Senjata Tradisional termasuk bagian dari setiap kebudayaan nusantara. Setiap provinsi
mempunyai sejarah khas masing – masing. Senjata antar provinsi juga berbeda satu sama lain
serta mempunyai nilai adat sesuai dengan norma budaya yang berlaku.
Senjata Tradisional Indonesia sangat banyak, hampir setiap kota atau provinsi mempunyai jenis
senjata adat yang berbeda beda. Namun, karena perkembangan teknologi banyak yang
dilupakan dan tidak dipakai. Untuk Anda yang ingin mengetahui Senjata Tradisional 34 Provinsi
yang ada di Indonesia, berikut Perpustakaan.id sajikan untuk Anda.
Salah satu senjata dari provinsi Aceh yang terkenal adalah Rencong. Senjata khas Aceh yang
satu ini adalah sejenis belati. Ciri khas dari rencong Aceh adalah kepemilikan atas senjata ini.
Pada dasarnya, senjata tradisional Indonesia ini mempunyai sebuah kasta yang terbagi antara
jenis material pada mata pisau. Kasta tertinggi dari rencong mempunyai material emas pada
mata pisau. Untuk kasta rencong yang rendah terbuat dari kuningan ataupun besi putih.
Kepemilikan dari rencong kasta tertinggi / emas adalah para raja. Sementara itu untuk rakyat
biasa hanya diperbolehkan memiliki rencong kasta bawah / rencong besi. Baik rencong emas
maupun rencong besi mempunyai ukuran panjang yang hampir sama yaitu mulai dari 10 cm –
50 cm. Bentuk mata pisau ini ada yang lurus dan ada pula yang melengkung. Bentuk dari
rencong Aceh juga sangat unik. Sekilas senjata ini berbentuk seperti huruf L.
Selain kasta, rencong ini juga terbagi atas bentuk dari ujung gagang. Ada yang ujung gagang
berbentuk melengkung yang disebut dengan rencong Meuncugek. Sedangkan untuk rencong
yang memiliki gagang kecil dan ujung gagang rencong besar disebut dengan rencong
Meupucok.
Hanya para raja – raja yang mempunyai senjata ini. Kemudian diwariskan secara turun temurun
hingga kini. Sang pewaris juga selalu menjaga Piso Gaja Dombak dengan baik. Sehingga masih
tetap utuh dan terlihat masih tajam.
Dengan keberadaan dari senjata adat Indonesia ini, dapat mengetahui dengan mudah tentang
latar belakang suatu keluarga. Jika dalam keluarga tersebut menyimpan senjata ini berarti
mempunyai darah keturunan raja.
Dengan warna gagang dan penutup berwarna hitam, dipadukan dengan warna mata pisau yang
putih terlihat sangat kontras. Hal ini menyebabkan senjata Karih Sumatera Barat ini sangat
memesona. Bentuk dari karih ini biasanya melengkung mulai dari ujung mata pisau hingga
bagian bawah gagang karih. Sehingga membentuk seperti bulan sabit.
Pada ujung gagang mempunyai sebuah lingkaran. Senjata ini biasanya dimiliki oleh para raja
Minangkabau. Dengan senjata ini, para raja Minangkabau dapat menjaga diri sendiri dari
berbagai macam serangan yang mengancam nyawa.
Bentuk dari penutup pedang Jenawi Riau adalah persegi panjang. Penutupnya juga mempunyai
ukuran ramping sama seperti pedang Jenawi Riau tersebut. Selain pedang Jenawi, di provinsi
Riau juga terdapat senjata lain. Tetapi hanya jenis senjata adat ini yang sangat khas akan
budaya Riau. Sementara jenis senjata lain hampir sama dengan jenis senjata daerah lain.
Fungsi dari Badik Tumbuk Lado adalah berburu dan melindungi diri, keluarga serta sanak
saudara. Kini Badik Tumbuk Lado hanya sekedar digunakan aksesoris pada pakaian adat
Kepulauan Riau laki – laki.
Bagian dari gagang senjata melengkung. Pada bagian ujung gagang senjata, jika diperhatikan
dengan seksama berbentuk menyerupai kepala burung. Selain itu, sarung / penutup dari siwar
panjang juga sangat unik. Penutup tersebut berbentuk seperti tongkat biasa. Jika dilihat secara
keseluruhan, pedang ini berupa seperti pedang biasa dengan ujung kepala burung.
Fungsi dari tombak trisula Sumatera Selatan tidak sama dengan tombak Dewa Neptunus yang
dapat mengeluarkan petir. Melainkan hanya digunakan untuk menyerang dari kejauhan. Untuk
bentuk dari ujung tombak trisula ini sama seperti dewa Neptunus. Pada bagian tengah lebih
tinggi daripada kedua sisi dari mata tombak. Selain mitos mengenai tombak Dewa Neptunus,
bentuk ujung mata tombak ini hampir sama dengan lafadz Allah pada huruf arab.
Jika dilihat secara detail, bulu – kayu tersebut membentuk sebuah ukiran motif yang cukup apik
dan artistik. Ada yang berbentuk burung, kepala orang dan lain – lain. Setiap bentuk ukiran
pada Terapang Lampung mempunyai makna tersendiri.
Golok Ciomas ini mempunyai 2 buah jenis ukuran, yaitu besar dan kecil. Pada masa kolonial
golok ciomas ini digunakan sebagai senjata untuk mengusir bangsa Belanda. Oleh karena itu
ketajaman dari golok ciomas ini tidak perlu diragukan lagi.
Budaya Betawi sendiri hanya terdapat pada suatu kompleks kampung wisata Betawi setu
babakan. Di destinasi wisata tersebut dapat dijumpai golok yang merupakan senjata khas
Betawi. Bentuk dari senjata ini sangat sederhana jika dibandingkan dengan senjata dari
berbagai macam suku lainnya. Golok Jakarta tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek,
hanya sekitar ±50 cm.
Dahulu setiap orang Betawi pasti mempunyai sebuah golok minimal 1 buah golok dalam satu
rumah. Fungsi dari golok pun hanya sebagai perlindungan diri. Kini golok hanya dijadikan
sebagai aksesoris pada pakaian tradisional adat Betawi. Terkadang, golok Betawi juga
digunakan pada suatu pertunjukan seni tradisional, seni bela diri dan modern.
Senjata dari Jawa Barat juga mempunyai nilai estetika tinggi sama
seperti senjata dari provinsi Sumatera Barat, Karih. Sedangkan
senjata di Jawa Barat bernama Kujang. Kujang Jawa Barat termasuk
ke dalam jenis pisau belati. Bentuk dari Kujang sangat unik
menyerupai simbol api pada sebuah mitologi kuno. Simbol api juga sering dijumpai pada
beberapa anime, film China, Korea hingga Hollywood.
Selain bentuk Kujang Jawa Barat yang unik, tekstur mata pisau sangat estetis. Karena sebelah
bagian terdapat suatu ukiran dan bagian yang lain polos. Ukiran pada mata pisau menyerupai
dengan motif batik. Lalu juga terdapat beberapa lubang hitam.
Sementara untuk sarung kujang Jawa Barat sangat sederhana. Hanya terbuat dari sebuah
material yang mempunyai karakteristik seperti kain. Biasanya berwarna hitam. Senjata Kujang
Jawa Barat ini biasanya hanya digunakan sebagai aksesoris pakaian adat ataupun hanya sekedar
koleksi.
Penggunaan ketapel / plinteng ini bukan hanya di kalangan anak – anak. Tetapi orang dewasa
pun juga sering kali menggunakan senjata ini untuk berburu, biasanya berburu burung. Plinteng
Jawa Tengah, termasuk ke dalam jajaran senjata yang sangat aman dan tidak berbahaya.
Selain itu juga tidak mempunyai aura mistik apapun. Sehingga semua orang tanpa terkecuali
diperbolehkan untuk memiliki serta menggunakan senjata ini.
Fungsi keris dari dahulu hingga kini adalah sama, begitu pula dengan cara perawatannya. Keris
dapat menjadi benteng / perlindungan diri sendiri dari segala bahaya. Lalu keris juga dapat
dijadikan sebagai aksesoris pakaian adat laki – laki. Setiap keris mempunyai nama tersendiri.
Untuk cara perawatan keris harus dilakukan secara intensif. Setiap hari Jumat harus dimandikan
dengan bunga / mandi kembang. Penyimpanan keris juga harus diperhatikan dan tidak boleh
sembarangan. Tempat penyimpanan terbaik untuk keris adalah sebuah peti atau lemari.
Selanjutnya adalah Senjata Tradisional Indonesia yang berasal dari provinsi Jawa Timur,
bentuknya sangat unik. Senjata tersebut berbentuk seperti sabit yang merupakan salah satu
alat pertanian. Nama dari senjata ini adalah celurit. Walaupun berbentuk seperti sabit, ada hal
yang membedakan antara senjata celurit dan sabit.
Untuk senjata tradisional Jawa Timur mempunyai bentuk yang lebih ramping dan mempunyai
ujung yang lebih runcing. Celurit juga sangat tajam daripada sabit.
Senjata ini juga dilengkapi dengan sarung atau penutup. Pada penutup celurit terdapat sebuah
ukiran, ada yang sederhana dan ada pula ukiran yang mempunyai nilai estetika tinggi. Pada
bagian ganggang senjata ini terbuat dari material kayu. Sedangkan untuk mata pisaunya terbuat
dari material logam besi maupun baja.
D
i provinsi Kalimantan Barat mempunyai sebuah
senjata yang sangat kuno, yaitu Dohong. Senjata ini
tergolong ke dalam jenis pisau belati. Tetapi
Dohong Kalimantan Barat ini mempunyai bentuk
unik. Sekilas bentuk dari Dohong Kalimantan Barat
sangat mirip dengan ujung mata tombak. Keunikan lain dari Senjata Tradisional Kalimantan
Barat ini masih dipergunakan hingga kini.
Dahulu Dohong Kalimantan Barat digunakan untuk perang, berburu, memotong tali pusar dan
aktivitas adat lainnya. Kini Dohong hanya digunakan untuk menyembelih hewan dan upacara
adat ataupun hanya sekedar koleksi. Hanya kepala suku yang dapat memiliki
Dohong ini. Kepala suku tersebut mempunyai sebutan sebagai pirus.
Untuk mata tombak sangat tajam. Biasanya digunakan sebagai senjata perburuan jarak dekat.
Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah sendiri biasanya melapisi ujung tombak dengan racun
yang diambil dari pelepah pohon. Musuh pun dapat dengan muda dilumpuhkan.
Pada gagang tombak, telah dilengkapi dengan sebuah tangkai panjang yang berlubang dan
dapat dilepas. Tangkai tersebut mempunyai fungsi khusus ketika dilepas, yaitu dapat digunakan
pula sebagai sumpit. Karena itulah senjata ini merupakan salah satu dari senjata dual fungsi.
Tombak Lonjo untuk senjata jarak dekat. Sedangkan sumpit sebagai senjata jarak jauh.
Sehingga sumpit ini sangat baik digunakan untuk berburu. Untuk masyarakat Dayak Kalimantan
Utara sendiri juga masih menggunakan sumpit untuk berburu di hutan. Selain untuk berburu,
terkadang senjata ini dijadikan sebagai mas kawin.
Bentuk dari mata pedang terlihat ramping pada bagian bawah. Namun pada bagian tengah dan
ujung mata pedang jauh lebih besar. Pada satu sisi pedang terdapat sebuah ukiran yang juga
dihiasi dengan lubang – lubang. Untuk sarung pedang memiliki sebuah tali untuk mengikat
pedang ke tubuh.
Pedang Mandau terdapat 2 buah jenis, yaitu Mandau biasa dan Mandau Tampilan. Untuk
pedang Mandau biasa digunakan dalam sehari – hari, baik itu berburu maupun aktivitas rutin
lainnya. Sedangkan untuk pedang Mandau Tampilan digunakan sebagai senjata perang dan
upacara adat.
Panjang dari perisai ini sekitar 1 m – 1,5 m. Sedangkan untuk lebar perisai adalah 30 – 50 cm.
Lalu perisai ini mempunyai ukiran – ukiran yang sangat apik dan khas akan budaya Dayak. Motif
yang biasanya dijadikan sebagai ukiran perisai adalah hewan mitologi dari kebudayaan Dayak,
seperti burung tingang.
Material yang digunakan dalam pembuatan Tulup Nusa Tenggara Barat adalah kayu pohon
meranti. Kemudian, pada bagian tengah dilubangi. Dahulu senjata Tulup ini digunakan untuk
berburu. Bahkan sekarang pun juga masih menjadi senjata yang ampuh untuk berburu.
Karena sebagian besar penduduk Nusa Tenggara Barat masih mempertahankan cara bertahan
hidup tradisional, yaitu dengan berburu di hutan maupun sungai.
Peluru yang biasanya digunakan seperti lidi atau ranting pohon yang tajam, pelepah pohon
enau yang bentuknya seperti mata panah dan lain – lain. Pada peluru biasanya dilapisi dengan
racun alami. Racun tersebut dibuat dari pelepah pohon tatar.
Mata pisau dari Sundu adalah lurus dan melengkung. Pada mata pisau dan penutup terdapat
ukiran yang merupakan ciri khas budaya daerah Nusa Tenggara Timur. Motif ukiran yang
terdapat pada mata pisau biasanya menggunakan motif burung. Senjata ini termasuk ke dalam
jajaran senjata nusantara yang sangat dianggap sakral. Penyimpanan dan kepemilikan dari
senjata ini juga mempunyai aturan tersendiri.
Selain mempunyai bentuk yang unik, pedang ini juga sangat istimewa. Karena salah satu
pahlawan nasional menggunakan pedang ini untuk melawan penjajah. Pahlawan tersebut
adalah Hengkeng U Nang.
Hal dapat terlihat dari hiasan batik Lompo Battang, baik pada pegangan hingga penutup badik.
Pada penutup batik terdapat ukiran dengan berbagai macam motif, biasanya menggunakan
motif tumbuhan. Lalu juga terdapat hiasan yang seperti diamond.
Material pembuatan keris juga bukan merupakan material logam biasa dan sangat istimewa.
Kawali dibuat dengan batu meteor yang telah mengeras. Untuk itu, keris ini tidak akan
terdeteksi oleh metal detektor.
Itulah daftar dari senjata tradisional 34 Provinsi di Indonesia. Dengan faktor dinamika
kebudayaan, fungsi dari senjata tersebut telah bergeser. Bahkan hampir tidak dipergunakan
sama sekali dan hanya sekedar dijadikan sebagai aksesoris maupun bahan koleksi.
Sedangkan salawaku adalah perisai. Desain dari salawaku cukup apik, sebab mempunyai hiasan
yang cantik. Motif hiasan tersebut juga bukan ukiran, melainkan ditempel. Biasanya
memanfaatkan kerang.
Dengan hiasan bulu burung kasuari, belati ini terkesan sangat etnik dan khas dengan Papua
Barat. Di Papua Barat juga memanfaatkan burung kasuari untuk berbagai macam keperluan
adat, baik senjata maupun pakaian hingga aksesoris.