XI Sejarah Indonesia
Nurul Rahmah
Sejarah Indonesia
Sit i Marwiyah
Pendahuluan
Empat baris awal Puisi karya Chairil Anwar ini menunjukkan asa untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Puisi ini menunjukkan harapan seorang Chairil Anwar pada bangsa
Indonesia tatkala Bekasi hingga Karawang dibombardir oleh Sekutu yang dibekingi oleh
Belanda. Chairil Anwar menciptakan puisi ini karena dia melihat betapa menyedihkannya
keadaan masyarakat Bekasi hingga Karawang yang telah dibombardir oleh sekutu.
Keprihatinannya ini menciptakan puisi yang terkenang hingga kini, dan menjadi harapan agar
tetap berjuang dan melawan penjajahan.
Bekasi menjadi salah satu daerah konsentrasi perlawanan rakyat kala itu, terlebih
tindakan van Mook yang membuat garis demarkasi4 mengakibatkan perpecahan bangsa
Indonesia. Selain itu, garis van Mook ini menyebabkan hancurnya kedaulatan Indonesia yang
baru saja merdeka. Banyak upaya yang dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan
1
Pertempuran Sasak Kapuk adalah peristiwa lokal yang terjadi di Bekasi tahun 1945 untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini terjadi di wilayah Bekasi yakni Pondok Ungu hingga Kranji yang dipimpin
oleh KH.Noer Alie.
2
Ade Maman Suryaman, M.Pd. adalah Guru Honorer Mata Pelajaran Sejarah Indonesia di SMA Negeri 1 Cikarang
Selatan. Penulis adalah alumni Program Studi Pendidikan Sejarah (S-2) pada Sekolah Pascasarjana (SPS) Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) – Bandung. Penulis dapat dihubungi melalui surel: ade.maman48@gmail.com
3
Puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar ini terinspirasi dari peristiwa Bekasi Lautan Api, dapat dilihat pada
Buku Terbitan Sekretariat Negara, tahun 1987, hlm. 74: Pada tanggal 19 Desember 1945, daerah Karawang –
Bekasi digempur dari darat dan udara oleh tentara Sekutu. Kehancuran daerah Karawang - Bekasi dan
perlawanan rakyat terhadap serbuan tersebut telah mengilhami para seniman untuk mengabadikannya dalam
karya-karya seni.
4
Garis demarkasi ini menjadi tapal batas antara Republik Indonesia dengan Sekutu/NICA. Batas-batas tersebut
adalah: sebelah barat kewedanaan Bekasi, yakni Kali Cakung ke Utara sampai ke Cilincing dan Kali Buaran ke
Selatan sampai ke Cileungsi. dalam: Ali Anwar, Sejarah Singkat Kabupaten Bekasi, hlm. 2018.
1
Indonesia. Masa itu dikenal jargon “Merdeka ataoe Mati”5 hingga upaya Pemerintah Republik
Indonesia (RI) yang melakukan tindakan perlawanan dengan “Beroending atau Berjoeang”.
Peta di atas menunjukkan Wilayah yang diarsir adalah kekuasaan Sekutu (NICA) yang dibekingi
Belanda. Tampak wilayah Ibukota dan sekitarnya sudah dikuasai. Bahkan wilayah Sekutu
diperluas dari sebelah Barat kewedanaan Bekasi, yakni Kali Cakung ke Utara sampai ke
Cilincing dan Kali Buaran ke Selatan sampai ke Cileungsi. Dalam Sejarah Singkat Kabupaten
Bekasi, hal. 18.
Salah satu perlawanan bangsa Indonesia yang heroik, namun terkenang secara lokal
adalah Pertempuran Sasak Kapuk. Pertempuran ini dinamakan pertempuran Sasak Kapuk
karena terjadi di jembatan Sasak Kapuk, Pondok Ungu, Bekasi. Pertempuran ini berlangsung
pada 29 November 19456. Pertempuran ini dipimpin oleh tokoh kharismatik Bekasi yang
menjadi Pahlawan Nasional yakni Kiai Haji (KH.) Noer Alie.
Casus Belli
Sir Philip Christison tak menyangka penugasannya sebagai panglima Komando Tentara
Sekutu di Jawa usai Perang Dunia II bakal merepotkannya. Belum lagi Pertempuran Surabaya
hilang dari ingatan, ulah para pemuda pejuang di Bekasi kembali membuatnya berang.
5
Jargon ini memiliki arti Jika kemerdekaan tidak dapat direngkuh, para pejuang akan lebih memilih mati dalam
pertempuran daripada hidup terjajah. Sudjarwo, dalam http://www.lampost.co/berita-memaknai-pesan-merdeka-
atau-mati.html. , diakses pada Kamis, 14 Maret 2019.
6
Dapat dilihat pada: https://republika.co.id/berita/koran/news-update/14/08/22/naoz8834-mengenang-
pertempuran-sasak-kapuk, diakses pada Kamis, 14 Maret 2019.
2
Keberangannya kali ini berawal dari jatuhnya pesawat angkut Dakota milik Inggris yang
berangkat dari Bandara Kemayoran pada 23 November 1945. “Dakota itu membawa 20 pasukan
dari 2/19th Kumaon. Pesawat pengintai melaporkan kedua kru dan para penumpangnya
selamat,” tulis Richard McMillan dalam The British Occupation of Indonesia: 1945-19467.
Para awak dan penumpang Dakota yang jatuh di Rawa Gatel, Cakung itu kemudian
ditahan laskar pimpinan H. Maksum. Para laskar lalu menyerahkan mereka ke Klender, daerah
kekuasaan Barisan Rakyat (BaRa) pimpinan Haji Darip. BaRa enggan menampung mereka.
Entah atas prakarsa siapa, para penumpang Dakota itu lalu diangkut menuju markas komando
TKR Batalyon V Resimen V Cikampek. Namun dalam perjalanan, mereka justru disembelih dan
jasad-jasadnya dibuang ke Kali Bekasi. Peristiwa ini juga menyulut Peristiwa sesudahnya yang
Peristiwa Bekasi Lautan Api diawali dengan pendaratan darurat pesawat pasukan
Sekutu di daerah Cakung - yang saat itu merupakan wilayah dari Bekasi. Penumpang
yang merupakan tentara Sekutu itu lalu dilucuti senjata dan pakaiannya oleh pejuang
Bekasi. Seluruh penumpang lalu ditahan di Tangsi Polisi (Sekarang Polres Kota Bekasi).
Jenderal Christison selaku pemimpin tentara Sekutu itu berang lalu mengeluarkan
ultimatum untuk membebaskan para tawanan tersebut, jika tidak maka Bekasi akan
dibumihanguskan. Tentu saja para pejuang Bekasi tidak mau membebaskan para tawanan
ini, justru tiga hari kemudian para pejuang Bekasi membunuh seluruh tawanan lalu
menguburkannya di tangsi polisi. Merasa ultimatum itu tidak ditanggapi, pasukan Sekutu
lantas bergerak ke Cakung, namun dapat ditahan oleh para pejuang Bekasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, tentu saja Sekutu tidak pasrah begitu saja. Sekutu
lantas menyerang pusat kota Bekasi. Para pejuang lantas melancarkan taktik mereka
dengan membentuk pasukan pertahanan di sebelah utara, timur, dan selatan Bekasi.
Taktik ini ampuh, karena sesampainya di tangsi polisi, Sekutu hanya dapat menemukan
mayat-mayat tawanan - yang kemudian dibawa ke Jakarta.
Sekutu semakin marah melihat para tawanan yang dibunuh. Lalu Sekutu melancarkan
serangan dengan membakar kampung-kampung. Namun karena tidak kunjung
menemukan para pejuang Bekasi, Sekutu semakin membabibuta untuk
membumihanguskan Bekasi. Bekasi dan sekitarnya hangus. Ribuan korban jiwa
berjatuhan.
7
Dapat dilihat pada: https://historia.id/politik/articles/bekasi-lautan-api-di-mata-dua-saksi-DWer2, diakses pada
Kamis, 14 Maret 2019.
8
Dalam Zikra Mulia Irawati, Semangat Krawang-Bekasi untuk Indonesia, hlm.3-4.
3
Berita pembunuhan itu sampai ke telinga Christison dan membuat sang panglima naik pitam.
Pada 29 November, dia langsung mengerahkan pasukan untuk mencari jasad-jasad penumpang
Dakota meski harus melanggar garis demarkasi Kali Cakung. “Sekutu menggunakan tentara
Punjab ke-1/16, Skuadron Kavaleri FAVO ke-11, Pasukan Perintis ke-13, pasukan Resimen
Medan ke-37, Detasemen Kompi Medan ke-69, serta 50 truk dan lima meriam,”9.
Merasakan sulitnya menembus pertahanan sampai kota Bekasi, Sekutu mundur dengan
membawa pasukannya yang telah jadi korban. Namun, begitu tiba di Pondok Ungu, mereka
harus berhadapan dengan Hizbullah pimpinan KH. Noer Alie dan dua regu pasukan dari TKR
laut pimpinan Mayor Madnuin Hasibuan.
Pada awalnya tentara Sekutu terdesak oleh serangan mendadak pasukan Hizbullah.
Namun tidak sampai satu jam kemudian tentara Sekutu yang bersenjata lengkap balik
menyerang, sehingga pasukan KH. Noer Alie terdesak sampai jembatan Sasak Kapuk. Setibanya
di Sasak Kapuk, tentara Sekutu menembakkan mortir dan meriam dari arah gardu cabang. Entah
kenapa, senjata modern Sekutu yang jatuh di sekitar pasukan KH. Noer Alie tidak meledak.
Untuk menghindari korban jiwa, KH. Noer Alie mengintruksikan semua pasukannya
untuk mundur. Sebagian besar pasukan mundur, namun puluhan lainnya tetap bertahan. Saat
itulah tiba-tiba mortir dan meriam Sekutu meledak. Tidak dapat dihindari, sekitar 30 pasukan
Hizbullah menjadi korban. Sedangkan KH. Noer Alie yang sempat lolos dari terjangan peluru, ia
segera menyelamatkandiri dengan cara melompat ke Kali Sasak Kapuk, sambil menyusuri kali
sampai ke utara. Beberapa korban sudah tidak dikenali wajahnya. Ada yang langsung dibawa
pulang keluarganya, dan ada yang dikirim ke rumah sakit Bayu Asih Karawang.
9
Dapat dilihat pada: https://historia.id/politik/articles/aksi-pejuang-bekasi-DrBeb, diakses pada 21 Maret 2019.
4
Pertempuran tiba-tiba ini mengakibatkan enam pesilat gugur dan pihak lawan tak
diketahui pasti. Namun dari pertempuran ini dapat dirampas 12 senapan mesin dan 10 karaben
(senapan). Konvoi Inggris yang mengalami beberapa korban tewas dan luka itu lalu mundur
kembali ke Jakarta via Cakung. Di dekat wilayah Sasak Kapuk (kini pertigaan Pondok Ungu
antara Jalan Sultan Agung dan Jalan Kaliabang, Kota Bekasi) mereka dicegat lagi, dari dua sisi.
Kawasan itu memang sudah diplot jadi titik pencegatan oleh gabungan pasukan republik
yang terdiri dari Laskar Rakyat pimpinan KH Noer Alie, pasukan Yon V Bekasi di bawah Mayor
Sambas Atmadinata, dan TKR Laut pimpinan Mayor M. Hasibuan. Pimpinan ketiga pasukan
mengerahkan 400 personil untuk mencegat Inggris. Kontak senjata pun terjadi antara pasukan
Inggris dan republik yang keberadaannya hanya dibatasi Kali Sasak Kapuk. Persenjataan
pasukan Inggris jauh lebih superior daripada pasukan republik yang banyak di antara personilnya
hanya bersenjatakan golok, arit, bambu runcing, dan ketapel. Gempuran-gempuran mortir dan
artileri Inggris pun memakan banyak korban pasukan republik serta memaksa pasukan KH. Noer
Alie dan TKR Laut mundur ke utara. KH. Noer Alie selamat dari terjangan peluru dan segera
menyelamatkan diri dengan cara menceburkan diri ke Kali Sasak Kapuk. Pertempuran skala
besar pertama di Bekasi menyebabkan 40 pejuang republik gugur dan 15 lainnya hilang.
Sementara, korban dari pasukan Inggris tak diketahui. Pasukan Inggris langsung melanjutkan
10
Jumlah korban peristiwa ini dapat dilihat pada artikel: https://historia.id/politik/articles/prahara-di-pinggir-
jakarta-voRXW, diakses pada Kamis, 14 Maret 2019.
5
Gambar 2. Kiai Haji Noer Alie
Pemimpin pertempuran Sasak Kapuk. Dijuluki Singa Karawang - Bekasi atau Si Belut Putih
karena keberanian melakukan perlawanan terhadap sekutu dan kepiawaiannya hingga sulit
tertangkap.
11
Dalam Mulyana dan Gunawan [Eds.]. Di Sekitar Penulisan Sejarah Lokal. Dalam Sejarah Lokal: Penulisan dan
Pembelajaran di Sekolah, penyunting: Agus Mulyana dan Restu Gunawan. 2007, hlm.17.
12
Dalam Mulyana dan Gunawan [Eds.]. Dalam Sejarah Lokal: Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah, penyunting:
Agus Mulyana dan Restu Gunawan. 2007, hlm.2.
13
Sugeng Priyadi, dalam Sejarah Lokal. Sejarah Lokal: Konsep, Metode, dan Tantangannya. Hlm. 6-7.
6
d. Bagian dari sejarah bangsa.
Sejarah lokal berbeda dengan Sejarah Nasional Indonesia (SNI). Sejarah lokal memiliki
karakteristiknya yang khas. Karakteristik – karakteristik tersebut antara lain:
1. Sejarah lokal sebagai mikro-unit memiliki karakteristik sebagai kesatuan etnis dan
kultural sebagai bagian sejarah Indonesia;
2. Penafsirannya pun micro-analisis untuk mempelajari peristiwa/kejadian yang mencakup
interaksi yang unik antarsub micro-unit yang unik;
3. Objek sejarah lokal tidak identik dengan SNI baik aspek temporal maupun spasial.
Dari karakteristik – karakteristik tersebut, sejarah lokal memiliki perbedaan yang sangat
mencolok dengan SNI, walaupun keduanya memiliki peranannya masing – masing. Peristiwa
pertempuran Sasak Kapuk merupakan salah satu bentuk sejarah lokal. Sejarah lokal memberikan
sumbangan bagi penulisan SNI meskipun tidak wajib (Priyadi, 2012: 10).
Pertempuran Sasak Kapuk adalah salah satu contoh sejarah lokal. Hal ini dikarenakan:
(1) peristiwa pertempuran sasak kapuk terjadi dalam lokalitas tertentu yakni wilayah Bekasi di
sekitar Pondok Ungu hingga Kranji, (2) masuk dalam bagian zeit geist pada bingkai SNI yang
lebih luas, (3) pengaruhnya hanya terjadi di tingkat lokal saja. Peristiwa ini dipimpin oleh tokoh
nasional, yakni KH. Noer Alie, namun secara garis besar, peristiwa ini menunjukkan sebuah
entitas perlawanan di tingkat lokal yang berupaya untuk mempertahankan grand design yakni
kemerdekaan Indonesia dalam bunga rampai Revolusi Fisik di Indonesia.
Kesimpulan
Pertempuran Sasak Kapuk adalah pertempuran dalam lingkup lokal yang terbingkai
dalam Sejarah Nasional Indonesia, yakni masa revolusi fisik. Di masa revolusi fisik, tiap-tiap
manusia pada masa itu memiliki satu pemahaman yakni ingin berjuang melepaskan diri dari
belenggu penjajahan. Kedatangan sekutu yang ingin mengambil alih kekuasaan Jepang pasca-
kekalahannya pada Perang Dunia II di front Asia Pasifik, namun ternyata wilayah bekas
pendudukan Jepang yang dikenal dengan nama Indonesia ini sudah memerdekakan diri pada 17
Agustus 1945.
Pertempuran Sasak Kapuk terjadi di wilayah Pondok Ungu, Kota Bekasi. Dinamakan
sasak kapuk, karena perlawanan ini dilakukan di Sungai atau Kali Sasak Kapuk. Pertempuran ini
terjadi antara rakyat Bekasi yang diwakili para Jawara, dan Santri melawan Tentara Sekutu yakni
Inggris, Gurkha. Peristiwa ini diawali dengan jatuhnya pesawat Dakota di persawahan Cawang
yang mengakibatkan rentetan peristiwa besar hingga puncaknya adalah Bekasi lautan api.
DAFTAR RUJUKAN
Abdullah, T. (2007). Di Sekitar Penulisan Sejarah Lokal. Dalam Sejarah Lokal: Penulisan dan
Pembelajaran di Sekolah, penyunting: Agus Mulyana dan Restu Gunawan. Bandung:
Salamina Press.
Anwar, Ali. 2018. Sejarah Singkat Kabupaten Bekasi. Bekasi: Pemerintah Kabupaten Bekasi
Handayani, Ratih Puspa. 2018. Bekasi pada Masa Revolusi Kemerdekaan Tahun 1945-1949.
Bekasi: Artikel, tidak diterbitkan.Sekretariat Negara Republik Indonesia. 1986. 30 Tahun
Indonesia Merdeka. Jakarta: PT. Citra Lamtoro Gung Persada.
Irawati, Zikra Mulia. 2017. Semangat Krawang-Bekasi untuk Indonesia. Artikel: Tidak
diterbitkan.
Majalah Historia Online. Tanpa tahun. Bekasi lautan Api di mata dua saksi. [Online], tersedia:
https://historia.id/politik/articles/bekasi-lautan-api-di-mata-dua-saksi-DWer2, diakses
pada 14 Maret 2019.
Majalah Historia Online. Tanpa Tahun. Aksi Pejuang Bekasi. [Online], tersedia:
https://historia.id/politik/articles/aksi-pejuang-bekasi-DrBeb, diakses pada 21 Maret
2019.
Majalah Historia Online. Tanpa Tahun. Prahara di Pinggir Jakarta. [Online], tersedia:
https://historia.id/politik/articles/prahara-di-pinggir-jakarta-voRXW, diakses pada 14
Maret 2019.
8
Mulyana, A dan Gunawan, R. 2007. Lingkungan Terdekat: Sumber Belajar Sejarah Lokal.
Dalam Sejarah Lokal: Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press.
Priyadi, S. 2012. Sejarah Lokal: Konsep, Metode, dan Tantangannya. Yogyakarta: Ombak.
Republika Online. 2014. Mengenang Pertempuran Sasak Kapuk. [Online], tersedia:
https://republika.co.id/berita/koran/news-update/14/08/22/naoz8834-mengenang-
pertempuran-sasak-kapuk., diakses pada 14 Maret 2019.
Sudjarwo. Tanpa tahun. Memaknai pesan merdeka atau mati. [Online], tersedia:
http://www.lampost.co/berita-memaknai-pesan-merdeka-atau-mati.html. , diakses pada
14 Maret 2019.
Tanpa nama. Tanpa tahun. Memaknai Pesan Merdeka atau Mati. [Online], Tersedia:
http://www.lampost.co/berita-memaknai-pesan-merdeka-atau-mati.html. , diakses pada
14 Maret 2019.
9
BIODATA PESERTA INTI BANGSA 2019
10