Anda di halaman 1dari 28

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/350852833

PENGARUH IMPLEMENTASI METODE DEBAT AKTIF TERHADAP KEMAMPUAN


BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XII IPS
SMAN 1 MENTAYA HULU, KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR, KA...

Article · January 2021

CITATIONS READS
0 358

2 authors, including:

Ira Lukya Safira


Universitas Lambung Mangkurat
8 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

UTS Strategi Pembelajaran Sejarah View project

Tugas anotasi seputar pembelajaran sejarah View project

All content following this page was uploaded by Ira Lukya Safira on 14 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGARUH IMPLEMENTASI METODE DEBAT AKTIF TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATA PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XII
IPS SMAN 1 MENTAYA HULU, KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR,
KALIMANTAN TENGAH

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
IRA LUKYA SAFIRA
NIM : 1810111220007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

Dosen Pengampu :
Heri Susanto, M.Pd.
Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd.
Dr. Syaharuddin, S.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Menurut (Kusmarni dalam Rohani, S. & Kurniawati, Y., 2020) mengembangkan


kemampuan berpikir pada pembelajaran sejarah lebih memperoleh banyak perhatian
seiring dengan adanya perubahan paradigma pendidikan dari kurikulum yang sebelumnya
berbasis kepada materi (content-base) menjadi kurikulum yang berbasis kepada
kompetensi, atau dari “orientasi pembelajaran yang menekankan kepada penguasaan
materi menjadi orientasi pembelajaran yang lebih menekankan kepada pembinaan
keterampilan berpikir rasionalisme akademik”.
Perubahan paradigma pendidikan tersebut telah menggeser proses pendidikan yang
berorientasi pada pengajaran dimana guru lebih menjadi pusat informasi (teacher center)
bergeser pada proses pendidikan yang berorientasi pada pembelajaran dimana peserta didik
menjadi sumber (student center). Pembelajaran sejarah yang berpusat kepada siswa
tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Hal ini tertuang dalam Kurikulum 2013
sendiri khususnya dalam mata pelajaran Sejarah Indonesia yang memiliki tujuan seperti
yang dijelaskan oleh Kemendikbud (2015:1) sebagai berikut :
1. Menumbuhkan kesadaran pada diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa
Indonesia yang mempunyai rasa bangga serta cinta tanah air, melahirkan empati
serta perilaku toleran yang dapat diimplementasikan pada berbagai bidang
kehidupan masyarakat dan bangsa.
2. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap diri sendiri, masyarakat, serta
proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih
berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang.
3. Mengembangkan perilaku yang didasarkan pada nilai serta moral yang
mencerminkan karakter diri, masyarakat dan bangsa.
4. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya konsep waktu serta
tempat/ ruang dalam rangka memahami perubahan dan keberlanjutan pada
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa di Indonesia.
5. Menumbuhkan apresiasi serta penghargaan siswa terhadap peninggalan sejarah
sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau.
6. Mengembangkan kemampuan berpikir historis (historical thinking) yang menjadi
dasar untuk kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, inspiratif, serta inovatif.

Berdasarkan tujuan tersebut, peserta didik dituntut untuk berpikir secara kritis, karena
berpikir kritis melatih peserta didik untuk  memahami peristiwa sejarah dengan cara yang
benar dan obyektif, proses ini sangat penting untuk memahami kebenaran dari isi cerita
yang sebenarnya dan memahami pro dan kontra dari peristiwa sejarah yang telah terjadi.
Sehingga pengetahuan peserta didik menjadi lebih berkembang serta tidak hanya terpaku
pada penjelasan yang disampaikan oleh guru dan buku sumber yang dimiliki peserta didik.
Seperti yang diungkapkan oleh Angelo (dalam Prameswari, Suharno, Sarwanto.,2018)
“berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang
meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan dan mengevaluasi”. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa berpikir kritis adalah kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah, yang
dapat digunakan untuk mengambil keputusan dengan menganalisis dan mengidentifikasi
berbagai sumber, kemudian menarik suatu kesimpulan.

Saat mengasah kemampuan berpikir kritis siswa, guru dituntut untuk menciptakan
pembelajaran di kelas yang aktif dan menarik. Untuk itu, guru perlu mengubah cara belajar,
terutama perubahan cara belajar untuk menumbuhkan daya berpikir kritis siswa. Hal
tersebut berdasarkan pernyataan Susanto, H (2020) Guru harus mampu merangsang minat
siswa agar dapat aktif berpikir, mencari dan menemukan pengetahuannya sendiri. Susanto,
H (2021) juga menjelaskan bahwa guru dituntut menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

Namun pada kenyataannya dalam proses pembelajaran sejarah di sekolah,


kemampuan berpikir kritis siswa terhadap peristiwa dan fakta sejarah belum berkembang
dengan baik. Hal ini dikarenakan sebagian besar guru kurang menciptakan kondisi atau
suasana belajar yang menarik, sehingga mengakibatkan lingkungan belajar menjadi tidak
efektif, dan materi pembelajaran yang disajikan tidak dapat diserap oleh siswa. Apalagi
dalam pembelajaran sejarah, hal ini biasanya dianggap sebagai mata pelajaran yang
membosankan. Selama ini proses penyampaian materi oleh guru biasanya hanya
menggunakan metode pengajaran yang monoton, dan hanya menuntut siswa untuk
mengingat materi yang disampaikan, kemudian menulis ulang ketika mengerjakan soal.
Akibatnya, semangat belajar sejarah siswa masih sangat rendah dan hanya sebagai
formalitas semata.

Hal inilah yang menjadi penyebab menurunnya kualitas pembelajaran sejarah dan
alasan siswa kurang memiliki kemampuan berpikir kritis. Padahal, pembelajaran sejarah
tidak hanya berupa materi hafalan, tetapi juga berupa memaknai suatu peristiwa sejarah.
Sebagaimana dijelaskan (Kartodirdjo, 1992; Kuntowijoyo, 1995 dalam Susanto, H., 2020)
topik sejarah memberikan pembelajaran yang harus dimaknai. Belajar sejarah adalah portal
untuk mempelajari dan menemukan hakikat tentang peristiwa yang telah terjadi.
Pembelajaran sejarah memberikan ruang kepada siswa untuk memahami hakikat manusia
dari segala aspek. Masyarakat meyakini bahwa pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan
pemahaman tentang perkembangan budaya dan peradaban manusia. Hasil pembelajaran
tersebut disebut kesadaran historis. Selain itu, Anis 2015:53 (dalam Susanto, H., 2019)
mengemukakan bahwa sejarah bukanlah pusaka, melainkan suatu pembelajaran. Jika
sejarah tidak diajarkan, maka hanya akan menjadi peristiwa yang tidak berarti, Sejarah
adalah warisan yang membutuhkan penelitian dan pemahaman tentang kandungan
nilainya.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tugas guru tidak hanya mengajar dan
mendidik, tetapi juga harus kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran di kelas, serta
membimbing siswa untuk memaknai suatu peristiwa sejarah. Penggunaan metode
pembelajaran dikelas perlu adanya penguasaan oleh pendidik itu sendiri dimana
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran jika dimasukkan, diproses, disaring
kemudian dievaluasi oleh pendidik tersebut. Apabila pendidik kurang tepat dalam
penerapan metode pembelajaran, maka akan sulit mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk menumbuhkan dan mendorong
keterampilan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah. Salah satu metode yang
dapat digunakan adalah metode debat aktif, yaitu suatu konsep debat yang memungkinkan
siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas. Sebagaimana dijelaskan oleh
Melvin L. Silberman (2013: 14), debat dapat menjadi metode pembelajaran yang efektif
yang dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir dan refleksi, terutama jika
ingin siswa mengungkapkan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka.

Metode debat aktif termasuk dalam kategori pembelajaran aktif, yang melibatkan
pembelajaran seluruh siswa di kelas. Secara umum debat adalah adu pendapat atau
argumen yang dilakukan oleh dua pihak baik secara perseorangan atau berkelompok.
Adapun menurut Austin J. Freeley dan David L. Steinberg (2008:2) mengemukakan debate
is the process of inquiry and advocacy, the seeking of a reasoned judgement on a
proposition.
Sehingga dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa metode debat aktif adalah
suatu proses dimana siswa akan mencari, menemukan dan mengumpulkan informasi serta
mempertahankannya, kemudian menggunakan bukti dan fakta yang mendukung
pernyataan tersebut untuk menyusun argumen.
Dengan menggunakan metode pembelajaran debat aktif di kelas, pembentukan
berpikir kritis siswa dapat lebih ditingkatkan. Kelebihan metode ini adalah siswa tidak
hanya dapat memahami aspek baik dari peristiwa masa lalu, tetapi juga aspek buruknya,
sehingga mereka dapat lebih memahami fakta sejarah secara lebih komprehensif dan lebih
baik. Selain itu, kemampuan siswa dapat dieksplorasi dari perspektif kecerdasan dan emosi
mereka, dengan tujuan untuk mendapatkan pembentukan kepribadian kritis siswa dan
pemahaman argumen moral dalam pembelajaran di kelas.
Melalui metode debat ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritisnya ketika menganalisa peristiwa-peristiwa kontroversial dalam sejarah.
Metode debat semacam ini akan memungkinkan setiap siswa berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran di kelas dan mengungkapkan pandangan mereka. Dan diharapkan pula
dengan penerapan metode debat aktif ini, kemampuan siswa dalam mengutarakan pendapat
dan idenya di depan umum dapat ditingkatkan. Hal ini juga diharapkan sejalan dengan
peningkatan hasil belajar siswa di kelas.
Namun, keefektifan penggunaan metode debat aktif dalam pembelajaran sejarah
masih harus diuji melalui sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Mentaya
Hulu, Kalimantan Tengah. Alasan pemilihan lokasi penelitian di SMAN 1 Mentaya Hulu
adalah karena peneliti merupakan alumnus dari sekolah tersebut, sehingga sedikit banyak
mengetahui proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di sekolah tersebut selama ini.
Selain itu juga karena metode debat aktif ini belum pernah diuji cobakan di sekolah tersebut
dan pendidik hanya menggunakan metode ceramah dan tugas rumah. Sehingga sebagian
besar kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah. Sasaran yang menjadi
objek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS SMAN 1 Mentaya Hulu, Kalimantan
Tengah.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi
adalah sebagai berikut:
1. Pendidik tidak pernah menggunakan metode debat aktif pada pembelajaran sejarah.
2. Peserta didik hanya menerima informasi/materi yang disampaikan bersifat monoton
atau satu arah tanpa dapat mengembangkan pikirannya sendiri.
3. Kurangnya penerapan metode pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran
sejarah, sehingga peserta didik kurang memahami mata pelajaran sejarah.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi diatas maka peneliti ingin memfokuskan pada
“Pengaruh Implementasi Debat Aktif Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Pada Mata
Pelajaran Sejarah Siswa Kelas XII IPS SMAN 1 Mentaya Hulu”

D. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, permasalahan yang perlu dikaji adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan antar kelas yang menggunakan metode debat aktif dengan
kelas yang menggunakan metode ceramah?
2. Bagaimana pengaruh metode debat aktif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
pada pembelajaran sejarah?
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Pengaruh adalah kekuatan yang
ada atau menghasilkan sesuatu (orang atau benda) yang berkontribusi pada
pembentukan karakter, keyakinan, atau perilaku seseorang”. Pengaruh
merupakan suatu daya atau kekuatan yang berasal dari sesuatu, baik itu
seseorang atau benda serta segala sesuatu di alam, sehingga akan
mempengaruhi hal-hal di sekitarnya.
Sedangkan menurut penelitian Hugiono dan Poerwantana (1992), pengaruh
adalah dorongan atau kekuatan persuasif yang sedang dibentuk atau diproduksi.
Pada saat yang sama, menurut Badudu dan Zain (2001), pengaruh adalah
kekuatan yang menyebabkan hal-hal tertentu terjadi, sesuatu yang dapat
membentuk atau mengubah hal-hal lain atau mengikuti karena kekuatan atau
kekuasaan orang lain. Kemudian Louis Gottschalk (2000) mendefinisikan
pengaruh sebagai suatu efek yang kuat dan membentuk pada pikiran dan
perilaku manusia, baik itu individu maupun kolektif.
Winarno Surakhmad (1982) mengartikan pengaruh sebagai tenaga yang
ditimbulkan oleh benda atau orang dan gejala internal yang dapat mengubah
apa-apa yang ada disekitarnya.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh adalah suatau daya yang dapat membentuk atau
mengubah hal lain. Pengaruh dalam penelitian ini berupa kausalitas antar
variabel, dalam hal ini metode debat aktif akan memberikan pengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Pengertian Debat Aktif
Melvin dan Silberma (2006) menjelaskan bahwa dalam era terbuka seperti
sekarang ini, debat bisa menjadi sangat penting. Debat dapat memberikan
kontribusi besar bagi kehidupan demokrasi, termasuk di bidang pendidikan. Di
dunia pendidikan, debat dapat menjadi cara yang berharga untuk meningkatkan
pemikiran dan refleksi, terutama jika siswa diharapkan dapat mengungkapkan
pendapat yang pada dasarnya berlawanan dengan pendapatnya sendiri.
Menurut M. Ridwantoro (2012), debat aktif dapat membantu siswa
menyampaikan pemikiran, pendapat dan gagasannya. Keunggulan metode ini
adalah dapat membangkitkan keberanian mental siswa dalam berbicara di
dalam dan di luar kelas, serta bertanggung jawab atas ilmu yang diperoleh
selama proses debat.
M. Ridwantoro (2012) juga menjelaskan bahwa proses debat aktif
merupakan salah satu bentuk retorika modern yang biasanya ditandai dengan
adanya dua pihak atau lebih yang berkomunikasi dalam bahasa dan berusaha
mempengaruhi sikap dan pendapat orang pihak lain. Sehingga mereka mau
bertindak, mengikuti atau setidaknya memiliki kecenderungan tertentu sesuai
dengan keinginan pembicara atau penulis dengan melihat jenis komunikasi
lisan atau tertulis.
Debat merupakan forum strategis yang sangat cocok untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dan mengasah keterampilan berbicara. Perdebatan juga
dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi kehidupan manusia. Dalam
pengajaran, ketika menggunakan teknik atau metode debat, itu adalah metode
dimana pembicara dari pihak yang pro dan kontra mengungkapkan pendapat
mereka, kemudian mereka dapat mengajukan keberatan dan anggota kelompok
juga dapat bertanya kepada peserta debat atau pembicara. Metode ini
memungkinkan setiap siswa di kelas untuk berpartisipasi secara aktif bukan
hanya para pelaku debatnya saja
Berdasarkan pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui metode
debat aktif, siswa didorong untuk mengungkapkan pandangannya melalui debat
antar kelompok diskusi yang dibentuk dalam diskusi kelas. Debat adalah
argumentasi untuk menentukan apakah suatu usulan didukung oleh pihak yang
disebut pendukung dan ditolak oleh pihak yang disebut penolakan oleh pihak
lain. Debat adalah diskusi atau pertukaran pendapat tentang suatu topik, dan
setiap peserta memberikan alasan untuk mempertahankan pendapatnya.
Tujuan utama dari metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan
siswa serta untuk membuat suatu keputusan (Sanjaya, 2009).
Menurut Ismail (2008), tujuan metode debat aktif ini adalah untuk melatih
siswa mencari argumen yang kuat ketika menyelesaikan masalah yang bersifat
kontroversial, dan memiliki sikap demokratis serta saling menghormati. Oleh
karena itu debat merupakan sarana yang paling efektif untuk
mendemonstrasikan, meningkatkan dan mengembangkan komunikasi lisan,
melalui debat pembicara dapat menunjukkan sikap intelektualnya.
Melalui penggunaan metode pembelajaran debat aktif, siswa dapat
termotivasi untuk berkomunikasi baik antar siswa maupun dengan guru.
Dengan kebiasaan siswa berpartisipasi aktif dalam pelajaran akan mengarahkan
siswa sebagai warga masyarakat untuk terbiasa ikut berpartisipasi dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Menurut Ismail (2008) penggunaan teknik dengan metode debat aktif,
memang memiliki keunggulan-keunggulan atau kelebihan yang dapat
dirumuskan yaitu sebagai berikut:
1) Dengan perdebatan yang sengit akan mempertajam hasil pembicaraan.
2) Kedua segi permasalahan dapat disajikan, yang memiliki ide dan yang
mendebat atau menyanggah sama-sama berdebat untuk menemukan
hasil yang lebih tepat mengenai suatu masalah.
3) Siswa dapat terangsang untuk menganalisa masalah di dalam kelompok,
asal terpimpin sehingga analisa itu terarah pada pokok permasalahan
yang di kehendaki bersama.
4) Dalam pertemuan debat itu siswa dapat menyampaikan fakta dari kedua
sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang benar atau valid dan bisa
dipertanggung jawabkan.
5) Karena terjadi pembicaraan aktif antara pemrasaran dan penyanggah
maka akan membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara, turut
berpartisipasi mengeluarkan pendapat.
6) Bila masalah yang diperdebatkan menarik, maka pembicaraan itu mampu
mempertahankan minat anak untuk terus mengikuti perdebatan itu.
7) Untungnya pula metode ini dapat dipergunakan pada kelompok besar.
Adapun menurut Kusmawati (2015) dalam pelaksanaan metode debat ini
kita juga menemukan sedikit kelemahan, hal mana bila dapat diatasi. Guru akan
mampu menggunakan metode ini dengan baik. Kelemahan itu diantaranya
adalah:
1) Didalam pertemuan ini kadang-kadang keinginan untuk menang
mungkin terlalu besar, sehingga tidak memperhatikan pendapat orang
lain.
2) Kemungkinan lain diantara anggota mendapat kesan yang salah tentang
orang yang berdebat.
3) Dengan metode debat membatasi partisipasi kelompok, kecuali kalua
diikuti dengan diskusi.
4) Karena sengitnya perdebatan bisa terjadi terlalu banyak emosi yang
terlibat, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai.
5) Agar bisa dilaksanakan dengan baik maka perlu persiapan yang teliti
sebelumnya.

3. Pengertian Berpikir Kritis


Gilmer dalam Kuswana (2011: 2) bahwa berpikir adalah proses pemecahan
masalah, proses menggunakan ide atau simbol untuk menggantikan aktivitas
yang tampak secara fisik.
Selanjutnya, Sfard (2009) menyatakan definisi tentang berpikir yaitu,
“thinking is a primary process that unfolds naturally “from inside” the person”.
Berpikir adalah proses utama yang terjadi dalam diri seseorang secara alami.
Berpikir sebagai kemampuan mental seseorang dibedakan menjadi
beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Hal yang menjadi perhatian berpikir tingkat tinggi adalah apa yang dilakukan
terhadap fakta. Siswa harus memahami fakta, mengasosiasikan fakta satu sama
lain, mengklasifikasikan, memanipulasi, dan menggunakannya dalam situasi
baru dan menerapkannya untuk menemukan pemecahan baru terhadap masalah
baru.
Menurut ahli psikologi Gestalt yang dikutip oleh Ngalim Purwanto (1992
: 46), berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak
dapat diamati dengan alat indra kita. Sehubungan dengan pendapat para ahli
psikologi gestalt, maka ahli-ahli psikologi sekarang berpendapat bahwa proses
berpikir pada taraf yang tinggi pada umumnya melalui tahapan-tahapan yaitu
1) timbulnya masalah, kesulitan yang harus dipecahkan,
2) mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang dianggap ada sangkut pautnya
dengan pemecahan masalah,
3) taraf pengolahan atau pencernaan, fakta diolah dan dicernakan,
4) taraf penemuan atau pemahaman, menemukan cara memecahkan masalah,
5) menilai, menyempurnakan dan mencocokkan hasil pemecahan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Harlinda (2014: 6) mengartikan berpikir
sebagai upaya menggunakan kekuatan akal untuk mengolah informasi dari
dalam dan luar seseorang untuk memecahkan suatu masalah. Glass dan
Holyoak (Suharnan, 2005: 280), di sisi lain, mengubah pemikiran menjadi
ekspresi spiritual baru melalui pertukaran informasi, termasuk interaksi
kompleks antara perilaku manusia seperti penilaian, abstraksi, penalaran,
imajinasi, dan resolusi. sebagai proyek industri.
Dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan proses yang melibatkan
interaksi kompleks antara sifat perilaku seseorang seperti pengambilan
keputusan, reduksi, refleksi, dan berpikir untuk memecahkan masalah yang
tidak dapat dikendalikan.
Berpikir kritis merupakan salah satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Costa
(Liliasari, 2000: 136) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir
tingkat tinggi kedalam empat kelompok yang meliputi pemecahan masalah
(problem solving), pengambilan keputusan (decision making), berpikir kritis
(critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Berpikir kritis sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Berpikir kritis diperlukan
untuk memecahkan masalah yang ada secara rasional dan menentukan
keputusan yang tepat dalam waktu yang singkat.
Sejalan dengan itu, Jumaisyaroh, dkk (2015: 88) berpendapat bahwa
kemampuan berpikir kritis matematis adalah suatu kecakapan berpikir secara
efektif yang dapat membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi, serta
mengambil keputusan tentang apa yang diyakini atau dilakukan.
Harlinda (2014: 8) memaparkan konsep berpikir kritis sebagai berikut:
“berpikir kritis itu menarik karena kamu dapat menggunakan pikiranmu untuk
menyelesaikan masalah dengan memahami masalah terlebih dahulu dan yang
terpenting. Ide dan alasan kamu jelas dan kamu dapat mengidentifikasi bias dari
ide yang berbeda. Akhir dari masalah ini."
Berdasarkan pandangan di atas, berpikir kritis adalah suatu proses berpikir
dengan memeriksa masalah dan mengambil keputusan yang benar. Siswa yang
terbiasa mengembangkan keterampilan berpikir kritis akan lebih peka dan
tanggap dalam menghadapi masalah yang ada.
Cece Wijaya (1995: 72-73) menjelaskan ciri-ciri berpikir kritis yaitu
sebagai berikut: mengenal secara rinci bagian-bagian dari keputusan; pandai
mendeteksi permasalahan; mampu membedakan ide yang relevan dengan ide
yang tidak relevan; mampu membedakan fakta dengan fiksi atau pendapat;
dapat membedakan antara kritik yang membangun dan merusak; mampu
mengidentifikasi atribut-atribut manusia, tempat, dan benda, seperti dalam sifat,
bentuk, wujud, dan lain-lain; mampu mendaftarkan segala akibat yang mungkin
terjadi atau alternatif terhadap pemecahan masalah, ide dan situasi; mampu
membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah
lainnya; mampu menarik kesimpulan generalisasi dari data yang telah tersedia
dengan data yang diperoleh di lapangan; mampu membuat prediksi dari
informasi yang tersedia; dapat membedakan konklusi salah dan tepat terhadap
informasi yang diterima; mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada
dan terseleksi.
Adapun aspek-aspek berpikir kritis menurut Facione (2013: 5) terdapat 6
aspek, yaitu sebagai berikut :
1. interpretation (interpretasi) yaitu kemampuan untuk memahami serta
mengetahui arti atau maksud dari suatu pengalaman yang bervariasi,
situasi, data, peristiwa, keputusan, konvensi, kepercayaan, aturan,
prosedur, atau kriteria.
2. analysis (analisis) yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi maksud
dan hubungan yang tepat antar pernyataan, pertanyaan, konsep,
deskripsi, atau bentuk pertanyaan lain untuk menyatakan kepercayaan,
keputusan, pengalaman, alasan, informasi, atau opini.
3. evaluation (evaluasi) yaitu kemampuan untuk menilai kredibilitas dari
suatu pernyataan arau penyajian lain dengan menilai atau memberi
gambaran mengenai persepsi seseorang, pengalaman, situasi,
keputusan, kepercayaan, atau opini; serta untuk menilai kekuatan logika
dari hubungan inferensial antara pernyataan, deskripsi, pertanyaan, atau
penyajian lain.
4. inference (kesimpulan) yaitu Kemampuan untuk mengidentifikasi dan
memilih unsur-unsur yang diperlukan untuk membuat kesimpulan yang
beralasan; untuk mmbuat hipotesis yang beralasan; untuk
memperhatikan informasi yang relevan serta mengurangi konsekuensi
yang ditimbulkan dari data, pernyataan, prinsip, bukti, penilaian,
kepercayaan, opini, konsep, deskripsi, pertanyaan, atau penyajian lain.
5. explanation (penjelasan) yaitu Kemampuan untuk menyatakan hasil
dari proses seseorang, kemampuan untuk membenarkan suatu alasan
berdasarkan bukti, konsep, metodologi, kriteria, dan kriteria tertentu
yang masuk akal; serta untuk menjelaskan alasan seseorang dengan
argumentasi yang meyakinkan.
6. self-regulation (pengaturan diri) yaitu Kesadaran seseorang untuk
memonitori aktivitasnya sendiri, elemenelemen yang digunakan serta
hasil yang dikembangkan dengan menerapkan kemampuan dalam
melakukan analisis dan evaluasi terhadap kemampuan diri sendiri dalam
pengambilan keputusan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi,
validasi, atau koreksi.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan


1. Riko Saputra (2018) Pengaruh Model Pembelajaran Debat Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik SMA Negeri 2 Oku Pada Mata
Pelajaran Ekonomi.
2. Dewi Puspitasari (2016) Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Metode
Debat Aktif Terhadap Keterampilan Mengemukakan Pendapat Siswa Dalam
Pembelajaran Kompetensi Dasar Menganalisis Kasus Pelanggaran Kak dan
Pengingkaran Kewajiban Sebagai Warga Negara (Studi Di SMAN 2
Sukoharjo)

C. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir dibuat untuk mengetahui pengaruh antara variable. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan berpikir kritis siswa adalah
dengan menerapkan model pembelajaran yang relevan. Model pembelajaran
relevan yang dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri serta terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk
ditingkatkan keaktifan siswa dan menumbuhkan berpikir sejarah siswa. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran Active Debate (Debat
Aktif). Model pengajaran ini dirancang khusus untuk menumbuhkan berpikir kritis.
Melalui metode ini dapat melatih siswa berargumen yang kuat dalam
memecahkan suatu topik permasalahan yang diperdebatkan. Dengan topik debat
yang menarik perhatian siswa, siswa akan terus mengikuti proses pembelajaran
hingga akhir. Selain itu juga akan memunculkan keingintahuan siswa terhadap
permasalahan tersebut.
Adapun kelebihan metode debat aktif lebih banyak mengeksplorasi
kemampuan siswa dari segi intelektual dan emosi siswa dalam kelompok kerjanya,
sehingga pembentukan karakter kritis pada siswa dan pemahaman etika dalam
berargumentasi dapat diperoleh dalam pembelajaran di kelas. Selain itu dengan
adanya pembagian kubu menjadi kelompok pro dan kontra, maka peserta didik
akan dapat lebih memahami sebuah kisah sejarah secara lebih menyeluruh, karna
tidak melulu hanya mengerti mengenai sisi baiknya saja namun juga sisi buruk dari
suatu peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau.
Dengan metode debat ini, para peserta didik dapat meningkatkan daya pikir
kritis mereka dalam menganalisis suatu peristiwa kontroversial dalam sejarah.
Metode debat ini akan secara aktif melibatkan tiap siswa di dalam kelas untuk
berdiskusi dan mengemukakan pendapat mereka. Melalui penerapan metode debat
ini proses pembelajaran diskusi akan menjadi lebih efektif dan keterampilan siswa
dalam mengemukakan pendapat dan gagasan mereka di depan khalayak umum
menjadi lebih baik. Berikut bagan kerangka berpikir secara lebih singkat:

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pre-test Pre-test

Pembelajaran Pembelajaran
dengan metode Postest dengan metode
debat aktif ceramah
Analisis
Data

Kesimpulan

D. Hipotesis
Menurut asal kata atau secara Etimologis hypothesis berasal dari kata hypo
yang berarti kurang dari, dan thesis yang berarti pendapat atau pernyataan atau
teori. Dari arti kata tersebut hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat atau
pernyataan atau kesimpulan yang masih kurang atau belum selesai atau masih
bersifat sementara. Trelease (dalam Soewadji, 2012) mendefinisikan hipotesis
sebagai keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa pengaruh debat aktif terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun rumusan Hipotesis Alternatif (Ha) dan
Hipotesis 0 (Ho), adalah sebagai berikut:
Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat pengaruh implementasi metode debat aktif terhadap kemampuan
berpikir kritis pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XII SMAN 1 Mentaya Hulu.
Hipotesis Nol (H0)
Tidak terdapat pengaruh implementasi metode debat aktif terhadap
kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XII SMAN 1
Mentaya Hulu.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini diselenggarakan di SMAN 1 Mentaya Hulu Kelas 11 semester
genap tahun pelajaran 2021/2022
B. Jenis Penelitian
Penelitian yang dianalisis dalam bentuk data atau angka diperoleh dari hasil
perhitungan dari instrumen dalam bentuk tes merupakan metode penelitian kuantitatif.
Desain eksperimen dalam penelitian ini menggunakan True Experiment. Menurut
Sugiyono (2012:112), True Eksperimental adalah eksperimen yang betul, karena dalam
desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Ciri utama dari True Eksperimental ini adalah bahwa, sampel yang digunakan
untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi
tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random.
Menurut Sugiyono (2012:112), dalam True Eksperimental ada dua bentuk design True
Eksperimental yaitu: Posttest-Only Control Design dan Pretest-Posttest Control Group
Design. Dan dalam hal ini peneliti menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group
Design
Menurut Sugiyono (2012:112), dalam design ini terdapat dua kelompok yang
masing-masing dipilih secara random. Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan
kelompok yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen
dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya
perlakuan (treatment) adalah (O1 : O2). Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh
secara signifikan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen, yang
bertujuan untuk mengetahui akan pengaruh atau akibat dari suatu perlakuan (treatment).
Treatment yang dimaksud peneliti adalah Metode Pembelajaran Debat Aktif. Jadi peneliti
ingin mengetahui pengaruh Metode Pembelajaran Debat Aktif terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa.
Adapun rancangan penelitian ini yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control
Group Design dengan rancangan Tabel 1.1 sebagai berikut :
Tabel. 1.1 Rancangan Posttest-Only Control Design.

Kelas Pretest Perlakuan Posttest


Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4

Keterangan:
X : Perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran Debat Aktif.
O1 : Nilai pretest yang dilakasanakan kelompok eksperimen
O2 : Nilai posttest yang dilaksanakan kelompok eksperimen
O3 : Nilai pretest kelas kontrol
O4 : Nilai pretest kelas control

C. Populasi, Sampel dan Sampling


1. Populasi
Populasi merupakan keaselurunh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruangan
lingkup dan waktu yang ditentukan. Populasi berhubungan dengan data, bukan
manusia. Adapun menurut Sugiyono (2012:117), populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Mentaya Hulu
yang terdiri dari 4 kelas. Populasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.2 Jumlah Siswa Kelas XI SMAN 1 Mentaya Hulu Tahun Ajaran
2021/2022.
No. Kelas Jumlah Siswa (orang)
1 XI MIPA 1 34
2 XI MIPA 2 34
3 XI IIS 1 35
4 XI IIS 2 31
Jumlah 134

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari
dua kelas, yaitu kelas XI MIPA 2 sebagai sampel kelas eksperimen dan kelas XI IIS 1
sebagai kelas kontrol.

3. Sampling
Sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Teknik
sampling yaitu cara pengambilan sempel pada penelitian. Kelas sampel dipilih dengan
teknik simple random sampling dikatakan simple karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi. Cara demikian dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen dan
normal setelah dilakukan uji homogenitas dan normalitasnya.

D. Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data adalah mengamati variabel yang diteliti dengan
menggunakan metode tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini adalah tes. Tes digunakan oleh peneliti berupa tes uraian atau essay
yang terdiri dari dari tes awal pree-test untuk melihat kemampuan awal siswa sebelum
menggunakan model pembelajaran student debat, dan tes akhir post-test untuk melihat
kemampuan siswa setelah menggunakan metode pembelajaran debat aktif.

E. Uji Coba Instrumen Penelitian


Instrumen observasi yang digunakan berbentuk tes berupa tes uraian atau essay
yang berupapost-test untuk melihat kemampuan siswa setelah menggunakan metode
pembelajaran debat aktif. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan uji
coba instrumen penelitian. Kemudian baru dilakukan penelitian. Untuk menguji instrumen
penelitian ini dilakukan uji validitas dan uji reabilitas.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur tingkat kevalitan dari suatu alat
ukur yang dihitung, instrumen yang digunakan dalam bentuk essay yang
diberikan pada akhir pembelajaran. Valid atau sahihnya suatu instrumen
berdasarkan ukuran tingkatan yang beragam merupakan ukuran dari validitas.
Bentuk instrumen soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
kriteria sedang, tinggi dan sangat tinggi. Ukuran yang diperoleh dari data
validitas memiliki beberapa kriteria kevalitan diantaranya dengan rumus :

𝑛 ∑ 𝑥𝑦 ∑𝑥 ∑𝑦
𝑟
⌊𝑛 ∑ 𝑥 ∑𝑥 ⌋ ⌊𝑁 ∑ 𝑦 ∑𝑦 ⌋

Keterangan :
𝑟 = Koefisien Validitas
n = Banyaknya peserta tes
∑𝑥 = Jumlah skor item
∑𝑦 = Jumlah skor total
∑ 𝑥𝑦 = Jumlah perkalian skor item dengan skor total
∑𝑥 = Total kuadrat dari skor item
∑ 𝑦 = Total kuadrat dari skor total.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang teteap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah
ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang
terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana
pengukuran tersebut dapat dipercaya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan rumus K- R.21, sebagai berikut:
𝑟

Keterangan :
𝑟 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Jumlah item
M = Mean skor total
𝑆𝑇 = Varians total

3. Tingkat Kesukaran Soal


Menurut Arikunto (2013:222), soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah atau tidak terlalu sukar. Soal terlalu mudah tidak merangsang siswa
untuk mempertinggi usaha memecahkannya, jika soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Indeks kesukaran adalah bilangan
yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal. Di dalam istilah evaluasi,
indeks kesukaran diberi simbol P, singkatan dari kata “proporsi”. Rumus
tingkat kesukaran (P) adalah sebagai berikut:
𝐵
𝑃
𝐽𝑆
Keterangan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (upper group) dengan siswa yang kurang pandai
(lower group). Makin tinggi daya pembeda soal, maka baik pula kualitas soal
tersebut. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
𝐷 𝑃 -𝑃

Keterangan :
D = Daya pembeda
𝐽 = Banyak peserta kelompok atas
𝐽 = Banyak peserta kelompok bawah
𝐵 = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
𝐵 = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
𝑃 = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai
indeks kesukaran)
𝑃 = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.

F. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol adalah dengan uji-t. Hipotesis yang diuji
dalam penelitian ini adalah: Pengaruh implementasi metode debat aktif terhadap
kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XII SMAN 1 Mentaya
Hulu. Sebelum melakukan uji-t, terlebih dahulu dilakukan:
a. Uji normalitas
Untuk menguji normalitas yang dipakai adalah metode liliefors. Adapun langkah-langkah
untuk menguji normalitas adalah sebagai berikut:
1) Pengamatan X1, X2, X3, ...,Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ...,Zn dengan
menggunakan rumus:
𝑋
𝑍
𝑆
Dengan :
𝑋 : Rata-rata
𝑠 : Simpangan baku

2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
3) Untuk setiap bilangan baku ini kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z≤Zi).
4) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ...,Zn yang lebih kecil atau sama dengan
Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:

banyaknya z , z , z ,… z yang z
𝑆
𝑛

5) Menghitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian menentukan harga mutlaknya.


6) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut harga
terbesar ini disebut L

b. Homogenitas
Dalam menguji homogenitas sampel, pengetesan didasarkan pada asumsi bahwa
apabila varian yang dimiliki oleh sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda,
maka sampel-sampel tersebut cukup homogen. Uji homogenitis digunakan untuk menguji
apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen.
Untuk menentukan uji homogenitas dilakukan pengujian kesamaan varian untuk
dua populasi digunakan statistik :

F= =

Keterangan :
F = Varian kelompok data
𝑆 = Varian dari hasil belajar kelompok terbesar
𝑆 = Varian dari hasil belajar kelompok terkecil

c. Uji hipotesis
Untuk menguji hipotesis dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Statistik yang digunakan:

𝑡 dimana 𝑆

Keterangan:
𝑋 : Rata-rata kelas eksperimen / model debat aktif
𝑋 : Rata-rata kelas kontrol.
S : Variansi gabungan.
𝑛 : Jumlah data kelas eksperimen.
𝑛 : Jumlah data kelas kontrol.
𝑆 : Harga varian kelas eksperimen.
𝑆 : Harga varian kelas kontrol.
DAFTAR PUSTAKA

AM Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Babadu, J.S dan Zain. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
hlm 131

Facione. (2013). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Millbrae, CA: Measured
Reasons and The California Academic Press.

Fatmawati, Harlinda. (2014). Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat (Penelitian
Dilakukan Di Smk Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi: UNS.

Freely, Austin J and Steinberg, David L. (2009). Argumentation and Debate : Critical Thinking
for Reasoned Decision Making (12th ed.). Belmont, CA: Wadsworth Publishing, Inc.

Gottschalk, Louis. (2000). Mengerti Sejarah. Depok: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia,
2000, hlm. 171

Hasan Alwi, dkk,. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Balai Pustaka, hal. 849

Hugiono, dan Poerwantana. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Rineka Cipta.

Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang,
2008, hal. 22-81.

Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E. E., & Hasratuddin. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajran Berbasis
Masalah. Jurnal AdMathEdu 5(1), 87-106.

Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), hal 123.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2015). Sejarah indonesia, Jakarta: Depdikbud.


Kuswana, Wowo Sunaryo.(2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Liliasari. (2000). Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Konseptual


Tingkat Tinggi Calon Guru IPA. Dalam Proceeding Nasional Science Education
Seminar, The Problem of Mathematics and Science Education and Alternative to Solve
the Problems. Malang: JICAIMSTEP FMIPA UM

M. Ridwantoro, “Implementasi Metode Debat Aktif terhadap Keberhasilan Belajar Siswa”, Jurnal
Publikasi Pendidikan, Vol. III, No. 2, UIN Surabaya, 2012, hal.19-20

Melvin. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Nusa Media, Bandung, 2006,
hal.141.

Mustaji. (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran.
Dosen Program Studi TP FIP Universitas Negeri Surabaya. (diakses di
https://www.academia.edu/3782126/Pengembangan_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan
_Kreatif_dalam_Pembelajaran, pada tanggal 9 Maret 2021)

Mutiani, M., Abbas, E. W., Syaharuddin, S., & Susanto, H. Membangun Komunitas Belajar
Melalui Lesson Study Model Transcript Based Learning Analysis (TBLA) dalam
Pembelajaran Sejarah. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3(2), 113-122.
Ngalim Purwanto. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Rohani, S. & Kurniawati, Y. (2020). “Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran sejarah melalui strategi go to your post”. FACTUM: Jurnal
Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3 (1). 2019. 51-60, DOI: https://doi.org/10.17509/
factum.v9i1.22954

S Hamid Hasan. (2012) .Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. Paramita,
Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah, Vol 22, No. 1, hlm 91.Sanjaya, Wina. 2006.
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Sabandar, J. (2007). Berpikir Reflektif. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sehari:
Permasalahan Matematika dan Pendidikan Matematika Terkini tanggal 8 Desember
2007. UPI Bandung:
Silberman, Melvin L. (2013). Active Learning:101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia. Utama, Eka Jaya Outra., dan Nugroho, Agus Budi. SOSIAL HORIZON:
Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 5, No. 2, Desember 2018. PEMBELAJARAN SEJARAH
DENGAN METODE DEBAT AKTIF UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR
SISWA DI KELAS X MIPA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONTIANAK.

Sugiyono, (2012). Metode Penelitain Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung : Alfabeta

Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi

Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Bandung: Teknik Tarsito, hal.7

Susanto, H. (2014). Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran).
Yogyakarta: Aswaja Pressindo

Susanto, H. (2020). Profesi Keguruan. Banjarmasin: FKIP ULM.

Susanto, H., & Akmal, H. (2019). Media Pembelajaran Sejarah Era Teknologi Informasi
(Konsep Dasar, Prinsi Aplikatif, dan Perancangannya). Banjarmasin: FKIP ULM.
Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter
Masuknya Islam Ke Nusantara dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1).
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media
Group, Jakarta, 2009, hal. 154.

Yulia Kusmawati, “Penerapan Metode Debat dalam Pembelajaran Sejarah”, Jurnal Pengetahuan
Sosial, Vol. II, No. 4, Universitas Jember, 2015, hal. 6.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai