0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
104 tayangan11 halaman
Senjata tradisional Indonesia meliputi berbagai jenis seperti rencong dari Aceh, kerambik dari Sumatra Barat, dan piso gajah dombak dari Sumatra Utara. Setiap daerah memiliki senjata khas dengan bentuk dan filosofi tersendiri seperti tombak trisula dari Sumatra Selatan dan siwar panjang dari Bangka Belitung.
Senjata tradisional Indonesia meliputi berbagai jenis seperti rencong dari Aceh, kerambik dari Sumatra Barat, dan piso gajah dombak dari Sumatra Utara. Setiap daerah memiliki senjata khas dengan bentuk dan filosofi tersendiri seperti tombak trisula dari Sumatra Selatan dan siwar panjang dari Bangka Belitung.
Senjata tradisional Indonesia meliputi berbagai jenis seperti rencong dari Aceh, kerambik dari Sumatra Barat, dan piso gajah dombak dari Sumatra Utara. Setiap daerah memiliki senjata khas dengan bentuk dan filosofi tersendiri seperti tombak trisula dari Sumatra Selatan dan siwar panjang dari Bangka Belitung.
secara kasar bentuknya menyerupai kalimat bismillah. Para raja atau sultan biasanya menggunakan material sarung dari gading, serta emas sebagai mata pisaunya yang diukir dengan kutipan ayat suci Al-Qur’an.
Sumatera Barat, Kerambik
Salah satu senjata khas Indonesia yang sudah
mendunia, bahkan dijadikan perlengkapan wajib US Marshall yakni Kerambik dari Sumatera Barat. Meskipun dari segi ukurannya pisau ini memang tidak terlalu besar, bentuknya melengkung seperti cakar Harimau. Bahkan kini telah diproduksi secara masal. Meskipun termasuk senjata kecil, namun sangat berbahaya karena dapat merobek dan menyayat anggota tubuh atau organ dalam musuh dengan cepat serta tanpa terdeteksi. Kerambit ini biasa digunakan oleh para Pesiliat dalam pertanguran jarak pendek yang mengandalkan keberanian.
Sumatera Utara, Piso Gaja Dombak
Senjata tradisional Indonesia dari Sumatera Utara
pertama kali yakni Piso Gaja Dombak. Secara bentuk mirip seperti pisau, namun ukurannya lebih panjang dan besar. Uniknya lagi, terdapat poin yang menyerupai Gajah pada bagian gagangnya. Tidak heran jika dianggap sebagai pusaka dengan kekuatan supranatural tinggi. Piso Gaja Dombak secara filosofi memuat simbol budaya, seperti runcing yang berarti tajam dalam berpikir, pandai melihat permasalahan dan peluang, serta mampu menarik kesimpulan untuk bertindak. Senjata ini juga melambangkan kebesaran pemimpin Batak yang cerdas intelektual, adil dan bertanggung jawab.
Sumatera Selatan, Tombak Trisula
Tombak Trisula khas Palembang ini biasa disebut
dengan istilah Serampang, dahulu dijadikan sebagai senjata utama para Prajurit kerajaan Sriwijaya yang melambangkan keberanian dan kebijaksanaan. Tapi, kini oleh pemerintah setempat sering dipakai untuk menjadi ikon budaya Provinsi Sumatera Selatan. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA Kepualuan Riau, Badik Tumbuk Lado
Badik tumbuk Lado merupakan senjata khas
kepulauan Riau, khususnya masyarakat di Semenanjung Melayu. Sehingga, bentuknya mirip di negara lain contohnya seperti Malaysia. Bentuknya hampir mirip seperti keris, namun memiliki ukuran yang lebih pendek.
Riau, Pedang Jenawi
Pedang Jenawi merupakan senjata khas
Riau biasa digunakan oleh panglima perang. Pada zaman dahulu tidak semua masyarakat bisa memakainya, hanya orang-orang tertentu yang berhak menggunakannya jika mempunyai kekuasaan, kecerdasan, dihormati dan menjadi panutan. Pedang Jenawi terbuat dari besi berkualitas tinggi, bentuknya lurus sepanjang satu meter dengan ukiran indah serta terdapat tonjolan kecil di ujungnya. Pada bagian pegangan atau hulu terbuat dari tembaga. Senjata ini mematikan karena memiliki ketajaman di ketiga bagian sisinya yakni kanan, kiri dan depan.
Jambi, Badik Tumbuk Lada
Daerah Jambi sebenarnya mempunyai
beragam senjata, namun yang paling populer di kalangan masyarakat dan dijadikan sebagai identitas diri yakni Badik Tumbuk Lada. Bentuk pusaka ini terlihat lebih simpel karena tidak terdapat banyak ukiran serta hiasan lainnya. Senjata ini berbeda dengan Badik khas Sulawesi, karena pada bagian sarung terdapat benjolan bundar dihiasi ukiran pahat serta dilapisi kepingan perak. Untuk mata pisaunya mirip keris, namun lurus tidak bergelombang. Panjangnya sekitar 29 cm dan lebar 4 cm dan biasa digunakan untuk berburu. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA Bangka Belitung, Siwar Panjang
Siwar merupakan senjata tradisional Indonesia
dari Bangka Belitung. Secara ukuran senjata tersebut memiliki dua jenis yakni panjang dan pendek. Dilihat dari bentuk hampir mirip seperti Golok atau Mandau, namun bedanya mata pisaunya lurus tidak bengkok, rata, pipih serta ringan ketika diayunkan. Dalam pembuatannya dari segi ukuran, panjang, ketebalan serta beratnya pun dirancang khusus agar memiliki mata sisi yang tajam seperti silet. Dengan ujung runcingnya, sangat cocok dijadikan senjata untuk berperang dalam pertempuran jarak dekat.
Bengkulu, Rambai Ayam
Bengkulu memiliki beberapa senjata khas salah
satunya yakni Rambai ayam yang terbuat dari besi. Bentuknya cukup unik seperti taji melengkung tapi tidak setajam clurit dengan ujung runcing, panjangnya sekitar 25 hingga 30 cm. Sedangkan bagian gagangnya menggunakan bahan kayu. Selain itu, terdapat ornamen berupa ukiran di bagian gagang dan sarung penutup. Rambai Ayam termasuk alat tikam yang biasanya dibawa masyarakat setempat ketika pergi ke hutan atau bepergian. Senjata ini unik dan banyak diburu kolektor, sayangnya hanya bisa di temukan di daerah Bengkulu saja.
Lampung, Terapang
Terapang yang berasal dari Provinsi Lampung
yang sudah ada sejak zaman kekuasaan kerajaan Tulang Bawang atau sekitar abad 12. Masyarakat setempat biasa menyebutnya dengan Tekhapang. Dilihat dari bentuknya hampir mirip seperti keris.
Dahulu, senjata tersebut digunakan para
bangsawan sebagai alat perlindungan diri dari serangan musuh. Namun kini beralih fungsi sebagai perlengkapan acara ritual adat. Terapang juga menjadi lambang keberanian serta tanggung jawab seorang suami untuk melindungi istrinya. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA DKI Jakarta, Golok Betawi
DKI Jakarta terkenal dengan senjata
tradisionalnya yaitu Golok Betawi. Dalam keseharian, benda ini sering dipakai sebagai aksesoris busana adat laki – laki. Untuk penempatannya, diselipkan pada ikat pinggang berwarna hijau dan biasa dikenakan saat pergi dengan tujuan sebagai alat perlindungan diri. Dari segi bentuk, ternyata Golok Betawi memiliki 3 jenis yakni betok berukuran pendek, ujung turun berujung lancip dan gobang memiliki ukuran panjang serta terbuat dari bahan berkualitas. Biasanya masyarakat menggunakannya untuk bekerja (Gablongan) dan menyembelih hewan Qurban (Sorenan).
Jawa Barat, Kujang
Kujang merupakan senjata asli Indonesia yang
terbuat dari besi, baja dan bahan pamor. Namun, memiliki bentuk indah melengkung seperti bulan sabit dengan 5 lubang di bagian ujungnya. Meskipun ukurannya pendek hanya sekitar 20 hingga 25 cm, namun sangat dihormati layaknya keris. Senjata ini dipercaya masyarakat setempat sakti karena dapat menghalau musuh, menyembuhkan penyakit serta menolak bahaya. Kujang juga dijadikan lambang keagungan yang memiliki berbagai fungsi, seperti perlengkapan upacara adat, alat berperang dan juga digunakan untuk bertani.
Jawa Tengah, Keris
Keris termasuk senjata khas Indonesia paling
mematikan yang bisa membunuh musuh dalam jarak dekat. Meskipun begitu, benda ini dijadikan sebagai simbol status kebangsawanan serta memiliki seni tinggi, karena bagian sarungnya terdapat ukiran- ukiran indah. Bentuknya juga bermacam-macam, dengan berbagai lekukan mulai 3, 5, 7 dan ujung runcing. Senjata yang berasal dari Jawa Tengah ini, sangat dihormati dan dikeramatkan bahkan terdapat gelar yang disematkan seperti Kanjeng Kyai Agung dan masyarakat setempat percaya bahwa keris memiliki nyawa. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA Jawa Timur, Clurit
Clurit dikenal sebagai senjata khas Madura
berbentuk melengkung mirip bulan sabit dengan ujung runcing. Benda ini sangat tajam dan terbuat dari besi serta sering digunakan masyarakat untuk bertani. Bagian gagang atau hulu umumnya terbuat dari kayu berukuran kurang lebih 15 cm. Jenis kayu yang biasa digunakan untuk gagang seperti Kembang, Stingi, Jabu Kluthuk, Temoho dan masih banyak lainnya. Uniknya lagi, Clurit dibungkus dengan sarung sebagai pengaman dimana terbuat dari kulit Kerbau atau Sapi alasannya karena tebal. Selain itu juga terdapat ikatan di bagian ujungnya.
Banten, Golok Salungkar
Golok Salungkar merupakan senjata keramat
yang asli diwariskan dalam budaya Banten. Dahulunya benda ini dijadikan peralatan masyarakat untuk melawan penjajah dengan dioleskan racun berbahaya seperti ular tanah, kalajengking dan katak budug di bagian mata pisaunya. Dalam pembuatannya, Golok Salungkar ini terbuat dari material pilihan yakni seperti besi plat hitam, baja dari kihkir bekas. Kemudian kedua bahan tersebut disatukan dengan cara dibakar, selanjutnya ditimpa hingga menjadi lempengan. Pada bagian gagang biasanya menggunakan kayu atau tanduk kerbau.
Yogyakarta, Keris
Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal kental
dengan budayanya yang beragam dan masih terjaga. Salah satu yang menjadi senjata khasnya yakni Keris, dimana tergolong seperti alat tikam dan terbuat dari logam. Bicara mengenai bentuk terdapat dua jenis, yaitu bilah lurus dan berkelok- kelok minimal 3 dan maksimal 13 luk. Keris khas DIY ini pada bagian sarungnya biasa menggunakan kayu, gading, tulang ataupun logam. Bilah pisaunya sendiri dibuat dari besi meteor yang mengandung nikel di dalamnya. Senjata tersebut dianggap mempunyai kekuatan magis, karena dibuat oleh Empu yang memiliki kesaktian. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA Bali, Wedhung
Senjata khas Bali adalah berjenis belati.
Secara bentuk, sebenarnya hampir sama seperti daerah lainnya seperti Cirebon, namun bedanya terletak pada bilah pisau. Jika umumnya polos, senjata tradisional Indonesia Wedung ini berhiaskan berbagai motif ukiran. Senjata Wedung khas Bali terbuat dari logam yang ditempa hingga tipis dengan panjang sekitar 38 cm, untuk bagian gagangnya menggunakan kayu ukiran. Pusaka ini memiliki makna kesiapan abdi dalem kepada raja yang berkuasa.
Nusa Tenggara Timur, Kabeala
Kabeala merupakan salah satu daftar nama
senjata khas dari 34 provinsi di Indonesia yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Bentuk hampir mirip seperti parang, dengan ukuran panjang bilah bervariasi mulai dari 48, 50.5, 53 hinggga 58 cm. Pusaka ini biasa dibawa kaum pria dan diletakan di pinggang. Senjata Kabeala ini memiliki beberapa fungsi yang dapat dibedakan dari bentuk gagangnya. Jika material pada bagian hulu terbuat dari kayu, maka benda tersebut digunakan untuk bekerja. Namun, apabila menggunakan bahan dasar tanduk hewan atau gading, biasa dijadikan aksesoris pakaian.
Nusa Tenggara Barat, Golok
Provinsi NTB memiliki senjata berbentuk
seperti pisau besar layaknya Golok. Pusaka ini dikembangkan oleh suku Sasak yang berasal dari Lombok. Benda tersebut memiliki nilai seni tinggi karena dihiasi ukiran mengagumkan berbentuk singa utuh.
Gagang golok Lombok ini terbuat dari
tanduk berhiaskan ukiran, selain itu terdapat juga mendak perak yang melingkar di antara bagian pegangan dan bilahnya. Senjata tersebut terbungkus sarung menggunakan bahan dasar kayu bertabur motif berpola khas wilayah setempat. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA Kalimantan Barat, Pandat
Provinsi Kalimantan Barat memiliki senjata
bernama pandat atau Kamping. Bentuk pusaka ini seperti pedang, namun bedanya pada bagian ujung tidak runcing serta hanya memiliki satu tepi bilah yang tajam. Dengan panjang sekitar 55 hingga 70 cm serta pegangan berukuran 40 cm. Bilah Pandat sedikit bengkok dengan sudut 25 derajat yang terbungkus oleh sarung terbuat dari kayu, berhiaskan pola tradisional khas Kalimantan Barat berupa bulu atau jumbai rambut berwarna merah. Senjata ini tidak memiliki pegangan nyata karena menggunakan besi juga.
Kalimantan Utara, Mandau
Mandau berasal dari Kalimantan Utara
tepatnya suku Dayak. Benda ini dahulunya dipakai sebagai peralatan perang dan pengayuan atau pemenggalan kepala musuh. Namun, sekarang dialih fungsikan untuk hiasan serta pusaka saat ritual upacara adat. Bentuk Mandau ini seperti golok, pada bagian bilah terbuat dari besai dihiasi ukiran khas Dayak, selain itu diujungnya terdapat lekukan. Untuk pegangannya, berbentuk seperti binatang yang menunjukkan karakter. Senjata tersebut dibungkus sarung (kumpang) menggunakan kayu dilapisi tanduk rusa.
Kalimantan Selatan, Sungga
Sungga adalah senjata dari Kalimantan
Selatan yang memiliki nilai sejarah, karena dahulu digunakan oleh masyarakat untuk melawan para penjajah Belanda. Pada masa perang, alat ini digunakan sebagai jebakan yang dipasang pada jembatan, sehingga musuh akan tertancap dan mati. Sungga terbuat dari material besi atau baja berkualitas dengan ujung berbentuk seperti bambu runcing, sehingga sangat tajam dan mustahil jika orang tertancap benda tersebut bisa selamat. Secara ukuran, senjata ini terbilang cukup besar serta panjang sekitar 1 meter dan berat mencapai lebih dari 5kg. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA
Kalimantan Tengah, Sumpit atau Sipet
Salah satu senjata asli Indonesia yang
cara penggunaannya cukup unik dengan ditiup yakni Sumpit atau Sipet khas Kalimantan Tengah. Alat ini biasa digunakan masyarakat setempat untuk berburu ataupun perang secara terbuka maupun sembunyi-sembunyi (gerilya). Sumpit tradisional ini menggunakan batang bambu dengan panjang sekitar 1 hingga 3 m, dilengkapi dengan anak sipet (damek) berbentuk bulat berdiameter 1cm. Untuk salah satu ujungnya, berbentuk runcing terbuat dari kayu ringan diberi racun mematikan agar buruan atau musuh terluka.
Kalimantan Timur, Telawang atau Perisai
Kalimantan Timur dikenal memiliki senjata
berupa Telawang atau biasa disebut kelembit yang berbentuk seperti perisai. Alat ini digunakan masyarakat untuk melindungi diri dari serangan musuh ketika berada dalam medan peperangan. Senjata ini terbuat dari kayu pelantan atau pelai yang berbentuk prisma dengan lebar berukuran 30 hingga 50 cm serta tinggi mencapai 1,5 sampai 2 m. Talawang terdiri dari dua bagian, seperti bawah atap rumah ditambah pegangan di tengahya serta sisi luar yang dihiasi ukiran khas Kalimantan.
Sulawesi Barat, Badik atau Badek
Sulawesi selatan memiliki senjata berupa
Badik atau Badek, yakni sejenis pisau yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar. Benda tersebut memiliki sisi tunggal atau ganda tajam dengan ukuran relatif panjang sekitar 50 cm tanpa menggunakan penyangga bilah. Bentuk Badik seperti keris tidak simetris dan bagian bilahnya terdapat hiasan pamor. Masyarakat Bugis mempercayai jika benda tersebut memiliki kekuatan magis, karena dapat berpengaruh terhadap kondisi dan keadaan dalam proses kehidupan pemiliknya. Senjata ini juga dijadikan sebagai simbol identitas diri. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA
Sulawesi Tengah, Pasatimo
Sulawesi Tengah memiliki senjata seperti
keris, namun bentuk hulunya bengkok ke arah bawah dan biasa dikenal oleh masyarakat dengan nama Pasatimo. Alat ini pada zaman dulu digunakan saat upacara adat atau ritual tarian penyembuhan. Selain itu juga dipercaya sebagai media pengusir roh. Namun, sekarang senjata ini lebih sering digunakan sebagai aksesoris pakaian ketika membawakan tampilan tarian kepahlawanan yang diikatkan pada bagian pinggang penari. Selain itu, senjata ini juga dimanfaatkan untuk membantu aktivitas sehari-hari seperti memotong hewan dan mencari kayu bakar.
Sulawesi Utara, Pedang Bara Sangihe
Senjata khas Sulawesi Utara yakni Pedang
Bara Sangihe. Benda ini terbilang sangat unik karena pada bagian gagangnya memiliki dua cabang. Bukan hanya itu saja, pada ujung bilahnya juga terdapat gerigi tajam yang mencuat keluar seperti mulut Buaya. Panjang bilah pedang tersebut sekitar 1 hingga 1,5 meter dengan ujung sangat lancip. Parang Bara Sangihe ini dahulunya menjadi senjata mematikan andalan Pahlawan asli Sulawesi Utara yang bernama Hengkeng U Nang untuk berperang melawan penjajah dan kolonial di Indonesia.
Sulawesi Tenggara, Keris
Senjata dari Sulawesi Tenggara yang
paling populer yakni keris yang terbuat dari besi dan logam mulia dengan bentuk berlekuk-lekuk. Namun, terdapat perbedaan pusaka ini dengan lainnya dan tebilang cukup unik karena memiliki ornamen berwarna keemasan serta terdapat ukiran khas daerah tersebut. Dalam sejarah Keris dari Sulawesi Tenggara ini, dahulunya dijadikan senjata perang para raja, prjaurit serta masyarakat untuk menusuk atau menikam musuh dari jarak dekat. Karena, ukurannya tidak terlalu panjang hanya sekitar 30 cm saja, demi mempertahankan keutuhan kerajaan. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA
Gorontalo, Wamilo
Gorontalo memiliki senjata yang biasa dikenal dengan sebutan
Wamilo. Dilihat dari bentuknya, sekilas hampir mirip Golok. Namun bedanya terletak pada bagian ujung, karena agak melengkung ke arah bawah. Benda ini terbuat dari besi yang terbungkus sarung atau ta’upo berbahan dasar kayu kuning. Wamilo merupakan salah satu jenis parang khas Gorontalo yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat setempat seperti alat untuk bertani. Selain itu, juga difungsikan sebagai senjata pelindung ketika bekerja di hutan.
Sulawesi Selatan, Badik Raja
Senjata tradisional Indonesia dari Sulawesi
Selatan yang cukup populer dengan nilai sejarahnya yakni Badik Raja. Benda ini dahulunya kerap dipakai oleh para pimpinan kerajaan Bone. Menurut kepercayaan masyarakat sekitar, alat tersebut memiliki kekuatan magis dan disakralkan karena dibuat oleh makhluk halus. Senjata tersebut biasa dikenal dengan sebutan gencong raja ata bontoala dan terbuat dari logam berkualitas tinggi, dilengkapi dengan pamor indah timpalaja dibagian hulu. Dari segi ukuran memang agak panjang yakni sekitar 20 hingga 25 cm. Bentuknya seperti bilah membungkung dan membesar.
Maluku, Kalawai
Kalawai merupakan senjata tradisional Indonesia
dari Maluku yang masih digunakan masyarakat setempat hingga saat ini, khususnya bagi para Nelayan. Dilihat dari bentuknya, hampir mirip dengan tombak, namun ukurannya lebih panjang serta bagian pegangannya memnggunakan bambu. Selain itu, perbedaan yang lebih mencolok lagi pada bagian ujung terdiri dari besi kecil yang diasah hingga tajam dan terikat melingkat pada bambu. Kalawai ini memiliki tiga mata tomba mirip seperti trisula. Dari segi fungsi, senjata ini digunakan untuk menangkap hewan dalam air seperti ikan dan gurita. SENJATA TRADISIONAL INDONESIA Maluku Utara, Parang
Parang Salawuku merupakan senjata khas Maluku
Utara yang cukup populer dan unik. Dahulunya, benda ini digunakan sebagai perisai untuk berperang dan berburu di hutan, namun sekarang biasa dipakai saat upacara adat atau dikenakan para penari pria saat memperagakan tarian Cakalele. Senjata Parang Salawuku terdiri dari sebilah pedang yang terbuat dari besi yang ditimpa sehingga pipih berukuran 90 sampai 100 cm lengkap dengan perisai bermotif. Sedangkan pada bagian gagangnya terbuat dari kayu keras. Dahulunya, benda ini digunakan oleh Kapitan Pattimura untuk melawan penjajah.
Papua Barat, Tombak
Sama seperti tombak pada umumnya, masyarakat
Papua juga menjadikan benda tersebut sebagai senjata tradisional yang biasa digunakan untuk berburu maupun berperang dengan kekuatan serangan berjarak cukup jauh. Tombak khas Papua Barat terbuat dari bahan kayu, sedangkan ujung matanya menggunakan batu atau tulang yang berbentuk tajam. Namun zaman semakin berkembang, sehingga sekarang banyak ditemukan benda tersebut memakai logam.
Papua, Busur dan Panah
Senjata tradisional khas Papua yang populer di
kalangan masyarakat yakni Busur dan Panah. Alat ini biasanya dipakai untuk berburu hewan liar di hutan seperti babi. Bukan hanya itu saja, benda tersebut juga digunakan dalam medan peperangan. Hingga saat ini di Papua masih mudah dijumpai panah dan busur. Busur biasanya dibuat menggunakan kayu rumit yang diikat dengan seutas tali rotan. Sedangkan untuk mata anak panahnya terbuat dari tulang hewan dibentuk meruncing. Senjata ini menjadi berbahaya karena biasanya dibubuhi racun dari getah tumubuhan hutan sehingga berakibat menimbulkan luka. Teluk Cendrawasih, Pisau Belati
Pisau Belati merupakan senjata tradisional
Indonesia bagian timur berasal dari Teluk Cendrawasih. Benda ini memiliki material berbeda dengan daerah lainnya, karena terbuat dari tulang kaki Burung Kasuari yang tajam dan kuat, sedangkan untuk pegangan biasa dihiasi dengan bulu atau serat alam. Material lain biasa digunakan untuk membuat senjata ini yakni bambu yang dibentuk meruncing. Pisau belati biasa digunakan oleh masyarakat Papua untuk aktivitas sehari-hari seperti berburu, mengambil hasil hutan dan berperang.