Anda di halaman 1dari 17

SERBA-SERBI KERIS

A. SEJARAH KERIS
Keris merupakan senjata tajam golongan belati yang memiliki ragam fungsi budaya
yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan
mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian
pangkal yang melebar, sering kali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya
memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada
helai bilah.

Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan,[6]
sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih
merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol
budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.

Keris telah terdaftar dan diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-
Bendawi Manusia yang berasal dari Indonesia sejak 2005.

Menurut buku Keris dalam Perspektif Keilmuan terbitan Kementerian Kebudayaan


dan Pariwisata tahun 2011, sejarah keris masih dianggap kurang jelas.

Denys Lombard, sejarawan dunia dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya,
menulis bahwa pemakaian keris muncul sejak masa akhir Majapahit.

Mengutip perkataan Tome Pires, "Setiap orang Jawa, kaya atau miskin, harus
mempunyai keris di rumah, maupun sepucuk tombak dan sebuah perisai".

Pakar sastra Jawa dan kebudayaan Indonesia, Zoetmulder, menyebutkan bahwa


pulau Jawa diduga sudah mengenal keris sejak abad ke-6 atau ke-7. Sebagian
bentuk awal keris dari periode itu masih bisa dikenali, namun banyak juga yang
belum teridentifikasi.

Meski nenek moyang Jawa umumnya beragama Hindu dan Budha, bukti bahwa
budaya keris berasal dari India atau negara lain masih belum dapat dipastikan.
Tidak ada juga bukti kaitan langsung senjata tradisional ini dengan kedua agama
tadi.

Memang secara prototipe keris sudah ditemukan di beberapa candi Nusantara,


yang mana pada candi di India atau negara lain, bentuk serupa keris tidak pernah
ada.

Di Indonesia, relief keris dapat ditemukan di Candi Borobudur pada abad ke-8,
Candi Prambanan pada abad ke-9, atau patung lelaki Jawa dengan keris di
pemandian Candi Letha pada abad ke-15.

Secara umum, bentuk desainnya juga agak berbeda dengan desain keris saat ini.
Sementara, bentuk keris yang dikenal saat ini setidaknya sudah muncul sejak abad
ke-10, diperkirakan menyebar dari pulau Jawa ke seluruh Asia Tenggara. Beberapa
daerah tersebarnya keris seperti di Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, sebagian
Sulawesi, hingga Malaysia, Brunei, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan lain-lain.

Keris di setiap daerah memiliki keunikan tersendiri dalam penampilan, fungsi,


teknik garapan, maupun istilahnya.

Seperti Apa Pengaruh dan Fungsi Keris Pada Masyarakat?


Sejak dahulu, keris digunakan sebagai senjata, alat pusaka, objek spiritual, serta
aksesoris untuk pakaian adat.

Seringkali keris juga dianggap memiliki kekuatan magis. Maka hingga saat ini,
masih banyak masyarakat percaya bahwa keris dapat membawa keberuntungan
sehingga terkadang dijadikan sebagai jimat.

Selain itu, keris diyakini dapat menambah keberanian dan rasa percaya diri bagi
pemiliknya. Alat ini juga dapat menghindarkan serangan wabah penyakit,
malapetaka, dan hama tanaman.

Sebagian orang juga percaya bahwa keris bisa menyingkirkan atau menangkal
gangguan makhluk halus.

Terlepas dari sisi magis, ada beberapa fungsi lain keris bagi masyarakat.

Pertama, keris pada masa lampau digunakan sebagai senjata tradisional. Di zaman
kerajaan, setiap prajurit membawa keris yang diselipkan di pinggang. Sebagai
senjata pokok dalam berperang, keris bisa ditemukan di kisah Ken Arok,
Amangkurat II, dan lain-lain.

Keris juga sering digunakan oleh pahlawan seperti Imam Bonjol, Hasanudin,
Pangeran Diponegoro, dan sebagainya.

Kedua, sebagai benda pusaka warisan nenek moyang. Alasan ini membuat keris
dibuat dan disimpan dengan sangat hati-hati. Keris juga banyak disimpan di
museum atau keraton seperti Surakarta dan Yogyakarta.

Selanjutnya, keris juga menjadi lambang atau simbol terutama bagi warga daerah
Jawa. Simbol atau lambang ini berupa lukisan, perkataan, lencana, dan lainnya yang
mengandung arti tertentu. Simbol keris diantaranya untuk menyatakan legitimasi
jabatan atau kekuasaan, lambang status, identitas, serta falsafah masyarakat Jawa.

Lalu keris juga menjadi alat perlengkapan berbagai aktivitas. Misalnya


perlengkapan pertunjukan wayang, perlengkapan upacara bersih desa,
perlengkapan pakaian adat, dan sebagainya.
Terakhir, fungsi keris sebagai benda seni. Jika diperhatikan, keris dengan
warangkanya adalah kesatuan harmonis yang dibuat dengan imajinasi tingkat
tinggi.

Berbagai fungsi tadi tentu memengaruhi nilai-nilai kebudayaan dan spiritualitas


masyarakat yang menganut kepercayaan tertentu.

Di sisi lain, keris yang berasal dari Jawa menjadi simbol pelestarian budaya
nusantara yang harus dimiliki setiap individu.

B. FUNGSI KERIS

C. MORFOLOGI KERIS
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya
tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan
referensi yang layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.
Beberapa istilah di bagian ini diambil dari tradisi Jawa, semata karena rujukan yang
tersedia.

Keris atau dhuwung terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bilah (wilah atau
daun keris), ganja ("penopang"), dan hulu keris (ukiran, pegangan keris).
Bagian yang harus ada adalah bilah. Hulu keris dapat terpisah maupun menyatu
dengan bilah. Ganja tidak selalu ada, tapi keris-keris yang baik selalu memilikinya.
Keris sebagai senjata dan alat upacara dilindungi oleh sarung keris atau warangka.
BILAH KERIS
Bilah keris merupakan bagian utama yang menjadi identifikasi suatu keris.
Pengetahuan mengenai bentuk (dhapur) atau morfologi keris menjadi hal yang
penting untuk keperluan identifikasi. Bentuk keris memiliki banyak simbol spiritual
selain nilai estetika. Hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam morfologi keris
adalah kelokan (luk), ornamen (ricikan), warna atau pancaran bilah, serta pola
pamor. Kombinasi berbagai komponen ini menghasilkan sejumlah bentuk standar
(dhapur) keris yang banyak dipaparkan dalam pustaka-pustaka mengenai keris.

Pengaruh waktu memengaruhi gaya pembuatan. Gaya pembuatan keris tercermin


dari konsep tangguh, yang biasanya dikaitkan dengan periodisasi sejarah maupun
geografis, serta empu yang membuatnya.

HULU ATAU PEGANGAN KERIS

Sebuah keris dengan pegangan berbentuk Semar


Pegangan keris (bahasa Jawa: gaman, atau hulu keris) ini bermacam-macam
motifnya, untuk keris Bali ada yang bentuknya menyerupai dewa, pedande
(pendeta), raksasa, penari, pertapa hutan dan ada yang diukir dengan kinatah emas
dan batu mulia dan biasanya bertatahkan batu mirah delima.
Pegangan keris Sulawesi menggambarkan burung laut. Hal itu sebagai perlambang
terhadap sebagian profesi masyarakat Sulawesi yang merupakan pelaut, sedangkan
burung adalah lambang dunia atas keselamatan. Seperti juga motif kepala burung
yang digunakan pada keris Riau Lingga, dan untuk daerah-daerah lainnya sebagai
pusat pengembangan tosan aji seperti Aceh, Bangkinang (Riau), Palembang,
Sambas, Kutai, Bugis, Luwu, Jawa, Madura dan Sulu, keris mempunyai ukiran dan
perlambang yang berbeda. Selain itu, materi yang dipergunakan pun berasal dari
aneka bahan seperti gading, tulang, logam, dan yang paling banyak yaitu kayu.

Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar terdiri dari sirah wingking ( kepala
bagian belakang ), jiling, cigir, cetek, bathuk (kepala bagian depan),weteng dan
bungkul.

WARANGKA ATAU SARUNG KERIS


Warangka, atau sarung keris (bahasa Banjar: kumpang), adalah komponen keris
yang mempunyai fungsi tertentu, khususnya dalam kehidupan sosial masyarakat
Jawa, paling tidak karena bagian inilah yang terlihat secara langsung. Warangka
yang mula-mula dibuat dari kayu (yang umum adalah jati, cendana, timoho, dan
kemuning). Sejalan dengan perkembangan zaman terjadi penambahan fungsi
wrangka sebagai pencerminan status sosial bagi penggunanya. Bagian atasnya atau
ladrang-gayaman sering diganti dengan gading.

Secara garis besar terdapat dua bentuk warangka, yaitu jenis warangka ladrang
yang terdiri dari bagian-bagian: angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk
seperti daun), gandar, ri serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis wrangka
gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka ladrang
tetapi tidak terdapat angkup, godong, dan gandek.

Aturan pemakaian bentuk wrangka ini sudah ditentukan, walaupun tidak mutlak.
Wrangka ladrang dipakai untuk upacara resmi, misalkan menghadap raja, acara
resmi keraton lainnya (penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan, perkawinan, dll)
dengan maksud penghormatan. Tata cara penggunaannya adalah dengan
menyelipkan gandar keris di lipatan sabuk (stagen) pada pinggang bagian belakang
(termasuk sebagai pertimbangan untuk keselamatan raja ). Sedangkan wrangka
gayaman dipakai untuk keperluan harian, dan keris ditempatkan pada bagian
depan (dekat pinggang) ataupun di belakang (pinggang belakang).

Dalam perang, yang digunakan adalah keris wrangka gayaman, pertimbangannya


adalah dari sisi praktis dan ringkas, karena wrangka gayaman lebih memungkinkan
cepat dan mudah bergerak, karena bentuknya lebih sederhana.

Ladrang dan gayaman merupakan pola-bentuk wrangka, dan bagian utama


menurut fungsi wrangka adalah bagian bawah yang berbentuk panjang ( sepanjang
wilah keris ) yang disebut gandar atau antupan,maka fungsi gandar adalah untuk
membungkus wilah (bilah) dan biasanya terbuat dari kayu ( dipertimbangkan
untuk tidak merusak wilah yang berbahan logam campuran).
Karena fungsi gandar untuk membungkus, sehingga fungsi keindahannya tidak
diutamakan, maka untuk memperindahnya akan dilapisi seperti selongsong-
silinder yang disebut pendok. Bagian pendok ( lapisan selongsong ) inilah yang
biasanya diukir sangat indah, dibuat dari logam kuningan, suasa ( campuran
tembaga emas ), perak, emas. Untuk daerah di luar Jawa ( kalangan raja-raja Bugis,
Goa, Palembang, Riau, Bali ) pendoknya terbuat dari emas, disertai dengan
tambahan hiasan seperti sulaman tali dari emas dan bunga yang bertaburkan intan
berlian.

Untuk keris Jawa, menurut bentuknya pendok ada tiga macam, yaitu (1) pendok
bunton berbentuk selongsong pipih tanpa belahan pada sisinya, (2) pendok blewah
(blengah) terbelah memanjang sampai pada salah satu ujungnya sehingga bagian
gandar akan terlihat, serta (3) pendok topengan yang belahannya hanya terletak di
tengah. Apabila dilihat dari hiasannya, pendok ada dua macam yaitu pendok
berukir dan pendok polos (tanpa ukiran).

Wilah atau bilah keris

Keris Moro (kalis) dari Sulu, bilah tidak dituakan dan tidak berpamor.
Wilah, wilahan, atau bilah adalah bagian utama dari sebuah keris. Wilah keris
adalah logam yang ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi senjata tajam. Wilah
terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang
biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada
puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang,
jaka lola, pinarak, jamang murub, bungkul, kebo tedan, pudak sitegal, dll.

Pada pangkal wilahan terdapat pesi, yang merupakan ujung bawah sebilah keris
atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris (ukiran). Pesi ini
panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10
mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut paksi, di
Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut
punting.

Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut ganja
(untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya aring). Di tengahnya terdapat
lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja
tidak terpisahkan. Pengamat budaya tosan aji mengatakan bahwa kesatuan itu
melambangkan kesatuan lingga dan yoni, dimana ganja mewakili lambang yoni
sedangkan pesi melambangkan lingganya. Ganja ini sepintas berbentuk cecak,
bagian depannya disebut sirah cecak, bagian lehernya disebut gulu meled, bagian
perut disebut wetengan dan ekornya disebut sebit ron. Ragam bentuk ganja ada
bermacam-macam, wilut, dungkul, kelap lintah dan sebit rontal.

Luk, adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya
keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang
bilahnya berkelok-kelok atau luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada
bilah, dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan
dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang (kanan-kiri), maka bilangan
terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah dan jumlahnya selalu gasal (ganjil)
dan tidak pernah genap, dan yang terkecil adalah luk tiga (3) dan terbanyak adalah
luk tiga belas (13).

Dalam perdagangan keris nama dhapur sering dipermudah sebagai berikut:

1. Keris lurus disebut Jalak 2. Keris Luk 3 disebut Jangkung 3. Keris Luk 5 disebut
Pendhawa 4. Keris Luk 7 disebut Sempana atau Sumpana 5. Keris Luk 9 disebut Jigja
6. Keris Luk 11 disebut Sabuk inten atau Carita 7. Keris Luk 13 disebut Sengkelat

Dhapur keris lurus:

1. Panji Anom 2. Jaka Tuwo 3. Bethok 4. Karna Tinandhing 5. Semar Bethak 6. Regol
7. Kebo Teki 8. Jalak Nguwuh 9. Sempani 10. Jamang Murub 11. Tumenggung 12.
Tilam Upih 13. Pasopati 14. Condhong Campur 15. Jalak Dhinding 16. Jalak Ngore
17. Jalak Sangu Tumpeng 18. Mendarang 19. Mesem 20. Semar Tinandhu 21 Ron
Teki 22. Sujen Ampel 23. Kelap Lintah 24. Yuyu Rumpung 25. Brojol 26. Laler
Mengeng 27. Puthut 28. Jalak Sumelang Gandring 29. Mangkurat 30. Mayat Miring
31. Kalam Munyeng 32. Pinarak 33. Marak 34. Jalak Tilamsari 35.Tilamsari 36. Jalak
Lola 37. Wora-wari 38. Wora-wari 39. Sinom 40. Kala Misani

Dhapur luk tiga (3) 1. Jangkung Pacar 2. Maesa Soka 3. Maesa Nempuh 4. Mayat 5.
Jangkung Pacar 6. Tebu Sauyun 7. Bango Dholok 8. Manglar Munya 9. Campur
Bawur 10. Segara Winotan 11. Jangkung Cinarita

Dhapur Luk Lima (5) 1. Sinarasah 2. Pudhak Sategal 3. Pulanggeni 4. Pandhawa 5.


Anoman 6. Kebo Dhengen 7. Kalanadhah 8. Pandhawa lare 9. Urap-urap 10. Naga
Salira 11. Kebo Dhendheng 12. Pandhawa Cinarita 11. Jangkung Cinarita

Dhapur Luk Tujuh (7) 1. Balebang 2. Murma Malela 3. Crubuk 4. Jaran Goyang 5.
Naga-Kras 6. Sempana Punjul 7. Sempana Bungkem 8. Crita Casapta

Dhapur Luk Sembilan (9) 1. Kidang Mas 2. Panji Sekar 3. Sempana 4. Jaruman 5.
Jarudheh 6. Paniwen 7. Panimbal 8. Kidang Soka 9. Carang Soka 10. Sabuk Tampar
11. Buto Ijo 12. Sempana Kalenthang 13. Crita Kanawa

Dhapur Luk Sebelas (11) 1. Carita Bungkem 2. Carita Prasaja 3. Carita Kaprabon 4.
Carita Daleman 5. Sabuk Inten 6. Cluring Regol 7. Carita Genengan 8. Carita Gandhu
9. Sabuk Tali 10. Jaka Wuru

Dhapur Luk Tigabelas (13) 1. Caluring 2. Sangkelat 3. Johan Mangan Kala 4.


Nagasasra 5. Parungsari 6. Kantar 7. Luk Gandhu 8. Sepokal 9. Karawelang 10. Naga
Selumen 11. Bima Kurdha

Dhapur Luk 17, 19, 21, 25, dan 29 Luk 17 Ngamper Buta Lancingan Luk 19
Trimurda Kala Tinantang Luk 21 Drajit Trisirah Luk 25 Bima Kurdha Luk 27 Taga
Wirun Luk 29 Kalabendu
Keris-keris pusaka keraton hanya sampai berluk13 saja. Keris yang berluk lebih
dari 13 disebut keris Kalawijen atau Palawijan, keris kalawija, atau keris tidak lazim
dan tidak termasuk Pusaka Keraton.

D. PEMBUATAN KERIS
Logam dasar yang digunakan dalam pembuatan keris ada dua macam logam adalah
logam besi dan logam pamor, sedangkan pesi keris terbuat dari baja. Untuk
membuatnya ringan para Empu selalu memadukan bahan dasar ini dengan logam
lain. Keris masa kini (nèm-nèman, dibuat sejak abad ke-20) biasanya memakai
logam pamor nikel. Keris masa lalu (keris kuna) yang baik memiliki logam pamor
dari batu meteorit yang diketahui memiliki kandungan titanium yang tinggi, di
samping nikel, kobal, perak, timah putih, kromium, antimonium, dan tembaga. Batu
meteorit yang terkenal adalah meteorit Prambanan, yang pernah jatuh pada abad
ke-19 di kompleks percandian Prambanan.

Pembuatan keris bervariasi dari satu empu ke empu lainnya, tetapi terdapat
prosedur yang biasanya bermiripan. Berikut adalah proses secara ringkas menurut
salah satu pustaka.[15] Bilah besi sebagai bahan dasar diwasuh atau dipanaskan
hingga berpijar lalu ditempa berulang-ulang untuk membuang pengotor (misalnya
karbon serta berbagai oksida). Setelah bersih, bilah dilipat seperti huruf U untuk
disisipkan lempengan bahan pamor di dalamnya. Selanjutnya lipatan ini kembali
dipanaskan dan ditempa. Setelah menempel dan memanjang, campuran ini dilipat
dan ditempa kembali berulang-ulang. Cara, kekuatan, dan posisi menempa, serta
banyaknya lipatan akan memengaruhi pamor yang muncul nantinya. Proses ini
disebut saton. Bentuk akhirnya adalah lempengan memanjang. Lempengan ini lalu
dipotong menjadi dua bagian, disebut kodhokan. Satu lempengan baja lalu
ditempatkan di antara kedua kodhokan seperti roti sandwich, diikat lalu dipijarkan
dan ditempa untuk menyatukan. Ujung kodhokan lalu dibuat agak memanjang
untuk dipotong dan dijadikan ganja. Tahap berikutnya adalah membentuk pesi,
bengkek (calon gandhik), dan terakhir membentuk bilah apakah berluk atau lurus.
Pembuatan luk dilakukan dengan pemanasan.

Tahap selanjutnya adalah pembuatan ornamen-ornamen (ricikan) dengan


menggarap bagian-bagian tertentu menggunakan kikir, gerinda, serta bor, sesuai
dengan dhapur keris yang akan dibuat. Silak waja dilakukan dengan mengikir bilah
untuk melihat pamor yang terbentuk. Ganja dibuat mengikuti bagian dasar bilah.
Ukuran lubang disesuaikan dengan diameter pesi.

Tahap terakhir, yaitu penyepuhan, dilakukan agar logam keris menjadi logam besi
baja. Pada keris Filipina tidak dilakukan proses ini. Penyepuhan ("menuakan
logam") dilakukan dengan memasukkan bilah ke dalam campuran belerang, garam,
dan perasan jeruk nipis (disebut kamalan). Penyepuhan juga dapat dilakukan
dengan memijarkan keris lalu dicelupkan ke dalam cairan (air, air garam, atau
minyak kelapa, tergantung pengalaman Empu yang membuat). Tindakan
penyepuhan harus dilakukan dengan hati-hati karena bila salah dapat membuat
bilah keris retak.

Selain cara Penyepuhan yang lazim seperti diatas dalam penyepuhan Keris dikenal
pula Sepuh jilat yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dijilati dengan
lidah, Sepuh Akep yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dikulum
dengan bibir beberapa kali dan Sepuh Saru yaitu pada saat logam Keris membara
diambil dan dijepit dengan alat kelamin wanita (Vagina) Sepuh Saru ini yang
terkenal adalah Nyi Sombro, bentuk kerisnya tidak besar tapi disesuaikan.[butuh
rujukan]

Pemberian warangan dan minyak pewangi dilakukan sebagaimana perawatan keris


pada umumnya. Perawatan keris dalam tradisi Jawa dilakukan setiap tahun,
biasanya pada bulan Muharram/Sura, meskipun hal ini bukan keharusan. Istilah
perawatan keris adalah "memandikan" keris, meskipun yang dilakukan sebenarnya
adalah membuang minyak pewangi lama dan karat pada bilah keris, biasanya
dengan cairan asam (secara tradisional menggunakan air buah kelapa, hancuran
buah mengkudu, atau perasan jeruk nipis). Bilah yang telah dibersihkan kemudian
diberi warangan bila perlu untuk mempertegas pamor, dibersihkan kembali, dan
kemudian diberi minyak pewangi untuk melindungi bilah keris dari karat baru.
Minyak pewangi ini secara tradisional menggunakan minyak melati atau minyak
cendana yang diencerkan pada minyak kelapa.

E. MACAM-MACAM KERIS
1. Keris lurus disebut Jalak

2. Keris Luk 3 disebut Jangkung

3. Keris Luk 5 disebut Pendhawa

4. Keris Luk 7 disebut Sempana atau Sumpana

5. Keris Luk 9 disebut Jigja

6. Keris Luk 11 disebut Sabuk inten atau Carita


7. Keris Luk 13 disebut Sengkelat

F. DAPUR KERIS
Apa Itu Dhapur Keris ?
Apa Itu Dhapur Keris ? Dhapur Keris adalah penamaan ragam bentuk atau tipe
keris, sesuai dengan ricikan yang terdapat pada keris itu dilihat dari jumlah luknya.
Penamaan dapur keris ada patokannya, ada pembakuannya. Dalam dunia
perkerisan, patokan atau pembakuan ini biasanya disebut pakem dapur keris.
Misalnya, keris yang bentuknya lurus, memakai gandik polos, tikel alis, danpejetan,
disebut keris dapur Tilam Upih.

Jadi, semua keris yang bentuknya seperti itu, namanya tetap dapur Tilam Upih.
Keris buatan mana pun atau buatan siapa pun, kalau bentuknya seperti itu,
namanya tetap dapur Tilam Upih. Pembedaan selanjutnya adalah dengan melihat
tangguh (era/zaman pembuatan, atau gaya pembuatan), melihat gambaran bentuk
pamornya, dan memperkirakan empu pembuatnya.

Itulah sebabnya, keris berdapur Tilam Upih mungkin ada ratusan ribu jumlahnya,
dan bahkan dapur Nagasasra yang terkenal itu ada puluhan ribuan pula jumlahnya.
Bila dibandingkan dengan dunia otomotif, bentuk mobil juga dapat dibadakan
antara jeep, truk, bis, sedan, pick-up, dsb. Jumlah jeep di dunia ini mungkin ada
jutaan buah, tetapi masing-masing dapat dibedakan karena merknya berlainan,
tahun pembuatannya ber-beda, warnanya berbeda, dan interior serta variasinya
pun berlainan satu sama lain.

Demikian pula dengan keris. Walaupun ada ratusan keris yang dapurnya sama,
antara satu dan lainnya selalu dapat dibedakan. Dunia perkerisan di masyarakat
suku bangsa Jawa mengenal 145 macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang
dianggap sebagai dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120
macam.

Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman
dapur keris yang pakem, memuat rincian jumlah dapur keris sebagai berikut: Keris
lurus ada 40 macam dapur. Keris luk 3 (tiga) ada 11 macam. Keris luk 5 (lima) ada
12 macam. Keris luk 7 (tujuh) ada 8 macam. Keris luk 9 (sembilan) ada 13 macam.
Keris luk 11 (sebelas) ada 10 macam. Keris luk 13 (tigabelas) ada 11 macam. Keris
luk 15 (limabelas) ada 3 macam. Keris luk 17 (tujuhbelas) ada 2 macam. Keris luk
19 (sembilan belas) sampai luk 29 (dua puluh sembilan) masing-masing ada
semacam.

Namun, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur
yang dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus
ada 44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas
adal 1 macam, luk limabelas ada 6 macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk
sembilanbelas sampai luk duapuluh sembilan ada dua macam, dan luk tigapuluh
lima ada semacam. Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade tahun 1990-
an, lebih banyak lagi. Di Pulau Jawa pada umumnya, dan Jawa Tengah, Jawa Timur
khususnya, serta Pulau Madura orang mengenal ragam bentuk dapur keris sebagai
berikut :

Macam Macam Dhapur Keris Menurut Pakem Jawa


1. Keris lurus disebut Jalak 2. Keris Luk 3 disebut Jangkung 3. Keris Luk 5 disebut
Pendhawa 4. Keris Luk 7 disebut Sempana atau Sumpana 5. Keris Luk 9 disebut Jigja
6. Keris Luk 11 disebut Sabuk inten atau Carita 7. Keris Luk 13 disebut Sengkelat

Dhapur keris lurus:


1. Panji Anom 2. Jaka Tuwo 3. Bethok 4. Karna Tinandhing 5. Semar Bethak 6. Regol
7. Kebo Teki 8. Jalak Nguwuh 9. Sempani 10. Jamang Murub 11. Tumenggung 12.
Tilam Upih 13. Pasopati 14. Condhong Campur 15. Jalak Dhinding 16. Jalak Ngore
17. Jalak Sangu Tumpeng 18. Mendarang 19. Mesem 20. Semar Tinandhu 21 Ron
Teki 22. Sujen Ampel 23. Kelap Lintah 24. Yuyu Rumpung 25. Brojol 26. Laler
Mengeng 27. Puthut 28. Jalak Sumelang Gandring 29. Mangkurat 30. Mayat Miring
31. Kalam Munyeng 32. Pinarak 33. Marak 34. Jalak Tilamsari 35.Tilamsari 36. Jalak
Lola 37. Wora-wari 38. Wora-wari 39. Sinom 40. Kala Misani

Dhapur luk tiga (3) 1. Jangkung Pacar 2. Maesa Soka 3. Maesa Nempuh 4. Mayat 5.
Jangkung Pacar 6. Tebu Sauyun 7. Bango Dholok 8. Manglar Munya 9. Campur
Bawur 10. Segara Winotan 11. Jangkung Cinarita

Dhapur Luk Lima (5) 1. Sinarasah 2. Pudhak Sategal 3. Pulanggeni 4. Pandhawa 5.


Anoman 6. Kebo Dhengen 7. Kalanadhah 8. Pandhawa lare 9. Urap-urap 10. Naga
Salira 11. Kebo Dhendheng 12. Pandhawa Cinarita 11. Jangkung Cinarita

Dhapur Luk Tujuh (7) 1. Balebang 2. Murma Malela 3. Crubuk 4. Jaran Goyang 5.
Naga-Kras 6. Sempana Punjul 7. Sempana Bungkem 8. Crita Casapta

Dhapur Luk Sembilan (9) 1. Kidang Mas 2. Panji Sekar 3. Sempana 4. Jaruman 5.
Jarudheh 6. Paniwen 7. Panimbal 8. Kidang Soka 9. Carang Soka 10. Sabuk Tampar
11. Buto Ijo 12. Sempana Kalenthang 13. Crita Kanawa

Dhapur Luk Sebelas (11) 1. Carita Bungkem 2. Carita Prasaja 3. Carita Kaprabon 4.
Carita Daleman 5. Sabuk Inten 6. Cluring Regol 7. Carita Genengan 8. Carita Gandhu
9. Sabuk Tali 10. Jaka Wuru

Dhapur Luk Tigabelas (13) 1. Caluring 2. Sangkelat 3. Johan Mangan Kala 4.


Nagasasra 5. Parungsari 6. Kantar 7. Luk Gandhu 8. Sepokal 9. Karawelang 10. Naga
Selumen 11. Bima Kurdha

Dhapur Luk 17, 19, 21, 25, dan 29 Luk 17 Ngamper Buta Lancingan Luk 19
Trimurda Kala Tinantang Luk 21 Drajit Trisirah Luk 25 Bima Kurdha Luk 27 Taga
Wirun Luk 29 Kalabendu
Keris-keris pusaka keraton hanya sampai berluk13 saja. Keris yang berluk lebih
dari 13 disebut keris Kalawijen atau Palawijan, keris kalawija, atau keris tidak lazim
dan tidak termasuk Pusaka Keraton.
Dhapur Keris Lurus :
 Betok
 Brojol
 Tilam Upih
 Jalak
 Panji Anom
 Jaka Supa
 Semar Betak
 Regol
 Karna Tinanding
 Kebo Teki
 Kebo Lajer atau Mahesa Lajer
 Jalak Ruwuh
 Sempane Bener
 Jamang Murub
 Tumenggung
 Pantrem
 Sinom Worawari
 Condong Campur
 Kalamisani
 Pasopati
 Jalak Dinding
 Jalak Sumelang Gandring
 Jalak Ngucup Madu
 Jalak Sangu Tumpeng
 Jalak Ngore
 Mundarang
 Yuyu Rumpung
 Mesem
 Semar Tinandu
 Ron Teki
 Dungkul
 Kelap Lintah
 Sujen Ampel
 Lar Ngatap
 Mayat Miring
 Kanda Basuki
 Putut Kembar
 Mangkurat
 Sinom
 Kala Munyeng
 Pinarak
 Tilam Sari
 Jalak Tilam Sari
 Wora Wari
 Marak
 Damar Murub
 Jaka Lola
 Sepang
 Cundrik
 Cengkrong
 Naga Tapa
 Jalak Ngoceh
 Kala Nadah
 Balebang
 Pundhak Sategal
 Kala Dite
 Pandan Sarawa
 Jalak Barong atau Jalak Makara
 Bango Dolok Leres
 Singa Barong Leres
 Kikik
 Mahesa Kantong
 Maraseba

 Dapur Keris Luk 3 :

 Jangkung Pacar
 Jangkung Mangkurat
 Mahesa Nempuh
 Mahesa Soka
 Jangkung Segara Winotan (Mangku Negoro)
 Jangkung
 Campur Bawur
 Tebu Sauyun
 Bango Dolok
 Lar Monga
 Pudhak Sategal Luk 3
 Singa Barong Luk 3
 Kikik Luk 3
 Mayat
 Wuwung
 Mahesa Nabrang
 Anggrek Sumelang Gandring

Dapur Keris Luk 5 :


 Pandawa
 Pandawa Cinarita
 Pulang Geni
 Anoman
 Kebo Dengen
 Pandawa Lare
 Pudhak Sategal Luk 5
 Urap – Urap
 Naga Salira
 Naga Siluman
 Bakung
 Rara Siduwa
 Kikik Luk 5
 Kebo Dengen
 Kala Nadah Luk 5
 Singa Barong Luk 5
 Pandawa Ulap
 Sinarasah
 Pandawa Pudak Sategal

 Dapur Keris Luk 7 :

 Carubuk
 Sempana Bungkem
 Balebang Luk 7
 Murna Malela
 Naga Keras
 Sempana Panjul
 Jaran Guyang
 Singa Barong Luk 7
 Megantara
 Carita Kasapta
 Naga Kikik Luk 7
Dapur Keris Luk 9 :
 Sempana
 Kidang Soka
 Carang Soka
 Kidang Mas
 Panji Sekar
 Jurudeh
 Paniwen
 Panimbal
 Sempana Kalentang
 Jaruman
 Sabuk Tampar
 Singa Barong Luk 9
 Buto Ijo
 Carita Kanawa Luk 9
 Kidang Milar
 Klika Benda
Dapur Keris Luk 11 :
 Carita
 Carita Daleman
 Carita Keprabon
 Carita Bungkem
 Carita Gandu
 Carita Prasaja
 Carita Genengan
 Sabuk Tali
 Jaka Wuru
 Balebang Luk 11
 Sempana Luk 11
 Santan
 Singa Barong Luk 11
 Naga Siluman Luk 11
 Sabuk Inten
 Jaka Rumeksa
Dapur Keris Luk 13 :
 Sengkelat
 Parung Sari
 Caluring
 Johan Mangan Kala
 Kantar
 Sepokal
 Lo Gandu
 Nagasasra
 Singa Barong Luk 13
 Carita Luk 13
 Naga Siluman Luk 13
 Mangkunegoro
 Bima Kurdo Luk 13
 Kalawelang Luk 13
Dapur Keris Luk 15 :
 Carang Buntala
 Sedet
 Raga Wilah
 Raga Pasung
 Mahesa Nabrang
 Carita Buntala Luk 15
Dapur Keris Luk 17 :
 Carita Kalentang
 Sepokal Luk 17
 Kancingan
 Ngamper Buta
Dapur Keris Luk 19 :
 Trimurda
 Karacan
 Bima Kurda Luk 19
Dapur Keris Luk 21 :
 Kala Tinanding
 Trisirah
 Drajid
Dapur Keris Luk 25
 Bima Kurda Luk 25
Dapur Keris Luk 27
 Taga Wirun
Dapur Keris Luk 29
 Kala Wendu Luk 29

Penamaan Dapur Keris Di Bali :


Dapur Keris Lurus :
 Ranggasemi
 Jaka Wijaya
 Rangga Perwangsa
 Demang Drawalika
 Parung Carita
 Parung Sari

 Dapur Keris Keluk :

 Dapur Keris Luk 3 : Jangkung Maelo


 Dapur Keris Luk 5 : Tangan
 Dapur Keris Luk 7 : Palang Soka
 Dapur Keris Luk 9 : Rang Suting
 Dapur Keris Luk 11 : Lawat Nyuk
 Dapur Keris Luk 13 : Lawat Buah
 Dapur Keris Luk 15 : Jeruji

https://www.kibrispdr.org/detail-1/macam-macam-dapur-keris-dan-
gambarnya.html
https://duniakeris.com/series/nama-jenis-dhapur-keris-bentuk-ricikan/
G. PAMOR KERIS
https://duniakeris.com/category/artikel/pamor-keris/

H. KEGUNAAN KERIS

I.
Macam – Macam Dapur Tombak Menurut Pakem Jawa :
Dapur Tombak Lurus :
 Baru
 Baru Teropong
 Baru Kuping atau Sipat Kelor
 Buta Meler
 Pandu
 Panggang Lele
Dapur Tombak Luk 5 :
 Daradasih
 Rangga
 Panggang Welut
 Dora Manggala
 Seladang Hasta
 Daradasih Menggah
Dapur Tombak Luk 7 :
 Karacan
 Megantara
 Lung Gandu
Dapur Tombak Luk 9 :
 Bandotan
Dapur Tombak Luk 11 :
 Carita Anoman
 Carita Blandongan
Dapur Tombak Luk Khusus :
 Cacing Kanil (Luk 3, 5, 7)
 Banyak Angkrem
 Kuntul Ngantuk
Dapur Tombak Kalawaijan :
 Tunjung Astra
 Nagendra
 Wulan Tumanggal
 Dwisula
 Trisula
 Catursula
 Pancasula
 Rosan Dita
Dapur Pedang Menurut Pakem Jawa :
 Lameng
 Bandol
 Luwuk
 Lar Bango
 Sada
 Tebalung
 Suduk Maru
 Sokayana
 Sabet

https://docplayer.info/search/?q=GUYON+KIYAI+SEPUH

Anda mungkin juga menyukai