Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPA

PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD

DISUSUN OLEH :

Muhammad Alfi Syari (21101892)

Zhapirah Asbah (21101904)

DOSEN PEMBIMBING :

Elsy Melia Syari, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN PENDIDIKAN (STKIP)

NASIONAL 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam beserta keluarganya.

Makalah ini ditujukan kepada Ibu Elsy Melia Syari, M.Pd sebagai dosen
Pembelajaran IPA atas pemenuhan tugas dengan topik “Pendekatan Pembelajaran
IPA SD” kami selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Elsy Melia Syari, M.Pd yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyempurnakan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penyajian


dan referensi yangdapat penyusun pergunakan dan menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini banyak kelemahan dan kekurangan sehingga diharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Pariaman, 20 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1


B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah .............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Pendekatan Ekspository.................................................................................3
B. Pendekatan Free Discovery dan Guide Discovery.........................................3
C. Pendekatan Eksploratory Discovery..............................................................5
D. Pendekatan Proses..........................................................................................6
E. Pendeketan Konsep........................................................................................7
F. Pendekatan STM............................................................................................8
G. Pendekatan Faktual........................................................................................9
H. Kelebihan dan kekurangan dari beberapa pendekatan yang dibahas.............10
BAB III PENUTUP .................................................................................................12
A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetap
juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam
sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga
dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar, dengan demikian siswa tidak hanya menghafal ilmu
pengetahuan saja, namun siswa juga melihat, mengalami dan melakukan sesuatu.
Maka diperlukanlah beberapa pendekatan untuk memudahkan pembelajaran IPA
tersebut.
B. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan tentang pendekatan ekspository?
2. Menjelaskan tentang pendekatan free discovery dan guide discovery?
3. Menjelaskan tentang pendekatan ekspolatory discovery?
4. Menjelaskan tentang pendekatan proses?
5. Menjelaskan tentang pendekatan konsep?
6. Menjelaskan tentang pendekatan STM?
7. Menjelaskan tentang pendekatan faktual?
8. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari beberapa pendekatan yang dibahas?
C. Rumusan Masalah
1. Mendeskripsikan apa itu pendekatan ekspository
2. Mendeskripsikan apa itu pendekatan free discovery dan guide discovery

1
3. Mendeskripsikan apa itu pendekatan ekspolatory discovery
4. Mendeskripsikan apa itu pendekatan proses
5. Mendeskripsikan apa itu pendekatan konsep
6. Mendeskripsikan apa itu pendekatan STM
7. Mendeskripsikan apa itu pendekatan faktual
8. Mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan dari beberapa pendekatan yang
dibahas

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pendekatan ekspository
Pembelajaran menggunakan pendekatan ekspositori adalah pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada sekelompak siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
pembelajaran secara optimal. Roy Killen sebagaimana dikutip oleh Harmuni
menyatakan bahwa menanamkan pendekatan ekspositori ini dengan istilah metode
pembelajaran langsung. Hal ini karena materi pembelajaran disampaikan langsung
oleh guru, siswa tidak dituntut untuk menemukan materi itu.
Ada beberapa ciri-ciri pembelajaran ekspositori. Pertama; Dilakukan dengan
cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan
merupakan alat utama dalam melakukan pembelajaran ini. Kedua, biasanya materi
pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau
fakta, konsepkonsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk
berfikir ulang. Ketiga, tujuan utama dari pembelajaran ini adalah penguasaan materi
pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan
dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali
materi yang telah diuraikan.
Pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembalajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, karena
dalam pembelajaran ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui
pembalajaran model seperti ini guru menyampaikan materi pelajaran yang
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama dari pembelajaran ini
adalah kemampuan akademik siswa.
B. Pendekatan free discovery dan guide discovery
Pendekatan discovery learning atau pendekatan pembelajaran berbasis penemuan
adalah model pembelajaran yang menjadikan siswa dapat menemukan sendiri
konsep-konsep dan teori-teori pengetahuan dengan cara melakukan pengamatan,

3
menggolongkan, membuat dan sebagainya untuk menemukan konsep atau teori
tersebut (Sukardi, 2015). Pengetahuan yang didapatkan melalui discovery learning
akan lebih tahan lama, mudah diingat dan mudah diterapkan pada situasi baru.
Pendekatan discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian In’am dan Hajar (2017) menunjukkan bahwa
pendekatan discovery learning dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan
siswa dan hasil pembelajaran siswa selama pelaksanaan pembelajaran dikatakan
sangat baik. Terdapat dua cara mengimplementasikan pembelajaran discovery
learning yaitu guided discovery (penemuan terbimbing) dan free discovery
(penemuan bebas).
Pendekatan pembelajaran guided dan free discovery merupakan salah satu dari
pembelajaran konstruktivisme yang didasarkan pada observasi dan studi ilmiah.
Ezejitu dan Otobo (dalam Akani, 2017) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran
guided discovery merupakan pendekatan pemecahan masalah yang dimaksudkan
untuk pengembangan diri dan berkelanjutan, dimana memungkinkan siswa untuk
mengidentifikasi tujuan, rencana aktualisasi dan sedikit bimbingan atau bantuan dari
guru. Pada pembelajaran dengan free discovery pembelajaran terpusat pada siswa dan
tidak terpusat pada guru. Siswalah yang menentukan tujuan dan pengalaman belajar
yang dinginkan, guru hanya memberi masalah dan situasi belajar kepada siswa. Syah
(dalam Imawan, 2015) menyatakan bahwa pendekatan guided dan free discovery
memiliki tahapan sebagai berikut.
(1) menciptakan stimulasi/pemberian rangsangan,
(2) problem statement (pernyataan/identifikasi masalah),
(3) data collection (pengumpulan data),
(4) data processing (pengolahan data),
(5) verification (pembuktian) dan
(6) menarik kesimpulan/generalisasi.
Keunggulan pendekatan pembelajaran guided discovery yaitu, mendukung
kemampuan problem solving peserta didik, materi yang dipelajari dapat mencapai
tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena peserta didik

4
dilibatkan dalam proses menemukannya, dan belajar menggunakan pendekatan
pembelajaran guided discovery lebih terarah sehingga tidak dapat menyebabkan
kekacauan atas materi yang dipelajari (Markaban, 2008). Berdasarkan kelebihan yang
telah dipaparkan, pendekatan ini mampu melatih kemampuan berpikir dan
menganalisis sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan
atau data yang disediakan guru. Pendekatan guided discovery dapat meningkatkan
hasil belajar.
Keunggulan pendekatan pembelajaran free discovery yaitu, peserta didik
memperoleh kesempatan yang lebih banyak untuk mengembangkan keterampilan
berpikir kreatifnya, peserta didik memperoleh kesempatan untuk menjadi lebih
mandiri dan konsep dirinnya menjadi lebih positif, dan adanya kemungkinan siswa
dalam memecahkan masalah open ended dan mempunyai alternatif pemecahan
masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka
mengkonstruksi jawabannya sendiri (Sanjaya, 2008). Berdasarkan kelebihan yang
telah dipaparkan, pendekatan ini memungkinkan peserta didik lebih mampu
mengembangkan daya kreativitas dan keinginan-keinginan bergerak yang lebih luas
dan bebas sehingga peranan guru dibatasi seminim mungkin sedangkan peranan
peserta didik diberi kebebasan semaksimal mungkin.
C. Pendekatan eksploratory discovery.
Eksploratory adalah pendekatan pembelajaran sains yang memanfaatkan objek
langsung melalui kegiatan pengamatan, diskusi dan pelaporan hasil. Pendekatan
eksploratory menitikberatkan pada konsep pembelajaran yang membantu guru
mengaitkan materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa untuk menghubungkan pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat (Depdiknas, 2003: 5). Tahap-tahap dalam ekploratory
adalah sebagai berikut :
a. Merumuskan masalah
b. Mengamati
c. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel
dan karya.

5
d. Mengkomonikasikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru.
Proses discovery adalah kegiatan bertanya merupakan setrategi penting bagi
siswa dalam proses penemuan. Bertanya di pandang sebagai kegiatan guru untuk
mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian terpenting dalam melaksanakan pembelajaran
berbasis inkuiry yaitu menggali imformasi dan mengarahkannya pada aspek yang
menjadi tujuan pembelajaran. Pendekatan ekploratory discovery (penemuan) adalah
cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental
dalam rangka penemuannya (Sudirman dkk, 1989:168).
D. Pendekatan proses
Pendekatan keterampilan proses pada hakikatnya adalah suatu pengelolaan
kegiatan belajar-mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif
dalam proses pemerolehan hasil belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan
proses ini dipandang sebagai pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai
dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan
dan perkembangan IPTEK.

Pendekatan keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan


intelektual. Oleh karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun
menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman
siswa. Misalnya sebelum melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus
mengobservasi atau mengamati dan membuat hipotesis. Agar siswa dapat
menciptakan kembali konsep-konsep yang ada dalam pikiran dan mampu
mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan anak dalam belajar sains
menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah suatu perubahan tingkah laku
dari seorang anak yang belum paham terhadap permasalahan sains yang sedang
dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti permasalahannya.

Menurut (Semiawan, 2002), terdapat sepuluh keterampilan proses yaitu :

6
1. Kemampuan mengamati, merupakan salah satu keterampilan
dengan  memanfaatkan seluruh panca indera yang mungkin biasa digunakan
untuk memperhatikan hal yang diamati, memilah-milah bagiannya
berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan, serta
mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.
2. Kemampuan menghitung,.
3. Kemampuan mengukur.
4. Kemampuan mengklasifikasi merupakan kemampuan mengelompokkan atau
menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta, informasi, dan gagasan.
5. Kemampuan menemukan hubungan, yang termasuk dalam kemampuan ini
adalah: fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kesemuanya
merupakan variabel untuk menentukan hubungan antara sikap dan tindakan
yang sesuai.
6. Kemampuan membuat prediksi (ramalan), kemampuan membuat ramalan
atau perkiraan yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori penelitian,
kemampuan membuat ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun
hipotesis. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk
menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu..
7. Kemampuan melaksanakan penelitian (percobaan), penelitian (percobaan)
merupakan kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui
kegiatan eksperimen praktis.
8. Kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, siswa perlu menguasai
bagaimana cara-cara mengumpulkan data dalam penelitian baik kuantitatif
maupun kualitatif.
9. Kemampuan menginterpretasikan data, siswa perlu menginterpretasikan hasil
yang diperoleh karena kemampuan mengkomunikasikan hasil.
E. Pendekatan konsep
Pendekatan konsep  adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati

7
bagaimana konsep itu diperoleh. Aktivitas berpikir dan menalar diperlukan untuk
mengidentifikasi pola dan membuat kaitan antardata, sehingga membentuk pertalian
yang disebut dengan konsep.
Konsep adalah abstraksi dari kejadian-kejadian, banda-benda, atau gejala yang
memiliki sifat tertentu atau lambang. Konsep juga merupakan konstruksi mental yang
digunakan untuk menginterprestasika hasil observasi ikan, misalnya, memiliki
karakteristik tertentu yang membedakannya dengan reptil dan mamalia.
Dikemukakan oleh Collette & Chiappetta, menurut Bruner, Goodnow, dan Austin
(1956), sebuah konsep setidaknya memiliki 5 unsur yaitu nama, definisi, lambang,
nilai, dan contoh.
Contoh konsep dalam sains antara lain:
a. Hewan berdarah dingin adalah hewan yang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan
suhu lingkungannya.
b. Satelit adalah benda angkasa yang bergerak mengelilingi planet.
c. Air adalaha zat yang molekulnya tersusun atas 2 atom hidrogen dan 1 atom
oksigen.
F. Pendekatan STM
Definisi Sains Teknologi Masyarakat atau “Science-Teknology-Society” menurut
Nasional Science Teachers Associations (NSTA) yaitu persatuan guru- guru IPA di
Amerika Serikat sebagai berikut : Sains Teknologi Masyarakat adalah pembelajaran
sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Jadi Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM) adalah istilah yang diberikan kepada usaha muktahir untuk
menyajikan konteks dunia nyata dalam pendidikan Sains dan pendalaman Sains. (Tim
Penyusun, 2006:47) dan pendekatan STM juga dapat diartikan pembelajaran yang
dirancang dengan menggunakan isu- isu sosial dan teknologi yang ada di lingkungan
siswa sebagai pemicu dalam pembelajaran suatu konsep (Sudarsana & Suardana,
2002:7)
Jadi pendekatan Sainsteknologi-Masyaraka (STM) adalah pembelajaran yang
menyangkut pengalaman manusia, isu-isu sosial dan teknologi masyarakat. Dalam
pendekatan Sains-teknologi-Masyarakat (STM) murid-murid harus diikut sertakan

8
dalam penentuan tujuan, prosedur perencanaan, dan dalam usaha mendapatkan
informasi, serta dalam mengevalusi. Yang menjadi tujuan utama didalam pendekatan
Sains-Teknologi-Masyarakat (STM) adalah murid-murid setelah lulus sekolah
menjadi anggota, masyarakat atau warga negara yang mampu untuk mengambil
keputusan- kepuusan tentang maslah-masalah di dalam mayarakat dan mengambil
tindakan sebagai akibat menekanklan pentingnya Sains dan teknologi, sebab dalam
mayarakat modern keterkaitan antara sains - teknologi masyarakat sangat erat.
Karakteristik pendekatan STM yang perlu ditampilkan adalah sebagai berikut:
a. Tetap memberi pembelajaran yang diinginkan
b. Siswa di bawa ke situasi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan konsep
massa jenis atau memanfaatkan konsep massa jenis ke bentuk teknologi untuk
kepentingan masyarakat.
c. Siswa diminta untuk berpikir tentang akibat positif dan negatif dalam proses
pentransferan konsep massa jenis ke bentuk teknologi.
d. Siswa diminta untuk menjelaskan keterhubungan dengan unsur-unsur yang lain
G. Pendekatan faktual
Pendekatan faktual yaitu pendekatan berdasarkan kenyataan yang sungguh
terjadi yang dapat diungkap berdasarkan pengalaman dan sejarah. Fakta merupakan
produk paling dasar dari sains (IPA). Fakta-fakta merupakan dasar dari konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori. Fakta menunjukkan kebenaran dan keadaan
sesuatu. Fakta dalam IPA adalah pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang
benar-benar ada atau peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi
secara objektif, karena fakta-fakta diperoleh dari hasil observasi, maka fakta-fakta
merepresentasikan apa yang dapat dilihat. Seringkali, dua buah kriteria berikut ini
digunakan untuk mengidentifikasi sebuah fakta yaitu :
a. dapat diamatai secara langsung
b. dapat didemonstrasikan kapan saja
Oleh karena itu, fakta-fakta terbuka bagi siapapun yang ingin mengamatinya.
Namun, kita harus ingat bahwa dua kriteria di atas tidak selalu berlaku karena ada

9
informasi faktual yang hanya terjadi sekali dalam jangka waktu yang sangat lama,
seperti erupsi gunung berapi.
H. Kelebihan dan kekurangan dari beberapa pendekatan
1. Pendekatan proses
Kelebihan Pendekatan keterampilan proses:
a. merangsang ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah siswa,
b. siswa akan aktif dalam pembelajaran dan mengalami sendiri proses
mendapatkan konsep,
c. pemahaman siswa lebih mantap (Karsa dan Eddy, 1993).
d. siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
e. siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
f. melatih siswa untuk berpikir lebih kritis,
g. melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
h. mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
i. memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode
ilmiah.
Kekurangan Pendekatan Ketrampilan proses :
a. Membutuhkan waktu yang relative lama untuk melakukannya
b. Jumlah siswa dalam kelas haeus relative kecil, karena setiap siswa
memerlukan perhatian dari guru.
c. Memerlukan perencanaan dengan teliti.
d. Tidak menjamin setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
e. Sulit membuat siswa turut aktuf secara merata selama proses
berlangsungnya pembelajaran.
2. Pendekatan konsep
Kelebihan pendekatan konseptual adalah
a. Siswa dapat  paham tentang konsep yang diberikan
Kekurangan pendekatan konseptual adalah

10
a. Suatu konsep akan mengalami perubahan bila timbul fakta baru.
b. Siswa mudah bosan
3. Pendekatan STM
Adapun kelebihannya adalah :
a. Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara terintegrasi
dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki.
b. Melatih siswa peka terhadap masalah yang sedang berkembang di
lingkungan mereka.
c. Siswa memiliki kepedulian terhadap lingkungan kehidupan atau sistem
kehidupan dengan mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana
perkembangan sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan
masyarakat secara timbal balik.
Sedangkan kekurangan SETS antara lain :
a. Siswa mengalami kesulitan dalam manghubungkaitkan antar unsur-unsur
dalam pembelajaran.
b. Membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran.
c. Pendekatan SET hanya dapat diterapkan dikelas atas.
4. Pendekatan faktual
Kelebihan dalam pendekatan faktual adalah:
a. Melatih siswa peka terhadap masalah yang sedang berkembang di
lingkungan mereka.
b. Siswa lebih memahami apa yang sedang dibahas.
Kelemahan dalam pendekatan faktual adalah
a. Saat menjelaskan tentang transportasi, guru tidak bisa langsung membawa
anak didik ke jalan raya karena berbahaya.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar
secara ilmiah. Melalui pendekatan pembelajaran IPA yang mengarahkan untuk
inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar, dengan demikian siswa tidak
hanya menghafal ilmu pengetahuan saja, namun siswa juga melihat, mengalami dan
melakukan sesuatu.

B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Amien, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan


Menggunakan Metode “discovery” dan “inquiry”. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Jakarta.
Aprilia. Achyar, Afifatul. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas 4
(BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

13

Anda mungkin juga menyukai