OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Fatni Mufit, M.Si
Dr. Asrizal, M.Si
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
karena bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
Pembelajaran Fisika, Ibu Dr. Fatni Mufit, M.Si dan Bapak Dr. Asrizal, M.Si.
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................3
K. Peta Konsep..........................................................................................................31
B. Saran.......................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
didik untuk berpikir, bekerja atas inisiatif sendiri dan mampu merumuskan hipotesis
sendiri, 3) Meningkatkan rasa percaya diri, 4) Meningkatkan keaktifan peserta didik
dalam proses kegiatan belajar mengajar baik secara afektif maupun secara kognitif, 5)
Meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan
membahas lebih lanjut mengenai model pembelajaran discovery learning.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
D. Manfaat Penulisan
3
BAB II
KAJIAN TEORI
4
Sedangkan menurut Setyowati (2021) Discovery Learning adalah strategi belajar yang
dimana mengkondisikan siswa saat belajar menemukan sendiri prinsip-prinsip atau
konsep-konsep sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru dari hasil percobaan
atau observasi yang dilakukannya.
Model discovery learning merupakan model pembelajaran yang penerapanya
akan mengarahkan siswa untuk berfikir secara kritis, kemudian kegiatan belajarnya
akan mengajak siswa aktif untuk mengikuti proses dalam mengidentifikasi secara
mandiri dari sebuah pemahaman mengenai suatu masalah yang dibahas dalam belajar
(Karlina, 2021).
Bruner (1972) mengembangkan strategi yang disebutnya Discovery Learning, di
mana murid mengorganisasi bahan pembelajaran dengan suatu bentuk akhir. Strategi
discovery learning digunakan terutama untuk memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif agar sampai pada suatu kesimpulan yang berarti. Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan penentuan. Proses tersebut disebut cognitive
process, sedangkan discovery itu sendiri merupakan the mental process of assimilating
concepts and principles in the mind (Robert B. Sund, 1982).
Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses
pembelajaran yang terjadi bila siswa tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk
finalnya tetapi siswa mengorganisasi sendiri pelajaran tersebut. Model pembelajaran ini
menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Guru berperan sebagai pembimbing bagi siswa untuk belajar secara aktif. Bahan ajar
tidak disajikan dalam bentuk akhir tetapi siswa dituntut untuk melakukan serangkaian
kegiatan mulai dari mengumpulkan informasi sampai dengan membuat kesimpulan dari
materi yang disajikan (Edo,2022).
Pembelajaran penemuan (discovery learning), siswa didorong untuk belajar
aktif melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang
memungkinkan mereka menemukan prinsip- prinsip untuk diri mereka sendiri. Guru
membimbing serta memantau jalannya penyelidikan oleh siswa dan juga mengarahkan
saat proses pembuktian dan penarikan kesimpulan. Pendidik berperan sebagai fasilitator
langsung terlibat dalam proses kelompok (membantu pembelajar dalam merumuskan
5
rencana, bertindak, dan mengatur kelompok) serta beberapa kebutuhan dalam sebuah
penelitian (pengetahuan tentang metode yang digunakan). Selain itu, pendidik bisa
memberikan penghargaan kepada prestasi yang diraih oleh peserta didik.
Model pembelajaran discovery learning, menuntut siswa untuk membangun
pengetahuan siswa sendiri dengan mengadakan suatu percobaan dan menemukan
sebuah prinsip dari hasil percobaan tersebut. Seperti halnya pada model pembelajaran
problem based learning, model pembelajaran discovery learning juga menuntut siswa
untuk berkolaborasi dengan siswa lainnya guna memecahkan suatu permasalahan.
Dalam penerapannya, kedua model pembelajaran tersebut menjadikan siswa lebih
leluasa mengemukakan pendapatnya, menganalisis, kemudian menyimpulkan dari
berbagai macam pendapat.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa berusaha sendiri dalam mencari, menyelidiki,
mengolah dan menemukan konsep pengetahuan baru dalam pemecahan masalah,
sehingga siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya.
6
didik untuk mengalami proses pengetahuan diperoleh, untuk terlibat aktif secara fisik
maupun kognitif, untuk berpikir tingkat tinggi, melatih peserta didik unntuk
menemukan dan memecahkan masalah secara mandiri serta menuntut mereka untuk
belajar menganalisis dan mengatur (memanipulasi) informasi.
Menurut Karlina (2021) Tujuan model discovery learning yang ingin di capai
dalam penerapannya yaitu
1) Menekankan siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran
2) Mengarahkan siswa menemukan dan melakukan proses penyelidikan sendiri suatu
permasalahan.
3) Pengetahuan yang dikuasai akan lebih mudah diterapkan ke dalam situasi juga
keadaan lain adalah pengetahuan yang ditemukan oleh diri sendiri.
4) Mengarahkan siswa belajar untuk berfikir melalui cara analisis selanjutnya
melakukan percobaan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Menurut Hidayah (2019) Tujuan model discovery learning sebagai model belajar
mengajar yaitu:
1) Kemampuan berfikir agar lebih tanggap, cermat dan melatih daya nalar (kritis,
analisis dan logis.
2) Membina dan mengembangkan perilaku ingin lebih tahu.
3) Mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
4) Mengembangkan perilaku, keterampilan kepercayaan murid dalam memutuskan
sesuatu secara tepat dan obyektif.
C. Karakteristik Discovery Learning
Tentunya melalui karakteristiknya yang unik dan diklasifikasikan sebagai model
pembelajaran khusus, discovery learning akan memiliki penanda atau ciri yang
menjadikannya berbeda dengan model pembelajaran lain. Hosnan (2014, hlm. 284)
menyatakan bahwa ciri utama pembelajaran menemukan atau discovery leraning adalah
sebagai berikut.
a) Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan,
dan menggeneralisasikan pengetahuan
b) Berpusat pada peserta didik;
c) Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada,
7
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori
kontruktivisme, yaitu sebagai berikut.
a) Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar.
b) Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajar peserta didik.
c) Memandang peserta didik sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai.
d) Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekankan pada hasil.
e) Mendorong peserta didik untuk mampu melakukan penyelidikan.
f) Menghargai peranan pengalaman kritis peserta didik.
g) Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa.
h) Mendasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip kognitif.
i) Banyak menggunakan terminology kognitif untuk menjelaskan pembelajaran
(prediksi, inferensi, kreasi dan analisis).
j) Menekankan pentingnya “bagaimana” siswa belajar.
k) Mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam dialog atau diskusi dengan siswa
lain dan guru.
l) Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif.
m) Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar.
n) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan
pemahaman baru yang didasari pengalaman nyata.
Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme tersebut, penerapannya di dalam
kelas, yakni sebagai berikut.
a) Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar
b) Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa waktu
kepada siswa untuk merespons.
c) Mendorong siswa berpikir tingkat tinggi.
d) Siswa secara aktif dalam dialog atau diskusi dengan guru atau siswa lainnya.
e) Siswa terlibat dalam pengetahuan yang mendorong dan menonton dan menantang
terjadinya diskusi.
f) Guru menggunakan data mentah, sumber-sumber utama, dan materi-materi interaktif.
Dari uraian teori belajar kognitif serta ciri dan penerapan teori konstruktivisme
tersebut di atas dapat melahirkan model discovery learning.
8
Model discovery learning yaitu pembelajaran mengajak siswa akan lebih aktif dan
kreatif untuk mengikuti proses pembelajaran , siswa dituntut berfikir lebih dan terpacu
dalam berkompetisi dengan siswa yang lain, dengan demikian siswa merasa tidak bosan
dalam belajar, kegiatan belajar menekankan siswa untuk proses penemuan yang di awali
atau di mulai dengan memberikan stimulus hal ini bertujuan agar meningkatkan rasa
keingin tahuan pada setiap siswa, siswa akan lebih bersemangat mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Kegiatan penemuan pada saat mengikuti proses pembelajaran
merupakan kegiatan di mana siswa akan memperoleh pengalaman yang berkesan,
dengan demikian konsep di temukan sendiri dapat diingat siswa lebih lama
((Karlina:2021).
D. Langkah-langkah dalam menerapkan model discovery learning
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di
kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar
secara umum. Dalam penerapan pembelajaran discovery learning, ada beberapa
langkah- langkah yang harus dilakukan sebagai berikut.
a. Persiapan
Guru harus mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan sebelum
melaksanakan proses pembelajaran. Tahap-tahap yang harus dilakukan, sebagai berikut.
1) Menentukan tujuan
Tujuan adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang dicapai
dan mengandung tujuan yang menjadi target pembelajaran serta tersedia dasar untuk
menyediakan pengalaman belajar bagi siswa.
2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik.
Seorang guru seharusnya mengetahui karakteristik peserta didik baik dari segi
kemampuan, minat, maupun gaya belajar mereka. Dalam menyajikan pembelajaran
seorang guru harus memperhatikan karakteristik yang dimiliki oleh peserta didik dan
jangan sampai hanya mengutamakan pencapaian kompetensi agar pembelajaran menjadi
lebih efektif.
3) Memilih materi pelajaran
Kemampuan dan keberhasilan guru merancang materi pembelajaran menjadi salah
satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.
Berikut ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih materi pelajaran.
9
Materi pelajaran harus sesuai dan mampu untuk menunjang tercapainya tujuan
pembelajaran.
Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan atau perkembangan
peserta didik pada umumnya.
Menetapkan materi pembelajaran yang serasi dengan urutan tujuan.
Materi pelajaran disusun dari hal yang menuju hal yang kompleks, dari sederhana
yang mudah menuju ke hal yang sulit, dari yang konkret menuju yang abstrak
sehingga peserta didik akan lebih mudah memahami.
Materi pelajaran hendaknya berisi hal-hal yang berdasarkan fakta-fakta.
4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari oleh peserta didik secara induktif.
5) Guru harus mampu memilih topik pembelajaran yang dapat diterapkan dengan
metode berpikir induktif. Namun guru harus mempertimbangkan karakteristik
peserta didik dalam menentukan topik.
6) Meningkatkan bahan-bahan belajar yang seperti contoh-contoh, ilustrasi, tugas
dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
7) Mengatur topik-topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari konkret
ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik ke simbolik.
Guru harus mengatur topik pembelajaran supaya mudah dipelajari oleh peserta
didik. Peserta didik belajar secara bertahap dari mulai hal yang mudah hingga materi
yang sulit. Jika ini dilakukan akan membuat peserta didik merasa mudah dalam
mencapai kompetensi yang diharapkan, tanpa merasakan berbagai kesulitan yang
berarti.
8) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar
Guru harus merencanakan penilaian dalam membuat perencanaan atau persiapan
mengajar. Penilaian tersebut mencakup penilaian proses dan jugapenilaian hasil belajar.
Dengan demikian, prestasi peserta didik pun memperoleh penghargaan. Terkadang
ditemukan, peserta didik yang proses belajarnya bagus, belum tentu nilai hasil
belajarnya juga bagus, begitu pula sebaliknya. Supaya penilaian lebih objektif maka
harus tetap memperhatikan tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
b. Pelaksanaan
1) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul
1
keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM
dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya
yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar
yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam
hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada
kondisi internal yang mendorong eksplorasi.
2) Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agendaagenda masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244),
sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan yang diajukan.
Memberikan sebuah kesempatan kepada siswa untuk mampu mengidentifikasi dan
menganalisispermasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna
dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
3) Collection
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244).
Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, uji coba sendiri dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan
sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian
secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah
dimiliki.
1
4) Processing (Pengolahan Data)
Menurut Syah (2004:244), pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data
dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
(Djamarah, 2002:22).
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut
siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian
yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai
dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan informasi yang ada, pernyataan
atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab
atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi / menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau
masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).
1
1. Identifikasi masalah
3. Pengumpulan data
5. Uji kesimpulan
Model pembelajaran discovery learning ini diawali dengan guru memberikan
pertanyaan yang merangsang berpikir siswa dan mendorongnya untuk membaca buku
dan melakukan aktivitas belajar lainnya. Selanjutnya, guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah yang sesuai dengan bahan
pelajaran dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis. Kemudian, guru memberikan
kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi yang relevan untuk membuktikan
benar tidaknya hipotesis tersebut yang dilanjutkan dengan pengolahan data yang
diperoleh siswa melalui wawancara, observasi dan sumber data lainnya. Dilanjutkan,
guru melakukan pemeriksaan dengan cermat untuk membuktikan benar tidaknya
hipotesis yang ditetapkan dengan hasil dan pengolahan data. Langkah selanjutnya, guru
dan siswa menarik kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk semua
masalah yang sama.
Faktor penghambat pelaksanaan model pembelajaran pada kurikulum 2013 oleh
guru fisika adalah alokasi waktu yang terbatas, konsistensi guru dalam menerapkan
model discovery, banyaknya tugas administratif yang harus dipersiapkan oleh guru,
kemampuan pesert didik. Kebanyakan peserta didik memiliki kemampuan matematis
yang rendah. Sehingga guru harus menjelaskan proses matematis disamping
menjelaskan materi fisika dalam pembelajaran. Faktor penghambat lainnya adalah
karakteristik peserta didik, dimana, jumlah peserta didik dalam satu kelas yang terlalu
banyak sehingga dalam melakukan pendekatan kepada peserta didik secara personal
atau kelompok lebih sulit dilakukan. Faktor pendukung dalam melaksanakan model
discovery adalah faktor pengalaman mengajar, tersedianya sarana dan prasana dalam
menerapkan model pembelajaran tertentu, seperti media pembelajaran berupa LCD
proyektor, fasilitas internet untuk memudahkan peserta didik dalam mengumpulkan
informasi, buku paket kurikulum 2013 yang disediakan pada perpustakaan sekolah,
adanya koordinasi dan kerjasama antara guru mata pelajaran (MGMP) (Sudirman,
2020).
1
E. Prinsip-Reaksi Discovery Learnig
Prinsip reaksi dari discovery learning yaitu “saya menemukan”. Fokus utama dari
discovery learning adalah membangun makna atau konsep dasar berdasarkan
pengalaman. Siswa belum sampai pada tahap menemukan persamaan atau hubungan
matematis. Discovery learning menggunakan refleksi sebagai kunci untuk memahami
pengetahuan. Sistem sosial yang berlaku adalah pengembangan kerja sama kelompok.
Beberapa prinsip penggunaan strategi discovery learning adalah sebagai berikut:
(AbdulMajid, 2015: 223-224)
1) Berorientasi pada pengembangan intelektual
Menerapkan strategi discovery learning bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Oleh karena itu strategi pembelajaran discovery learning selain
berpusat pada hasil belajar juga berpusat pada proses belajar.
2) Prinsip interaksi
Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti guru sebagai pengarah dalam
mengatur suasana dan aktivitas belajar dalam kelas tetapi guru bukan sebagai sumber
belajar.
3) Prinsip bertanya
Dalam proses pembelajaran ada pastinya ada proses tanya jawab, guru memiliki
peransebagai penanya karena kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan
yang diajukan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.
4) Prinsip belajar untuk berpikir
Belajar merupakan proses berpikir (learning how to think) bukan hanya sekedar
mengingat sejumlah fakta akan tetapi merupakan proses mengembangkan potensi
seluruh otak.
5) Prinsip keterbukaan
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan hipotesis
dan membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya, karena pembelajaran yang
bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai
hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya.
Sedangkan menurut (Septiyowati, 2021) Model pembelajaran tersebut sesuai
dengan prinsip pembelajaran tematik, yaitu: bertanya, melakukan penalaran, mencari
dan sekaligus mengumpulkan informasi, melakukan analisis dari informasi-informasi
yang terkumpul, menarik kesimpulan dari hasil analisis tersebut, dan
1
mempresentasikannya. Prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning
menurut Sagala (2009: 179) adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan
tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi mahasiswa didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi
sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka
ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. beberapa bagian discovery
learning harus dicari diidentifikasikan oleh mahasiswa sendiri. Pelajar mencari
informasi sendiri (Hidayah, 2019).
F. Jenis dan bentuk Discovery Learning
Menurut pendapat Suprihatiningrum (2014:244) terdapat dua bentuk discovery
learning yaitu:
1
6) Mahasiswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn)
7) Belajar menghargai diri sendiri
8) Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer
9) Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat
10) Hasil belajar discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil
lainnya,
11) Meningkatkan penalaran mahasiswa dan kemampuan untuk berpikir bebas
12) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif mahasiswa untuk menemukan dan
memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
1
10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses
belajar yang baru.
11) Mendorong peserta didik berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
12) Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik, sehingga situasi proses belajar
menjadilebih terangsang.
14) Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada
pembentukanmanusia seutuhnya.
15) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik
16) Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar.
17) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Menurut Winarti (2021) Kelebihan discovery learning yang lainnya yakni
1) Memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses
kognitif peserta didik.
2) Pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan ingatan.
3) Menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dalam diri peserta didik.
4) Memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannya sendiri;
5) Memungkinkan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber
belajar
6) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
Menurut Putra (2020) Kelebihan menggunakan model pembelajaran discovery
learning adalah sebagai berikut:
1) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan
dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini,
seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena
menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
3) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif. Bahkan gurupun dapat
1
bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
Sedangkang menurut Fajri (2019). Adapun manfaat penerapan model Discovery
learning:
1) Peningkatan potensi intelektual siswa.
2) Perpindahan dari pemberian reward ekstrinsik ke intrinsik.
3) Pembelajaran menyeluruh melalui proses menemukan.
4) Alat untuk melatih memori.
Menurut Edo (2022) Kelebihan-kelebihan yang dimiliki model pembelajaran
Discovery Learning, adalah sebagai berikut.
1) Mendukung partisipasi aktif pembelajar dalam proses pembelajaran.
2) Menumbuhkan rasa ingin tahu pembelajar.
3) Memungkinkan perkembangan keterampilan-keterampilan belajar sepanjang hayat
dari pembelajar.
4) Membuat pengalaman belajar menjadi lebih bersifat personal.
5) Membuat pembelajar memiliki motivasi yang tinggi karena memberikan kesempatan
kepada mereka untuk melakukan eksperimen dan menemukan sesuatu untuk diri
mereka sendiri.
6) Membangun pengetahuan berdasarkan pada pengetahuan awal yang telah dimiliki
oleh pembelajar sehingga mereka dapat memiliki pemahaman yang lebih mendalam.
Menurut Rahmat (2021) berikut beberapa kelebihan belajar mengajar dengan metode
discovery learning yaitu sebagai berikut:
1) Dalam penyampaian bahan discovery learning digunakan kegiatan pengalaman
langsung.
2) Discovery learning lebih realistis dan mempunyai makna.
3) Discovery learning merupakan suatu Metode pemecahan masalah.
4) Dengan sejumlah transfer langsung, maka kegiatan discovery learning akan lebih
mudah diserap oleh anak didik dalam memahami kondisi tertentu yang berkenaan
dengan aktivitas pembelajaran.
5) Discovery learning banyak memberikan kesempatan bagi anak didik untuk
terlibat langsung dalam kegiatan belajar.
Model discovery learning juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya
menimbulkan asumsi bahwa peserta didik harus siap untuk belajar Sehingga
1
memenculkan frustasi dan takut pada diri peserta didik yang kurang pandai; kurang
efisien untuk mengajar di kelas besar; membutuhkan waktu yang lama dalam
proses pembelajarannya; lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian (Winarti,2021).
Kelemahan-kelemahan pada model pembelajaran Discovery Learning, hal ini
sebagaimana diuraikan berikut ini.
1) Model pembelajaran ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk
belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau
lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2) Model pembelajaran ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak,
karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang
mendapat perhatian.
Sedangkan menurut Rahmat (2021) adapun kekurangan metode discovery adalah
sebagai berikut:
1) Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara guru
dengan siswa.
2) Menyita pekerjaan guru.
3) Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
4) Tidak berlaku untuk semua topik.
5) Berkenaan dengan waktu, strategi discovery learning membutuhkan waktu yang
lebih lama daripada ekspositori.
6) Kemampuan berfikir rasional siswa ada yang masih terbatas.
7) Kesukaran dalam menggunakan faktor subjektivitas, terlalu cepat pada suatu
kesimpulan.
1
8) Faktor kebudayaan atau kebiasaan yang masih menggunakan pola pembelajaran
lama.
9) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajara dengan cara ini. Di lapangan
beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan metode ceramah.
10) Tidak semua topik cocok disampaikan dengan metode ini.
H. Sistem Pendukung dan Sistem Sosial Model Discovery
Sistem Sosial Model Discovery Learning ini sangat mengutamakan demokrasi dan
keputusan kelompok pada semua tahap mulai dari tahap pemberian rangsangan hingga
tahap penarikan kesimpulan. Adapun sistem sosial dalam langkah-langkah pembelajaran
Guide Discovery adalah sebagai berikut.
1) Fase 1: Merumuskan masalah Guru menyampaikan suatu permasalahan untuk
menggugah dan menimbulkan rasa penasaran tentang fenomena tertentu.
2) Fase 2: Membuat jawaban sementara hipotesis Guru mengajak siswa melakukan
identifikasi masalah kemudian siswa melakukan identifikasi masalah dan merumuskan
jawaban sementara.
3) Fase 3: Mengumpulkan data Siswa mengumpulkan data dan menganalisis data dan
dikoreksi dengan rumusan masalah yang dirumuskan sebelumnya, sedangkan guru
memberikan bimbingan.
4) Fase 4: Perumusan kesimpulkan generalization Siswa menggunakan data-data yang
telah terkumpul untuk menjawab permasalahan, mengoreksi dengan rumusan masalah
yang dibuat sebelumnya, dan menarik kesimpulan. Sedangkan guru membimbing
siswa dalam menjawab permasalahan dan menarik kesimpulanKesimpulan itulah yang
dimaksud sebagai penemuan didalam rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa.
5) Fase 5: Mengkomunikasikan Masing-masing siswa baik individu maupun kelompok
melaporkan hasil kegiatannya di depan forum untuk diberi tanggapan.
Sedangkan untuk free discovery learning. Guru hanya berperan sebagai fasilitator
tanpa melakukan bimbingan untuk sistem sosialnya. Sistem sosial ini dirumuskan
berdasarkan definisi dari sistem sosial yaitu sistem yang menggambarkan peran pendidik
dan peserta didik, hubungan hirarki dan aturan-atauran berdasrkan peran tersebut.
Adapun beberapa sistem pendukung dari model pembelajaran ini adalah RPP
belajar, Lembar Kerja Siswa, kesiapan alat dan bahan dalam penelitian serta materi
pembelajaran
2
sesuai. Berikut ini dijelaskan sistem pendukung dalam pembelajaran dengan
menggunakan model discovery.
1. Phet Simulation.
Pembelajaran model discovery learning menggunakan media simulasi PhET
(Physics Education Technology) menjadikan tingkat pemahaman konsep siswa
meningkat. Hal ini dikarenakan model pembelajaran discovery learning yang digunakan
melibatkan secara langsung kemampuan peserta didik untuk mencari dan menemukan
sendiri permasalahan secara sistematis, kritis, dan logis sehingga peserta didik melalui
kegiatan praktikum menggunakan media simulasi PhET (Physics Education
Technology) dapat menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang ditemukan
dengan rasa percaya diri.
2. LKPD
LKS berbasis model discovery learning sangat penting dalam suatu proses
pembelajaran yang aktif. Lembar Kerja Siswa (LKS) atau yang dikenal dalam
kurikulum 2013 Lembar Kerja Peserta didik (LKPD) merupakan lembaran-lembaran
yang digunakan peserta didik sebagai pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi
tugas yang dikerjakan oleh siswa baik berupa soal maupun kerja yang dilakukan peserta
didik. peserta didik dapat menemukan konsep melalui serangkaian data atau informasi
yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan dan menyelesaikan masalah yang
terjadi, membantu peserta didik untuk belajar mandiri dengan gaya belajar mereka
masing- masing. Materi pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan peserta didik mengorganisasi sendiri sehingga peserta didik dapat mandiri,
tidak hanya terpaku pada guru.
3. RPP
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi.
Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan
penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario
pembelajaran.
4. Multimedia
Multimedia didefinisikan sebagai kata dan gambar, baik kata dalam bentuk tulisan
maupun suara dan gambar, baik gambar statis (ilustrasi, plot, diagram, foto dan peta)
2
maupun gambar dinamis (animasi dan film). Penggunaan media (baik audio, visual,
maupun audio visual) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran.
Selain itu, hasil belajar dengan menggunakan media pembelajaran berupa perangkat
lunak macromedia flash 8 lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa
menggunakan media pembelajaran konvensional berupa kerangka bangun ruang.
5. Video Animasi
Media video animasi yang dikombinasi dengan model pembelajaran discovery
learning dapat membuat siswa belajar secara aktif, berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri sehingga membuat siswa mampu meningkatkan rasa percaya diri
dalam mengemukakan pendapatnya sendiri sebagai dasar untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang telah ditetapkan dari hasil pengolahan dan tafsiran yang
telah dirumuskan. Selain itu juga media vidio animasi dapat membantu siswa dalam
mengkomunikasikan temuannya sesuai dengan langkah yang ada pada model discovery
learning.
6. Power Point
Penerapan model discovery learning ini perlu dilengkapi dengan sebuah media
pembelajaran untuk menjadikan pembelajaran semakin menarik. Media pembelajaran
yang digunakan, yaitu powerpoint yang berperan penting dalam menyampaikan materi
pembelajaran bagi siswa. Microsoft powerpoint merupakan salah satu program untuk
membuat presentasi dengan fasilitas yang ada dan dapat digunakan untuk membuat
media pembelajaran. Powerpoint memiliki kemampuan yang sangat baik dalam
menyajikan sebuah materi presentasi karena dapat mengolah teks, gambar, warna,
tampilan, dan animasi-animasi yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Keunggulan
penggunaan media power point adalah dapat membuat penyampaian materi
pembelajaran menjadi semakin menarik dan dapat diingat.
7. Alat dan Bahan Praktikum
Dalam pembelajaran menggunakan model discovery alat dan bahan praktikum
sangat penting untuk disediakan. Hal ini untuk membantu pada tahap pembuktian yaitu
membantu peserta didik membuktikan hipotesisnya benar atau salah. Alat dan bahan
yang disediakan oleh sekolah karena terhambat pendanaan yang hanya bergantung pada
dana
2
BOS, dan lokasi sekolah yang jauh dari kota, sehingga untuk membeli bahan praktikum
membutuhkan waktu untuk menjangkaunya.
Diantara 7 sistem pendukung di atas yang paling utama dari sistem pendukung untuk
model discovery learning adalah LKPD, Phet Simulation serta alat dan bahan
praktikum.
I. Dampak Penerapan Model Pembelajaran Discovery
Dampak langsung model discovery adalah Pembelajaran dalam model ini dapat
meningkatkan kebiasaan peserta didik dalam membangun atau menemukan
pengetahuan dengan tim atau kelompok. Selain itu, Model pembelajaran discovery
learning memiliki dapat menambah pengalaman siswa dalam belajar, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih dekat lagi dengan sumber pengetahuan selain
buku, menggali kreatifitas siswa, serta mampu meningkatkan rasa percaya diri pada
siswa. Model pembelajaran discovery learning banyak memberikan kesempatan bagi
siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar, kegiatan seperti itu akan lebih
menuntut siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.
Pembelajaran menggunakan model Discovery Learning dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam pembelajaran, membuat siswa bersemangat dalam belajar, dan
meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi dapat disederhanakan bahwa model discovery
learning adalah salah satu model pembelajaran yang berdampak positif terhadap hasil
belajar siswa, karena dengan model ini akan mengaktifkan siswa belajar serta belajar
akan lebih bermakna (Putra,2020). Discovery Learning mengembangkan cara belajar
siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh
akan tahan lama dalam ingatan (Fajri,2019).
Dampak pengiring yang terjadi adalah menciptakan motivasi belajar peserta
didik. Pada model pembelajaran discovery learning ini, peserta didik terbiasa
melakukan penelitian ketika ingin memecahkan sebuah rasa keingintahuannya/rasa
penasarannya terhadap sesuatu, hal ini juga akan melatih cara berfikir kritisnya.
Adapun bentuk konkret terjadinya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa
berdasarkan analisis dari ketiga artikel hasil penelitian tindakan kelas tersebut yaitu
pembelajaran pada siklus I ke siklus II terlihat aktivitas siswa sudah lebih baik setelah
dilakukan tindakan (penerapan model discovery learning). Hal tersebut ditandai dengan
siswa sudah mulai aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang mana siswa mulai aktif
dalam bertanya dan juga dalam memberikan pendapat terhadap suatu permasalahan.
2
Selain itu siswa dapat menemukan hasil akhir dari
2
beberapa pendapat dan dari berbagai sudut pandang, sehinggga mereka tidak terpaku
dengan satu pendapat yang pertama kali mereka dapatkan saja (Dari,2020).
Kelas/Semester : X/2
A. Kompetensi Inti
1. Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya
melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
2
2. Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, objektif, jujur,
teliti,cermat, tekun, hati-hati, bertanggung jawab, terbuka, kritis, inovatif dan peduli
lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam
melakukan percobaan, melaporkan, dan berdiskusi.
3. Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud
implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.
4. Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan
teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.
6. Mengolah dan menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisistas suatu bahan.
2
IV. Alokasi Waktu : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit)
V. Metode Pembelajaran
1. Media
Laptop
LCD
Whiteboard
3. Sumber Pembelajaran
Buku Fisika SMA Kelas X karangan Supiyanto
Buku Fisika SMA Kelas X karangan Martin Kanginan
LKS GLB
VII. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
2
Stimulasi
Guru memperlihatkan berbagai benda elastis dan plastis misalnya karet dan lilin
plastisin, kemudian guru mengajuka pertanyaan :
1. Diantara benda-benda tersebut benda mana yang termasuk benda plastis dan elastis?
2. Bagaimana cara membedakan benda plastis dengan benda elastis?
Guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari sifat-sifat elastisitas bahan.
2. Kegiatan Inti
Observasi
Pengumpulan data
Guru meminta siswa mengamati percobaan dan mencatat data pada kolom yang
tersedia di LKS.
Guru meminta siswa mengolah dan menganalisis data dari setiap percobaan
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pada LKS.
Verifikasi
2
Generalisasi
3. Penutup
VIII. Penilaian
Metode dan Bentuk Instrumen
No Bentuk Instrumen
1 Sikap Lembar pengamatan sikap dan rubrik
2 Tes Unjuk Kerja Tes penilaian kinerja sifat elastisitas bahan
3 Tes Tertulis Tes uraian
Contoh instrumen
2
Rubrik penilaian sikap
3
Lembar pengamatan kinerja eksperimen
Soal uraian
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan elastisitas, stress, strain, dan modulus elastis?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi besar stress, strain benda?
3. Seutas kawat baja memiliki panjang 4 m dan luas penampang 2 x 10-6 m2.
Modulus elastis baja 2 x 1011 N/m2. Sebuah gaya dikerjakan untuk menarik
kawat itu sehigga bertambah panjang 0,3 m. Hitung gaya tarik itu.
Rubrik Penilain Soal Uraian
3
D. Pertemuan Kedua : Hukum Hooke
E. Pertemuan Ketiga : Susunan Pegas
K. Peta Konsep
Defenisi
Model pembelajaran yang berbasis penemuan
1. Persiapan
Menentukan tujuan
Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik
Memilih materi pelajaran
Menentukan topik-topik yang harus dipelajari oleh peserta didik
secara induktif
Meningkatkan bahan-bahan belajar
Mengatur topik-topik pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks
Discovery Learning Melakukan penilaian proses dan hasil belajar
Langkah-Langkah
2. Persiapan
Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Collection
Processing (Pengolahan Data)
Verification (Pembuktian)
Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Sistem Sosial Mengutamakan demokrasi dan keputusan kelompok pada semua tahap
mulai dari tahap pemberian rangsangan hingga tahap penarikan
kesimpulan atau pengembangan kerja sama kelompok.
Sistem Pendukung
Phet Simulation, LKPD, RPP serta alat dan bahan praktikum
Dampak Pengiring
Menciptakan motivasi belajar peserta didik.
Melatih kemapuan berfikir kritis.
Prinsip Reaksi
“saya menemukan”. Fokus utama dari discovery learning adalah membangun
makna atau konsep dasar berdasarkan pengalaman. Siswa belum sampai pada
3
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
3
serta berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif. Bahkan gurupun
dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8. Kekurangan metode discovery adalah Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan
adanya kesalahpahaman antara guru dengan siswa, menyita pekerjaan guru, tidak
semua siswa mampu melakukan penemuan, tidak berlaku untuk semua topik dan
berkenaan dengan waktu, strategi discovery learning membutuhkan waktu yang
lebih lama daripada ekspositori.
9. Sistem sosial yang berlaku adalah pengembangan kerja sama kelompok. Model
Discovery Learning ini sangat mengutamakan demokrasi dan keputusan kelompok
pada semua tahap mulai dari tahap pemberian rangsangan hingga tahap penarikan
kesimpulan. Adapun beberapa sistem pendukung dari model pembelajaran ini
adalah RPP belajar, Lembar Kerja Siswa, kesiapan alat dan bahan dalam penelitian
serta materi pembelajaran sesuai.
10. Dampak langsung model discovery adalah Pembelajaran dalam model ini dapat
meningkatkan kebiasaan peserta didik dalam membangun atau menemukan
pengetahuan dengan tim atau kelompok. Dampak pengiring yang terjadi adalah
menciptakan motivasi belajar peserta didik. Pada model pembelajaran discovery
learning ini, peserta didik terbiasa melakukan penelitian ketika ingin memecahkan
sebuah rasa keingintahuannya/rasa penasarannya terhadap sesuatu, hal ini juga akan
melatih cara berfikir kritisnya.
B. Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber Penulis akan memperbaiki makalah
tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan
makalah dalam kesimpulan di atas.
3
DAFTAR PUSTAKA
3
Jogjakarta: AR-RUZZ Media.
Josephine, A., Sawiji, H., & Susantiningrum. (2016). Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Peserta
Didik Pada Mata Pelajaran Pengantar Administrasi Perkantoran Kelas X
Administrasi Perkantoran 3 Smk Negeri 6 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015.
Jurnal Informasi Dan Komunikasi Administrasi Perkantoran, 1(1), 14–35.
Lestari, A., Lestari, I., Tanjungpura, U., & Hadari Nawawi Pontianak, J. H. (2021).
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (Lkpd) Berbasis Discovery Learning
Pada Materi Asam Dan Basa Development of Student Work Sheets Based on
Discovery Learning on Acid and Basic Materials. Jurnal Zarah, 9(2), 117–124.
Mukaramah, M., Kustina, R., & Rismawati. (2020). Menganalisis Kelebihan Dan
Kekurangan Model Discovery Learning Berbasis Audiovisual Dalam Pelajaran
Bahasa Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan, 1(1).
Mulyasa .(2020). Strategi Pembelajaran PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nafisa, D., & Wardono. (2019). Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan
Multimedia Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. PRISMA:
Prosiding Seminar Nasional Matematika, 2, 854–861. Retrieved from
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/
Nurulhidayah, M. R., Lubis, P. H. M., & Ali, M. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran
Discovery Learning Menggunakan Media Simulasi Phet Terhadap Pemahaman
Konsep Fisika Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika, 8(1), 95. Retrieved from
https://doi.org/10.24127/jpf.v8i1.2461
Putri, R. H., Lesmono, A. D., & Aristya, P. D. (2017). Pengaruh Model Discovery
Learning Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Fisika Siswa Man
Bondowoso. Jurnal Pembelajaran FIsika, 6(2), 173–180.
Rahman, A., Maftuh, B., & Elly Mulihah. (2020). Pendidikan Resolusi Konflik Melalui
Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Kemampuan
Mengemukakan Pendapat Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Jurnal Buana Ilmu, 5(1), 47–62.
Rahmat, H. K., Pernanda, S., Hasanah, M., Muzaki, A., Nurmalasari, E., & Rusdi, L.
(2021). Model Pembelajaran Discovery Learning Guna Membentuk Sikap Peduli
Lingkungan Pada Siswa Sekolah Dasar: Sebuah Kerangka Konseptual. Adi Widya:
Jurnal Pendidikan Dasar, 6(2), 109. Retrieved from
https://doi.org/10.25078/aw.v6i2.2231
Ramadhani, A. A., & Silalahi, B. R. (2022). Pengembangan Media Vidio Animasi
Dengan Menggunakan Model Discovery Learning Pada Mata Pelajaran IPA Materi
Sistem Peredaran Darah Manusia Di SD. Paper Knowledge . Toward a Media
History of Documents, 2(1), 54–66.
Septiyowati, T., & Prasetyo, T. (2021). Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based
Learning Dan Discovery Learning Terhadap Kecakapan Berfikir Kritis Siswa
Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(3), 1231–1240. Retrieved from
https://jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/893
3
Sudirman, R., Arafah, K., Amin, B. D., Fisika, P., & Makassar, N. (2020). Jurnal
Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar Evaluating the
Implementation of the Discovery Learning Model in Physics at SMA Negeri 6
Makassar Evaluasi Keterlaksanaan Discovery Learning Model pada. Jurnal
Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar, 8(3), 299–309.
Retrieved from https://doi.org/10.26618/jpf.v8i3.3868
Suryadi, T. D. T. (2021). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Penerapan
Model Discovery Learning Siswa Kelas IX.2 SMP Negeri 4 Mataram. Alsys, 1(1),
22–33. Retrieved from https://doi.org/10.58578/alsys.v1i1.7
Syahrir, M. (2020). Chemistry Education Review , 3(2), 205–220.
Widiasworo, Erwin. (2017). Strategi Dan Metode Mengajar Siswa di Luar Kelas
(Outdoor Learning) Secara Aktif, Kreatif, Inspiratif, Dan Komunikatif.
Yogyakarta: AR-RUZZ Media.
Winarti, W. T., Yuliani, H., Rohmadi, M., & Septiana, N. (2021). Pembelajaran Fisika
Menggunakan Model Discovery Learning Berbasis Edutainment. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika, 5(1), 47. Retrieved from
https://doi.org/10.20527/jipf.v5i1.2789.
Yuliana, N. (2018). Penggunaan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan
Pembelajaran, 2(1), 21–28.