Anda di halaman 1dari 25

KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL

REPUBLIK INDONESIA PERBENDAHARAAN

PETUNJUK TEKNIS
PENGISIAN DATA CAPAIAN OUTPUT
SATKER K/L
APLIKASI SAS

TAHUN 2020
PETUNJUK TEKNIS (JUKNIS)
PENGISIAN DATA CAPAIAN OUTPUT SATKER K/L

I. PENDAHULUAN
Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, capaian output merupakan salah satu ukuran untuk menilai
bagaimana setiap anggaran yang dikelola dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, sebagai bentuk dari transparansi
dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara, dibutuhkan data dan informasi yang reliabel untuk
mengukur perkembangan output belanja yang dikelola oleh Satker K/L sehingga dapat diketahui sejauh mana
program dan kegiatan pemerintah telah mencapai sasaran yang ditetapkan. Hal tersebut penting untuk
menentukan langkah antisipatif apa yang perlu dilakukan agar setiap target output dapat tercapai pada akhir
periode, serta sebagai langkah evaluasi untuk merumuskan kebijakan di masa mendatang. Namun sejauh ini, isu
terkait validitas data masih menjadi permasalahan yang perlu ditindaklanjuti segera, mengingat penerapan
penganggaran berbasis kinerja telah diinisiasi sejak berlakunya paket undang-undang keuangan negara.
Beberapa langkah telah diambil untuk menyelesaikan isu validitas data tersebut. Pada tahun 2019, Dirjen
Perbendaharaan melalui surat S-1827/PB/2019 tanggal 3 Desember 2019 mengimbau kepada seluruh Satker untuk
melakukan pengisian data capaian output melalui aplikasi SAS dan SAKTI baik untuk periode tahun anggaran 2019
dan 2020. Dirjen Perbendaharaan juga menerbitkan nota nomor ND-980/PB/2019 tanggal 2 Desember 2019 yang
mengamanatkan KPPN untuk melakukan konfirmasi data capaian output. Substansi pada kedua surat tersebut pada
dasarnya diarahkan untuk mendorong partisipasi dan kualitas data capaian output pada seluruh Satker, termasuk
di dalamnya kualitas data output strategis yang menjadi perhatian utama pemerintah dan masyarakat. Konfirmasi
Capaian Output tahun 2019 telah mampu meningkatkan kualitas data yang diisi oleh Satker, meskipun dirasa masih
belum optimal mengingat masih ditemukan data capaian output yang dinilai tidak wajar dengan jumlah yang cukup
tinggi. Implikasinya adalah data capaian output belum sepenuhnya dapat diandalkan untuk dianalisis lebih lanjut
dan menghasilkan rekomendasi atau tindak lanjut yang efektif.
Melanjutkan inisiatif aktivitas konfirmasi data capaian output tahun 2019, maka di tahun 2020, beberapa langkah
diambil untuk terus mendorong perbaikan kualitas pengisian data capaian output. Pertama adalah dengan
memasukkan indikator Konfimasi Capaian Output (KCO) sebagai salah satu objek penilaian dalam Indikator Kinerja
Pelaksanaan Anggaran (IKPA). Sesuai Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-4/PB/2020 tentang Petunjuk Teknis
Penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga, indikator KCO menilai tingkat
validitas data capaian output, dilihat dari perbandingan antara jumlah data yang dinilai wajar (Terkonfirmasi)
dengan seluruh data output yang dikelola. Kedua adalah dengan melakukan penyesuian proses bisnis dan sistem
aplikasi yang terkait dengan proses pengisian data capaian output serta aktivitas konfirmasinya. Penyesuaian
dilakukan pada aplikasi SAS, SAKTI, SAIBA, e-Rekon&LK, hingga OM-SPAN untuk mendukung proses pengisian dan
konfirmasi data capaian output menjadi lebih kredibel. Dari sisi proses bisnis, penguatan peran KPPN melalui seksi
Vera/VeraKI dan seksi PDMS/MSKI dalam melakukan monitoring dan konfirmasi data capaian output.
Perbaikan yang dilakukan dari sisi proses bisnis dan sistem aplikasi merupakan langkah perbaikan berkelanjutan
dalam mendukung penerapan penganggaran berbasis kinerja. Inisiasi perbaikan tersebut tentunya harus diikuti
dengan peningkatan pemahaman dari Satker terkait proses bisnis serta teknis pengoperasian sistem aplikasinya.
Untuk itu, Petunjuk Teknis Pengisian Data Capaian Output ini disusun agar dapat digunakan sebagai media
peningkatan kapasitas pengelola keuangan dalam rangka pengisian data capaian output Satker.

II. RUANG LINGKUP


Petunjuk Teknis ini mengatur tentang tata cara pengisian capaian output oleh Satker K/L pada aplikasi SAS serta
monitoringnya pada aplikasi e-Rekon&LK.

1
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
III. DAFTAR ISTILAH
Beberapa istilah yang muncul dalam Juknis ini antara lain:

1. Output strategis : Output yang dikelola oleh Satker Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan
bagian dari pencapaian sasaran strategis pemerintah sesuai Rencana Kerja
Pemerintah dan dipantau perkembangannya secara berkelanjutan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

2. Non output strategis : Output yang dikelola oleh Satker Kementerian Negara/Lembaga yang tidak
termasuk kategori output strategis.

3 Realisasi Volume : Capaian keluaran (output) riil output berupa jumlah barang atau jasa yang
Keluaran (RVK) dihasilkan oleh Satker atas penggunaan anggarannya.

4 Progres Capaian : Persentase yang menunjukkan tingkat penyelesaian dari berbagai tahapan atau
Output (PCO) aktivitas yang dilakukan Satker dalam mencapai suatu output.

5 Persentase Penyerapan : Persentase yang menunjukkan perbandingan penyerapan terhadap pagu


Anggaran (PPA) anggaran Satker.

6 Gap Progres Capaian : Angka yang menunjukkan selisih antara PCO dengan PPA pada suatu output
Output tertentu.

7 Target Output : Angka yang menunjukkan jumlah/kuantitas dari output yang direncanakan untuk
dicapai dalam satu tahun anggaran pada DIPA.

8 Output Terkonfirmasi : Data capaian output yang dinilai wajar oleh sistem (by system) atau oleh petugas
berwenang sesuai dengan kriteria pengisian data yang memadai.

9 Output Tidak : Data capaian output yang dinilai tidak wajar karena tidak memenuhi sejumlah
Terkonfirmasi kriteria pengisian data yang memadai.

10 Anomali kuantitatif : Data capaian output yang terindikasi tidak selaras pengisiannya berdasarkan
perbandingan antar komponen data yang bersifat kuantitatif seperti PCO, RVK,
dan PPA.

11 Anomali keterangan : Data capaian output yang termasuk dalam kategori anomali kuantitatif yang tidak
disertai dengan penjelasan yang memadai. Data yang bersifat anomali
keterangan akan dikonfirmasi oleh KPPN ke Satker K/L untuk diperbaiki.

2
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
IV. PROSES BISNIS PENGISIAN DATA , MONITORING, DAN KONFIRMASI DATA CAPAIAN OUTPUT
Gambar 1. Proses Bisnis Pengisian Data dan Konfirmasi Capaian Output

Proses Pengisian Data Capaian Output oleh Satker dan Konfirmasi Data Capaian Output oleh KPPN dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Operator SAS/SAKTI mengisi komponen data capaian output untuk periode s.d. bulan berkenaan (kumulatif)
antara lain (1) RVK, (2) PCO, (3) Keterangan dan (4) Referensi. Referensi diisi apabila output tersebut berupa
output anomali kuantitatif.
2. Operator SAS menyimpan data capaian output dalam direktori khusus. Sementara dari dari SAKTI akan terkirim
secara otomatis pada saat tutup buku.
3. Operator SAIBA menerima ADK capaian output dari operator SAS dan mengunggah ADK capaian output ke
aplikasi SAIBA, mencetak laporan capaian output untuk memastikan data capaian output telah terisi seluruhnya
dan menggunggah pada aplikasi SAIBA.
4. Apabila data capaian output telah terisi seluruhnya, operator SAIBA meng-upload ADK capaian output ke aplikasi
e-Rekon&LK.
5. Aplikasi e-Rekon&LK menerima ADK capaian output SAIBA, di mana pada saat data diterima status konfirmasi
capaian output-nya: Proses Validasi. Aplikasi e-Rekon&LK akan melakukan proses validasi data capaian output
secara otomatis dan menghasilkan file excel hasil rekonsiliasi untuk diproses lebih lanjut (status konfirmasi:
Analisis Vera/VeraKI). Setiap data capaian output Satker akan divalidasi oleh sistem dan diberikan status awal
sebagai output yang Terkonfirmasi atau Tidak Terkonfirmasi.
6. Seksi Vera/VeraKI memonitor capaian output Satker dengan status konfirmasi “Analisis Vera/VeraKI”. User
kemudian memilih Satker yang masih memiliki data capaian output yang Tidak Terkonfirmasi untuk melakukan
pengecekan ke detil data.
7. Seksi Vera/VeraKI menganalisis dan mengidentifikasi apakah pengisian data capaian output telah memadai. Hasil
analisis dituangkan Seksi Vera/VeraKI dengan mengisi catatan pada menu Kertas Kerja Konfirmasi. Seksi
Vera/VeraKI kemudian memproses hasil analisis dan identifikasi atas data capaian output untuk dianalisis oleh
Seksi PDMS/MSKI.
8. Seksi PDMS/MSKI memonitor capaian output Satker dengan status konfirmasi “Analisis PDMS/MSKI” yang Tidak
Terkonfirmasi. dan mengecek pengisian data capaian output hasil identifikasi dari Vera/VeraKI untuk output
dengan status Tidak Terkonfirmasi.
9. Seksi PDMS/MSKI mengecek isian data capaian output serta catatan hasil analisis dari seksi Vera/VeraKI sebagai
pertimbangan untuk melakukan approval/tidak atas data dengan status Tidak Terkonfirmasi. Seksi PDMS/MSKI
menambahkan catatan hasil analisis.

3
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
10. Apabila berdasarkan hasil analisis dan approval dari dari seksi PDMS/MSKI:
a. Masih terdapat data capaian output yang Tidak Terkonfirmasi, maka Seksi PDMS/MSKI melakukan konfirmasi
ke Satker dengan mengirim pemberitahuan perbaikan data ke Satker (Status Konfirmasi: Menunggu
Konfirmasi Satker). Sementara itu, seksi Vera/VeraKI mengirim pemberitahuan ke Operator SAIBA Satker
bahwa masih terdapat data capaian output yang Tidak Terkonfirmasi.
b. Seluruh data capaian output telah Terkonfirmasi, maka status konfirmasi untuk Satker tersebut akan menjadi
“Terkonfirmasi”.
11. PPK Satker menerima pemberitahuan perbaikan data dari seksi PDMS/MSKI, sementara operator SAIBA
menerima pemberitahuan/notifikasi dari seksi Vera/VeraKI.
12. PPK melakukan perbaikan data capaian output pada aplikasi SAS sesuai hasil analisis dari KPPN. PPK kemudian
melakukan proses pengiriman data ulang ke aplikasi SAIBA dan e-Rekon&LK
Dalam hal sampai dengan akhir open periode pertama rekonsiliasi LK Satker tidak melakukan perbaikan data
capaian output, maka status data capaian output yang ada akan dikirim ke OM-SPAN sebagai basis penilaian
IKPA.
13.Data capaian output pada aplikasi e-Rekon&LK akan dikirim ke OM-SPAN sebagai basis penilaian IKPA Konfirmasi
Capaian Output.

V. PERIODE INPUT CAPAIAN OUTPUT DAN KIRIM ADK CAPAIAN OUTPUT SAAT REKONSILIASI
Pengisian capaian output dilakukan setiap bulan, sementara pengiriman datanya dapat dilakukan mengikuti periode
pengiriman data rekonsiliasi Laporan Keuangan (LK). Data capaian output akan divalidasi oleh KPPN, sehingga dalam
hal terdapat output yang dinilai belum memadai maka KPPN akan melakukan konfirmasi ke Satker untuk
memperbaiki data dan melakukan pengiriman ulang pada e-Rekon&LK. Selanjutnya, aktivitas konfirmasi dan
perbaikan data capaian output dilakukan sepanjang open period pertama rekonsiliasi LK.
Sejalan dengan hal itu, dalam rangka penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran (IKPA) untuk indikator
Konfirmasi Capaian Output (KCO), data yang dinilai adalah data capaian output berdasarkan status data pada akhir
closed period pertama rekonsiliasi LK. Nilai IKPA KCO akan dikunci sehingga perbaikan data setelah closed period
pertama berakhir tidak akan mengubah nilai IKPA KCO pada OM-SPAN.

HARAP DIPERHATIKAN
Perbaikan data capaian output dalam rangka penilaian IKPA hanya dapat dilakukan pada open period pertama
rekonsiliasi LK. Perbaikan yang dilakukan pada open period kedua tidak akan mempengaruhi nilai IKPA KCO. Pastikan
Satker telah mengirim seluruh data secara benar pada open period pertama

4
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
VI. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
1. Bagaimana Menghitung Capaian Output
Perhitungan capaian output ditujukan untuk melihat sudah sejauh mana progres dan capaian riil dari suatu output
setiap periodenya (setiap bulan). Perhitungan capaian output merupakan kewenangan masing-masing Satker
berdasarkan metode perhitungan yang sudah ditentukan oleh instansi vertikal maupun oleh Satker sendiri. Untuk
keselarasan data, Satker dapat berkoordinasi dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan unit vertikalnya, misalnya
dengan biro perencanaan terkait dengan metode perhitungan capaian outputnya.
Dalam hal Satker belum memiliki metode perhitungan yang ajeg, maka perhitungan capaian output dapat mengacu
pada beberapa contoh di Juknis ini. Namun demikian, dimungkinan akan ada berbagai varian output yang belum
terakomodasi perhitungannya dalam Juknis ini. Sekali lagi, perhitungan capaian output pada prinsipnya merupakan
kewenangan Satker dalam hal ini PPK, dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip kewajaran data dan informasi
yang memadai.
Selanjutnya, ada beberapa prinsip yang digunakan agar berbagai data output yang akan digunakan sebagai bahan
analisis nantinya dapat konsisten, yakni:
a. RVK baru diisi apabila output tersebut memang secara utuh telah tercapai. RVK tidak diisi dengan angka pecahan
yang dapat membuat data dan informasi menjadi tidak tepat. Misalnya, RVK untuk output berupa bangunan,
maka dapat diisi dengan 3 bangunan, bukan 3,5 bangunan, atau output berupa dokumen diisi dengan angka 10
dokumen, bukan 9,5 dokumen. Contoh kasusnya adalah sebagaimana disajikan sebagai berikut.
Misalnya untuk output berupa “pembangunan rumah susun” dengan target output berupa 20 unit bangunan.
Pada bulan Juni 2020, sudah selesai dibangun sebanyak 3 unit, sementara unit lainnya masih dalam progres.
Detil progresnya adalah sebagai berikut:
Progress kinerja Konversi

- Rumah susun yang telah selesai 100 persen: 3/20 * 100 persen = 15 persen
3 unit

- Rumah susun yang on progress 50 persen 5/20 * 50 persen = 12,5 persen


sebanyak 5 unit

- Rumah susun yang on progress 30 persen 1/20 * 30 persen = 1,5 persen


sebanyak 1 unit

- Rumah susun yang belum progres sama 11/20 * 0 persen = 0


sekali sebanyak 11 unit

Total Progress 29 persen (15+12,5+1,5+0)

Realisasi Volume Keluaran 3 (sejumlah unit yang telah selesai)

Untuk output tersebut, maka pengisiannya RVK-nya diisi dengan 3 (unit), sementara progresnya diisi sebesar
29%.
Belanja (miliar) Keluaran
Uraian Output Gap
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO
Pembangunan Rumah Susun 18,2 10,2 M 56% 20 unit 3 29% 27%

b. Memperhatikan apakah PCO dapat dihitung secara proposional atau tidak berdasarkan RVK yang telah dicapai.
Perhitungan PCO untuk beberapa output dapat dihitung langsung dengan membagi RVK dengan target output,
sementara beberapa lainnya tidak. Contoh perhitungan output rumah susun yang disajikan sebelumnya
menunjukkan bahwa PCO tidak serta merta dihitung dengan membagi RVK terhadap target outputnya. Hal
tersebut mengingat masing-masing output (masing-masing bangunan) memungkinkan untuk dihitung secara
lebih spesifik dengan mem-breakdown progres atau tahapan yang sudah dilalui sehingga mengasilkan data yang
lebih akurat.
Namun, beberapa output mungkin sulit untuk di-breakdown satu per satu. Misalnya, untuk output berupa
“dokumen layanan keimigrasian” dengan target sebanyak 2.340 dokumen sebagaimana contoh di bawah:

1
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Contoh: Output dokumen keimigrasian.
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO
Dokumen layanan keimigrasian 25,3 10 39,5% 2.340 dokumen 950 40,6% 32,5%

Pada contoh di atas, PCO dapat dihitung secara proporsional dengan langsung membagi jumlah dokumen
keimigrasian yang telah diterbitkan (RVK) dengan target yang tercantum dalam DIPA sehingga diperoleh PCO
sebesar 40,6% (950/2.340 dokumen). Untuk kasus di atas, PCO dihitung secara proporsional sesuai dengan
RVK-nya karena akan sulit untuk menghitung dan mem-breakdown progres untuk masing-masing dokumen
secara individu.
Contoh perhitungan output lainnya dapat dilihat pada Box: Contoh Kasus Perhitungan Capaian Output.
2. Mem-breakdown Tahapan/Aktivitas dalam Pencapaian Output Berdasarkan Komponen
Progres Capaian Output yang tidak dihitung secara proporsional berdasarkan RVK-nya dapat diidentifikasi dengan
mem-breakdown tahapan atau aktivitas yang dilaksanakan dalam rangka mencapai output tersebut. Dalam
dokumen RKA-K/L, tahapan tersebut dapat diidentifikasi di level komponen. Komponen dapat menjadi basis
penilaian PCO.

Dalam menghitung PCO berdasarkan komponen, Satker mengidentifikasi bobot untuk tiap-tiap komponen. Bobot
tersebut ditetapkan berdasarkan beberapa pertimbangan misalnya signifikansi komponen tersebut terhadap
pencapaian output, besaran alokasi anggaran untuk masing-masing komponen, atau pertimbangan lainnya. Dengan
demikian, Satker dapat menghitung PCO-nya berdasarkan komponen yang telah dicapai/dilalui sesuai bobotnya
masing-masing. Sebagai ilustrasi, Satker A memiliki output berupa Dokumen Program Legislasi Nasional, dengan
target berupa 1 prolegnas. Komponen dan bobotnya adalah sebagai berikut:

Bobot
Output Target Komponen Komponen
(%)
Dokumen Program 1 Prolegnas Penyerapan aspirasi penyusunan Prolegnas
Legislasi Nasional Tahun 2020-2024 dan Prolegnas Prioritas Tahun 10
2020

Penyiapan konsep Prolegnas oleh Tim Kerja 30


Perencanaan dan Perumusan 20

Penetapan Prolegnas Prioritas Tahun 2021 10


Sosialisasi Prolegnas 20
Evaluasi Prolegnas 10
Total Komponen 100
Misalnya, pada bulan Juni 2020 output tersebut aktivitasnya sudah melewati tahapan Perencanaan dan Perumusan,
maka PCO-nya dapat diisi sebesar 60%.

Selain mengacu ke komponen, K/L atau Satker dapat mem-breakdown tahapan pencapaian output sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi yang dinilai paling tepat dalam menghitung progres capaiannya.

2
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
3. Validasi dan Konfirmasi Capaian Output

Pengisian data capaian output merupakan prasyarat dilakukannya rekonsiliasi LK pada aplikasi e-Rekon&LK. Namun
syarat partisipasi tersebut belum cukup untuk memastikan tercapainya data capaian output yang berkualitas. Oleh
karena itu, diperlukan validasi untuk mengidentifikasi data yang masih belum wajar agar dapat diperbaiki. Validasi
tersebut dilakukan dalam 2 tahap.

Pertama, validasi by system. Validasi by system ditujukan untuk (1) memberikan warning atas pengisian data yang
dinilai tidak wajar, dan (2) memberikan status awal kepada setiap data capaian output yang masuk ke aplikasi e-
Rekon&LK. Pada saat user PPK melakukan pengisian data capaian output di aplikasi SAS, sistem akan memberikan
peringatan apabila terdapat kondisi-kondisi pengisian data yang berpotensi tidak wajar. Peringatan tersebut dapat
berupa penolakan isian data atau peringatan untuk melanjutkan action atau tidak (selengkapnya lihat tabel 1). Selain
itu, sistem akan memberikan status untuk setiap data capaian output yang dikirim ke aplikasi e-Rekon&LK berupa
status “Terkonfirmasi” atau “Tidak Terkonfirmasi”.

Kedua, validasi manual. Validasi manual dilakukan oleh KPPN untuk data capaian output yang statusnya “Tidak
Terkonfirmasi”. KPPN akan mengecek isian keterangan dan menilai apakah isiannya memadai atau tidak. Apabila
isian keterangannya sudah memadai, maka KPPN dapat melakukan approval atau mengubah status data dari Tidak
Terkonfirmasi menjadi Terkonfirmasi. Namun, apabila isian keterangan belum memadai, maka KPPN akan
melakukan konfirmasi ke Satker dan meminta Satker untuk melakukan perbaikan data.

Gambar 2. Kerangka Logika Validasi Capaian Output

4. Anomali Data Capaian Output


Selama ini masih cukup banyak ditemukan data capaian output yang anomali atau tidak wajar dan tidak disertai
dengan keterangan yang memadai. Ketidakwajaran tersebut tersebut diidentifikasi dengan membandingkan data
isian capaian output, yakni progres capaian output (PCO) dengan persentase penyerapan anggaran (PPA), realisasi

3
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
volume keluaran (RVK), target keluaran, dan keterangan. Adanya ketidakselarasan antar data tersebut menjadi
indikasi bahwa terdapat ketidaktepatan dalam pengisian data.
Anomali data capaian output dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yakni:
a. Anomali kuantitatif, yakni ketidakselarasan data capaian output dilihat dari data yang bersifat kuantitaif,
misalnya ketidakselarasan antara PCO dengan PPA, PCO dengan RVK, RVK dengan target keluaran. Beberapa
contoh anomali kuantitatif adalah sebagai berikut:
1) Anomali gap, yakni ketidakselarasan data capaian output yang ditunjukkan dengan adanya gap (selisih)
yang terlalu tinggi antara PCO dengan PPA. Adanya gap yang cukup tinggi menjadi salah satu indikasi
kesalahan pengisian data capaian output. Hal ini didasari pemikiran bahwa pada prinsipnya tingkat
penyerapan anggaran seharusnya selaras dengan tingkat penyelesaian output. Semakin tinggi anggaran
yang sudah terserap, semakin banyak tahapan aktivitas yang telah dilaksanakan untuk mencapai suatu
output sehingga seharusnya berimplikasi pada progres pencapaian output yang semakin tinggi.
Ada dua kondisi anomali gap yang umumnya terjadi dalam pengisian data capaian output, yakni (1) gap
dengan capaian kinerja yang terlalu tinggi, dan (2) gap dengan capaian kinerja yang terlalu rendah. Batasan
gap untuk output yang dinilai anomali adalah apabila gap antara PCO dengan PPA lebih besar dari 20% (5%
untuk output strategis) atau kurang dari -20% (-5% untuk output strategis).
 Capaian kinerja terlalu tinggi
Kondisi ini dapat diidentifikasi apabila gap antara PCO dengan PPA (PCO - PPA > 20%) untuk non output
strategis. Khusus untuk output strategis, anomali kuantitatif diidentifikasi apabila gap antara PCO dengan
PPA (PCO – PPA >5%). Contoh:
Anomali pada Non Output strategis
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO
Layanan pengembangan
60,1 1,5 2,5% 100 kali 0 25,0% 22,5%
hubungan kerja sama LN

Karena terdapat gap antara PCO dengan PPA sebesar 22,5% (25%-2,5%), maka output di atas diidentifikasi
sebagai output anomali kuantitatif dengan capaian kinerja terlalu tinggi.
Anomali pada Output Strategis
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO
Sarana pascapanen
139,4 21,3 15,3% 500 unit 120 unit 25,0% 9,7%
tanaman pangan

Karena output di atas merupakan output strategis dan gap PCO dengan PPA lebih dari 5%, yakni sebesar
9,7% (25% - 15,3%), maka output tersebut diidentifikasi sebagai output anomali kuantitatif.
 Capaian kinerja terlalu rendah
Kondisi ini dapat diidentifikasi apabila gap antara PCO dengan PPA kurang dari -20% (PCO - PPA < -20%)
untuk non output strategis. Khusus untuk output strategis, anomali kuantitatif diidentifikasi apabila gap
antara PCO dengan PPA kurang dari -5% (PCO – PPA <-5%). Contoh:
Anomali pada Non output strategis
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO
Dokumen tata beracara 10,3 8,5 82,5% 20 dokumen 5 50,0% -32,5%

Pada output di atas, selisih antara PCO dengan PPA adalah sebesar -32,5% (50% - 82,5%) yang menunjukkan
capaian kinerjanya jauh lebih rendah dari penyerapan anggarannya. Gap tersebut tersebut menjadi indikasi
adanya anomali kuantitatif dengan capaian kinerja terlalu rendah.

4
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Anomali pada Output Strategis
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO
Laporan Hasil Pemeriksaan 20,0 10,0 50,0% 3 laporan 1 42,0% -8,0%

Pada output strategis di atas, selisih antara PCO dengan PPA adalah sebesar -8% (42,0% - 50,0%), atau lebih
kecil dari -5%, sehingga diidentifikasi sebagai anomali kuantitatif dengan capaian kinerja terlalu rendah.
2) Anomali kuantatif lainnya
Selain anomali gap, anomali kuantitatif lainnya yang sering terjadi adalah adanya ketidakselarasan antara
PCO dengan RVK. Misalnya PCO telah diisi sebesar 100%, tapi RVK-nya diisi 0 (nol) atau diisi lebih rendah
dari target keluaran. Contoh:
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO
Dokumen pembahasan 100
13 12 92,3% 90 100% 7,7%
anggaran keputusan

Dari contoh di atas, anomali data diidentifikasi karena meskipun gap-nya masih dalam, namun isian RVK
tidak selaras dengan isian PCO yang sudah diisi senilai 100%. Isian PCO sebesar 100% seharusnya
menunjukkan ketercapaian output sesuai targetnya sebesar 100 keputusan.
b. Anomali keterangan, yakni ketidakselarasan data capaian output yang bersifat anomali kuantitatif dengan isian
keterangan atau penjelasannya. Anomali kuantitatif mungkin saja terjadi dan menggambarkan kondisi capaian
output yang sebenarnya. Namun, output dengan anomali kuantitatif harus dapat dijelaskan secara memadai
melalui pengisian informasi dalam kolom isian keterangan. Sehingga output tersebut bisa dinilai benar dalam
pengisiannya (Terkonfirmasi).

HARAP DIPERHATIKAN
Output anomali kuantitatif merupakan early warning adanya ketidakwajaran pengisian data capaian
output. Namun, output anomali kuantitatif dapat diterima sebagai data yang wajar (Terkonfirmasi)
sepanjang dapat dijelaskan secara memadai. Untuk data anomali kuantitatif yang tidak disertai referensi
yang sesuai dan/atau keterangan yang memadai, maka data tersebut bersifat anomali keterangan.

5. Referensi
Apabila PPK mengisi data output yang bersifat anomali kuantitatif, maka dalam aplikasi akan muncul field Referensi.
Referensi merupakan kelompok keterangan yang sudah disediakan oleh aplikasi yang dapat berfungsi sebagai
keterangan tambahan untuk menjelaskan output yang bersifat anomali kuantitatif. Referensi digunakan untuk
membantu proses validasi data by system.

Terdapat 9 referensi yang saat ini tersedia dalam aplikasi, yakni:

Kode Referensi Kondisi anomali kuantitatif


Referensi
01 Adanya efisiensi/optimalisasi anggaran
Kegiatan sudah dilaksanakan, namun pertanggungjawaban
02 Capaian Kinerja Terlalu Tinggi
keuangan belum dilakukan/masih dalam proses
03 Alokasi Anggaran terlalu besar/melebihi kebutuhan
Tidak/belum dilakukan revisi penyesuaian target output Capaian Kinerja Terlalu Tinggi +
04
Terlalu Rendah
Penilaian Progress Output dilakukan secara periodik. Saat ini
05
belum dilakukan penilaian output.
Adanya Pembayaran Uang Muka Pekerjaan, sementara Capaian Kinerja Terlalu Rendah
06
pekerjaan belum/baru dilakukan.
08 Adanya pembayaran untuk tunggakan/tagihan tahun lalu
5
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Output telah tercapai, hanya menunggu finalisasi
07 Anomali kuantitatif Lainnya
laporan/serah terima.
99 Lainnya Semua kondisi anomali kuantitatif

01) Adanya efisiensi/optimalisasi anggaran


Efisiensi anggaran menggambarkan tercapaianya suatu output dengan jumlah input yang lebih rendah dari
alokasi awal. Efisiensi dapat ditunjukkan dengan tingkat penyerapan anggaran yang tidak dapat mencapai 100%
dari alokasi pagu DIPA-nya. Kondisi tersebut dapat menyebabkan data isian capaian output bersifat anomali
kuantitatif, yang menunjukkan capaian kinerja terlalu tinggi. Apabila Satker memiliki output anomali kuantitatif
karena adanya efisiensi anggaran, maka user PPK dapat memilih referensi 01 untuk menjelaskan anomali
kuantitatif tersebut.
02) Kegiatan sudah dilaksanakan, namun pertanggungjawaban keuangan belum dilakukan/masih dalam proses
Aktivitas/tahapan mungkin saja sudah dilaksanakan namun pembayaran atau pertanggungjawaban
keuangannya belum dilakukan atau masih dalam proses pembayaran sampai dengan akhir periode pelaporan
output. Hal tersebut memungkinkan terjadinya kondisi di mana PCO melebihi PPA karena aktivitas sudah
dilaksanakan dan diperhitungkan sebagai progres dalam mencapai output sementara penyerapan anggarannya
belum tercatat dalam sistem. Apabila Satker memiliki output anomali kuantitatif serupa dengan kasus tersebut,
maka user PPK dapat memilih referensi 02 untuk menjelaskan anomali tersebut.
03) Alokasi anggaran terlalu besar/melebihi kebutuhan
Pada saat eksekusi anggaran belanja, bisa saja alokasi anggaran yang ditetapkan terlalu besar sehingga tidak
sesuai dengan kebutuhan. Salah satu penyebabnya adalah perencanaan anggaran yang cenederung bersifat
top down. Alokasi yang terlalu besar karena tidak sesuai kebutuhan ataupun tidak dikalkulasi secara matang
memungkinkan terjadinya kondisi di mana PCO-nya kemudian melebihi PPA karena anggaran yang diserap tidak
sebesar yang dialokasikan. Contoh, untuk output berupa “jumlah pameran wisata yang diselenggarakan”
dengan target 10 kali (frekuensi), alokasi anggarannya adalah sebesar Rp10 miliar yang cenderung bersifat top
down. Pada saat pelaksanaan, ternyata komponen biayanya tidak sebesar yang diestimasikan sebelumnya,
sehingga dari alokasi sebesar 10 miliar hanya terserap Rp7 miliar, sementara di sisi lain pameran yang
dilaksanakan bisa mencapai target 10 pameran. Untuk kasus yang serupa dengan contoh tersebut, user PPK
dapat memilih referensi 03 untuk menjelaskan anomali data kuantitatif.
04) Penilaian progres output dilakukan secara periodik. Saat ini belum dilakukan penilaian output.
Dalam menilai capaian dari suatu output tentunya membutuhkan data dan informasi yang memadai. Proses
pengumpulan data dan informasi mungkin baru dapat dilakukan pada periode tertentu. Sehingga apabila
sepanjang periode pengumpulan data tersebut telah terjadi penyerapan anggaran yang cukup sigifikan, maka
dapat berakibat pada munculnya gap antara PCO dengan PPA, di mana PCO yang dilaporkan mungkin lebih
rendah dari progres riilnya maupun PPA-nya karena penilaian output belum dapat dilakukan. Untuk kasus
tersebut, user PPK dapat memilih referensi 04 untuk menjelaskan anomali data kuantitatif.
05) Adanya pembayaran uang muka pekerjaan, sementara pekerjaan belum/baru dilakukan.
Pada beberapa Satker, pembayaran uang muka pekerjaan tidak dihitung sebagai progres pencapaian suatu
output. Dalam hal demikian, maka pembayaran uang muka pekerjaan dapat mengakibatkan gap antara PPA
dengan PCO cukup besar karena telah terjadi pembayaran namun belum ada pengakuan atas progres
outputnya. Untuk kasus tersebut, maka user PPK dapat memilih referensi 05 untuk menjelaskan anomali data
kuantitatif.
08) Adanya pembayaran untuk tunggakan/tagihan tahun lalu.
Kegiatan yang belum selesai di tahun sebelumnya dapat dibayarkan di tahun berikutnya sesuai ketentuan yang
berlaku. Pembayaran tunggakan tersebut mengakibatkan terjadinya kenaikan PPA namun tidak disertai dengan
kenaikan PCO karena tidak ada pengakuan output atas pembayaran tunggakan tahun lalu. Untuk kasus
tersebut, maka PPK dapat memilih referensi 08 untuk menjelaskan anomali data kuantitatif.
07) Output telah tercapai, hanya menunggu finalisasi laporan/serah terima.
Beberapa Satker memiliki pandangan yang berbeda dalam menentukan batasan kapan suatu output dihitung
sebagai output yang utuh atau selesai. Misalnya, output berupa “pembangunan sarana dan prasarana pasar”
terdapat pada Satker A dan Satker B di mana masing-masing memiliki target output sebanyak 1 pasar. Pada
akhir tahun, progres penyelesaian output tersebut pada Satker A dan B adalah sama, di mana proses
pembangunannya sudah selesai namun belum diserahterimakan kepada pemda. Atas kasus tersebut, Satker A
melaporkan PCO dan RVK masing-masing 100% dan 1 unit pasar, sementara Satker B melaporkan PCO 100%

6
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
namun RVK masih 0. Satker A beranggapan bahwa secara substansi sarana pasar telah selesai dibangun
sehingga diakui sebagai output sejumlah 1 unit pasar. Di sisi lain, Satker B beranggapan bahwa kewenangan
pelaksanaannya adalah adalah sampai dengan pasar tersebut siap digunakan oleh masyarakat. Di sisi lain,
proses serah terima lebih ditentukan oleh proses yang dilaksanakan di pemda, bukan di Satker itu sendiri.
Kembali kepada prinsip bahwa metode perhitungan capaian output merupakan kewenangan masing-masing
Satker, maka pengisian data output pada kedua Satker tersebut dapat diterima, namun khusus untuk Satker B,
karena pengisiannya termasuk pada anomali data kuantitatif lainnya, maka Satker B dapat memilih referensi
07 untuk menjelaskan anomali kuantitatif tersebut.
99) Lainya
Referensi yang dikembangkan saat ini masih terbatas dan mungkin saja belum dapat menangkap semua varian
yang dapat menjelaskan anomali kuantitatif. Untuk itu, Satker dapat memilih untuk menambahkan penjelasan
lainnya di luar referensi 01 – 08 yakni dengan memilih referensi “99) Lainnya”. Setelah memilih referensi 99,
maka Satker dapat menambahkan informasi pada kolom keterangan. Harap diperhatikan bahwa pengisian
keterangan agar tetap memperhatikan ketentuan pengisian keterangan yang memadai. Contohnya
penggunaan referensi 99 yang disertai dengan keterangan yang memadai adalah sebagai berikut:
Pengisian data capaian output bulan April
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO
Layanan Sarana dan Prasarana
0,75 0,45 60,0% 1 layanan 0,00 33,3% -26,7%
Internal
Isian keterangan:
s.d. April, progres layanan mencapai 33,3% (4/12 bulan*100%) dengan realisasi keluaran sebesar 0 layanan. gap yg cukup
tinggi karena adanya realisasi yang besar untuk peralatan dan mesin, sementara PCO diihitung progresif sesuai bulan
yang dilalui.

HARAP DIPERHATIKAN
Apabila user menginput data output anomali kuantitatif, pastikan user memilih salah satu referensi yang tersedia
agar data dapat diproses oleh KPPN.

6. Komponen dan Ketentuan Pengisian Data Capaian Output


a. Komponen pengisian
Dalam mengisi data, terdapat 3 komponen (4 komponen untuk output anomali kuantitatif) data yang wajib diisi oleh
Satker, yakni:
No. Komponen pengisian Sifat Ketentuan Umum
1. Realisasi Volume - Maksimal dapat diisi sebesar 1,5 kali target output.
Mandatory
Keluaran (RVK)
2. Progres Capaian Mandatory - Maksimal dapat diisi sebesar 100 (persen).
Output (PCO) - Warning box apabila terdapat kondisi anomali kuantitatif.
3. Keterangan Mandatory - Maksimal diisi 365 karakter.
- Informasi yang diisi agar memenuhi kriteria keterangan yang
memadai.
4. Referensi Mandatory*) - Muncul apabila terdapat kondisi anomali kuantitatif.

Pada aplikasi SAS, pengisian data sifatnya kumulatif sampai dengan periode berkenaan.

7
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
b. Kriteria pengisian keterangan yang memadai
Kolom keterangan dapat diisi informasi tambahan yang dapat menjelaskan capaian output periode tersebut. Data
capaian output akan semakin berkualitas apabila dapat diisi dengan informasi terkait capaian, tahapan aktivitas
yang sudah dilaksanakan, permasalahan, tindak lanjut, metode perhitungan, dan/atau penjelasan lainnya. Isian
keterangan bersifat mandatory dan wajib diisi untuk seluruh data output.
Terutama dalam proses validasi manual oleh KPPN, isian keterangan menjadi bagian penting proses validasi, yakni
untuk validasi data yang bersifat anomali kuantitatif yang memilih referensi “99) Lainnya”. Kriteria minimal agar
suatu keterangan dapat dinilai memadai adalah:
1) Mencantumkan ulang progres dan capaian output sesuai isian data serta periode pengisian.
2) Menyajikan tahapan atau aktivitas yang sudah dilalui.
Agar data anomali kuantitatif dengan referensi “99) Lainnya” dapat diterima kewajarannya sehingga berstatus
“Terkonfirmasi”, maka kedua elemen informasi tersebut harus disajikan dalam keterangan. Apabila output tersebut
tidak menyajikan kedua elemen di atas, maka status data capaian outputnya berupa “Tidak Terkonfirmasi” dan
KPPN akan meminta Satker untuk melakukan perbaikan data. Satker dapat memantau status konfirmasi data
capaian outpunya melalui aplikasi e-Rekon&LK.
Berikut beberapa contoh pengisian keterangan yang dinilai memadai maupun tidak memadai.
Contoh 1. Keterangan yang memadai
Pada bulan April, Satker A melakukan pengisian data untuk output berupa Layanan Sarana dan Prasarana Internal
(non output strategis). Satker A mengisi data output dan dikategorikan sebagai output anomali kuantitatif karena
angka gap yang tinggi. Satker A memilih untuk menambahkan keterangan secara manual dengan memilih Referensi
99) karena alasan anomali tidak tersedia di referensi.
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO
Layanan Sarana dan Prasarana
7,5 4,5 60,0% 1 layanan 0,00 33,3% -26,7%
Internal.
Isian keterangan:
s.d. April, progres layanan mencapai 33,3% (4/12 bulan*100%) dengan realisasi keluaran sebesar 0 layanan. gap yg cukup
tinggi karena adanya realisasi yang besar untuk peralatan dan mesin (Rp2,5 miliar), sementara PCO diihitung progresif
sesuai bulan yang dilalui.
Identifikasi dalam uraian Komponen keterangan
- s.d. April - Sudah mencantumkan periode yang sesuai dan
menyajikan tahapan
- progres layanan mencapai 33,3%, realisasi keluaran
sebesar 0 layanan (2). - Angka PCO dan RVK pada keterangan sudah sesuai
dengan isian data.
- gap yg cukup tinggi karena adanya realisasi yang
besar untuk peralatan dan mesin (Rp2,5 miliar) - Menambahkan penjelasan mengenai gap yang tinggi

Pengisian data capaian output oleh Satker A telah memenuhi elemen keterangan yang memadai, bahkan
menambahkan informasi tambahan yang mampu memperjelas mengapa terjadi anomali kuantitatif. Oleh karena
itu, validasi manual oleh KPPN akan membuat status output tersebut menjadi Terkonfirmasi.
Contoh 2. Keterangan yang memadai
Pada bulan Oktober, Satker B melakukan pengisian data untuk output strategis berupa Laporan Pemantauan
Evaluasi dan Kinerja. Satker B mengisi data output dan dikategorikan sebagai output anomali kuantitatif karena
angka gap kurang dari 5%. Satker B memilih Referensi 99) karena merasa referensi yang tersedia tidak ada yang
sesuai dengan kondisi riil capaian outputnya. Untuk itu, Satker B menambahkan keterangan sebagaimana berikut:

8
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO

Laporan Pemantauan Evaluasi


20,5 14,0 68,3% 1 laporan 0 60% -8,3%
dan Kinerja
Isian keterangan:
s.d. Oktober, penyusunan laporan sedang dlm tahap pembahasan, dengan progres 60% dan belum ada laporan yang
terbit.
Identifikasi dalam uraian Komponen keterangan
- s.d. Oktober - Periode sudah sesuai dan menyajikan tahapan
- penyusunan laporan sedang dlm tahap pembahasan, - Angka PCO dan RVK pada keterangan sudah sesuai
dengan isiannya.
- progres 60% dan belum ada laporan yang terbit.

Pengisian data capaian output oleh Satker B telah memenuhi standar minimal elemen keterangan yang memadai.
Oleh karena itu, validasi manual oleh KPPN akan membuat status output tersebut menjadi Terkonfirmasi.
Contoh 3. Keterangan tidak memadai – angka dalam keterangan berbeda
Pada bulan November, Satker C melakukan pengisian data untuk output (non strategis) berupa Dokumen
Pembahasan Anggaran. Satker C mengisi data output dan dikategorikan sebagai output anomali kuantitatif. Satker
C memilih Referensi 99) dan menambahkan keterangan sebagai berikut:
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO

Dokumen Pembahasan 115


13,0 12,0 92,3% 70 60,9% -31,4%
Anggaran keputusan

Isian Keterangan:
s.d. Oktober, telah diterbitkan 70 dokumen terkait keputusan dengan progres keseluruhan 69%.
Identifikasi dalam uraian Komponen keterangan
- s.d. Oktober, - Uraian Periode penilaian dengan periode dalam
keterangan tidak sesuai.
- telah diterbitkan 70 dokumen
- Angka RVK berbeda antara isian dengan keterangan.
- dengan progres output 69%.

Pengisian data capaian output oleh Satker C tidak memadai. Oleh karena itu, output tersebut statusnya adalah Tidak
Terkonfirmasi, dan KPPN akan melakukan konfirmasi ke Satker untuk perbaikan data.
Contoh 4. Keterangan tidak memadai – elemen keterangan tidak sesuai standar
Pada bulan November, Satker D melakukan pengisian data untuk output strategis berupa Tenaga Kerja Industri
Kompeten Lulusan Diklat. Satker D mengisi data output dan dikategorikan sebagai output anomali kuantitatif dan
memilih Referensi 99. Tambahan keterangan yang diinput oleh Satker D sebagai berikut:
Belanja (dalam miliar) Keluaran
Uraian Output GAP
Pagu Penyerapan PPA Target RVK PCO

Tenaga Kerja Industri


13,8 12,0 71,0% 2.200 orang 1000 80,0% 9,0%
Kompeten Lulusan Diklat
Isian Keterangan:
Diklat telah dilaksanakan untuk 1000 orang. Sisanya ditargetkan selesai bulan Desember.
Identifikasi dalam uraian Komponen keterangan
- Diklat telah dilaksanakan untuk 1000 orang. - RVK dicantumkan ulang dan sesuai, namun PCO tidak.
- Sisanya ditargetkan selesai bulan Desember. - Sudah mencantumkan tahapan yang telah dilalui
- Tidak menyebutkan ulang periode pengisian data.

9
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Pengisian data capaian output oleh Satker D tidak memadai karena tidak mencantumkan periode pengisian data
untuk bulan November. Selain itu, dalam komponen keterangan tidak menyebutkan ulang progresnya. Oleh karena
itu, output tersebut statusnya adalah Tidak Terkonfirmasi, dan KPPN akan melakukan konfirmasi ke Satker untuk
perbaikan data.
7. Pengisian Data Capaian Output yang Dikelola Lebih Dari 1 PPK pada Aplikasi SAS
Dalam aplikasi SAS, Satker dapat membagi pagu dan output yang dikelola kepada beberapa PPK. Selain itu,
dimungkinkan juga adanya pembagian output yang sama yang dikelola lebih dari satu PPK. Misalnya output
1986.001 pada Satker ABC dibagi ke dua PPK, yakni PPK 1 dan PPK 2. Pada aplikasi SAS, data capaian output
1986.001 dapat diakses dan diisi oleh kedua user tersebut.

Selanjutnya, saat data output dikirim ke SAIBA, data dari ADK kedua PPK tersebut akan di-summary, di mana data
PCO dan RVK masing-masing akan dijumlahkan, sementara keterangannya akan ditimpa sesuai dengan urutan
penarikan datanya. Contohnya adalah sebagai berikut:

Misalnya untuk output 1986.001 target berupa 5 dokumen dikelola oleh PPK 1 dan PPK 2. Sampai dengan bulan
Desember 2020, sudah terbit 5 dokumen dengan PCO 100%. PPK 1 dan PPK 2 tidak berkoordinasi untuk menginput
datanya sehingga masing-masing mengisi pada aplikasi SAS sebagai berikut:

PPK Keg.Output Target PCO RVK Keterangan

01 1986.001 5 dokumen 100% 5 Telah diterbitkan 5 dokumen pada bulan


November.
02 1986.001 5 dokumen 100% 5 Output tercapai.

Kemudian operator SAIBA menerima ADK capaian output dari PPK 1 dan PPK 2 dan menarik data output ke SAIBA
dengan urutan data PPK 1  data PPK 2 (perhatikan urutannya). Maka data untuk output 1986.001 pada aplikasi
SAIBA adalah sebagaimana berikut:

PPK Keg.Output Target PCO RVK Keterangan

01 1986.001 5 dokumen 200% 10 Output tercapai


(100+100) (5+5) Keterangan PPK 2 menimpa keterangan
PPK 1

Untuk mencegah duplikasi pengisian data (saat penarikan data di SAIBA) yang menyebabkan data menjadi tidak
tepat, maka untuk output tersebut ketentuan pengisiannya adalah sebagai berikut:

 Satker menunjuk PPK induk, yakni PPK yang akan mengisi data capaian output yang dikelola lebih dari 1 PPK.
Misalnya untuk contoh di atas, PPK 1 ditunjuk sebagai sebagai PPK induk.
 PPK induk melakukan pengisian data capaian output (PCO, RVK, Keterangan, dan referensi) yang merupakan
angka capaian gabungan dari PPK 1 dan PPK 2. Sementara itu, PPK anak mengisi PCO dan RVK dengan angka 0
(nol) dan mengisi keterangan dengan uraian “output dikelola oleh PPK induk”. Apabila isian angka 0 (nol) pada
PPK 2 menyebabkan anomali data di SAS, maka pilih referensi 99).
 Operator SAIBA menarik data capaian output dengan ketentuan penarikan data PPK Induk dilakukan terakhir.
Misalnya pada kasus tersebut, urutan penarikan data adalah ADK output PPK 2 ADK output PPK 1, sehingga
keterangan yang muncul di SAIBA adalah keterangan PPK 1.

VII. PETUNJUK PENGISIAN DATA CAPAIAN OUTPUT SATKER K/L– APLIKASI SAS VERSI 20.0.7
Pastikan anda telah menginstall aplikasi SAS Versi 20.0.7 dan mengupdate referensinya.

i. Login

10
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Pada aplikasi SAS, lakukan login dengan
user PPK sesuai dengan pembagian
kewenangan user Satker.

ii. Masuk menu pengisian Capaian Output


Setelah login, tampilan aplikasi SAS adalah sebagaimana berikut. Kemudian pilih menu Pagu dan Kontrak 
Capaian Output

iii. Menampilkan data Capaian Output


Setelah anda memilihi menu Capaian Output, maka tampilan layar aplikasi adalah sebagai berikut.

11
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Tahapan untuk pengisian data capaian output dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Memilih bulan dan Satker
Silahkan dipilih bulan sesuai dengan periode
pengisian. Kemudian pilih kode Satker yang
diinginkan.
2) Memilih/menyederhanakan tampilan
Untuk menyederhanakan tampilan agar menampilkan level output
saja, pilih tickbox Tampilkan Hanya Level Output, sehingga tampilan
akan menyajikan informasi dari level program hingga output saja.
Setelah dipilih, maka tampilan akan berubah menjadi seperti di
bawah.

3) Mengidentifikasi apakah output berupa output strategis atau non output strategis
Apabila Satker memiliki output strategis, maka baris output akan berwarna kuning sementara untuk non
output strategis barisnya berwarna abu-abu.

4) Mengisi data capaian output


User mengisi data capaian output seperti RVK, PCO, Keterangan. Sementara itu, field Referensi akan
muncul apabila terdapat anomali kuantitatif. User dapat memilih referensi yang sesuai untuk menjelaskan
anomali kuantitatif.

Aplikasi SAS akan memberikan peringatan (warning box) untuk mengurangi potensi kesalahan pengisian
data. Warning box akan muncul apabila terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut:

12
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Tabel 1. Warning Box Dalam Pengisian Data Capaian Output

No Kondisi Waning box


1 Jika pengisian PCO lebih besar Input Ditolak
dari 100 Isian data tidak valid
2 Jika pengisian RVK lebih dari Input Ditolak
1,5 kali nilai target Isian data tidak valid. Realisasi Volume Keluaran tidak
kinerja/volume boleh melebihi 1,5 kali Target Keluaran
3 Jika Keterangan tidak diisi Input Ditolak
Isian data tidak valid. Kolom Keterangan harus diisi.
4 Jika pengisian PCO Input Diterima
mengakibatkan nilai Gap lebih Gap Progres Kinerja dengan Persentase Realisasi
besar dari 20% (5% untuk terlalu tinggi (Capaian Kinerja Terlalu Tinggi). Apakah
output strategis) anda yakin dengan isian datanya?
5 Jika pengisian PCO Input Diterima
mengakibatkan nilai Gap lebih Gap Persentase Realisasi dengan Progres Kinerja
kecil dari -20% (-5% untuk terlalu tinggi (Capaian Kinerja Terlalu Rendah).
output strategis) Apakah anda yakin dengan isian datanya?
6 Jika RVK atau PCO tidak diisi Input Ditolak
Data tidak valid.
7 Jika RVK diisi lebih dari 0 (nol), Input Ditolak
namun PCO diisi 0. Progres Capaian Output=0, namun Realisasi Target
(Volume)>0

HARAP DIPERHATIKAN
Pengisian data yang menyebabkan anomali kuantitatif yang disertai referensi 99) akan menjadi objek
konfirmasi manual oleh KPPN. Apabila opsi tersebut dipilih, pastikan agar isian keterangan sudah
memadai sehingga KPPN akan melakukan approval dan mengubah status data menjadi Terkonfirmasi.

5) Menyimpan, mencetak, dan mengirim data


Apabila PPK sudah menginput seluruh capaian output pada aplikasi SAS dan sudah yakin dengan isian data
Capaian Output tersebut, proses selanjutnya adalah melakukan penyimpanan. Klik tombol simpan seperti
pada gambar di bawah.

Apabila data berhasil disimpan, maka akan muncul notifikasi “Data Berhasil Disimpan!”.
13
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Selanjutnya, PPK dapat mencetak Daftar Realisasi Output dengan menekan tombol sehingga
akan muncul tampilan sebagaimana berikut:

Langkah terakhir adalah mengirim ADK Capaian Output dengan menekan tombol

dan memilih lokasi direktori/folder penyimpanan. Setelah itu klik tombol sehingga muncul
message box “Kirim ADK ke Aplikasi Selesai”.

VIII. MENGIRIM ADK OUTPUT SAS KE SAIBA DAN E-REKON&LK


Setelah membentuk ADK capaian output pada aplikasi SAS, proses selanjutnya adalah melakukan penarikan ADK
tersebut pada aplikasi SAIBA hingga mengirim ADK tersebut pada aplikasi e-Rekon&LK (paralel dengan proses
rekonsiliasi laporan keuangan). Prosesnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menarik data capaian output pada aplikasi SAIBA
Lakukan login pada aplikasi SAIBA dengan user Satker. Selanjutnya, pilih menu Utility  Penerimaan Data Capaian
Output.

14
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Setelah menu tersebut dipilih, akan muncul box Terima Capaian Output. Kemudian pilih lokasi file ADK output yang
telah dihasilkan dari aplikasi SAS. Setelah itu, klik tombol Proses. Setelah itu, apabila penarikan ADK output telah
berhasil, akan muncul dialog box sebagaimana di bawah.

2. Mengirim data SAIBA ke aplikasi e-Rekon&LK


Langkah selanjuntya adalah membuat ADK SAIBA untuk dikirim ke aplikasi e-Rekon&LK. Buka Menu Utility 
Pengiriman ke e-Rekon&LK.

Selanjutnya, pilih direktori untuk ADK SAIBA yang nantinya akan dikirim ke aplikasi e-Rekon&LK.

3. Mengupload ADK SAIBA ke Aplikasi e-Rekon&LK.


Terakhir, buka aplikasi e-Rekon&LK, lalu pilih menu Upload  Rekonsiliasi. Tampilan aplikasi e-Rekon&LK akan
seperti gambar di bawah.

15
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Selanjutnya, pilih Satker dan periode rekonsiliasi serta ambil ADK SAIBA pada direktori yang telah dipilih di langkah
sebelumnya. Lalu tekan tombol Kirim.

IX. MONITORING CAPAIAN OUTPUT PADA APLIKASI E-REKON&LK


Setelah data capaian output telah terkirim di aplikasi e-Rekon&LK, Satker K/L kemudian dapat memantau input
capaian output pada aplikasi e-Rekon&LK.
1. Memonitor status capaian output

Setelah login ke aplikasi e-Rekon&LK, pilih menu Proses Rekon  Rekon Bulanan. Status Capaian Output akan
muncul sebagaimana di atas.
Terdapat 8 status capaian output yang dapat muncul dengan kondisi sebagaimana berikut:

No Status Konfirmasi Keterangan


1 Belum Ada Data Satker belum mengunggah data capaian output pada aplikasi e-Rekon&LK.
2 Proses Validasi Data capaian output telah diterima aplikasi e-Rekon&LK dan sedang
dilakukan proses validasi by system.
3 Analisis Vera/VeraKI Data capaian output Satker dianalisis lebih lanjut oleh Seksi Vera/VeraKI.
4 Analisis PDMS/MSKI Data capaian output Satker anomali yang telah dianalisis oleh Seksi
Vera/VeraKI sedang dalam tahap pengecekan oleh Seksi PDMS/MSKI.
5 Terkonfirmasi Seluruh data capaian output Satker telah terkonfirmasi baik by system
maupun approval dari KPPN.
6 Menunggu Konfirmasi Terdapat data capaian output dengan status Tidak Terkonfirmasi yang
Satker perlu diperbaiki oleh Satker.

Sementara itu, untuk melihat jumlah data yang Terkonfirmasi maupun yang Tidak Terkonfirmasi, pilih menu Capaian
Output  Kertas Kerja Konfirmasi, sehingga tampilannya akan menjadi seperti gambar di bawah.

16
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Klik tombol action untuk melihat detil data capaian output.

2. Memperbaiki data capaian output


Sebagaimana contoh pada gambar sebelumnya, terdapat data capaian output yang Tidak Terkonfirmasi. Satker
dapat melihat catatan dari Apabila terdapat data capaian output yang perlu konfirmasi KPPN, maka Satker
melengkapi atau memperbaiki data capaian output pada aplikasi SAS hingga upload ulang di aplikasi e-Rekon&LK.
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya, proses pengisian, monitoring, dan konfirmasi data capaian output
Satker dilakukan secara paralel dengan proses rekonsiliasi laporan keuangan Satker. Perlu diketahui bahwa KPPN
akan menerbitkan BA Rekonsiliasi apabila requirement rekonsiliasi LK telah sesuai sebagaimana diatur dalam PMK
104/PMK.05/2017 tentang Pedoman Rekonsiliasi Dalam Penyusunan Laporan Keuangan Lingkup Bendahara Umum
Negara dan Kementerian Negara/Lembaga, berikut aturan yang mengikutinya. Satker (dalam hal ini PPK dan
Operator SAIBA) hendaknya berkoordinasi dan menentukan waktu yang tepat apabila hendak melakukan perbaikan
data capaian output.

HARAP DIPERHATIKAN
Pada saat hendak melakukan perbaikan data capaian output, Satker harus mengirim ulang seluruh data rekonsiliasi
seperti data LK dan BMN. Pengiriman data ulang mungkin dapat menyebabkan perubahan data LK maupun BMN.
Harap diperhatikan risiko perubahan data yang dapat menyebabkan perubahan status rekonsiliasi LK maupun BMN.

17
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
BOX: Contoh Kasus Perhitungan Capaian Output

Perhitungan capaian output merupakan penilaian dari PPK berdasarkan metode perhitungan yang telah ditetapkan
pada Satker K/L. Dalam hal tidak terdapat metode perhitungan dalam menilai capaian output tertentu, maka
perhitungan dilakukan berdasarkan judgement dari PPK atas kondisi riil di lapangan.
Dalam beberapa kasus, nilai Realisasi Target (Volume) dan Total Progress
Apabila belum ada metode perhitungan capaian output Satker K/L yang ditetapkan, maka dapat mengacu pada
contoh berikut ini:
Output berupa dokumen
Satker ABC memiliki output dengan uraian Peraturan/Pedoman Terkait Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran
dengan rincian data sebagaimana berikut.
Belanja (dalam miliar) Keluaran Ket
Uraian Output Anggaran Realisasi PPA Target RVK PCO GAP
s.d. Juni 2020, belum terdapat
peraturan yang terbit, di mana
5 peraturan tersebut sedang
dalam tahap pembahasan
Peraturan/Pedoman dengan biro hukum. Progres
Terkait Pelaksanaan 5 - penyelesaiannya sudah
Anggaran 53,2 35,5 66,7% peraturan 0 50% 16,7% mencapai 50%

Atas output tersebut, progress riilnya saat ini adalah kelima peraturan tersebut sudah memasuki tahap
pembahasan, yang menurut penilaian PPK (dengan berkoordinasi dengan tim penyusun peraturan) progresnya
telah mencapai 50 persen. Dalam hal ini, belum ada peraturan yang terbit sehingga Realisasi Target (Volume)-nya
adalah 0 (nol) peraturan, namun dengan PCO diisi sebesar 50%.

Output berupa fisik


Satker ABC memiliki output dengan uraian Rehabilitasi dan Renovasi Sarana Prasarana Perkantoran dengan rincian
anggaran dan capaian output pada bulan Juni sebagai berikut:
Belanja (dalam miliar) Keluaran Ket
Uraian Output Anggaran Realisasi PPA Target RVK PCO GAP
s.d. Juni 2020, belum ada
capaian fisik maupu progres
kegiatan yang dilakukan.
Realisasi anggaran berupa
Rehabilitasi dan pembayaran uang muka
Renovasi Sarana sebesar 20%. Sementara,
Prasarana pekerjaan akan dilaksanakan
Perkantoran 327,8 66 20,1% 5 ruang 0 0% -20,1% pada bulan Juli.

Sampai dengan bulan Juni, belum ada pekerjaan yang dilaksanakan, sementara realisasi anggaran merupakan uang
muka kerja sebesar 20%. Satker ABC tidak menghitung pembayaran uang muka sebagai tahapan dari pencapaian
output. Sehingga baik PCO maupun RVK nilai yang diinput adalah 0. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kolom
keterangan wajib diisi agar dapat menjelaskan data capaian output dimaksud. Maka, pada aplikasi SAS inputnya
adalah sebagaimana berikut.

18
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
Output berupa layanan
Satker ABC memiliki output Layanan Perkantoran dengan rincian sebagaimana berikut:
Belanja (dalam miliar) Keluaran Ket
Uraian Output Anggaran Realisasi PPA Target RVK PCO GAP
Layanan perkantoran
dihitung secara proporsional
Layanan berdasarkan jumlah bulan
Perencanaan 105,5 88,3 83,8% 12 bulan 11 91,7% 7,9% yang dilalui.

Atas output layanan tersebut, sampai dengan bulan November 2020 telah terdapat realisasi anggaran sebesar 83,8
persen. Sementara itu, RVK diisi sebesar 11 (karena telah melewati bulan ke sebelas) dan PCO diisi sebesar 91,7%
(11/12).

19
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020
X. PERTANYAAN YANG MUNGKIN MUNCUL (FAQ)
1. Apakah pada output anomali kuantitatif yang sudah memilih Referensi aktif (di luar pilihan referensi “99.Lainnya”)
harus mengisi kolom keterangan?
Jawab:
Sistem akan mengidentifikasi output anomali kuantitatif yang dengan pemilihan selain Referensi 99 sebagai output
yang Terkonfirmasi. Namun Satker dapat mengisi kolom keterangan untuk memberikan penjelasan tambahan,
misalnya permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian output dan/atau tindak lanjut penyelesaian yang sudah
dilakukan.
2. Bagaimana cara menghitung capaian output?
Jawab:
Pada prinsipnya, perhitungan capaian output sepenuhnya merupakan tanggung jawab PPK dengan mengacu pada
metode maupun mekanisme perhitungan yang ditetapkan oleh instansi masing-masing. Dalam hal belum terdapat
metode perhitungan untuk output tertentu, Satker dapat menghitung capaian outputnya berdasarkan estimasi PPK
atau pejabat lain yang berwenang. Seyogyanya pelaksana kegiatan (PPK) memiliki rencana dan tahapan pelaksanaan
proyek/kegiatan, sehingga untuk menghitung progres capaian output dapat mengacu pada tahapan yang telah
selesai.

3. Satker memiliki data output yang Tidak Terkonfirmasi setelah open period pertama rekonsiliasi. Apakah Satker dapat
memperbaiki data tersebut pada open period kedua? Bagaimana dengan penilaian IKPA indikator Konfirmasi
Capaian Outputnya?
Jawab:
Data capaian output pada e-Rekon&LK akan terupdate apabila Satker melakukan perbaikan dan pengiriman data
ulang sepanjang periode rekonsiliasi dibuka (pertama dan kedua). Namun, KPPN hanya akan melakukan konfirmasi
data sepanjang open period pertama rekonsiliasi. Dalam rangka penilaian IKPA KCO, maka data yang digunakan
adalah status data capaian output pada akhir closed period pertama. IKPA KCO pada aplikasi OM SPAN akan dikunci
datanya setelah closed period pertama selesai.
Satker agar mengoptimalkan open period pertama untuk memastikan bahwa seluruh data capaian output telah
diinput secara benar dan Terkonfirmasi.

20
Juknis Pengisian Data Capaian Output – Satker K/L Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai