Anda di halaman 1dari 17

19

BAB II
DESKRIPSI KERIS
A.
Pengertian keris
1.
Definisi keris.
Keris, sebagian
besar orang menyebutnya seba
gai senjata dan sebagian
lagi menyebutnya sebagai benda
berharga yang mempunyai daya
magis
tinggi. Namun dalam hal ini, penulis me
ngartikan keris seba
gai senjata tikam
yang berbentuk asimetris,
bermata dua dan berasal da
ri budaya Jawa. Dari
tempat asalnya, keris kemudian
menyebar ke Pulau Bali, Lombok,
Kalimantan, dan bahkan hingga Brune
i Darussalam, Mala
ysia, dan Pulau
Mindanao di Fili
pina. Deri hanya se
kedar senjata tikam,
keris kemudian
berkembang menjadi simbol status sosi
al dan simbol kejantanan/kekuasaan
bagi pemiliknya.
1
Di sisi lain keris di
sebut sebagai karya seni
yang bernilai tinggi.
Nilainya terletak pada keindahan bent
uk dan bahan yang dipa
kai serta proses
pembuatannya yang memerlukan
waktu yang lama
, ketekunan dan
ketrampilan yang khusus.
Sebagai artefak buday
a, keris adalah wa
risan khas kebudayaan
Nusantara dan juga Melay
u. Oleh kerana it
u, keris lazim di
pakai orang di
1
Al-Mudra, M
..
Keris
dan Budaya Melayu,
(Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan
Budaya Melayu, 2004).
20
Riau, Bugis, Jawa da
n Bali sebagai pele
ngkap busana mereka.
2
Bahkan dalam
kehidupan modern saat ini keris banyak
di buru untuk dijadi
kan sebgai benda
koleksi hingga sebagai pe
menuhan kebutuhan tertentu
dari sang pemiliknya.
Seiring berjalannya waktu, budaya
keris kemudian menyebar ke
kawasan lain di Asia Te
nggara, terutama yang mempunyai asas kebudayaan
Melayu, seperti Malaysia,
Brunei, Filipina Selata
n, Singapura dan Thailand
Selatan. Keris termasuk jenis senjat
a tikam, namun bukan semua senjata
tikam dapat disebut sebagai keris. Unt
uk itu, perlu dijelask
an kriteria yang
harus dipenuhi sehi
ngga layak disebut
sebagai ke
ris.
Sebuah benda dapat di
golongkan sebagai keris
bilamana benda itu
memenuhi kriteria berikut:
a.
Keris harus terdiri dari dua
bagian utama, yakni bagian
Bilah
keris
(termasuk
pesi
) dan bagian
Ganja
. Bagian
Bilah
dan
Pesi
melambangkan
wujud
Lingga
, sedangkan bagian
Ganja
melambangkan wujud
Yoni
.
Dalam falsafah Jawa, yang bisa dika
takan sama dengan
falsafah Hindu,
persatuan antara lingga
dan yoni merupa
kan perlambang
akan harapan
atas kesuburan, keab
adian (kelestarian) dan keku
atan dari sang pencipta.
b.
Bilah
keris harus selalu membua
t sudut tertentu terhadap
Ganja
, bukan
tegak lurus. Kedudukan
bilah keris yang mi
ring atau condong,
melambangkan dari sifat manusia yang
sebenarnya sangat
rentan terdapat
2
Ibid. Al-Mudra, M
.. Keris dan Budaya Melayu,
(Yogyakarta: Balai Kajian dan
Pengembangan Budaya Melayu, 2004).
21
godaan dan nafsu keduniawian, khususny
a bagi orang jawa
dan juga suku
bangsa Indonesia
lainnya, bahwa seseoran
g, apapun pangkat dan
kedudukannya, harus senan
tiasa tunduk dan hormat buk
an saja pada sang
pencipta, juga pa
da sesamanya.
c.
Ukuran panjang bilah keri
s yang lazim adalah anta
ra 33 - 38 cm. Beberapa
keris luar jawa bisa menc
apai 58 cm, bahkan keris
buatan filipina selatan,
panjangnya ada yang men
capai 64 cm. yang terpendek adalah keris budha
dan keris buatan nyi sombro pajaja
ran, yakni hanya sekitar 16 - 18 cm.
Tetapi, keris yang
dibuat orang amat kecil dan
pendek, misalnya hanya 12
cm, atau bahkan ada yang le
bih kecil dari ukuran
Fullpen
, tidak dapat
digolongkan sebagai keri
s, melainkan semacam jimat berbentuk keris-
kerisan.
d.
Keris yang baik harus di
buat dan ditempa dari
tiga macam logam yakni
besi, baja
dan bahan
pamor
. Pada keris-keri
s tua, misalnya keris Budha,
tidak menggunakan baja.
Dengan demikian, ke
ris yang dibuat dari
kuningan, seng, dan bahan lo
gam lainnya tidak dapa
t digolongkan sebagai
keris. Begitu juga "k
eris" yang dibuat bukan de
ngan cara ditempa,
melainkan dicor, atau yang dibuat
dari guntingan dr
um bekas aspal
tergolong bukan keris, me
lainkan hanya keris-keri
san atau replika keris
saja.
3
3
Sumber. http://www.geocities.com/javakeris (16 Februari 2006)
22
Meskipun masih ada bebe
rapa kriteria lain
untuk bisa mengatakan
sebuah benda adalah keris, empat kete
ntuan di atas itul
ah yang terpenting,
sebagai acuan untuk menentuk
an sebuat benda bisa at
au tidak disebut keris.
1)
Tinjauan Tentang Keris
a)
Cara dan Niat pembuatan keris.
Ditinjau dari cara dan niat pembuata
nnya keris dapat dibagi atas dua
golongan besar.
Pertama
, disebut keris
ageman
, yaitu keris yang
diciptakan dengan tu
juan hanya mementingka
n keindahan lahiriah
(eksoteri) keris itu.
Kedua
, desebut keris
tayuhan
, yaitu keris yang
diciptakan dengan lebih mementi
ngkan tuah atau ke
kuatan gaibnya
(isoteri atau esoteri) yang ada dalam keris.
b)
Bentuk dan Kelengkapan keris
Ditinjau dari bentuk dan keleng
kapan bagian-bagiannya, keris
terbagi atas 240
dapur
keris. Dari jumlah yang ratusan itu, secara umum
dapat dibagi atas dua
golongan besar, yaitu ke
ris yang lurus dan yang
berkelok-kelok bilahnya.
Keris yang berkel
ok-kelok bilahnya
disebut keris
luk
.
4
Jumlah
kelokan atau
luk
-nya, mulai dari 3 (tiga) sa
mpai dengan 1
3. Keris yang
luk
-nya lebih dari 13, dia
nggap sebagai ke
ris yang tidak normal (tetapi
4
Luk
adalah pola bentuk suatu benda yang berbentuk
zigzag
, berkelok-kelok
atau berlekuk-
lekuk.
Makna Filosofi Dalam Bentuk Keris

Dapur Keris adalah penamaan ragam bentuk atau tipe keris, sesuai dengan ricikan yang terdapat
pada keris itu dilihat dari jumlah luknya. Penamaan dapur keris ada patokannya, ada
pembakuannya. Dalam dunia perkerisan, patokan atau pembakuan ini biasanya disebut pakem
dapur keris. Misalnya, keris yang bentuknya lurus, memakai gandik polos, tikel alis, danpejetan,
disebut keris dapur Tilam Upih.

Jadi, semua keris yang bentuknya seperti itu, namanya tetap dapur Tilam Upih. Keris buatan
mana pun atau buatan siapa pun, kalau bentuknya seperti itu, namanya tetap dapur Tilam Upih.
Pembedaan selanjutnya adalah dengan melihat tangguh (era/zaman pembuatan, atau gaya
pembuatan), melihat gambaran bentuk pamornya, dan memperkirakan empu pembuatnya.

Itulah sebabnya, keris berdapur Tilam Upih mungkin ada ratusan ribu jumlahnya, dan bahkan
dapur Nagasasra yang terkenal itu ada puluhan ribuan pula jumlahnya. Bila dibandingkan dengan
dunia otomotif, bentuk mobil juga dapat dibadakan antara jeep, truk, bis, sedan, pick-up, dsb.
Jumlah jeep di dunia ini mungkin ada jutaan buah, tetapi masing-masing dapat dibedakan karena
merknya berlainan, tahun pembuatannya ber-beda, warnanya berbeda, dan interior serta
variasinya pun berlainan satu sama lain.

Demikian pula dengan keris. Walaupun ada ratusan keris yang dapurnya sama, antara satu dan
lainnya selalu dapat dibedakan. Dunia perkerisan di masyarakat suku bangsa Jawa mengenal 145
macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku atau
mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam.

Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur keris yang
pakem, memuat rincian jumlah dapur keris sebagai berikut: Keris lurus ada 40 macam dapur.
Keris luk 3 (tiga) ada 11 macam. Keris luk 5 (lima) ada 12 macam. Keris luk 7 (tujuh) ada 8
macam. Keris luk 9 (sembilan) ada 13 macam. Keris luk 11 (sebelas) ada 10 macam. Keris luk
13 (tigabelas) ada 11 macam. Keris luk 15 (limabelas) ada 3 macam. Keris luk 17 (tujuhbelas)
ada 2 macam. Keris luk 19 (sembilan belas) sampai luk 29 (dua puluh sembilan) masing-masing
ada semacam.

Namun, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur yang dianggap
pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus ada 44 macam, yang luk
tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas adal 1 macam, luk limabelas ada 6
macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk sembilanbelas sampai luk duapuluh sembilan ada dua
macam, dan luk tigapuluh lima ada semacam. Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade
tahun 1990-an, lebih banyak lagi. Di Pulau Jawa pada umumnya, dan Jawa Tengah, Jawa Timur
khususnya, serta Pulau Madura orang mengenal ragam bentuk dapur keris berbeda dengan orang
Jawa.

Demikianlah pengertian dari istilah dapur keris semoga bermanfaat untuk menambah
pengetahuan.

DHAPUR Keris dan Kekuatan Simboliknya

Orang Jawa menafsirkan bentuk dari bilah keris itu bukan sekedar untuk memberikan sajian
tentang kekuatan (fisik) dan keindahan (artistik) belaka. Pada kehadiran simboliknya juga
mengandung makna-makna yang mendalam, dengan pesan-pesan moral dan etika tertentu.
Sebagian masyarakat memiliki keyakinan, justru dengan kandungan yang maknawiyah tersebut
maka keris memiliki nilai-nilai pedagogis, dan secara terus menerus dianggap akan memiliki
relevansi untuk diwariskan kepada generasi yang, lebih muda, meski keris tidak lagi menjadi
senjata utama yang diperlukan di dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Makna yang mendalam dan pesan-pesan moral serta etika. tersebut, dianggap sebagai suatu
bagian dari pemikiran orang Jawa terhadap kebudayaannya, yang dahulunya merupakan bagian
dari wacana kebudayaan yang dikembangkan oleh para waliyullah di tanah Jawa, terutama
Sunan Kalijaga di Kadilangu. Mengenai bentuk keris beserta tafsir kultural terhadap makna
simboliknya, pada masa-masa yang lebih kemudian menjadi bagian dari pengajaran tentang
dunia keris, yang sejak jaman Mataram selalu diajarkan kepada masyarakat oleh para pujangga
atau lurahing empu.
Termasuk di antaranya tokoh semacam Ki Nom Mataram, Pangeran Wijil (II) di Kartasura, dan
oleh tim keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang dipimpin Kanjeng Gusti Pangeran
Adipati Anom, Hamengkunagara (III) (Susuhunan Pakoe Boewana V) sebagaimana dituliskan
sebagai salah satu bahan pembahasan di dalam Suluk Tambangraras atau Serat Centhini.

Di dalam pada itu, unsur-unsur yang melekat dan bagan-bahan yang digunakan untuk pembuatan
keris, dicandra dan ditafsirkan melalui kandungan pesan-pesannya yang bernuansa Moral dan
Etik yang kuat, terutama di dalam kaitan dengan kesinambungan wilayah kehidupan
mikrokosmos (jagad kecil) dan makrokosmos (jagad besar).

Filosofi Keris Lurus

Filosofi tuah khasiat spiritual dari bentuk keris lurus adalah sebagai lambang kelurusan hati,
keteguhan hati pada tujuan dan sarana pemujaan kepada Tuhan sang pencipta alam, kekuatan
mental yang kuat dan kepercayaan tinggi diri yang kuat sesuain sifat dan karakter kerisnya
tersebut, bagi pemilik keris diharapkan untuk senantiasa menjaga keteguhan dan kelurusan hati,
tekun beribadah, menjaga budi pekerti moral dan sikap kesatria
Dalam berbagai ritual persembahan, selain untuk peribadahan kepada sang pencipta, keris itu
biasanya diberi sarana sesaji doa sebagai sarana menyelaraskan batin menjadi satu kesatuan
supaya doa dan pengharapan pemilik keris bersama dengan pusakanya dapat sampai kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena selain sebagai pusaka ageman dan senjata keris juga menjadi
sarana dalam dunia kerohanian

Jenis keris lurus mengandung sisi spiritual dalam pembuatannya sebagai lambang kelurusan hati,
kepercayaan diri dan mental yang kuat, keteguhan hati pada tujuan dan sarana pemujaan kepada
Sang Pencipta. Sesuai sifat kerisnya itu, si pemilik keris diharapkan selalu menjaga kelurusan
dan keteguhan hati, tekun beribadah, menjaga moral dan budi pekerti dan sikap ksatria.

Keris lurus juga diidentikkan sebagai lambang ksatria, ketulusan hati dan sikap setia pada
tanggung jawab, dan menjadi sarana doa untuk menundukkan keilmuan orang-orang jahat, untuk
membela kebenaran dan orang-orang yang tertindas. Banyak ksatria jaman dulu yang lebih
memilih keris lurus daripada keris ber-luk.

Dalam ritual-ritual pemujaan, selain si pemilik beribadah kepada Yang Maha Kuasa, keris itupun
diberi sesaji dan doa sebagai sarana menyatukan kebatinan, menjadi satu kesatuan kebatinan
supaya doa-doa dan permohonan sang pemilik keris, bersama kerisnya, dapat sampai kepada
Yang Dipuja. Bagi pemiliknya, keris lurus berguna, selain sebagai senjata dan pusaka, juga
menjadi sarana untuk membantu dalam kerohanian.

Pada masanya, keris bukan hanya menjadi senjata ataupun pusaka, tetapi juga dianggap sebagai
'berkah' (wahyu) dari dewa kepada sang pemilik keris, sesuai agama manusia pada masa itu.
Karena itulah sang pemilik keris akan benar-benar menjaga dan memelihara kerisnya, bahkan
juga akan meng-"keramat"-kannya, lebih daripada sekedar senjata atau pun jimat.

Dalam ritual kerohanian, ada juga suatu jenis keris lurus yang dijadikan sarana pembersihan gaib
dari mahluk halus yang mengganggu (keris sajen), seperti dalam ritual ruwatan sengkolo, ritual
bersih desa, pemberkatan pembukaan lahan baru, dsb, yang biasanya kemudian keris itu akan
dilarung.

Pada jaman sekarang ini, dibandingkan jenis keris ber-luk, biasanya jenis keris lurus masih
memberikan satu rangkaian tuah yang lengkap. Rangkaian kesatuan tuah yang lengkap ini jarang
sekali didapatkan dari keris-keris ber-luk pada jaman sekarang ini. Dalam pemeliharaannya,
dibandingkan keris ber-luk, biasanya keris lurus lebih banyak menuntut untuk sering diberi
sesaji.

Biasanya ketajaman energi gaib keris lurus dapat dirasakan ketika ujung kerisnya diarahkan
kepada seseorang. Secara umum, walaupun bentuknya lebih sederhana, namun keris lurus
memiliki kegaiban dan wibawa yang lebih kuat dan lebih wingit dibandingkan keris ber-luk.
Selain itu, karena wibawa kegaibannya yang kuat,

Filosofi Keris Luk 1

Dalam pembuatannya, keris ber-luk 1 memiliki makna sebagai sarana untuk membantu
pemiliknya mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dan membantu supaya keinginan-
keinginan si pemilik dapat lebih cepat tercapai, misalnya keinginan dalam hal kekuasaan,
kepangkatan dan derajat.

Angka 1 merupakan lambang harapan dan karunia kesejahteraan, kemakmuran dan kemuliaan.
Dibandingkan keris lurus, keris ber-luk 1 lebih menandakan kekuatan hasrat duniawi manusia
yang ingin dicapai.

Biasanya keris ber-luk 1 mengeluarkan hawa aura yang agak panas dan sifat energi yang tajam.
Kebanyakan dibuat untuk tujuan kesaktian, kekuasaan dan wibawa.

Filosofi Keris Luk 3

Salah satu filosofi dari dapur keris luk 3 jangkung adalah dijadikan pepeling atau pengingat atas
tugas utama manusia sebagai khalifah atau pemimpin didunia Sehingga, tugas dan kewajiban
guna memberikan perlindungan dan pengayoman bagi seluruh makhluk ciptaan Tuhan berada
pada pundak manusia sebagai khalifah didunia

Akan tetapi yang kerap terjadi ialah manusia menjadi terlalu mendominasi atas segala kerusakan
kehidupan di alam semesta seolah olah manusia adalah makhluk tunggal yang berdiri sendiri.
Perhatian dan fokus utama mereka hanya pada kebutuhan dan ego manusia itu sendiri tanpa
memikirkan bahwa alam semesta dan dunia ini sebenarnya adalah sebuah rangkaian kehidupan
antar makhluk ciptaan Tuhan yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain.

Hal ini menunjukkan bahwa adanya pergeseran fungsi manusia sebagai pelindung dan pengayom
makhluk menjadi penguasa sehingga cenderung sewenang wenang tanpa memandang
keseimbangan kehidupan

Adapun Filosofi Makna spiritual dalam pembuatan keris luk 3, yaitu sebagai lambang kedekatan
manusia dengan Tuhan dan juga sebagai sarana membantu mempercepat tercapainya harapan
sang pemilik pusaka. keris ber-luk 3 lebih menonjolkan keseimbangan antara kehidupan
kerohanian / batin dan duniawi/raga manusia, keseimbangan antara sisi spiritual dan jasmani,
kemapanan duniawi dan batin dalam menjalani kehidupan di dunia. kegaiban di dalam keris ber-
luk 3 lebih dapat menyesuaikan diri dengan kondisi psikologis si manusia pemilik keris. Hawa
aura energinya juga biasanya lebih halus dan lebih lembut.
Filosofi Keris Luk 5

Dapur keris Luk 5 (lima) adalah keris yang memiliki bentuk dengan jumlah luk (lekuk) sebanyak
lima lekukan (luk) Biasanya jenis keris luk 5 dibuat dengan harapan memberikan yoni (khasiat)
yang berkaitan denagn kekuasaan dan wibawa sehingga pemilik dari pusaka tersebut dihormati
dan disegani oleh banyak orang. Jenis keris ini diciptakan oleh empu untuk menjaga karisma dan
wibawa keagungan, kebangsawanan , keningratan dihormati dan dicintai rakyat atau bawahan.

Pada jaman kerajaan dulu di jawa, keris luk 5 hanya boleh dimiliki oleh golongan bangsawan
seperti raja, pangeran dan keluarga raja, para bangsawan yang memiliki kekerabatan atau
memiliki garis keturunan raja, dan adipati / bupati saja. Orang-orang ningrat. Selain mereka,
tidak ada orang lain yang boleh memiliki atau menyimpan keris ber-luk 5.

Demikianlah aturan yang berlaku di masyarakat perkerisan jaman dulu. Keris ber-luk 5 hanya
boleh dimiliki oleh orang-orang keturunan raja dan bangsawan kerabat kerajaan, memiliki
kemapanan sosial dan menjadi pemimpin di masyarakat. Dengan kata lain, keris ber-luk 5
disebut juga Keris Keningratan.

Biasanya keris ber-luk 5 dibuat untuk tujuan memberikan tuah yang menunjang wibawa
kekuasaan dan supaya dicintai / dihormati banyak orang. Keris-keris jenis ini diciptakan untuk
menjaga wibawa dan karisma keagungan kebangsawanan / keningratan, dihormati dan dicintai
rakyat dan bawahan, dan menyediakan kesaktian yang diperlukan untuk menjaga wibawa
kebangsawanan itu.

Biasanya keris-keris ber-luk 5 lebih banyak menuntut untuk diberi sesaji dibandingkan keris
lurus dan keris ber-luk lainnya.

Selain keris-keris ber luk 5, yang tergolong dalam jenis keris keningratan adalah pusaka-pusaka
yang dahulu menjadi lambang kebesaran sebuah kerajaan / kadipaten / kabupaten, yang hanya
patut dimiliki oleh seorang raja, adipati, dan bupati jaman dulu atau keturunan mereka yang
masih membawa sifat-sifat dan derajat leluhurnya itu.Selain itu, yang tergolong dalam jenis keris
ini adalah juga keris-keris yang dahulu diperuntukkan untuk keningratan dan kebangsawanan,
seperti keris-keris berdapur nagasasra dan singa barong.

Pada jaman sekarang jenis keris keningratan ini masih memberikan satu rangkaian tuah yang
lengkap, yaitu tuah kesaktian dan wibawa kekuasaan, jika, dan hanya jika, keris-keris itu dimiliki
oleh orang-orang yang sesuai dengan tuntutan kerisnya.

Keris-keris yang bertuah keningratan dan kebangsawanan, misalnyakeris-keris ber-luk 5 atau


keris-keris singa barong, menginginkan seorang pemilik yang juga memiliki garis keturunan
ningrat / bangsawan.
Filosofi Keris Luk 7

Angka 7 merupakan lambang kesempurnaan illahi.

Keris ber-luk 7 terutama diperuntukkan bagi orang-orang yang menganggap hidup


keduniawiannya sudah sempurna, sudah cukup, sudah tidak lagi mengejar keduniawian untuk
lebih menekuni hidup kerohanian.

Keris ber-luk 7 dibuat untuk raja dan keluarga raja yang sudah mandito dan untuk tujuan
kemapanan kerohanian / kesepuhan, dimaksudkan untuk dimiliki oleh raja atau keluarga raja
yang sudah matang dalam usia dan psikologis atau yang sudah mandito.

Dalam filosofi jawa luk tujuh disebut “pitu” yang dalam jarwo dosok bisa berarti pitutur,
piwulang, dan pitulungan, yaitu ajaran yang baik, petunjuk atau pertolongan. Angka tujuh bagi
penduduk Nusantara, terutama masyarakat Jawa, merupakan angka keramat yang memiliki
makna ketentraman, kebahagiaan, kewibawaan dan kesuksesan. Angka tujuh dapat dipersamakan
dengan jumlah lapisan langit (sap) hingga seluruhnya ada tujuh, demikian pula dengan hari
dalam seminggu yang terdiri dari 7 hari. Atau kesempurnaan dan selamatan anak dalam
kandungan dilakukan hitungan bulan ke-7 (pitonan), dalam upacara kematianpun dilakukan
peringatan pada hari ke-7 (pitung dinanan).

Filosofi Keris Luk 9

Keris ber-luk 9 juga dibuat untuk tujuan kemapanan kerohanian dan kesepuhan. Dikhususkan
untuk dimiliki oleh para pandita atau panembahan dan para sesepuh masyarakat.

Selain memberikan tuah keselamatan, kerohanian, keilmuan dan perbawa kesepuhan, jenis keris
ini biasanya mengeluarkan hawa aura yang sejuk.

Angka 9 dalam masyarakat Jawa Kuno

Borobudur, candi terbesar yang didirikan oleh dinasti Syailendra yang menganut ajaran Budha
Gautama, sesungguhnya memiliki 9 tingkatan pada tataran “Manusia dan Bumi”, sedangkan
tingkatan terakhir yang ke 10 adalah merupakan tingkatan puncak seseorang untuk menjadi
Budha dan juga melambangkan Nirwana dimana Budha bersemayam.

Pendapat lain menyatakan bahwa dalam pandangan masyarakat Jawa Kuno, angka 9 (sembilan)
yang dijabarkan kembali dalam olah kebathinan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono IX dinyatakan
bahwa babakan howo songo adalah kunci pengaturan dan pengendalian menuju kesempurnaan
hidup. Jika lubang 9 (seperti mata, hidung, telinga, mulut, dsb) dapat dikendalikan, maka
manusia akan menemukan keselamatan hidup di dunia dan akherat.

Dalam primbon, angka 9 (sembilan) melambangkan Mars, dipandangan sebagai angka puncak,
dengan makna khusus bahkan dianggap paling suci. Bila dikalikan angka berapapun,
penjumlahan angka tersebut kembali sebagai angka sembilan. (contoh 3×9=27;2+7=9, dst)

Jika menilik pada jumlah angka dasar yang ada 0-9, maka angka 9 (sembilan) memiliki nilai
yang paling tinggi. Tak heran bila angka tersebut sering disebut sebagai simbol kesempurnaan
sekaligus dimaknai dengan kerahasiaan. 9 (sembilan) adalah batas kemampuan dan penalaran
pikiran manusia, sebab setelah sembilan akan kembali 0 (kosong), lalu mulai lagi dengan
hitungan awal pertama atau satu (1). Dengan semikian keris yang memiliki luk berjumlah 9
(sembilan) adalah merupakan pengejawantahan dari sebuah kesempurnaan hidup
(kasampurnaning urip) bagi masyarakat Jawa jaman dahulu.

Filosofi Keris Luk 11

Dapur Keris Luk 11 (sebelas) adalah jenis keris dengan jumlah luk sejumlah 11, filosofi Keris
dengan luk 11, pada awalnya dibuat untuk meningkatkan kemapanan / pakem pembuatan keris
pada jamannya, mengingat angka 11 tidak memiliki makna khusus dalam tradisi budaya jawa.

Keris dengan luk 11 biasanya mempunyai pembawaan yang sejuk/teduh, tidak angker, tetapi
dibalik keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap merobek pertahanan
perisai energi gaib lawan.

Salah satu Contoh keris dengan luk 11 adalah Keris Sabuk Inten yang terkenal sakti dan banyak
dibuat tiruannya. Keris tersebut memiliki pembawaan yang teduh, tidak angker. Tetapi dibalik
keteduhan itu terkandung suatu energi gaib yang tajam yang siap menembus pertahanan perisai
gaib lawan, apalagi bila ujung kerisnya diarahkan kepada seseorang.

Pada awalnya Keris Sabuk inten luk 11 memang membingungkan banyak orang karena tidak
sesuai dengan kebiasaan / pakem keris yang umum. Selain karena jumlah luk-nya yang 11, keris
itu juga berwarna hitam gelap, tidak mengkilat dan tidak berpamor (keleng). Namun karena
kesaktiannya yang sangat tinggi, keris itu kemudian banyak dibuat turunannya / tiruannya
(tetiron), yaitu yang disebut keris-keris berdapur sabuk inten.

Filosofi Keris Luk 13

Angka 13 dalam budaya jawa mempunyai makna yang jelek, yaitu kesialan, musibah atau
malapetaka. Pembuatan keris ber-luk 13 dimaksudkan dengan kesaktian dan wibawa
kekuasaannya, keris ini menjadi penangkal kesialan atau musibah. Keris ber-luk 13 biasanya
dibuat untuk tujuan kesaktian dan wibawa kekuasaan.
Contoh keris ber-luk 13 yang terkenal adalah keris Nagasasra yang bersifat penguasa, pengayom
dan pelindung. Aura wibawa keris ini sangat kuat. Aura wibawanya menunjang kewibawaan
pemiliknya supaya disujuti banyak orang dan wataknya sebagai pengayom dan pelindung akan
selalu melindungi orang-orang yang berlindung kepadanya.

Demikianlah diantara makna simbolik dalam bentuk bilahan keris sebagai ajaran filsafat dari
para sesepuh tanah Jawa yang Adiluhung. Semoga kita semua bisa pertahankan keagungan
budaya dan ajaran filsafat para pendahulu kita. Amiin

Diposting oleh wiyonggo seto di 03.30

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai