Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PENGETAHUAN KERIS

DOSEN PENGAMPUN : Dr. I Nyoman Lodra, M.Si.

Oleh:

Ferry Anggriawan 22021244050

PRODI S1 SENI RUPA MURNI


UNIVERSITAS NEGRI SURABAYA
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Dampak
Penggunaan Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak
akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena
itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Surabaya, Desember 2022

BAB 1

Pendahuluan
a. Latar Belakang
Keris merupakan senjata tikam golongan belati yg berasal dari Jawa yang
memiliki ragam fungsi budaya yang dikenal di
kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah
dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal
yang melebar, sering kali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya
memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah
pada helai bilah.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau
peperangan,[6] sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada
penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman)
dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda
koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.

b. Rumusan Masalah
1. Apa itu keris ?
2. Jenis-jenis keris
3. Kegunaan keris / fungsinya
4. Pengaruh keris

c. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tentang senjata keris
2. Mengetahui tentang jenis-jenis keris
3. Mengetahui cara proses pepmbuatannya
4. Megetahui fungsi keris

BAB II
Pembahasan
1. Keris
Apa itu keris ?
Keris merupakan senjata tikam golongan belati yg berasal dari Jawa yang memiliki
ragam fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah.
Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak
simetris di bagian pangkal yang melebar, sering kali bilahnya berkelok-kelok, dan
banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan
logam cerah pada helai bilah.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau
peperangan,[6] sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan
masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana,
memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari
segi estetikanya.

Keris telah terdaftar dan diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-
Bendawi Manusia yang berasal dari Indonesia sejak 2005.

2. Jenis-jenis keris

• Keris Mpu Gandring.


Keris Mpu Gandring adalah senjata pusaka yang terkenal dalam riwayat
berdirinya Kerajaan Singhasari di daerah Malang, Jawa Timur sekarang. Keris ini
terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari
termasuk pendiri dan pemakainya, ken Arok.
• Keris Pusaka Setan Kober.
Kyai Setan Kober adalah nama keris milik Adipati Jipang, Arya Penangsang.
Keris ini dikenakan pada waktu ia perang tanding melawan Sutawijaya. Tapi tak
diketahui sesungguhnya dapur / bentuknya seperti apa
• Keris Rakian Naga Batu Handak.
Badik adalah pisau panjang dengan bentuk khas yang dikembangkan

oleh masyarakat dari Sulawesi. Badik bersisi tajam tunggal atau ganda, dengan
panjang mencapai sekitar setengah meter.
• Keris Kyai Carubuk.
warisan legendaris milik Sunan Kalijaga adalah Keris Pusaka Kyai Carubuk.

Keris dengan luk 7 ini merupakan keris buatan Empu Supa Mandrangi.
Keris ini menjadi senjata pusaka milik Sunan Kalijaga. Dirinya juga menggunakan
senjata ini dalam berbagai pertempuran yang dia hadapi.

• Keris Kyai Condong Campur.

Condong Campur adalah salah satu keris pusaka milik Kerajaan Majapahit yang
banyak disebut dalam legenda dan folklor. Keris ini dikenal dengan nama
Kanjeng Kyai Condong Campur

Dari abad ke-15, salah satu relief di Candi Sukuhyang merupakan tempat
pemujaan dari masa akhir Majapahit, dengan gamblang menunjukkan seorang
empu tengah membuat keris. Relief ini pada sebelah kiri menggambarkan Bhima
sebagai personifikasi empu tengah menempa besi, Ganesha di tengah, dan
Arjuna tengah memompa tabung peniup udara untuk tungku pembakaran.
Dinding di belakang empu menampilkan berbagai benda logam hasil tempaan,
termasuk keris.
Orang-orang ini [Majapahit] selalu mengenakan pu-la-t'ou (belati? atau
beladau?)yang diselipkan pada ikat pinggang yang terbuat dari baja, dengan pola
yang rumit dan bergaris-garis halus pada daunnya; hulunya terbuat dari emas,
cula, atau gading yang diukir berbentuk manusia atau wajah raksasa dengan
garapan yang sangat halus dan rajin.
Catatan Ma Huan dari tahun 1416, anggota ekspedisi Cheng Ho, dalam "Ying-yai
Sheng-lan" menyebutkan bahwa orang-orang Majapahit selalu mengenakan (pu-
la-t'ou)yang diselipkan pada ikat pinggang. Mengenai kata Pu-la-t'ou ini,
meskipun hanya berdasarkan kemiripan bunyi, banyak yang berpendapat bahwa
yang dimaksud adalah "belati", dan karena keris adalah senjata tikam
sebagaimana belati maka dianggap pu-la-t'ou menggambarkan keris.
Tampaknya masih harus dilakukan penelitian apakah betul pada masa majapahit
keris disebut "belati" tetapi terdapat deskripsi yang menggambarkann bahwa
"belati" ini adalah keris dan teknik pembuatan pamor telah berkembang baik.
Bisa jadi yang dimaksud oleh Ma Huan dengan Pulat'ou adalah "Beladau". Kata
"beladau" lebih menyerupai "Pu- La-T'ou" daripada "belati".
...Senjata sang prabu ialah: pedang, abet (pecut), pamuk, golok, peso teundeut,
keris. Raksasa yang dijadikan dewanya, karena digunakan untuk membunuh...
Keris disebutkan dalam naskah Sunda dari tahun 1440 Saka (1518
M), Sanghyang siksakanda ng karesian pupuh XVII, yang menyebutkan bahwa
keris adalah senjata Prabu, (raja, golongan ksatriya).[10] Naskah ini membagi
senjata dalam masyarakat Kerajaan Sunda ke dalam tiga golongan; senjata
untuk prabu (raja, menak, atau golongan ksatriya) adalah pedang, pecut,
pamuk, golok, peso teundeut, dan keris; senjata untuk kaum petani
adalah kujang, baliung, patik, kored, dan pisau sadap; sementara senjata kaum
pendeta adalah kala katri, peso raut, peso dongdang, pangot, dan pakisi.
... setiap laki-laki di Jawa, tidak peduli kaya atau miskin, harus memiliki sebilah
keris di rumahnya ... dan tidak ada satu pun laki-laki berusia antara 12 dan 80
tahun bepergian tanpa sebilah keris di sabuknya. Keris diletakkan di punggung,
seperti belati di Portugal...
Tome Pires, penjelajah Portugis dari abad ke-16, menyinggung tentang
kebiasaan penggunaan keris oleh laki-laki Jawa. Deskripsinya tidak jauh berbeda
dari yang disebutkan Ma Huan seabad sebelumnya.
Berita-berita Portugis dan Prancis dari abad ke-17 telah menunjukkan
penggunaan meluas pamor dan pemakaian pegangan keris dari kayu, tanduk,
atau gading di berbagai tempat di Nusantara.

3. Fungsi keris
Fungsi utama keris adalah sebagai senjata tradisional. Namun, pada saat ini, keris
lebih berfungsi sebagai bagian atau kelengkapan pakaian adat Jawa. Keris juga
berfungsi sebagai kerajinan tangan atau benda seni yang banyak disimpan oleh
masyarakat. Keris juga sering dimanfaatkan dalam aktivitas manusia, yakni untuk
perlengkapan petunjukan wayang, pertunjukan ketoprak, pertunjukan budaya, acara
bersih desa, dan lainnya.
4. Pengaruh keris
Bagi beberapa masyarakat, keris dianggap sebagai benda pusaka yang mampu
menyembuhkan penyakit, mengusir setan, mendatangkan hujan, dan lain
sebagainya. Dalam jurnal Makna Keris dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat di
Surakarta (2008) karya Akhmad Arif Musadad, disebutkan bahwa keris sebagai
benda pusaka dipercaya memiliki kekuatan supranatural atau menyimpan kekuatan
gaib. Sehingga masyarakat banyak yang mengagumi, menghormati, dan menjaga
keris dengan baik.

Keris juga dipandang sebagai peninggalan budaya yang harus dijaga


keberadaannya. Tidak heran jika hingga saat ini, keberadaan keris masih bisa kita
temui dalam kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat ataupun tersimpan baik
dalam museum sebagai peninggalan budaya.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Beberapa istilah di bagian ini diambil dari tradisi Jawa, semata karena rujukan yang
tersedia.
Keris atau dhuwung terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bilah (wilah atau daun
keris), ganja ("penopang"), dan hulu keris (ukiran, pegangan keris). Bagian yang
harus ada adalah bilah. Hulu keris dapat terpisah maupun menyatu dengan
bilah. Ganja tidak selalu ada, tapi keris-keris yang baik selalu memilikinya. Keris
sebagai senjata dan alat upacara dilindungi oleh sarung keris atau warangka.
Bilah keris merupakan bagian utama yang menjadi identifikasi suatu keris.
Pengetahuan mengenai bentuk (dhapur) atau morfologi keris menjadi hal yang
penting untuk keperluan identifikasi. Bentuk keris memiliki banyak simbol spiritual
selain nilai estetika. Hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam morfologi keris
adalah kelokan (luk), ornamen (ricikan), warna atau pancaran bilah, serta pola
pamor. Kombinasi berbagai komponen ini menghasilkan sejumlah bentuk standar
(dhapur) keris yang banyak dipaparkan dalam pustaka-pustaka mengenai keris.
Pengaruh waktu memengaruhi gaya pembuatan. Gaya pembuatan keris tercermin
dari konsep tangguh, yang biasanya dikaitkan dengan periodisasi sejarah maupun
geografis, serta empu yang membuatnya.

Daftar Pustaka
• https://id.wikipedia.org/wiki/Keris#:~:text=Awal%20mula%20keris%20diketahu
i%20berasal,sekaligus%20sebagai%20benda%20pelengkap%20sesajian
• https://id.wikipedia.org/wiki/Keris
• https://id.wikipedia.org/wiki/Keris_Mpu_Gandring
• https://id.wikipedia.org/wiki/Keris_Pusaka_Setan_Kober
• https://id.wikipedia.org/wiki/Badik
• https://nasional.okezone.com/read/2022/01/27/337/2538718/keris-kyai-
carubuk-maha-karya-empu-supo-yang-kalahkan-brongot-setan-kober-arya-
penangsang

Anda mungkin juga menyukai