net/publication/350852833
CITATIONS READS
0 358
2 authors, including:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ira Lukya Safira on 14 April 2021.
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
IRA LUKYA SAFIRA
NIM : 1810111220007
Dosen Pengampu :
Heri Susanto, M.Pd.
Prof. Dr. Ersis Warmansyah Abbas, M.Pd.
Dr. Syaharuddin, S.Pd.
Berdasarkan tujuan tersebut, peserta didik dituntut untuk berpikir secara kritis, karena
berpikir kritis melatih peserta didik untuk memahami peristiwa sejarah dengan cara yang
benar dan obyektif, proses ini sangat penting untuk memahami kebenaran dari isi cerita
yang sebenarnya dan memahami pro dan kontra dari peristiwa sejarah yang telah terjadi.
Sehingga pengetahuan peserta didik menjadi lebih berkembang serta tidak hanya terpaku
pada penjelasan yang disampaikan oleh guru dan buku sumber yang dimiliki peserta didik.
Seperti yang diungkapkan oleh Angelo (dalam Prameswari, Suharno, Sarwanto.,2018)
“berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang
meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan dan mengevaluasi”. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa berpikir kritis adalah kemampuan siswa dalam memecahkan suatu masalah, yang
dapat digunakan untuk mengambil keputusan dengan menganalisis dan mengidentifikasi
berbagai sumber, kemudian menarik suatu kesimpulan.
Saat mengasah kemampuan berpikir kritis siswa, guru dituntut untuk menciptakan
pembelajaran di kelas yang aktif dan menarik. Untuk itu, guru perlu mengubah cara belajar,
terutama perubahan cara belajar untuk menumbuhkan daya berpikir kritis siswa. Hal
tersebut berdasarkan pernyataan Susanto, H (2020) Guru harus mampu merangsang minat
siswa agar dapat aktif berpikir, mencari dan menemukan pengetahuannya sendiri. Susanto,
H (2021) juga menjelaskan bahwa guru dituntut menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
Hal inilah yang menjadi penyebab menurunnya kualitas pembelajaran sejarah dan
alasan siswa kurang memiliki kemampuan berpikir kritis. Padahal, pembelajaran sejarah
tidak hanya berupa materi hafalan, tetapi juga berupa memaknai suatu peristiwa sejarah.
Sebagaimana dijelaskan (Kartodirdjo, 1992; Kuntowijoyo, 1995 dalam Susanto, H., 2020)
topik sejarah memberikan pembelajaran yang harus dimaknai. Belajar sejarah adalah portal
untuk mempelajari dan menemukan hakikat tentang peristiwa yang telah terjadi.
Pembelajaran sejarah memberikan ruang kepada siswa untuk memahami hakikat manusia
dari segala aspek. Masyarakat meyakini bahwa pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan
pemahaman tentang perkembangan budaya dan peradaban manusia. Hasil pembelajaran
tersebut disebut kesadaran historis. Selain itu, Anis 2015:53 (dalam Susanto, H., 2019)
mengemukakan bahwa sejarah bukanlah pusaka, melainkan suatu pembelajaran. Jika
sejarah tidak diajarkan, maka hanya akan menjadi peristiwa yang tidak berarti, Sejarah
adalah warisan yang membutuhkan penelitian dan pemahaman tentang kandungan
nilainya.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa tugas guru tidak hanya mengajar dan
mendidik, tetapi juga harus kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran di kelas, serta
membimbing siswa untuk memaknai suatu peristiwa sejarah. Penggunaan metode
pembelajaran dikelas perlu adanya penguasaan oleh pendidik itu sendiri dimana
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran jika dimasukkan, diproses, disaring
kemudian dievaluasi oleh pendidik tersebut. Apabila pendidik kurang tepat dalam
penerapan metode pembelajaran, maka akan sulit mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk menumbuhkan dan mendorong
keterampilan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran sejarah. Salah satu metode yang
dapat digunakan adalah metode debat aktif, yaitu suatu konsep debat yang memungkinkan
siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas. Sebagaimana dijelaskan oleh
Melvin L. Silberman (2013: 14), debat dapat menjadi metode pembelajaran yang efektif
yang dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir dan refleksi, terutama jika
ingin siswa mengungkapkan pendapat yang bertentangan dengan diri mereka.
Metode debat aktif termasuk dalam kategori pembelajaran aktif, yang melibatkan
pembelajaran seluruh siswa di kelas. Secara umum debat adalah adu pendapat atau
argumen yang dilakukan oleh dua pihak baik secara perseorangan atau berkelompok.
Adapun menurut Austin J. Freeley dan David L. Steinberg (2008:2) mengemukakan debate
is the process of inquiry and advocacy, the seeking of a reasoned judgement on a
proposition.
Sehingga dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa metode debat aktif adalah
suatu proses dimana siswa akan mencari, menemukan dan mengumpulkan informasi serta
mempertahankannya, kemudian menggunakan bukti dan fakta yang mendukung
pernyataan tersebut untuk menyusun argumen.
Dengan menggunakan metode pembelajaran debat aktif di kelas, pembentukan
berpikir kritis siswa dapat lebih ditingkatkan. Kelebihan metode ini adalah siswa tidak
hanya dapat memahami aspek baik dari peristiwa masa lalu, tetapi juga aspek buruknya,
sehingga mereka dapat lebih memahami fakta sejarah secara lebih komprehensif dan lebih
baik. Selain itu, kemampuan siswa dapat dieksplorasi dari perspektif kecerdasan dan emosi
mereka, dengan tujuan untuk mendapatkan pembentukan kepribadian kritis siswa dan
pemahaman argumen moral dalam pembelajaran di kelas.
Melalui metode debat ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritisnya ketika menganalisa peristiwa-peristiwa kontroversial dalam sejarah.
Metode debat semacam ini akan memungkinkan setiap siswa berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran di kelas dan mengungkapkan pandangan mereka. Dan diharapkan pula
dengan penerapan metode debat aktif ini, kemampuan siswa dalam mengutarakan pendapat
dan idenya di depan umum dapat ditingkatkan. Hal ini juga diharapkan sejalan dengan
peningkatan hasil belajar siswa di kelas.
Namun, keefektifan penggunaan metode debat aktif dalam pembelajaran sejarah
masih harus diuji melalui sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Mentaya
Hulu, Kalimantan Tengah. Alasan pemilihan lokasi penelitian di SMAN 1 Mentaya Hulu
adalah karena peneliti merupakan alumnus dari sekolah tersebut, sehingga sedikit banyak
mengetahui proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di sekolah tersebut selama ini.
Selain itu juga karena metode debat aktif ini belum pernah diuji cobakan di sekolah tersebut
dan pendidik hanya menggunakan metode ceramah dan tugas rumah. Sehingga sebagian
besar kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong rendah. Sasaran yang menjadi
objek penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS SMAN 1 Mentaya Hulu, Kalimantan
Tengah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi
adalah sebagai berikut:
1. Pendidik tidak pernah menggunakan metode debat aktif pada pembelajaran sejarah.
2. Peserta didik hanya menerima informasi/materi yang disampaikan bersifat monoton
atau satu arah tanpa dapat mengembangkan pikirannya sendiri.
3. Kurangnya penerapan metode pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran
sejarah, sehingga peserta didik kurang memahami mata pelajaran sejarah.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi diatas maka peneliti ingin memfokuskan pada
“Pengaruh Implementasi Debat Aktif Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Pada Mata
Pelajaran Sejarah Siswa Kelas XII IPS SMAN 1 Mentaya Hulu”
D. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, permasalahan yang perlu dikaji adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan antar kelas yang menggunakan metode debat aktif dengan
kelas yang menggunakan metode ceramah?
2. Bagaimana pengaruh metode debat aktif terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
pada pembelajaran sejarah?
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERFIKIR
DAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. “Pengaruh adalah kekuatan yang
ada atau menghasilkan sesuatu (orang atau benda) yang berkontribusi pada
pembentukan karakter, keyakinan, atau perilaku seseorang”. Pengaruh
merupakan suatu daya atau kekuatan yang berasal dari sesuatu, baik itu
seseorang atau benda serta segala sesuatu di alam, sehingga akan
mempengaruhi hal-hal di sekitarnya.
Sedangkan menurut penelitian Hugiono dan Poerwantana (1992), pengaruh
adalah dorongan atau kekuatan persuasif yang sedang dibentuk atau diproduksi.
Pada saat yang sama, menurut Badudu dan Zain (2001), pengaruh adalah
kekuatan yang menyebabkan hal-hal tertentu terjadi, sesuatu yang dapat
membentuk atau mengubah hal-hal lain atau mengikuti karena kekuatan atau
kekuasaan orang lain. Kemudian Louis Gottschalk (2000) mendefinisikan
pengaruh sebagai suatu efek yang kuat dan membentuk pada pikiran dan
perilaku manusia, baik itu individu maupun kolektif.
Winarno Surakhmad (1982) mengartikan pengaruh sebagai tenaga yang
ditimbulkan oleh benda atau orang dan gejala internal yang dapat mengubah
apa-apa yang ada disekitarnya.
Berdasarkan pengertian yang telah dikemukakan tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pengaruh adalah suatau daya yang dapat membentuk atau
mengubah hal lain. Pengaruh dalam penelitian ini berupa kausalitas antar
variabel, dalam hal ini metode debat aktif akan memberikan pengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Pengertian Debat Aktif
Melvin dan Silberma (2006) menjelaskan bahwa dalam era terbuka seperti
sekarang ini, debat bisa menjadi sangat penting. Debat dapat memberikan
kontribusi besar bagi kehidupan demokrasi, termasuk di bidang pendidikan. Di
dunia pendidikan, debat dapat menjadi cara yang berharga untuk meningkatkan
pemikiran dan refleksi, terutama jika siswa diharapkan dapat mengungkapkan
pendapat yang pada dasarnya berlawanan dengan pendapatnya sendiri.
Menurut M. Ridwantoro (2012), debat aktif dapat membantu siswa
menyampaikan pemikiran, pendapat dan gagasannya. Keunggulan metode ini
adalah dapat membangkitkan keberanian mental siswa dalam berbicara di
dalam dan di luar kelas, serta bertanggung jawab atas ilmu yang diperoleh
selama proses debat.
M. Ridwantoro (2012) juga menjelaskan bahwa proses debat aktif
merupakan salah satu bentuk retorika modern yang biasanya ditandai dengan
adanya dua pihak atau lebih yang berkomunikasi dalam bahasa dan berusaha
mempengaruhi sikap dan pendapat orang pihak lain. Sehingga mereka mau
bertindak, mengikuti atau setidaknya memiliki kecenderungan tertentu sesuai
dengan keinginan pembicara atau penulis dengan melihat jenis komunikasi
lisan atau tertulis.
Debat merupakan forum strategis yang sangat cocok untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dan mengasah keterampilan berbicara. Perdebatan juga
dapat memberikan kontribusi yang berguna bagi kehidupan manusia. Dalam
pengajaran, ketika menggunakan teknik atau metode debat, itu adalah metode
dimana pembicara dari pihak yang pro dan kontra mengungkapkan pendapat
mereka, kemudian mereka dapat mengajukan keberatan dan anggota kelompok
juga dapat bertanya kepada peserta debat atau pembicara. Metode ini
memungkinkan setiap siswa di kelas untuk berpartisipasi secara aktif bukan
hanya para pelaku debatnya saja
Berdasarkan pemahaman di atas, dapat disimpulkan bahwa melalui metode
debat aktif, siswa didorong untuk mengungkapkan pandangannya melalui debat
antar kelompok diskusi yang dibentuk dalam diskusi kelas. Debat adalah
argumentasi untuk menentukan apakah suatu usulan didukung oleh pihak yang
disebut pendukung dan ditolak oleh pihak yang disebut penolakan oleh pihak
lain. Debat adalah diskusi atau pertukaran pendapat tentang suatu topik, dan
setiap peserta memberikan alasan untuk mempertahankan pendapatnya.
Tujuan utama dari metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan
siswa serta untuk membuat suatu keputusan (Sanjaya, 2009).
Menurut Ismail (2008), tujuan metode debat aktif ini adalah untuk melatih
siswa mencari argumen yang kuat ketika menyelesaikan masalah yang bersifat
kontroversial, dan memiliki sikap demokratis serta saling menghormati. Oleh
karena itu debat merupakan sarana yang paling efektif untuk
mendemonstrasikan, meningkatkan dan mengembangkan komunikasi lisan,
melalui debat pembicara dapat menunjukkan sikap intelektualnya.
Melalui penggunaan metode pembelajaran debat aktif, siswa dapat
termotivasi untuk berkomunikasi baik antar siswa maupun dengan guru.
Dengan kebiasaan siswa berpartisipasi aktif dalam pelajaran akan mengarahkan
siswa sebagai warga masyarakat untuk terbiasa ikut berpartisipasi dalam
menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Menurut Ismail (2008) penggunaan teknik dengan metode debat aktif,
memang memiliki keunggulan-keunggulan atau kelebihan yang dapat
dirumuskan yaitu sebagai berikut:
1) Dengan perdebatan yang sengit akan mempertajam hasil pembicaraan.
2) Kedua segi permasalahan dapat disajikan, yang memiliki ide dan yang
mendebat atau menyanggah sama-sama berdebat untuk menemukan
hasil yang lebih tepat mengenai suatu masalah.
3) Siswa dapat terangsang untuk menganalisa masalah di dalam kelompok,
asal terpimpin sehingga analisa itu terarah pada pokok permasalahan
yang di kehendaki bersama.
4) Dalam pertemuan debat itu siswa dapat menyampaikan fakta dari kedua
sisi masalah, kemudian diteliti fakta mana yang benar atau valid dan bisa
dipertanggung jawabkan.
5) Karena terjadi pembicaraan aktif antara pemrasaran dan penyanggah
maka akan membangkitkan daya tarik untuk turut berbicara, turut
berpartisipasi mengeluarkan pendapat.
6) Bila masalah yang diperdebatkan menarik, maka pembicaraan itu mampu
mempertahankan minat anak untuk terus mengikuti perdebatan itu.
7) Untungnya pula metode ini dapat dipergunakan pada kelompok besar.
Adapun menurut Kusmawati (2015) dalam pelaksanaan metode debat ini
kita juga menemukan sedikit kelemahan, hal mana bila dapat diatasi. Guru akan
mampu menggunakan metode ini dengan baik. Kelemahan itu diantaranya
adalah:
1) Didalam pertemuan ini kadang-kadang keinginan untuk menang
mungkin terlalu besar, sehingga tidak memperhatikan pendapat orang
lain.
2) Kemungkinan lain diantara anggota mendapat kesan yang salah tentang
orang yang berdebat.
3) Dengan metode debat membatasi partisipasi kelompok, kecuali kalua
diikuti dengan diskusi.
4) Karena sengitnya perdebatan bisa terjadi terlalu banyak emosi yang
terlibat, sehingga debat itu semakin gencar dan ramai.
5) Agar bisa dilaksanakan dengan baik maka perlu persiapan yang teliti
sebelumnya.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir dibuat untuk mengetahui pengaruh antara variable. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan berpikir kritis siswa adalah
dengan menerapkan model pembelajaran yang relevan. Model pembelajaran
relevan yang dimaksud adalah model pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri serta terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga memudahkan siswa untuk
ditingkatkan keaktifan siswa dan menumbuhkan berpikir sejarah siswa. Model
pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran Active Debate (Debat
Aktif). Model pengajaran ini dirancang khusus untuk menumbuhkan berpikir kritis.
Melalui metode ini dapat melatih siswa berargumen yang kuat dalam
memecahkan suatu topik permasalahan yang diperdebatkan. Dengan topik debat
yang menarik perhatian siswa, siswa akan terus mengikuti proses pembelajaran
hingga akhir. Selain itu juga akan memunculkan keingintahuan siswa terhadap
permasalahan tersebut.
Adapun kelebihan metode debat aktif lebih banyak mengeksplorasi
kemampuan siswa dari segi intelektual dan emosi siswa dalam kelompok kerjanya,
sehingga pembentukan karakter kritis pada siswa dan pemahaman etika dalam
berargumentasi dapat diperoleh dalam pembelajaran di kelas. Selain itu dengan
adanya pembagian kubu menjadi kelompok pro dan kontra, maka peserta didik
akan dapat lebih memahami sebuah kisah sejarah secara lebih menyeluruh, karna
tidak melulu hanya mengerti mengenai sisi baiknya saja namun juga sisi buruk dari
suatu peristiwa yang pernah terjadi pada masa lampau.
Dengan metode debat ini, para peserta didik dapat meningkatkan daya pikir
kritis mereka dalam menganalisis suatu peristiwa kontroversial dalam sejarah.
Metode debat ini akan secara aktif melibatkan tiap siswa di dalam kelas untuk
berdiskusi dan mengemukakan pendapat mereka. Melalui penerapan metode debat
ini proses pembelajaran diskusi akan menjadi lebih efektif dan keterampilan siswa
dalam mengemukakan pendapat dan gagasan mereka di depan khalayak umum
menjadi lebih baik. Berikut bagan kerangka berpikir secara lebih singkat:
Pre-test Pre-test
Pembelajaran Pembelajaran
dengan metode Postest dengan metode
debat aktif ceramah
Analisis
Data
Kesimpulan
D. Hipotesis
Menurut asal kata atau secara Etimologis hypothesis berasal dari kata hypo
yang berarti kurang dari, dan thesis yang berarti pendapat atau pernyataan atau
teori. Dari arti kata tersebut hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat atau
pernyataan atau kesimpulan yang masih kurang atau belum selesai atau masih
bersifat sementara. Trelease (dalam Soewadji, 2012) mendefinisikan hipotesis
sebagai keterangan sementara dari suatu fakta yang dapat diamati.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa pengaruh debat aktif terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun rumusan Hipotesis Alternatif (Ha) dan
Hipotesis 0 (Ho), adalah sebagai berikut:
Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat pengaruh implementasi metode debat aktif terhadap kemampuan
berpikir kritis pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XII SMAN 1 Mentaya Hulu.
Hipotesis Nol (H0)
Tidak terdapat pengaruh implementasi metode debat aktif terhadap
kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XII SMAN 1
Mentaya Hulu.
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan:
X : Perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran Debat Aktif.
O1 : Nilai pretest yang dilakasanakan kelompok eksperimen
O2 : Nilai posttest yang dilaksanakan kelompok eksperimen
O3 : Nilai pretest kelas kontrol
O4 : Nilai pretest kelas control
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan
menggunakan cara-cara tertentu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari
dua kelas, yaitu kelas XI MIPA 2 sebagai sampel kelas eksperimen dan kelas XI IIS 1
sebagai kelas kontrol.
3. Sampling
Sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan
ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif. Teknik
sampling yaitu cara pengambilan sempel pada penelitian. Kelas sampel dipilih dengan
teknik simple random sampling dikatakan simple karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi. Cara demikian dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen dan
normal setelah dilakukan uji homogenitas dan normalitasnya.
𝑛 ∑ 𝑥𝑦 ∑𝑥 ∑𝑦
𝑟
⌊𝑛 ∑ 𝑥 ∑𝑥 ⌋ ⌊𝑁 ∑ 𝑦 ∑𝑦 ⌋
Keterangan :
𝑟 = Koefisien Validitas
n = Banyaknya peserta tes
∑𝑥 = Jumlah skor item
∑𝑦 = Jumlah skor total
∑ 𝑥𝑦 = Jumlah perkalian skor item dengan skor total
∑𝑥 = Total kuadrat dari skor item
∑ 𝑦 = Total kuadrat dari skor total.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil
yang teteap. Maka pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah
ketetapan hasil tes. Atau seandainya hasilnya berubah-ubah, perubahan yang
terjadi dapat dikatakan tidak berarti. Reliabilitas menunjukkan sejauh mana
pengukuran tersebut dapat dipercaya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan rumus K- R.21, sebagai berikut:
𝑟
Keterangan :
𝑟 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Jumlah item
M = Mean skor total
𝑆𝑇 = Varians total
Keterangan :
D = Daya pembeda
𝐽 = Banyak peserta kelompok atas
𝐽 = Banyak peserta kelompok bawah
𝐵 = Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar
𝐵 = Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar
𝑃 = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (P sebagai
indeks kesukaran)
𝑃 = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar.
2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
3) Untuk setiap bilangan baku ini kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z≤Zi).
4) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, ...,Zn yang lebih kecil atau sama dengan
Zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka:
banyaknya z , z , z ,… z yang z
𝑆
𝑛
b. Homogenitas
Dalam menguji homogenitas sampel, pengetesan didasarkan pada asumsi bahwa
apabila varian yang dimiliki oleh sampel-sampel yang bersangkutan tidak jauh berbeda,
maka sampel-sampel tersebut cukup homogen. Uji homogenitis digunakan untuk menguji
apakah sampel penelitian berasal dari populasi yang homogen.
Untuk menentukan uji homogenitas dilakukan pengujian kesamaan varian untuk
dua populasi digunakan statistik :
F= =
Keterangan :
F = Varian kelompok data
𝑆 = Varian dari hasil belajar kelompok terbesar
𝑆 = Varian dari hasil belajar kelompok terkecil
c. Uji hipotesis
Untuk menguji hipotesis dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Statistik yang digunakan:
𝑡 dimana 𝑆
Keterangan:
𝑋 : Rata-rata kelas eksperimen / model debat aktif
𝑋 : Rata-rata kelas kontrol.
S : Variansi gabungan.
𝑛 : Jumlah data kelas eksperimen.
𝑛 : Jumlah data kelas kontrol.
𝑆 : Harga varian kelas eksperimen.
𝑆 : Harga varian kelas kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
AM Sardiman. (2006). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Babadu, J.S dan Zain. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
hlm 131
Facione. (2013). Critical Thinking: What It Is and Why It Counts. Millbrae, CA: Measured
Reasons and The California Academic Press.
Fatmawati, Harlinda. (2014). Analisis Berpikir Kritis Siswa Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Berdasarkan Polya Pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat (Penelitian
Dilakukan Di Smk Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Ajaran 2013/2014). Skripsi: UNS.
Freely, Austin J and Steinberg, David L. (2009). Argumentation and Debate : Critical Thinking
for Reasoned Decision Making (12th ed.). Belmont, CA: Wadsworth Publishing, Inc.
Gottschalk, Louis. (2000). Mengerti Sejarah. Depok: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia,
2000, hlm. 171
Hasan Alwi, dkk,. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Balai Pustaka, hal. 849
Hugiono, dan Poerwantana. (1992). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : Rineka Cipta.
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang,
2008, hal. 22-81.
Jumaisyaroh, T., Napitupulu, E. E., & Hasratuddin. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Pembelajran Berbasis
Masalah. Jurnal AdMathEdu 5(1), 87-106.
Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), hal 123.
M. Ridwantoro, “Implementasi Metode Debat Aktif terhadap Keberhasilan Belajar Siswa”, Jurnal
Publikasi Pendidikan, Vol. III, No. 2, UIN Surabaya, 2012, hal.19-20
Melvin. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Nusa Media, Bandung, 2006,
hal.141.
Mustaji. (2012). Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif dalam Pembelajaran.
Dosen Program Studi TP FIP Universitas Negeri Surabaya. (diakses di
https://www.academia.edu/3782126/Pengembangan_Kemampuan_Berpikir_Kritis_dan
_Kreatif_dalam_Pembelajaran, pada tanggal 9 Maret 2021)
Mutiani, M., Abbas, E. W., Syaharuddin, S., & Susanto, H. Membangun Komunitas Belajar
Melalui Lesson Study Model Transcript Based Learning Analysis (TBLA) dalam
Pembelajaran Sejarah. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3(2), 113-122.
Ngalim Purwanto. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Rohani, S. & Kurniawati, Y. (2020). “Upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa
dalam pembelajaran sejarah melalui strategi go to your post”. FACTUM: Jurnal
Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3 (1). 2019. 51-60, DOI: https://doi.org/10.17509/
factum.v9i1.22954
S Hamid Hasan. (2012) .Pendidikan Sejarah Untuk Memperkuat Pendidikan Karakter. Paramita,
Jurnal Sejarah dan Pembelajaran Sejarah, Vol 22, No. 1, hlm 91.Sanjaya, Wina. 2006.
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Sabandar, J. (2007). Berpikir Reflektif. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sehari:
Permasalahan Matematika dan Pendidikan Matematika Terkini tanggal 8 Desember
2007. UPI Bandung:
Silberman, Melvin L. (2013). Active Learning:101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Cendekia. Utama, Eka Jaya Outra., dan Nugroho, Agus Budi. SOSIAL HORIZON:
Jurnal Pendidikan Sosial Vol. 5, No. 2, Desember 2018. PEMBELAJARAN SEJARAH
DENGAN METODE DEBAT AKTIF UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR
SISWA DI KELAS X MIPA MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 PONTIANAK.
Sugiyono, (2012). Metode Penelitain Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung : Alfabeta
Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Bandung: Teknik Tarsito, hal.7
Susanto, H. (2014). Seputar Pembelajaran Sejarah (Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran).
Yogyakarta: Aswaja Pressindo
Susanto, H., & Akmal, H. (2019). Media Pembelajaran Sejarah Era Teknologi Informasi
(Konsep Dasar, Prinsi Aplikatif, dan Perancangannya). Banjarmasin: FKIP ULM.
Susanto, H., Irmawati, I., Akmal, H., & Abbas, E. W. (2021). Media Film Dokumenter
Masuknya Islam Ke Nusantara dan Pengaruhnya Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa. HISTORIA: Jurnal Program Studi Pendidikan Sejarah, 9(1).
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Prenada Media
Group, Jakarta, 2009, hal. 154.
Yulia Kusmawati, “Penerapan Metode Debat dalam Pembelajaran Sejarah”, Jurnal Pengetahuan
Sosial, Vol. II, No. 4, Universitas Jember, 2015, hal. 6.