Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI PEMBELAJARAN AFECTIF LEARNING DAN

IMPLEMENTASINYA
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Strategi Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu: Dr. Sitti Chadidjah, S.Pd.I, M.Pd.

Disusun Oleh : Kelompok 4


Muhammad Thuvail 220414054
Husni Munawar 220414032
Fakhmien Fauzan Romadhon 220414027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
TAHUN 2023/1444 H
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Warrahmatullahi
Wabarakatuh.
Puji seta syukur kita panjatkan kepada tuhan yang maha esa.
Sholawat serta salam mari kita curah limpahkan kepada baginda nabi besar
kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam karena atas ridha-nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi
Pembelajaran Afectif Learning dan Implementasinya”.
Dan kami berterimakasih kepada ibu Dr. Sitti Chadidjah,
S.Pd.I.,M.Pd yang telah memberikan tugas ini kepada kami, dan tulisan
ini adalah hasil dari diskusi kami.
Dalam proses penyusunan makalah ini kami berterimakasih kepada
semua orang yang telah memberikan dukungan yang berharga bagi kami.
Kami juga ingin berterimakasih kepada sumber referensi yang telah kami
gunakan untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna
dan banyak kekurangan dari berbagai aspek. Maka dari itu kami menerima
kritik,saran, dan koreksi dari para pembaca untuk memperbaiki tulisan ini
dimasa yang akan datang.
Kami berharap tulisan ini akan bermmanfaat dan menabah
wawasan bagi para pembaca. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya, kepada semua pihak yang yang membantu dalam
membuat tulisan ini.

Bandung, 07 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………………………………………………
………….ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................
C. Tujuan Masalah.............................................................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………………………………
…………..3

A. Pengertian Strategi Pembelajaran


Afektif……………………………………………..4
B. Konsep Dan Tujuan Strategi Pembelajaran
Afektif…………………………………..5
C. Model Dari Strategi Pembelajaran
Afektif……………………………………………6
D. Peran Guru Dalam Implementasi Strategi Pembelajaran
Afektif……………………8
E. Keunggulan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran
Afekti………………………….8
BAB III
PENUTUPAN…………………………………………………………………………………………………………
…………10

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………
……………………10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembentukan dan pengembangan sikap serta moral seorang siswa melalui
pendidikan agama di sekolah menjadi sangat penting. Sebab dasar agama
untuk membentuk pribadi yang agamis (bertaqwa) merupakan kebutuhan
rohaniah dan juga kebutuhan akademis melalui ilmu pengetahuan. Namun
demikian, kondisi kurikulum yang sangat padat, serta kendala-kendala lain
menuntut proses pembelajaran pendidikan agama perlu dilakukan secara baik,
sistematis agar mencapai tujuan yang direncanakan, dan dapat menanamkan
nilai-nilai agama tersebut untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

Telah kita ketahui bahwa kenakalan remaja itu menjadi sumber degradasi
moral pada diri kita dan lebih-lebih pada bangsa kita ini. Oleh sebab itu, kita
sebagai mahasiswa harus peduli dan tanggap akan moral-moral remaja yang
sangat bertolak belakang dengan apa yang telah ditentukan oleh Sang Maha

iv
Pencipta, seperti halnya penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pergaulan
bebas yang tidak bisa memanaj pada diri kita masing-masing, sehingga
munculah benih-benih kenakalan remaja yang tumbuh pada diri remaja itu
sendiri.

Dapat kita lihat pada kenakalan remaja di Negara Indonesia tercinta ini.
Sangat jelas dan nampak sekali. Pada massa era globalisasi ini, khususnya
remaja atau pemuda-pemudi banyak melakukan perbuatan yang sangat tidak
etis, sehingga saat-saat ini Negara Indonesia banyak mengalami cobaan-
cobaan dan bencana alam yang salah satunya adalah akibat dari kenakalan
remaja itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat Salah satu faktor dari kenakalan remaja
adalah sikap yang ada pada peserta didik yang belum diterapkan dan kurang
ditanamkan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran di sekolah dan
pada kehidupan sehari-hari. Masalah afektif dirasakan penting oleh semua
orang, namun implementasinya masih kurang. Hal ini disebabkan merancang
pencapaian tujuan pembelajaran afektif tidak semudah seperti pembelajaran
kognitif dan psikomotor. Satuan pendidikan harus merancang kegiatan
pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran afektif dapat dicapai.
Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat
berbentuk tanggung jawab, kerjasama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur,
menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri. Semua
kemampuan ini harus menjadi bagian dari tujuan pembelajaran di sekolah,
yang akan dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang tepat. Keberhasilan
pendidik melaksanakan pembelajaran ranah afektif dan keberhasilan peserta
didik mencapai kompetensi afektif perlu dinilai. Oleh karena itu perlu
dikembangkan acuan pengembangan perangkat penilaian ranah afektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari strategi pembelajaran afektif?
2. Bagaimana konsep dan tujuan strategi pembelajaran afektif?
3. Apa saja model dari strategi pembelajaran afektif?

v
4. Bagaimana peran guru dalam implementasi strategi pembelajaran afektif?
5. Apa saja keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran afektif?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi dari strategi pembelajaran afektif.
2. Untuk mengetahui konsep dan tujuan strategi pembelajaran afektif.
3. Untuk mengetahui model dari strategi pembelajaran afektif.
4. Untuk mengetahui peran guru dalam implementasi strategi pembelajaran
afektif.
5. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan strategi pembelajaran
afektif.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Afektif


Dalam dunia pendidikan strategi di artikan sebagai a plan, method,
or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J.R.
David, 1976). Jadi dengan demikian, strategi pembelajaran dapat di artikan

vi
sebagai perencanan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di desain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu1.
Strategi pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang mampu
membentuk sikap peserta didik melalui proses pembelajaran (Hamruni
2009). Ditinjau dari segi nama harfiah, strategi ini menekankan pada aspek
afektif, bukan kognitif maupun psikomotor. Hal ini bukan berarti strategi ini
lepas sama sekali dengan aspek kognitif maupun psikomotor, namun hanya
komposisinya lebih dominan afektif. Afektif berbeda dengan kognitif, jika
afektif adalah sikap mental(emosional), maka kognitif adalah
pemikiran(intelektual); jika kognisi membutuhkan suatu disiplin mata
pelajaran tertentu yang berdiri sendiri (matematika, misalnya), maka tidak
demikian dengan afeksi. Oleh karena itu, pemebelajaran afektif untuk
membentuk sikap peserta didik tidak bisa di bebankan pada hanya satu mata
pelajaran tertentu saja. Dengan kata lain, pembentukan sikap(afeksi) harus
menjadi tanggung jawab semua matapelajaran. Dalam hal ini, atrategi
pembelajaran menjadi jembatan antar mata pelajaran dalam membentuk
sikap (afeksi) peserta didik. Dengan kata lain, mata pelajaran apapun yang
di ajarkan dengan metode afektif dapat membentuk sikap dan mental peserta
didik.
Dengan demikian, jelas bahwa strategi pembelajaran afektif adalah
strategi pembelajaran pembentukan sikap, moral atau karakter peserta didik
melalui semua mata pelajaran. Hal ini dikarenakan ranah afektif peseta didik
sangat berkaitan dengan komitmen, tanggung jawab, kerja sama, disiplin,
percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain mengendalikan diri, dan
lain sebagainya. Semua yang di sebutkan tidak lain dan tidak bukan adalah
nila-nilai strategi pembelajaran karakter itu sendiri.
Dimensi afeksi seringkali di sebut sebagai dimensi emosi. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa emosi (afektif) mempunyai pengaruh besar
bagi keberhasilan belajar peserta didik (Eric Jensen, 2008), penerapan
strategi pembelajaran afektif berpengaruh besar dalam meningkatkan

1
Sanjaya wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, cet h. 186

vii
prestasi belajar peseta didik. Misalnya peserta didik yang memiliki minat
belajar atau emosi positif terhadap pelajaran tertentu akan mersa senang
mempelajari mata pelajaran tersebut, sehingga dapat mencapai hasil belajar
yang optimal2.
B. Konsep Dan Tujuan Strategi Pembelajaran Afektif
Berbeda dengan strategi-strategi pembelajaran pada umumnya, yang
memiliki muatan nilai karakter sangat minim sehingga perlu dikembangkan
agar memuat nilai karakter lebih maksimal, maka tidak demikian dengan
strategi pembelajaran afektif.
Strategi pembelajaran afektif dapat diterapkan pada semua mata
pelajaran di semua jenjang pendidikan. Misalnya, dalam pelajaran
Matematika sub tema “Penjumlahan Bilangan Bulat” pada jenjang SD/MI.
Contoh, 4+2 = 6. Dalam konteks ini, Matematika yang di ajarkan dengan
strategi pembelajaran afektif tidak sebatas pengembangan kognitif yang
rasional semata, namun harus di lanjutkan dengan melibatkan mental-
emosional atau afektif. Caranya, tambahkan “makna” pada angka-angka
tersebut, (4 penakut + 2 penakut, misalnya), maka jawabannya buka 6
penakut melainkan 6 pemberani.
Contoh lain lagi, setiap warga Negara Indonesia yang mempunyai
sepeda motor wajib membayar pajak setiap tahun. Jika harga motor adalah
15 juta, kemudian di kurani (-) uang pajak setiap tahun, dalam kurun waktu
tertentu secara rasional pemilik motor tersebut akan merugi. Namun
kenyataanya tidak demikian, semakin tertib masyarakat membayar pajak,
semakin luas pembangunan sarana-prasarana umum. Implikasinya adalah
sepeda motor dapat berfungsi lebih optimal, sehingga meningkatkan
pendapatan orang yang mempunyai sepeda motor tersebut.
Contoh-contoh di atas adalah pengembangan ranah kognitif kepada
ranah afektif yang melibatkan mental (emosi positif) dalam pembelajaran.
Selajutnya, perlibatan mental atau emosi positif dalam setiap pembeljaran di
lanjutkan pada makna hidup drai ritual peribadahan. Artinya, belajar tidak

2
Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, cet 1, hal 191

viii
semata-mata agar cerdas, melainkan memaknai hidup dengan ilmu
pengetahuan. Dengan kata lain, hidup lebih bermakna jika bernaung pada
ilmu pengetahuan yang benar.
Dalam religiusitas (salah satu nilai karakter) belajar dapat dimaknai
sebagai upaya melaksanakan perintah Tuhan. Sebab semua agama dala kitab
sucinya masing-masing menyeru untuk menuntut ilmu (menempuh
pendidikan). Artinya berpikir, belajar, bersekolah dan lain-lain merupakan
bentuk dari ibadah itu sendiri.
Tujuan pembelajaran afektif menurut Bloom berhubungan dengan
“perasaan”, “emosi”, “serta nilai”, dan “sikap hati (attitude)” yang
menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif
terdiri dari yang paling sederhana, yaitu “memperhatikan fenomena” sampai
dengan yang kompleks yang merupakan faktor internal seseorang, serta
kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan afektif ini disebutkan
sebagai : minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai, serta
kecenderungan emosi.
C. Model Dari Strategi Pembelajaran Afektif
Menurut Wina Sanjaya (2006), ada 3 model strategi pembelajaran yaitu :
1. Model Konsiderasi, dikembangkan oleh Mc, Paul yang menekankan
bahwa model ini merupakan strategi pembelajaran yg dapat membentuk
kepribadian. Salah satu implementasinya yakni mengajak siswa untuk
memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang untuk menambah
wawasan agar mereka dapat menimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai
yang dimilikinya.
2. Model Pengembangan Kognitif oleh Lawrence KohlBerg, berpendapat
bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi
kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur .
3. Teknik Mengklarifikasi Nilai dapat diartikan sebagai teknik pengajaran
untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang

ix
dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan yang dianggap proses
menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa3.
menekankan pentingnya diperhatikan tiga unsur dalam
menanamkan nilai, yaitu; pengertian atau pemahaman tentang nilai yang
dipelajari, perasaan, dan tindakan yang sesuai dengan nilai-nilai tersebut.
Ketiga unsur ini saling berkaitan. Pengajar perlu memperhatikan ketiga
unsur ini agar nilai-nilai yang ditanamkan tidak sekedar sebagai
pengetahuan semata, tetapi benar-benar menjadi tindakan-tindakan nyata.
Pengertian atau pemahaman terhadap suatu nilai adalah kesadaran,
rasionalitas, atau alasan mengapa seseorang harus melakukan hal itu, suatu
pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai tertentu. Ini sering kali
disebut sebagai segi kognitif dari nilai. Segi kognitif ini perlu diajarkan
kepada para siswa/mahasiswa4.
Setiap strategi pembelajaran sikap pada umumnya menghadapkan
siswa pada situasi yang mengandung konflik atau situasi problematis,
melalui situasi ini di harapkan siswa dapat mengambil keputusan
berdasarkan nilai yang dianggapnya baik. Di bawah ini disajikan beberapa
model strategi pembelajaran pembentukan sikap :
1. Model Konsiderasi
Model konsiderasi dikembangkan oleh MC.Paul, seorang humanis. Paul
menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pengembangan
kognisi yang rasional. Pembelajaran moral siswa menurutnya adalah
pembentukan pembentukan kepribadian bukan pengembangan intelektual.
Oleh sebab itu, model ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang
dapat membentuk kepribadian. Tujuannya adalah agar siswa menjadi
manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain.
2. Model Pengembangan Kognitif

3
Wina hawiansyah. 2016. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA).
https://flowerssyahna.blogspot.com/2016/12/makalah-strategi-pembelajaran-afektif.html ( di
akses pada 7 desember 2023).
4
Lickona Educating for Character (dalam Paul Suparno, dkk. 2002)

x
Model pengembangan kognisi dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg.
Model ini banyak diilhami oleh pemikiran John Dewey yang berpendapat
bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses dari restrukturisasi
kognitif yang berlangsung secara berangsur-angsur menurut urutan tertentu.
3. Tehnik Mengklarifikasikan Nilai.
Tehnik volume clarification technic Que atau VCT dapat diartikan sebagai
tehnik pengajaran untuk memebantu siswa dalam menerima dan
menentukan suatu nilai yang di aggapnya baik dalam menghadapi suatu
persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam
dalam diri siswa. VCT menekankan bagaimana sebenarnya seseorang
membangun nilai yang menurut anggapannya baik, yang pada akhirnya nilai
– nilai tersebut akan mewarnai perilaku dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat5.

D. Peran Guru Dalam Implementasi Strategi Pembelajaran Afektif


1. Pola Pembiasan
Menurut penelitian Watson seorang psikolog cara belajar sikap
yang disebabkan dengan kebiasaan dapat menjadi dasar penanaman sikap
tertentu terhadap suatu objek. Dalam proses pembelajaran di sekolah, baik
secara disadari maupun tidak, guru dapat menanamkan sikap tertentu kepada
siswa melalui proses pembiasaan misalnya, siswa yang setiap kali menerima
perlakuan yang tidak mengenakan dari guru seperti mengejek atau
menyinggung perasaan anak, maka lama-kelamaan akan timbul perasaan
kesal dari anak tersebut yang pada akhirya dia tidak menyukai guru dan
mata pelajarannya.
2. Modeling
Pembelajaran sikap seseorang yang dilakukan melalui proses
modeling yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses

5
Hamruni.strategi dan model-model pembelajaran aktif dan menyenangkan, Fakultas Tarbiyah
UIN Sunan Kalijaga,2009

xi
mencontoh. Proses modeling ini adalah proses peniruan anak terhadap orang
lain yang menjadi idolanya atau orang yang dihormatinya yang dimulai rasa
kagum. Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah
keinginannya untuk melakukan peniruan (imitasi).
Proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek melalui proses
modeling pada mulanya dilakukan secara mencontoh, namun anak perlu
diberi pemahaman mengapa hal itu dilakukan. Misalnya: guru perlu
menjelaskan mengapa kita harus telaten terhadap tanaman, atau mengapa
kita harus berpakaian bersih dan rapi. Hal ini diperlukan agar sikap tertentu
yang muncul benar-benar didasari oleh suatu keyakinan kebenaran sebagai
suatu sistem nilai.6

E. Keunggulan Dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Afektif


 Adapun Kelebihan dari Strategi Pembelajaran Afektif

a. Dalam pelaksanaan pembelajaran afektif akan dapat Membentuk watak


serta peradaban Bangsa yang bermatabat.

b. Mengembangkan potensi peserta didik dalam hal nilai dan sikap.

c. Menjadi sarana pembentukan manusia yang beriman, dan bertaqwa


kepada Tuhan yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

d. Peserta didik akan lebih mengetahui mana yang hal yang baik dan mana
yang tidak baik.

e. Peserta didik akan mengetahui hal yang berguna atau berharga (sikap
positif) dan tidak berharga atau tidak berguna (sikap negatif).

6
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,( Jakarta : Kencana.
2008)

xii
f. Dengan pelaksanaannya strategi pembelajaran afektif akan memperkuat
karakter bangsa indonesia, apalagi apabila diterapkan pada anak sejak dini.

g. Dengan pelaksanaan pembelajaran afektif siswa dapat berperilaku


sesuai dengan pandangan yang di anggap baik dan tidak bertentangan dengan
norma- norma yang berlaku.

 Adapun Kelemahan Strategi Pembelajaran Afektif

a. Kurikulum yang berlaku selama ini cendrung diarahkan untuk pmbentukan


intelektual (kemampuan kognitif) dimana anak diarahkan kepada menguasai
materi tanpa memperhatikan pembentukan sikap dan moral.

b. Sulitnya melakukan kontrol karena banyaknya faktor yang dapat


mempengaruhi perkembangan sikap seseorang.

c. Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi dengan segera, karena


perubahan sikap dilihat dalam rentang waktu yang cukup lama.

d. Pengaruh kemampuan teknologi, khususnya teknologi informasi yang


menyuguhkan aneka pilihan program acara yang berdampak pada pembentukan
karakter anak.

BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Strategi pembelajaran affective learning adalah bahwa pendekatan
ini fokus pada pengembangan aspek emosional dan nilai-nilai siswa.
Implementasinya melibatkan pendekatan yang berpusat pada pengalaman,
penekanan pada hubungan positif antara guru dan siswa, serta penggunaan

xiii
aktivitas yang merangsang respons emosional. Dengan mengintegrasikan
affective learning, pendidikan dapat lebih efektif dalam membentuk sikap,
nilai, dan keterampilan sosial siswa, membantu mereka tumbuh
secara holistik.

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, cet h. 186


Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, cet 1, hal 191
Wina hawiansyah. 2016. Strategi Pembelajaran Afektif (SPA).
https://flowerssyahna.blogspot.com/2016/12/makalah-strategi-
pembelajaran-afektif.html ( di akses pada 7 desember 2023).
Lickona Educating for Character (dalam Paul Suparno, dkk. 2002)

xiv
Hamruni.strategi dan model-model pembelajaran aktif dan menyenangkan,
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,2009
Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan,( Jakarta : Kencana. 2008)

xv

Anda mungkin juga menyukai