BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyaknya penyimpangan dan perilaku negatif yang
terjadi di lingkungan sekolah menjadi isu nasional yang
harus ditangani secara serius. Media cetak maupun
media elektronik sering memberitakan terjadinya
tawuran massal antar peserta didik, penyalahgunaan
narkoba, dan kejahatan seksual yang dilakukan oleh
peserta didik yang masih duduk di bangku sekolah baik
SD, SMP, SMA, MA, maupun SMK.
Dalam lingkungan sekolah, adanya peserta didik
yang membolos, tidak masuk tanpa keterangan, tidak
jujur kepada guru, kurang bersikap sopan dalam bergaul
dengan teman dan guru, berbohong kepada orang tua,
tidak mengerjakan tugas sekolah merupakan masalah
bersama. Alternatif pemecahan masalah sudah banyak
dilakukan oleh sekolah, tetapi belum menunjukkan hasil
yang maksimal.
153
Pada saat penulis diantarkan teman-teman ke SMK
Negeri 2 Purwodadi pada tanggal 29 Pebruari 2013, rasa
takut dan cemas tidak dapat penulis sembunyikan,
karena SMK Negeri 2 Purwodadi merupakan sekolah
yang cukup besar, dilihat area, jumlah peserta didik, dan
jumlah rombongan belajarnya. SMK Negeri 2 Purwodadi
merupakan sekolah berbasis Teknologi Industri yang
kompleks sekali permasalahannya baik peserta didik
maupun tenaga kependidikannya.
Hal ini mendorong penulis melakukan pendekatan
pada warga sekolah untuk mendapatkan masukan yang
bermanfaat dan mencari penyebab mengapa bisa terjadi
seperti itu. Dari identifikasi ini akhirnya penulis
mengetahui penyebabnya yaitu kurang adanya
koordinasi yang baik antara pendidik dan peserta didik
dalam menegakkan kedisiplinan. Penulis berkomitmen
akan melakukan perubahan secepatnya, dari yang paling
kecil dan yang paling mendasar serta yang sangat
dibutuhkan. Penulis yakin sekecil apapun tindakan
perubahan yang dilakukan akan lebih berarti dari pada
berdiam diri hanya melakukan rutinitas atau kebiasaan
yang sudah ada walaupun terasa lebih nyaman.
Perubahan yang segera penulis lakukan yaitu
dengan mengubah pola pikir atau maind set warga
sekolah akan pentingnya pendidikan karakter terutama
tentang kedisiplinan. Meskipun secara sadar hal itu tidak
154
semudah membalikkan tangan, akan tetapi dengan
keuletan dan ketekunan penulis yakin tidak ada hal yang
mustahil. Penulis percaya dengan kedisiplinan akan ada
perubahan kearah positif yang semakin baik dan
terkontrol. Terutama dalam perubahan sikap, perbuatan,
tutur kata, cara kerja, dan kesiapan dalam menghadapi
persoalan dan penyelesaian masalah. Kedisiplinan juga
merupakan modal utama bagi terbentuknya sekolah yang
berkarakter dan berprestasi.
B. Permasalahan
Berdasarkan hasil analisis lingkungan di atas, maka
penulis dapat menemukan beberapa kekurangan yang
ada di SMK Negeri 2 Purwodadi yang perlu mendapatkan
penanganan yang serius yaitu:
1. Kurangnya tingkat kedisiplinan masuk sekolah.
2. Belum dilakukannya Apel Pagi bagi siswa, guru, dan
karyawan.
3. Belum terbentuknya budaya sekolah yang baik.
4. Belum maksimalnya prestasi sekolah.
Dari permasalahan kekurangan tersebut maka dapat
dirumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk kegiatan Apel Pagi untuk
mewujudkan sekolah yang berkarakter?
155
2. Bagaimana cara menumbuhkan pendidikan karakter
disiplin masuk sekolah dan bekerja bagi warga
sekolah?
3. Bagaimana membangun budaya sekolah 5S (Senyum
Salam Sapa Sopan Santun) yang baik dan
menyenangkan?
4. Bagaimana meningkatkan prestasi sekolah yang
sudah ada?
C. Tujuan
Dari penjelasan tentang latar belakang dan rumusan
masalah di atas, maka dapat dijelaskan tentang tujuan
penulisan untuk:
1. Mengetahui kegiatan Apel Pagi dengan pendekatan
“HADIR”.
2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang
bagaimana mewujudkan pendidikan karakter disiplin
di sekolah.
3. Membuka cakrawala berpikir membangun budaya
sekolah yang baik dan menyenangkan.
4. Mewujudkan sekolah berkarakter dan berprestasi.
D. Manfaat
Manfaat hasil penulisan ini ada 2 macam yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penulisan ini antara lain:
156
a. Mendapat pengetahuan baru tentang upaya
peningkatan pendidikan karakter disiplin.
b. Merupakan landasan bagi penulis untuk
mengembangkan karya tulis selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari hasil penulisan ini antara lain:
a. Bagi sekolah, memberikan wawasan baru pada
pihak sekolah bahwa permasalahan pendidikan
karakter disiplin dapat digunakan untuk
mewujudkan sekolah berkarakter dan berprestasi.
b. Bagi guru, hasil penulisan ini dapat meningkatkan
kedisiplinan guru sebagai pendidik dan pengajar.
c. Bagi siswa, hasil penulisan ini secara tidak
langsung dapat meningkatkan kedisiplinan dan
prestasi siswa.
A. Paparan Teori
1. Pendidikan Karakter
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (1995:445), istilah
“karakter” berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain
yaitu: tabiat atau watak. Menurut Wynne (1991),
karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to
mark” (menandai) dan memfokuskan cara
157
mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku. Jadi istilah karakter berkaitan erat
dengan personality (kepribadian) seseorang, dimana
seseorang dapat disebut orang yang berkarakter (a
person of character) jika tingkah lakunya sesuai dengan
kaidah moral.
Pendidikan karakter di sekolah mengarah kepada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan
simbol-simbol yang dipraktekkan oleh semua warga
sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter
atau watak, dan citra sekolah dimata masyarakat luas.
Adapun tujuan pendidikan karakter antara lain:
1. Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang
terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan
tradisi budaya bangsa yang religius.
2. Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-
sifat tercela yang dapat merusak diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan.
3. Memupuk ketegaran dan kepekaan peserta didik
terhadap situasi sekitarnya sehingga tidak terjerumus
ke dalam perilaku yang menyimpang.
4. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung
jawab peserta didik sebagai penerus bangsa.
158
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter merupakan pendidikan yang
menekankan pada nilai-nilai yang luhur yang terpatri
dalam diri manusia dan terwujud dalam perilaku sehari-
hari. Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah
seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama,
lingkungan, bangsa, dan negara dengan mengoptimalkan
potensi dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi,
dan perasaan.
2. Disiplin
Menurut Strawaji, disiplin berasal dari bahasa Latin
Discere yang berarti belajar. Dari kata itu timbul kata
Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan.
Sedangkan menurut Moeliono (1993:208) disiplin
diartikan suatu ketaatan atau kepatuhan kepada aturan,
tata tertib, atau norma dan lain-lain. Disiplin adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dan
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau
ketertiban.
Dalam kehidupan sehari-hari sebutan untuk orang
yang memiliki disiplin tinggi ditujukan kepada orang yang
selalu hadir tepat waktu, taat terhadap aturan,
berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku,
159
dan sejenisnya. Sebaliknya orang yang kurang disiplin
biasanya ditujukan kepada orang yang kurang atau tidak
dapat menaati peraturan dan ketentuan yang berlaku,
baik yang bersumber dari masyarakat (konvensional-
informal), pemerintah atau sekolah (organisasi-formal).
Kedisiplinan penting sekali dimiliki oleh peserta
didik, maka sebagai seorang guru harus mampu
menumbuhkan perilaku disiplin dalam diri peserta didik,
terutama disiplin diri. Oleh sebab itu guru harus mampu
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Membantu peserta didik mengembangkan pola
perilaku untuk dirinya. Karena mereka berasal dari
latar belakang yang berbeda, mempunyai
karakteristik yang berbeda, dan kemampuan yang
berbeda pula. Dalam hal ini guru dituntut harus
mampu melayani berbagai perbedaan tersebut, agar
setiap peserta didik dapat menemukan jati dirinya
dan mengembangkan sesuai dengan kemampuanya.
b) Membantu peserta didik meningkatkan standar
perilakunya, karena mereka berasal dari berbagai
latar belakang yang berbeda. Hal tersebut harus
dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha
meningkatkannya, baik dalam proses belajar
mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.
160
c) Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat. Di
sekolah hendaklah ada aturan-aturan yang bersifat
khusus maupun umum. Peraturan itu harus dijunjung
tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar
tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang
mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.
3. Apel Pagi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat
Bahasa edisi ke-empat dituliskan bahwa apel adalah
wajib hadir di suatu upacara resmi (bersifat kemiliteran)
untuk mengetahui hadir tidaknya atau untuk mendengar
amanat. Jadi kegiatan apel bertujuan untuk mengetahui
tingkat kehadiran dan sekaligus untuk mendengarkan
161
amanat yang disampaikan oleh komandan apel. Oleh
sebab itu apel bersifat wajib bagi anggota atau warga.
Berawal dari pengertian diatas apel yang
dilaksanakan di SMK Negeri 2 Purwodadi adalah kegiatan
rutin yang dilaksanakan setiap pagi hari sebelum siswa
melakukan kegiatan belajar mengajar, dan guru sebelum
melaksanakan tugas mengajar, serta karyawan sebelum
mereka melaksanakan tugas. Kegiatan ini dilaksanakan
pukul 06.45 WIB, dengan peserta siswa, guru, dan
karyawan. Dalam kegiatan apel itu dilaksanakan di dua
tempat.
Apel siswa dilaksanakan di lapangan dikoordinir oleh
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan bekerjasama
dengan Tim Tata Tertib Sekolah yang diberi nama STPPK
(Satuan Tugas Penegak Pendidikan Karakter). Pembina
apel siswa guru terjadwal dengan baik. Sedang apel guru
dan karyawan dilaksanakan dihalaman sekolah dengan
pembina Kepala Sekolah. Jika KS ada tugas luar pembina
diganti oleh Wakil Kepala Sekolah/u Wakil Manajemen
Mutu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
apel adalah suatu kegiatan yang merupakan kumpulan
orang-orang yang dihimpun dengan aturan tertentu,
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kehadiran
anggotanya. Disamping itu tujuan utama apel adalah
untuk memudahkan absensi atau kehadiran dan
162
pemberian informasi yang up to date setiap hari. Apel
pagi berarti kegiatan apel yang dilaksanakan pada waktu
pagi hari sebelum proses belajar mengajar.
4. HADIR
HADIR” merupakan akronim dari Hati-Amanah-
Demokratis-Inovatif-Refleksi). Menurut kamus bahasa
Indonesia hadir berarti ada atau datang. Biasanya
dikaitkan dengan undangan yang disampaikan untuk
mendatangi suatu acara baik resmi ataupun tidak resmi.
Dalam hal ini “HADIR” yang dimaksudkan bukan hadir
untuk mendatangi acara. Akan tetapi ini hanya suatu
kata singkatan yang dipergunakan sebagai pendekatan
pelaksanaan kegiatan apel pagi. Pendekatan ini sangat
baik untuk menumbuhkan sekolah berkarakter disiplin.
Dengan kegiatan tersebut warga sekolah dibiasakan
untuk hadir tepat waktu. Sebelum dimulainya Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) guru, karyawan, dan siswa SMK
Negeri 2 Purwodadi untuk mengikuti apel pagi guna
meningkatkan kedisiplinan diri. Mengapa menggunakan
apel pagi karena kegiatan tersebut tidak membutuhkan
dana yang besar dan dapat dilaksanakan oleh semua
orang untuk mendukungnya. Hanya komitmen saja yang
dibutuhkan untuk bersama-sama melaksanakan dengan
kesungguhan hati.
163
Pendekatan “HADIR” menghadirkan sentuhan
spiritual kepada warga sekolah agar disiplin melalui apel
pagi dapat dilaksanakan dengan baik dan dilandasi
ketulusan Hati karena merupakan Amanah yang harus
dijaga. Dalam pelaksanaan apel pagi dilandasi azas
Demokratis untuk menerima masukan dan kritik yang
sifatnya membangun. Slogan “Sekolahku Instanaku”
akan menjiwai warga sekolah untuk merasa memiliki
sehingga perlu adanya Inovasi agar kegiatan apel pagi
dapat terlaksana dengan baik dan menjadi motivasi bagi
warga sekolah untuk memberikan yang terbaik bagi
sekolah. Hal lain adalah Refleksi diri, sehingga ada
evaluasi dan program tindak lanjut. Hal ini dilaksanakan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan apel
pagi untuk membentuk siswa berkarakter disiplin dan
apakah ada korelasinya untuk mewujudkan sekolah
berkarakter dan berprestasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pendekatan “HADIR” adalah pendidikan karakter disiplin
dengan metode apel pagi di lingkungan SMK Negeri 2
Purwodadi untuk menentukan dalam perkembangan dan
pembinaan karakter peserta didik.
164
B. Langkah-langkah Penyelesaian Masalah
Langkah-langkah yang dilaksanakan untuk pendidikan
karakter disiplin dengan metode Apel Pagi dan pendekatan
HADIR adalah:
1. Membuat program kegiatan apel pagi dengan prosedur
yang ditetapkan bersama dan terjadwal. Kegiatan diawali
dengan pembuatan program kerja sekolah untuk
kegiatan apel pagi dengan melibatkan Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, STPPK, guru
Bimbingan Konseling, dan Wali Kelas. Program kerja
yang dimaksudkan tidak terlepas dari pembuatan jadwal
pembina apel siswa yang dilaksanakan oleh guru secara
bergantian. Petugas apel meliputi: pemimpin apel,
pemimpin barisan, pembawa acara, pembaca doa, dan
dirigen dilaksanakan secara bergilir dari pengurus OSIS,
pengurus Pramuka, dan Pasukan Pengibar Bendera
(PASKIBRA).
2. Melaksanakan apel pagi untuk guru, karyawan, dan siswa
untuk meningkatkan disiplin di sekolah. Untuk
mengetahui apakah pendidikan karakter disiplin dengan
metode apel pagi melalui pendekatan HADIR terlaksana
sesuai yang diharapkan, langkah yang diambil adalah
membuat grafik keterlambatan kehadiran. Untuk siswa
datanya diambil dari guru BK, sedangkan untuk guru dan
karyawan datanya dilihat dari Finger Print yang sudah
diprint out. Selanjutnya dievaluasi apakah ada penurunan
165
tingkat keterlambatan siswa, guru, dan karyawan. Jika
terjadi penurunan maka langkah selanjutnya pemberian
motivasi pada warga sekolah lewat amanat pembina apel
saat apel pagi.
3. Mengingatkan tentang layanan yang harus diberikan
sekolah dalam keseharian siswa, guru, dan karyawan
dengan budaya sekolah 5S (Senyum-Salam-Sapa-Sopan-
Santun).
4. Menyuntikkan semangat “spirit of giving” kepada
seluruh warga sekolah untuk memberi yang terbaik bagi
diri sendiri dan sekolah sehingga dapat mewujudkan
sekolah yang berkarakter dan berprestasi.
166
Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada saat apel pagi
baik untuk siswa maupun guru dan karyawan sebagai
berikut:
a) Pemimpin barisan menyiapkan barisannya.
b) Pemimpin apel memasuki lapangan apel dilanjutkan
latihan penghormatan.
c) Laporan pemimpin barisan kepada pemimpin apel
bahwa pasukannya siap mengikuti apel pagi.
d) Pembina apel memasuki lapangan apel.
e) Penghormatan kepada pembina apel dilanjutkan
laporan pemimpin apel bahwa apel pagi siap
dilaksanakan.
f) Penghormatan kepada bendera merah putih.
g) Menyanyikan lagu Bagimu Negeri dilnjutkan Mars SMK
Negeri 2 Purwodadi.
h) Amanat singkat pembina apel.
i) Pembacaan doa
j) Laporan pemimpin apel kepada pembina apel bahwa
apel sudah selesai.
k) Penghormatan kepada Pembina apel.
l) Peserta apel dibubarkan dan kembali ke kelas/diakhiri
jabat tangan bagi guru.
168
B. Hasil Pelaksanaan Strategi yang Dipilih
Strategi penerapan pendidikan karakter disiplin dengan
metode Apel Pagi dan pendekatan HADIR memiliki hasil
sebagai berikut:
1. Kegiatan apel pagi dan upacara bendera dapat dilakukan
secara rutin di SMK Negeri 2 Purwodadi sehingga
menjadi akhirnya menjadi budaya, dilakukan dengan
ketulusan hati, kemauan, dan motivasi dari diri sendiri
untuk melaksanakannya.
169
Gambar 2. Kegiatan Apel Pagi Guru dan Karyawan
Kegiatan dilaksanakan oleh semua guru dan karyawan
serta siswa dengan berpakaian seragam lengkap dengan
atributnya. Kegiatan ini dapat memupuk nilai-nilai
nasionalis, religius, integritas, mandiri, dan gotong-
royong. Kelima nilai tersebut disebut dengan Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK) yang saat ini sedang gencar-
gencarnya dilaksanakan oleh pemerintah. Dengan
adanya PPK akan menjadikan warga negara Indonesia
menjadi insan yang handal dan dapat menjadi bekal
dakam kehidupan sehari-hari.
170
2. Kedisiplinan meningkat dan berdampak pada tingkat
keterlambatan siswa menurun, karakter siswa mulai
terbentuk yang langsung dapat dirasakan yaitu siswa
SMK Negeri 2 mulai masuk sekolah dengan disiplin.
Berpakaian rapi lengkap dengan atributnya, datangnya
lebih awal, selalu siap dilapangan tanpa menunggu
komando untuk persiapan kegiatan Apel Pagi. Selain itu
mereka dapat tertib waktu sehingga KBM dapat berjalan
dengan baik dan lancar. Kegiatan ini juga dapat
menumbuhkan rasa nasionalisme, cinta tanah air, dan
bangsa. Selain itu rasa patriotisme terhadap
kecintaannya pada almamater SMK negeri 2 Purwodadi.
Karena setiap pagi harus menyanyikan Mars SMK Negeri
2 Purwodadi yang syairnya berisi tentang Visi dan Misi
SMK negeri 2 Purwodadi.
Berikut tabel dan grafik keterlambatan siswa selama
satu tahun sebelum dilaksanakannya Apel pagi. Data ini
diperoleh dari Guru Bimbingan dan Konseling yang
mendata keterlambat siswa setiap hari, kemudian
direkap setiap bulan, selanjutnya dibuat rata-rata
keterlambatan siswa setiap tahun. Dari data tersebut
dibuatlah grafik untuk mengetahui tingkat
keterlambatan siswa, sebagai tindak lanjut untuk
penanganan dan mencari alternatif menyelesaikan
masalah.
171
Siswa Jumlah
Bulan Persentase
Terlambat siswa
Agustus 52 1317 3,95%
September 54 1317 4,10%
Oktober 61 1317 4,63%
November 85 1317 6,45%
Desember 15 1317 1,14%
Januari 119 1317 9,04%
Februari 33 1317 2,51%
Maret 28 1317 2,13%
April 35 1317 2,66%
Mei 21 1317 1,59%
Tabel 1: Tabel Keterlambatan Siswa Tahun Pelajaran
2014/2015
Dari Tabel awal sebelum diberlakukannya apel pagi
tampak banyak siswa yang yang datang terlambat ke
sekolah. Ada sebagian terlambat karena bangun
kesiangan, ada yang alasannya karena jalanan macet,
ada yang karena ban motornya gembes, dan ada pula
yang beralasan busnya mogok. Semua alasan itu
membuka wawasan untuk mengatasinya supaya para
siswa dapat datang ke sekolah tepat waktu. Dari grafik
juga diperlihatkan rata-rata sebulan pada tahun
pelajaran 2014/2015 yang datang terlambat 50 siswa
atau 3,82%. Sehingga berpengaruh terhadap jalannya
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah yaitu
kurang maksimal.
172
Berikut adalah tabel tingkat keterlambatan siswa datang
ke sekolah untuk mengikuti apel pagi yang dilaksanakan
pada pukul 06.45 WIB. Bagi siswa yang datangnya
setelah pukul 06.45 WIB dianggap terlambat. Pintu
gerbang sekolah ditutup oleh Tim STPPK dengan
melibatkan Satpam. Untuk kelancaran kegiatan ini guru
BK siap di depan gerbang untuk mencatat siswa yang
datang terlambat. Adapun kegiatan apel pagi ini
membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit. Waktunya
dibatasi supaya KBM dapat dilaksanakan tepat pukul
07.00 WIB. Tabel dan grafik berikut ini menunjuk
keterlambatan siswa pada tahun pelajaran 2015/2016.
Siswa Jumlah
Bulan Persentase
Terlambat siswa
Agustus 33 1485 2,22 %
September 41 1485 2,76 %
Oktober 39 1485 2,63 %
November 51 1485 3,43 %
Desember 2 1485 0,13 %
Januari 14 1485 0,94 %
Februari 54 1485 3,64 %
Maret 32 1485 2,15 %
April 26 1485 1,75 %
173
Dari tabel nampak jumlah siswa yang terlambat setiap
bulannya sekitar 33 siswa atau 2,18%. Kalau
dibandingkan dengan saat sebelum ada apel pagi,
teryata mengalami penurunan diagramnya. Yaitu
mengalami penurunan 17 siswa atau 1,71%. Ini berarti
sebagian besar siswa sudah dapat tepat waktu masuk
sekolah. Meskipun masuknya lebih awal 15 menit,
ternyata siswa dapat melaksanakan dengan baik. Siswa
datang ke sekolah lebih awal yaitu sebelum pukul 06.45
WIB, untuk persiapan mengikuti apel pagi. Hal ini
membuktikan bahwa apel pagi berdampak positif untuk
pendidikan kaarakter disiplin masuk sekolah sesuai
ketentuan yang dibuat.
174
Dari grafik awal sebelum diberlakukannya apel pagi
tampak sekali banyak guru/karyawan yang yang datang
terlambat. Karena masuk sekolah pukul 07.00 WIB,
maka guru/karyawan yang datang lebih dari jam 07.00
WIB dianggap terlambat. Dari grafik juga diperlihatkan
rata-rata sebulan pada tahun pelajaran 2014/2015 yang
datang terlambat 13 orang atau 10,66%. Sehingga
berpengaruh terhadap jalannya Kegiatan Belajar
Mengajar di sekolah yaitu kurang maksimal.
Berikut adalah data dan grafik tingkat keterlambatan
guru/karyawan yang mengikuti apel pagi pada pukul
06.45 WIB. Bagi guru/karyawan yang datangnya setelah
pukul 06.45 WIB dianggap terlambat.
175
Dari grafik terlihat jumlah guru/karyawan yang
terlambat setiap bulannya sekitar 7 orang atau 5,62%.
Kalau dibandingkan dengan saat sebelum ada apel pagi,
teryata mengalami penurunan grafiknya. Yaitu
mengalami penurunan 6 orang atau 5,04%. Adapun
kegiatan apel pagi ini membutuhkan waktu kurang lebih
15 menit. Waktunya dibatasi supaya guru/karyawan
dapat melaksanakan tugas tepat pukul 07.00 WIB. Hal
ini berarti sebagian besar guru/karyawan sudah dapat
tepat waktu hadir di sekolah. Meskipun masuknya lebih
awal 15 menit, ternyata guru/karyawan dapat
melaksanakan dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa
apel pagi berdampak positif untuk pendidikan kaarakter
disiplin hadir di sekolah sesuai ketentuan yang dibuat.
178
12 Suka Lisnanto, S.T. Lomba Kompetensi Juara III 2015
Guru Tingkat
Provinsi
13 Setyorini, M.Pd. Guru Berprestasi Juara I 2016
Tingkat Kabupaten
14 Drs. Agus Triyanto, Kepala Sekolah Juara I 2016
M.Si. Berprestasi Tingkat
Kabupaten
15 Drs. Agus Triyanto, Kepala Sekolah Juara II 2016
M.Si. Berprestasi Tingkat
Provinsi
16 Dra. Sri Hartini, MM Instruktur Nasional Terbaik 2016
Guru Pembelajaran III
17 Drs. Agus Triyanto, Lomba Paduan Juara I 2016
MSi. dkk Suara Daerah
Kabupaten
Grobogan
18 Drs. Agus Triyanto, Best Practice Juara II 2016
M.Si. Kepala Sekolah
SMK Tingkat
Nasional
19 Sutrisno, ST Lomba Kompetensi Juara I 2016
Guru Produktif Tk.
Nasional
180
Gambar 7. Lomba Kompetensi Guru Tingkat
Nasional Juara I
Faktor-faktor Pendukung
Keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter disiplin
melalui metode apel pagi untuk mewujudkan sekolah
berkarakter dan berprestasi sebagai berikut:
1. Potensi lingkungan fisik yang cukup besar, yaitu memiliki
luas lahan sekitar 2 ha dan fasilitas yang cukup
memadai.
2. Warga sekolah memiliki komitmen untuk sukses
bersama, berintegritas, dan saling bekerja sama untuk
membesarkan sekolah.
3. Dukungan dari orang tua, masyarakat, Dinas Pendidikan
Kabupaten Grobogan, Dinas Kabupaten Provinsi, dan
Pemerintah Pusat untuk Pendidikan cukup baik.
182
4. Pembiayaan yang cukup dan berkelanjutan dari pihak-
pihak yang berkompeten/berkepentingan.
5. Pengawas sangat mendukung kemajuan sekolah.
6. Rasa memiliki warga sekolah terhadap lingkungan
sekolah sangat kuat.
Alternatif Pengembangan
Berdasarkan faktor kendala dan pendukung dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter melalui apel pagi,
dapat ditempuh beberapa alternatif pengembangan sebagai
berikut:
1. Membuat refleksi hasil kegiatan, dan menyusun program
aksi yang berkelanjutan.
2. Meningkatkan pemberdayaan (empowering) pada setiap
tim kerja yang ada di SMK Negeri 2 Purwodadi.
3. Membuat inovasi kegiatan yang tidak membosankan
atau monoton.
4. Menggalang komitmen yang kuat untuk menjaga agar
hasil perubahan yang baik menjadi budaya sekolah.
5. Membangun keteladanan, karena dengan keteladanan
semua nilai-nilai pendidikan karakter itu akan lebih
efektif untuk dapat dijalankan.
183
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Dari pembahasan, maka dapat disampaikan kesimpulan,
bahwa pendidikan karakter disiplin dengan metode apel pagi
melalui pendekatan “HADIR” (Hati Amanah Demokratis
Inovasi Refleksi):
1. Kedisiplinan masuk sekolah dan bekerja meningkat.
2. Budaya sekolah 5S (Senyum Salam Sapa Sopan dan
Santun) semakin baik dan menyenangkan.
3. Prestasi sekolah mengalami peningkatan.
Dengan kesimpulan tersebut dapat diharapkan bahwa
pendidikan karakter disiplin dengan metode apel pagi
melalui pendekatan “HADIR” dapat mewujudkan Sekolah
berkarakter dan berprestasi (Sekarpres) yang akan
menghasilkan generasi emas bangsa Indonesia pada tahun
2045.
B. Rekomendasi
Untuk memotivasi dan memelihara karakter sekolah
yang sudah baik, perlu untuk menjadikan slogan “Spirit of
Giving“ dan “Sekolah Berkarakter Berprestasi” sebagai “Brain
Marking” sekolah. Oleh karena itu SMK Negeri 2 Purwodadi
perlu mendapatkan pengakuan publik menjadi sekolah
adiwiyata, sekolah berkarakter, dan sekolah rujukan.
184