Anda di halaman 1dari 7

Analisis Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Berbasis Akrual

OKTARIAWAN SETYABUDI
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Reformasi keuangan negara yang dimulai sejak diundangkannya Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menuntut pemerintah melakukan

tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), terutama dalam pengelolaan

keuangan negara. Pemerintah berusaha memenuhi tuntutan tersebut dengan

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik. Tata kelola yang baik akan

menciptakan transparansi dan akuntabilitas publik sebagai jawaban atas tuntutan

masyarakat yang besar dalam pengelolaan keuangan negara (Suhardjanto dan

Yulianingtyas 2011). Akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan

pengungkapan atas aktivitas dan kinerja keuangan pemerintah kepada pihak-pihak

yang berkepentingan terhadap laporan keuangan (Mardiasmo 2005).

Bentuk transparansi dan akuntabilitas publik pemerintah dituangkan dalam

laporan keuangan yang disusun oleh masing-masing kementerian/lembaga (K/L).

Laporan keuangan menjadi sarana utama dalam menciptakan akuntabilitas publik

(Rutherford 2000). Laporan keuangan kementerian/lembaga (LKKL) disusun

berdasarkan standar akuntansi pemerintahan (SAP) dan mengungkapkan informasi,

baik informasi keuangan maupun nonkeuangan secara memadai (full disclosure).

Pengungkapan laporan keuangan menjadi sangat penting yang dapat mencegah

kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan (Marston dan Strives 1991).

SAP yang sekarang berlaku ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor

71 Tahun 2010 (PP 71/2010) menjadi dasar penyusunan LKKL dan laporan

1
Analisis Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Berbasis Akrual
OKTARIAWAN SETYABUDI
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2

keuangan pemerintah daerah (LKPD). Standar ini mengatur penyajian laporan

keuangan yang meliputi pengakuan, pengukuran, penilaian, dan pengungkapan.

Berdasarkan PP 71/2010, laporan keuangan pemerintah disusun dan disajikan

menggunakan basis akrual selambat-lambatnya lima tahun setelah PP disahkan.

Pemerintah menyusun laporan keuangan berbasis akrual mulai tahun anggaran

2015.

Laporan keuangan tersebut diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan

(BPK). Pemeriksaan laporan keuangan bertujuan untuk menilai kewajaran laporan

keuangan terhadap standar akuntansi pemerintahan. Hasil dari pemeriksaan laporan

keuangan ialah pernyataan opini BPK. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15

Tahun 2004, terdapat empat hal yang dipertimbangkan dalam pemberian opini,

yaitu kesesuaian dengan SAP, pengungkapan yang memadai, kepatuhan terhadap

peraturan perundang-undangan, dan efektivitas sistem pengendalian intern. Jenis

opini yang diberikan oleh BPK yaitu opini wajar tanpa pengecualian (unqualified

opinion), opini wajar dengan pengecualian (qualified opinion), opini tidak wajar

(adversed opinion), dan pernyataan menolak memberikan opini (disclaimer of

opinion).

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, dalam rangka

meningkatkan tata kelola dan reformasi birokrasi, salah satu target yang harus

dicapai ialah opini WTP atas LKKL dengan baseline tahun 2014 sebesar 74% dan

sasaran tahun 2019 sebesar 95%. Dalam enam tahun terakhir, pemberian opini

WTP oleh BPK terhadap LKKL mengalami perkembangan yang signifikan. Hal ini


Analisis Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Berbasis Akrual
OKTARIAWAN SETYABUDI
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3

sebagaimana dilaporkan pada Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK atas Laporan

Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Perkembangan opini LKKL Tahun 2011 s.d.

2016 disajikan Gambar 1.1 sebagai berikut.

Perkembangan Opini LKKL


80

60
Jumlah K/L

40

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun Anggaran
Wajar Tanpa Pengecualian
Wajar Tanpa Pengecualian-Dengan Paragraf Penjelasan
Wajar Dengan Pengecualian
Tidak Menyatakan Pendapat
Gambar 1.1 Perkembangan Opini LKKL (BPK 2012 s.d. 2017a)

Untuk tahun pelaporan 2011, kementerian/lembaga yang memperoleh opini

WTP sebanyak 49 atau 62,03% dari seluruh K/L. Angka tersebut meningkat

menjadi 56 K/L pada tahun pelaporan 2015. Peningkatan yang signifikan terjadi

pada tahun pelaporan 2016. BPK memberikan opini WTP kepada 73 K/L atau

sebesar 83,91% dari 87 K/L pada tahun 2016. Namun, capaian tersebut masih

berada di bawah target sebesar 87% yang dinyatakan dalam Peraturan Presiden

Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2017.

Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengungkapan LKKL

menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pengungkapan wajib cukup rendah.


Analisis Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Berbasis Akrual
OKTARIAWAN SETYABUDI
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4

Ringkasan hasil penelitian terdahulu mengenai tingkat pengungkapan LKKL

disajikan dalam Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Ringkasan Tingkat Pengungkapan LKKL pada Penelitian Terdahulu

Tahun Tingkat
Objek
Peneliti Pelaporan Pengungkapan
Penelitian
LKKL LKKL
Arifin dan Fitriasari (2014) 78 LKKL 2011 60,10%
Sari (2016) 74 LKKL 2010 s.d. 2013 45,39%
Tresnawati dan Apandi (2016) 85 LKKL 2014 66,14%
Marlindo (2017) 58 LKKL 2011 s.d. 2015 51,45%
Sumber: Arifin dan Fitriasari 2014; Sari 2016; Tresnawati dan Apandi 2016; dan
Marlindo 2017 (diolah).

Salah satu kriteria yang dijadikan pertimbangan pemberian opini ialah

kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan. Berdasarkan grafik

perkembangan opini LKKL dan tingkat pengungkapan LKKL dari penelitian

terdahulu menunjukkan fenomena bahwa pemberian opini WTP oleh BPK tidak

selaras dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan. Akan tetapi, Iqbal (2016)

menyatakan bahwa auditor BPK menganggap kekurangan penyajian pengungkapan

wajib bukan sebagai salah saji yang material dan memutuskan untuk tidak

memodifikasi opininya.

Penelitian-penelitian sebelumnya lebih banyak membahas pengaruh beberapa

variabel yang telah ditentukan terlebih dahulu terhadap pengungkapan laporan

keuangan. Arifin dan Fitriasari (2014) menjelaskan total aset dan jenis organisasi

memiliki pengaruh terhadap tingkat pengungkapan LKKL. Marlindo (2017)

mengungkapkan bahwa variabel total aset dan kelemahan sistem pengendalian

intern berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan LKKL,


Analisis Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Berbasis Akrual
OKTARIAWAN SETYABUDI
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5

sedangkan variabel jumlah satuan kerja dan tingkat penyimpangan tidak

berpengaruh terhadap pengungkapan LKKL. Penelitian sebelumnya belum

mengeksplorasi faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat pengungkapan

laporan keuangan. Kualitas pelaporan keuangan kementerian/lembaga seharusnya

sejalan dengan kualitas opini atas laporan keuangannya.

1.2 Rumusan Masalah

Peningkatan jumlah K/L yang memperoleh opini WTP pada tahun 2016 cukup

signifikan. Akan tetapi, ditinjau dari aspek pengungkapan, tingkat pengungkapan

LKKL ditengarai belum sesuai dengan SAP.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Seberapa tingkat pengungkapan wajib pada LKKL tahun 2016?

2. Faktor-faktor apa yang memengaruhi tingkat pengungkapan LKKL?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengukur tingkat pengungkapan wajib LKKL tahun 2016.

2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pengungkapan LKKL.

1.5 Motivasi Penelitian

Gagasan penelitian ini berawal dari berita yang menjadi highlight terkait

pengelolaan keuangan negara, yakni LKPP Tahun 2016 yang memperoleh opini

WTP untuk pertama kalinya sejak 12 tahun LKPP disusun (Kementerian Keuangan

2017). Sejalan dengan hal tersebut, LKKL yang memperoleh opini WTP juga

meningkat secara signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun,


Analisis Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Berbasis Akrual
OKTARIAWAN SETYABUDI
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6

fenomena yang ada menunjukkan bahwa pemberian opini WTP atas LKKL oleh

BPK tidak selaras dengan tingkat pengungkapan laporan keuangan.

Tingkat pengungkapan yang memadai sesuai dengan SAP akan menunjukkan

bahwa akuntabilitas publik melalui pelaporan keuangan telah dilaksanakan dengan

baik. Jika laporan keuangan hanya menyajikan angka-angka pos laporan keuangan

sesuai dengan kaidah pencatatan tanpa memperhatikan kecukupan pengungkapan,

informasi keuangan yang disajikan menjadi kurang bermakna, terlebih lagi bagi

pihak eksternal sebagai pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, peneliti

tertarik melakukan investigasi mengenai faktor-faktor yang memengaruhi tingkat

pengungkapan LKKL sebagai topik penelitian.

1.6 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi praktis dan akademis

sebagai berikut.

1. Kontribusi praktis

Sebagai bahan masukan bagi Kementerian Keuangan, khususnya Direktorat

Jenderal Perbendaharaan (DJPB) selaku pembina K/L untuk meningkatkan

kualitas laporan keuangan dengan menyajikan pengungkapan sesuai SAP.

2. Kontribusi akademis

Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan

kajian mendalam mengenai pengungkapan LKKL.

1.7 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan terhadap LKKL tahun 2016. Objek yang diteliti ialah

laporan keuangan seluruh kementerian/lembaga lingkup pemerintah pusat.


Analisis Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Berbasis Akrual
OKTARIAWAN SETYABUDI
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7

Penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor yang memengaruhi tingkat

pengungkapan LKKL.

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini disajikan dalam lima bab dengan rincian

sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan

penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian,

ruang lingkup dan batasan penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini menyajikan tinjauan literatur dan penelitian terdahulu terkait

pengungkapan laporan keuangan.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan objek penelitian, pendekatan penelitian, sumber dan

jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, validitas dan

reliabilitas data.

BAB IV Analisis dan Pembahasan

Bab ini menguraikan temuan penelitian dan pembahasan mengenai

tingkat pengungkapan LKKL dan faktor-faktor yang memengaruhinya.

BAB V Simpulan

Bab ini menyajikan ringkasan hasil penelitian yang menjawab

pertanyaan penelitian dan rekomendasi untuk peningkatan kualitas

pelaporan keuangan melalui pengungkapan sesuai SAP.

Anda mungkin juga menyukai