Anda di halaman 1dari 15

STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DAN STRATEGI

PEMBELAJARAN AKTIF

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Model pembelajaran


Pada Semester VII (Tujuh) Program Studi Pendidikan Agama Islam (A)

Dosen Pengampu: Dr. Jasmansyah, M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 5
Aslih Nasrillah (014.14.2010.19)
Ega Nugraha (014.14.20.19)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


SYAMSUL’ULUM GUNUNGPUYUH SUKABUMI
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segenap puja dan syukur semata-mata untuk Rabb alam semesta, yang
telah melipatkan nikmat bagi manusia dari ujung rambut sampai telapak kaki. Dan
bila kita menghitung segala nikmat-Nya, niscaya tidak akan sanggup
menghitungnya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah ke haribaan
Rasulullah Saw, keluarga, para sahabat terpilih dan mudah-mudahan sampai
kepada kita selaku umat-Nya.

Puji syukur ini kami haturkan semata-mata karena saya sangat bersyukur
akhirnya tugas Model dan Metode Pembelajaran dengan pembahasan
“STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF DAN STRATEGI
PEMBELAJARAN AKTIF” ini telah terselesaikan.

Pada kesempatan yang baik ini, tak lupa kami ingin mengucapkan
terimakasih kepada Dr. Jasmansyah, M.Pd. sebagai dosen pengampu yang telah
memberikan tugas dan pengalaman berharga sehingga tugas ini bisa terselesaikan
tepat waktu.

Kami sadar dan yakin bahwa tugas ini masih memiliki begitu banyak
kekurangan, maka dari itu, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan guna
menyempurnakan tugas selanjutnya.

Sukabumi, 17 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Pengertian Strategi Pembelajaran Afektif dan Strategi Pembelajaran
Aktif
1. Pengertian Pembelajaran Afektif.....................................................................2
2.Pengertian Pembelajran Aktif..........................................................................3
B. Model Strategi Pembelajaran Afektif Dan Karakteristik Pembelajaran
Aktif
1.Model Strategi Pembelajaran Afektif...............................................................4
2.Karakteristik Strategi Pembelajaran Aktif......................................................6
C. Proses Pembentukan Sikap dan Penerapan Strategi Pembelajaran
Aktif
1. Proses Pembentukan Sikap....................................................................7
2. Urgensi Penerapan Pembelajran Aktif.................................................9
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
DAFTAR ISI.........................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Strategi pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu cara, seperangkat


cara,teknik yang dilakukan dan ditempuh oleh seorang guru atau siswa
dalammelakukan upaya terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau sikap.
Strategipembelajaran merupakan salah satu cara yang digunakan guru
dalampenyampaikan materi pelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh
gurutidak bisa terlepas dari penerapan strategi pembelajaran. Karena
strategipembelajaran tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan guru
dalammenyampaikan materi pelajaran. Diharapkan penyampaian materi pelajaran
tersebut, dapat diserap dan dipahami oleh siswa, karena hal ini berdampak
terhadap tujuan yang hendak dicapai proses pembelajaran.

Pembelajaran yang baik adalah guru tidak selalu memposisikan dirinya


sebagai subjek yang mendominasi proses pembelajaran dan tidak menjadikan
siswa hanya sebagai objek. Tetapi, guru harus mampu menciptakan suasana yang
kondusif, edukatif dan inofatif dalam belajar serta mampu membimbing
peserta didik sehingga terjadi perubahan positif tingkah laku kognitif,afektif dan
psikomotor pada peserta didik.

Beragam Strategi pembelajaran dapat digunakan untuk menciptakan


pembelajaran sukses. Pembelajaran sukses dimaknai sebagai aktivitas
pembelajaran yang dapat memberikan dampak positif yaitu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap orang yang belajar; menggunakan
sumberdaya yang tersedia; mampu menarik minat dan perhatian peserta didik.
untuk terlibat aktif dalam aktivitas pembelajaran. Dengan kata lain, pembelajaran
sukses memiliki tiga indikator utama yaitu: efektif, efesien dan menarik.

B. Rumusan Masalah

1
1. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran afektif dan strategi
pembelajaran aktif ?
2. Apa saja model strategi pembelajaran afektif dan Karakteristik strategi
pembelajaran aktif ?
3. Bagaimana prosen penerapan Strategi pembelajaran afektif dan
pembelajaran aktif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian strategi pembelajaran afektif dan strategi
pembelajaran aktif
2. Untuk mengetahui model strategi pembelajaran afektif dan Karakteristik
strategi pembelajaran aktif
3. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran afektif dan pembelajaran
aktif

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi Pembelajaran Afektif dan Strategi Pembelajaran


Aktif
1. Pengertian Pembelajaran Afektif

Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan


untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk
mencapai dimensi lainya. Yaitu sikap dan keterampilan afektif berhubungan
dengan volume yang sulit di ukur karena menyangkut kesadaran seseorang
yang tumbuh dari dalam, afeksi juga dapat muncul dalam kejadian behavioral
yang diakibatkan dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Strategi
Pembelajaran Afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif
dan psikomotor.

Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh sebab itu
menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa. Dalam
batasan tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan
tetapi penilaiannya untuk sampai kepada kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal
ini tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai
akibat dari proses pembelajaran yang dilakukan guru disekolah kita tidak bisa
menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan
bahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses
pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan
guru dalam keluarga dan lingkungan sekitar.

Strategi pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada


situasi yang mengandung konflik atau situasi yang problematis, dan pengajar
dapat membina dalam menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan tingkat

2
nilai kemampuan masing-masing.  Dalam pengaplikasian terhadap
pembelajaran yang diberikan guru, dalam pemberian contoh terhadap yang
diberikan guru hendaknya siswa difasilitasi dengan lingkungan yang baik, saya
lihat sebagian sekolah, bahwasanya lingkungan sekitar sekolah tidak nyaman
untuk melakukan pembelajaran yang afektif, dan juga lingkungan masyarakat,
maka dari itu pembentukan sikap akan sulit dilaksanakan.          

  Dengan demikian, jelas bahwa strategi pembelajaran afektif adalah


strategi pembelajaran pembentukan sikap, moral atau  karakter peserta didik
melalui semua mata pelajaran. Hal ini dikarenakan ranah afektif peseta didik
sangat berkaitan dengan komotmen, tanggung jawab, kerja sama, disiplin,
percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain mengendalikan diri, dan
lain sebgainya. Semua yang di sebutkan tidak lain dan tidak bukan adalah nila-
nilai strategi pembelajaran karakter itu sendiri.

2. Pengertian Pembelajran Aktif

Ide pembelajaran aktif ini sebenarnya mengacu kepadabagaimana


memberikan sesuatu yang berbeda kepada orang yang berbeda. Jadi pembelajaran
aktif sebenarnya mengakomodasi perbedaan yang ada di antara individu peserta
didik. Seperti diketahui setiap peserta didik bersifat unik. Peserta didik yang satu
berbeda dengan peserta didik lain dilihat dari berbagai sisi. Oleh karena itu, ada
beberapa definisi tentang pembelajaran aktif, antara lain:

Belajar aktif menurut Meyers & Jones, meliputi pemberian kesempatan


kepada peserta didik untuk melakukan diskusi yang penuh makna, mendengar,
menulis, membaca dan merefleksi materi, gagasan, isu dan konsern materi
akademik.

Paulson&Faust mengungkapkan bahwa belajar aktif secara sederhana


merupakan segala sesuatu yang dilakukan peserta didik selain hanya menjadi
pendengar pasif ceramah dari guru. Hal ini meliputi segala sesuatu dari latihan
mendengarkan untuk mencerna segala sesuatu yang didengar, latihan menulis
pendek dalam menanggapi materi dari guru sampai dengan latihan kelompok yang

3
kompleks untuk menerapkan materi pembelajaran dalam situasi kehidupan nyata
atau pada permasalahan yang baru.

Joint Report menyatakan bahwa belajar merupakan pencarian makna secara


aktif oleh peserta didik. Belajar lebih merupakan pembangunan pengetahuan dari
pada sekedar menerima pengetahuan secara pasif.

Chickering&Gamson menambahkan bahwa belajar tidaklah seperti menonton


olahraga. Peserta didik tidak akan belajar banyak hanya dengan dengan duduk di
kelas dan mendengarkan guru, mengingat tugas-tugas, dan mengajukan jawaban.
Mereka harus mengungkapkan apa yang telah mereka pelajari, menulisnya,
menghubungkan dengan pengalaman terdahulu dan menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka seharusnya memiliki apa yang mereka pelajari.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam
kegiatan.

B. Model Strategi Pembelajaran Afektif Dan Karakteristik Pembelajaran


Aktif
1. Model Strategi Pembelajaran Afektif

Adapun strategi pembelajaran dalam pembentukan afektif (sikap) pada


umumnya terkait pada situasi siswa yang dihadapkan dengan masalah, yang
diharapkan siswa dapat mengambil keputusan berdasarkan apa yang
dianggap baik yaitu dengan mencari solusi atas segala persoalan.

Ada beberapa model strategi pembelajaran pemebentukan sikap antara


lain yaitu:

a. Model Konsiderasi

Model konsiderasi dikembangkan oleh Mc. Paul, seorang humanis. Paul


menganggap bahwa pembentukan moral tidak sama dengan pembentukan kognitif yang
rasional. Pembelajaran moral siswa menurutnya adalah pembentukan kepribadian bukan

4
pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, model ini menekankan kepada strategi
pembelajaran yang dapat membentuk kerpibadian. Tujuannya adalah agar siswa menjadi
manusia yang memiliki kepedulian terhadap orang lain. Kebutuhan yang sangat
fundamental pada manusia adalah bergaul secara harmonis dengan orang lain. Saling
memberi dan menerima dengan penuh cinta dan kasih sayang. Dengan demikian
pembelajaran sikap pada dasarnya adalah membantu anak agar dapat mengembangkan
kemampuan untuk bisa hidup bersama secara harmonis, peduli, dan merasakan apa yang
dirasakan orang lain.

b. Model Pengembangan Kognitif


Menurut Kohlberg, moral manusia itu berkembang melalui 3 tingkat.
1) Tingkat prakonvensional. Pada tingkat ini setiap individu memandang moral
berdasarkan kepentingan sendiri. Pada tingkat prakonvensional ini ada dua tahap
yang dilalui yaitu : pertama, orientasi hukuman dan kepatuhan. Pada orientasi ini
anak didasarkan kepada konsekuensi fisik yang akan terjadi. Kedua, orientasi
instrumental-relatif. Pada tahap ini perilaku anak didasarkan kepada rasa ”adil”
berdasarkan aturan permainan yang telah disepakati.

2) Tingkat konvensional. Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan


pada hubungan individu- masyarakat. Kesadaran dalam diri anak mulai
tumbuh bahwa perilaku itu harus sesuai dengan norma-norma dan aturan yang
berlaku dimasyarakat. Dengan demikian pemecahan masalah bukan hanya
didasarkan pada rasa keadilan belaka, akan tetapi apakah pemecahan masalah itu
sesuai dengan norma masyarakat atau tidak.

3) Tingkat Postkonvensional. Pada tingkat ini perilaku bukan hanya didasarkan


pada kepatuhan terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi
didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai- nilai yang dimilikinya
secara individu.
c. Teknik Mengklarifikasi Nilai

Model atau teknik mengklarifikasi nilai (value clarification technique) atau


sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu

5
siswa dalam mencari dan menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam
menghadapi suatu persoalan melaui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan
tertanam dalam diri siswa.

Kelamahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau


sikap adalah proses pembelajaran dilakukan secara langsung oleh guru, artinya
guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya baik tanpa memerhatikan nilai
yang sudah tertanam dalam diri siswa. Akibatnya sering terjadi benturan atau
konflik dalam diri siswa karena ketidakcocokan antara nilai lama yang sudah
terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru. Siswa seringkali
mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai lama dan nilai baru.
2. Karakteristik Strategi Pembelajaran Aktif

Beberapa karakteristik pembelajaran aktif, antara lain:

1) Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian informasi oleh


guru melainkan pada eksplorasi informasi dan pembangunan
konsep oleh peserta didik
2) Atmosfer pembelajaran mendukung/kondusif. Dosen
mengembangkan keterbukaan dan penghargaan terhadap semua
gagasan oleh guru. Peserta didik juga merasa nyaman
mengemukakan pendapat atau menanggapi pendapat orang lain
karena lebih banyak berinteraksi antar peserta didik.
3) Peserta didik tidak hanya mendengarkan ceramah secara pasif
melainkan mengerjakan berbagai hal (membaca, melihat,
mendengar, melakukan eksperimen dan berdiskusi) yang berkaitan
dengan materi pembelajaran.
4) Peserta didik dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan kooperatif yang
membutuhkan tanggung jawab individual sekaligus ketergantungan
positif antar anggota kelompok.
5) Peserta didik dirangsang untuk menggunakan kemampuan berfikir
kritis, analisa dan evaluasi.

6
6) Peserta didik terlibat dengan pemanfaatan berbagai sumber belajar
baik di dalam maupun di luar kelas.
7) Guru mendapatkan umpan balik yang lebih cepat tentang proses
dan hasil perkuliahan.
C. Proses Pembentukan Sikap dan Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif
1. Proses Pembentukan Sikap

Menurut (Andersen, 1981:4), mengungkapkan pemikiran disebut sikap


apabila memenuhi dua kriteria:

a. Prilaku melibatkan perasaan dan emosi.


b. Prilaku mencerminkan tipikal prilaku seseorang.
Adapun kriteria lain yang terkait dengan ranah afektif yaitu intensitas
yang menunjukan apakah perasaan itu baik atau buruk, positif atau negatif.
Misalnya: siswa saat diberi pembelajaran dan merasa senang itu
merupakan positif atau sebaliknya. Maka dapat dikatakan pembelajaran
afektif merupakan strategi pembelajaran karakter, akhlak dan moral, hal
tersebut dibuktikan pada nilai empiris yang bermuatan nilai-nilai karakter
secara utuh yaitu (religius, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, dan
mandiri). (Suyadi, 2013: 193-195)
Terbentuknya sikap timbul berdasarkan pada proses pembiasaan dan
modeling (percontohan). Adapun kriterianya menurut Hamruni (2009:
196-197), sebagai berikut:.

1) Pola Pembiasaan
Pembentukan sikap yang dilakukan oleh Skinner melalui teorinya
operant conditioning, yang menekankan pada konsitensi respon anak
terhadap suatu yang diharapkan memberikan motivasi kepada siswa.
Steven Covey telah mengungkapkan bahwa pada mulanya manusia yang
membentuk kebiasaan, namun selanjutnya manusialah yang dibentuk
oleh kebiasaannya. (Covey, 2006)
Dalam proses belajar mengajar pada dasarnya membentuk sikap
melalui pembiasaan. Misalnya: guru memberikan latihan soal terkait

7
pembelajaran kepada siswa dengan bertahap dan terus-menerus, maka
lama-kelamaan akan timbul rasa terbiasa yang akan membentuk sikap
positif bagi siswa. Namun perlu adanya tahap kontinuitas.
Selanjutnya kebiasaan berbahasa atau sopan santun yang dimiliki
individu yang bersangkutan, sebagai akibat proses pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, yang mungkin sikap terbentuk oleh kebiasaan
dalam keluarga dan lingkungan sekitar. (Wina Sanjaya, 2007: 274)
2) Pola Modeling
Modeling merupakan proses peniruan tingkah laku (sikap)
terhadap sesuatu yang ditiru (percontohan), yang dilakukan berdasarkan
keinginan anak untuk melakukan peniruan (imitasi). Misalnya: seorang
siswa merasa kagum dengan temannya karena kepintarannya yang lebih
unggul dari dirinya, secara perlahan akan timbul rasa iri yang akan
mempengaruhi emosi siswa tersebut sehingga timbul sikap ingin meniru
bagaimana caranya ia bisa menjadi orang yang pintar seperti temannya
tersebut.
Terbentuknya proses penanaman sikap anak terhadap suatu objek
melalui kedua model tersebut, dipastikan sikap itu muncul karena
didasari oleh suatu keyakinan pada diri individu untuk meyakini
kebenaran sebagai suatu sistem nilai. Apa yang ditiru adalah prilaku-
prilaku yang dilihat, didengar dan dialami secara langsung oleh peserta
didik. (Suyadi, 2013: 197)
Pada hakikatnya perubahan meliputi dua hal: 1) Perubahan
belajar, ditentukan melalui proses bukan hasil, sehingga berlangsung
secara aktif dan integratif; 2) perubahan yang terjadi pada dasarnya
ditentukan oleh aspek kepribadian (yaitu meliputi tingkah laku,
kecakapan, sikap dan perhatian) yang terus menerus berfungsi pada
setiap individu. (Abd. Rohman Abror, 1993: 64)

8
2. Urgensi Penerapan Pembelajran Aktif
Beberapa alasan perlunya menerapkan pembelajaran yang aktif, antara
laian:
a. Riset kognitif menunjukkan bahwa menggunakan teknik ceramah
melulu bukanlah strategi pembelajaran yang efektif. Jika peserta
didik memiliki banyak kesempatan untuk membaca, mendengar,
melihat, mempraktekkan dan mendiskusikan materi pembelajaran,
mereka akan lebih banyak mengingatnya.
b. Kegiatan-kegiatandalam pembelajaranaktif dapatmencegah
terjadinya sesi yang monoton, sehingga peserta didik akan lebih
banyak memberikan perhatian dan lebih menikmati sesi
pembelajaran.
c. Pembelajaran aktif dapat mengintegrasikan bahan-bahan ataupun
pengetahuan baik yang lama maupun yang baru.
d. Dalam pembelajaran aktif peserta didik dilibatkan dengan
ketrampilan berfikir tingkat tinggi, hal ini akan menyebabkan
ketrampilan berfikir tingkat tinggi peserta didik semakin terasah.
e. Kegiatan-kegiatan mandiri memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melibatkan gaya belajarnya sendiri dalam
kegiatan-kegiatan.
f. Peserta didik akan lebih mampu untuk mengulang langkah-
langkah penting jika kegiatan tersebut dilakukan sendiri.
g. Pembelajaran aktif memerlukan tanggung jawab individual dan
sekaligus tingkat kerjasama yang tinggi, hal ini dapat
meningkatkan kemandirian dan juga ketrampilan sosial peserta
didik.
h. Pembelajaran aktif mendorong interaksi peserta didik dengan
peserta didik lain dan guru, hal ini dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi peserta didik.
i. Keterlibatan peserta didik yang tinggi dalam pembelajaran
menyebabkan minat dan motivasi belajar peserta didik meningkat.

9
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya bertujuan


untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga bertujuan untuk
mencapai dimensi lainya. strategi pembelajaran afektif adalah strategi
pembelajaran pembentukan sikap, moral atau karakter peserta didik melalui
semua mata pelajaran. Semua yang di sebutkan tidak lain dan tidak bukan adalah
nila-nilai strategi pembelajaran karakter itu sendiri. pembelajaran aktif adalah
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif
membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan.

Model Strategi Pembelajaran Afektif Adapun strategi pembelajaran dalam


pembentukan afektif (sikap) pada umumnya terkait pada situasi siswa yang
dihadapkan dengan masalah, yang diharapkan siswa dapat mengambil keputusan
berdasarkan apa yang dianggap baik yaitu dengan mencari solusi atas segala
persoalan.Dengan demikian pembelajaran sikap pada dasarnya adalah membantu
anak agar dapat mengembangkan kemampuan untuk bisa hidup bersama secara
harmonis, peduli, dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.

Karakteristik Strategi Pembelajaran Aktif Beberapa karakteristik pembelajaran


aktif, antara lain: 1) Pembelajaran tidak ditekankan pada penyampaian
informasi oleh guru melainkan pada eksplorasi informasi dan pembangunan
konsep oleh peserta didik 2) Atmosfer pembelajaran mendukung/kondusif.

Pada hakikatnya perubahan meliputi dua hal: 1) Perubahan belajar, ditentukan


melalui proses bukan hasil, sehingga berlangsung secara aktif dan integratif; 2)
perubahan yang terjadi pada dasarnya ditentukan oleh aspek kepribadian (yaitu
meliputi tingkah laku, kecakapan, sikap dan perhatian) yang terus menerus
berfungsi pada setiap individu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dra. HUSNIYATUS SALAMAH ZAINIYATI, M.Ag, 2010. Model dan Strategi


Pembelajaran Aktif.

Teori dan Praktek dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Penerbit Putra
Media Nusantara Surabaya & IAIN PRESS Sunan Ampel Surabaya.

Jurnal Artikel Strategi Pembelajaran Afektif.

11

Anda mungkin juga menyukai