A. SEJARAH KERIS
Keris merupakan senjata tajam golongan belati yang memiliki ragam fungsi budaya
yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan
mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian
pangkal yang melebar, sering kali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya
memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada
helai bilah.
Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel atau peperangan,[6]
sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih
merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol
budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
Keris telah terdaftar dan diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia Non-
Bendawi Manusia yang berasal dari Indonesia sejak 2005.
Denys Lombard, sejarawan dunia dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya,
menulis bahwa pemakaian keris muncul sejak masa akhir Majapahit.
Mengutip perkataan Tome Pires, "Setiap orang Jawa, kaya atau miskin, harus
mempunyai keris di rumah, maupun sepucuk tombak dan sebuah perisai".
Meski nenek moyang Jawa umumnya beragama Hindu dan Budha, bukti bahwa
budaya keris berasal dari India atau negara lain masih belum dapat dipastikan.
Tidak ada juga bukti kaitan langsung senjata tradisional ini dengan kedua agama
tadi.
Di Indonesia, relief keris dapat ditemukan di Candi Borobudur pada abad ke-8,
Candi Prambanan pada abad ke-9, atau patung lelaki Jawa dengan keris di
pemandian Candi Letha pada abad ke-15.
Secara umum, bentuk desainnya juga agak berbeda dengan desain keris saat ini.
Sementara, bentuk keris yang dikenal saat ini setidaknya sudah muncul sejak abad
ke-10, diperkirakan menyebar dari pulau Jawa ke seluruh Asia Tenggara. Beberapa
daerah tersebarnya keris seperti di Madura, Nusa Tenggara, Sumatera, sebagian
Sulawesi, hingga Malaysia, Brunei, Thailand Selatan, Filipina Selatan, dan lain-lain.
Seringkali keris juga dianggap memiliki kekuatan magis. Maka hingga saat ini,
masih banyak masyarakat percaya bahwa keris dapat membawa keberuntungan
sehingga terkadang dijadikan sebagai jimat.
Selain itu, keris diyakini dapat menambah keberanian dan rasa percaya diri bagi
pemiliknya. Alat ini juga dapat menghindarkan serangan wabah penyakit,
malapetaka, dan hama tanaman.
Sebagian orang juga percaya bahwa keris bisa menyingkirkan atau menangkal
gangguan makhluk halus.
Terlepas dari sisi magis, ada beberapa fungsi lain keris bagi masyarakat.
Pertama, keris pada masa lampau digunakan sebagai senjata tradisional. Di zaman
kerajaan, setiap prajurit membawa keris yang diselipkan di pinggang. Sebagai
senjata pokok dalam berperang, keris bisa ditemukan di kisah Ken Arok,
Amangkurat II, dan lain-lain.
Keris juga sering digunakan oleh pahlawan seperti Imam Bonjol, Hasanudin,
Pangeran Diponegoro, dan sebagainya.
Kedua, sebagai benda pusaka warisan nenek moyang. Alasan ini membuat keris
dibuat dan disimpan dengan sangat hati-hati. Keris juga banyak disimpan di
museum atau keraton seperti Surakarta dan Yogyakarta.
Selanjutnya, keris juga menjadi lambang atau simbol terutama bagi warga daerah
Jawa. Simbol atau lambang ini berupa lukisan, perkataan, lencana, dan lainnya yang
mengandung arti tertentu. Simbol keris diantaranya untuk menyatakan legitimasi
jabatan atau kekuasaan, lambang status, identitas, serta falsafah masyarakat Jawa.
Di sisi lain, keris yang berasal dari Jawa menjadi simbol pelestarian budaya
nusantara yang harus dimiliki setiap individu.
B. FUNGSI KERIS
C. MORFOLOGI KERIS
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya
tidak bisa dipastikan. Tolong bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan
referensi yang layak. Bab atau bagian ini akan dihapus bila tidak tersedia referensi
ke sumber tepercaya dalam bentuk catatan kaki atau pranala luar.
Beberapa istilah di bagian ini diambil dari tradisi Jawa, semata karena rujukan yang
tersedia.
Keris atau dhuwung terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bilah (wilah atau
daun keris), ganja ("penopang"), dan hulu keris (ukiran, pegangan keris).
Bagian yang harus ada adalah bilah. Hulu keris dapat terpisah maupun menyatu
dengan bilah. Ganja tidak selalu ada, tapi keris-keris yang baik selalu memilikinya.
Keris sebagai senjata dan alat upacara dilindungi oleh sarung keris atau warangka.
BILAH KERIS
Bilah keris merupakan bagian utama yang menjadi identifikasi suatu keris.
Pengetahuan mengenai bentuk (dhapur) atau morfologi keris menjadi hal yang
penting untuk keperluan identifikasi. Bentuk keris memiliki banyak simbol spiritual
selain nilai estetika. Hal-hal umum yang perlu diperhatikan dalam morfologi keris
adalah kelokan (luk), ornamen (ricikan), warna atau pancaran bilah, serta pola
pamor. Kombinasi berbagai komponen ini menghasilkan sejumlah bentuk standar
(dhapur) keris yang banyak dipaparkan dalam pustaka-pustaka mengenai keris.
Untuk pegangan keris Jawa, secara garis besar terdiri dari sirah wingking ( kepala
bagian belakang ), jiling, cigir, cetek, bathuk (kepala bagian depan),weteng dan
bungkul.
Secara garis besar terdapat dua bentuk warangka, yaitu jenis warangka ladrang
yang terdiri dari bagian-bagian: angkup, lata, janggut, gandek, godong (berbentuk
seperti daun), gandar, ri serta cangkring. Dan jenis lainnya adalah jenis wrangka
gayaman (gandon) yang bagian-bagiannya hampir sama dengan wrangka ladrang
tetapi tidak terdapat angkup, godong, dan gandek.
Aturan pemakaian bentuk wrangka ini sudah ditentukan, walaupun tidak mutlak.
Wrangka ladrang dipakai untuk upacara resmi, misalkan menghadap raja, acara
resmi keraton lainnya (penobatan, pengangkatan pejabat kerajaan, perkawinan, dll)
dengan maksud penghormatan. Tata cara penggunaannya adalah dengan
menyelipkan gandar keris di lipatan sabuk (stagen) pada pinggang bagian belakang
(termasuk sebagai pertimbangan untuk keselamatan raja ). Sedangkan wrangka
gayaman dipakai untuk keperluan harian, dan keris ditempatkan pada bagian
depan (dekat pinggang) ataupun di belakang (pinggang belakang).
Untuk keris Jawa, menurut bentuknya pendok ada tiga macam, yaitu (1) pendok
bunton berbentuk selongsong pipih tanpa belahan pada sisinya, (2) pendok blewah
(blengah) terbelah memanjang sampai pada salah satu ujungnya sehingga bagian
gandar akan terlihat, serta (3) pendok topengan yang belahannya hanya terletak di
tengah. Apabila dilihat dari hiasannya, pendok ada dua macam yaitu pendok
berukir dan pendok polos (tanpa ukiran).
Keris Moro (kalis) dari Sulu, bilah tidak dituakan dan tidak berpamor.
Wilah, wilahan, atau bilah adalah bagian utama dari sebuah keris. Wilah keris
adalah logam yang ditempa sedemikian rupa sehingga menjadi senjata tajam. Wilah
terdiri dari bagian-bagian tertentu yang tidak sama untuk setiap wilahan, yang
biasanya disebut dapur, atau penamaan ragam bentuk pada wilah-bilah (ada
puluhan bentuk dapur). Sebagai contoh, bisa disebutkan dapur jangkung mayang,
jaka lola, pinarak, jamang murub, bungkul, kebo tedan, pudak sitegal, dll.
Pada pangkal wilahan terdapat pesi, yang merupakan ujung bawah sebilah keris
atau tangkai keris. Bagian inilah yang masuk ke pegangan keris (ukiran). Pesi ini
panjangnya antara 5 cm sampai 7 cm, dengan penampang sekitar 5 mm sampai 10
mm, bentuknya bulat panjang seperti pensil. Di daerah Jawa Timur disebut paksi, di
Riau disebut puting, sedangkan untuk daerah Serawak, Brunei dan Malaysia disebut
punting.
Pada pangkal (dasar keris) atau bagian bawah dari sebilah keris disebut ganja
(untuk daerah semenanjung Melayu menyebutnya aring). Di tengahnya terdapat
lubang pesi (bulat) persis untuk memasukkan pesi, sehingga bagian wilah dan ganja
tidak terpisahkan. Pengamat budaya tosan aji mengatakan bahwa kesatuan itu
melambangkan kesatuan lingga dan yoni, dimana ganja mewakili lambang yoni
sedangkan pesi melambangkan lingganya. Ganja ini sepintas berbentuk cecak,
bagian depannya disebut sirah cecak, bagian lehernya disebut gulu meled, bagian
perut disebut wetengan dan ekornya disebut sebit ron. Ragam bentuk ganja ada
bermacam-macam, wilut, dungkul, kelap lintah dan sebit rontal.
Luk, adalah bagian yang berkelok dari wilah-bilah keris, dan dilihat dari bentuknya
keris dapat dibagi dua golongan besar, yaitu keris yang lurus dan keris yang
bilahnya berkelok-kelok atau luk. Salah satu cara sederhana menghitung luk pada
bilah, dimulai dari pangkal keris ke arah ujung keris, dihitung dari sisi cembung dan
dilakukan pada kedua sisi seberang-menyeberang (kanan-kiri), maka bilangan
terakhir adalah banyaknya luk pada wilah-bilah dan jumlahnya selalu gasal (ganjil)
dan tidak pernah genap, dan yang terkecil adalah luk tiga (3) dan terbanyak adalah
luk tiga belas (13).
1. Keris lurus disebut Jalak 2. Keris Luk 3 disebut Jangkung 3. Keris Luk 5 disebut
Pendhawa 4. Keris Luk 7 disebut Sempana atau Sumpana 5. Keris Luk 9 disebut Jigja
6. Keris Luk 11 disebut Sabuk inten atau Carita 7. Keris Luk 13 disebut Sengkelat
1. Panji Anom 2. Jaka Tuwo 3. Bethok 4. Karna Tinandhing 5. Semar Bethak 6. Regol
7. Kebo Teki 8. Jalak Nguwuh 9. Sempani 10. Jamang Murub 11. Tumenggung 12.
Tilam Upih 13. Pasopati 14. Condhong Campur 15. Jalak Dhinding 16. Jalak Ngore
17. Jalak Sangu Tumpeng 18. Mendarang 19. Mesem 20. Semar Tinandhu 21 Ron
Teki 22. Sujen Ampel 23. Kelap Lintah 24. Yuyu Rumpung 25. Brojol 26. Laler
Mengeng 27. Puthut 28. Jalak Sumelang Gandring 29. Mangkurat 30. Mayat Miring
31. Kalam Munyeng 32. Pinarak 33. Marak 34. Jalak Tilamsari 35.Tilamsari 36. Jalak
Lola 37. Wora-wari 38. Wora-wari 39. Sinom 40. Kala Misani
Dhapur luk tiga (3) 1. Jangkung Pacar 2. Maesa Soka 3. Maesa Nempuh 4. Mayat 5.
Jangkung Pacar 6. Tebu Sauyun 7. Bango Dholok 8. Manglar Munya 9. Campur
Bawur 10. Segara Winotan 11. Jangkung Cinarita
Dhapur Luk Tujuh (7) 1. Balebang 2. Murma Malela 3. Crubuk 4. Jaran Goyang 5.
Naga-Kras 6. Sempana Punjul 7. Sempana Bungkem 8. Crita Casapta
Dhapur Luk Sembilan (9) 1. Kidang Mas 2. Panji Sekar 3. Sempana 4. Jaruman 5.
Jarudheh 6. Paniwen 7. Panimbal 8. Kidang Soka 9. Carang Soka 10. Sabuk Tampar
11. Buto Ijo 12. Sempana Kalenthang 13. Crita Kanawa
Dhapur Luk Sebelas (11) 1. Carita Bungkem 2. Carita Prasaja 3. Carita Kaprabon 4.
Carita Daleman 5. Sabuk Inten 6. Cluring Regol 7. Carita Genengan 8. Carita Gandhu
9. Sabuk Tali 10. Jaka Wuru
Dhapur Luk 17, 19, 21, 25, dan 29 Luk 17 Ngamper Buta Lancingan Luk 19
Trimurda Kala Tinantang Luk 21 Drajit Trisirah Luk 25 Bima Kurdha Luk 27 Taga
Wirun Luk 29 Kalabendu
Keris-keris pusaka keraton hanya sampai berluk13 saja. Keris yang berluk lebih
dari 13 disebut keris Kalawijen atau Palawijan, keris kalawija, atau keris tidak lazim
dan tidak termasuk Pusaka Keraton.
D. PEMBUATAN KERIS
Logam dasar yang digunakan dalam pembuatan keris ada dua macam logam adalah
logam besi dan logam pamor, sedangkan pesi keris terbuat dari baja. Untuk
membuatnya ringan para Empu selalu memadukan bahan dasar ini dengan logam
lain. Keris masa kini (nèm-nèman, dibuat sejak abad ke-20) biasanya memakai
logam pamor nikel. Keris masa lalu (keris kuna) yang baik memiliki logam pamor
dari batu meteorit yang diketahui memiliki kandungan titanium yang tinggi, di
samping nikel, kobal, perak, timah putih, kromium, antimonium, dan tembaga. Batu
meteorit yang terkenal adalah meteorit Prambanan, yang pernah jatuh pada abad
ke-19 di kompleks percandian Prambanan.
Pembuatan keris bervariasi dari satu empu ke empu lainnya, tetapi terdapat
prosedur yang biasanya bermiripan. Berikut adalah proses secara ringkas menurut
salah satu pustaka.[15] Bilah besi sebagai bahan dasar diwasuh atau dipanaskan
hingga berpijar lalu ditempa berulang-ulang untuk membuang pengotor (misalnya
karbon serta berbagai oksida). Setelah bersih, bilah dilipat seperti huruf U untuk
disisipkan lempengan bahan pamor di dalamnya. Selanjutnya lipatan ini kembali
dipanaskan dan ditempa. Setelah menempel dan memanjang, campuran ini dilipat
dan ditempa kembali berulang-ulang. Cara, kekuatan, dan posisi menempa, serta
banyaknya lipatan akan memengaruhi pamor yang muncul nantinya. Proses ini
disebut saton. Bentuk akhirnya adalah lempengan memanjang. Lempengan ini lalu
dipotong menjadi dua bagian, disebut kodhokan. Satu lempengan baja lalu
ditempatkan di antara kedua kodhokan seperti roti sandwich, diikat lalu dipijarkan
dan ditempa untuk menyatukan. Ujung kodhokan lalu dibuat agak memanjang
untuk dipotong dan dijadikan ganja. Tahap berikutnya adalah membentuk pesi,
bengkek (calon gandhik), dan terakhir membentuk bilah apakah berluk atau lurus.
Pembuatan luk dilakukan dengan pemanasan.
Tahap terakhir, yaitu penyepuhan, dilakukan agar logam keris menjadi logam besi
baja. Pada keris Filipina tidak dilakukan proses ini. Penyepuhan ("menuakan
logam") dilakukan dengan memasukkan bilah ke dalam campuran belerang, garam,
dan perasan jeruk nipis (disebut kamalan). Penyepuhan juga dapat dilakukan
dengan memijarkan keris lalu dicelupkan ke dalam cairan (air, air garam, atau
minyak kelapa, tergantung pengalaman Empu yang membuat). Tindakan
penyepuhan harus dilakukan dengan hati-hati karena bila salah dapat membuat
bilah keris retak.
Selain cara Penyepuhan yang lazim seperti diatas dalam penyepuhan Keris dikenal
pula Sepuh jilat yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dijilati dengan
lidah, Sepuh Akep yaitu pada saat logam Keris membara diambil dan dikulum
dengan bibir beberapa kali dan Sepuh Saru yaitu pada saat logam Keris membara
diambil dan dijepit dengan alat kelamin wanita (Vagina) Sepuh Saru ini yang
terkenal adalah Nyi Sombro, bentuk kerisnya tidak besar tapi disesuaikan.[butuh
rujukan]
E. MACAM-MACAM KERIS
1. Keris lurus disebut Jalak
F. DAPUR KERIS
Apa Itu Dhapur Keris ?
Apa Itu Dhapur Keris ? Dhapur Keris adalah penamaan ragam bentuk atau tipe
keris, sesuai dengan ricikan yang terdapat pada keris itu dilihat dari jumlah luknya.
Penamaan dapur keris ada patokannya, ada pembakuannya. Dalam dunia
perkerisan, patokan atau pembakuan ini biasanya disebut pakem dapur keris.
Misalnya, keris yang bentuknya lurus, memakai gandik polos, tikel alis, danpejetan,
disebut keris dapur Tilam Upih.
Jadi, semua keris yang bentuknya seperti itu, namanya tetap dapur Tilam Upih.
Keris buatan mana pun atau buatan siapa pun, kalau bentuknya seperti itu,
namanya tetap dapur Tilam Upih. Pembedaan selanjutnya adalah dengan melihat
tangguh (era/zaman pembuatan, atau gaya pembuatan), melihat gambaran bentuk
pamornya, dan memperkirakan empu pembuatnya.
Itulah sebabnya, keris berdapur Tilam Upih mungkin ada ratusan ribu jumlahnya,
dan bahkan dapur Nagasasra yang terkenal itu ada puluhan ribuan pula jumlahnya.
Bila dibandingkan dengan dunia otomotif, bentuk mobil juga dapat dibadakan
antara jeep, truk, bis, sedan, pick-up, dsb. Jumlah jeep di dunia ini mungkin ada
jutaan buah, tetapi masing-masing dapat dibedakan karena merknya berlainan,
tahun pembuatannya ber-beda, warnanya berbeda, dan interior serta variasinya
pun berlainan satu sama lain.
Demikian pula dengan keris. Walaupun ada ratusan keris yang dapurnya sama,
antara satu dan lainnya selalu dapat dibedakan. Dunia perkerisan di masyarakat
suku bangsa Jawa mengenal 145 macam dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang
dianggap sebagai dapur keris yang baku atau mengikuti pakem hanya sekitar 120
macam.
Serat Centini, salah satu sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman
dapur keris yang pakem, memuat rincian jumlah dapur keris sebagai berikut: Keris
lurus ada 40 macam dapur. Keris luk 3 (tiga) ada 11 macam. Keris luk 5 (lima) ada
12 macam. Keris luk 7 (tujuh) ada 8 macam. Keris luk 9 (sembilan) ada 13 macam.
Keris luk 11 (sebelas) ada 10 macam. Keris luk 13 (tigabelas) ada 11 macam. Keris
luk 15 (limabelas) ada 3 macam. Keris luk 17 (tujuhbelas) ada 2 macam. Keris luk
19 (sembilan belas) sampai luk 29 (dua puluh sembilan) masing-masing ada
semacam.
Namun, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur
yang dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus
ada 44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas
adal 1 macam, luk limabelas ada 6 macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk
sembilanbelas sampai luk duapuluh sembilan ada dua macam, dan luk tigapuluh
lima ada semacam. Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade tahun 1990-
an, lebih banyak lagi. Di Pulau Jawa pada umumnya, dan Jawa Tengah, Jawa Timur
khususnya, serta Pulau Madura orang mengenal ragam bentuk dapur keris sebagai
berikut :
Dhapur luk tiga (3) 1. Jangkung Pacar 2. Maesa Soka 3. Maesa Nempuh 4. Mayat 5.
Jangkung Pacar 6. Tebu Sauyun 7. Bango Dholok 8. Manglar Munya 9. Campur
Bawur 10. Segara Winotan 11. Jangkung Cinarita
Dhapur Luk Tujuh (7) 1. Balebang 2. Murma Malela 3. Crubuk 4. Jaran Goyang 5.
Naga-Kras 6. Sempana Punjul 7. Sempana Bungkem 8. Crita Casapta
Dhapur Luk Sembilan (9) 1. Kidang Mas 2. Panji Sekar 3. Sempana 4. Jaruman 5.
Jarudheh 6. Paniwen 7. Panimbal 8. Kidang Soka 9. Carang Soka 10. Sabuk Tampar
11. Buto Ijo 12. Sempana Kalenthang 13. Crita Kanawa
Dhapur Luk Sebelas (11) 1. Carita Bungkem 2. Carita Prasaja 3. Carita Kaprabon 4.
Carita Daleman 5. Sabuk Inten 6. Cluring Regol 7. Carita Genengan 8. Carita Gandhu
9. Sabuk Tali 10. Jaka Wuru
Dhapur Luk 17, 19, 21, 25, dan 29 Luk 17 Ngamper Buta Lancingan Luk 19
Trimurda Kala Tinantang Luk 21 Drajit Trisirah Luk 25 Bima Kurdha Luk 27 Taga
Wirun Luk 29 Kalabendu
Keris-keris pusaka keraton hanya sampai berluk13 saja. Keris yang berluk lebih
dari 13 disebut keris Kalawijen atau Palawijan, keris kalawija, atau keris tidak lazim
dan tidak termasuk Pusaka Keraton.
Dhapur Keris Lurus :
Betok
Brojol
Tilam Upih
Jalak
Panji Anom
Jaka Supa
Semar Betak
Regol
Karna Tinanding
Kebo Teki
Kebo Lajer atau Mahesa Lajer
Jalak Ruwuh
Sempane Bener
Jamang Murub
Tumenggung
Pantrem
Sinom Worawari
Condong Campur
Kalamisani
Pasopati
Jalak Dinding
Jalak Sumelang Gandring
Jalak Ngucup Madu
Jalak Sangu Tumpeng
Jalak Ngore
Mundarang
Yuyu Rumpung
Mesem
Semar Tinandu
Ron Teki
Dungkul
Kelap Lintah
Sujen Ampel
Lar Ngatap
Mayat Miring
Kanda Basuki
Putut Kembar
Mangkurat
Sinom
Kala Munyeng
Pinarak
Tilam Sari
Jalak Tilam Sari
Wora Wari
Marak
Damar Murub
Jaka Lola
Sepang
Cundrik
Cengkrong
Naga Tapa
Jalak Ngoceh
Kala Nadah
Balebang
Pundhak Sategal
Kala Dite
Pandan Sarawa
Jalak Barong atau Jalak Makara
Bango Dolok Leres
Singa Barong Leres
Kikik
Mahesa Kantong
Maraseba
Jangkung Pacar
Jangkung Mangkurat
Mahesa Nempuh
Mahesa Soka
Jangkung Segara Winotan (Mangku Negoro)
Jangkung
Campur Bawur
Tebu Sauyun
Bango Dolok
Lar Monga
Pudhak Sategal Luk 3
Singa Barong Luk 3
Kikik Luk 3
Mayat
Wuwung
Mahesa Nabrang
Anggrek Sumelang Gandring
Carubuk
Sempana Bungkem
Balebang Luk 7
Murna Malela
Naga Keras
Sempana Panjul
Jaran Guyang
Singa Barong Luk 7
Megantara
Carita Kasapta
Naga Kikik Luk 7
Dapur Keris Luk 9 :
Sempana
Kidang Soka
Carang Soka
Kidang Mas
Panji Sekar
Jurudeh
Paniwen
Panimbal
Sempana Kalentang
Jaruman
Sabuk Tampar
Singa Barong Luk 9
Buto Ijo
Carita Kanawa Luk 9
Kidang Milar
Klika Benda
Dapur Keris Luk 11 :
Carita
Carita Daleman
Carita Keprabon
Carita Bungkem
Carita Gandu
Carita Prasaja
Carita Genengan
Sabuk Tali
Jaka Wuru
Balebang Luk 11
Sempana Luk 11
Santan
Singa Barong Luk 11
Naga Siluman Luk 11
Sabuk Inten
Jaka Rumeksa
Dapur Keris Luk 13 :
Sengkelat
Parung Sari
Caluring
Johan Mangan Kala
Kantar
Sepokal
Lo Gandu
Nagasasra
Singa Barong Luk 13
Carita Luk 13
Naga Siluman Luk 13
Mangkunegoro
Bima Kurdo Luk 13
Kalawelang Luk 13
Dapur Keris Luk 15 :
Carang Buntala
Sedet
Raga Wilah
Raga Pasung
Mahesa Nabrang
Carita Buntala Luk 15
Dapur Keris Luk 17 :
Carita Kalentang
Sepokal Luk 17
Kancingan
Ngamper Buta
Dapur Keris Luk 19 :
Trimurda
Karacan
Bima Kurda Luk 19
Dapur Keris Luk 21 :
Kala Tinanding
Trisirah
Drajid
Dapur Keris Luk 25
Bima Kurda Luk 25
Dapur Keris Luk 27
Taga Wirun
Dapur Keris Luk 29
Kala Wendu Luk 29
https://www.kibrispdr.org/detail-1/macam-macam-dapur-keris-dan-
gambarnya.html
https://duniakeris.com/series/nama-jenis-dhapur-keris-bentuk-ricikan/
G. PAMOR KERIS
https://duniakeris.com/category/artikel/pamor-keris/
H. KEGUNAAN KERIS
I.
Macam – Macam Dapur Tombak Menurut Pakem Jawa :
Dapur Tombak Lurus :
Baru
Baru Teropong
Baru Kuping atau Sipat Kelor
Buta Meler
Pandu
Panggang Lele
Dapur Tombak Luk 5 :
Daradasih
Rangga
Panggang Welut
Dora Manggala
Seladang Hasta
Daradasih Menggah
Dapur Tombak Luk 7 :
Karacan
Megantara
Lung Gandu
Dapur Tombak Luk 9 :
Bandotan
Dapur Tombak Luk 11 :
Carita Anoman
Carita Blandongan
Dapur Tombak Luk Khusus :
Cacing Kanil (Luk 3, 5, 7)
Banyak Angkrem
Kuntul Ngantuk
Dapur Tombak Kalawaijan :
Tunjung Astra
Nagendra
Wulan Tumanggal
Dwisula
Trisula
Catursula
Pancasula
Rosan Dita
Dapur Pedang Menurut Pakem Jawa :
Lameng
Bandol
Luwuk
Lar Bango
Sada
Tebalung
Suduk Maru
Sokayana
Sabet
https://docplayer.info/search/?q=GUYON+KIYAI+SEPUH