Anda di halaman 1dari 19

EVALUASI & TEKNIK PENCAPAIAN HASIL BELAJAR

SISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA


VALIDITAS INSTRUMEN
DOSEN PENGAMPU : Dr. Dedek Andrian, Spd., M.pd

DISUSUN OLEH:
Kelompok IV
Antin Auliani (196410165)
Genia tri Ananda (196410449)
Puti Lathifah (196410893)

KELAS 5A
PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR
‫الر ِحي ِْم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ْــــــــــــــــــم هللا‬
ِ ‫بِس‬

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun
judul dari makalah ini ialah : “ Validitas Instrumen”, sebagai tugas mata kuliah
Evaluasi Dan Teknik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Pendidikan Matematika.

Penulis berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini dari awal hingga akhir. Dan terima
kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Evaluasi
Dan Teknik Pencapaian Hasil Belajar Siswa Pendidikan Matematika Bapak Dr.
Dedek Andrian, Sp.d., M.pd yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini kiranya masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya mahasiswa FKIP Matematika dan dapat memberikan masukan informasi
serta wacana yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Pekanbaru, 15 Oktober 2021

Kelompok IV
Mahasiswa Prodi Matematika UIR

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1 Validitas Instrumen ........................................................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Validitas .......................................................................................... 4
2.3 Menentukan Validitas Isi Menggunakan Product Moment .............................. 6
2.4 Menentukan Validitas Isi Menggunakan Rumus Aikeni ................................ 11
2.5 Uji Validitas Menggunakan CFA dengan Program Lisrel .............................. 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 15
3.2 Saran................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan
evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga
hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang
diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan, konsisten
dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke
pengukuran yang lain.
Data yang kurang memiliki validitas, akan menghasilkan kesimpulan yang bias,
kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan denga
kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori , pendapat
para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala di perlukan bila defenisi
operasional variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau intstrumen
yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas, agar data yang diperoleh
dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan valIditas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumuan masalah pada penulisan ini,
yaitu:
1. Apa itu Validitas Intrumen?
2. Apa saja jenis-jenis Validitas?
3. Bagaimana mementukan Validitas Isi Menggunakan rumus Product Moment?
4. Bagaimana menentukan Validitas Isi menggunakan rumus Aiken?
5. Bagaimana menguuji Validitas Menggunakan Metode CFA dengan Program
Lisrel?

1
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan antara lain, antara lain:
1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Validitas Instrumen
2. Mengetahui Apa saja jenis-jenis Validitas
3. Mengetahui Bagaiman menentukan Validitas Isi menggunakan rumus Product
Moment
4. Mengetahui Bagaimana menguuji Validitas Menggunakan Metode CFA dengan
Program Lisrel

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Validitas Instrumen
Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan
evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga
hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang
diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten
dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke
pengukuran yang lain (Ali, 1993; Anggoro, 2008).
Alat ukur atau instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat yaitu validitas
dan reliabilitas. Suatu alat ukur yang tidak reliabel atau tidak valid akan
menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan
akan memberikan informasi yang keliru mengenai keadaan subjek atau individu yang
dikenai tes itu. Apabila informasi yang keliru itu dengan sadar atau tidak dengan
sadar digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan suatu keputusan,
maka keputusan itu tentu bukan merupakan suatu keputusan yang tepat (Bryman,
2004).
Alat ukur atau instrumen yang akan disusun tentu saja harus memiliki validitas
dan reliabilitas, agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bias reliabel, valid dan
disebut dengan validitas dan reliabilitas alat ukur atau validitas dan reliabilitas
instrumen.
Validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik.
Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau
daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi, yaitu : dari segi tes itu
sendiri sebagai totalitas, dan dari segi itemnya, sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari tes tersebut (Bloor, 1997). Di dalam buku “Encyclopedia of Educational
Evaluation,” Scarvia B. Anderson mengatakan bahwa “A test is valid if it measures
what it purpose to measure” artinnya : “sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur” (Dixon, dkk, 2004).

3
Penganalisisan terhadap tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir
secara rasional atau penganalisisan dengan menggunakan logika (logical analysis).
Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan
empiris, dimana penganalisisan dilaksanakan dengan menggunakan empirical
analysis (Dowie, 2006).

2.2 Jenis-jenis Validitas


Secara umum, validitas tes dibagi menjadi dua yaitu validitas tes secara rasional
dan validitas tes secara empiris.
a. Validitas Tes Secara Rasional
Validitas rasional adalah validitas yang diperoleh atas dasar hasil
pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berfikir secara logis. Dengan
demikian maka suatu tes hasil belajar dapat dikatakan telah memiliki validitas
rasional, apabila setelah dilakukan penganalisisan secara rasional ternyata
bahwa tes hasil belajar itu memang (secara rasional) dengan tepat telah dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur (Hermawan, 2005).
Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas
rasional ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu :
i. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari isi tes
tersebut. Suatu tes hasil belajar dapat dikatakan valid, apabila materi tes
tersebut betul-betul merupakan bahan-bahan yang representatif terhadap bahan-
bahan pelajaran yang diberikan. Misalnya apabila kita ingin memberikan tes
bahasa inggris kepada siswa kelas II, maka item-itemnya harus diambil dari
bahanbahan pelajaran kelas II. Apabila terdapat bahan-bahan pelajaran kelas
III, maka tes tersebut sudah tidak valid lagi (Sekaran, 2007).
Dalam praktik, validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui
dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes hasil
belajar, dengan tujuan intruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-

4
masing mata pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan
instruksional khusus yang sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar
tersebut ataukah belum. Jika penganalisisan secara rasional itu menunjukkan
hasil yang membenarkan tentang telah tercerminnya tujuan instruksional
khusus itu di dalam tes hasil belajar, maka tes hasil belajar yang sedang di uji
validitas isinya itu dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang telah
memiliki validitas isi (Suprayogo, 2001).
ii. Validitas Konstruk (Construct Validity)
Secara etimologis, kata “konstruksi” mengandung arti susunan, kerangka
atau rekaan. Validitas susunan artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari
susunan tes tersebut. Misalnya kalau kita ingin memberikan tes kecakapan ilmu
pasti, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar akan
mengukur kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuan bahasa karena
soal itu ditulis secara berkepanjangan dengan bahasa yang mudah dimengerti
(Usman & Purnomo, 2008).
Validitas konstruksi dari suatu tes hasil belajar dapat dilakukan
penganalisisannya dengan jalan melakukan pencocokan antara aspek-aspek
berfikir yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut, dengan aspek-aspek
berfikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh tujuan instruksional khusus.
Jika secara logis hasil penganalisisan itu menunjukkan bahwa aspek-aspek
berfikir yang diungkap melalui butir-butir soal tes hasil belajar itu sudah
dengan secara tepat mencerminkan aspek-aspek berfikir yang oleh tujuan
instruksional khusus diperintahkan untuk diungkap maka tes hasil belajar
tersebut dapat dinyatakan sebagai tes hasil belajar yang valid dari susunannya
atau telah memiliki validitas konstruksi (Syah, 2010).
iii. Validitas Kriteria (Criterion Validity)
Criterion validity berkaitan dengan apakah alat pengukuran yang baru
sudah tepat sesuai dengan instrumen pengukuran lainnya yang dianggap
sebagai model atau telah dipakai secara luas dalam bidang ilmu tertentu. Dalam
konteks ini, peneliti perlu membandingkan instrumen penelitian yang baru

5
dengan instrumen penelitian lainnya. Dalam bidang psikologi misalnya, hasil
tes dengan menggunakan alat pengukuran kecerdasan yang baru dikorelasikan
dengan alat pengukuran kecerdasan yang telah dipakai secara luas, yakni
Stanford-Binet.
Dua hal utama yang perlu dibandingkan ialah konteks responden yang
terdapat dalam kedua alat pengukuran dan secara khusus dalam penelitian
korelasi, skor hasil tes perlu dibandingkan untuk melihat nilai korelasi koefi
sien kedua instrumen. Huck (2012) menjelaskan bahwa Korelasi Pearson
dipakai untuk melihat korelasi kedua skor instrumen. Semakin besar nilai
korelasi Pearson (r) kedua instrumen, semakin tinggi tingkat validitas
instrument tersebut.

2.3 Menentukan Validitas Isi Menggunakan rumus Product Moment

Rumus Product Moment dengan angka simpangan:

Rumus
√( )( )

Keterangan: r = koefisien korelasi

= jumlah produk x dan y

Contoh:

10 orang peserta didik kelas 11 SMA mendapat nilai dalam mata pelajara Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris seperti berikut:

6
Tabel 2.1
Nilai Peserta Didik Kelas 11 SMA dalam
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
No. Nama B.Indonesia B.Inggris

1. A. 5 6

2. B. 7 8

3. C. 8 7

4. D. 5 5

5. E. 6 7

6. F. 7 7

7. G. 4 5

8. H. 5 7

9. I. 8 8

10. J. 6 6

Langkah-langkah penyelesaiaan:

1) Membuat tabel persiapan


No. X Y X Y x2 y2 xy

2) Masukkan nilai masing-masing mata pelajaran, di mana nilai Bahasa Indonesia


sebagai variabel X dan nilai Bahasa Inggris sebagai variabel Y.
3) Jumlahkan semua nilai yang ada dalam variabel X dan variabel Y, kemudian
hitung rata-rata X dan rata-rata Y.

7
4) Cari nilai pada kolom x dengan jalan nilai tiap-tiap peserta didik dalam kolom X
dikurangi dengan rata-rata X.
5) Cari nilai pada kolom y dengan jalan nilai tiap-tiap peserta didik dalam kolom Y
dikurangi dengan rata-rata X.
6) Cari nilai pada kolom x2 dengan jalan menguadratkan masing-masing nilai dalam
kolom x.
7) Cari nilai pada kolom y2 dengan jalan menguadratkan masing-masing nilai dalam
kolom y.
8) Cari nilai pada pada kolom xy dengan jalan mengalikan tiap-tiap nilai dalam
kolom x dengan nilai-nilai dalam kolom y.

Berdasarkan langkah-langkah di atas dapat dihitung koefisien korelasi product-


moment sebagai berikut.
Tabel 2.2
Perhitungan Korelasi ProductMoment dengan angka simpangan
No. Nilai Nilai X y x2 y2 Xy
B.Indo(X) B.Inggris(Y)
1. 5 6 -1,1 -0,6 1,21 0,36 0,66

2. 7 8 0,9 1,4 0,81 1,96 1,26

3. 8 7 1,9 0,4 3,61 0,16 0,76

4. 5 5 -1,1 -1,6 1,21 2,56 1,76

5. 6 7 -0,1 0,4 0,01 0,16 -0,04

6. 7 7 0,9 0,4 0,81 0,16 0,36

7. 4 5 -2,1 -1,6 4,41 2,56 3,36

8. 5 7 -1,1 0,4 1,21 0,16 -0,44

9. 8 8 1,9 1,4 3,61 1,96 2,66

8
10. 6 6 -0,1 -0,6 0,01 0,36 0,06

∑ 61 66 16,9 10,4 10,4

x 6,1 6,6

√( )( )

√( (

=

=

= 0,784

Rumus lain korelasi product Moment, yaitu:

√ =√ =√ = 1,3

√ =√ =√ = 1,0198

( (
= 0,784
(

Disamping itu, dapat juga digunakan rumus korelasi Product-Moment dengan


angka kasar sebagai berikut:

( (
√{ ( }{ ( }

9
Contoh:

Tabel 2.3
Teknik Korelasi Product-Moment dengan angka kasar
No. X Y X2 Y2 XY

1 5 6 25 36 30

2 7 8 49 64 56

3 8 7 64 49 56

4 5 5 25 25 25

5 6 7 36 49 42

6 7 7 49 49 49

7 4 5 16 25 20

8 5 7 25 49 35
9 8 8 64 64 64
10 6 6 36 36 36
61 66 389 446 413

( (
√{ ( }{ ( }

( ( ( (
=
√{( ( ( } {( ( ( }

=
√( (

(
=
√( (

(
= = 0,784

10
2.4 Menentukan Validitas Isi Menggunakan Rumus Aiken

Aiken (1985) merumuskan formula Aiken’s V untuk menghitung content


validity coefficient yang didasarkan pada hasil penilaian dari panel ahli sebanyak n
orang terhadap suatu aitem dari segi sejauh mana aitem tersebut mewakili konstrak
yang diukur. Formula yang diajukan oleh Aiken adalah sebagai berikut (dalam
Azwar, 2012 : 113)

(
atau
( ( )

Keterangan :

r = angka yang diberikan oleh penilai

= angka penilaian validitas terendah

= angka penilaian validitas tertinggi

i = bilangan bulan dari 1, 2, 3 sampai ke-n

n = banyaknya penilai

Contoh :

Sebuah skala yang terdiri dari lima item dalam tes dinilai oleh 7 orang ahli
mengenai relevansinya. Rentang nilai yang diberikan adalah 1 (terendah) dan 5
(tertinggi), sehingga n = 7, = 1, dan c = 5

Tabel 2.4 Contoh validitas isi Aiken’s V

Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5

Penilai Skor s Skor s Skor s Skor s Skor s

A 4 3 2 1 4 3 4 3 4 3

B 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3

11
C 4 3 4 3 2 1 4 3 2 1

D 3 2 3 2 4 3 3 2 4 3

E 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1

F 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3

G 2 1 4 3 4 3 4 3 4 3

∑s 15 16 17 18 17

V 0.536 0.571 0.607 0.643 0.607

Nilai V untuk :

Item 1 ( )

V= (

Item 2 ( )

V = (

Item 3 ( )

V = (

Item 4
(

V= (

Item 5
(

12
V= (

Nilai koefisien Aiken’s V berkisar antara 0 – 1. Koefisien sebesar 0.536 (item


1), 0.571 (item 2), 0.607 (item 3), 0.643 (item 4), dan 0.607 (item 5) ini sudah dapat
dianggap memiliki validitas isi yang memadai.

2.5 Uji Validitas Menggunakan Metode CFA dengan Program Lisrel 8.70

Menurut Thompson (2004) langkah-langkah dalam menguji validitas setiap


alat ukur atau instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan uji CFA dengan model undemensional (satu faktor) dan dilihat nilai
Chi-Square yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (p>0.05)
berarti semua item telah mengukur sesuai dengan yang diteorikan, yaitu hanya
mengukur astu faktor saja. Jika ini terjadi maka analisis dilanjutkan ke langkah
ketiga, yaitu melihat muatan faktor pada masing-masing item. Namun jika nilai
Chi-Square signifikan (p<0.05), maka diperlukan modifikasi terhadap model
pengukuran yang diuji langkah kedua ini.
2. Jika nilai Chi-Square signifikan, maka dilakukan modifikasi model pengukuran
dengan cara mengestimasi korelasi antar kesalah pengukuran pada beberapa item
yang mungkin bersifat multidimensional. Ini berarti bahwa selain suatu item
mengukur konstruk yang seharusnya diukur (sesuai dengan teori), juga dapat
dilihat apakah item tersebut mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu
hal). Jika setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling
berkorelasi dan akhirnya diperoleh model fit, maka model terakhir inilah yang
digunakan pada langkah selanjutnya,
3. Setelah diperoleh model pengukuran yang fit (undimensional) maka dilihat
apakah ada item yang muatan faktornya negatif. Jika ada, item tersebut harus di
drop atau tidak diikutsertakan dalam analisis perhitungan factor score.
4. Dengan menggunakan SPSS dan model unidimensional (satu faktor) kemudian
dihitung (destimasi) nilai skor faktor (true score) bagi setiap orang untuk variabel

13
yang bersangkutan. Dalam hal ini yang dianalisis faktor hanya item yang baik
saja (tidak didrop).
Kriteria yang baik pada CFA adalah:
1. Melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktornya dengan melihat
nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah t>1,95 maka
item tersebut sigifikan dan sebaliknya. Apabila item tersebut signikan maka item
tidak akan di drop, dan sebaliknya.
2. Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah di skoring
dengan favorable (pada skala likert 1-4), maka nilai koefisien muatan faktor pada
item harus bermuatan positif, dan sebaliknya. Apabila item tersebut favorable,
namun koefisien muatan faktor item bernilai negatif maka item tersebut di drop
dan sebaliknya.
3. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka
item tersebut di drop. Sebab, yang demikian selain mengukur apa yang hendak
diukur, ia juga mengukur hal lain.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik.
Untuk dapat menentukan apakah suatu tes hasil belajar telah memiliki validitas atau
daya ketepatan mengukur, dapat dilakukan dari dua segi, yaitu : dari segi tes itu
sendiri sebagai totalitas, dan dari segi itemnya. Jenis-jenis validitas secara rasional
adalah validitas isi, validitas konstruk, validitas kriteria.

Rumus Product Moment dengan angka simpangan:

s
√( )( )

Rumus Aiken :

(
atau
( ( )

3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunanan makalah


ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai
bahan evaluasi untuk kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharini. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya.

Sudijono, Anas. 1996. Pengentar Evaluasi Pendidikan. Jakarta PT Grafindo Persada.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/jp3i/article/download/8155/pdf

16

Anda mungkin juga menyukai