Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

DISCOVERY LEARNING

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah :Pembelajaran Matematika Inovatif

Dosen Pengampu :Sutopo, S.Pd.,M.Pd.

Oleh :

Nahdah Afifah – K1319050

Niken Nur Fitriana – K1319052

Siti Khaerunnisa – N0121882

Pendidikan Matematika 2019

Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan

Universitas Sebelas Maret


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Discovery Learning.

Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata
kuliah Pembelajaran Matemtika Inovatif. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Sutopo, S.Pd.,M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Pembelajaran Matematika Inovatif yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 01 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

BAB IIPEMBAHASAN............................................................................................ 3

2.1 Dasar Teory Discovery Learning................................................................... 3


2.2 Sintaks Model Pembelajaran Discovery Learning......................................... 6
2.3 Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning................................... 9
2.4 Solusi untuk Meminimalkan Kelemahan dari Model Pembelajaran Discovery
Learning......................................................................................................... 9
2.5 Skenario Pembelajaran Discovery Learning.................................................. 10

BAB IIIPENUTUP .................................................................................................... 12

3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 12


3.2 Saran .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tantangan pendidikan di abad 21, yaitu membangun keterampilan abad 21, yang
meliputi: keterampilan melek teknologi informasi dan komunikasi, keterampilan
beprikir kritis dan sistemik, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan
berkomunikasi efektif dan keterampilan berkolaborasi. Perkembangan Teknologi
Informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia, memiliki potensi yang sangat besar
sebagai sarana atau alat untuk membangun keterampilan tersebut dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pendidikan modern di abad 21, guru dituntut
untuk mampu menerapkan model pembelajaran modern yang disertai dengan
pengintegrasian TIK dalam proses pembelajaran. Artinya, guru harus memiliki
pengetahuan tentang model-model pembelajaran modern dan keterampilan dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengintegrasikan TIK dan
menerapkan model pembelajaran modern di dalamnya.
Disisi lain, permasalahan di bidang pendidikan di Indonesia yang banyak
diperbincangkan saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari
rendahnya prestasi peserta didik. Masalah ini dikarenakan kurangnya kemampuan para
pendidik dalam menentukan karakteristik proses pembelajaran terhadap peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif,
dan logis, untuk ketuntasan belajar secara individual. Pembelajaran merupakan
jantungnya aktivitas pendidikan, sehingga proses pembelajaran menempati posisi dan
peranan yang sangat penting. Di dalam kegiatan pembelajaran inilah terjadi proses
transmisi dan transformasi pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai kurikulum
yang berlaku. Salahsatu solusi permasalahan tersebut adalah dengan meningkatkan
kualitas pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan abad 21.
Diantaranya yaitu dengan pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan peserta

1
didik untuk berpikir tingkat tinggi (high order thinking/HOT). Kemampuan berpikir
tingkat tinggi ini merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses
pembelajaran yang wajib dimiliki oleh setiap peserta didik, yaitu kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan
(decision making). Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan HOTS
adalah pembelajaran Discovery-Inquiry.
Banyak alternatif model pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh
guru, namun pada prinsipnya tidak ada satupun model yang dianggap cocok dan
sempurna dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi yang
diajarkan. Pembelajaran juga memerlukan model-model pembelajaran yang tepat, agar
materi yang disampaikan bias diterima peserta didik dengan baik. Olehnya banyak para
ahli mencari model maupun metode pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah
model pembelajaran inquiry dan model pembelajaran discovery learning. Model
pembelajaran discovery-inquiry merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada
proses pemecahan masalah, sehingga siswa harus melakukan eksplorasi berbagai
informasi agar dapat menentukan konsep sendiri dengan mengikuti petunjuk guru
berupa pertanyaan yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran inquiry digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman
belajar, dengan pendekatan ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan
petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran. Pada
pendekatan ini siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk
diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar mampu
menyelesaikan masalah dan menarik suatu kesimpulan secara mandiri.
Model pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran yang sejenis
dengan Inquiry. DiscoveryLearning merupakan model pembelajaran yang mendorong
peserta didik memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui itu yang
tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Diharapkan
jika siswa terlibat aktif dalam menemukan sendiri, siswa akan memahami

2
pembelajaran lebih baik, mengingat lebih lama dan mampu mengaplikasikannya ke
situasi yang lain dan akan membawa siswa ingin mengetahui lebih lanjut hubungan
pola dan struktur yang ditemukan tadi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dasar Teori Discovery - Inquiry Learning


1. Pengertian Model Discovery Inquiry Learning
“Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry discovery learning, berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagaisuatu proses umum
yang dilakukan manusia untuk mencari ataumemahami informasi.”
Menurut E. Mulyasa inquiry adalah cara menyadari apa yang telah dialami.
Sistem belajar mengajar ini menuntut peserta didik berpikir. Model ini
menempatkan peserta didik pada situasi yangmelibatkan mereka pada kegiatan
intelektual, dan memprosespengalaman belajar menjadi sesuatu yang bermakna.
Sedangkan menurut Syafrudin Nurdin, model inquiry discovery learning
adalah suatu model pembelajaran yang dapat disusun oleh gurudalam proses belajar
mengajar, sebagai alat untuk mencapai tujuanpendidikan. Melalui model ini siswa
akan mampu mengembangkan rasa ingin tahunya, dan keberanian berpartisipasi
dalam proses belajar mengajar.
Inquiry discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri.
Sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk
yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya
sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.
Model inquiry discovery learning adalah suatu teknik instruksional dimana
dalam proses belajar mengajar Siswa dihadapkan dengan suatu masalah. Bentuk
pengajaran terutama memberi motivasi kepada siswa untuk menyelidiki masalah-
masalah yang ada dengan menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah dalam
rangka mencari penjelasan. Pengajaran ini untuk menolong siswa mengembangkan
keterampilan-keterampilan penemuan ilmiah (scientific inquiry discovery

4
learning). Pengajaran ini untuk menarik siswa menyelidiki sejumlah informasi
dalam rangka mencari pemecahan masalah serta untuk melatih siswa
mengembangkan faktafakta, membangun konsep-konsep dan menarik kesimpulan
umum atau teori-teori yang menerangkan fenomena-fenomena yang dihadapkan
kepadanya.
Model Inquiry discovery learning adalah sebagai suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari
dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
Melihat hal di atas, metode inquiry discovery learning ialah belajar
pencarian dan penemuan. Dalam proses belajar mengajar dengan model inquiry
discovery learning, seorang guru dalam menyajikan bahan pelajaran tidak dalam
bentuk yang final (utuh dari awal hingga akhir) atau dengan kata lain guru hanya
menyajikan sebagian. Selebihnya diserahkan kepada siswa untuk mencari dan
menemukannya sendiri. Kemudian guru memberi kesempatan seluasluasnya
kepada siswa untuk mendapatkan apa-apa yang belum disampaikan oleh guru
dengan pendekatan belajar problem solving.
Ini berarti tekanan dalam model inquiry discovery learning adalah sebagai
usaha menemukan dan meneliti pola-pola hubungan, fakta, pertanyaan-pertanyaan,
pengertian, kesimpulan-kesimpulan, masalah, pemecahan-pemecahan dan
implikasi-implikasi yang ditonjolkan oleh salah satu bidang studi. Sehingga dalam
pembelajaran terjadi sebuah penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan.
Penggunaan model inquiry discovery learning dalam proses belajar
mengajar, untuk melatih siswa melakukan berbagai macam aktivitas, yaitu
pengamatan, penyelidikan, percobaan, membandingkan penemuan yang satu
dengan yang lain, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan
sendiri. Sehingga hasil dari kegiatan itu siswa akan mendapatkan fakta-fakta secara
lengkap tentang obyek yang diamati.

5
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model inquiry
discovery learning adalah suatu proses belajar mengajar yang berpusat pada siswa,
guru tidak perlu menjejalkan seluruh informasi kepada siswa. Guru perlu
membimbing suasana belajar siswa sehingga mencerminkan proses penemuan bagi
siswa. Materi yang disajikan bukan berupa informasi, akan tetapi siswa diberi
kesempatan untuk mencari dan menemukan informasi dari bahan ajar yang
dipelajari. Dengan model inquiry discovery learning mendorong siswa untuk
mengembangkan potensi intelektualnya. Dengan menemukan hubungan dan
keteraturan dari materi yang sedang dipelajari, siswa menjadi lebih mudah
mengerti struktur materi yang telah dipelajari.
Ciri utama dari model ini adalah sebagai berikut:
a. Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, artinya dalam hal ini siswa adalah subyek dalam belajar. Siswa
tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru saja,
tetapi mereka turut serta dalam menemukan inti dari pembelajaran itu sendiri;
b. Aktivias yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan rasa percaya diri (self believe). Dalam hal ini guru tidak
berperan sebagai sumber belajar, akan tetapi guru sebagai fasilitator dan
motivator belajarsiswa;
c. Tujuan dari penggunaan model ini adalah mengembangkan kemampuan
berpikir siswa secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari mental.
Model ini dapat digunakan dan akan efektif jika memenuhi kriteria-kriteria
yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu
permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian penguasaan materi
bukanlah tujuan utama pembelajaran, tetapi yang lebih diutamakan adalah
proses belajar yang dilakukan oleh siswa;

6
b. Bahan pelajaran yang akan diajarkan bukanlah materi yang berbentuk fakta dan
memiliki jawaban yang sudah pasti, akan tetapi sebuah kesimpulan yang
membutuhkan pembuktian;
c. Proses belajar berangkat dari rasa keingintahuan siswa;
d. Siswa memiliki keinginan dan keterampilan berpikir;
e. Jumlah siswa tidak terlalu banyak;
f. Memiliki waktu yang cukup.
Pembelajaran inquiry-discovery juga relevan dengan teori-teori belajar
seperti teori kognitif Piaget, kondisioning dan konstruktif (Nirwana, 2013).
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery) memungkinkan
pengetahuan itu bertahan lama atau lebih mudah diingat. Beberapa penelitian
menunjukan bahwa model discovery-inquiry sangat unggul dan efektif digunakan
dalam pembelajaran terutama untuk pembelajaran IPA. Penelitian yang dilakukan
oleh Abdisa (2012) mengenai pengaruh pembelajaran guided discovery dalam
pembelajaran fisika menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pembelajaran
guided discovery, demonstrasi dan ekspositori dalam materi gerak rotasi dalam
perkuliahan. Atas dasar signifikansi yang didapatkan dari ketiga itu taraf
pencapaiannya tinggi, menengah dan rendah. Ini diperkuat oleh beberapa hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa model discovery inquiry terbukti efektif
digunakan dalam pembelajaran (Yusnita.R et al, 2014, Istikomah dkk, 2013.

2. Prinsip-Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Discovery-Inquiry


Dalam penggunaan model ini terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh setiap guru. Setiap prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
a. Berorientasi pada pengembangan intelektual
Dalam Discovery-Inquiry siswa dituntut untuk menemukan sendiri
pengetahuannya, maka selain mengacu pada hasil belajar model ini juga
mengacu pada proses belajar itu sendiri. Sesuatu yang ditemukan adalah
sesuatu yang dapat ditemukan melalui proses berpikir dan bukanlah sesuatu
yang sudah pasti.
b. Prinsip interaksi

7
Guru harus mampu mengatur interaksi antara siswa dengan guru, siswa
dengansiswa maupun siswa dengan lingkungannya. Dalam pembelajaran tentu
harus ada proses interaksi yang dilakukan.
c. Prinsip bertanya
Dalam prosesnya guru bertugas sebagai penanya. Oleh sebab itu dibutuhkan
kemampuan guru dalam menyusun dan mengemukakan pertanyaan dengan
baik. Pertanyaan yang diberikan dimaksudkan untuk membimbing siswa dalam
menemukan inti dari permasalahan yang diajukan.
d. Prinsip belajar untuk berpikir
Proses berpikir adalah proses pengembangan potensi seluruh otak, baik otak
kirimaupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan
penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip keterbukaan
Belajar adalah proses mencoba berbagai kemungkinan. Artinya segala sesuatu
mungkin saja terjadi. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan
kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis secara terbuka untuk
membenarkan hipotesis yang diajukan.
3. Dasar Teori Discovery - Inquiry Learning
 Teori kognitif Jean Piaget
Piaget berpendapat bahwa pelajar secara aktif terlibat dalam proses
memperoleh informasi dan membangun pengetahuan sendiri. Pengetahuan tidak
statis melainkan terus berkembang dan berubah saat peserta didik menghadapi
pengalaman baru yang memaksa mereka untuk membangun dan memodifikasi
pengetahuan sebelumnya.
 Teori Konstruktivisme Vighotsky
Teori yang dicetuskan oleh Vighotsky ini memandang siswa untuk mampu
membangun pengetahuannya sendiri bukan hanya sebatas diberikan
pengetahuan dari guru saja melainkan siswa mengkonstruksikan
pengetahuannya agar siswa dapat memaknai pembelajaran yang dilakukannya
secara utuh. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan kognitif siswa akan
lebih berkembang dengan melakukan interaksi langsung dengan orang yang ada
di sekitarnya seperti guru atau temannya.

2.2 Sintaks Model Pembelajaran Discovery-Inquiry Learning


Tahapan umum/langkah/sintaks model discovery-inquiry learning bertujuan
mengarahkan peserta didik secara aktif menemukan ide dan mendapatkan makna dari
suatu konsep, siswa menjadi pelaku utama dalam aktivitas belajar.

8
Langkah-langkah dalam menerapkan model discovery learning: Menurut Syah
(2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas, ada beberapa
prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatanbelajar mengajar secara umum
sebagai berikut:
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Dalam tahapan ini guru mengidentifikasi ketersediaan konten di sumber
belajar yang sesuai dengan materi yang dibahas, untuk dipelajari oleh siswa atau
dirumuskan beberapa pertanyaan terkait konten tersebut untuk jadi acuan siswa
dalam membuat persoalan sendiri.
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru
dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi
belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi
bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik
bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
Kegiatannya Peserta Didik menyimak materi stimulus (berupa video/
gambar/simulasi) yang diberikan pendidik dalam kelas. Bahan stimulus bisa dicari
di fitur Sumber Belajar, fitur Lab Maya Rumah belajar, Youtube, maupun sumber
lainnya yang relevan dan menarik).

2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)


Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
berbagaipersoalan yang ada dalam konten materi tersebut, setelah dilakukan
stimulasi langkah selanjutya adalah guru member kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan
menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi
dan menganalisispermasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang
berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu
masalah.

9
Kegiatan peserta didik pada tahap ini adalah Peserta didik menyampaiakan
respon atas stimulus dari pendidik secara tatap maya (menggunakan aplikasi vicon
misalnya zoom, webex, googlemeet, dsb. Selanjutnya peserta didik dibagi dalam
kelompok. Peserta didik ditugaskan secara kelompok mengidentifikasi dan
merumuskan masalah sesuai stimulus yang telah diberikan pendidik.

3. Collection (Pengumpulan Data)


Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para
siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature
baik secara online maupun offline, mengamati objek, wawancara dengan nara
sumber, uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa
belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Kegiatan peserta didik pada tahap pengumpulan data yaitu Peserta didik
secara kelompok berkolaborasi mengumpulkan data dari berbagai sumber,
kemudian mendiskusikan dalam kelompok melalui grup media sosial
(WA, line, telegram , Kaizala, dsb). Mengirimkan bukti kerja kelompok ke pendidik
(capture/ screenshoot grup dsb) aneka sumber: bisa mencari di internet, antara lain
fitur-fitur Rumah belajar, TVE, Video on Demand, lingkungan sekitar, dsb.

4. Processing (Pengolahan Data)


Menurut Syah (2004:244), pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara,
observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada
tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut
siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian
yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
Kegiatan peserta didik pada tahap pengolahan data yaitu Peserta didik secara
kelompok berkolaborasi melakukan pengolahan data yang telah dikumpulkan

10
kemudian merumuskan hasil diskusi dan mengunggah ke kelas maya sebagai
penugasan secara mandiri.

5. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan
alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan
dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan informasi yang
ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek,
apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
Pada tahap ini guru mengarahkan siswa untuk melakukan pembuktian dari
hipotesis atau pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan
informasi yang telah ada. Setelah itu mempresentasikan di depan guru dan siswa
yang lain untuk mendapat masukan.
Pada tahap ini kegiatan peserta didik yaitu Peserta didik mempresentasi hasil
pengolahan data ke peserta didik lainnya dan pendidik, melalui vicon
(menggunakan aplikasi vicon misalnya zoom, webex, googlemeet dsb) karena masih
pandemic sehingga melalui daring. Jika tidak memungkinkan melakukan vicon,
maka bisa diganti dengan mengirimkan tayangan video presentasi yang dikirimkan
ke grup WA kelas. Peserta didik lain memberikan tanggapan terhadap presentasi
kelompok lain, melalui grup WA kelas.

6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)


Tahap generalisasi / menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadianatau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi
(Syah,2004:244).
Berdasarkanhasil verifikasi dan masukan dari guru serta siswa lainnya maka
siswa menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu. Setelah menarik kesimpulan
siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnyaproses pengaturan dan
generalisasi dari pengalamanpengalaman itu.
Pada tahap terakhir kegiatannya adalah peserta didik secara kelompok
membuat kesimpulan atau generalisasi berdasarkan hasil verifikasi dan masukan

11
dari pendidik dan peserta didik lainnya, kemudian mengunggahnya ke kelas maya
sebagai penugasan mandiri.

2.3 Kelemahan Model Pembelajaran Discovery Learning


Kelemahan dari model pembelajaran discovery learning dalam segi
penerapannya adalah sebagai berikut:
1. Pada tahap stimulasi, untuk siswa yang memiliki minat belajar atau keingintahuan
yang rendah akan menyebabkan siswa tersebut sulit mengikuti jalannya
pembelajaran.
2. Pada tahap identifikasi masalah, jika siswa yang membuat pertanyaan belum tentu
semua pertanyaan mendukung tujuan pembelajaran yang akan dicapai
tersampaikan.
3. Membutuhkan waktu yang lama pada saat pengumpulan dan mengelolahan data.

2.4 Solusi untuk Meminimalkan Kelemahan dari Model Pembelajaran Discovery


Learning
Solusi yang diberikan agar penerapan dari model pembelajaran discovery
learning ini menjadi optimal dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh modekl
pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut:
1. Solusi yang tepat yaitu pada tahap stimulasi guru mengahdapkan siswa pada
sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak
memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
2. Solusi yang tepat yaitu guru memberikan lagi informasi yang terkait dengan
indikator yang belum ditanyakan dan mengarahkan siswa untuk menimbulkan
pertanyaan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Solusi yang tepat yaitu guru memberikan masalah yang lebih spesifik,
menggambarkan siswa materi atau data apa yang harus dicari siswa, dan
memberikan contoh sumber buku utama di samping sumber lainnya agar siswa
tidak membutukkan waktu yang lama untuk menemukan sumber buku yang tepat.

2.5 Skenario Pembelajaran Discovery Learning


Skenario pembelajaran pada topik matematika tertentu dengan menggunakan
solusi atau perbaikan dari kelemahan model pembelajaran discovery learning
sebelumnya.
Topik matematika: Keliling dan Luas Persegi dan Persegi Panjang.
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

12
Pada tahap pertama ini, guru mengkondisikan siswa melalui pertanyaan-pertanyaan
untuk mengingatkan siswa kembali dengan berbagai benda-benda berbentuk persegi
dan persegi panjang, kemudian siswa menyebutkan ciri-cirinya.
Kemudian guru mengarahkan siswa untuk memperhatikan lantai kelas yang
dipasanngkan ubin bagaimana bentuk ubin tersebut?
2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah memperhatikan lantai kelas, guru kemudian menanyakan untuk memenuhi
lantai kelas berapa satuan ubin yang diperlukan? kemudian berapa keliling dan luas
lantai kelas dengan hanya mengukur panjang dan lebah ubin? Siswa diminta untuk
membuat hipotesis atau jawaban atas pertanyaan yang diajukan.
Selanjutnya guru memberikan LKPD sebagai tugas yang dikerjakan secara
berkelompok dan menjelaskan langkah-langkah kerja pembelajaran.
3. Collection (Pengumpulan Data)
Melalui LKPD, guru meyusun perintah kerja dan pertanyaan yang mengarahkan
peserta didik untuk menggambarakan bangun datar persegi panjang dan persegi
sesuai ciri-ciri yang dimiliki masing-masing bangun datar, dengan ukuran panjang
dan lebar tidak ditentukan.
4. Processing (Pengolahan Data)
Setelah siswa menggambar bangun datar persegi panjang dengan ukuran yang
disepakati oleh anggota kelompok masing-masing. Guru mengarahkan siswa untuk
membuat persegi atau persegi panjang yang lebih kecil yang diisi pada persegi dan
persegi panjang yang digambarkan tadi, untuk mengilustrasikan lantai kelas
(digambarkan sebagai persegi dan persegi panjang) dan ubin yang menyusunnya
(sebagai persegi yang memenuhi gambar), Kemudian siswa diminta mengaitkan
dengan jumlah seluruh satuan yang memenuhi persegi panjang dan persegi,
kemudian buat kesimpulan pada LKPD, dan mengaitkannya dengan ilustrasi lantai
ruangan kelas tadi.
5. Verification (Pembuktian)
Siswa melakukan presentasi di depan kelas untuk membuktikan hasil penemuannya
bersama anggota kelompoknya.
6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil penemuan siswa dalam diskusi
kelompoknya.

13
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Model pembelajaran inquiry digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman
belajar, dengan pendekatan ini siswa belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan
petunjuk dari guru hingga siswa dapat memahami konsep-konsep pelajaran.
Sedangkan, Model pembelajaran discovery learningmerupakan model pembelajaran
yang mendorong peserta didik memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum
diketahui itu yang tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan
sendiri. Model pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran yang
sejenis dengan Inquiry karena keduanya melibatkan fisik dan mental-intelektual siswa
yang dapat melatih dan mengembangkan keterampuilan intelektual atau kemampuan
berpikir siswa.
Discovery – Inquiry Learning memiliki prinsip-prinsip, dan sintaks yang harus
diperhatikan khusunya oleh para guru. Discovery – Inquiry Learning juga memiliki
kekurangan yang harus diatasi agar penerapan bisa lebih optimal.

3.2 Saran
Dalam menyampaikan masukan guna menyambung maksud dan tujuan dari makalah,
dapatlah disarankan sebagai berikut:
 Guru memberikan bantuan pada saat awal pembelajaran dengan mengajukan
beberapa pertanyaan dan dengan memberikan informasi secara singkat
tentang hal yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas, agar dalam
proses penemuan tersebut siswa mencari dilingkup yang lebih kecil atau
lebih spesifik sehingga waktu belajar yang dibutuhkan tidak banyak.
 Guru memberikan siswa kegiatan awal untuk mengingatkan siswa tentang
materi yang terkait dengan topik yang dibahas yang sudah diperoleh

14
sebelumnya, agar siswa langsung bisa beradaptasi dengan topik baru yang
akan ditemukan.
 Guru membuat siswa belajar secara berkelompok, sehingga siswa dapat
berdiskusi dengan temannya yang lain terkait konsep yang ditemukan, dan
guru bisa mudah mendatangi kelompok untuk mengecek kegiatan yang
dilakukan oleh siswa, dibandingkan dengan melibatkan siswa secara
individu.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.upi.edu/1334/2/s_d0251_0605502_chapter2.pdf

http://eprints.ums.ac.id/48834/3/BAB%201.pdf

Andamsari, dkk. 2018. Discovery-Inquiry Learning. Jakarta: Pusat Teknologi Informasi


dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

file:///C:/Users/ACER/Downloads/Bab%202%20(1).pdf

iii

Anda mungkin juga menyukai