Ifa Ratifah
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116
E-Mail: ifaratifah@gmail.com
Mochammad Ridwan
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116
E-Mail: mridwan58@gmail.com
ABSTRACT
BPK report in 2011 on the financial statements of local government show there are 1401 case
of weakness due to accounting and reporting. This poses problems for local governments to
improve the qualityof financial reporting is characterized by the release of opinion. Implementation
of the financial accounting system will not be adequate without the support of the organization’s
commitment in creating good quality financial statements. This study examined the effect of the
regional financial accounting system on the quality of financial statements with organization
commitment as moderating variable. Data were collected from 28 of the accounting department in
Kabupaten Karawang. Data were analyzed using Moderated Regression Analysis (MRA). The
results of empirical studies indicate that theregional financial accounting system has a significant
effect on the quality of financial reporting. Similarly, by adding commitment of the organization as
moderating variable, the regional financial accounting system has a significant effect.
ABSTRAK
Laporan hasil Pemeriksaan BPK tahun 2011 atas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD)
menunjukkan bahwa 1.401 kasus akibat dari kelemahan akuntansi dan pelaporan. Hal ini menimbulkan
permasalahan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang ditandai dengan
opini LKPD dari BPK. Pelaksanaan sistem akuntansi keuangan daerah tidak akan memadai tanpa didukung
oleh komitmen organisasi untuk menciptakan kualitas laporan keuangan yang baik. Penelitian ini menguji
pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan dengan komitment oranisasi
sebagai variabel moderasi. Data dikumpulkan dari 28 bagian akuntansi di Pemerintah Daerah Kabupaten
Karawang. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil
studi empiris menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan. Begitu pula dengan menambahkan komitmen organisasi sebagai variabel
moderasi, sistem akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh yang signifikan.
Kata Kunci: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, komitmen organisasi, kualitas laporan keuangan.
29
PENDAHULUAN
kepada kepercayaan dan sikap apriori masyarakat.
Hal ini disadari atau tidak disadari akan membentuk
Pemerintah Indonesia telah melakukan opini negatif dari masyarakat. Untuk mengatasi hal
reformasi manajemen keuangan negara baik pada tersebut, maka pemerintah daerah harus membuat
pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah rencana strategis agar dapat memberikan pelayanan
dengan di- tetapkannya paket undang-undang bidang yang berkualitas kepada masyarakat sehingga dapat
keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17 mempengaruhi kinerja kompetitif organisasi,
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- kualitas serta produktivitas yang tinggi pada
Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan pemerintah daerah. Aparatur pemerintah yang
Negara. Peraturan perundang-undangan tersebut mendapatkan kepercayaan untuk melayani
menyatakan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota masyarakat baik secara langsung ataupun tidak
menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang langsung perlu menyadari bahwa dirinya dituntut
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada untuk memahami bahwa aparatur negara yang harus
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa memberikan pelayanan prima.
oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambanya Dalam bidang keuangan, laporan pertangung-
6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. jawaban terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No. 24 Keuangan sebagaimana diatur dalam Undang-
tahun 2005). Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Disamping undang-undang dan peraturan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
pemerintah tersebut, Menteri Dalam Negeri tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan
mengeluarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Peraturan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Keuangan dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan
Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun, setelah dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
empat tahun berlakunya paket undang-undang tujuannya.
tersebut, delapan tahun sejak otonomi yang luas Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban
kepada daerah, dan sepuluh tahun setelah reformasi, untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan
hampir belum ada kemajuan signifikan dalam serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
peningkatan transparansi dan akuntabilitas keuangan secara sistematis dan terstruktur pada suatu
Negara/Daerah. periodepelaporan untuk kepentingan
Secara umum, faktor-faktor yang akan menentu- pertanggungjawaban publik. Laporan keuangan
kan dan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pemerintah yang berkualitas harus dapat memenuhi
otonomi daerah di Indonesia, antara lain (Kaho, kualitas yang dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat
1997): (i) faktor manusia sebagai subjek penggerak dibandingkan dan dapat dipahami (SPAP KK, 2005).
(faktor dinamis) dalam penyelenggaraan otonomi Kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah
daerah, (ii) faktor keuangan yang merupakan tulang (LKPD) dapat tercermin dari hasil pemeriksaan
punggung bagi terselenggaranya aktivitas BPK. Pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan
pemerintah daerah, (iii) faktor peralatan yang dalam rangka memberikan pendapat/opini atas
merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam
aktivitas pemerintah daerah, serta (iv) faktor laporan keuangan. Adapun kriteria pemberian opini
organisasi dan manajemen yang merupakan sarana menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
untuk melakukan penyelenggaraan pemerintah tentang Pemeriksaan Pernyataan Profesional
daerah secara baik, efisien dan efektif. Pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan
Memberikan pelayanan yang berkualitas kepada yang disajikan dalam laporan keuangan yang
masyarakat selaku pelanggan, semestinya dijadikan didasarkan pada kriteria (a) kesesuaian dengan
aktivitas utama pemerintah daerah. Birokrasi standar akuntansi pemerintahan, (b) kecukupan
yang berbelit-belit dan kurangnya daya tanggap pengungkapan (adequate disclosures), (c) kepatuhan
serta responsif aparat pemerintah daerah terhadap terhadap peraturan perundang-undang, dan (d)
masyarakat selaku stakeholder akan berdampak efektivitas sistem pengendalian intern.
LKPD OPINI
JUMLAH
Tahun WTP % WDP % TW % TMP %
2005 18 5% 307 85% 13 3% 24 7% 362
2006 3 1% 327 70% 28 6% 105 23% 463
2007 4 1% 283 60% 59 13% 123 26% 469
2008 13 3% 323 67% 31 6% 118 24% 485
2009 15 3% 330 65% 48 10% 111*) 22% 504
2010 32 9% 271 76% 12 3% 43 12% 358**)
Pada tahun 2010 terhadap 358 LKPD, BPK SAKD adalah sistem informasi yang membantu
memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) proses pencatatan dan pelaporan anggaran dan
atas 32 entitas, opini wajar dengan pengecualian keuangan daerah. Menurut Abdul Halim (2008:
(WDP) atas 271 entitas, opini tidak wajar (TW) atas 35) akuntansi keuangan daerah dapat di definisikan
12 entitas, dan opini tidak memberikan pendapat sebagai suatu proses identifikasi, pengukuran, dan
(TMP) atas 43 entitas. Perkembangan opinin LKPD pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu
dapat dilihat pada Tabel 1. daerah (provinsi, kabupaten, kota) yang dijadikan
Hasil evaluasi atas 358 LKPD terdapat 1.401 sebagai informasi dalam pengambilan keputusan
kasus kelemahan akuntansi dan pelaporan yang ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.
terdiri dari pencatatan tidak/belum dilakukan atau Akuntansi keuangan daerah tidak sama dengan
tidak akurat, proses penyusunan laporan tidak sesuai tata buku yang dipraktekkan dalam tata usaha
dengan ketentuan, entitas terlambat menyampaikan keuangan pada entitas akuntansi seperti SKPD,
laporan, sistem informasi akuntansi dan pelaporan pemda maupun pemerintah pusat. Sesuai dengan
tidak memadai, dan belum didukung SDM yang Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 13
memadai dan penggunan aplikasi simda/simbada. Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Berdasarkan hasil evaluasi BPK terbukti bahwa Keuangan Daerah di mana sistem pencatatan double
kualitas laporan keuangan dapat ditentukan oleh entry, untuk dapat menyusun neraca diperlukan
sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD). adanya sistempencatatan yang akurat (appropriate
Hall (2004:151) mengungkap bahwa, The recording). Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan
quality of information generated by the Daerah (SAKD) yang diharapkan akan
accounting information system impacts diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah
management’s ability to take actions and Propinsi, Kabupaten, dan Kota, sehingga pemerintah
make decisions in connection with the daerah mampu menghasilkan laporan
organization’s operations and to prepare pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan
reliable financial statements. Menurut Elvira tuntutan masyarakat.
Zeyn (2011:57) content pelaporan, keakurasian Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan
angka- angka yang tertera di laporan keuangan salah satu subsistem organisasi yang memfasilitasi
dihasilkan oleh sistem akuntansi yang memadai kontrol dengan melaporkan kinerja pemerintah
untuk akuntabilitas pelaporan itu sendiri. Oleh daerah. Ruang lingkup sistem akuntansi keuangan
karena itu, untuk menghasilkan laporan daerah mencakup kebijakan sistem akuntansi,
pertanggungjawaban yang berkualitas, prosedur sistem akuntansi, sumber daya manusia,
tentunya memerlukan sarana dan prasarana dan teknologi informasi. Pemerintah daerah perlu
yang memadai, disertai dengan pembelajaran mengambil pendekatan yang menempatkan sistem
terhadap sumber daya manusia yang dimiliki seperti di garis depan, dan mempertimbangkan baik
oleh pemerintah daerah agar dapat memahami sistem dan faktor terkait manusia sambil mengelola
dan melaksanakan sistem yang baru dalam sistem informasi akuntansi. Pemda harus fokus pada
pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah.
Sistem akuntansi Serangkaian prosedur yang saling berhubungan, yang digunakan sesuai dengan skema menyeluruh
Keuangan Daerah yang ditunjukkan untuk menghaslkan informasi dalam bentuk laporan keuangan. Sistem
akuntansi keuangan daerah dengan mengelompokkan ke dalam kebijakan sistem akuntansi
keuangan daerah, prosedur sistem akuntansi keuangan daerah, sumber daya manusia, sistem
teknologi informasi.
Kualitas Laporan (Sistem Akuntansi dan Laporan SKPD USAID 2009)
Keuangan Laporan keuangan daerah merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan
dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pengukurannya dengan
menggunakan karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu relevan, andal, dapat
dibandingkan dan dapat dipahami.
PSAP kerangka Konseptual (2006, 32-37)
Komitmen Organisasi Komitmen Organisasi (Organization Commitment) adalah kemampuan dan kemauan untuk
menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan sasaran organisasi.
Pengukurannya meliputi: afective commitment, continuence commitment, normatif
comitment.
Natalie J Allen dan John P Meyer dalam Dunham, et al. (1994).
Sumber: IHPS BPK, 2011
Standarized
Regression
Multikolinearitas –2
Batas tolerance value adalah 0.10 dan batas VIF –3
adalah 10. Apabila hasil analisis menunjukkan nilai
–2 –1 0 1 2
VIF di bawah nilai 10 dan tolerance value di atas
nilai 0.10, maka tidak terjadi multikolinearitas Regression Standarized Predicted Value
sehingga model reliabel sebagai dasar analisis. Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 3. Uji Multikolinearitas
Uji Normalitas
Collinearity Statistics
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji
Model
Tolerance VIF kenormalan distribusi data, di mana data yang
1 normal atau terdistribusi secara normal akan
SAKD .980 1.021
memusat pada nilai rata-rata dan median. Uji
KOMITMEN ORGANIASI .980 1.021 normalitas bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar data terdistribusi secara normal dalam variabel
Dari hasil perhitungan pada Tabel 3. tersebut, yang digunakan di dalam penelitian ini. Pengujian
didapat hasil tolerance value sebesar 0,980 dan nilai normalitas dalam penelitian ini adalah dengan
VIF sebesar 1,021. Dengan demikian, nilai VIF di menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil
bawah 10 dan tolerance value di atas 0,10, maka analisis ini menurut Santoso (2002:74) dasar
terjadi tidak terjadi multikolinearitas, sehingga pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan
model reliable sebagai dasar analisis. probabilitas (asymptotic significance), yaitu:
Jika probabilitas � 0,05 maka distribusi dari
Uji Heteroskedastisitas populasi adalah normal.
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari populasi
apakah model regresi terjadi ketidaksamaan adalah tidak normal
variance (kelompok yang sama) dari residual suatu Uji normalitas data dilakukan dengan uji
pengamatan yang lain. Kolmogrov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan
Dari Gambar 1. terlihat titik-titik menyebar dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic
secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu significance), adapun hipotesis pengujian adalah
yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di sebagai berikut:
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak
Hipotesis Nol (H0 ) : data terdistribusi secara
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, normal
sehingga model regresi layak dipakai.
Hipotesis Alternatif (Ha ) : data tidak terdistribusi
secara normal
Kriteria uji : jika nilai probabilitas (sig)
� α, maka H0 diterima
jika nilai probabilitas (sig)
< α, maka H0 ditolak
Dalam hal prosedur sistem akuntansi keuangan dapat dibandingkan, dan dapat dipahami, hal ini
daerah masih terdapat kelemahan dalam prosedur, didukung dengan opini atas LKPD yang diperoleh
misalnya ketidaklengkapan dari dokumen Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang mengalami
pendukung untuk melakukan pencatatan aset tetap. peningkatan menjadi wajar dengan pengecualian.
Terutama dokumen-dokumen penghapusan aset Berdasarkan observasi LKPD bahwa laporan
tetap seperti berita acara penghapusan hampir tidak keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang
ada, artinya mutasi barang tidak disertai dengan memenuhi karakteristik relevan yaitu telah memuat
mutasi pencatatan- nya, sehingga ketidaklengkapan informasi yang memungkinkan pengguna untuk
dokumen tersebut akan mempengaruhi inventarisasi menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di
dan pencatatan aset tetap. masa lalu, memuat informasi yang dapat membantu
Penempatan sumber daya manusia pada memprediksi masa yang akan datang. Penyajian
Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, pada informasi telah dilaksanakan secara lengkap dan
bagian akuntansi masih belum disesuaikan dengan jelas, tetapi dalam hal ketepatan waktu masih belum
keahlian individual masing-masing. Apalagi untuk sesuai dengan target yang ditentukan Pemerintah
bagian akuntansi relatif sedikit SDM yang memiliki Daerah Kabupaten Karawang,
pendidikan bidang akuntansi. Berdasarkan hasil Laporan keuangan Pemerintah Daerah
penelitian, lamanya bekerja dapat menjadi salah Kabupaten Karawang memenuhi karakteristik
satu pemicu SDM tersebut ditempatkan pada bagian laporan keuangan yang andal yaitu laporan keuangan
akuntansi. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi telah memuat informasi yang disajikan secara jujur
dengan adanya pembinaan dalam penatausahaan dan dan wajar, laporan keuangan dapat diuji oleh
akuntansi keuangan daerah secara berkala, sehingga beberapa pihak dengan mendapatkan hasil yang
berdasarkan pelatihan dan pengalaman, SDM tidak berbeda jauh, dan laporan keuangan bersifat
tersebut dapat ditempatkan pada bagian akuntansi. netral. Laporan Keuangan Pemerintah daerah
Sistem teknologi informasi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang memenuhi karakteristik dapat
Kabupaten Karawang sudah dapat memenuhi dibandingkan yaitu informasi yang disajikan dalam
kebutuhan bagian akuntansi pada SKPD untuk laporan keuangan dapat dibandingkan dengan
mengolah data menjadi laporan keuangan. Program laporan keuangan periode sebelumnya dan informasi
aplikasi akuntansi yang digunakan saat ini sudah yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
dapat memenuhi kebutuhan pemakai dalam dibandingkan dengan informasi dalam laporan
mengolah data keuangan. keuangan entitas pelaporan lainnya. laporan
Laporan keuangan Pemerintah Daerah keuangan Pemerintah daerah Kabupaten Karawang
Kabupaten Karawang dengan dukungan sistem telah memenuhi karakteristik dapat dipahami yaitu
akuntansi keuangan daerah dan ketersediaan pengguna dapat memahami seluruh informasi yang
sarana dan prasarana telah memenuhi karakteristik disajikan, dan bentuk serta istilah yang digunakan
laporan keuangan yang baik, yaitu relevan, andal, dalam laporan keuangan.
Oleh
Vini Oksilia
Tandayu1Meily Y.B.
Kalalo2
1,2,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan
AkuntansiUniversitas Sam Ratulangi Manado
E-mail :
1
vinitandayu@gmail.com
2
yokebetsymeily@gmail.c
om
Abstrak: Dalam menjalankan kegiatan pemerintahan maka pemerintah dituntut untuk adanya transparansi dan
akuntabilitas dalam semua aspek roda pemerintahan. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan Sistem
Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Bolaang Mongondow, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Peraturan Bupati
Bolaang Mongondow Nomor 12 Tahun 2017. Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah (SAPD) pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bolaang Mongondow selama ini tetap mengacu pada
Standar Akuntansi Pemerintah (PP 71 Tahun 2010), Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013,
Penerapan standar akuntansi berbasis akrual pada pemerintahan daerah, dan Peraturan Bupati Bolaang
Mongondow Nomor 12 Tahun 2017 tentang Kebijakan Akuntansi dan Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2017.
Jenis penelitian yang digunakan adalah data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan kualitas pelaporan di
kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolmong sudah sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh aturan pemerintah yang dimana pemerintah bertujuan untuk menghasilkan
laporan keuangan yang lebih dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan
ekonomi, sosial, dan politik. Saran yaitu masih diperlukan adanya pengembangan atas pemahaman staff bagian
keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolaang Mongondow akan
sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual.
Abstract: In carrying out government activities, the government is required to the existence of transparency and
accountability in all aspects of the wheels of government. To find out the suitability of the regional apparatus
work unit accounting system in the Regional Development Planning Agency (BAPPEDA) Bolaang Mongondow
Regency, with Government Regulation Number 71 of 2010 and Bolaang Mongondow Regent Regulation
Number 12 of 2017. The application of the (SAPD) accounting system to the regional development planning
agency (BAPPEDA) has been referring to government accounting standars (PP 71 of 2010), domestic
ministerial regulation number 64 of 2013, the application of accrual based accounting standards to regional
governments and regulation of the regent of Bolaang Mongondow number 12 of 2017 concerning accounting
and regent regulation number 13 in 2017. The type of research used is qualitative data. Presented in the form of
da4t0a that is not in the form of the results research showing the quality of reporting at theJuRrneagl
Development
of the Planning Agency (BAPPEDA) in Bolmong
iEoMRegency
naBlA which has beVeonl.7seNtob.5y Jtuhlei 2g0o1v9e,
rHnaml. e3n1t69w-he31re78
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
the government aims to produce financial reports that are more reliable, more accurate, comprehensive, and
Akuntansi
relevant for economic, social and political decision making. Advice is that there is still a need to develop the
understanding of the financial staff of the Bolaang Mongondow Regional Development Planning Agency
(BAPPEDA) for accrual-based government accounting systems.
41 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang menggantikan PP Nomor 24 Tahun 2005 memberikan pengaruh yang besar dalam
perubahan sistem akuntansi yang diterapkan oleh pemerintah daerah, perubahan yang paling mempengaruhi
sistem akuntansi dalam peraturan tersebut adalah perubahan basis akuntansi. Pada PP Nomor 24 Tahun 2005
basis akuntansi adalah basis kas menuju akrual sedangkan pada PP Nomor 71 Tahun 2010 basis akuntansi yang
adalah berbasis akrual.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bolaang Mongondow merupakan objek yang
dipilih oleh peneliti. Alasan memilih objek ini karena peneliti ingin mengetahui selama ini BAPPEDA
Kabupaten Bolaang Mongondow apakah sudah menerapkan sistem akuntansi SKPD mencakup teknik
pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, aset,
kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi serta penyusunan laporan keuangan SKPD dengan memanfaatkan
aplikasi SIMDA Keuangan atau (Sistem Informasi Manajemen Daerah). Penerapan Sistem Akuntansi
Pemerintahan Daerah (SAPD) pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bolaang
Mongondow selama ini mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (PP 71 Tahun 2010), Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, penerapan standar akuntansi berbasis akrual pada pemerintahan daerah,
dan Peraturan Bupati Bolaang Mongondow Nomor 12 Tahun 2017 tentang Kebijakan Akuntansi dan Peraturan
Bupati Nomor 13 Tahun 2017.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kesesuaian penerapan Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolaang Mongondow, dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Peraturan Bupati Bolaang Mongondow Nomor 12 Tahun 2014.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi
Hans Kartikahadi, (2016:3) Pengertian Akuntansi yaitu suatu sistem informasi keuangan, yang
bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan
43 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
daerah. Akuntansi keuangan pemerintahAkuntansi
daerah merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mempunyai
ciri-ciri tersendiri berbeda dengan akuntansi komersial, yaitu :
44 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
1. Tidak bertujuan untuk mengukur laba Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada
Akuntansi
masyarakat,sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber yang
digunakan untukpelayanan dan darimana sumber-sumber tersebut diperoleh.
2. Tidak adanya kepentingan pemilik Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri sebagaimana
perusahaan. Bila asset melebihi hutang, maka kelebihan tersebut tidak dapat dibagikan kepada
rakyat sebagaimana layaknya badan usaha komesial yng membagikan deviden pada akhir tahun
buku.
3. Adanya akuntansi anggaran Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi pendapatan,
appropriasi, estimasi pendapatan yang dialokasikan, otorisasi kredit anggaran serta realisasi
pendapatan dan belanja untuk pembuatan laporan yang menunjukkan atau membuktikan
ketaatan dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam dokumen otorisasi kredit anggaran dan
peraturan-peraturan pelaksanaan anggaran yang berlaku.
46 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
1. Penganggaran Rencana Kerja Akuntansi
Anggaran, RAPBD dan rancangan Penjabaran APBD, APBD
dan penjabaranAPBD beserta perubahannya, dokumen pelaksanaan anggaran (DPA).
2. Penatausahaan
Surat penyediaan dana (SPD), surat permintaan pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), SPJ,
Surat Perintah Pencairan Dana, dan formulir-formulir pengendalian anggaran lainnya.
3. Akuntansi dan Pelaporan
Jurnal dan buku besar, buku pembantu, laporan keuangan, perda pertanggung jawaban dan penjabarannya
Penelitian Terdahulu
Josua Lumbantobing (2015). Evaluasi Kualitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah Dalam Pengawasan
Keuangan Daerah (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara) DAERAH. Berdasarkan
Hasilnya menunjukkan, itulah yang menjadi poin penting analisis kualitas APIP Minahasa TenggaraKabupaten
adalah: Pertama, untuk memenuhi kebutuhan APIP yang kompeten untuk memberikan bimbingan teknis,
pendidikan danpelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas. Kedua, jangan terlalu sering melakukan
mutasi, yaitu mutasiYang dilakukan harus sesuai dengan kompetensi. Sedangkan yang merupakan kunci untuk
meningkatkan kualitas APIP adalah akomitmen kuat dari Kepala Daerah untuk terciptanya pemerintahan yang
baik dan bersih kepadapemenuhan anggaran untuk APIP sebesar 1% sesuai dengan Peraturan yang berlaku
untuk peningkatankualitas APIP untuk memberikan bimbingan teknis dan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan, menambahkanfasilitas seperti kendaraan operasional kantor dan infrastruktur pendukung lainnya.
Andi Faradillah (2013). Analisis Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010). Berdasarkan hasil dalam Mewujudkan
Pemerintahan Yang Transparan Dan Akuntabel, Semakin Nyata dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Siti Musrifah (2015). Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual Dalam
Penyajian Laporan Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil yaitu Kendala dalam
implementasi PP No 71 tahun 2010, tentang SAP antara lain, sampai saat ini penyusunan LKPD masih
dilakukan secara manual.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan data kualitatif. Metode penelitian kualitatif memiliki dasar deskriptif guna
memahami suatu fenomena dengan lebih mendalam. Penelitian kualitatif menggunakan landasan teori sebagai
panduan untuk memfokuskan penelitian, serta menonjolkan proses dan makna yang terdapat dalam fenomena
tersebut. Penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu untuk menjelaskan secara
menyeluruh masalah yang akan diteliti.
Metode Analisis
Sugiyono (2016:2) metode penelitian adalah Metode analisis pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang
47 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
perlu di perhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini di
48 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
dasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan caracara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-
cara yang dilakukan itu dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang di gunakan. Sistematis artinya, proses
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis. Dalam penelitian ini,
penerapan analisis Kualitatif juga berkaitan dengan semua variabel yang penulis teliti yakni pada Penerapan
Sistem Akuntansi Pemerintahan Pada Bappeda Bolaang Mongondow.
50 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
Basis akrual (accrual basis) yaitu sebuah teknik pencatatan akuntansi, yang pencatatannya dilakukan saat
terjadinya transaksi walaupun kas belum diterima. Dalam pencatatan menggunakan basis akrual ini tentu
akan lebih akurat, dan dengan menggunakan basis akrual aset, kewajiban dan ekuitas mudah diukur. Di
dalam basis akrual sebuah pendapatan akan diakui ketika perusahaan memiliki hak untuk melakukan
51 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
penagihan dari hasil transaksi. Akuntansi
Dan menggunakan basis akrual ini tidak memperdulikan kapan kas akan
diterima, dan kapan kas dikeluarkan. Pengakuan biaya di dalam basis akrual ini ketika kewajiban membayar
sudah jatuh tempo. Dan biaya tersebut sudah dapat diakui ketika kewajiban membayar sudah terjadi,
meskipun kas belum dikeluarkan.
BAPPEDA mulai menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 sampai sekarang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditentukan oleh pemerintah, mengingat bahwa standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini merupakan hal baru maka pegawai kami mengalami banyak
kesulitan dalam pelaporannya
50 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Pendapatan LRA diakui pada saat diterima direkening kas umum daerah. Pengembalian yang sifatnya
Akuntansi
normal dan berulang atas penerimaan pendapatan LRA pada periode penerimaan maupun pada periode
51 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan LRA. Untuk Tahun 2017 Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow tidak ada pos untuk pendapatan.
Belanja
Timbulnya kewajiban adalah disaat terjadinya peralihan dari pihak lain ke pemerintah daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow tanpa diikuti keluarnya kas dari rekening kas umum pemerintah daerah,
misalnya tagihan atas rekening listrik, tagihan atas rekening telepon yang belum dibayar oleh pemerintah
daerah. Pengeluaran kas adalah saat terjadinya pengeluaran uang dari bendahara umum daerah atau oleh
bendahara pengeluaran SKPD misalnya untuk pembayaran gaji pegawai atau untuk membiayai suatu kegiatan
pada suatu periode pelaporan. Belanja diukur dan dicatat berdasarkan nilai perolehan. Pengukuran belanja non
modal menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang atau nilai kas yang akan dikeluarkan.
Aset
Total asset lancar tahun 2017, Rp. 4.877.710 dan asset lancar tahun 2016 Rp. 0, dan asset tetap sebesar
Rp. 16.346.084.296,16 dan tahun 2016 aset tetap sebesar Rp. 16.061.582.405,59. Terjadi kenaikan asset tetap
sebesar Rp. 284.501.890,57 dari tahun 2016 ke tahun 2017.
Kewajiban
Untuk kewajiban tahun 2017 dilaporkan Rp. 0,-. Belum ada anggaran yang dipublikasikan karena
adanya dana-dana yang masih bersifat privasi.
Ekuitas
Total ekuitas tahun 2017 sebesar Rp. 16.700.329.036, dan tahun 2016 ekuitas sebesar Rp.
16.410.949.405,59
a. Kas per 31 desember 2017 sebesar Rp. 16.700.329.036,- sama dibandingkan saldo per 31
desember 2016 sebesar Rp. 16.410.949.405,59,-
b. Kas di bendahara pengeluaran sampai tanggal 31 desember 2017 sisa uang persediaan sudah
disetor di rekening daerah dan saldo kas di bendahara pengeluaran per 31 desember 2016
sebesar Rp. 0,-.(tidak dipublikasikan)
c. Perubahan Ekuitas, Merupakan komponen Laporan Keuangan yang menyajikan sekurang-
kurangnya pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit pada periode bersangkutan, koreksi-koreksi
langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir ekuitas awal merupakan jumlah
ekuitas awal per 31 desember 2016 sebesar Rp. 16.583.018.169,59. Ekuitas awal per 31
desember tahun 2017 sebesar Rp. 16.410.949.405,59, dan untuk ekuitas akhir per 31 desember
2016 sebesar Rp. 16.410.949.405,50, sehingga terjadi kenaikan (surplus) sebesar Rp.
284.501.890,57.
Beban
Belanja yang dimasukan dalam Laporan Operasional adalah belanja yang telah diterbitkan dokumen
pembayaran yang disahkan oleh pengguna anggaran. Dan barang telah diterima Beban per 31 desember 2017
saldo sebesar Rp. 7.810.273.142,00 dan tahun 2016 sebesar Rp. 9.439.751.358,00, dimana beban diatas terdiri
dari Beban Pegawai-LO tahun 2017 sebesar Rp. 3.726.770.210,00 beban pegawai-LO tahun 2016 sebesar
3.261.092.433,00 dan beban barang dan jasa tahun 2017 sebesar Rp. 4.083.502.932,00 beban barang dan jasa
tahun 2016 sebesar Rp. 5.796.061,00. Dan dari beban diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan (defisit)
untuk beban operasi sebesar (Rp. 1.529.478.216,00) dari tahun 2016 ke tahun 2017.
Neraca
Tujuan kebijakan akuntansi neraca adalah menetapkan dasar-dasar penyajian neraca untuk entitas
akuntansi dan entitas pelaporan Pemerintah Bolaang Mongondow dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
52 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Neraca menggambarkan posisi Akuntansi
keuangan suatu entitas akuntansi/entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Akuntansi neraca adalah menetapkan dasar-dasar penyajian
53 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
neraca untuk entitas akuntansi dan entitas pelaporan Pemerintah Bolaang Mongondow dalam rangka memenuhi
tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Kebijakan akuntansi ini diterapkan dalam penyajian neraca yang disusun dan disajikan dengan
menggunakan akuntansi berbasis akrual untuk tingkat SKPD, PPKD, dan Pemerintah Daerah, tidak termasuk
perusahaan daerah.
Entitas Pelaporan adalah Pemerintah Daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan Pemerintah Daerah.
Pembahasan
Basis akuntansi yang digunakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2017 dalam laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Basis Kas untuk Pengakuan Pendapatan, belanja
dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, dan Basis Akrual untuk pengakuan asset, kewajiban, dan
ekuitas dalam neraca. BAPPEDA mulai menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 sampai
sekarang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditentukan oleh pemerintah, mengingat
bahwa standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini merupakan hal baru maka pegawai kami mengalami
banyak kesulitan dalam pelaporannya.
Akuntansi berbasis akrual lebih dipercaya dan akurat dalam menghasilkan informasi yang akuntabel dan
transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung
terlaksananya perhitungan berbagai macam biaya pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah dengan
wajar. Pencatatan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar, dan dapat juga
mengukur kinerja, basis akrual menyediakan informasi pengunaan sumber daya ekonomi sebenarnya
Dalam pelaporan keuangan ini, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan entitas
pelaporan, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow
merupakan entitas akuntansi, yang menurut aturan perundang-undangan yang berlaku wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Sedangkan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Bolaang Mongondow merupakan laporan konsolidasi dari seluruh SKPD.
Badan Perencanaan Pembangunan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow berkewajiban untuk
melaporkan segala upaya yang dilakukan serta hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan serta
sistematis dan terstruktur pada periode tahun 2017 untuk kepentingan, antara lain:
1. Akuntabilitas
Mempertanggung jawabkan pengelolaan sumber dayaserta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengolaan serta pengendalian atas
seluruh asset, hutang dan seluruh ekuitas dana untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Menyediakan informasi keuangan yang terbuka, menyeluruh dan jujur bagi masyarakat untuk mengetahui
pertanggungjawaban dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow dalam
pengolaan sumber daya alam dan ketaannya pada peraturan perundang-undangan.
Sedangkan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow mengacu pada beberapa prinsip dasar antara lain:
1. Basis Akuntansi.
54 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
2. Prinsip Nilai Historis. Akuntansi
3. Prinsip Realisasi.
4. Prinsip Substansi Dan Realitas.
5. Prinsip Periodisitas.
6. Prinsip Konsistensi.
7. Prinsip Penggungkapan Lengkap.
8. Prinsip Penyajian Wajar.
Saran
Saran dari penelitian ini yaitu:
1. Masih diperlukan adanya pengembangan atas pemahaman staff bagian keuangan Badan
55 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Perencanaan Pembangunan Akuntansi
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolaang Mongonow akan sistem
akuntansi pemerintahan berbasis akrual.
2. Untuk Penelitian lebih lanjut diharapkan untuk menambah studi kasus pada SKPKD selaku
Bendahara UmumDaerah, sehingga dapat menganalisa kesesuaian transaksi dan juga kelengkapan
bukti dalam penerapan sistemakuntansi keuangan daerah.
3. Harus sering melakukan sosialisasi berupa seminar atau diskusi dengan aparat pemerintah, serta
dilakukan training atau pelatihan–pelatihan yang berkaitan dengan sistem akuntansi berbasis
akrual agar pengimplemensian dan pengoplimalan lebih efektif dan efisien.
4. Diharapkan kepada Badan Kepegawaian Daerah untuk lebih teliti dalam pembuatan jurnal,
karena jurnal merupakan salah satu bagian terpenting dalam siklus akuntansi. Selain itu juga
diharapkan agar dapat mengoptimalkan penggunaan kode rekening untuk memudahkan
pengklasifikasian dan juga pada saat pencatatan.
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolmong harus lebih
menyiapkan SDM yang berintegritas tinggi dan akuntabel.
DAFTAR PUSTAKA
Andi, F., 2013. “Analisis Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010)”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Hasanuddin.Makassar.
Baldric,S. 2015. Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual).
Edisi Pertama. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yogyakarta.
Hans, K. 2016. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Buku 1: Salemba Empat,
Jakarta.
Hariyanto. 2012. Penggunaan Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Darma
Ekonomi,
Semarang.
Lumbantobing, J. 2015. Evaluasi Kualitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah. Vol 10. No. 1.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/goodwill/article/view/8449. 7 Februari 2018.
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan ke-5. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Siti, M. 2015. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual Dalam Penyajian Laporan
Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Jember. Fakultas Ekonomi. Universitas Jember.Vol 2, No 1
(2015). repository.unmuhjember.ac.id/1473/1/JURNAL.pdf.7 Februari 2018.
56 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
JurnalAkuntansi
Benefita 3(1) Februari 2018 (64-75)
Abstract
This study aims to examine the influence of local financial management and regional financial
accounting system to the quality of local government financial statements. This research belongs to
causative research conducted at regional apparatus organization in Solok City. Data collection is
done by survey method through questionnaires distributed to respondents who are in finance or
accounting department. The result of the research shows that the management of regional finance
has positive correlation but it has no significant effect to the quality of local financial report, while the
financial accounting system has significant effect on the quality of local government financial report.
This shows that the better the local financial accounting system, the resulting financial statements will
also increase.
Keywords: Financial Management; Accounting System; Regional Finance; Quality Report
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi
keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini tergolong
penelitian kausatif yang dilakukan pada organisasi perangkat daerah di Kota Solok. Pengambilan
data dilakukan dengan metode survei melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang
berada pada bagian keuangan atau akuntansi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan
keuangan daerah memiliki hubungan yang positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan daerah, sedangkan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini menunjukan bahwa
semakin baik sistem akuntansi keuangan daerah maka laporan keuangan yang dihasilkan juga akan
semakin meningkat.
Kata kunci:Pengelolaan Keuangan; Sistem Akuntansi; Keuangan Daerah; Kualitas Laporan
Detail Artikel :
Diterima : 11 Januari 2017
Disetujui : 27 Januari 2017 DOI
:10.22216/jbe.v2i3.2376
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Tata kelola pemerintahan yang baik adalah sebuah bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk
membangun negara sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
meningkatnya perhatian masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam hal pelaksanaan
perekonomian negara. Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus mampu menyediakan informasi
keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu dan dapat dipercaya sehingga dituntut untuk
memiliKkoi psiesrtetmis 57
inf o rm
W i la ya h X a si yang handal.
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang
Akuntansi
dimiliki oleh suatu entitas berupa informasi keuangan. Informasi yang seharusnya disajikan dalam pelaporan
keuangan pemerintah daerah hendaknya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh stakeholder (Defitri, 2014), untuk
itu aparat pemerintah harus dapat
Kopertis Wilayah X 58
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
mengetahui anggaran pemerintah daerahnya agar tidak terjadi informasi asimetris dalampengelolaan
keuangan daerah (Defitri, Yulistia, Apriyeni, & Eliza, 2016).
Kualitas informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk laporan dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan keputusan maka, harus didukung oleh kualitas aparatur pemerintah daerah di bidang
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah agar kualitas informasi akuntansi yang
dihasilkan andal dan akurat. Laporan keuangan yang berkualitas tentu diperlukan prosedur pelaporan
keuangan yang baik sesuai dengan peraturan pelaporan keuangan daerah dan sistem akuntansi
keuangan daerah secara optimal Untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan,
implementasi sejumlah perangkat perundang-undangandi bidang pemerintahan daerah belum bisa
dijadikan acuan utama dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, khususnya di bidang pengelolaan
keuangan daerah dan pelayanan publik, tetapi masih membutuhkan pengkajian yang lebih mendalam,
khususnya menyangkut pengelolaan keuangan daerah dan mengenai sistem akuntansi keuangan daerah
serta manajemen atau dalam kaitannya dengan pelayanan publik.
Keseluruhan kegiatan pengelolaan keuangan meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam halpengelolaan keuangan
daerah, pemerintah daerah menetapkan tujuan dan sasaran dan kemudian membuat rencana kegiatan
untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Pengelolaankeuangan daerah perlu ditunjang oleh
pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah agar penatausahaan keuangan di daerah memiliki akurasi
dan akuntabilitas yang tinggi. Sistem akuntansi keuangan daerah yang memadai dapat memberikan
bantuan untuk memverifikasi transaksi-transaksi agar dapat ditelusuri dana-dana sesuai dengan
tujuannya, serta mengecek otoritas, efisiensi, dan keabsahan pembelajaaan dana.
Melihat pentingnya peranan dalam pengelolaan dan aturan yang jelas dalam penyusunan laporan
keuangan daerah dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas maka tujuanpenelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
Tinjauan Pustaka
dan Pengembangan
HipotesisPengelolaan
Keuangan Daerah
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut (UU No.17, 2003). Untuk dapat menjalankan
pemerintahan daerah dengan segala aspek keuangan yangterdapat didalamnya maka setiap kepala daerah
harus dapat melakukan pengelolaan keuangandaerah yang baik sesuai dalam permendagri No. 13 tahun
2006 tentang Pedoman pengelolaankeuangan daerah, yang menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan
daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah (Permendagri No. 13, 2006).
Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif,efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat, yang dimaksud secara tertib adalah bahwa keuangandaerah dikelola secara
tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Artinya pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan sesuai dengan peraturan
perundangan dan efektif serta efisien maka akan dapat menghasilkan suatu pelaporan yang baik dan taat
dengan ketentuan karena didukung dengan bukti-bukti yang kuat.
Suatu pengelolaan berkaitan erat dengan pengendalian internal, sistem pengendalian yang lemah
akan mempengaruhi pendapat audit dalam laporan keuangan (Nugraheni &Subaweh, 2008). Salah satu
bagian didalam pengendalian intern adalah informasi dan
Kopertis Wilayah X 59
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
komunikasi serta pemantauan, didalam instansi tentu memerlukan informasi komunikasi apalagi
pemantauan agar menjalankan pengelolaan organisasi terutama keuangan akan dapat mencapai hasil
sesuai dengan tujuan. Herawati (Herawati, 2014) menjelaskan bahwa informasidan komunikasi serta
pemantauan berpengaruh secara langsung terhadap kualitas laporan keuangan. Dengan demikian maka
komunikasi dan pemantauan merupakan proses dari pencapaian suatu pengelolaan yang baik.
Implementasi pedoman pengelolaan keuangan yang diikuti dengan pemahaman yang baik dari semua
pegawai yang terlibat akan mampu melahirkan laporan keuangan yang berkualitas sebagai wujud
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan (Ovita & Husaini, 2013).
Menurut Chabib sholeh (2010;10) prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang diperlukanuntuk
mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas, mensyaratkan bahwa dalam mengambil suatu keputusan hendaknya
berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya. Kebijakan yang dihasilkan harusdapat
diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal dengan baik, yang
mencakup kerugian daerah berkurangnya kekayaan daerah berupa uang, surat berharga dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatanmelawan hukumbaik
sengaja maupun lalai.
2. Value for money
Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalahterjadinya
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, kehidupan
demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan serta adanya hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah serta antar daerah. Keadilan tersebut hanya akan tercapai apabila
penyelenggaraan pemerintahan daerah dikelola dengan memperhatikan konsep value for
money, prinsip ini dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien.
3. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan
kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan, yang
mencakup potensi kerugian daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan
datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan pasti jumlahnya.
4. Transparansi
Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan
keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) maupun masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada
akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan
masyarakatnya sehingga tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel,
responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat, yang mencakup administrasi
temuan mengungkap adanya penyimpanganterhadap ketentuan yang berlaku baik dalam
pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset, tetapi penyimpangan tersebut tidak
mengakibatkan kerugian daerah atau potensikerugian daerah, tidak mengurangi hak daerah
kekurangan penerimaan, tidak menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur
indikasi tindak pidana.
5. Pengendalian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus sering dievaluasi yaitu
dibandingkan antara yang dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan
analisis varians selisih terhadap pendapatan dan belanja daerah agar dapat
Kopertis Wilayah X 60
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians untuk kemudian dilakukan tindakan
antisipasi ke depan, yang mencakup kekurangan penerimaan kerugian daerahadalah
berkurangnya kekayaan daerah berupa uang, surat berharga, dan barang, yangnyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah.
Kebijakan yang dihasilkan harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal
dengan pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien.
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan kejujuran
yang tinggi terhadap mandat yang telah diberikan dalamhal pengelolaan keuangan daerah dan
keterbukaan terhadap kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)maupun masyarakat serta dapat dibandingkan antara
anggaran pendapatan dan belanja daerahyang dianggarkan dengan yang dicapai.
Berdasarkan referensi yang digunakan diatas maka hipotesis yang dapat digambarkan adalah:H1 :
Pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan daerah.
Kopertis Wilayah X 61
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan menjadi informasi
keuangan yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban. Dengan menggunakan sistem akuntansi,
maka resiko akan terjadinya suatu kekeliruan dan kesalahan dapat diminimalisir dalam pencatatan atau
perhitungan yang dapat memungkinkan pemerintah daerah mengalami resiko yang lebih berat
(Herawati, 2014).
Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu sub sistem organisasi yang
memfasilitasi kontrol dengan melaporkan kinerja pemerintah daerah. Ruang lingkup sistem akuntansi
keuangan daerah mencakup kebijakan sistem akuntansi, prosedur sistem akuntansi, sumber daya
manusia, dan teknologi informasi (Ratifah & Ridwan, 2012) dan menunjukkan hasil bahwa sistem
akuntansi keuangan daerah yang berjalan efektif akan menghasilkan informasi laporan keuangan yang
berkualitas. Begitu juga hasil penelitian Wati dkk (Wati, Herawati, & Sinarwati, 2014) yang
memberikan informasi bahwa sistem akuntansi keuangan daerah memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan,dengan demikian jika sistem keuangan daerah diterapkan
dengan baik dari awal maka kualitaslaporan keuangan yang dihasilkan juga akan semakin lebih baik
(Roviyantie, 2011).
Sistem akuntansi keuangan daerah erat kaitannya dengan prosedur pengukuran, pencatatan,
penggolongan dan pelaporanakuntansi dalam rangka pertanggung-jawaban pelaksanaan anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD) pada periode tertentu untuk mengambil langkah masa depan
pemerintah daerah. Jika sistem akuntansi keuangan daerah dalam dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
maka laporan keuangan yang akan dihasilkan jugaakan jadi lebih baik dan berkualitas.
Hipotesis dua yang dapat dikembangkan berkaitan dengan sistem akuntansi keuangan daerah dalam
penelitian ini adalah :
H2 : Sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah
Kopertis Wilayah X 62
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
Kopertis Wilayah X 63
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
METODE PENELITIAN
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengelolaan keuangandaerah, sistem
akuntansi keuangan daerah dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah diKota Solok. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif, selain itu
metode penelitian yang dilakukan yaitu dengan metode surveiyang bersifat kausalitas yaitu menjelaskan
hubungan antar variabel berdasakan konstruk modelpenelitian.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langgsung dari sumbernya dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden yang terkait dengan tujuan penelitian ini. kuesioner
menggunakan skala likert dengan menggunakan skor 5 (lima) point. Teknik pengumpulan data
menggunakan penelitian lapangan (Field Research). Populasi dalam penelitian ini adalah Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang ada di lingkungan Pemerintahan Kota Solok yang berjumlah 30 (Tiga
Puluh) OPD, teknik sampling yang digunakan dengan metode sensus dimana semua populasi menjadi
sampel penelitian. Sedangkan yang menjadi responden dalampenelitian ini adalah bagian keuangan atau
bagian akuntansi di organisasi perangkat daerah.
Kopertis Wilayah X 64
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
pernyataan dalam kuesioner dengan skor totalnya. Penelitian ini menggunakan Corrected Item-Total
Correlation yaitu dengan menghitung korelasi skor masing-masing item pernyataan dalam kuesioner
dengan skor totalnya sedangkan untuk menguji reliabilitas kuesioner digunakan teknik Cronbach
Alpha.
Untuk pengujian lebih lanjut maka pengujian harus memenuhi beberapa asumsi yang disebut uji
asumsi klasik yaitu hasil perhitungan yang dapat diinterpretasikan dengan akurat terdiri dari uji
normalitias, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi
linear berganda bertujuan untuk mencari pengaruh PengelolaanKeuangan Daerah (X1), Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas LaporanKeuangan Daerah (Y). Model regresi linear
berganda yang digunakan adalah (Sugiyono, 2013:192):
Y = α + β 1X 1 + β 2X 2 + ɛ
Keterangan
Y = Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
α = Intercept
β1 β2 = Koefisien regresi
X1 = Pengelolaan keuangan daerah
X2 = Sistem akuntansi keuangan daerah
ɛ = Error terms
Untuk mendeteksi apakah residual yang digunakan tersebut berdistribusi normal maka dideteksi
dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dan grafik. Jika data menyebar sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bahwa data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, dengan demikian model regresi layakdipakai dalam penelitian ini karena memenuhi asumsi
normalitas.
Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflantion Factor
(VIF). Apabila nilai VIF > 10 maka dikatakan terdapat gejala multikolineritas, dan jikanilai VIF < 10
maka tidak terjadi multikolinealitas. Dari hasil pengujian diketahui bahwa nilaitolerance semua variabel
independen yaitu pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi
Kopertis Wilayah X 65
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
keuangan daerahadalah 0,991>0,10 dan nilai VIF adalah 1,009<10, dengan demikian dapat dikatakan,
tidak terdapat hubungan antara variabel pengelolaan keuangan daerah denganvariabel sistem akuntansi
keuangan daerah.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian atau jenis residual atau jenis residual satu pengamatan lainnya. Adapuncara
memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar scatterplotberikut:
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Setelah dilakukan pengujian, terlihat dari gambar scatterplot pada grafik di atas terlihat bahwa
titik – titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawahangka 0 pada sumbu Y.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam artian bahwa jenis atau varian
residual variabel dependen yaitu kualitas laporan keuangan daerah memiliki jenis atau varian residual
yang sama dengan variabel independen yaitu pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi
keuangan daerah. Sehingga penelitian ini dapat untuk diteliti lebih lanjut.
Uji regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif. Hasil uji regresi linear berganda
dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :
Kopertis Wilayah X 66
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
(X2) sama dengan nol atau bernilai tetap, maka nilai kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah (Y) akan bernilai sebesar 10,154
b. Nilai koefisien pengelolaan keuangan daerah (X1) bernilai positif sebesar
0,106. Halini menunjukkan bahwa jika nilai pengelolaan keuangan daerah
ditingkatkan maka dan sistem akuntansi keuangan daerah (X2) bernilai nol
maka kualitas laporan keuangan pemerintah daerah juga akan meningkat
c. Nilai koefisien sistem akuntansi keuangan daerah (X2) bernilai positif
sebesar 0,563. Hal ini menunjukkan bahwa jika nilai sistem akuntansi
keuangan daerah meningkat dan variabel pengelolaan keuangan daerah
(X1) tidak ada maka kualitas laporan keuangan pemerintah daerah juga
akan meningkat.
Untuk pengujian hipotesis, penulis menggunakan uji t (parsial) dan uji F (uji simultan). Uji ujiparsial
bisa dilihat dari tabel 2 diatas yang menunjukkan bahwa :
a. Variabel Pengelolaan Keuangan Daerah (X1) diperoleh nilai t-hitung sebesar
0,636 < 2,028 dan dengan signifikansi sebesar 0,529 >0,05, nilai t-hitung yang
lebih kecil dari t- tabel dan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05
menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sehingga
hipotesis H1 ditolak. Hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian
Ovita & Husaini yang menjelaskan bahwa implementasi pengelolaan keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan di
lingkungan sekretariat KPU Se-Provinsi Bengkulu (Ovita & Husaini, 2013)
Ketidaksignifikan pengelolaan keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah disebabkan ada faktor lain tentang pelaporan keuangan yang tidak dijelaskan
dalam prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah yang hanya menjelaskan suatu kebijakan
yang dihasilkan harus dapat dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal, memiliki
integritas yang tinggi sehingga perlu dilakukan evaluasi antara APBDyang dianggarkan dengan
yang dicapai untuk meminimalisir terjadinya korupsi.
b. Variabel sistem akuntansi keuangan daerah (X2) diperoleh nilai t-hitung
sebesar4,225 > 2,028 dan dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, Nilai t-
hitung yang lebih besar dari t- tabel dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari
0,05 menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sehingga
hasil hipotesis H2 dapat diterima.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian lain yang menginformasikan bahwa sistem
akuntansi keuangan daerah yang berjalan efektif akan menghasilkan informasi laporan keuangan
yang berkualitas. Begitu (Ratifah & Ridwan, 2012). Selain itu sistem akuntansikeuangan daerah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah (Wati et al., 2014;
Yuliani, Nadirsyah, & Bakar, 2010).
Ini menunjukkan bahwa semakin baik sistem akuntansi keuangan daerah yang dikelola
sesuai dengan prosedur mulai dari proses pencatatan, pengiktisaran dan pengolonggan dengan
melakukan posting jurnal ke dalam buku besar sesuai nomorperkiraan yang telah ditetapkan
pemerintah sampai dengan laporan keuangan maka kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
akan tercapai. Sistem akuntansi keuangan daerah yang dikelola secara optimal dapat memberikan
dukungan yang kuat terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Sementara Uji Simultan dapat dilihat dari hasil uji dari tabel 4 di bawah ini :
Kopertis Wilayah X 67
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
Hasil pengolahan Anova diatas terlihat bahwa nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel sebesar 9,461
> 3,259 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Nilai F-hitung yang lebihbesar dari F-tabel dan
nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah dan
sistem akuntansi keuangan daerah secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sehingga hasil hipotesis H3 dapat diterima.
Uji koefisien determinasi perlu digunakan untuk menunjukkan seberapa besar presentase variasi
dalam variabel diperlukan yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen. Jika R 2
semakin mendekati satu, maka semakin besar variasi dalam variabel independen. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
SIMPULAN
Setelah dilakukan pembahasan mengenai pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem
akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan pemerintah daerah di pemerintah daerah se-Kota
Solok, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap
Kualitas Laporan Keuangan pemerintah daerah, hal inimenunjukkan bahwa pengelolaan keuangan
daerah yang dilakukan sesuai dengan peraturan dan ketetapan pemerintah belum tentu dapat menjamin
bagusnya kualiatas laporan keuangan pemerintah suatu daerah.
Sementara itu sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dan membuktikan bahwa sistem
akuntansi keuangan daerahyang berjalan efektif akan menghasilkan informasi laporan keuangan
yangberkualitas. Secara simultan pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah
juga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan keuangandaerah.
Kopertis Wilayah X 68
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih tidak terhingga kepada keluarga dan sahabat, dan Bapak/Ibu dosen yang mendukung studi dan
memotivasi penulisan artikel ini terutama ibu Sefli. Seterusnya segenapjajaran pimpinan Universitas Mahaputra
Muhammad Yamin yang telah memberikan kesempatan dan peluang untuk meningkatkan akademik untuk
peningkatan diri dan PerguruanTinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Chabib Soleh. (2010). Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah Bandung. Fokus Media
Defitri, S. Y. (2014). Eksplorasi Kebutuhan Stakeholder Terhadap Informasi Dalam Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Media Ekonomi, 22(1), 53–72.
Defitri, S. Y., Yulistia, Apriyeni, D., & Eliza. (2016). The Effect Knowledge of Budget andJob Relevant
Information on Asymmetry Information. European Academic Research, IV(6), 5377–5395.
Herawati, T. (2014). Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas
LaporanKeuangan. STAR-Study & Accounting Research, XI(1), 1–14.
Iatridis, G. (2010). International Review of Financial Analysis International Financial Reporting Standards and
the quality of fi nancial statement information. International Review of Financial Analysis, 19(3), 193–
204. http://doi.org/10.1016/j.irfa.2010.02.004
Latifah, L., & Sabeni, A. (2007). Faktor Keprilakukan Organisasi Dalam Implementasi
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Simposium Nasional Akuntansi X, ASPP-13, 1–
30.
Nugraheni, P., & Subaweh, I. (2008). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi PemerintahanTerhadap
Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis, 13(1), 48–58.
Ovita, C., & Husaini, A. (2013). Jurnal Fairness. Jurnal Fairness, 3(3), 82–94.Permendagri No.
13. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (2006).
PP No. 71. (2010). Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Ratifah, I., & Ridwan, M. (2012). Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Trikonomika, 11(1),29–39.
Roviyantie, D. (2011). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Penerapan SistemAkuntansi
Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah.
Journal.Unsil.ac.id, (2), 1–27.
Siswadhi, F. (2017). Pengaruh Pengembangan Karir dan Kepemimpinan Terhadap KepuasanKerja Pegawai
Pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Sungai Penuh. Jurnal Benefita, 2(1), 72–
80.
Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
UU No. 17. Tentang Keuangan Negara (2003).
Wati, K. D., Herawati, N. T., & Sinarwati, N. K. (2014). Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan SAP, dan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas LaporanKeuangan Daerah. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1), 1–11.
Yuliani, S., Nadirsyah, & Bakar, U. (2010). Pengaruh Pemahaman Akuntansi, PemanfaatanSistem Informasi
Akuntansi Keuangan Daerah dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kota Banda Aceh). Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 3(2),
2–17.
Kopertis Wilayah X 69
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)
Kopertis Wilayah X 70