Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPS DI SD

TENTANG

MEMAHAMI STRATEGI PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH :

ABDUL GAFUR 21101831

MELATI SUKMA 21101900

NADIA SANTOSI 21101762

DOSEN PEMBIMBING :

ELVA REFARIZA, S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN PENDIDIKAN (STKIP)

NASIONAL 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam beserta keluarganya.

Makalah ini ditujukan kepada Ibu Elva Refariza, S.Pd, M.Pd sebagai dosen IPS
atas pemenuhan tugas dengan topik “Memahami strategi pembelajaran” kami selaku
mahasiswa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Elva Refariza, S.Pd, M.Pd
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penyajian dan


referensi yangdapat penyusun pergunakan dan menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini banyak kelemahan dan kekurangan sehingga diharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk perbaikan penulis di masa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Pariaman, 22 Oktober 2022

Penulis.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1


B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan Masalah .............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. Strategi pembelajaran nilai.............................................................................3
B. Strategi pembelajaran keterampilan soisal.....................................................6
C. Pendidikan karakter........................................................................................11
BAB III PENUTUP .................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................13
B. Saran...............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan


lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan perlu diatur sedemikian rupa sehingga
timbul reaksi siswa ke arah perubahan perilaku yang diinginkan. Pengaturan
lingkungan tersebut, meliputi analisis kebutuhan siswa, karakteristik siswa,
perumusan tujuan, penentuan materi pelajaran, pemilihan strategi yang sesuai, serta
media pembelajaran yang diperlukan. Jadi, strategi pembelajaran merupakan salah
satu unsur yang penting dipahami oleh guru. Strategi pembelajaran disusun
berdasarkan suatu pendekatan tertentu.

Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk
mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai
dimensi lainya.

Keterampilan sosial juga dapat di asah ketika berada dibangku sekolah dasar
dengan menuugunakan strategi pembelajaran yang menekankan pada tiga jenis
pendekatan, yakni pendekatan konturktivisme, kooperatif, dan inqury.

Dengan demikian setelah melalu proses pembelajran yang menekankan pada


pendekatan-pendekatan yang mengarah pada pembentukan karakter pada diri
individu sehingga terwujudnya pendidikan karakter karena hasil dari reprsentatif
strategi-strategi dan juga implementasinya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Untuk bisa menjelaskan strategi pembelajaran nilai
2. Untuk bisa menjelaskan strategi pembelajaran keterampilan sosial
3. Untuk bisa menjelaskan pendidikan karakter
C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan apa itu strategi pembelajaran nilai
2. Mendeskripsikan apa itu strategi pembelajaran keterampilan sosial
3. Mendeskripsikan apa itu pendidikan karakter

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi pembelajaran nilai/afektif.

Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk
mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai
dimensi lainya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume
yang sulit di ukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam,
afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang diakibatkan dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru disekolah, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik,
misalnya dilihat dari kebiasaan bahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai
akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk
oleh kebiasaan guru, keluarga dan lingkungan sekitar. Strategi pembelajaran afektif
pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau
situasi yang problematis, dan pengajar dapat membina dalam menyelesaikan masalah
tersebut sesuai dengan tingkat nilai kemampuan masing-masing.

Walaupun guru sekolah begitu keras menekankan pentingnya sikap tertib berlalu
lintas. Maka sikap tersebut akan sulit diadopsi oleh anak manakala ia melihat begitu
banyak orang-orang yang melanggar lalu lintas, demikian juga walaupun disekolah
guru-guru menerangkan dan menegaskan perlunya bagi anak untuk bekata sopan dan
halus disertai contoh prilaku guru, akan tetapi sifat itu sulit diterima oleh anak
manakala diluar sekolah begitu banyak manusia yang berkata kasar dan tidak sopan.

1. Model strategi pembelajaran Afektif

Menurut Wina Sanjaya (2006), ada 3 model strategi pembelajaran yaitu

3
1) Model Konsiderasi, dikembangkan oleh Mc, Paul yang menekankan bahwa
model ini merupakan strategi pembelajaran yg dapat membentuk kepribadian.
Salah satu implementasinya yakni mengajak siswa untuk memandang
permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk menambah wawasan agar
mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
Implementasi model konsideransi guru dapat mengikuti tahapan
pembelajaran  seperti dibawah ini :

a. Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung konflik, yang


sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari.
b. Menyuruh siswa untuk menganalisis situasi masalah dengan melihat bukan
hanya dengan tampak, tapi juga yang tersirat dalam permasalahan tersebut.
c. Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap permasalahan yang
dihadapi.
d. Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain serta membuat kategori
dari setiap respon yang diberikan siswa.
e. Mendorong siswa untuk merumuskan akibat atau konsekuensi dari setiap
tindakan yang diusulkan siswa.
f. Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari sudut pandang
(interdisipliner) untuk menambah wawasan agar mereka dapat menimbang
sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
g. Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang harus dilakukan
sesuai dengan pilihannya berdasarkan pertimbangannya sendiri.

2) Model Pengembangan Kognitif oleh Lawrence KohlBerg, berpendapat


bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi
kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur . Menurut Kohlberg,
moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkat, dan setiap tingkat terdiri
dari 2 tahap, yaitu :

4
a. Tingkat Prakonvensional. Pada tingkat ini setiap individu memandang moral
berdasarkan kepentingannya sendiri. Artinya, pertimbangan moral didasarkan
pada pandangannya secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan
aturan yang dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat prakonvesional ini terdiri
atas dua tahap, yaitu : tahap pertama  adalah Orientasi Hukum dan
Kepatuhan dan tahap kedua Orientasi Instrumental Relatif.
b. Tingkat Konvensional Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan
pada hubungan individu masyarkat. Kesadaran dalam diri anak mulai tumbuh
bahwa perilaku itu harus sesuai dengan norma – norma dan aturan yang
berlaku dimasyarakat. Pada tingkatan ini mempunyai 2 tahap, yaitu :
keselarasan interpersonal serta tahap sistem sosial dan kata hati.
c. Tingkat Postkonvensional Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan
pada kepatuhan terhadap norma – norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi
didasarkan oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai – nilai yang dimilikinya
secara individu. Pada tingkatan ini juga terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap
kontrak sosial dan tahap prinsip etis yang universal.

3) Teknik Mengklarifikasi Nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran


untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang
dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan yang dianggap proses
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.
2. Manfaat pembelajaran Afektif

Bahwa pembelajaran ini sangat perlu karena  :

a. Mengajak siswa untuk mengklarifikasi dan mengungkap dirinya


b. Membina, meningkatkan serta mengembangkan masalah afeksi melalui cara
yang wajar dan sesuai dengan potensi diri yang bersangkutan.
c. Membawakan dunia emosional/afeksi dalam pembelajaran serta melatih siswa
untuk melakoninya sehingga dapat mengalami sendiri.

5
d. Melatih dan membina perbaikan kehidupan/sosial (social and life
ajustment).
e. Membentuk dan mengembangkan sikap – sikap konstruktif positif.
f. Menanamkan nilai/sistem nilai yang utama/esensial serta melestarikanya.
g. Membina tata cara pemahaman (understanding) moral dan perilaku
seseorang dengan kajian sistem nilai.
h. Membina kesadaran akan : perlunya nilai/moral, kebaikan tentang sesuatu
nilai dan mendorong keinginan untuk menganut serta melaksanakannya.
i. Pembinaan dan pengembangan kepribadian anak (Personaliti/Ego
development).            

Dari ungkapan kegunaan di atas jelas kiranya bagi kita terutama para guru bahwa
penanaman sikap, moral dan nilai tidak boleh dilaksanakan secara verbalisme
melainkan harus meresap pada diri yang bersangkutan.

B. Strategi pembelajaran keterampilan sosial.

Dalam kehidupan masyarakat mudah ditemukan masalah sosial seperti


kerusuhan sosial (masyarakat mudah terkena issu/rumor karena tidak mempunyai
keterampilan dalam mengolah informasi); pelanggaran lalu lintas (masyarakat tidak
mematuhi aturan serta rambu-rambu lalu lintas); ketidakteraturan (orang tidak antri
di tempat-tempat pelayanan umum); pencemaran lingkungan (orang membuang
sampah / limbah sembarangan, merokok di tempat umum tertutup, toilet berfungsi
sebagai tempat membuang sampah), konflik antar kelompok agama, etnis dan ras
(masyarakat tidak memiliki keterampilan bekerjasama dan mereka memandang diri
dan kelompoknya lebih penting dari golongan lain), konsumerisme (mengkonsumsi
produk barang/ makanan melebihi kemampuan untuk memperolehnya), dan lain-lain.
Masalah tersebut perlu dipecahkan antara lain dengan menyiapkan para peserta didik
memiliki keterampilan sosial sebagai warga masyarakat.

Keterampilan sosial dalam mengenal bahasa-bahasa simbol (antara lain


ramburambu lalu lintas dan simbol-simbol yang dipahami masyarakat global), antri di

6
tempattempat umum, membuang sampah pada tempatnya, berkomunikasi dengan
baik dengan orang lain, bekerjasama dengan kelompok yang majemuk, menjadi
konsumen yang selektif, membuat keputusan, menggunakan sarana dan fasilitas
umum, berpartisipasi sebagai warganegara, mengakui kemajemukan, menggali,
mengolah dan memanfaatkan informasi untuk peningkatan diri seringkali diabaikan
oleh guru-guru IPS di sekolah.

Keterampilan sosial dalam kehidupan sehari-hari juga mulai disadari oleh


kalangan pendidik dan pengembang kurikulum di Indonesia. Dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 22, 23 dan 24 tentang Standar Isi, Standar
Kompetensi dan Standar Kompetensi Lulusan, misalnya, telah ada rumusan
mengenai profil lulusan pendidikan sekolah umum yang antara lain memiliki
keterampilan sosial dalam mengikuti perkembangan global.

Secara umum, profil lulusan diharapkan memiliki kompetensi atau keterampilan


dalam beberapa hal, antara lain

a. mampu mencari, memilah dan mengolah informasi dari berbagai sumber,


b. mampu mempelajari hal-hal baru untuk memecahkan masalah sehari-hari,
c. memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan,
d. memahami, menghargai dan mampu bekerjasama dengan orang lain yang
majemuk,
e. mampu mentransformasikan kemampuan akademik dan beradaptasi dengan
perkembangan masyarakat, lingkungan dan perkembangan global serta
aturan-aturan yang melingkupinya, serta keterampilan-keterampilan lainnya
yang relevan.
1. Strategi Pembelajaran Keterampilan Sosial IPS di SD

Terdapat beberapa strategi dalam mengajarkan keterampilan sosial kepada para


siswa melalui pendidikan IPS SD. Di antara beberapa strategi tersebut, strategi
konstruktivistik, cooperative learning (pembelajaran kooperatif) dan inquiry dapat
dipilih dan dikembangkan sebagai alternatif.

7
1) Strategi Kontruktivisme

Dalam pendekatan konstruktivistik proses belajar-mengajar dilakukan bersama-


sama oleh guru dan peserta didik dengan produk kegiatan adalah membangun
persepsi dan cara pandang siswa mengenai materi yang dipelajari, mengembangkan
masalah baru, dan membangun konsep-konsep baru dengan menggunakan evaluasi
yang dilakukan pada saat KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berlangsung (on going
evaluation). Dengan pengajaran ini, kualitas pengajaran dapat ditingkatkan, siswa
dipandang sebagai individu yang mandiri yang memiliki potensi belajar dan
pengembang ilmu. Apabila pendekatan itu digunakan maka guru IPS dapat
memandang siswa sebagai rekan belajar dan pengembang ilmu sehingga akan tercipta
hubungan yang kemitraan antara keduanya.

Langkah-langkah strategi pembelajaran kontruktivisme:

Menurut Riyanto (2014, hlm. 146) langkah-langkah dalam pendekatan


konstruktivisme adalah sebagai berikut.

a) Apersepsi, guru mendorong siswa agar mengemukakan pengetahuan awal


mengenai konsep yang akan dibahas.
b) Eksplorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap
konsep yang akan dipelajari.
c) Refleksi, pada tahap ini siswa menganalisis dan mendiskusikan apa yang telah
dilakukan.
d) Aplikasi, diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini guru memberikan
penekanan terhadap konsep-konsep esensial melalui penjelasan konsep,
kamudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan
menerapkan pemahaman konsep.
2) Strategi pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang membantu


peserta didik dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan

8
kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja sama sesama anggota
kelompok dapat meningkatkan motivasi, profuktifitas dan perolehan hasil belajar.

Cooperative  memiliki arti dalam saltu kelompok saling membantu sama lain


dalam mengerjakan sesuatu bersama-sama. Cooperative Learning merupakan metode
pembelajaran dengan menekankan pada sikap dan perilaku peserta didik dalam
pembelajaran yang berbentuk kelompok kecil, pembentukan kelompok dilakukan
dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar pada anggota kelompok dan
perilaku saling membantu untuk mencapai tujuan belajar dengan maksimal.

Tujuan dari model pembelajaran kooperatif adalah agar hasil belajar peserta


didik dapat meningkat dan juga peserta didik dapat menerima berbagai keberagaman
dari teman di sekitar atau orang di lingkungannya, serta pengembangan keterampilan
sosial.

Berikut terdapat beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam implementasi


pembelajaran kooperatif yaitu seperti di bawah ini :

1. Menyampaikan tujuan dan motivasi peserta didik, dalam hal ini guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar
yang akan dicapai dan dapat memotivasi peserta didik.

2. Menyajikan informasi, dimana guru menyajikan informasi kepada peserta didik.

3. Mengorganisasikan peserta didik kedalam kelompok belajar, guru


menginformasikan akan dibentuknya pengelompokan peserta didik.

4. Membimbing kelompok belajar, guru memotivasi dan juga memfasilitasi kerja


peserta didik dalam kelompok belajar.

5. Evaluasi, dimana guru melakukan evaluasi hasil belajar terkait dengan materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan.

6. Memberikan penghargaan, guru memberikan penghargaan hasil belajar


individual dan kelompok.

9
3) Strategi pembelajran inquiry

Inquiry learning adalah metode belajar yang pada prinsipnya mengajak peserta


didik untuk aktif bertanya dan bereksperimen secara mandiri selama proses belajar.
Dalam model pembelajaran inquiry, peserta didik mencari materi pembelajaran
secara mandiri. Peserta didik mencari tahu materi dengan mengajukan pertanyaan dan
melakukan riset atau penelitian secara mandiri.

Metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam penyelidikan


sebuah masalah. Sementara bagi pengajar, inquiry based-learning adalah
seraingkaian proses yang menggerakkan siswa dalam menemukan jawaban atas rasa
keingintahuannya melalui pemikiran kritis. Dalam kata lain, siswa dituntut untuk
berpikir kritis, logis, melakukan identifikasi masalah dan menemukan sendiri
jawabannya dengan melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan. Hal ini dapat
meningkatkan atau mengembangkan kemampuan yang mereka miliki sebelumnya.

Penting untuk diingat bahwa pembelajaran berbasis inkuiri (inquiry based-


learning) bukanlah teknik atau praktik saja, tetapi sebuah proses yang memiliki
potensi untuk meningkatkan keterlibatan intelektual dan pemahaman mendalam para
peserta didik.

Dalam implementasi, manfaat dari pembelajaran model inquiry learning bisa


terwujud jika menerapkan langkah-langkah atau proses belajar mengajar yang tepat,
dengan metode inquiry learning. Berikut adalah langkah inquiry learning:

1. Peserta didik atau siswa yang mengajukan atau merumuskan sendiri


pertanyaan
2. Menyelidiki suatu hal dalam berbagai situasi
3. Siswa melakukan analisis dan memberikan deskripsi dalam menemukan hal-
hal yang sudah diselediki
4. Mempresentasikan hasil temuan baik secara lisan atau tertulis

10
5. Proses evaluasi. Siswa merefleksikan tentang informasi dan pengetahuan yang
diperoleh

C. Pendidikan karakter.

Menurut Khan pendidikan karakter adalah proses kegiatan yang dilakukan


dengan segala daya dan upaya secara sadar dan terencana untuk mengarahkan anak
didik. Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yang mengarah pada
peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi harmoni yang selalu
mengajarkan, membimbing, dan membina setiap menusiauntuk memiliki kompetensi
intelektual, karakter, dan keterampilan menarik. Nilai-nilai pendidikan karakter yang
dapat dihayati dalam penelitian ini adalah religius, nasionalis, cerdas, tanggung
jawab, disiplin, mandiri, jujur, dan arif, hormat dan santun, dermawan, suka
menolong, gotong-royong, percaya diri, kerja keras, tangguh, kreatif, kepemimpinan,
demokratis, rendah hati, toleransi, solidaritas dan peduli.

Ada sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu : 1.
karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya 2. kemandirian dan tanggung jawab 3.
kejujuran/amanah, diplomatis 4. hormat dan santun 5. dermawan, suka tolong
menolong dan gotong royong/kerjasama 6. percaya diri dan pekerja keras 7.
kepemimpinan dan keadilan 8. baik dan rendah hati 9. karakter toleransi, kedamaian,
dan kesatuan.

Kesembilan karakter itu, perlu ditanamkan dalam pendidikan holistik dengan


menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Hal
tersebut diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan/mencintai dan sekaligus
melaksanakan nilai-nilai kebajikan. Bisa dimengerti, jika penyebab ketidakmampuan
seseorang untuk berperilaku baik, walaupun secara kognitif anak mengetahui, karena
anak tidak terlatih atau terjadi pembiasaan untuk melakukan kebajikan.

Tujuan Pendidikan Karakter pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu


penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan

11
karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilainilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada
UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB III
PENUTUP

12
A. KESIMPULAN

Bahwa dalam pembelajaran IPS di SD memerlukan berbagai macam strategi


yang tidak hanya memfokuskan pembelajran pada ranah kognitif siswa, namun juga
melihat aspek afektif siswa.

Maka dengan strategi afektif, keterampilan sosial harusnya merubah perspektif


seorang guru dalam memandang pendidikan hanya sebatas ranah pengetahuan tanpa
ada implementasi terhadap nilai-nilai yang ada pada diri si anak dan juga masyarakat
beseta lingkungan disekitarnya. Hasil yang nantinya akan diharapkan dari aplikasi
strategi bagi seorang guru dapat melahirkan pendidikan karakter yang sesungguhnya.

B. SARAN

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

13
Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Prabowo dan Faridah Nurmaliah. 2013. Perencanaan Pembelajaran. Malang: UIN-


Maliki Press

Semiawan, C. dkk. (1988). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia

14

Anda mungkin juga menyukai