Ulf ina M P17336119433

Tiara Farah S P17336119443

Zahra Nur H P17336119446

Zakiah Qolbi P17336119448

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PROMOSI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

Jalan Babakan Loa No. 10A Cimahi 40514

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya pada kami sehingga bisa menyelesaikan laporan mengenai strategi Promosi Kesehatan
dengan baik dan lancar.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan Laporan ini. Juga terutama kepada:
1. Dosen pembimbing, karena telah membina dan membimbing penulis serta memberikan
dorongan serta masukan berupa saran-saran, kritik, dan ide-ide.
2. Orang tua, karena telah mendukung d an memberikan kesempatan berupa moral dan meteril.
3. Teman-teman yang telah memberikan masukan kepada kelompok kami.
Semoga segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada kami, mendapat imbalan yang
berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa, amin.
Kami menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat beberapa kekurangan karena
beberapa keterbatasan, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dalam
penyempurnaan laporan ini. Atas saran, kritik maupun bantuannya penulis ucapkan terima kasih.
Semoga apa yang ditulis di laporan ini dapat menambah pengetahuan dan bermanf aat bagi
siapa saja yang membacanya.
Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, 23 Agustus 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGA NTA R…………………………………………………………………………………. ............. ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1

1.1 Latar Bel akang ............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Inquiry Based Learning .............................................................................. 3

2.2 Karakteristik Inquiry Based Learning ........................................................................... 4

2.3 Prinsip-Prinsip Inquiry Based Learning ....................................................................... 5

2.4 Langkah-Langkah Inquiry Based Learning .................................................................. 5

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Inquiry Based Learning………………………………………...8

BAB III KESIMPULAN .................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman menuntut berbagai kemajuan di semua bidang. Oleh karena itu,
bidang pendidikan pun harus ikut berbenah. Salah satu bagian di bidang pendidikan yang harus
berbenah adalah kelas. Kelas merupakan entitas kecil dalam bidang pendidikan yang justru
menjadi ujung tombak. Di dalam kelaslah terjadi proses transf er pengetahuan dari pendidik
kepada peserta didik.

Namun, proses transf er pengetahuan tersebut dapat terganggu jika model penyampaian
yang digunakan tidak pas, bahkan monoton. Model yang tidak pas dan monoton akan
menyebabkan ilmu yang disampaikan tidak dapat dipahami dengan baik. Bahkan, peserta didi k
akan merasa bosan di dalam kelas. Jika hal ini tidak segera dicarikan jalan keluar, prestasi dan
penyerapan ilmu peserta didik pun akan menurun. Keadaan ini tentu bukan hal yang diharapkan
oleh pendidik maupun para peserta didik. Oleh karena itu, upaya p erbaikan dalam pembelajaran
bukan lagi sebuah keharusan, melainkan sebuah kebutuhan.

Metode Pembelajaran inquiry based learning merupakan satu komponen penting dalam
pendekatan konstruktif istik yang telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi atau pembaru an
pendidikan. Dalam pembelajaran dengan penemuan atau inquiry, siswa didorong untuk belajar
sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep -konsep dan prinsip-
prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip -prinsip untuk diri mereka sendiri. Piaget memberikan
def inisi pendekatan Inquiry sebagai pendidikan yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk
melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertayaan-pertayaan dan mencari sendiri jawaban
atas pertayaan yang mereka ajukan. Metode inquiry yang didef inisikan sebagai suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, lo gis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan
sendiri penemuan dengan penuh percaya diri.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan model Inquiry Based Learning?
b. Bagaiamana karakteristik Inquiry Based Learning?
c. Apa saja prinsip-prinsip yang ada dalam Inquiry Based Learning?
d. Bagaimana Langkah-langkah Inquiry Based Learning?
e. Apa saja kelebihan dan kekurangan Inquiry Based Learning?

1
1.3 Tujuan
a. Untuk memahami pengertian dari Inquiry Based Learning.

b. Untuk mengetahui karakteristik dari inquiry Based Learning.

c. Untuk mengetahui prinsip-prinsip yang ada dalam Inquiry Based Learning.

d. Untuk memahami Langkah-langkah dalam Inquiry Based Learning.

e. Mengetahui dan memahami kelebihan serta kekurangan dari Inquiry Based Learning.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Inquiry Based Learning


Kata “Inquiry” berasal dari bahasa inggris yang berarti mengadakan penyelidikan,
menanyakan keterangan, melakukan pemeriksaan (Echols dan Hassan Shadily, 2003: 323).
Sedangkan menurut Gulo (2005:84) inkuiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan.
Sumantri (1999:164), menyatakan bahwa metode inquiry adalah cara penyajian pelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan inf ormasi d engan atau tanpa
bantuan guru.

Menurut Carin and sund dalam Ahmadi (2005:108), metode inquiry didef inisikan sebagai
suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki masalah secara sistematis, kritis, logis, dan analisis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuan mereka dengan rasa percaya diri.

Inquiry Based Learning (IBL) adalah sebuah teknik mengajar di mana guru melibatkan
siswa di dalam proses belajar melalui penggunaan cara-cara bertanya, aktivitas problem solving,
dan berpikir kritis. Hal ini akan memerlukan banyak waktu dalam persiapannya. Inquiry Based
Learning biasanya berupa kerja kolaboratif . Kelas dibagi ke dalam kelompok -kelompok kecil.
Setiap kelompok diberi sebuah pertanyaan atau permasalahan yang akan mengarahkan semua
anggota kelompok bekerja bersama mengembangkan proyek berdasarkan pertanyaan tersebut
untuk menemukan jawabannya. Karena inquiry based learning berbasis pertanyaan, maka guru
harus menyiapkan pertanyaan yang bersif at terbuka sehingga siswa dapat mengembangkan
pikirannya.

Meskipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik, namun guru tetap memegang
peran penting sebagai pembuat desain pengalaman belajar. Guru berkewajiban menggiring
peserta didik untuk melakukan kegiatan. Kadangkala guru perlu menjelaskan, membimbing
diskusi, memberikan intruksi-intruksi, melontarkan pertanyaan, memberikan komentar dan saran
kepada peserta didik.

Berdasarkan beberapa def inisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa inkuiri merupakan
suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen,
melakukan eksperimen, megumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi,
dalam pembelajaran inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun f isik untuk memecahkan
masalah yang diberikan guru.

3
2.2 Karakteristik Inquiry Based Learning
Karakteristik model Inquiry Based Learning menurut Gulo (2002, h.95) adalah sebagai
berikut: a. driving question or problem, b. interdisciplinary focus, c. authentic Investigation, d.
production of artifacts and exhibits, e. collaboration. Inquiry Based Learning mengorganisasikan
pengajaran seputar penemuan dan pemecahan masalah yang penting secara sosial dan
bermakna secara personal bagi peserta didik. Masalah yang diinvestigasi dipilih karena solusinya
menuntut peserta didik untuk menggali banyak subjek. Investigasi autentik yang berusaha
menemukan solusi riil untuk masalah riil. Peserta didik harus menganalisis dan menetapkan
masalahnya, mengembangkan hipotesis dan membuat prediksi, mengumpulkan dan
menganalisis inf ormasi, melaksanakan eksperimen, membuat ref erensi, dan menarik kesimpulan.
Hasil investigasi berbentuk produk berupa pemahaman dengan mengkonstruksi hal yang
dapat menjelaskan atau merepresentasikan solusi mereka. Produk itu bisa berbentuk debat
bohong-bohongan, bisa berbentuk laporan, model f isik, video, atau program komputer yang nant i
akan dideskripsikan, dirancang oleh peserta didik untuk mendemonstrasikan kepada orang lain
apa yang telah mereka pelajari dan memberikan alternatif yang menyegarkan untuk makalah
wajib atau ujian tradisional. Kolaborasi atau kerja sama memberikan motivasi untuk keterlibatan
secara berkelanjutan dalam tugas-tugas kompleks dan meningkatkan kesempatan untuk
berdialog bersama, dan untuk mengembangkan berbagai keterampilan sosial.
Sif at-sif at atau karakteristik yang ingin dimunculkan dari para siswa dalam lingkungan IBL ini,
menurut Neil Postman dan Charles Weingartner dalam Nuhardi, dkk, (2009:9) adalah:
a. Percaya diri terhadap kemampuan belajarnya.
b. Senang saat berusaha memecahkan masalah.
c. Percaya pada penilaian sendiri dan tidak sekedar bergantung pada penilaian orang lain
maupun lingkungan.
d. Tidak takut menjadi salah.
e. Tidak ragu dalam menjawab.
f. Fleksibilitas pandangan.
g. Menghargai f akta dan mampu membedakan antara f akta dan opini.
h. Tidak merasa perlu mendapat jawaban f inal untuk semua pertanyaan dan lebih merasa
nyaman saat tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan sulit daripada sekedar menerima
jawaban yang terlalu disederhanakan.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dap at kita simpulkan bahwa karakteristik model
Inquiry Based Learning adalah dapat menemukan dan memecahkan masalah dengan rasa
percaya diri.

4
2.3 Prinsip Inquiry Based Learning
Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip -prinsip berikut ini:

a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual.Tujuan utama dari pembelajaran inkuiri adalah


pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, pembelajaran ini selain berorientasi
kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.
b. Prinsip Interaksi.Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi
antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara siswa dengan
lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai
sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan pembelajaran ini
adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan
guru untuk bertanya dalam. setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu, pada
pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan selalu bertanya dan
mempertanyakan berbagai f enomena yang sedang dipelajarinya.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah f akta, akan tetapi
belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan potensi
seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanf aatan dan penggunaan otak secara
maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan
berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Tugas guru
adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan
hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

2.4 Langkah-Langkah Inqury Based Learning


Menurut joice and weil (1996 : 197-199), Pelatihan Inquiry memiliki lima f ase, Fase
pertama adalah konf rontasi siswa dengan situasi yang membingungkan. Fase dua dan tiga
adalah operasi pengumpulan data verif ikasi dan eksperimen. Dalam dua f ase ini, siswa
mengajukan serangkaian pertanyaan yang guru jawab ya atau tidak dan mereka melakukan
serangkaian percobaan pada lingkungan situasi masalah. Pada f ase keempat, siswa mengatur
inf ormasi yang mereka peroleh selama pengumpulan data dan mencoba untuk menjelaskan
perbedaan tersebut. Akhirnya, pada f ase lima, siswa menganalisis strategi pemecahan masalah
yang mereka gunakan selama penyelidikan.

Tahap pertama mengharuskan guru menyajikan situasi masalah dan menjelaskan


prosedur permintaan kepada siswa (tujuan dan prosedur pertanyaan ya / tidak). Perumusan
acara discrepant seperti masalah bimetal strip membutuhkan beberapa pemikiran, meskipun
strategi dapat didasarkan pada masalah yang relatif sederhana - teka-teki, teka-teki, atau trik
sulap yang tidak memerlukan banyak latar belakang pengetahuan. Tentu saja, tujuan akhir
adalah untuk memiliki siswa, terutama siswa yang lebih tua, mengalami penciptaan pengetahuan

5
baru, seperti yang dilakukan oleh para sarjana. Namun, pertanyaan awal dapat didasarkan pada
ide-ide yang sangat sederhana.

Ciri yang membedakan dari ketidaksesuaian adalah bahwa ia melibatkan peristiwa-


peristiwa yang bertentangan dengan pengertian kita tentang realitas. Dalam pengertian ini, tidak
setiap situasi yang membingungkan adalah kejadian yang tidak selaras. Mungkin
membingungkan karena kita tidak tahu jawabannya, tetapi kita tidak membutuhkan konsep ba ru
untuk memahaminya, dan oleh karena itu kita tidak perlu melakukan penyelidikan. Kami
menyebutkan ini karena terkadang guru tidak memilih masalah yang benar-benar
membingungkan siswa. Dalam kasus ini, aktivitas pembelajaran tidak berkembang melampaui
f ormat "20-pertanyaan". Meskipun aktivitas bertanya memiliki nilai untuk kepentingannya sendiri,
seharusnya tidak dibingungkan dengan gagasan scef cinquiry.

Tahap dua, verif ikasi, adalah proses di mana para siswa mengumpulkan inf ormasi
tentang suatu peristiwa yang mereka lihat atau alami. Dalam eksperimen, tahap ketiga, siswa
memperkenalkan elemen baru ke dalam situasi untuk melihat apakah peristiwa tersebut terjadi
secara berbeda. Meskipun verif ikasi dan eksperimen dijelaskan sebagai f ase terpisah dari model,
pemikiran siswa dan jenis pertanyaan yang mereka hasilkan biasanya bergantian antara dua
aspek pengumpulan data ini. Eksperimen melayani dua f ungsi: eksplorasi dan pengujian
langsung. Eksplorasi-mengubah hal-hal untuk melihat apa yang akan terjadi-tidak selalu dipandu
oleh teori atau hipotesis, tetapi mungkin menyarankan ide untuk teori. Uji langsung terjadi ketika
siswa mencoba teori atau hipotesis. Proses mengkonstruksikan hipotesis ke dalam eksperimen
tidak mudah dan membutuhkan latihan. Banyak pertanyaan verif ikasi dan eksperimentasi
diperlukan hanya untuk menyelidiki satu teori Kami telah menemukan bahwa adulis yang canggih
pun merasa lebih mudah untuk mengatakan, "Saya pikir itu ada hubungannya dengan." Daripada
memikirkan serangkaian pertanyaan yang akan menguji teori. Juga, beberapa teori dapat
dibuang atas dasar satu eksperimen. Meskipun tergoda untuk membuang "sebuah variabel jika
percobaan pertama tidak mendukungnya, itu bisa sangat menyesatkan untuk melakukannya.

Pada f ase empat, guru memanggil siswa untuk mengatur data dan merumuskan
penjelasan. Beberapa siswa mengalami kesulitan membuat lompatan intelektual antara
memahami inf ormasi yang telah mereka kumpulkan dan menyusun penjelasan yang jelas
tentangnya. Mereka mungkin memberikan penjelasan yang tidak memadai, mengabaikan detail-
detail penting. Terkadang beberapa teori atau penjelasan dimungkinkan berdasarkan data yang
sama. Dalam kasus seperti itu, sering kali berguna untuk meminta siswa menyatakan penjelasan
mereka sehingga rentang kemungkinan hipnotis menjadi jelas. Bersama-sama, kelompok dapat
membentuk penjelasan yang sepenuhnya menanggapi situasi masalah. Akhirnya,

Fase lima, para siswa diminta untuk menganalisis pola pertanyaan mereka. Mereka
dapat menentukan pertanyaan-pertanyaan yang paling ef ektif , garis-garis pertanyaan yang
produktif dan yang tidak, atau jenis inf ormasi yang diperlukan dan tidak didapatkan. Fase ini

6
penting jika kita ingin membuat proses penyelidikan secara sadar dan secara sistematis mencoba
memperbaikinya.

Menurut Sanjaya (2006) dalam Djuanda (2015 : 49-50), Langkah langkah pembelajaran
model inkuiri sebagaimana yang dikemukakan adalah sebagai berlkut:

• Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif . Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa Siap melaksanakan proses
pembealaran. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahapan orientasi adalah:

1) Menlelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai olch siswa.

2) Munjelaskan pokok-pukok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah,
mulal dari langkah merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.

• Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah memhawa siswa pada suatu persoalan. Beberapa
Masalah dapat dirumuskan sendiri oleh siswa ataupun dengan bantuan guru.

Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti.
Artinya, guru perlu mendorong agar siswa dapat merumuskan masalah yang menurut guru
jawaban sebenarnya sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara
pasti.

Konsep konsep dalam masalah adalah konsep konsep yang telah diketahui terlebih dahulu
oleh siswa. Artinya. sebelum masalah itu dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri guru perlu
yakin terlehih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep -konsep yang
ada dalam rumusan masalah.

• Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawahan sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai
jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebendrannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan
guru untuk mcngembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap siswa adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan
jawaban sementara atau dapat merumuskan berb agai perkiraan kemungkinan jawaban dari
suatu permasalahan yang dikaji.

7
• Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring inf ormasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Dalam inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang
sangat penting daldm pengembangan intelektual. Oleh sebab itu tugas dan peran guru dalam
tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
berpikir mcncari inf ormasi yang dibutuhkan.

• Menguji Hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau inf ormasi yang diproleh berdasarkan pengumpulan data.

• Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh


berdasarkan hasil pengujian hipotesis, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya
guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Inquiry Based Learning

Di dalam sebuah model pembelajaran akan selalu ada kelebihan dan kelemahan,
termasuk pada model Inquiry Based Learning (IBL). Berikut kelebihan model Inquiry Based
Learning (IBL) menurut Roestiyah (2001: 76-77):

A. Dapat membentuk dan mengembangkan “self -concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat
mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
B. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transf er pada situasi proses belajar yang baru.
C. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif nya sendiri, bersikap obyektif , jujur dan
terbuka.
D. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.
E. Memberi kepuasan yang bersif at intrinsik.
F. Situasi proses belajar menjadi merangsang.
G. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
H. Memberi kebebasan siswa untuk belajar send iri
I. Siswa dapat menghindari dari cara-cara belajar yang tradisional.
J. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi inf ormasi.

Disamping kelebihan yang telah disebutkan diatas, pendekatan IBL juga mempunyai
kekurangan antara lain:

A. Diharuskan adanya kesiapan mental pada siswa.


B. Perlu adanya proses penyesuaian/adaptasi dari metode tradisional ke pendekatan ini

8
BAB III

KESIMPULAN

Model Inquiry Based Learning adalah salah satu strategi yang dipakai dalam
pembelajaran hingga saat ini. Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai setiap kegiatan
yang dipilih, yang dapat memberikan f asilitas atau bantuan kepada peserta didik menuju
tercapainya tujuan pembelajaran tertentu. Inkuiri merupakan suatu proses yang ditempuh siswa
untuk memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,
megumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam pembelajaran
inkuiri ini siswa terlibat secara mental maupun f isik untuk memecahkan masalah yang diberikan
guru. Inquiry tidak hanya mengembangkan

Kemampuan dan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada termasuk pengembangan
emosional dan ketrampilan inquiry merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat
kesimpulan. Tujuan utama pembelajaran melalui model Inquiry Based Learning ini adalah
menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin
tahu mereka. Ada banyak kelebihan sekali kelebihan yang didapatkan jika menggunakan model
ini, namun ada pula kekurangannya, yaitu diharuskan adanya kesiapan mental pada siswa dan
perlu ada penyesuaian adaptasi dari model yang digunakan sebelumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. http://repository.unpas.ac.id/15341/6/BAB%20II.pdf . (Di akses pada 23 Agustus 2021)

Mila Amalia, 125060 129 (2016) “Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Model
Inquiry Based Learning Tipe Make A Match dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan”.
Skripsi(S1) thesis, FKIP UNPAS. Diakses melalui: http://repository.unpas.ac.id/12866/5/BAB%20II.pdf
(diakses pada 23 Agustus 2021)

http://nanyaaprillia.blogspot.com/2018/12/makalah-model-inquiry.html?m=1 (Desember 07,


2018) ( Diakses pada 23 Agustus 2021)

10

Anda mungkin juga menyukai