PEMBELAJARAN IPS DI SD
TENTANG
DISUSUN OLEH :
DOSEN PEMBIMBING :
NASIONAL 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam beserta keluarganya.
Makalah ini ditujukan kepada Ibu Elva Refariza, S.Pd, M.Pd sebagai dosen IPS
atas pemenuhan tugas dengan topik “Memahami strategi pembelajaran” kami selaku
mahasiswa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Elva Refariza, S.Pd, M.Pd
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyempurnakan makalah ini.
Penulis.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk
mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai
dimensi lainya.
Keterampilan sosial juga dapat di asah ketika berada dibangku sekolah dasar
dengan menuugunakan strategi pembelajaran yang menekankan pada tiga jenis
pendekatan, yakni pendekatan konturktivisme, kooperatif, dan inqury.
1
B. Rumusan Masalah
1. Untuk bisa menjelaskan strategi pembelajaran nilai
2. Untuk bisa menjelaskan strategi pembelajaran keterampilan sosial
3. Untuk bisa menjelaskan pendidikan karakter
C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan apa itu strategi pembelajaran nilai
2. Mendeskripsikan apa itu strategi pembelajaran keterampilan sosial
3. Mendeskripsikan apa itu pendidikan karakter
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi pembelajaran nilai/afektif.
Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan untuk
mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk mencapai
dimensi lainya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan dengan volume
yang sulit di ukur karena menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam,
afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral yang diakibatkan dari proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat dari proses pembelajaran yang
dilakukan guru disekolah, kita tidak bisa menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik,
misalnya dilihat dari kebiasaan bahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai
akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk
oleh kebiasaan guru, keluarga dan lingkungan sekitar. Strategi pembelajaran afektif
pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau
situasi yang problematis, dan pengajar dapat membina dalam menyelesaikan masalah
tersebut sesuai dengan tingkat nilai kemampuan masing-masing.
Walaupun guru sekolah begitu keras menekankan pentingnya sikap tertib berlalu
lintas. Maka sikap tersebut akan sulit diadopsi oleh anak manakala ia melihat begitu
banyak orang-orang yang melanggar lalu lintas, demikian juga walaupun disekolah
guru-guru menerangkan dan menegaskan perlunya bagi anak untuk bekata sopan dan
halus disertai contoh prilaku guru, akan tetapi sifat itu sulit diterima oleh anak
manakala diluar sekolah begitu banyak manusia yang berkata kasar dan tidak sopan.
3
1) Model Konsiderasi, dikembangkan oleh Mc, Paul yang menekankan bahwa
model ini merupakan strategi pembelajaran yg dapat membentuk kepribadian.
Salah satu implementasinya yakni mengajak siswa untuk memandang
permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk menambah wawasan agar
mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
Implementasi model konsideransi guru dapat mengikuti tahapan
pembelajaran seperti dibawah ini :
4
a. Tingkat Prakonvensional. Pada tingkat ini setiap individu memandang moral
berdasarkan kepentingannya sendiri. Artinya, pertimbangan moral didasarkan
pada pandangannya secara individual tanpa menghiraukan rumusan dan
aturan yang dibuat oleh masyarakat. Pada tingkat prakonvesional ini terdiri
atas dua tahap, yaitu : tahap pertama adalah Orientasi Hukum dan
Kepatuhan dan tahap kedua Orientasi Instrumental Relatif.
b. Tingkat Konvensional Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan
pada hubungan individu masyarkat. Kesadaran dalam diri anak mulai tumbuh
bahwa perilaku itu harus sesuai dengan norma – norma dan aturan yang
berlaku dimasyarakat. Pada tingkatan ini mempunyai 2 tahap, yaitu :
keselarasan interpersonal serta tahap sistem sosial dan kata hati.
c. Tingkat Postkonvensional Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan
pada kepatuhan terhadap norma – norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi
didasarkan oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai – nilai yang dimilikinya
secara individu. Pada tingkatan ini juga terdiri dari dua tahap, yaitu : tahap
kontrak sosial dan tahap prinsip etis yang universal.
5
d. Melatih dan membina perbaikan kehidupan/sosial (social and life
ajustment).
e. Membentuk dan mengembangkan sikap – sikap konstruktif positif.
f. Menanamkan nilai/sistem nilai yang utama/esensial serta melestarikanya.
g. Membina tata cara pemahaman (understanding) moral dan perilaku
seseorang dengan kajian sistem nilai.
h. Membina kesadaran akan : perlunya nilai/moral, kebaikan tentang sesuatu
nilai dan mendorong keinginan untuk menganut serta melaksanakannya.
i. Pembinaan dan pengembangan kepribadian anak (Personaliti/Ego
development).
Dari ungkapan kegunaan di atas jelas kiranya bagi kita terutama para guru bahwa
penanaman sikap, moral dan nilai tidak boleh dilaksanakan secara verbalisme
melainkan harus meresap pada diri yang bersangkutan.
6
tempattempat umum, membuang sampah pada tempatnya, berkomunikasi dengan
baik dengan orang lain, bekerjasama dengan kelompok yang majemuk, menjadi
konsumen yang selektif, membuat keputusan, menggunakan sarana dan fasilitas
umum, berpartisipasi sebagai warganegara, mengakui kemajemukan, menggali,
mengolah dan memanfaatkan informasi untuk peningkatan diri seringkali diabaikan
oleh guru-guru IPS di sekolah.
7
1) Strategi Kontruktivisme
8
kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja sama sesama anggota
kelompok dapat meningkatkan motivasi, profuktifitas dan perolehan hasil belajar.
1. Menyampaikan tujuan dan motivasi peserta didik, dalam hal ini guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar
yang akan dicapai dan dapat memotivasi peserta didik.
5. Evaluasi, dimana guru melakukan evaluasi hasil belajar terkait dengan materi
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
9
3) Strategi pembelajran inquiry
10
5. Proses evaluasi. Siswa merefleksikan tentang informasi dan pengetahuan yang
diperoleh
C. Pendidikan karakter.
Ada sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu : 1.
karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya 2. kemandirian dan tanggung jawab 3.
kejujuran/amanah, diplomatis 4. hormat dan santun 5. dermawan, suka tolong
menolong dan gotong royong/kerjasama 6. percaya diri dan pekerja keras 7.
kepemimpinan dan keadilan 8. baik dan rendah hati 9. karakter toleransi, kedamaian,
dan kesatuan.
11
karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik
mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji
dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilainilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada
UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3: Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
BAB III
PENUTUP
12
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
13
Anwar. 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup. Bandung: Alfabeta.
14