Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP MOTIVASI

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH


KEBUDAYAAN ISLAM DI MTS CENDIKIA

(Penelitian Di Mts Cendikia Cilograng)

SEMINAR USULAN PENELITIAN SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Penyusunan Skripsi


Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh :

EGA NUGRAHA

No.Pokok/NIRM : 19.1.T1.5298/014.14.2021.19

SUKABUMI

2022 M/1444 H
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP


MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI
MTS CENDIKIA
(Penelitian di MTs Cendikia Cilograng)

Nam : EGA NUGRAHA


No. Pokok/NIRM : 19.1.T1.5298/014.14.2021.19

Program Studi : Pendidikan Agama Islam (A)

Sukabumi, 8 November 2022

Menyetujui:

Ketua Lembaga Penelitian dan Ketua Program Studi PAI


Pengabdian kepada Masyarakat
(LP2M)

Arman Syaefurrahman, SE. Ak., MM. M. Ridwan Fauzi, S.Hum., M.Pd.


NIDN: 2117058803

2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim,
Alhamdulillah segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT, yang telah memberikan Taufik dan Hidayah-Nya. Sholawat beserta salam
semoga senantiasa tercurah kepada baginda alam Nabi Muhammad SAW, yang
telah membawa risalahnya kepada ummat-Nya.
Berkat rahmat dan karunia-Nya yang selalu terpancar untuk ummat-Nya,
maka segala macam bentuk halangan dan hambatan yang senantiasa merintangi
dapat teratasi, sehingga dengan terbukanya pintu kelancaran dan kemudahan,
peneliti dapat menyelesaikan usulan penelitian skripsi sebagai salah satu syarat
untuk penyusunan skripsi pada program studi Pendidikan Agama Islam dengan
judul “PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
KEBUDAYAAN ISLAM (Penelitian Di Mts Cendikia Cilograng )”.
Pada kesempatan yang baik ini, tak lupa peneliti ingin mengucapkan
terima kasih kepada Ibu/Bapak Dosen yang telah arahan berharga, dan bantuan
pemikiran sehingga proposal ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Kendati peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun
proposal ini, peneliti tetap menyadari bahwa sebagai manusia tentunya tidak
terlepas dari kesalahan dan kekurangan termasuk dalam penyusunan usulan
penelitian skripsi ini, baik dari segi pembahasan yang menyebabkan usulan
penelitian skripsi yang peneliti susun ini jauh dari kriteria sempurna.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya agar
dapat menyusun usulan penelitian skripsi ini dengan baik.

Sukabumi, 08 November 2022

Peneliti

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
A. Judul Penelitian
B. Latar Belakang Masalah
C. Rumusan Masalah Penelitian
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
E. Kajian Pustaka
1. Pengertian Reward
2. Pengertian Belajar
3. Pengertian Motivasi
F. Kerangka Berfikir
G. Hipotesis
H. Penelitian Terdahulu
I. Sistematika Penelitian
J. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian
K. Tempat dan Waktu Penelitian

4
A. Judul Penelitian
Judul dalam penelitian ini yaitu PENGARUH PEMBERIAN
REWARD TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (penelitian di MTs

Cendikia kacamatan cilograng)


B. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kualitas diri
manusiasecara sengaja dengan melibatkan factor yang saling berkaitan.
Sebagaimana yang disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional pada bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa, Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan , pengendalian diri,
keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.(Ahmad H syukron nafis, 2010, p. 40)
Berdasarkan pengertian diatas dapat dipahami pendidikan merupakan
proses untuk mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, memengaruhi,
dan mentransmisikan ilmu pengetahuan oleh pendidik kepada peserta didik.
Hal tersebut sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu
pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Baik pendidikan maupun peserta didik serta semua orang yang
terlibat dalam proses pembelajaran baik langsung maupun tidak
langsung perlu mengembangkan tingkat ilmu pengetahuan dan
kecerdasan yang dimilikinya.(Salahudin, 2011, p. 22)

1
Guru adalah komponen penting dalam pendidikan. Guru mempunyai
peranan yang paling besar dalam proses pembelajaran. Dalam konteks
pembelajaran guru berperan sebagai motivator, innovator dan evaluator.
Sebagai motivator guru adalah orang yang memberikan dorongan kepada
peserta didik. Sebagai inovator guru adalah seorang yang memberikan ide
dan konsep-konsep baru dalam proses pembelajaran. Sebagai fasilitator guru
adalah orang yang memfasilitasi langsung peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung. Sebagai evaluator guru adalah orang yang
evaluasi terhadap proses pembelajaran peserta didiknya. Untuk itu,
diharapkan guru mampu memberikan energi positif dan mengembangkan
kemampuan peserta didik secara optimal.(Safitri, 2019, p. 20)
Berbicara tentang Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki jangkaun
yang sangat luas, luas nya jangkaun Pendidikan Agama Islam (PAI)
menjadikan peneliti mengambil fokus penelitian mata pelajaran Sejarah
kebudayaan Islam (SKI) dalam pengkajiannya membahas dan mempelajari
serta menceritakan sejarah-sejarah atau kejadian-kejadian pada masa lampau
tentang kebudayaan Islam.
Sejarah Kebudayaan Islam merupakan gabungan dari tiga suku kata
yaitu, sejarah kebudayaan dan islam. Masing-masing dari suku kata tersebut
bisa mengandung arti sendiri-sendiri. Dari ke tiga kata tersebut setidaknya
ada 2 kata yang di uraikan untuk membangun sebuah pengertian dari
sejarah kebudayaan islam, yakni sejarah dan kebudayaan. (Ariyunita, 2018, p.
49)
Kata sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari
bahasa arab. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata sejarah
diartikan sebagai “pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa dan
kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.(Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan, 1989, p. 60)
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta “buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti bentuk
budi atau akal. Kebudayaan adalah “hasil kegiatan dan penciptaan batin

2
(akal budi) manusia seperti kepercayaan kesenia dan adat-istiadat. Mengutip
kebudayaan menurut ahli antropologi yang menyebutkan bahwa “kebudayaan
adalah keseluruhan yang kompleks , yang didalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat-istiadat dan
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat (Triprasetya, 2013, p. 3)
Jadi dari pengertian sejarah dan kebudayaan di atas bisa diambil
pengertian bahwa Sejarah Kebudayaan Islam merupakan peristiwa-peristiwa
yang benar-benar terjadi dimasa lalu yang didalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat-istiadat dan
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) sejatinya adalah mata
pelajaran yang sangat penting untuk pedoman dalam kehidupan sehari-hari,
bukan hanya semata mempelajari teori dan melupakan aspek
implementasinya. Pada praktiknya mata pelajaran sejarah kebuyaan islam
(SKI) yang diajarkan di sekolah madrasah pada umumnya hanya berputar
pada situasi dimana siswa cenderung dijejali dengan pengetahuan kognitif
semata dan tanpa tahu feedback apa yang siswa dapatkan jika mempelajari
mata pelajaran tersebut, tidak mengherankan banyak siswa yang beranggapan
bahwa mata pelajaran sejarah kebuyaan islam hanya sebatas pelengkap dari
mata pelajaran agama islam yang lainnya. oleh sebab itu mata pelajaran
sejarah kebudayaan islam menjadi indikator kurangnya motivasi belajar siswa
terhadap mata pelajaran tersebut. Hal tersebut sangatlah bertentangan dengan
pernyataan di atas“ dimana guru harus bisa menjadi seorang motivator bagi
siswa-siswanya,
Motivasi belajar yang dimiliki oleh siswa akan mempengaruhi minat,
kesiapan, perhatian, ketekunan, keuletan, kemandirian, dan prestasi siswa.
Motivasi belajar bisa berasal dari dalam maupun luar diri siswa. Motivasi
belajar yang berasal dari dalam diri siswa tumbuh karena adanya semangat
untuk meraih prestasi tertinggi yang didasari oleh kesadaran yang tumbuh

3
dari dalam diri siswa, sedangkan motivasi belajar siswa yang berasal dari
luar diri siswa biasanya muncul akibat terdapat rangsangan-rangsangan
belajar yang berasal dari luar sehingga siswa terpacu untuk menanggapi
rangsangan-rangsangan tersebut dengan cara lebih rajin belajar. Hasil dari
rajin belajar ini akan berdampak pada tercapainya prestasi belajar serta
pemahaman yang lebih tinggi.
Kenyataanya, siswa yang mampu membangkitakan motivasi belajar
yang berasal dari dalam masih tergolong jarang. Hal ini dikarenakan
kesadaran yang dimiliki oleh siswa untuk berprestasi dan meningkatkan
pemahamannya lebih tinggi masih terbatas. Oleh karena itu, motivasi belajar
yang berasal dari luar perlu mendapatkan perhatian dan tindakan. Dan
disinilah peran guru sebagai seorang motivator untuk selalu mengupayakan
motivasi belajar siswa dari luar sehingga nantinya siswa mampu
menumbuhkan motivasi belajar mereka.
Banyak faktor untuk membuat siswa termotivasi dalam belajar dan
berprestasi, seperti meberikan kata-kata manis yang sifatnya persuasif
sehingga membuat jiwanya bersemangat dalam belajar akantetapi motivasi
seperti itu sifatnya hanya sementara dan terkesan kolot/kuno, terlepas dari
hal tersebut motivasi tidak terfokus dengan kata-kata manis yang sifatnya
persuasif, terlepas dari cara tersebut ada juga dengan cara-cara yang lain
seperti memberikan penghargaan (reward). Yang dalam keunggulan reward
disebutkan bahwa dapat memacu siswa berkompetensi, dan ikatan emosianal
antara peserta didik dengan guru dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal. Dengan kata lain, kesenjangan pengetahuan yang dimiliki guru dan
siswa bisa diperkecil karena adanya interaksi komunikasi aktif antara siswa
dan dengan guru. Dengan adanya metode yang sudah diterapkan oleh guru
dan ditambah pemberian reward diharapkan dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa agar dapat tercapainya prestasi serta pemahaman siswa
tersebut.
Dengan cara memberikan reward disinyalir mempunyai pengaruh yang
sangat signifikan untuk memotivasi siswa, agar siswa lebih bersemangat dan

4
tidak menganggap mata pelajaran sejarah kebudayaan islam hanya sebatas
pelengkap mata pelajaran agama islam semata. Adapun untuk pemberian
reward di sekolah yang akan penulis jadikan sebagai tempat penelitian
disinyalir belum menggunakan reward sebagai sarana pembangkit motivasi
siswa khususnya dalam mata pelajaran sejarah kebudayaan islam cenderung
memiliki motivasi yang sangat rendah.
Dari pemaparan tersebut, penulis menjadi terarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh penerapan reward tersebut untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa. Sehingga, penulis mengambil judul “Pengaruh
Pemberian Reward Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Di MTs Cendikia Cilograng”

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pemberian reward di MTs Cendikia?
2. Bagaimana motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam?
3. Apakah ada pengaruh pemberian reward terhadap motivasi belajar siswa
pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam di MTs Cendikia ?

D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mencari data dan informasi
yang kemudian dideskripsikan dan dianalisis secara terperinci dan sistematis
dalam rangka meyajikan gambaran yang semaksimalkan mungkin, sehinnga
dapat diketahui tujuan khusus dalam penelitian skripsi ini sebagai berikut
A. Untuk mengetahui pemberian reward di MTs Cendikia
B. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam

5
C. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian reward
terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah
kebudayaan islam di MTs Cendikia ?

2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan diatas maka diketahui Manfaat Penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) Bagi guru, yaitu sebagai umpan balik terhadap kemampuan
pemberian motivasi agar lebih ditingkatkan lagi kemampuan
tersebut untuk proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa.
b) Kepala sekolah, yaitu sebagai masukan terhadap kemampuan
pemberian motivasi sehingga akan lebih ditingkatkan lagi
pembinaan serta pengawasan terhadap kinerja guru.
c) Bagi peneliti diharapkan agar dapat menjadi bekal pengetahuan
mengenai pemilihan cara memotivasi siswa dalam meningkatkan
hasil belajar dan dapat menerapkannya dengan baik dalam proses
belajar mengajar.
d) Manfaat bagi sekolah adalah menjadi lebih maju,serta diharapkan sekolah
dapat memfasilitasi guru dalam upaya memberikan reward pada siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi.

E. Kajian Pustaka

1. Pengertian reward
Penghargaan/reward merupakan bentuk apresiasi terhadap prilaku
yang dihasilkan oleh kebaikan, siapapun itu. Bentuk penghargaan sendiri
sangat variatif, bisa dalam bentuk materi atau non materi, prinsipnya adalah
untuk membangkitkan semangat pada anak yang telah berhasil dalam
belajarnya ataupun dalam mengerjakan kebaikan. Karena secara naluri
siapapun yang telah melakukan kebaikan atau berhasil dalam belajarnya
selalu ingin diberikan penghargaan/reward, dan ini adalah bagian dari

6
psikologi manusia sebagai makhluk. Maka dari itu Allah melalui Al-Qur’an
juga memberikan apresiasi kepada manusia atas kebaikan yang mereka telah
lakukan yang termatub dalam Q.S. al-Zalzalah (7-8) yang berbunyi :

Artinya : ”Barangsiapa yang melakukan kebaikan seberat dzarahpun,


niscaya dia akan melihat (balasannya), dan barangsiapa yang melakukan
kejahatan seberat dzarahpun, niscaya dia akan melihat balasannya.” (Q.S. al-
Zalzalah : 7-8).
Reward secara bahasa berarti hadiah, pujian, upah, ganjaran, atau
imbalan. Reward sebagai alat pendidikan yang diberikan kepada anak didik
melakukan sesuatu yang baik, atau telah berhasil mencapai sebuah tahap
perkembangan tertentu. Metode ini dapat mengasosiasikan perbuatan dan
tngkah laku peserta didik dengan rasa gembira, senang dan biasanya
membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-
ulang.(Shoimin, 2014, p. 157)
2. Dasar pemberian reward
Reward yang diterima peserta didik terkadang dapat memberikan dampak
yang kurang baik, misalnya menjadi sombong dan besar kepala, oleh karena
itu ada beberapa dasar dalam pemberian reward, yaitu :
a. Penghargaan dari pihak pendidik hendaknya makin berkurang ketika
peserta didik semakin berkembang
b. Penghargaan diberikan secara adil, tanpa membedakan peserta didik,
ketika adanya kerajinan, kesungguhan dan ketekunan berusaha. Ketidak
adilan dalam pemberian penghargaan dapat menimbulkan perpecahan
dalam lingkungan pendidikan
c. Penghargaan diberikan dengan sifat dari peserta didik anak didik yang
memerlukannya, diberikan lebih dari yang lain

7
d. Penghargaan diberikan dengan bijaksana. Terkadang ada peserta didik
yang tidak sportif yang sangat berambisi mendapatkan penghargaan
karena kemungkinan akan mengakibatkan sifat sombong. Maka wajib
dihentikan. (Kompri, 2015a, p. 292)
3. Bentuk reward
Menurut Paul Haug dalam buku Kompri, Motivasi Pembelajaran
Perspektif Guru dan Siswa bentuk-betuk reward itu adalah pengakuan,
penghargaan dan pujian. (Kompri, 2015b, p. 302)Kebanyakan orang biasa
normal menyukai pujian dan penghargaan atas kerja baik mereka, banyak
upaya yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memproleh penghargaan
dan mungkin pujian dari teman atau relasinya, pujian ditanggapi secara
positif, bukan dihindari. Menurutnya manusia dewasa terkadang, bila seorang
anak berbuat kebaikan itu adalah hal yang biasa dan tidak mendapat
perhatian istimewa, ia hanya melakukan apa yang harus dilakukannya. Sikap
seperti ini memang sering terjadi, padahal apabila anak berbuat sesuatu yang
salah ia sering mendapatkan perlakuan negatif.
Dalam buku Kompri, Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan
Siswa, menurut John Gray dalam bukunnya Children Are From Heaven,
menyebutkan bentuk-bentuk reward itu adalah :
Dengan memberikan hadiah berupa insentif (uang) yang banyak dilakukan
oleh para orang tua, guru maupun perusahaan karena kebrhasilan seseorang
dalam kerja, reward juga dapat berupa benda seperti, gambar bintang atau
berupa stiker yang disukai anak, hadiah yang tidak megeluarkan biayaya
adalah pengakuan yang diberikan terhadap kinerja baik seseorang(Kompri,
2015c, p. 303)
Pengakuan walaupun tidak mengeluarkan biayaya, tapi ia sangat besar
pengaruhnya terhadap orang yang mendapatkan, bentuk hadiah lainya adalah
dengan membagi waktu bersama anak apakah itu untuk bercerita dengan
cerita yang disukai anak tersebut. Melalui pemberian insentif, hadiah barang,
pengakuan akan memberi anak energi dan perhatian untuk menggapai

8
perhatian orang tuannya. Janji akan mendapatkan lebih banyak lagi memberi
ilham bagi setiap orang, maupun muda, untuk bersikap koopratif.
Menurut Ngalim Purwanto dalam buku Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,
berikut ini perbuatan atau sikap pendidik yang dapat merupakan ganjaran
bagi anak didiknya yaitu :
a. Guru mengangguk-anguk tanda senang dan membenarkan sesuatu
jawaban yang diberikan oleh seorang anak (Purwanto, 2006, p. 183)
b. Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian) seperti,
“Rupanya ingatan mu cukup baik, minimal jika kamu terus menghapal
materi tersebut maka kamu akan lebih baik lagi.
c. Pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh, “kamu akan
segera saya beri soal yang lebih sukar sedikit. Ali karena nomer 3 ini
rupa-rupanya agak terlalu baik kamu kerjakan”
d. Ganjaran yang ditujukan kepada seluruh kelas sering sangat perlu.
Misalnya, “Karena saya lihat kalian telah bekerja dengan baik dan lekas
selesai, sekarang saya (bapa guru) akan mengisahkan cerita yang bagus
sekali.” Ganjaran seluruh kelas dapat juga berupa berdarma wisata
e. Ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan dan
berguna bagi anak-anak. Misalnya pensil, buku tulis, permen atau
makanan yang lain. Tetapi dalam hal ini guru harus sangat berhati-hati
dan bijaksana sebab dengan benda-benda itu, mudah benar ganjaran
berubah menjadi “upah” bagi murid-murid
Menurut Ag Soejono pada garis besarnya dapat dibedakan ganjaran itu
pada empat macam, yaitu :
a. Pujian. Pujian adalah satu bentuk ganjaran yang paling mudah dilaksanakan.
Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus sekali dan sebagainya, tetapi
dapat juga berupa kata-kata yang bersifat sugestif. Disamping berupa kata-kata
pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda. Misalnya dengan
menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan
dan sebagainya. (Kompri, 2015a, pp. 302–303)

9
b. Penghormatan. Ganjaran berupa penghormatan dapat berbentuk dua macam,
yaitu: Pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu anak yang mendapat
penghormatan diumumkan dan ditampilkan dihadapan teman-temannya, dapat
juga dihadapan teman-temannya sekelas, teman-teman sesekolah, atau mungkin
juga dihadapan para teman dan orang tua murid; Kedua, penghormatan berbentuk
pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu, misalnya kepada anak yang
berhasil menyelesaikan suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan
tulis untuk dicontoh teman-temannya. yang rajin diserahi wewenang atau tugas
untuk mengurusi perpustakaan sekolah. Anak-anak yang senang bekerja diberi
tugas untuk membantu guru memelihara alat-alat pelajaran, dan sebagainya
c. Hadiah. Hadiah yang dimaksud hadiah disini adalah ganjaran yang berbentuk
pemberian berupa barang. Ganjaran berbentukini disebut juga ganjaran materil.
Ganjaran berupa pemberian barang ini sering mendatangkan pengaruh yang
negatif pada belajar murid, yakni bahwa hadiah ini lalu menjadi tujuan dari belajar
anak. Anak belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan, tetapi belajar
karena ingin mendapatkan hadiah. Apabila untuk mendapatkan hadiah ini tidak
bisa tercapai, maka anak akan mundur belajarnya. Oleh karena itu, pemberian
hadiah berupa barang ini lebih baik jangan sering dilakukan. Berikan hadiah
berupa barang jika dianggap memang perlu, dan pilihlah disaat yang tepat
d. Tanda Penghargaan. Jika hadiah merupakan ganjaran berupabarang, maka tanda
penghargaan adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi
harga dan kegunaan barang-barang tersebut seperti halnya hadiah, melainkan
tanda penghargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai kenangannya”. Oleh
karena itu, ganjaran berupa tanda penghargaan disebut juga ganjaran simbolis.
Ganjaran simbolis dapat berupa surat-surat tanda penghargaan, surat tanda jasa,
sertifikat, piala dan sebagainya. Tanda penghargaan yang diperoleh anak akan
merupakan sumber pendorong bagi perkembangan anak selanjutnya.

Bentuk penghargaan lainnya sebagaimana diungkapkan oleh


Ag Soejono dalam buku Kompri adalah sebagai berikut :

a. Isyarat, misalnya anggukan, raut muka, senyum dari pendidik dan sebagainya

10
b. Perkataan, misalnya : kamu rajin!; baik, teruskan , dan sebagainya
c. Perbuatan, misalnya anak didik diperbolehkan mengatur meja, almari
d. Benda , penghargaan dalam bentuk benda misalnya, gambar pensil, buku tulis,
buku bacaan, buku keagamaan, alat permainan dan sebagainya(Kompri, 2015b,
p. 303)
Bentuk reward yang bisa diberikan kepada anak menurut Sylvia
Rimm, adalah sebagai berikut :
a. Penghargaan intrinsik, yakni suatu kesenangan-kesenangan kecil dalam
melakukan aktivitas, yaitu dimana anak-anak merasa tertarik dan sibuk dengan hal
tersebut, mereka menikmati apa yang mereka kerjakan.
b. Perhatian, setelah penghargaan intrinsik, maka cara terbaik dalam memberikan
reward adalah dengan memberikan perhatian.20 Perhatian disini maksudnya
menampakkan rasa bahagia atau senang dengan apa yang mereka kerjakan. Pada
hakikatnya seorang anak ingin memberikan kesenangan kepada orang lain, dan
dengan menampakkan kegembiraan dihadapannya merupakan sebuah
penghargaan yang berarti baginya. Dalam menampakkan kegembiraan tersebut
barangkali bisa dengan raut wajah yang ceria dan senang dihadapannya,
memberikan pujian, percakapan referensial artinya percakapan orang dewasa
mengenai perilaku atau karakteristik anak. Hal ini dianggap berpengaruh karena
anak kecil menganggap percakapan orang dewasa itu selalu benar, sehingga yang
dibicarakan tentang dirinya maka mereka akan percaya hal itu. Jadi kalau orang
dewasa membicarakan bahwa dirinya adalah orang yang rajin, pintar, pemaaf,
penolong, baik hati, dan lain-lain maka mereka akan merasa sama dengan apa
yang dibicarakan itu.(Kompri, 2015b, p. 305)
c. Konsekuensi, artinya seorang anak yang melakukan sesuatu perbuatan maka
secara langsung akan mendapatkan suatu konsekuensi positif atau negatif. Bila
menjadi seorang anak yang baik dia akan mudah mendapatkan teman. Bila
memiliki perilaku jahat konsekuensinya akan dijauhi teman.
d. Reward dalam bentuk aktivitas. Maksudnya diberikan kepada anak yang
berprestasi adalah berupa aktivitas. Sebagai contoh seorang siswa yang berprestasi
dalam pembelajaran diberikan kesempatan untuk membaca di pustaka ketika yang

11
lain tidak dibenarkan. Akhirnya mereka merasa menjadi istimewa karena
mendapatkan kesempatan yang tidak didapatkan oleh orang lain. Hadiah materi,
adalah suatu penghargaan yang diberikan kepada seorang atas suatu hal baik yang
ditunjukkannya dalam bentuk materi, seperti, sticker, gambar bintang, point, kado,
uang dan lain-lain.
e. Hadiah materi , adalah suatu penghargaan yang diberikan kepada seorang
atas hal baik yang ditunjukannya dalam bentuk materi seperti , stiker ,
gambar bintang, point, kado, uang dll.
Emmer dkk, sebagaiamana dikutip oleh Suharsimi Arikunto ,
menyebutkan bentuk-bentuk reward yaitu :
a. Peringkat dan symbol-simbol lain. Pemberian peringkat cara yang betul dan adil
adalah bentuk hadiah yang paling tepat, apabila dikaitkan langsung, usaha siswa,
prestasi dan kemampuannya. Oleh karena itu sebaiknya penggunaan simbol dapat
sebanyak-banyaknya digunakan dengan berbagai segi keberhasilan siswa. Namun
perlu diingat bahwa apa yang mereka dapatkan sebanding dengan usaha yang
mereka lakukan, dan pengajuan keberatan yang diajukan siswa perlu ditanggapi
dan dijadikan sebagai pertimbangan dalam penentuan hasil berikutnya.(Kompri,
2015b, p. 306)
b. Penghargaan. Reward berupa penghargaan mempunyai makan bahwa adanya
perhatian kepada siswa. Penghargaan yang dimaksud disini dapat berupa pujian,
surat penghargaan, atau piagam dan lain-lain. Kata-kata pujian dapat
dikategorikan sebagai pemberian perhatian dan pengakuan atas keberhasilan
siswa.
c. Hadiah berupa kegiatan. Senada dengan pendapat Sylvia Rimm, Emmer juga
mengatakan bahwa suatu kegiatan bisa jadi reward terhadap anak. Karena
terkadang suatu kegiatan menjadi dambaan bagi siswa untuk memperoleh
kesempatan untuk melakukannnya.
d. Hadiah berupa benda. Boleh dibilang bahwa semua ahli mengemukakan bahwa
hadiah berupa benda termasuk dalam reward yang dapat memotivasi siswa.
Pemberian hadiah juga banyak dilakukan oleh guru dengan pemberian barang

12
yang dianggap mengandung nilai bagi siswa. Hadiah tersebut berupa
uang/tabanas, alat-alat tulis, alat-alat permainan, buku-buku.
Dalam buku Kompri , Motivasi Pembelajaran Perspektif Guru dan
Siswa, Adrian Gostik dan Chaster Elton , mengemukakan bentuk-bentuk
reward dalam bukunya A Aarot A Day :
a. Mengirimkan ucapan terimakasih kerumah mereka. Memberikan ucapan selamat
terhadap anak yang dikirim kerumahnya sangat baik untuk menanamkan rasa
percaya diri anak, dan dia akan merasa eksistensinya diakui oleh sekolah dan
sekaligus bisa menunjukkan kepada orangtuanya bahwa keberadaan dirinya di
sekolah diakui oleh guru.
b. Memberikan senyuman. Semakin sering guru dan orangtua tersenyum atau
tertawa, maka semakain sering pula seorang anak akan tersenyum dan tertawa.
Semua orang akan senang berada disisi orang yang menyenangkan, sehingga anak
akansemakin menyukai guru dan orangtuanya, namun tentunya senyuman itu
diberikan dengan guru dan ikhlas.
c. Memanggil dengan namanya. Memanggil orang dengan namanya adalah salah
satu bentuk penghargaan yang paling mendasar. Hal ini menunjukkan kepada
mereka bahwa guru atau orang tua mengakuinya sebagai individu.
d. Memuji hasil kerjanya. Seperti ketika anak kecil menggambar sebuah lukisan
bunga, alangkah indahnya bunga ini! Kenapa warnanya seperti ini? Aku sangat
suka dengan warna seperti ini. Dengan memuji hasil karyanya maka ia merasa
mendapat perhatian dari orang dewasa dan akan teringat dengan masa yang amat
lama.
e. Meminta pendapat dari anak. Pendapat yang diminta dari seorang anak akan
membuatnya merasa dihormati keberadaannya.
Reward dalam pandangan islam mempunyai banyak bentuk
sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya yang
dikemukakan oleh Armai Arif sebagai berikut :

a. Pujian yang indah, agar anak lebih semangat dalam beramal.

13
b. Imbalan materi atau hadiah, karena pada umumnya anak-anak sangat
termotivasi dalam melakukan sesuatu yang akanmendatangkan hadiah.

c. Doa, misalnya “semoga Allah SWT. menambah kebaikan kepadamu”.

d. Tanda penghargaan, hal ini sekaligus menjadi kenang-kenangan bagi anak-


anak dari kebaikan dari yang ia lakukan

e. Memberikan wasiat tentang kebaikan anak, sehingga ia merasa

baha kebaikan yang ia lakukan dihargai orang.

Muhammad Said Mursi, mengemukakan beberapa bentuk

penghargaan yang bisa dijadikan sebagai rujukan, yaitu:

a. Pujian didepan orang lain, baik itu didepan teman-temanya, kerabat, atau siapapun
yang anak suka di depan mereka, ini sangat berpengaruh besar dalam memotivasi
anak.
b. Hadiah berupa benda, seperti boneka, pistol-pistolan, permen, coklat, dan lain-lain
yang biasanya disukai anak.
c. Ungkapan tertentu yang membangkitkan semangat dan motivasi, seperti hebat,
terimakasih, kamu cerdas, luar biasa, semoga Allah memberkahimu, dan lain-lain.
d. Memaafkan kesalahan yang mereka perbuat, kata maaf yang disertai dengan
penjelasan bahwa ia dimaafkan karena sebelumya telah melakukan sesuatu yang
baik, seperti ini salah, tapi kali ini saya maafkan, karena kamu sebelumnya telah
membantu temanmu, tetapi jangan diulangi lagi.
e. Menulis namanya dalam album kenangan, bagi sebagian anak cara seperti ini
lebih berharga dari pemberian hadian dalam
f. Tidak menjatuhkan hukuman kepada anak karena kesalahan temannya bersalah.
g. Menambah uang jajannya.
h. Mengkhususkan sapaan kepadanya.
i. Membebaskannya dari berbagi tugas dan kewajiban.

14
j. Memilih dia terlebih dahulu, misalnya dalam kegiatan wisata atau permainan,
anda bisa memulai pemilihan dari orang yang ingin anda buka hatinya dan rebut
simpatinya
4. Contoh Konkret Reward
a. Pujian yang mendidik. Seorang guru yang sukses hendaknya memberi pujian
kepada siswanya ketika ia melihat tanda yang baik pada perilaku siswanya.
Misalnya ketika ada seorang murid yang telah memberikan jawaban atas
pertanyaan yang ia diberikan.
b. Memberi hadiah. Seorang guru hendaknya merespon apa yang
disukai seorang anak. Ia harus bisa memberikan hadiah-hadiah
tersebut pada kesempatan yang tepat. Misalnya, kepada siswa yang rajin,
berakhlak mulia, dan lain sebagainya.
c. Mendoakan. Seorang guruhendaknya memberi motivasi dengan mendokan
siswanya yang rajin dan sopan, misalnya rajin mengerjakan shalat. Seorang
gurubisa saja mendoakan dengan mengatakan, “Semoga Allah memberikan taufik
untukmu”, “Saya harap masa depanmu cemerlang”.
Papan prestasiyang ditempatkan di lokasi strategis pada
lingkungan sekolahmerupakan sarana yang sangat bermanfaat. Pada apanama itu,
dicatat nama-nama siswa berprestasi, baik dari berperilaku, kerajinan, kebersihan,
maupun dalam pelajarannya.
5. Keunggulan dan Kekurangan Reward
a. Keunggulan Reward
1) Memacu siswa untuk berkompetensi.
2) Motivasi belajar siswa dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal.
3) Kemampuan belajar siswa dapat besrifat menyebar dan merata secara
keseluruh peserta didik.
4) Ikatan emosianal antara peserta didik dengan guru dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Dengan kata lain , kesenjangan pengetahuan
guru dan siswa dapat diperkecil karena adanya komunikasi aktif antara
siswa dengan guru.
5) Bersifat mudah dan menyenangkan , baik guru maupun siswa.

15
6) Bagi siswa yang malas belajar menjadi terpacu untuk ikut
berkompetensi. Setidaknya , motivasi belajar siswa pemalas dapat
dikurangi karena adanya unsur ancaman mendapat hukuman jika tidak
mau belajar. (Shoimin, 2014, p. 244)
b. Kekurangan Reward
1) Membutuhkan biayaya tambahan untuk menyiapkan hadiah bagi siswa
aktif dan rajin belajar.
2) Terkadang dapat menjadi beban psikologis tersendiri bagi siswa
pemalas yang memiliki mental lemah. Lebih khusus lagi, bagi siswa
yang tidak memiliki rasa percaya diri cukup untuk menunjukkan
kemampuan yang dimiliki. Untuk mengatasi kondisi semacam ini, guru
harus lebih jeli dan bijaksana memilih hadiah dan hukuman yang tepat.
3) Pada umumnya bersifat terfokus pada siswa yang lebih aktif, cerdas,
dan komunikatif sering kali terabaikan. Dengan demikian konsep
pembelajaran pemerataan pengetahuan yang ideal tidak tercapai.
(Shoimin, 2014, p. 245)
6. Indikator Pemberian Reward
Berdasarkan pada penjelasan mengenai reward di atas , indikator-
indikator pemberian reward dari pemberian reward yang dikembangkan
adalah sebagai berikut.
a. Penerimaan siswa terhadap reward. Indikator ini memiliki sub indikator
yaitu pandangan siswa terhadap reward.
b. Persepsi siswa terhadap pemberian reward. Indikator ini memiliki sub
indikator yaitu persepsi siswa terhadap pemberian reward
c. Efek psikologis pemberian reward. Indikator ini memiliki sub indikator
yaitu efek pemebrian reward.
1. Pengaruh antara Pemberian Reward Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun
ekstrintik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat
mengembangkanaktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara
ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitan itu perlu diketahui

16
bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam.
Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadangkadang
kurang sesuai. Hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan
memberi motivasi bagi kegiatan belajar pada anak didik. Sebab mungkin
maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan
perkembangan belajar siswa. (Sardiman, 2010, p. 91)

Motivasi ekstrinsikyang sering digunakan guru yaitu dengan pemberian

reward.Dengan pemberianreward kepada siswa yang berprestasi akan memacu

motivasi merekaagar belajar lebih giat lagi. Bahkan bagi siswa yang belum
berprestasi akan termotivasi untuk belajar lebih giat lagi untuk bisa
mengejar siswa yang berprestasi. (Pupuh Faturohman, 2010, p. 21) Pemberian
reward sebaiknya dijadikan metode perantara saja dalam rangka
menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri siswa. Ketika motivasi intrinsik
sudah muncul pada diri siswa, metode pemberian reward ini bisa diakhiri. Oleh
sebab itu, pemberlakuan metode hadiah dan hukuman ini harus direncanakan
target masa berakhirnya. Sementara orang tua dan pendidik mempelajari cara-cara
menumbuhkan motivasi intrinsik ini, agar dapat menerapkannya sedikit demi
sedikit bersamaan dengan metode reward ini. Walaupun hanya sebagai metode
perantara, metode reward inibanyak dimanfaatkan oleh orang tuakarena relatif
lebihmudah dilakukan dan lebih cepat menampakkan hasil dibandingkan
metodepenumbuhanmotivasi Intrinsik.

Pemberian reward bisa mengasosiasikan perbuatan dan kelakuan


seseorangdengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat
merekamelakukansuatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain
motivasi, rewardjugabertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk
memperbaiki ataumeningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Jadi dapat
dikatakanpengaruhmotivasi belajar dengan pemberian reward sangat erat sekali.
Sebab pemberian reward yang merupakan salah satu strategi motivasi
ekstrinsikdapat membangkiktan motivasi intrinsik yang berasal dari diri siswa

17
sehingga mampumenumbuhkan dan meningkatkanmotivasi belajar untuk
mendapatkan hasil belajar yangoptimal sesuai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Belajar
Belajar tidak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.
Dengan belajar akan memproleh suatu pengetahuan dan pengalaman yang
baru, walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama. Misalnya saja yang
tadinya tidak bisa, dengan belajar menjadi bisa, contohnya belajar membaca,
belajar menulis dan sebagainya.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut “ Belajar ialah
suatu proses usaha yang di lakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan nya.(Slamento,
2010, p. 2)
Belajar merupakan kegiatan yang komplek hasil belajar berupa
kapabilitas, setelah belajar orang memiliki sebuah keterampilan, pengetahuan,
sikap dan juga nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut dari ; 1) stimulasi yang
berasal dari lingkungan, 2.) proses kognitif yang dilakukan oleh guru. Atas
dasar itu belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas
baru.(Mujiono, 2013, p. 10)
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang menghasilkan
kapabilitas baru melalui stimulasi yang berasal dari lingkungan serta proses
kognitif yang dilakukan oleh guru, kapabilitas baru tersebut berupa
keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai yang dimiliki oleh murid tersebut.
Pendapat lain mengatakan “ belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman ( Learning is defined us the
modification or strengthening of behavior trorough experiencing ) “. Menurut

18
pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih
luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
latihan melainkan pengubahan kelakuan.(Hamalik, 2011, p. 27)
Adapun pengertian menurut para ahli diantaranya :
a. Menurut Dimyati dan Mudjiono, belajar merupakan suatu proses internal
yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur
afektf, dalam dalam matra afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes,
apresiasi, dan penyesuain perasaan social.
b. Menurut Djamarah dan Zain, belajar adalah proses perubahan perilaku berkat
pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah
laku, baik yang menyangkut, pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan
meliputi segenap aspek organisme atau pribadi.
c. Menurut Hamalik, belajar adalah bukan suatu tujuan tetapi merupakan proses
untuk mencapai tujuan. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman.
d. Menurut Hamzah, belajar merupakan suatu proses yang sistematis yang tiap
komponennya sangat menentukan keberhasilan anak didik.
e. Menurut Hildgard dan Bowner, belajar sebagai suatu proses yang mana
suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari situasi yang dihadapi
dengan karakteristik-karakteristik dari perubahan-perubahan aktifitas tersebut
tidak dapat dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reaksi
asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara dari organisme
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
sebuah proses perubahan prilaku yang di peroleh dengan pengalaman dan
latihan baik menyangkut pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap yang
bahkan meliputi semua aspek organisme atau orang tersebut.(Kurniawan,
2021, p. 2)
3. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebatkan idndividu

19
tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamamti secara langsung,
tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.
Motivasi merupakan dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari
dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan
perubahan tingkah laku / aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan
sebelumnya.(Uno, 2008, p. 3)
Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk
melakukan atau mencapai sebuah tujuan.(Majid, 2017, p. 308)
Motivasi adalah serangkain usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila tidak
suka, maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau menggelakan perasaan
tidak suka itu.(Sardiman, 2010, p. 75)
Dari ketiga pendapat tentang motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah golongan didalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
yang ditandai dengan timbulnya perasaan atau reaksi untuk mencapai tujuan
yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar.
Motivasi dan belajar merupakan sesuatu yang saling memengaruhi.
Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara
potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan yang dilandasi
tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan
daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai.(Sardiman, 2010, p. 75)
Motivasi belajar dapat timbul karena intristik, berupa hasrat dan
keinginan dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan
faktor ekstrinsiknya adalah penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif,
dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor
tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang

20
berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan
semangat.
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku,
pada umumnya dengan indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.
Ciri-ciri motivasi belajar dapat diklasifikasin sebagai berikut :
a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan
d. Adanya penghargaan dalam belajar
e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang siswa untuk dapat belajar dengan baik.(Uno, 2008, p. 23)
Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi belajar merupakan penentu
tipe belajar afektif siswa. Keberhasilan belajar mengajar dapat dalam
motivasi belajar siswa yang ditunjukan oleh para siswa pada saat
melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Motivasi belajar siswa dapat dilihat dan dinilai dalam hal berikut :
a. Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran
b. Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya
c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
d. Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan(Sudjana,
2017, p. 61)

4. Fungsi Motivasi
Fungsi motivasi yang berkenaan dengan proses belajar mengajar, antara
lain sebagai berikut :
a. Motivasi merupakan alat pendorong perilaku belajar peserta didik
b. Motivasi merupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik

21
c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapain
tujuan pembelajaran
d. Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran lebih
bermakna(Hanafiah, 2010, p. 26)
5. Jenis Motivasi
a. Motivasi intrisik, yaitu motivasi yang datangnya secara alamiah atau murni
dari diri peserta didik itu sendiri sebagai wujud adanya kesadaran diri (self
awareness) dari lubuk hati yang paling dalam.
b. Motivasi ekstrinsik, adalah motivasi yang datangnya disebabkan faktor-faktor
diluar diri peserta didik, seperti adanya pemberian, nasihat, hadiah (reward),
kompetisi sehat antar peserta didik, hukumana (funihsment), dan sebagainya.
(Hanafiah, 2010, p. 27)
6. Cara membangkitkan motivasi
Motivasi merupakan salah satu utama bagi keberhasilan peserta didik
dalam belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar dapat dipelajari supaya
dapat tumbuh dan berkembang. Berikut ini merupakan cara untuk
membangkitkan motivasi belajar yang di kutip oleh hanafiah dan cucu
suhana.
a. Peserta didik memproleh pemahaman (comprehension) yang jelas mengenai
proses pembelajaran
b. Peserta didik memproleh kesadaran diri (sels consiusness) terhadap
pembelajaran
c. Menyesuaikan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik secara
link and macth
d. Memberi sentuhan lembut (soft touch)
e. Memberikan hadiah (reward)
f. Memberikan pujian dan penghormatan
g. Peserta didik mengetahui prestasi belajarnya
h. Adanya iklim belajar yang kompetitif secara sehat
i. Belajar menggunakan multi media
j. Belajar menggunakan multi metode

22
k. Guru yang kompeten dan humoris
l. Suasana lingkungan kelas yang sehat(Hanafiah, 2010, p. 28)
7. Indikator motivasi belajar
Motivasi belajar siswa dapat dilihat dan dinilai dalam hal berikut :
a. Minat dan perhatian siswa pada terhadap pelajaran
b. Semangat siswa untuk melakukakan tugas-tugas belajarnya
c. Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya
d. Reaksi yang ditunjukan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru
e. Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan

F. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah “suautu konsep yang memberikan
hubungan kausal hipotesis antara variabel bebas dan variabel tidak
bebas dalam memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang
diteliti. (Haris, 1989, p.31)
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kerangka
beerpikir adalah konsep dasar yang memberikan jawaban diatas
sementara, yang menghubungkan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain, sehingga tujuan dan arah penelitian dapat
diketahui dengan jelas.
Adapun kerangka berfikir yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah guru memberikan motivasi atau sebuah pujian secara
maksimal kepada peserta didik, maka prestasi anak didik pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam akan tinggi, atau jika guru
memberikan motivasi atau sebuah pujian kepada peserta didik secara
tidak maksimal, maka prestasi anak didik pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam akan rendah.
Dari uraian diatas, maka dapat didiagramkan dalam paradigma
penelitian sebagai berikut ;

23
G.Hipotesis Penelitian

Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang


menggunakan pendekatan kuantitatif. Hipotesis dalam suatu jawaban yang
bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui
data yang terkumpul.(Suharsimi, 1997, p. 64)
Dapat dituliskan bahwasannya hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan
sementara, (Safitri, 2019)karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris melalui
pengumpulan data. Jadi hipotesis dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis
terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
(Sugiyono, 2012, p. 64)
Dengan demikian dapat dipahami bahwa hipotesis adalah dugaan
yang bersifat sementara yang mungkin benar dan mungkin salah.
Ha = Ada pengaruh pemberian reward terhadap prestasi
belajar Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VII MTs
Miftahul Falah Pelabuhanratu Tahun 2021/2022

H. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan penelitian terdahulu
yang adarelevansinyadengan
judulskripsiini.Adapunkaryaskripsitersebutadalah:
Mar’atull Latifah Dwi Saputri dalam penelitiannya dengan judul
Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Motivasi Belajar. Hasil
penelitian ini menunjukan pemberian reward atau hadiah berkaitan

24
dengan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran, motivasi
merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Siswa
yang berprestasi terkadang bukan disebabkan oleh kemampuanya
yang kuarang, tetapi karena kurangnya motivasi untuk belajar
sehingga dia tidak mengarahkan segala kemampuanya. Dengan kata
lain, bisa dikatakan siswa yang tidak berprestasi rendah belum tentu
disebabkan oleh kemampuanya yang rendah, tetapi mungkin
disebabkan oleh kurangnya motivasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian
reward memiliki pengaruh motivasi belajar siswa kelas IB MIM
pekalongan Kab. Lampung Timur tahun pelajaran 2017/2018. (Saputri,
2017, p. 4)
Afitrah Hartono dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh
Pemberian Reward Dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar
Peserta Didik. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh pemberian reward dan punishment terhadap
motivasi belajar peserta didik kelas V MI As’adiyah Banua Baru
Kecamatan Wana Mulyo Kabupaten Polewali Mandar. Untuk
meningkatkan motivasi belajar peserta didik sebaiknya pemberian
reward dan punishment di terapkan dengan intensintas teratur dan
baik seperti pendidik memberikan pujian kepada siswa, memberi
hadiah dan memberikan perhatian , sehingga motivasi belajar peserta
didik dapat tumbuh dan meningkat, peserta didik lebih giat, semangat
dan antusias dalam pembelajaran. Dengan sikap tersebut, peserta didik
memiliki kemauan dan kesiapan untuk menerima pembelajaran. Oleh
karena itu pendidik harus memiliki / mempunyai banyak cara untuk
memotivasi peserta didik. (Hartono, 2017, p. 5)
Febri Luqman Alfandi dalam penelitian nya dengan
judulPengaruh Pemberian Reward Prestasi Belajar Fiqih Kelas X
Madrasah Aliyah MA’ARIF 1 Punggur Tahun Pelajaran 2017/2018.
Bentuk penghargaan adalah sebuah bentuk apresiasi suatu prestasi

25
tertentu yang diberikan, baik oleh dan dari perseorangan ataupun dari
lembaga yang biasanya diberikan dalam bentuk material atau ucapan.
Pemberian reward untuk siswa yang dimaksudkan untuk
menimbulkan motivasi siswa terhadap diri siswa untuk memengaruhi
perilaku positif dalam kehidupan siswa. Reward artinya ganjaran ,
hadiah , penghargaan atau imbalan. Reward sebagai alat pendidikan
diberikan ketika seorang anak melakukan sesuatu yang baik , telah
berhasil mencapai sebuah tahapan perkembangan tertentu atau
tercapainya semua target.(Alfandi, 2018, p. 3)
Haris Oki Adi Supinta dalam penelitian nya dengan judul
Pengaruh Reward Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Ekonomi Di Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah I
Kota Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
yang signifikan anatara reward dan motivasi siswa pada mata
pelajaran Ekonomi di Sekolah Menengah Atas I Kota Pekanbaru.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya tingkat motivasi siswa
pada proses pembelajaran Mata Pelajaran Ekonomi di SMA
Muhammadiyah I Kota Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah
kuantitatif dengan subjek penelitian nya adalah siswa di Sekolah
Menengah Atas I Kota Pekanbaru dan objeknya ialah pengaruh
reward terhadap mtivasi belajar siswa. Populasi dalam penelitian ini
ialah siswa SMA Muhammadiyah I Kota Pekanbaru yang berjumlah
600 siswa dan sample yang berjumlah 240 siswa. Teknik
pengambilan sample dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
Simple Random Sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
angket dan dokumentasi.(Supinta, 2020, p. 2)
Sindi Novia dalam penelitian nya dengan judul Pengaruh
Pemberian Reward Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Pnedidikan Agama Islam Di SMP PAB-8 Sampali. Masalah
dalam penelitian ini adalah masih rendahnya hasil belajar Pendidikan
Agama Islam pada peserta didik kelas VII SMP PAB-8 Sampali.

26
Penerapan metode pemberian reward bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh metode pemberian reward terhadap hasil
belajar Pendidikan Agama Islam di SMP PAB-8 Sampali yang
dibatasi dengan materi “Beriman Kepada Malaikat”. Populasi
penelitian ini dengan sample 30 orang. Populasi untuk selanjutnya
dipilih satu kelas untuk menentukan mana kelas pre-test dan post-
test.(Novia, 2019, p. 2)
Takdir Haping dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh
Pembrian Reward terhadap hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD
Negeri Tamanlarea Kota Makasar. Penelitian ini berlandaskan pada
pemberian reward menjadi salah satu cara yang dilakukan oleh guru
dalam proses pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa
di sekolah. Hal tersebut merupakan prakondisi yang harus ada pada
diri dalam usaha untuk memotivasi siswa untuk belajar, yang
selanjutnya berimplikasi pada hasil belajar. Penelitian ini bertujuan
untuk (1) memperoleh gambaran pemberian reward terhadap hasil
belajar IPS siswa. (2) memperoleh gambaran hasil belajar IPS siswa
kelas V (3) memperoleh gambaran apakah ada pengaruh pemberian
reward terhadap hasil belajar IPS kelas V SD Negeri Tamanlarea
Kota Makasar.(Takdir, 2017, p. 1)
Ari Noer Khoiriyah dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh
Reward Dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar Fiqih Siswa
MTs Islamiyah Ciputat. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui
pengearuh reward dan punishment terhadap motivasi belajar fiqih
siswa. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Islamiyah Ciputat. Metode
penelitian yang digunakan adalah kuesioner (angket). Pengambilan
sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling.
Sampel penelitian berjumlah 30 siswa. Teknis analisis data dalam
mengunakan korelasi berganda antara reward dan punishment secara
simultan (bersama-sama) dan parsial (terpisah) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap motivasi fiqih.(Noer, 2018, p. 1)

27
Aulia Afifa dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh
Reward dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII
MTs Al-Husna Probolinggo. Motivasi belajar adalah energi yang
mendorong siswa bersemangat melakukan aktivitas belajar. Reward
(ganjaran) punishment (hukuman) adalah bentuk motivasi eksternal
yang berasal dari teori behavoristik. Dalam kegiatan belajar
mengajarnya guru bisa menggunakan metode reward (ganjaran)
punishment (hukuman) untuk memacu motivasi belajar siswa. Reward
diberikan karena siswa berprestasi, sedangkan punishment diberikan
karena siswa melakukan pelanggaran. Dengan adanya kedua metode
tersebut diharapkan siswa tidak akan bosan belajar di kelas serta
menjaga motivasi internalnya, sehingga tujuan pembelajaran bisa
tercapai secara optimal.(Aulia, 2019, p. 1)
Arwinda dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh Reward
Terhadap Peningkatan Nilai Ulangan Semester Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Maros. Jenis
penelitian ini adalah experimen (Experimental Reseach )yang
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian atau
penerapan reward terhadap nilai ulangan semester siswa kelas VII Di
MTs Negeri 2 Maros. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 kali tes
atau ulangan. Tes awal dilakukan di kelas VII C dan kelas VII D
tanpa dijanji reward, sedangkan tes akhir dilakukan dengan cara salah
satu kelas yang mendapat nilai ketuntasan terendah akan diterapkan
atau diberi perlakuan reward. Tes awal disebut dengan eksperimen 1
(pre-test) dan tes akhhir disebut eksperimen II (post-test) subjek
penelitian ini adalah kelas VII C (32 siswa) dan kelas VII D (29
siswa). Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dengan
mengguakan excel worksheet.(Arwinda, 2020, p. 4)
Putra Eka Wanda dalam penelitiannya dengan judul Pengaruh Pemberian
Reward Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn Di
SMP Efata Serpong. Dalam melakkuan proses belajar mengajar guru harus

28
memilik keterampilan pemberian penguatan. Dalam konteks ini reward
adalah upaya sederhana dalam motivasi belajar PPKn. Tujuan penelitian ini
membuktikan berkenan dengan pemberian reward berpengaruh terhadap
motivasi belajar PPKn siswa.(Eka, 2020, p. 5)
No Nama Dan Judul Hasil Penelitian Persamaan dan
perbedaan

I. Sistematika Penelitian
Sistematika pembahasan digunakan untuk mempermudah dan
memberikan gambaran terhadap maksud yang terkandung dalam proposal ini,
untuk memudahkan penyusunan proposal ini dibagi menjadi beberapa bab, yaitu;
Bab I adalah Pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, sistematika pembahasan, tempat
dan waktu penelitian.
Bab II adalah Landasan Teori yang menguraikan kajian teori, kajian
penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
Bab III adalah Metode Penelitian yang menguraikan pendekatan
penelitian, metode penelitian, operasional variabel, populasi dan sampel
penelitian, instrument dan teknik pengumpulan data, validitas dan realibilitas
instrument serta teknik analisis data.
Bab IV adalah Hasil penelitian dan pembahasan penelitian
Bab V adalah Penutup yang menguraikan simpulan dan saran-saran.
J. Metode Penelitian
1. Jenis dan metode penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
korelasional yaitu penelitian yang digunakan untuk mengkaji hubungan antar

29
variabel dengan menganalisis arah dan besaran hubungan antar-variabel serta
tingkat signifikansi hubungan antar variabel.31
Adapun pendekatan penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah pendekatan kuantitatif, karena data yang diperoleh itu menggambarkan
jumlah atau bilangan yang memiliki perbandingan yang pasti atau dengan
mentransportasikan terlebih dahulu kedalam simbol-simbol atau angka-angka dan
memberikan makna tentang sesuatu. Maksudnya data-data yang diperoleh di
lapangan dikerjakan melalui proses menghimpun, menyusun, mengatur,
mengelola, menyajikan, dan menganalisis data, dari data-data yang diperoleh
dengan beberapa proses tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan.
Digunakannya pendekatan penelitian yang bersifat kuantitatif ini
didasarkan pada alasan bahwa data-data yang dikumpulkan berbentuk numerik
(angka), data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan pendekatan statistik.
Dari kedua alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa data yang terdiri
dari angka angka yan diperoleh dalam penelitian merupakan suatu kesimpulan
yang terbaik dari hasil penelitian kuantitatif.
Dalam penelitian ini digunakan dua variabel penelitian yang terdiri dari:
a. Variabel bebas (independent) yaitu tentang pemberian reward.
b. Variabel terikat (dependent) yaitu tentang prestasi belajar siswa.

K. Tempat dan Waktu Peneliitian


1. Tempat Penelitian
Adapun tempat penelitian ini dilakukan di MTs Cendikia Cilograngyang
berlokasi di kampung lebak pendeuy Rt001/Rw005, Desa Pasirbungur,
Kecamatan Cilograng,Kabupaten Lebak
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 2 Oktober tahun
2022

30
DAFTAR PUSTAKA
(Ahmad H syukron nafis, 2010)Ahmad H syukron nafis. (2010). No Title.

laksbang pressindo.

Alfandi, F. L. (2018). Pengaruh Pemberian Reward Prestasi Belajar Fiqih Kelas

X Madrasah Aliyah MA’ARIF. Perpustakaan Universitas Pasundan.

https://doi.org/2734

Ariyunita, N. (2018). No Title. pustaka pelajar.

Arwinda. (2020). Pengaruh Reward Terhadap Peningkatan Nilai Ulangan

Semester Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII MTs

Negeri 2 Maros. Https://Digilibadmin.Unismuh.Ac.Id.

https://digilibadmin.unismuh.ac.id

Aulia, A. (2019). Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Motivasi Belajar

Siswa Kelas VIII MTs Al-Husna Probolinggo. UIN Maulana Malik Ibrahim

Malang. http://etheses.uin-malang.ac.id/

Eka, W. P. (2020). Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Motivasi Belajar

Siswa Pada Mata Pelajaran PPKn Di SMP Efata Serpong.

Http://Eprints.Unpam.Ac.Id/. http://eprints.unpam.ac.id/

Hamalik, O. (2011). Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara.

Hanafiah, S. (2010). Konsep Strategi Pembelajaran (H. Sofiyanto (ed.)). PT.

Refika Aditama.

Haris, M. (1989). Pokok-Pokok Metode Ilmiah. Taristo.

31

Anda mungkin juga menyukai