Anda di halaman 1dari 10

PERUBAHAN FUNGSI KERIS DARI ABAD 19 SAMPAI 21 M

Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Arkeologi

Dosen Pengampu : Riswinarno, S.S., M.M.

Disusun Oleh:

Luluk Kholifatun Nikmah (18101020054)

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keris merupakan benda warisan budaya yang sangat berharga. Ia
menjadi bagian dari sejarah bangsa Indonesia. Keris sendiri sudah dikenal
sejak zaman kerajaan kuno di Indonesia khususnya di daerah Jawa. Dalam
Masyarakat kala itu disebutkan bahwa jika seorang laki-laki tidak
mempunyai keris, maka kehidupannya belum sempurna.1 Pada
perkembangan selanjutnya, keris dapat menentukan tingkat sosial atau
kedudukan seseorang dalam masyarakat. Ia memiliki banyak bentuk yang
mempunyai fungsi dan makna tersendiri.
Pada perkembangan zaman yang semakin maju keris sudah tidak
berfungsi seperti dahulu. Ia mengalami perubahan yang berbeda-beda dari
masa ke masa. Oleh karena itu, disini penulis ingin meneliti tengtang
bagaimana sejarah keris itu sendiri dan bagaimana perubahan fungsi keris
dari abad 19 sampai 21 M. Disini penulis membuat batasan tahun agar
dapat memudahkan penulis dalam melakukan penelitian, sehingga tidak
terlalu panjang selisih waktu yang digunakan, yang dapat menimbulkan
pembahasan terlalu luas.

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas maka dapat ditarik
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah keris
2. Bagaimana perubahan fungsi keris dari abad 19 sampai 21 M

1
Teuku Muhammad Guci Syaifuddin, “Keris “Ageman” Raja Hingga Investai”, Kompas,
20 Oktober 2017, diakses dari https://regional.kompas.com/read/2017/10/26/07070061/keris-
ageman-raja-hingga-investasi. Pada tanggal 16 Maret 2020 pukul 22:05.
BAB II
PERUBAHAN FUNGSI KERIS DARI ABAD 19 SAMPAI 21 M

A. Sejarah Keris
Setiap etnis atau suku di setiap daerah memiliki senjata tradisional
atau khas, yang menjadi wujud dari masyarakat tersebut. Di dalam
masyarakat Jawa memiliki senjata tradisional yang disebut dengan keris.
Keris sendiri berasal dari bahasa Sanksekerta yaitu kres yang berarti
menghunus, kemudian dalam bahasa Jawa kuno menjadi kris, dan
kemudian dalam masyarakat umum dikenal dengan keris. Dalam literatur
barat keris disebut dengan karis, calis, crist, cries, crest, kriss, dan krees.2
Keris berasal dari bahasa Jawa ngoko yaitu ke dan ris. Kata ke berasal dari
kata kekeran yang berarti pagar, penghalang, peringatan, dan
pengendalian. Sedangkan suku kata ris berasal dari kata aris yang
mempunyai arti lambat atau halus. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa
keris itu adalah alat yang berfungsi untuk melindungi diri dari ancaman-
ancaman yang bersifat fisik atau non fisik.3
Asal mula dari keris itu masih menjadi perdebatan dalam kalangan
sejarawan. G. B. Gadner pada tahun 1936 berpendat bahwa keris adalah
perkembangan dari senjata tikam zaman prasejarah. Akan tetapi, pendapat
tersebut ditentang oleh Griffith Wilkens pada tahun 1937 M, dengan
mengatakan bahwa budaya keris baru muncul pada abad ke-14 dan 15.
Asumsi tersebut didasarkan pada perkembangan bentuk tombak yang
sering digunakan oleh orang-orang di benua Asia dan Australia. A. J.
Barnet Kemprers (1954 M) juga berpendapat bahwa bentuk keris
merupakan perkembangan dari senjata penusuk pada zaman perunggu.4

2
Muhammad Khafidlil Munir, “Memahami Konsep Keris Menurut MT Arifin Dalam
Tinjauan Islam”, Skripsi Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam fakultas Ushuluddin dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang: 2015, hlm. 21.
3
Ibid., hlm. 21-22.
4
Kementria Kebudayaan dan Pariwisata, Keris Dalam Perspektif Keilmuan, (Jakarta:
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, 2011), hlm. 206-207. Diakses dari
http://repositori.kemdikbud.go.id/7623/1/KERIS%20DALAM%20PERSPKETIF
%20KEILMUAN.pdf. Pada tanggal 15 Maret 2020 pukul 22:00.
Keris sudah dikenal sejak zaman kerajaan kuno di Indonesia. Keris
lebih digunakan untuk senjata serta lebih mengarah kepada kaum laki-laki.
Keris ini juga menjadi simbol atau lambang tertentu bagi kedudukan
seseorang khususnya bagi seorang raja. Pada zaman kerajaan kuno Hindu-
Budha, raja digambarkan sebagai perwakilan dewa atau perlambang dewa
yang berada di bumi. Dalam situasi tersebut, seorang harus mempunyai
pusaka yang sakti atau keramat sebagai salah satu legistimasi
kekuasaannya.
Sejauh ini informasi tentang perkembangan keris masih sedikit. Salah satu
terkandung dalam karya sastra Jawa yaitu Serat Ajisaka dan Serat Pustaka
Raja Purwa. Dalam Serat Ajisaka secara garis besar berisi tentang
kematian dua abdi dari Ajisaka yang bertarung demi merebutkan keris
Ajisaka. Meskipun dalam Serat ini tidak dijelaskan mengenai periodisasi
keris, akan tetapi dalam serat ini diceritakan betapa pentingnya peran keris
dalam dinamika perubahan kekuasaan di negeri ini.5 Kemudian, dalam
serat Pustaka Raja Purwa dijelaskan bahwa keris pertamakali dibuat pada
tahun 230 M, oleh Empu Wanapalawijaya atau Empu Ramadi, yang
berada di Medhangkamulan atas perintah Sri Paduka Maha Raja Buda,
yaitu Hyang Batara Guru ketika menjelma di Madyapada. Pendapat ini
diperkuat setelah ditemuaknnya beberapa prasasti dan gambar yang
terdapat pada relief candi-candi di Jawa, terutama di Candi Borobudur dan
Prambanan.6
Bukti arkeologis paling tua yang ditemukan menginformasikan
keberadaan keris terlihat pada prasasti batu yang ditemukan di desa
Dakuwu, Grabag, Magelang, Jawa Tengah. Prasasti tersebut diperkirakan
berasal dari abad ke-5 M, dan menggunakan Huruf Pallawa serta bahasa
Sanskerta. Dalam pahatan tersebut berisi tentang pahatan berbagai benda
dan senjata salah satunya keris, yang dianggap sebagaibagian dari

5
Ibid., hlm. 207-208.
6
Muhammad Khafidlil Munir, “Memahami Konsep Keris Menurut MT Arifin Dalam
Tinjauan Islam”, hlm. 24.
peralatan dalam upacara keagamaan.7 Sedangkan, keris tertua di pulau
Jawa, diduga berasal dari abad 6 dan 7 M, yang disebut Keris Buddha.
Bentuk keris tersebut masih sederhana, dan terbuat dari besi pilihan dan
pembuatannya tidak jauh berbeda dari sekarang. 8
Keris semakin berkembang dengan adanya hubungan internasional
yang terjadi antar sesama kerajaan di Nusantara maupun dengan di luar
Nusantara. Dalam hal ini dibuktikan dengan laporan Ma huan Musafir
China yang berkunjung ke Majapahit. Ia menyebut kan bahwa ia melihat
semua orang laki negeri itu memakai pulak, bahkan sejak kana-kanak.
Pulak tersebut merupakan belati yang berbentuk lurus atau berkelok-kelok
yaitu keris. Sumber lain menyebutkan bahwa ada seorang raja Jawa yang
memberikan hadiah pedang pendek dengan hulu yang terbuat dari cula
badak atau emas. Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
bentuk dan pembuatan keris itu terus berkembang, tidak hanya lurus saja
tapi sudah mulai menggunakan estetika atau seni yang dapat memiliki
makna atau simbol tertentu.

B. Perubahan Fungsi Keris dari Abad 19 Sampai 21 M


Keris merupakan senjata tradisional suku Jawa. Keris sudah ada
sejak zaman dahulu. Ia terus mengalami perkembangan dari masa ke masa,
baik itu bentuk atau fungsi. Pada zaman kerajaan Hindu-Budha di
Indonesia, keris berfungsi sebagai alat untuk membela diri dari serangan
musuh. Selanjutnya, keris juga berfungsi sebagai simbol-simbol bagi
seseorang dan juga memiliki estetika tinggi.
Pabad ke-19 terjadi penghalusan fungsi keris yang semakin
meningkat. Hal ini sejalan dengan meredanya gejala politik di Nusantara
dan samakin menguatnya penggunaan senjata api. Dalam perkembangan
selanjutnya keris yang berfungsi sebagai senjata semakin berkurang,

7
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata, Keris Dalam Prespektif Keilmuan, hlm. 208.
8
Murni Astuti, “Pergeseran Makna dan Fungsi Keris Bagi Masyarakat Jawa”, Skripsi
Program Studi Sastra Indonesia Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta, hlm. 13.
sebagai contoh dalam idealisme Jawa mengenai seorang laki-laki “yang
sempurna” saat ia menggunakan keris yang menjadi simbol pegangan atau
keterampilan sebagai pegangan hidup. Berkembangnya tata krama
penggunaan keris maupun variasi bentuk sarung keris (wrangka) yang
dikenal sekarang daat dikatakan juga seabagi wujud dari penghalusan
fungsi keris.
Semakin berkembangnya zaman, keris di zaman modern ini tidak
lagi berfungsi sebagai senjata tikam. Pada abad ke-20 ini, Catatan terakhir
penggunaan keris ialah pada tahun 1908 ketika berlangsung Perang
Puputan di Bali melawan tentara kolonial Belanda, atau sepanjang
mementum revousi kemerdekaan 1945-1949, itu pun lebih difungsikan
sebagai jimat dan sumber inspirasi kepahlawanan daripada berpefungsi
sebagai senjata taktis.9 Akan tetapi, di sini Jendral Soedirman
menggunakan keris sebagai senjata taktis, sekalipun sepanjang perang
gerilya ia selalu nyengkelit keris di baju depannya.10
Pada zaman abad 21, fungsi keris lebih pada benda aksessoris
dalam berbusana, yang memiliki simbol budaya, dan menjadi benda
koleksi bersejarah yang memiliki nilai estetika yang tinggi. Akan tetapi,
pada masa sekarang ini masih ada yang menggunakan keris sebagai bahan
dalam sesajian, tetapi memiliki bentuk yang berbeda. Keris ini biasanya
lebih dikenal dengan keris sesajian. Dalam kalangan perkerisan Jawa,
melihat keris sebagai tosan aji atau “benda keras (logam) yang luhur”,
bukan sebagai senjata.11
Keris pada masa sekarang juga berubah fungsi sebagai simbol
ideologis. Simbol tersebut biasanya diginakan dalam lambang daerah atau

9
“Mengurai Karakteristik Keris”, Indonesia.Go.Id, 27 November 2018, diakses dari
https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/mengurai-karakteristik-keris. Pada tanggal 16
Maret 2020 pukul 12:30.
10
“Keris, Simbolisasi Heroik Logo”, Indonesia.Go.Id, 6 Desember 2018, diakses dari
https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/keris-simbolisasi-heroik-logo. Pada tanggal 16
Maret 2020 pukul 12:32.
11
Ditindb, “Keris Indonesia”, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Kebudayaan, 17 Desember 2015, diakses dari
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/keris-indonesia/. Pada tanggal 16 Maret 12:30.
institusi pendidikan, dan lain-lain.12 Selain itu, sekarang keris berfungsi
sebagai alat untuk kebutuhan ekonomi, yaitu dengan adanya penjual belian
keris kuno yang laris di luar negeri dan sebagai barang antik. Selain itu
juga, keris juga berfungsi dalam kepentingan studi dan pengembangan
ilmu pengatahuan, seperti di Jepang dan sejumlah negara di Eropa.

12
“Keris, Simbolisasi Heroik Logo”, diakses dari
https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/keris-simbolisasi-heroik-logo.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keris merupakan senjata tradisional Jawa yang sudah ada sejak
dulu. Asal mula keris dalam kalangan sejarawan masih dperdebatkan. Para
ahli ada yang mengatakan bahwa keris merupakan perkembangan dari
senjata penusuk yang digunakan oleh orang pada zaman perunggu, dan
banyak digunakan oleh orang di benua Asia dan Australia. Keris juga
banyak terdapat dalam cerita sastra seperti dalam serat Ajisaka dan Serat
Pustaka Raja Purwa. Bukti arkeologis paling tua ditemukan di prasasti
Batu yang diperkirakan dari abad ke-5 M. Selain itu, penemuan Keris
tertua di jawa diperkirakan berasal dari abad 6 dan 7 M. Keris semakin
berkembang dengan adanya perdagangan internasional yang dilakukan
oleh kerajaan-kerajaan di Nusantara.
Keris sebagai senjata mulai berubah fungsi seiring dengan
perkembangan zaman dan kondisi di Nusantara. Penghalusan fungsi keris
semakin terjadi atau terlihat pada abad ke-19 M. Hal ini dipicu karena
meredanya gejala politik di Nusantara dan semakin menguatnya
penggunaan senjata api. Pada abad 20 M, catatan penggunaan terakhir
keris adalah pada tahun1908 saat terjadinya Perang Puputan di Bali
melawan Kolonia Belanda. Sepanjang perang keerdekaan tahun 1945-
1949 M, disini keris lebih difungsikan sebagi Jimat dan inspirasi
kepahlawanan daripada berfungsi sebagai senjata taktis.
Pada abad ke-21 M, keris lebih berfungsi sebagai simbol dalam
pakaian adat Jawa dan benda koleksi yang memiliki nilai sejarah dan
estetika yang tinggi. Selain itu, keris juga digunakan dalam simbol atau
ideologi bagi daerah dan institusi pendidikan serta juga berfungsi dalam
studi dan perkembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Munir. 2013. “Pergeseran makna dan fungsi Keris Bagi Masyarakat Jawa”.
Skripsi. Fakultas Sastra. Sastra Indonesia. Universitas Sanata
Dharma. Yogyakarta.

Ditindb. 2015. Keris Indonesia.


https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/keris-indonesia/.
Diakses pada tanggal 16 Maret 2020 pukul 12:30.

Indonesia.Go.Id. 2018. Keris, Simbolisasi Heroik Logo.


https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/keris-
simbolisasi-heroik-logo. Diakses pada tanggal 16 Maret 2020 pukul
12:32.

Indonesia.Go.Id. 2018. Mengurangi Karakteristik Keris.


https://indonesia.go.id/ragam/budaya/kebudayaan/mengurai-
karakteristik-keris. Diakses pada tanggal 16 Maret 2020 pukul
12:30.

Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. 2011. Keris Dalam Perspektif Kelmuan.


(Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata.
http://repositori.kemdikbud.go.id/7623/1/KERIS%20DALAM
%20PERSPKETIF%20KEILMUAN.pdf. Diakses pada tanggal 15
Maret 2020 pukul 22:00.

Munir, Muhammad Khafidlil. 2015. “Memahami Konsep Keris Menurut


Pandangan MT Arifin Dalam Tinjauan Islam”. Skripsi. Fakultas
Ushuluddin dan Humaniora. Aqidah dan Filsafat Islam. Universitas
Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Syaifuddin, Teuku Muhammad Guci. 2017. Keris “Ageman” Raja Hingga


Investasi.
https://regional.kompas.com/read/2017/10/26/07070061/keris-
ageman-raja-hingga-investasi. Diakses pada tanggal 16 Maret
2020 pukul 22:05.

Anda mungkin juga menyukai