Anda di halaman 1dari 15

NAMA – NAMA SENJATA TRADISIONAL 34 PROVINSI

1. Senjata Tradisional Aceh

Senjata tradisional Aceh bernama Rencong atau dalam bahasa setempat disebut Rintjong.
Rencong adalah sebilah pedang pendek dengan gagang atau pegangan yang dibuat
melengkung 90 derajat. Senjata tradisional ini telah ada semenjak masa Kesultanan Aceh
pada kepemimpinan sultan pertamanya yakni Sultan Ali Mughayat Syah. Dahulunya rencong
digunakan sebagai alat perlindungan diri bagi para pria bangsawan. Namun, kini ia lebih
berfungsi sebagai pelengkap hiasan pakaian adat Aceh Ulee Balang. Karena kepopuleran
Rencong, terkadang masyarakat dunia bahkan sampai menjuluki Aceh dengan sebutan
"Tanah Rencong".

2. Senjata Tradisional Sumatera Utara

Orang Batak di Sumatera Utara memiliki senjata tradisional yang bernama Piso Gaja
Dompak. Pisau ini adalah sebuah senjata berupa pisau dengan ukiran penampang berbentuk
gajah pada bagian tangkai senjatanya. Piso Gaja Dompak dahulunya digunakan secara
terbatas pada kalangan raja-raja Batak dan mulai ada sejak masa kepemimpinan Raja
Sisingamaraja I. Kekuatan supranatural yang diyakini dimiliki oleh pisau ini membuat ia
tidak dibuat secara masal dan hanya diwariskan secara turun temurun.
3. Senjata Tradisional Riau

Masyarakat Melayu Riau memiliki senjata tradisional yang bernama Pedang Jenawi. Pedang
ini adalah sebuah pedang panjang yang bilahnya terbuat dari baja. Bentuk bilahnya sendiri
lurus dan meruncing di bagian ujungnya. Pedang Jenawi dulunya digunakan para panglima
perang Kerajaan Sriwijaya sebagai sarana perlindungan diri dan alat menyerang lawan.
Keberadaannya kini mulai langka, padahal semakin banyak kolektor senjata tradisional yang
selama ini terus memburunya. Selain Pedang Jenawi, sebetulnya ada beberapa senjata
tradisional Riau lainnya yang tak kalah unik. Di antaranya yang tergolong senjata pendek
seperti jembia, beladau, belati, keris, badik, dan sabit; serta senjata panjang seperti kojou,
tombak, seligi, dan sundang.

4. Senjata Tradisional Sumatera Barat

Suku Minang di Sumatera Bara memiliki senjata tradisional yang bernama Karih. Karih
adalah sebuah senjata berbentuk seperti keris tapi tidak memiliki lekuk-lekukan seperti keris
di Jawa. Dahulunya, Karih digunakan untuk perlindungan diri dari musuh atau binatang buas
saat para pria tengah bekerja. Ia diletakan diselipkan depan pinggang agar sewaktu-waktu
mudah diambil. Untuk saat ini, karih biasanya hanya dikenakan para mempelai pria sebagai
pelengkap pakaian adat yang dikenakannya.
5. Senjata Tradisional Kepulauan Riau

Dalam budaya masyarakat Kepulauan Riau, dikenal senjata tradisional yang bernama Badik
Tumbuk Lado. Senjata ini berupa sebuah senjata tikam yang berukuran panjang antara 27 sd
29 cm dan lebar antara 3,5 sampai 4,0 cm. Dahulunya, badik tumbuk lado digunakan para
pria sebagai pelengkapan berburu dan alat perlindungan diri. Namun, saat ini fungsinya telah
beralih menjadi pelengkap pakaian adat Kepulauan Riau yang biasa dikenakan mempelai pria
saat upacara pernikahannya.

6. Senjata Tradisional Kepulauan Bangka Belitung

Masyarakat Bangka Belitung sebetulnya memiliki beragam jenis senjata tradisional, hanya
saja yang paling dikenal di kancah Nusantara adalah senjata yang bernama Siwar Panjang.
Siwar Panjang adalah sebuah pedang lurus, rata, pipih dan ringan yang 2 matanya tajam
seperti silet. Senjata yang sekilas mirip dengan Mandau khas suku Dayak di Kalimantan ini
dulunya digunakan sebagai alat perang masyarakat Bangka saat melawan penjajahan merebut
kemerdekaan.

7. Senjata Tradisional Jambi


Masyarakat Melayu Jambi juga memiliki senjata tradisional yang sama dengan senjata
tradisional masyarakat Kepulauan Riau, yakni Badik Tumbuk Lado. Tak mengherankan,
masyarakat kedua provinsi ini secara historis dan antropologis memang memiliki kedekatan
budaya. Namun, antara badik Tumbuk Lado dari Jambi dan yang dari Kepulauan Riau
terdapat sedikit perbedaan ciri khas. Badik tumbuk lado khas Jambi umumnya cenderung
lebih pendek dan memiliki ukiran yang lebih banyak.

8. Senjata Tradisional Sumatera Selatan

Sumatera Selatan memiliki senjata tradisional yang bernama Tombak Trisula. Tombak ini
berupa sebuah pedang kecil dengan mata tiga. Tombak Trisula diyakini berasal dari budaya
Hindu dan Budha yang sempat berkembang di wilayah Kerajaan Sriwijaya di masa silam.
Keyakinan ini didasari oleh kemiripan bentuk senjata tradisional ini dengan senjata tombak
trisula milik Dewa Siwa dalam mitologi agama Hindu.

9. Senjata Tradisional Bengkulu

Ada 3 jenis senjata tradisional yang dikenal dalam budaya masyarakat Bengkulu. Ketiganya
adalah Badik, Kuduk, dan Rudus. Badik adalah sebuah pisau kecil bermata satu yang
digunakan sebagai sarana perlindungan diri. Kuduk adalah senjata tusuk tajam dengan ujung
meruncing, ia juga disebut senjata Rambai ayam karena bentuknya seperti taji ayam
Bangkok. Sementara Rudus adalah pedang panjang yang dulunya digunakan sebagai alat
perang.
10. Senjata Tradisional Lampung

Masyarakat adat Lampung mengenal banyak ragam dan jenis senjata tradisional, seperti
Candung (Golok), Kekhis (Keris), Badik, Lading (Pisau), dan Terapang. Kendati begitu, yang
paling unik di antara semua senjata tradisional Lampung tersebut adalah Terapang. Terapang
adalah senjata yang berwujud seperti sebulah keris dengan lekukan yang hanya sedikit,
bahkan nyaris rata. Perlu diketahui bahwa, Terapang juga dikenal dalam budaya masyarakat
Melayu di Provinsi lainnya.

11. Senjata Tradisional Jawa Barat

Masyarakat Sunda di Jawa Barat mengenal beragam perkakas senjata dalam kehidupannya
sehari-hari. Salah satu yang cukup dikenal adalah senjata tradisionalnya yang bernama
Kujang. Kujang diperkirakan mulai ada sejak awal abad 8 M. Ia dibuat dari baja yang
ditempa dan dilengkapi beragam bahan pamor. Panjangnya tidak lebih dari 25 cm dengan
berat sekitar 300 gr. Beberapa ahli meyakini kata “Kujang" sejatinya berasal dari kata
“Kudihyang”, kudi berarti Manusia dan Hyang berarti Tuhan. Kujang sendiri sebetulnya
secara struktur tidak memungkinkan untuk dijadikan sarana perlindungan diri. Ia lebih
menonjolkan sisi estetisnya dibanding sisi praktisnya.

12. Senjata Tradisional Banten


Masyarakat Banten secara umum memiliki kedekatan budaya dengan masyarakat Sunda di
Jawa Barat. Oleh karena itu, beberapa simbol budaya antara keduanya juga banyak
kemiripan. Hal ini dapat dilihat dari jenis senjata tradisional yang digunakan masyarakatnya
di masa silam. Masyarakat Banten juga menggunakan Kujang sebagai senjata tradisionalnya.
Kujang khas Banten sama seperti Kujang yang berasal dari Jawa Barat, baik secara struktur,
bahan pembuatan, maupun dari sisi fungsinya.

13. Senjata Tradisional Jakarta

Hingga saat ini, kita bisa melihat kebiasaan masyarakat suku Betawi, utamanya para pria
yang selalu menyelipkan Golok di pinggang ketika memakai pakaian adatnya. Golok
memang memiliki 2 fungsi dalam budaya Betawi, yang pertama sebagai aksesoris yang
mempercantik penampilan saat mengenakan pakaian adat, dan fungsi praktis sebagai senjata
tradisional. Golok khas Betawi memiliki satu bagian mata yang tajam. Sementara satu bagian
lainnya tidak tajam. Ia juga dilengkapi dengan serangka yang dipakai pada saat golok tidak
sedang digunakan. Senjata Tradisional Jawa Tengah

14. Senjata Tradisional Jawa Tengah

Selama ini, Suku Jawa di Jawa Tengah mengenal Keris sebagai senjata tradisionalnya. Keris
adalah sebuah senjata tikam yang termasuk golongan belati. Bentuknya menyempit ke bagian
ujung dengan bilah yang berkelok-kelok. Beberapa keris memiliki serat-serat logam berwarna
cerah di bagian bilahnya yang berfungsi sebagai pamor untuk mempercantik tampilannya.
Selain itu, keris juga diyakini dapat diisi oleh kekuatan supranatural tertentu untuk
meningkatkan keampuhannya. Keris sejak 2005 lalu telah terdaftar sebagai Warisan Budaya
Dunia Non-Bendawi Manusia di UNESCO. Senjata Tradisional Yogyakarta
15. Senjata Tradisional Yogyakarta

Masyarakat Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat secara antropologis memiliki budaya


masyarakat Jawa Tengah. Keduanya memang berasal dari satu suku yang sama yaitu Suku
Jawa. Oleh karenanya, senjata tradisional yang dikenal masyarakat Yogyakarta sama dengan
senjata tradisional yang dikenal masyarakat Jawa Tengah, yaitu Keris. Dalam budaya
masyarakat Yogyakarta, keris biasanya diselipkan di bagian belakang pinggang bersama
serangkanya yang penuh ukiran. Senjata Tradisional Jawa Timur

16. Senjata Tradisional Jawa Timur

Masyarakat Madura di Jawa Timur memiliki senjata tradisional yang khas dan berbeda
dengan senjata tradisional suku-suku lainnya di Indonesia. Senjata tersebut bernama Celurit.
Celurit Madura secara praktis berfungsi sebagai alat pertanian yang membantu para peternak
Madura mencari pakan untuk sapi dan kerbaunya. Ia juga secara khusus dapat berguna
sebagai identitas status sosial masyarakat kaum pria dan sarana perlindungan diri dari musuh
atau binatang buas.

17. Senjata Tradisional Kalimantan Barat

Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Barat memiliki senjata tradisional yang bernama
Dohong. Dohong adalah sebuah mata tombak yang dapat pula digunakan sebagai pisau.
Panjangnya sekitar 8 inch dan dipercaya sebagai senjata tradisional Dayak yang paling tua.
Jika digunakan sebagai pisau, dohong akan dilengkapi dengan gagang bulat dan sebuah
serangka yang terbuat dari kayu. Dahulunya, Dohong digunakan sebagai senjata perang.
Namun kini ia lebih sering dipakai sebagai alat pemotong tali pusar bayi yang baru lahir dan
sebagai alat untuk menyembelih hewan korban. Dengan kegunaan tersebut, Dohong saat ini
umumnya hanya dimiliki oleh Pisur atau Ketua adat Dayak. Senjata Tradisional Kalimantan
Selatan

18. Senjata Tradisional Kalimantan Selatan

Masyarakat suku Banjar di Kalimantan Selatan memiliki senjata tradisional yang bernama
Keris Bujak Beliung. Keris Bujak Beliung adalah sebuah senjata berupa keris dengan 7
lekukan dangkal. Sekilas, keris Bujak Beliung memiliki kemiripan dengan keris dari Jawa. Ia
dibuat dari baja dengan gagang dari kayu ulin. Senjata ini dulunya digunakan sebagai alat
perlindungan diri bagi seorang pria saat berburu dan sebagai alat perang. Namun, fungsinya
kini telah beralih sebagai pelengkap pakaian adat tradisional yang dikenakan para mempelai
pria saat pesta perkawinannya. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah

19. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah

Masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan Barat selain mengenal Dohong, mereka juga
mengenal Sumpit sebagai senjata tradisionalnya. Sumpit adalah senjata yang digunakan
dengan cara ditiup. Lebih tepatnya, anak mata sumpit dimasukan ke dalam tangkai berlubang
yang panjangnya sekitar 1 sd 1,5 meter dan penggunaanya akan membidik sasaran lalu
meniup ujungnya hingga mata sumpit meluncur dengan kencang. Anak mata sumpit biasanya
akan dilengkapi dengan racun mematikan, terlebih jika ia digunakan dalam perburuan. Pada
perkembangannya, senjata tradisional ini juga biasa digunakan dalam perang antar suku di
masa silam. Senjata Tradisional Kalimantan Timur
20. Senjata Tradisional Kalimantan Timur

Mandau sebetulnya dikenal dalam budaya masyarakat Dayak, baik yang bermukim di
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara. Akan
tetapi bagi masyarakat Nusantara, senjata ini telah dikenal sebagai senjata tradisional
Kalimantan Timur. Mandau adalah senjata berupa parang bergagang tanduk rusa dengan satu
sisi bilah tajam. Di bagian bilah yang tumpul, Mandau umumnya dilengkapi dengan ukiran-
ukiran etnik atau lubang-lubang yang ditutup tembaga atau kuningan sebagai pamornya.
Mandau umumnya dilengkapi dengan sarung bilah yang terbuat dari kayu dan dihiasi ukiran-
ukiran etnik. Sarung bilah ini disebut dengan istilah Kumpang. Selain ukiran, kumpang
umumnya juga akan dihiasi dengan anyaman rotan sebagai tali saat dikenakan di pinggang
pemakainya. Senjata Tradisional Kalimantan Utara

21. Senjata Tradisional Kalimantan Utara

Sebagai provinsi pecahan dari Kalimantan Timur, Kalimantan Utara juga mengangkat
Mandau sebagai senjata tradisionalnya. Tak bisa dipungkiri, secara demografis masyarakat
Kalimantan Utara juga didominasi oleh orang-orang suku Dayak sebagai masyarakat aslinya.
Oleh karena itu, semua elemen budaya dari provinsi ini juga tak jauh berbeda dengan elemen-
elemen budaya yang kita dapat temukan dalam kehidupan orang-orang suku Dayak, baik itu
dari rumah adat, pakaian adat, lagu daerah, dan lain sebagainya.

22. Senjata Tradisional Sulawesi Selatan


Masyarakat suku Bugis, Makassar, dan Mandar di Provinsi Sulawesi Selatan mengangkat
Badik atau badek sebagai senjata tradisionalnya. Badik adalah pisau bermata tunggal yang
bentuknya asimetris seperti keris dengan bilah berhias pamor. Dahulu, Badik digunakan para
petani untuk berburu atau membunuh hewan hutan yang merusak tanamannya. Pada
perkembangannya, ia juga digunakan sebagai sarana perlindungan diri bagi mereka yang
sering merantau. Seperti diketahui, orang Bugis adalah orang yang dikenal sangat gemar
merantau. Dengan menyematkan badik di pinggangnya, mereka akan merasa terlindungi
meski masuk ke wilayah kampung yang asing. Sebagai senjata tradisional Sulawesi Barat,
Badik sendiri ada beberapa jenis, di antaranya Badik Raja, Badik Lagecong, Badik Luwu,
dan Badik Lompo Battang. Senjata Tradisional Sulawesi Barat

23. Senjata Tradisional Sulawesi Barat

Sulawesi Barat adalah provinsi pecahan Sulawesi Selatan yang terbentuk sejak tahun 2000
silam. Provinsi ini dihuni oleh masyarakat suku Mandar dan Bugis sebagai entitas
terbesarnya. Oleh karena itu, budaya masyarakat provinsi ini juga tidak jauh berbeda dengan
budaya masyarakat Sulawesi Selatan. Salah satu buktinya adalah kepopuleran Badik sebagai
senjata tradisionalnya. Badik Sulawesi Barat dan Badik Sulawesi Selatan tidak memiliki
perbedaan signifikan, baik dari segi bentuk, hiasan, maupun dari nilai fungsi yang
dimilikinya. Senjata Tradisional Sulawesi Tengah

24. Senjata Tradisional Sulawesi Tengah

Senjata tradisional yang berasal dari Sulawesi Tengah bernama Pasatimpo. Pasatimpo adalah
senjata tikam sejenis keris dengan bagian tangkai pegangan yang bengkok ke bawah. Dahulu,
Pasatimpo memiliki banyak kegunaan, misalnya untuk memotong hewan buruan, mencari
kayu bakar, atau sebagai sarana perlindungan diri. Selain itu, karena dipercaya memiliki
kekuatan magis, ia juga digunakan sebagai pengusir roh jahat dalam tari-tarian penyembuh.
Kini, seiring kemajuan zaman, Pasatimpo cenderung lebih sering digunakan sebagai aksesoris
pakaian adat. Para penari tradisional menggunakannya dengan mengikatkan senjata tersebut
di pinggang kirinya. Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara
25. Senjata Tradisional Sulawesi Tenggara

Orang-orang suku Buton di Sulawesi Tenggara mengenal Keris sebagai senjata


tradisionalnya. Keris Buton memiliki kesamaan bentuk dan fungsi seperti keris pada
umumnya. Akan tetapi, senjata khas Sulawesi Tenggara ini lebih kental dengan ornamen
warna keemasan. Selain itu, tambahan pamor pada bilahnya juga cukup banyak dengan pola
geometris. Pada bagian pegangan yang terbuat dari kayu, keris ini dilengkapi dengan ukiran
berbentuk manusia. Keris Buton dulunya hanya dikenal oleh kalangan kerajaan, namun kini
ia lebih sering digunakan sebagai aksesoris yang mempercantik tampilan seorang pengantin
pria saat mengenakan pakaian adat. Senjata Tradisional Sulawesi Utara

26. Senjata Tradisional Sulawesi Utara

Masyarakat suku Sangihe di Sulawesi Utara mempunyai senjata tradisional yang bernama
pedang Bara Sangihe. Senjata ini terbilang unik karena bentuknya yang menyerupai bentuk
buaya. Bagian ujung bilah pada pedang ini bercabang dengan gerigi-gerigi yang menyerupai
mulut buaya. Ujung yang bercabang juga terdapat di bagian tangkai pegangannya yang
terbuat dari kayu. Pedang Bara Sangihe dulunya adalah senjata yang digunakan salah satu
pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara, yaitu Hengkeng U Nang. Pahlawan yang lahir di
tahun 1590 ini dikenal sebagai seorang yang mahir memainkan pedang. Pedang Bara Sangihe
sendiri diyakini mulai ada pada zamannya. Senjata Tradisional Gorontalo
27. Senjata Tradisional Gorontalo

Senjata tradional Gorontalo bernama Wamilo. Wamilo adalah sebuah senjata yang bentuknya
menyerupai golok, tapi ujung bilahnya agak melengkung sedikit ke arah bawah. Senjata ini
biasanya diselipkan pada pria pada sarung yang dikenakan dipinggangnya. Ia hanya
digunakan sebagai sarana perlindungan diri saat bekerja di kebun atau saat berburu di hutan.
Selain Wamilo, terdapat beberapa senjata tradional lainnya dari masyarakat Gorontalo yaitu
Bitu’o (sejenis keris), Badik, Sabele (sejenis parang), dan Travalla.

28. Senjata Tradisional Maluku

Masyarakat Maluku secara umum mengangkat Parang Salawaku sebagai senjata


tradisionalnya. Senjata ini adalah sebuah senjata yang terdiri atas sebilah pisau panjang
(parang) dan sebuah perisai (salawaku). Parang terbuat dari besi sepanjang 1 meter yang
ditempa dengan gagang dari kayu gapusa. Sementara Salawaku terbuat dari kayu keras
dengan hiasan etnik dari kulit kerang. Di masa silam, Parang Sawalaku digunakan sebagai
alat perang. Namun, seiring perkembangan zaman, ia kini hanya digunakan sebagai aksesoris
penari Cakalele sebagai perlambang kegagahan dan kekuatan para pria. Parang Salawaku
dapat kita temukan pada logo Pemerintah Provinsi Maluku. Bagi masyarakat Maluku, senjata
mereka ini merupakan simbol kemerdekaan rakyat Senjata Tradisional Maluku Utara

29. Senjata Tradisional Maluku Utara


Maluku Utara adalah provinsi yang baru memecahkan diri dari Provinsi Maluku pada tahun
2002 silam. Secara demografis, masyarakat Maluku utara memiliki kedekatan budaya dengan
masyarakat provinsi Maluku. Oleh karena itu, senjata tradisional yang diangkat sebagai ikon
budaya provinsi ini juga sama, yaitu Parang Salawaku. Parang Salawaku khas Maluku Utara
tidak memiliki perbedaan yang spesifik dengan Parang Salawaku Maluku, baik dari segi
bentuk, fungsi, maupun penggunaannya. Senjata Tradisional Bali

30. Senjata Tradisional Bali

Masyarakat Provinsi Bali mengenal banyak sekali jenis senjata tradisional, di antaranya
Keris, Tombak, Tiuk, Taji, Kandik, Caluk, Arit, Udud, Gelewang, Trisula, Panah, Penampad,
Garot, Tulud, Kis-Kis, dan lain sebagainya. Namun di antara banyak senjata tersebut, yang
paling unik dan indah adalah Keris Bali. Secara struktur, keris Bali memiliki kesamaan
dengan keris pada umumnya. Hanya saja, pada senjata ini kita dapat menemukan beragam
ukiran baik pada bilah, gagang, maupun pada sarung bilah atau carangkanya. Ukiran-ukiran
tersebut bisa berupa bentuk dewa, raksasa, pedande (pendeta), penari, dan bentuk pertapa
hutan. Bahkan, kita juga dapat menemukan keris Bali dengan tahta emas dan batu mulia.
Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat

31. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Barat


Orang-orang suku Sasak di Provinsi Nusa Tenggara Barat mengenal senjata tradisional yang
bernama Tulup. Tulup adalah senjata yang serupa dengan sumpit tapi ukurannya lebih
panjang. Senjata tradisional ini biasa digunakan oleh orang-orang suku Sasak untuk berburu.
Tangkai panjangnya terbuat dari kayu meranti sementara ancar atau pelurunya terbuat dari
lidi pelepah pohon enau yang diruncingi di satu ujungnya. Untuk mengefektifkan perburuan,
pada ujung ancar biasanya akan diolesi racun mematikan yang diperoleh dari getah pohon
tatar. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur

32. Senjata Tradisional Nusa Tenggara Timur

Masyarakat Nusa Tenggara Timur, khususnya suku Atoni dan suku Sumba mengenal Sundu
atau Sudu sebagai senjata tradisionalnya. Senjata ini adalah sebuah senjata semacam keris
tapi memiliki lekukan yang sangat sedikit dengan sudut yang tumpul. Sundu termasuk senjata
tikam dan hanya digunakan untuk menyembelih hewan buruan. Selain Sundu, masyarakat
NTT juga mengenal beragam senjata tradisional lainnya yang antara Parang, Saweo,
Kampak, Pisau, dan Senapan Tumbuk. Senjata Tradisional Papua Barat

33. Senjata Tradisional Papua Barat

Senjata tradisional Papua Barat adalah Pisau Belati. Tidak seperti pisau belati yang biasanya
kita kenal, pisau Belati yang menjadi senjata tradisional Papua Barat ini terbilang sangat
unik. Jika biasanya belati terbuat dari tempaan logam, pisau belati Papua Barat ini justru
terbuat dari tulang kaki burung kasuari. Tulang kaki burung kasuari dipilih karena
strukturnya yang kompak dan keras sehingga sangat awet dan tak mudah melapuk. Pisau
belati Papua Barat di bagian pangkal pegangannya umumnya juga dihiasi dengan bulu burung
kasuari. Senjata Tradisional Papua

34. Senjata Tradisional Papua

Dalam perang antar kampung yang hingga kini masih sering berlangsung antar penduduk
Papua, kita bisa menemukan sebuah senjata khas yaitu Panah dan Busur. Anak panah terbuat
dari bambu dengan mata tulang kangguru, sementara busurnya terbuat dari bilah bambu
dengan tali rotan sebagai tali busurnya. Untuk meningkatkan efektifitas serangan, mata panah
biasanya akan dioles dengan racun alami yang diambil dari getah pohon sembaru. Panah dan
Busur adalah sepasang senjata utama yang selain digunakan untuk berperang, juga dapat
dipakai sebagai senjata perburuan.

Anda mungkin juga menyukai