Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ANALISIS KESULITAN PERKEMBANGAN DAN


BELAJAR PESERTA DIDIK

DOSEN PEMBIMBING

Dr. H. M. SALEH, M.Pd.


DISUSUN OLEH

ARIF RISWANDI 1710121210001

DIKA LESTARI JOUHARWATI 1710121220003

MA’RIFAH HIDAYATI 1710121120007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEPENDIDIKAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Kesulitan Perkembangan dan
Belajar Peserta Didik”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Belajar peserta didik.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami
sampaikan banyak terima kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi
dalam penyelesaian makalah ini, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi
dapat teratasi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun yang nantinya
untuk menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik
kedepannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada
pembaca khususnya para mahapeserta didik Universitas Lambung Mangkurat.

Banjarmasin, Maret 2018

Penyusun

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Prinsip-Prinsip Belajar...................................................................................3
2.2 Aliran Psikologi Belajar.................................................................................4
2.3 Permasalahan dan Kesulitan Belajar Peserta Didik.......................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................10
3.1 Kesimpulan...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pengertiannya menurut Depdiknas, Peserta didik adalah anggota


masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur jenjang dan jenis
pendidikan. Dalam proses perkembangannya, peserta diharuskan untuk terus
belajar agar perubahan yang ada pada dirinya dapat terus berkembang dan
mendapatkan hasil yang optimal. Dari pengertiannya itu sendiri, belajar adalah
suatu usaha sadar yang dilakukan individu untuk mendapatkan perubahan perilaku
yang ada pada diri mereka, perubahan yang relatif dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor yang diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan yang ada di
sekitarnya.
Dalam proses perkembangannya, peserta didik pasti sering mengalami
kesulitan pada saat ia belajar. Hal tersebut menyebabkan proses perkembangannya
akan menjadi terhambat. Ini merupakan suatu permasalahan yang harus diatasi
oleh seorang pendidik. Untuk mengatasi kesulitan belajar pada peserta didik,
seorang pendidik diharuskan untuk mengetahui pemecahan masalah kesulitan
belajar yang dialami oleh para peserta didik.
Dalam pemecahan masalahnya, para pendidik harus mengetahui apa-apa
saja yang menjadi prinsip-prinsip dalam belajar dan juga aliran-aliran yang
termasuk dalam psikologi belajar yang nantinya dapat menerapkannya dalam
kegiatan belajar mengajar sehingga proses perkembangan peserta didik dapat
mengalami perubahan yang relatif menetap. Selain itu, para pendidik juga harus
mengetahui berbagai jenis kesulitan belajar dan juga permasalahan belajar
sehingga kesulitan belajar yang dialami oleh para peserta didik dapat ditemukan
penyelesaiannya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, kita dapat mengambil beberapa rumusan


masalah dan rumusan masalah tersebut sebagai berikut:

1. Apa saja prinsip-prinsip dalam belajar?


2. Apa saja yang termasuk dalam aliran psikologi belajar?
3. Apa saja permasalahan belajar yang menjadi penghambat dalam proses
perkembangan peserta didik?
4. Apa saja faktor-faktor yang menjadikan peserta didik mengalami kesulitan
belajar?

1|Page
1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata
kuliah perkembangan belajar peserta didik dan juga untuk mengetahui prinsip-
prinsip dalam belajar, mengetahui aliran-aliran psikologi belajar, mengetahui
kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik, dan mengetahui permasalahan
belajar yang berdampak negatif pada proses perkembangan peserta didik.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip-Prinsip Belajar

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto [CITATION Sla03 \p 27-28 \l 1057 ] ,


berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, peserta didik harus selalu
berpartisipasi aktif dalam setiap proses belajar yang dialaminya, meningkatkan
minat dalam belajar, dan membimbing peserta didik dalam belajar agar dapat
mencapai tujuan instruksional. Sesuai hakikat belajar, belajar merupakan suatu
proses yang berkesinambungan, untuk itu dalam pelaksanaannya harus dilakukan
tahap demi tahap. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari, peserta didik akan
lebih mudah menangkap pembelajaran apabila materi belajar disajikan secara
sederhana. Syarat keberhasilan belajar yaitu dengan sarana yang mendukung
dalam proses pembelajaran akan membuat peserta didik merasa tenang ketika
belajar.
Prinsip-prinsip Belajar yang Aktif Menurut Suprihatin Saputro [CITATION
Sap00 \p 146-150 \l 1057 ], dalam kegiatan belajar agar peserta didik dapat belajar
dengan aktif perlu ditunjang dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Menyajikan kegiatan yang bervariasi


Kegiatan pembelajaran dan metode yang digunakan bervariasi seperti
menggunakan metode diskusi, percobaan, meringkas buku dan lain-lain.

2. Menciptakan suasana belajar yang bervariasi


Kegiatan belajar diciptakan secara menarik dan bervariasi dan tidak
membosankan seperti pengaturan tempat duduk siswa, pengaturan ruangan.

3. Mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar


Hendaknya dalam kegiatan selalu beranggapan bahwa setiap siswa memiliki
potensi kemampuan dan pengalaman. Aktivitas siswa dalam kegitan belajar
mencakup aktivitas fisik, mental dan sosial. Keaktifan siswa dapat terlaksana
bila tugas-tugas yang dilakukan siswa mengacu pada keterampilan proses.

4. Mendorong siswa agar kreatif


Dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktifkan dirinya
seperti memberikan kesempatan untuk berpendapat, mengajukan pertanyaan
atau usul.

3|Page
5. Meningkatkan terjadinya interaksi yang lebih baik dalam kelas.
Guru lebih berperan sebagai pengarah atau pengendali kegiatan belajar
mengajar, siswa tidak harus meminta informasi atau jawaban yang
diperlukan.

6. Melayani perbedaan individu


Siswa ada yang dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik melalui
mendengar, melihat ataupun melalui cerita, hendaknya hal ini digunakan
sebagai kegiatan belajar yang bervariasi untuk melayani perbedaan-perbedaan
yang ada pada siswa.

7. Memanfaatkan berbagai sumber belajar


Penggunaan buku, alat peraga ataupun media dalam kegiatan pembelajaran
akan memacu siswa untuk belajar dan tidak mengalami kebosanan.

2.2 Aliran Psikologi Belajar

Psikologi belajar terdiri dari dua penggalan kata yaitu psikologi dan
belajar. Dalam pengertian secara etimologis, kata psikologi terdiri dari dua kata,
yaitu psyche dan logos yang mempunyai arti masing-masing yaitu psyche yang
berarti jiwa atau ruh dan logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, psikologi berarti ilmu pengetahuan tentang jiwa atau dalam bahasa
sederhana disebut dengan ilmu jiwa. [CITATION Bah16 \p 13 \l 1057 ]
Sedangkan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang mengenai hal-hal yang bermanfaat baginya melalui interaksi dengan
lingkungan sekitarnya. Hal tersebut berupa serangkaian kegiatan jiwa raga,
psikofisik, menuju perkembangan yang seutuhnya dalam aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor. Perkembangan yang dimaksud ialah “perubahan yang relatif
permanen pada aspek psikologis”.[ CITATION Sya11 \l 1057 ]
Jadi dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi belajar
adalah disiplin ilmu yang menjelaskan pemahaman perihal kejiwaan yang ada
dalam tingkah laku setiap individu untuk mendidik atau membina perkembangan
kepribadiannya. Psikologi belajar berisi teori-teori psikologi mengenai belajar,
membahas bagaimana masing-masing individu itu belajar dan melakukan
pembelajaran.
Dalam Psikologi belajar, terdapat tiga aliran yang memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Ketiga aliran psikologi belajar tersebut sebagai berikut:

4|Page
1. Behavioristik

Teori behavioristik adalah teori beraliran behaviorisme yang merupakan salah


satu aliran psikologi. Teori belajar behavioristik ini dikenal dengan sebuah teori
yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik
dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dan respon.[CITATION Bud05 \p 20 \l 1057 ]
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan
perubahan tingkah lakunya. Menurut teori ini yang terpenting adalah :
a. Masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang
berupa respons. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
siswa misalnya alat perkalian, alat peraga, pedoman kerja atau cara-cara
tertentu untuk membantu belajar siswa, sedangkan respon adalah reaksi
atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru tersebut.
Teori ini juga mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan
suatu hal yang penting untuk melihat terjadi tidaknya perubahan tingkah
laku tersebut.
b. Penguatan (reinforcement)
c. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.
Misalnya, ketika peserta didik diberi tugas oleh guru, ketika tugasnya
ditambahkan maka ia akan semakin giat belajarnya, maka penambahan
tugas tersebut merupakan penguatan positif dalam belajar, begitu juga
sebaliknya.
2. Kognitif

Dalam teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya
dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Menurut pendapat para ahli jiwa
aliran kognitis, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu
tindakan mengenal ataupu memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan
memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif
berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang bergantung pada insting terhadap
hubungan-hubungan yang ada dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari
pada bagian-bagiannya. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan
atas stimulus di dalam lingkungan serta pada faktor-faktor yang mempengaruhi
pengamatan.[CITATION Wal86 \p 172 \l 1057 ]

5|Page
Belajar adalah proses internal mental manusia yang tidak dapat diamati
secara langsung. Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah
laku dan berbuat dalam situasi tertentu, perubahan dalam tingkah laku hanyalah
suatu refleksi dari perubahan internal dan tak dapat diukur dan diterangkan tanpa
melibatkan proses mental. (aspek-aspek yang tidak dapat diamati seperti
pengetahuan, arti, perasaan, keinginan, kreatifitas, harapan dan pikiran).

3. Humanistik

Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah


bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan pada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi
pelajaran harus sesuai dengan perasan dan perhatian peserta didik. Dalam dunia
pendidikan, aliran humanistis muncul pada tahun 1960-1970-an.[CITATION Dal07 \p
45 \l 1057 ]
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat
memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan
lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan
individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai,
tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James
Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi
humanistik, yaitu:
a. Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-
komponen,
b. Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan
manusia lainnya,
c. Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan
dengan orang lain,
d. Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas
pilihan-pilihanya, dan
e. Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan
kreativitas.

2.3 Permasalahan dan Kesulitan Belajar Peserta Didik

Beberapa wujud ketidakberhasilan peserta didik dalam belajar yaitu


memperoleh nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik
kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir. Kegagalan dalam
belajar berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya serta tidak kalah penting adalah
dampak kegagalan belajar pada rasa percaya diri. Kerugian tersebut bukan hanya
dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh keluarga dan lembaga

6|Page
pendidikan. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak tidaknya
meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis
kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan. Hal ini
disebutkan dalam UU RI NO. 20 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 yang berbunyi:
“Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang dapat mengatasi kesulitan
belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu,
karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan
guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik. Seorang guru harus
mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar yang dialami oleh siswa sebelum
memberikan bantuan, agar masalah yang dihadapi siswa itu dapat terselesaikan
dengan sebaik-baiknya“.
Pada dasarnya semua faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap
perkembangan belajar peserta didik, apakah pengaruhnya positif ataupun negatif.
Kekuatan pengaruh setiap faktor-faktor bagi setiap individu tidak selalu sama.
Masalah kesulitan belajar merupakan inti dari masalah pendidikan dan pengajaran
karena belajar merupakan kegiatan utama dalam pendidikan dan pengajaran.
Semua upaya dalam pendidikan dan pengajaran diarahkan agar peserta didik
belajar, sebab melalui kegiatan belajar ini peserta didik dapat berkembang lebih
optimal. Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa.

a. Pengertian Guru, Belajar dan Kesulitan Belajar

Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya diindahkan atau
dipercayai. Sedangkan ditiru artinya dicontoh atau diikuti. Belajar adalah tugas
utama peserta didik. Para ahli mengemukakan pengertian belajar dapat
didefinisikan sebagai tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman. Dengan kata lain tingkah laku yang mengalami perubahan
karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, pemecahan suatu
masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap.
Kesulitan belajar adalah terjemahan dari istilah bahasa Inggris learning
disability. Terjemahan tersebut kurang tepat karena learning artinya belajar dan
disability artinya ketidakmampuan. Menurut [CITATION Mul00 \l 1057 ]
Kesulitan belajar adalah suatu gejala-gejala yang tampak pada peserta didik yang
ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang
telah ditetapkan. Kesulitan belajar itu terjadi karena adanya suatu permasalahan.
Permasalahan-permasalahan yang menjadikan peserta didik mengalami kesulitan
belajar, diantaranya:

7|Page
1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses
belajar seseorang terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan.
Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar potensi dasarnya tidak
dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respon-respon yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh, peserta didik yang sudah
terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin
akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah- gemulai.

2. Learning Disfunction merupakan gejala-gejala dimana proses belajar yang


dilakukan peserta didik tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya
peserta didik tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,
gangguan alat indra, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh: peserta didik
yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet
bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia
tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.

3. Under Achiever mengacu pada peserta didik yang sesungguhnya memiliki


tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi
belajarnya tergolong rendah. Contoh: peserta didik yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul
(IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah
sangat rendah.

4. Slow Learner atau lambat belajar adalah peserta didik yang lambat dalam
proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan sekelompok peserta didik lain yang memiliki taraf potensi
intelektual yang sama.

5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala-


gejala dimana peserta didik tidak mampu belajar atau menghindari belajar,
sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Permasalahan-permasalahan belajar seperti yang ada di atas akan tampak dari
berbagai gejala-gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek
psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap pendidik adalah sebagai
pengajar sekaligus berperan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar.
Untuk mengatasi masalah belajar, pendidik perlu mengadakan pendekatan pribadi
disamping pendekatan instruksional dalam berbagai bentuk yang memungkinkan

8|Page
pendidik dapat lebih mengenal dan memahami peserta didik serta masalah
belajarnya.

b. Faktor-Faktor yang Menjadi Penyebab Kesulitan Belajar Peserta Didik

Fenomena kesulitan belajar peserta didik biasanya tampak jelas dari


menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar
juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) peserta
didik seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi,
sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah. Secara garis besar,
faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu
faktor internal, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri
peserta didik sendiri dan faktor eksternal, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan
yang datang dari luar diri peserta didik. Kedua faktor tersebut meliputi aneka
ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini.
a.    Faktor Internal
Faktor internal peserta didik meliputi gangguan atau ke kurangmampuan psiko-
fisik siswa, yakni:
1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi peserta didik
2. Yang bersifat efektif (ranah rasa) antara lain seperti labilnya emosi dan sikap
3. Yang bersikap psikomotor (ranah krasa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga).

b.    Faktor eksternal


1. Faktor eksternal peserta didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar peserta didik. Faktor
lingkungan ini meliputi:
2. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidak harmonisanya hubungan antara
ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
3. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayahnya
perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (pergrup) yang
nakal.
4. Lingkungan sekolah, contohnya; kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar yang berkualitas
rendah.

9|Page
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto [CITATION Sla03 \p 27-28 \l 1057 ] ,


berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar, peserta didik harus selalu
berpartisipasi aktif dalam setiap proses belajar yang dialaminya, meningkatkan
minat dalam belajar, dan membimbing peserta didik dalam belajar agar dapat
mencapai tujuan instruksional. Prinsip-prinsip Belajar yang aktif Menurut
Suprihatin Saputro[CITATION Sap00 \p 146-150 \l 1057 ], dalam kegiatan belajar agar
peserta didik dapat belajar dengan aktif perlu ditunjang dengan menyajikan
kegiatan yang bervariasi, menciptaka suasana belajar yang bervariasi, mendorong
peserta didik agar aktif dalam proses belajar, mendorong peserta didik agar
kreatif, meningkatkan terjadinya interaksi yang lebih baik dalam kelas, melayani
perbedaan individu, dan memanfaatkan berbagai sumber belajar.
Adapun tiga aliran yang termasuk dalam psikologi belajar yaitu aliran
behaviorisme, kognitif, dan humanisme. Menurut aliran behavioristik, belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Dengan kata lain belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami peserta didik dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan
cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut aliran
kognitif, tingkah laku seseorang bergantung pada insting terhadap hubungan-
hubungan yang ada dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari pada
bagian-bagiannya. Aliran ini memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas
stimulus di dalam lingkungan serta pada faktor-faktor yang mempengaruhi
pengamatan. Sedangkan aliran humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap-
tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang
mereka hubungkan pada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Psikologi
humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan
dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada
kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya,
nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan
Kesulitan belajar adalah suatu gejala-gejala yang tampak pada peserta
didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah
norma yang telah ditetapkan. Kesulitan belajar itu terjadi karena adanya suatu
permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang menjadikan peserta didik
mengalami kesulitan belajar diantaranya learning disorder atau kekacauan belajar,

10 | P a g e
learning disfunction, under achiever, slow learner atau lambat belajar, dan
learning disabilities atau ketidakmampuan belajar. Faktor-faktor penyebab
timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam yaitu faktor internal, yakni hal-
hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri peserta didik itu sendiri
dan faktor eksternal, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar
diri peserta didik. Dengan demikian, setiap pendidik perlu mengadakan
pendekatan pribadi disamping pendekatan instruksional dalam berbagai bentuk
yang memungkinkan pendidik dapat lebih mengenal dan memahami peserta didik
sehingga permasalahan dan kesulitan belajar peserta didik tersebut dapat teratasi.

11 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2000). Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta.

Baharuddin. (2016). Psikologi Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Budiningsih, C. A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono, M. (2007). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Saputro, S. (2000). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Asdi Mahasatya.

Walgito, B. (1986). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi Yoga.

12 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai