Anda di halaman 1dari 9

Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan Pemanfaatan Sistem

Informasi Akuntansi Terhadap Kualitas Penyajian Laporan Keuangan Pada


Pemerintah Kota Palembang

Latar Belakang

Pencapaian kinerja sebagai upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada


masyarakat kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah dapat dilakukan melalui komunikasi
dengan rakyat dengan menggunakan komunikasi dua arah hal ini dialkukan sebagai upaya
mencari solusi pemecahan masalah masalah yang terjadi. Menurut Apriyono (2010)
mengungkapkan bahwa “Pemerintahan yang baik itu bersifat responsif, bebas KKN serta
berkinerja, kondisi akuntabilitas untuk mewujudkan hal tersebut dengan cara menerapkan
good governance”.

Good governance atau pemerintahan yang baik dinilai dengan pemerintahan yang
transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Sehingganya pemerintah dalam mewujudkan good
governance tersebut dalam melaksanakan otonomi daerah, memerlukan suatu aturan tentang
pengelolaan keuangan daerah dan pengelolaan keuangan negara. Peraturan perundangan yang
berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah telah diatur dalam Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Pemerintah Pusat dan Daerah yang telah diperbaharui menjadi Undang-Undang Nomor 33
tahun 2004.

Akuntansi basis kas memiliki keuntungan yakni pencatatannya yang sederhana. Akan
tetapi akuntansi berbasis kas ini juga memiliki beberapa kekurangan yakni, akuntansi
berbasis kas kurang informatif karena informasi yang dihasilkan mengenai saldo kas,
penerimaan, pengeluaran dan informasi yang diberikan mengenai harta, hutang dan
kewajiban yang dimiliki oleh organisasi. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan reformasi di
dalam penerapan akuntansi pemerintahan hal ini diperlukan agar keuangan pemerintah dapat
memberikan laporan keuangan yang bersifat informatif. Salah satu cara yakni dengan
mewajibkan pencatatan keuangan pada setiap instansi pemerintahan berbasis akrual, baik
pemerintah pusat maupun daerah.
Hal ini juga telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan dengan standar akuntansi pemerintahan
yang ditetapkan oleh peraturan pemerintah. Bentuk laporan pertanggungjawaban atas
pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun anggaran adalah dalam bentuk Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Laporan keuangan pemerintah daerah harus
mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan sesuai Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010.
Tujuan diberlakukannya hal tersebut adalah agar lebih accountable dan semakin
diperlukannya peningkatan kualitas laporan keuangan.

Standar ini diperlukan dalam proses penyusunan laporan pertanggungjawaban


pelaksanaan APBN dan APBD dalam bentuk laporan keuangan. Namun laporan keuangan
yang dihasilkan belum diselenggarakan sesuai dengan standar akuntasi pemerintahan yang
berlaku. Laporan keuangan yang berkualitas menjadi cermin bahwa pengelolaan keuangan
suatu pemerintah dikatakan baik. Pengelolaan keuangan yang baik menjadi dasar tuntutan
masyarakat akan terwujudnya penerapan akuntabilitas publik di lingkungan pemerintahan.
Akuntabilitas publik dapat didefiniskan sebagai kewajiban pihak pemegang amanah untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala
aktivitas kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi amanah yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Oleh karenanya,
pemegang amanah harus mempertanggungjawabkan segala kegiatannya kepada rakyat.

Sebagai upaya untuk mengetahui apakah laporan keuangan yang disajikan oleh
pemerintah daerah sudah diungkapkan dengan wajar dan berkualitas, setiap tahunnya laporan
keuangan tersebut akan diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK
RI). Berdasarkan dari pemeriksaan itulah nantinya BPK akan mengeluarkan opini yang
merupakan hasil penilaian atas kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Ada empat
opini yang diberikan pemeriksa, yaitu Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW) dan Tidak Memberikan Pendapat (TMP). Opini
WTP merupakan opini tertinggi yang mengindikasikan bahwa laporan keuangan telah
disusun secara wajar dan berkualitas.
Di lingkup wilayah Provinsi Sumatera Selatan, di antara 17 kabupaten/kota,
Pemerintah Kota Palembang merupakan satu-satunya Pemerintah Daerah yang mendapat
Opini WTP. Perolehan opini tertinggi atas laporan keuangan pemerintah daerah Kota
Palembang secara konsisten menjadi suatu fenomena yang sangat menarik perhatian untuk
meneliti faktor apakah yang mempengaruhi kualitas LKPD Kota Palembang sehingga
mendapat opini WTP dari BPK.

Pemanfaatan sistem informasi akuntansi keuangan daerah juga sangat penting dalam
menciptakan laporan keuangan yang berkualitas. Pemanfaatan sistem informasi akuntansi
keuangan daerah merupakan penerapan sistem mulai dari pengelompokan, penggolongan,
pencatatan dan pemrosesan aktivitas keuangan pemerintah daerah ke dalam sebuah laporan
keuangan sebagai suatu informasi yang nantinya dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam
pengambilan keputusan oleh masing-masing SKPD dalam proses penyusunan laporan
keuangan pemerintah daerah.

Sistem informasi akuntansi merupakan suatu komponen atau sub sistem dari suatu
organisasi yang mempunyai tanggung jawab atas penyiapan informasi keuangan guna
membantu manajemen dalam pembuatan keputusan. Departemen dalam negeri telah
menyediakan sistem informasi akuntansi secara cuma-cuma untuk dipergunakan oleh
pemerintah daerah dalam rangka menghasilkan lapoaran keuangan yang berkualitas.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan penulis, peneliti


merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berpengaruh


secara keseluruhan terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Kota
Palembang?
2. Apakah penerapan sistem informasi akuntansi berpengaruh terhadap kualitas
laporan keuangan pemerintah Kota Palembang?
Batasan Masalah

Ruang lingkup pembahasan yaitu variabel penelitian pada Standar Akuntansi Pemerintahan
dan Sistem Informasi Akuntansi yang terdapat pada Kota Palembang.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas laporan keuangan


Pemerintah Kota Palembang.
2. Untuk mengetahui pengaruh Sistem Informasi Akuntansi terhadap kualitas laporan
keuangan Pemerintah Kota Palembang.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
Sebagai Pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan dan Sistem Informasi Akuntansi dan faktor faktor lain yang
mempengaruhi kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di Kota Palembang.
Selain itu juga untuk memahami perbandingan antara konsep yang diberikan pada
masa perkuliahan dan pengimplementasiannya langsung di pemerintahan.
2. Bagi Pengguna lain
Hasil penelitian ini diharapkan bisa dijadikan referensi untuk pengembangan serta
untuk menjadi sumber informasi atau masukan bagi pengguna.
LANDASAN TEORI

1.1 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 pengertian laporan
keuangan adalah laporan uang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan.
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang
bertujuan umum.

2.1 Komponen Laporan Keuangan


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, komponen laporan
keuangan sebagai berikut :“Komponen komponen yang terdapat dalam satu set
laporan keuangan berbasis akrual terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran
(budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga, seluruh komponen menjadi
sebagai berikut:Laporan Realisasi Anggaran; Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih;Neraca;Laporan Operasional;Laporan Arus Kas;Laporan Perubahan
Ekuitas;Catatan Atas laporan Keuangan.”

3.1 Fungsi Pelaporan Keuangan


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, fungsi laporan
keuangan sebagai berikut “Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi
yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh
suatu entitas pelaporan selam satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama
digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu
menentukan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
4.1 Kualitas Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif
yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga memenuhi tujuannya (PP
nomor 71 tahun 2010). Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat
normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi
kualitas yang dikehendaki, yakni :
1.1 Relevan (relevance), Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila
informasi yang termuat didalamnya dapat mempengaruhi keputusan
pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau
masa kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan
keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya.
2.1 Andal (reliable), Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara
jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat
atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan.
3.1 Dapat dibandingkan (comparable), Informasi yang termuat dalam laporan
keuangan akan lebih berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan
periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada
umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara
eksternal dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan
kebijakan akuntansi yang sama. Apabila kebijakan akuntansi yang sekarang
diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya
perubahan.
4.1 Dapat dipahami (understandable), Informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk istilah
yang disesuaikan dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu,
pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan
dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.

5.1 Standar Akuntansi Pemerintahan


Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 71 tahun 2010
tentang standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual, “standar akuntansi
pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah”. Sedangkan
menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 64 tahun
2013 “SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban,
aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta
mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan
anggaran”.
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Standar akuntansi
sangat penting sebagai pedoman untuk mebuat laporan keuangan dan sebagai
salah satu mekanisme pengendalian. Dengan adanya standar akuntansi
pemerintah (SAP) maka laporan keuangan pemerintah pusat/daerah akan
lebih berkualitas dan laporan tersebut akan diaudit terlebih dahulu oleh BPK
untuk diberikan opini dalam rangka meningkatkan kredibilitas laporan,
sebelum disampaikan kepada para stakeholder.

6.1 Sistem Informasi Akuntansi (SIA)


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 tahun 2005
tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) menyebutkan bahwa
Sistem Informasi Keuangan Daerah adalah suatu sistem yang
mendokumentasikan, mengadministrasikan, serta mengolah data pengelolaan
keuangan daerah dan data terkait lainnya menjadi informasi yang disajikan
kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pertanggungjawaban pemerintah
daerah. Sedangkan Informasi Keuangan Daerah adalah segala informasi yang
berkaitan dengan keuangan daerah yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan Sistem Informasi Keuangan Daerah. Dengan demikian
sistem informasi akuntansi keuangan daerah dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem pengelompokan, penggolongan, pencatatan dan pemrosesan
aktivitas keuangan pemerintah daerah kedalam sebuah laporan keuangan
sebagai suatu informasi yang dapat digunakan oleh pihak tertentu dalam
pengambilan keputusan. Sedangkan pemanfaatan sistem informasi akuntansi
keuangan daerah adalah penerapan sistem informasi akuntansi tersebut oleh
masing masing SKPD dalam proses penyusunan laporan keuangan
pemerintah daerah.
Untuk menghasilkan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para
pemakai, maka laporan keuangan harus disusun oleh personel yang memiliki
kompetensi di bidang pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi.
Jadi pegawai pada bidang keuangan harus memiliki kompetensi yang
memadai, dalam hal ini iyalah pemahaman terhadap SAP ataupun menguasai
dan memiliki latar belakan pendidikan akuntansi, selain itu harus mampu
menjalankan sistem terkomputerisasi demi mewujudkan laporan keuangan
pemerintah daerah yang berkualitas.
Apriyono, Andri. 2010. Arti Penting Laporan Keuangan. Jurnal Ilmu Manajemen.

https://matapublik.co/2019/05/29/palembang-raih-opini-wtp-ke-sembilan/

Anda mungkin juga menyukai