Anda di halaman 1dari 14

KOMITMEN ORGANISASI MEMODERASI

PENGARUH SISTEM AKUTANSI KEUANGAN


DAERAH TERHADAP KULITAS LAPORAN
KEUANGAN

JURNAL

Oleh :

Aurelia Amanda Utami


18020012

JURUSAN ILMU EKONOMI & STUDI


PEMBANGUNAN
ABSTRAK

Laporan hasil Pemeriksaan BPK tahun 2011 atas laporan keuangan pemerintah daerah
(LKPD) menunjukkan bahwa 1.401 kasus akibat dari kelemahan akuntansi dan pelaporan. Hal
ini menimbulkan permasalahan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan yang ditandai dengan opini LKPD dari BPK. Pelaksanaan sistem akuntansi keuangan
daerah tidak akan memadai tanpa didukung oleh komitmen organisasi untuk menciptakan
kualitas laporan keuangan yang baik. Penelitian ini menguji pengaruh sistem akuntansi
keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan dengan komitment oranisasi sebagai
variabel moderasi. Data dikumpulkan dari 28 bagian akuntansi di Pemerintah Daerah
Kabupaten Karawang. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan Moderated Regression
Analysis (MRA). Hasil studi empiris menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laporan keuangan. Begitu pula dengan
menambahkan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi, sistem akuntansi keuangan
daerah memiliki pengaruh yang signifikan.
PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi manajemen keuangan negara baik


pada pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah dengan ditetapkannya paket undang-
undang bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Undang-Undang No. 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara. Peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan bahwa
Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambanya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PP No. 24 tahun 2005).
Disamping undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut, Menteri Dalam Negeri
mengeluarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun, setelah empat tahun berlakunya
paket undang-undang tersebut, delapan tahun sejak otonomi yang luas kepada daerah, dan
sepuluh tahun setelah reformasi, hampir belum ada kemajuan signifikan dalam peningkatan
transparansi dan akuntabilitas keuangan Negara/Daerah.
Secara umum, faktor-faktor yang akan menentukan dan mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, antara lain (Kaho, 1997): (i) faktor manusia sebagai
subjek penggerak (faktor dinamis) dalam penyelenggaraan otonomi daerah, (ii) faktor
keuangan yang merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintah
daerah, (iii) faktor peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya
aktivitas pemerintah daerah, serta (iv) faktor organisasi dan manajemen yang merupakan
sarana untuk melakukan penyelenggaraan pemerintah daerah secara baik, efisien dan efektif.
Memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat selaku pelanggan,
semestinya dijadikan aktivitas utama pemerintah daerah. Birokrasi yang berbelit-belit dan
kurangnya daya tanggap serta responsif aparat pemerintah daerah terhadap masyarakat selaku
stakeholder akan berdampak kepada kepercayaan dan sikap apriori masyarakat. Hal ini disadari
atau tidak disadari akan membentuk opini negatif dari masyarakat. Untuk mengatasi hal
tersebut, maka pemerintah daerah harus membuat rencana strategis agar dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat sehingga dapat mempengaruhi kinerja
kompetitif organisasi, kualitas serta produktivitas yang tinggi pada pemerintah daerah.
Aparatur pemerintah yang mendapatkan kepercayaan untuk melayani masyarakat baik secara
langsung ataupun tidak langsung perlu menyadari bahwa dirinya dituntut untuk memahami
bahwa aparatur negara yang harus memberikan pelayanan prima.
Dalam bidang keuangan, laporan pertangungjawaban terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun
2006 tentang Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Karakteristik
kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam
informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Pemerintah Daerah mempunyai
kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk
kepentingan pertanggungjawaban publik. Laporan keuangan pemerintah yang berkualitas
harus dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan
dapat dipahami (SPAP KK, 2005). Kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) dapat tercermin dari hasil pemeriksaan BPK. Pemeriksaan atas laporan keuangan
dilakukan dalam rangka memberikan pendapat/opini atas kewajaran informasi keuangan yang
disajikan dalam laporan keuangan. Adapun kriteria pemberian opini menurut Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pernyataan Profesional Pemeriksa mengenai
kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada
kriteria (a) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (b) kecukupan pengungkapan
(adequate disclosures), (c) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undang, dan (d) efektivitas
sistem pengendalian intern.

Pada tahun 2010 terhadap 358 LKPD, BPK memberikan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) atas 32 entitas, opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas 271 entitas,
opini tidak wajar (TW) atas 12 entitas, dan opini tidak memberikan pendapat (TMP) atas 43
entitas. Perkembangan opinin LKPD dapat dilihat pada Tabel 1.
Hasil evaluasi atas 358 LKPD terdapat 1.401 kasus kelemahan akuntansi dan pelaporan
yang terdiri dari pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat, proses penyusunan
laporan tidak sesuai dengan ketentuan, entitas terlambat menyampaikan laporan, sistem
informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai, dan belum didukung SDM yang memadai
dan penggunan aplikasi simda/simbada. Berdasarkan hasil evaluasi BPK terbukti bahwa
kualitas laporan keuangan dapat ditentukan oleh sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD).
Hall (2004:151) mengungkap bahwa, The quality of information generated by the
accounting information system impacts management’s ability to take actions and make
decisions in connection with the organization’s operations and to prepare reliable financial
statements. Menurut Elvira Zeyn (2011:57) content pelaporan, keakurasian angkaangka yang
tertera di laporan keuangan dihasilkan oleh sistem akuntansi yang memadai untuk akuntabilitas
pelaporan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk menghasilkan laporan pertanggungjawaban yang
berkualitas, tentunya memerlukan sarana dan prasarana yang memadai, disertai dengan
pembelajaran terhadap sumber daya manusia yang dimiliki oleh pemerintah daerah agar dapat
memahami dan melaksanakan sistem yang baru dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah.
SAKD adalah sistem informasi yang membantu proses pencatatan dan pelaporan
anggaran dan keuangan daerah. Menurut Abdul Halim (2008: 35) akuntansi keuangan daerah
dapat di definisikan sebagai suatu proses identifikasi, pengukuran, dan pelaporan transaksi
ekonomi (keuangan) dari suatu daerah (provinsi, kabupaten, kota) yang dijadikan sebagai
informasi dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.
Akuntansi keuangan daerah tidak sama dengan tata buku yang dipraktekkan dalam tata
usaha keuangan pada entitas akuntansi seperti SKPD, pemda maupun pemerintah pusat. Sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah di mana sistem pencatatan double entry, untuk dapat menyusun
neraca diperlukan adanya sistem pencatatan yang akurat (appropriate recording). Pedoman
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) yang diharapkan akan diimplementasikan oleh
Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten, dan Kota, sehingga pemerintah daerah mampu
menghasilkan laporan pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu subsistem organisasi yang
memfasilitasi kontrol dengan melaporkan kinerja pemerintah daerah. Ruang lingkup sistem
akuntansi keuangan daerah mencakup kebijakan sistem akuntansi, prosedur sistem akuntansi,
sumber daya manusia, dan teknologi informasi. Pemerintah daerah perlu mengambil
pendekatan yang menempatkan sistem seperti di garis depan, dan mempertimbangkan baik
sistem dan faktor terkait manusia sambil mengelola sistem informasi akuntansi. Pemda harus
fokus pada faktor-faktor kritis jika akan mencapai informasi akuntansi berkualitas tinggi.
Kegagalan untuk melakukannya memiliki dampak negatif pada proses keuangan organisasi.
Kualitas informasi yang buruk dapat mengakibatkan kerugian pada pengambilan keputusan
(Huang, et al., 1999; Clikeman 1999).
Suatu keberhasilan implementasi sistem tidak hanya ditentukan pada penguasaan teknis
belaka, namun banyak penelitian menunjukkan bahwa faktor perilaku dari individu pengguna
sistem sangat menentukan kesuksesan implementasi (Bodnar dan Hopwood, 1995). Penelitian
yang dilakukan oleh Jawad (1997) tentang faktor-faktor yang menentukkan kesuksesan
implementasi sistem teknologi informasi, menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang
berpengaruh seperti faktor teknologi, faktor organisasi, faktor manajemen, faktor manusia, dan
faktor eksternal.
Penelitian tentang implementasi inovasi pengukuran kinerja pemerintahan dilakukan
oleh Cavalluzzo dan Ittner (2004) menunjukkan bahwa beberapa faktor teknik dan faktor
organisasional meliputi komitmen manajemen, otoritas pengambilan keputusan, pelatihan, dan
mandat dari legislatif berhubungan dengan implementasi inovasi sistem pengukuran. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pengimplementasian sistem baru, perlu dipertimbangkan faktor-
faktor perilaku seperti komitmen dari sumber daya yang terlibat, dukungan manajemen puncak,
kejelasan tujuan, dan pelatihan.
Menurut Hahn, et al. (1992), salah satu metode untuk meningkatkan pengolahan
informasi adalah meningkatkan tingkat keterlibatan anggota. Untuk keterlibatan anggota lebih
tinggi dalam organisasi, salah satu alternatifnya adalah dengan meningkatkan komitmen
organisasi mereka. Orang dengan komitmen yang lebih tinggi yang bersedia meluangkan
waktu mereka untuk memproses informasi sesuai dengan deskripsi Schick et al. (1990). Streers
(1977) menjelaskan bahwa komitmen organisasi dianggap mencerminkan kekuatan relatif dari
identifikasi individu dan keterlibatan dalam organisasi tersebut.
Komitmen organisasional menunjukkan suatu daya dari seseorang dalam
mengidentifikasikan keterlibatannya dalam suatu bagian organisasi (Mowday, et al., dalam
Vandenberg, 1992). Komitmen organisasional dibangun atas dasar kepercayaan pekerja atas
nilai-nilai organisasi, kerelaan pekerja membantu mewujudkan tujuan organisasi dan loyalitas
untuk tetap menjadi anggota organisasi. Oleh karena itu, komitmen organisasi akan
menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja terhadap organisasi. Jika
pekerja merasa jiwanya terikat dengan nilai-nilai organisasional yang ada maka dia akan
merasa senang dalam bekerja, sehingga mempunyai tanggung jawab dan kesadaran dalam
menjalankan organisasi dan termotivasi melaporkan semua aktivitas dengan melaksanakan
akuntabilitas kepada publik secara sukarela termasuk akuntabilitas keuangannya melalui
laporan keuangan. Berdasarkan berbagai definisi mengenai komitmen terhadap organisasi
maka dapat disimpulkan bahwa komitmen terhadap organisasi merefleksikan tiga dimensi
utama, yaitu komitmen dipandang merefleksikan orientasi afektif terhadap organisasi,
pertimbangan kerugian jika meninggalkan organisasi, dan beban moral untuk terus berada
dalam organisasi (Meyer dan Allen, 1997).
Pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan good governance ini dituntut untuk
memberikan pertanggungjawaban yang lebih transparan dan lebih akurat. Laporan keuangan
pemerintah harus menyediakan informasi yang dapat dipakai oleh pengguna laporan keuangan
untuk menilai akuntabilitas pemerintahan dalam membuat keputusan ekonomi, sosial dan
politik (Sadjiarto, 2000). Dengan terciptanya pemerintahan yang bersih (good governance)
meningkatkan kesadaran pemerintah daerah dalam mempertanggung jawabkan pengelolaan
keuangan daerah dengan didukung oleh komitmen organisasi yang tinggi mulai dari
penganggaran sampai penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan SAP sebagai suatu
bentuk terlaksananya akuntabilitas keuangan pemerintah daerah atas aktivitas pengelolaan
sumber daya publik.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka dibuat hipotesis penelitian adalah
sistem akuntansi ipotesis penelitian adalah sistem akuntansi sistem akuntansi keuangan daerah
memiliki pengaruh terhadap memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan dan sistem
akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh terhadap kualitas laporan keuangan, jika
didukung oleh komitmen organisasi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang terdiri dari descriptive
survey dan explanatory survey dengan investigation type yang bersifat kausalitas, yaitu yang
menunjukan arah hubungan antar variabel berdasarkan konstruksi model penelitian.
Pendekatan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif dan verifikatif.

Metode deskriptif adalah untuk memperoleh gambaran atau deskripsi tentang sistem
akuntansi keuangan daerah dan kualitas laporan keuangan, sedangkan penelitian verifikatif
adalah untuk mengetahui hubungan antar variabel melalui satu pengujian hipotesis berdasarkan
data yang dikumpulkan di lapangan.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi yaitu Bagian Akuntansi Satuan
Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Karawang. Pengamatan bersifat
cross section di mana informasi atau dapat yang diperoleh adalah hasil pengumpulan data yang
dilakukan pada satu waktu tertentu.
Populasi penelitian ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang. Populasi
sasaran dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terdapat pada
Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang. Untuk mengetahui jumlah SKPD di Pemkab
Karawang, penulis mendapatkan informasi tersebut dari website resmi Pemerintah Daerah
Kabupaten Karawang, di mana pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang terdapat 27
SKPD dan 30 Kecamatan sebagai entitas akuntansi dan pelaporan. Pengambilan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling di mana penulis menetapkan kriteria-kriteria
tertentu yang menjadi pertimbangan dalam penentuan sampel (Cooper dan Schindler, 2001).
Dengan menggunakan kriteria tersebut yang dapat dijadikan sampel penelitian sebanyak 28
responden Bagian Akuntansi.
Data dalam penelitian adalah data primer dengan mengunakan metode survei. Data
Primer diperoleh Data Primer diperoleh langgsung dari sumbernya dengan menyebarkan
kuesioner kepada responden yang terkait dengan tujuan penelitian ini. Pernyataan dalam
kuesioner Pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan Skala Likert di mana jawaban diberi skor dengan menggunakan
5 (lima) point Skala Likert (Sekaran, 2000).
Alat analisis yang digunakan untuk pengujian data dalam penelitian ini membutuhkan
alat analisis yang mampu menjelaskan pengaruh dari masingmasing variabel tersebut.
Pengujian untuk hipotesis . Pengujian untuk hipotesis menggunakan regresi interaksi atau
Moderated Regression Analysis (MRA) dan skala pengukuran dinaikkan menjadi interval
dengan menggunakan MSI, dengan persamaan berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X1*X3 + ε

di mana:

Y : kualitas laporan keuangan


X1 : SAKD
X2 : komitmen organisasi
α : intercept
β1, β2, dan β3 : koefisien regresi
ε : error
HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan
total skor konstruk atau variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r
hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n –2, dalam hal ini n adalah jumlah
sampel. Dengan demikian df untuk penelitian ini adalah n = 28 dan besarnya df dapat dihitung
28-2 = 26 dan α = 0,05 didapat r tabel = 0,374. Jika r hitung lebih besar dan bernilai positif
dibandingkan dengan r tabel maka setiap pertanyaan dinyatakan valid. Uji reliabilitas
dilakukan dengan uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel
jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nannaly, 1994 dalam Imam Ghozali, 2011).

Uji Asumsi Klasik


Multikolinearitas Batas tolerance value
adalah 0.10 dan batas VIF adalah 10. Apabila hasil
analisis menunjukkan nilai VIF di bawah nilai 10 dan
tolerance value di atas nilai 0.10, maka tidak terjadi
multikolinearitas sehingga model reliabel sebagai
dasar analisis.
Dari hasil perhitungan pada Tabel 3. tersebut, didapat hasil tolerance value sebesar
0,980 dan nilai VIF sebesar 1,021. Dengan demikian, nilai VIF di bawah 10 dan tolerance value
di atas 0,10, maka terjadi tidak terjadi multikolinearitas, sehingga model reliable sebagai dasar
analisis.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance (kelompok yang sama)
dari residual suatu pengamatan yang lain. Dari Gambar 1.
terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk
sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model
regresi layak dipakai.

Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi data, di mana data
yang normal atau terdistribusi secara normal akan memusat pada nilai rata-rata dan median.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui seberapa besar data terdistribusi secara normal
dalam variabel yang digunakan di dalam penelitian ini. Pengujian normalitas dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test.
Hasil analisis ini menurut Santoso (2002:74) dasar pengambilan keputusan bisa
dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significance), yaitu: Jika probabilitas ≥ 0,05
maka distribusi dari populasi adalah normal. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari
populasi adalah tidak normal Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogrov-Smirnov.
Dasar pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significance),
adapun hipotesis pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis Nol (H0 ) : data terdistribusi secara normal Hipotesis
Alternatif (Ha ) : data tidak terdistribusi secara normal
Kriteria uji : jika nilai probabilitas (sig) ≥ α, maka H0 diterima jika
nilai probabilitas (sig) < α, maka H0 ditolak
Dari Tabel 4.
diperoleh nilai
signifikansi (sig) untuk
sistem akuntansi
keuangan daerah
sebesar 0.319 nilai ini
lebih besar dari 0.05,
maka H0 diterima.
Nilai signifikansi (sig)
untuk kualitas laporan
keuangan sebesar
0.647 nilai ini lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima. Nilai signifikansi (sig) untuk komitmen
organisasi sebesar 0.476 nilai ini lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa ketiga data pengamatan berdistribusi normal.
Besarnya kontribusi variabel SAKD (X1)
terhadap kualitas laporan keuangan (Y) ditunjukkan
dengan besarnya koefisien determinasi (hasil
pengkuadratan dari koefisien korelasi dikali 100%)
atau R square. Dari Tabel 5. dapat terlihat adjusted
R2 sebesar 0,121 atau 12,1% artinya, kualitas
laporan keuangan dipengaruhi oleh SAKD sebesar
12,1%, sedangkan sisanya 87,9% dijelaskan oleh faktorfaktor lain di luar model.
Model regresi variabel SAKD signifikan hal ini dapat
dilihat dari probabilitas signifikansi untuk SAKD sebesar
0,039 (α < 0.05), sehingga dapat disimpulkan variabel SAKD
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kualitas laporan
keuangan.
Besarnya kontribusi variabel SAKD (X1), komitmen
organisasi (X2), interaksi (X1*X2) terhadap kualitas laporan
keuangan (Y) ditunjukkan dengan besarnya koefisien
determinasi (hasil pengkuadratan dari koefisien korelasi dikali
100%) atau R square. Dari Tabel 7. dapat terlihat adjusted R2
sebesar 0,207 atau 20,7% artinya kualitas laporan keuangan
dipengaruhi oleh SAKD, komitmen organisasi (X2), dan
interaksi (X1*X2) sebesar 20,7%, sedangkan sisanya 79,3%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model.
Uji Anova atau F-test menghasilkan nilai F
sebesar 3,355 dengan tingkat signifikansi 0.036, karena
probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari 0,05, maka model
regresi dapat digunakan untuk memprediksikan kualitas laporan
keuangan atau dapat dikatakan bahwa SAKD, komitmen
organisasi, dan interaksi (moderat) secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. Variabel
moderator (SAKD*Komitmen Organisasi) memberikan nilai
koefisien regresi sebesar –0,016 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,141 (α > 0,05). Variabel
moderator yang merupakan interaksi antara X1 dan X2 ternyata tidak signifikan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa variabel komitmen organisasi bukan merupakan variabel
moderating.
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terdiri dari kebijakan sistem akuntansi
keuangan daerah, prosedur sistem akuntansi keuangan daerah, sumber daya manusia, dan
sistem teknologi informasi. Berdasarkan penelitian pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Karawang, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) telah berjalan efektif. Efektivitas
pelaksanaan SAKD ini didukung oleh berbagai pedoman yang berbentuk peraturan seperti
Permendagri No. 13 tahun 2006, peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan daerah dan
peraturan bupati tentang sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah, walaupun SAKD
ini sudah didukung dengan berbagai aturan pemerintah disertai dengan petunjuk teknis, tetapi
masih saja terdapat kelemahan dalam akuntansi dan pelaporannya. Hal ini sesuai dengan hasil
temuan BPK atas LKPD Kabupaten Karawang yang menjadi kualitas laporan keuangannya
mendapatkan opini wajar dengan pengecualian/WDP.
Kebijakan sistem akuntansi keuangan daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Karawang sebagian besar sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dalam
pengakuan akuntansi, pengukuran akuntansi, dan penyajian akuntansi. Dalam pengakuan
akuntansi pendapatan dan belanja, sudah menggunakan basis kas dan basis akrual untuk
pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana, sesuai dengan pedoman pada Sistem Akuntansi
Pemerintah. Akan tetapi dalam dalam pengukuran akuntansi, masih terdapat SKPD yang tidak
sepenuhnya mengikuti pedoman pada SAP. Misalnya, pengukuran dari asset tetap, masih
belum mampu mengidentifikasi biaya yang bisa dikapitalisasi dalam aset tetap, sedangkan pada
penyajian akuntansi, kebijakan akuntansi pada CaLK yang dibuat tidak selalu disesuaikan
dengan pedoman yang terdapat pada SAP, seperti mengungkapkan kejadian-kejadian penting
selama tahun pelaporan, seperti kesalahan manajemen terdahulu yang dikoreksi oleh
manajemen baru.
Prosedur sistem akuntansi keuangan daerah pada Pemerintah Daerah Kabupaten
Karawang, setiap SKPD selalu membuat dokumen-dokumen seperti Surat Perintah Membayar
(SPM) dan Surat Tanda Setoran (STS), SKS maupun SKP dari transaksi keuangan kepada Unit
Keuangan Pemerintah Daerah. Unit pembukuan dan unit perhitungan melakukan pembukuan
langsung secara terkomputerisasi. Jika dari hasil verifikasi ditemukan ada ketidaksesuaian,
maka akan dilakukan proses posting dan pencetakan kembali. Jika sudah sesuai dengan
dokumen sumbernya akan
dilakukan proses pembuatan dan
pencetakan laporan
pertanggungjawaban (LPJ). LPJ
terdiri dari laporan realisasi
anggaran, neraca, dan laporan arus
kas. LPJ akan dikirim ke kas
daerah, kepala daerah, dan arsip.
Dalam hal prosedur sistem akuntansi keuangan daerah masih terdapat kelemahan dalam
prosedur,misalnya ketidak lengkapan dari dokumen pendukung untuk melakukan pencatatan
aset tetap. Terutama dokumen-dokumen penghapusan aset tetap seperti berita acara
penghapusan hampir tidak ada, artinya mutasi barang tidak disertai dengan mutasi
pencatatannya, sehingga ketidaklengkapan dokumen tersebut akan mempengaruhi
inventarisasi dan pencatatan aset tetap.
Penempatan sumber daya manusia pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang,
pada bagian akuntansi masih belum disesuaikan dengan keahlian individual masing-masing.
Apalagi untuk bagian akuntansi relatif sedikit SDM yang memiliki pendidikan bidang
akuntansi. Berdasarkan hasil penelitian, lamanya bekerja dapat menjadi salah satu pemicu
SDM tersebut ditempatkan pada bagian akuntansi. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan
adanya pembinaan dalam penatausahaan dan akuntansi keuangan daerah secara berkala,
sehingga berdasarkan pelatihan dan pengalaman, SDM tersebut dapat ditempatkan pada bagian
akuntansi. Sistem teknologi informasi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang sudah
dapat memenuhi kebutuhan bagian akuntansi pada SKPD untuk mengolah data menjadi
laporan keuangan. Program aplikasi akuntansi yang digunakan saat ini sudah dapat memenuhi
kebutuhan pemakai dalam mengolah data keuangan.
Laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dengan dukungan sistem
akuntansi keuangan daerah dan ketersediaan sarana dan prasarana telah memenuhi
karakteristik laporan keuangan yang baik, yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat
dipahami, hal ini didukung dengan opini atas LKPD yang diperoleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Karawang mengalami peningkatan menjadi wajar dengan pengecualian.
Berdasarkan observasi LKPD bahwa laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten
Karawang memenuhi karakteristik relevan yaitu telah memuat informasi yang memungkinkan
pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu, memuat
informasi yang dapat membantu memprediksi masa yang akan datang. Penyajian informasi
telah dilaksanakan secara lengkap dan jelas, tetapi dalam hal ketepatan waktu masih belum
sesuai dengan target yang ditentukan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang.
Laporan keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang memenuhi karakteristik
laporan keuangan yang andal yaitu laporan keuangan telah memuat informasi yang disajikan
secara jujur dan wajar, laporan keuangan dapat diuji oleh beberapa pihak dengan mendapatkan
hasil yang tidak berbeda jauh, dan laporan keuangan bersifat netral. Laporan Keuangan
Pemerintah daerah Kabupaten Karawang memenuhi karakteristik dapat dibandingkan yaitu
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
dibandingkan dengan informasi dalam laporan keuangan entitas pelaporan lainnya. laporan
keuangan Pemerintah daerah Kabupaten Karawang telah memenuhi karakteristik dapat
dipahami yaitu pengguna dapat memahami seluruh informasi yang disajikan, dan bentuk serta
istilah yang digunakan dalam laporan keuangan.
Proses pelaporan keuangan yang berkualitas tidak akan terselenggara tanpa adanya
dukungan sistem dan perilaku dari anggota organisasi dalam hal ini pegawai Pemerintah
Daerah Kabupaten Karawang. Perilaku dari pegawai ditunjukkan dengan komitmen organisasi
untuk menghasilkan laporan pertanggungjawaban yang berkualitas. Pegawai bagian akuntansi
pada SKPD Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dikategorikan cukup memiliki
komitmen organisasi. Pegawai memiliki hubungan emosional terhadap organisasi ditandai
dengan keterlibatan pegawai pada setiap kegiatan organisasi berdasarkan rasa memiliki dari
pegawai terhadap organisasi, akan tetapi masih terbatasnya kreativitas dari pegawai untuk
berperan aktif dalam menciptakan tanggung jawabnya. Pegawai dengan continuance
commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena mereka memiliki
kebutuhan untuk menjadi anggota organisasi tersebut (Allen dan Meyer, 1997). Timbulnya
suatu kesadaran yang cukup bahwa mereka akan akan mengalami kerugian jika meninggalkan
organisasi. Tidak sedikit kesadaran pegawai ini timbul karena alasan personal, berdasarkan
pada pola kerja pegawai cenderung bersikap pasif terhadap kondisi yang tidak berjalan dengan
baik. Normative commitment menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam
organisasi. Pegawai merasa dirinya harus berada dalam organisasi tersebut (Allen dan Meyer,
1997), hal ini akan mengakibatkan adanya suatu tekanan dalam melaksanakan tugasnya.
Komitmen organisasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang dapat
meningkatkan sistem akuntansi keuangan daerah untuk menciptakan laporan keuangan yang
berkualitas, tetapi berdasarkan hasil penelitian komitmen organisasi ini tidak berpengaruh
signifikan apabila ditempatkan sebagai variabel moderasi. Komitmen organisasi merupakan
variabel bebas yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Komitmen organisasional
sebagai sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan dan merupakan proses berkelanjutan
bagaimana seorang anggota organisasi mengekspresikan perhatian mereka kepada kesuksesan
dan kebaikan organisasinya (Tuasikal, 2007). Menurut Aritonang dan Syarif (2009) komitmen
organisasi yang tinggi berdampak pada keberhasilan penerapan Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2005 sehingga dapat meningkatkan kualitas keandalan laporan keuangan pemerintah.
KESIMPULAN

Sistem akuntansi keuangan daerah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah


Kabupaten Karawang termasuk kategori efektif. Kebijakan akuntansi telah dilaksanakan sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan, dan prosedur sistem akuntansi telah dilaksanakan
sesuai dengan aturan yang berlaku. Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang telah melakukan
pembinaan atas sumber daya manusia untuk meningkatkan kualitasnya dan teknologi informasi
telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini menunjukkan bahwa dimensidimensi
dari sistem akuntansi keuangan daerah telah dilaksanakan secara efektif sesuai dengan aturan
perundang-undangan yang berlaku di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang.
Kualitas informasi laporan keuangan yang dihasilkan termasuk kategori baik. Laporan
keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang telah memenuhi karakteristik kualitastif
dari sebuah informasi yaitu relevan, andal, dapat diperbandingkan dan dapat dipahami. Temuan
penelitian ini menginformasikan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah yang berjalan
efektif akan menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas. Begitu pula dalam
pelaksanaan sistem akuntansi keuangan daerah ini, memerlukan komitmen organisasi dari
Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang untuk menciptakan laporan keuangan yang
berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA

Ratifah, Ifa. 2012. “Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Bandung : Universitas Pasundan

Ridwan, Mochammad. 2012. “Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan”. Bandung : Universitas Pasundan

Anda mungkin juga menyukai