Anda di halaman 1dari 50

RESUME

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

NAMA : Petrus A.B Wutun


NIM : 1910020118
KELAS : 6C
PRODI : Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Akuntansi Keuangan Daerah Sebagai Bagian Dari Akuntansi


Jurnal yang berkaitan dengan Akuntansi Keuangan Daerah Sebagai Bagian Dari Akuntansi dan
akan di review oleh saya yaitu :
1. Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan Daerah terhadap
Kualitas Laporan Keuangan
2. ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PADA
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG
MONGONDOW
3. PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN SISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH
Pada Jurnal pertama dijelaskan bahwa Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi
manajemen keuangan negara baik pada pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah
dengan ditetapkannya paket undang-undang bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang No. 1 Undang-Undang No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan perundang-undangan tersebut menyatakan
bahwa Gubernur/Bupati/Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambanya 6 (enam) bulan setelah tahun
anggaran berakhir. Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PP No. 24 tahun 2005).
Disamping undang-undang dan peraturan pemerintah tersebut, Menteri Dalam Negeri
mengeluarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun
2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun, setelah empat tahun berlakunya paket undang-
undang tersebut, delapan tahun sejak otonomi yang luas kepada daerah, dan sepuluh tahun
setelah reformasi, hampir belum ada kemajuan signiikan dalam peningkatan transparansi dan
akuntabilitas keuangan Negara/Daerah.
Secara umum, faktor-faktor yang akan menentukan dan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah di Indonesia, antara lain (Kaho, 1997): (i) faktor manusia sebagai subjek
penggerak (faktor dinamis) dalam penyelenggaraan otonomi daerah, (ii) faktor keuangan yang
merupakan tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintah daerah, (iii) faktor
peralatan yang merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintah daerah,
serta (iv) faktor organisasi dan manajemen yang merupakan sarana untuk melakukan
penyelenggaraan pemerintah daerah secara baik, eisien dan efektif.
Dalam bidang keuangan, laporan pertangungjawaban terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang
Laporan Keuangan dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Karakteristik kualitatif laporan
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan
dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dapat tercermin dari hasil pemeriksaan
BPK. Pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan dalam rangka memberikan pendapat/opini
atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan. Adapun kriteria
pemberian opini menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pernyataan Profesional Pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuangan yang didasarkan pada kriteria (a) kesesuaian dengan standar akuntansi
pemerintahan, (b) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (c) kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undang, dan (d) efektivitas sistem pengendalian intern.
Pada jurnal kedua dijelaskan bahwa dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menggantikan PP Nomor 24
Tahun 2005 memberikan pengaruh yang besar dalam perubahan sistem akuntansi yang
diterapkan oleh pemerintah daerah, perubahan yang paling mempengaruhi sistem akuntansi
dalam peraturan tersebut adalah perubahan basis akuntansi. Pada PP Nomor 24 Tahun 2005 basis
akuntansi adalah basis kas menuju akrual sedangkan pada PP Nomor 71 Tahun 2010 basis
akuntansi yang adalah berbasis akrual.
Pada umumnya, sistem yang dilakukan dalam pencatatan akuntansi keuangan daerah tidak jauh
berbeda dengan pencatatan akuntansi lainnya. Anda hanya perlu mengidentifikasi transaksi
ekonomi, apakah transaksi tersebut bersifat ekonomi atau tidak. Transaksi ekonomi ialah
aktivitas yang ada hubungan dengan uang. Jadi seluruh transaksi harus diciptakan dengan uang
yang berlaku (rupiah). Selanjutnya adalah pencatatan transaksi serta pengolahan data menjadi
sebuah informasi yang diperlukan. Informasi tersebut kemudian disusun menjadi sebuah laporan
keuangan pemerintah daerah yang berisi: 1. Laporan realisasi anggaran 2. Laporan neraca 3.
Laporan arus kas 4. Catatan atas laporan keuangan 5. Sistem Single Entry
Dalam Depkeu (2002:13) Akuntansi keuangan pemerintah daerah meliputi semua kegiatan yang
mencakup pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan atas transaksi
keuangan pemerintah daerah. Akuntansi keuangan pemerintah daerah merupakan bagian dari
disiplin ilmu akuntansi yang mempunyai ciri-ciri tersendiri berbeda dengan akuntansi komersial,
yaitu :
1. Tidak bertujuan untuk mengukur laba Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan
kepada masyarakat,sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber
yang digunakan untuk pelayanan dan darimana sumber-sumber tersebut diperoleh.
2. Tidak adanya kepentingan pemilik Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri sebagaimana
perusahaan. Bila asset melebihi hutang, maka kelebihan tersebut tidak dapat dibagikan kepada
rakyat sebagaimana layaknya badan usaha komesial yng membagikan deviden pada akhir tahun
buku.
3. Adanya akuntansi anggaran Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi
pendapatan, appropriasi, estimasi pendapatan yang dialokasikan, otorisasi kredit anggaran serta
realisasi pendapatan dan belanja untuk pembuatan laporan yang menunjukkan atau membuktikan
ketaatan dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam dokumen otorisasi kredit anggaran dan
peraturan-peraturan pelaksanaan anggaran yang berlaku.
Akuntansi didefinisikan sebagai sebuah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran atas semua transaksi dan aktivitas keuangan, penyajian
laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya. Definisi tersebut diambil dari Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang merupakan
acuan dasar dalam pelaksanaan akuntansi di setiap instansi pemerintahan di Indonesia, termasuk
di pemerintah daerah dan satuan kerja di dalamnya. Proses akuntansi ini akan mengolah semua
transaksi dan aktivitas keuangan yang ada di setiap entitas pemerintah daerah. Proses tersebut
kemudian menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang akan digunakan dalam
proses evaluasi dan pengambilan keputusan manajerial yang kemudian akan mempengaruhi
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah pada periode berikutnya. Jadi, input dari proses
akuntansi adalah transaksi dan ouputnya berupa laporan keuangan.
Pada jurnal ketiga dijelaskan bahwa pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh
terhadap Kualitas Laporan Keuangan pemerintah daerah, hal ini menunjukkan bahwa
pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan sesuai dengan peraturan dan ketetapan pemerintah
belum tentu dapat menjamin bagusnya kualiatas laporan keuangan pemerintah suatu daerah.
Sementara itu sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dan membuktikan
bahwa sistem akuntansi keuangan daerahyang berjalan efektif akan menghasilkan informasi
laporan keuangan yangberkualitas. Secara simultan pengelolaan keuangan daerah dan sistem
akuntansi keuangan daerah juga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan keuangan
daerah.
Komitmen Organisasi
Memoderasi Pengaruh Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah
terhadap KualitasLaporan
Keuangan
Mochammad Ridwan
Trikonomika
Volume 11, No. 1, Juni 2012, Hal. 29–
39 ISSN 1411-514X

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem


AkuntansiKeuangan Daerah terhadap Kualitas
Laporan Keuangan

Ifa Ratifah
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116
E-Mail: ifaratifah@gmail.com

Mochammad Ridwan
Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan, Bandung
Jl. Tamansari No. 6-8 Bandung 40116
E-Mail: mridwan58@gmail.com

ABSTRACT
BPK report in 2011 on the financial statements of local government show there are 1401 case
of weakness due to accounting and reporting. This poses problems for local governments to
improve the qualityof financial reporting is characterized by the release of opinion. Implementation
of the financial accounting system will not be adequate without the support of the organization’s
commitment in creating good quality financial statements. This study examined the effect of the
regional financial accounting system on the quality of financial statements with organization
commitment as moderating variable. Data were collected from 28 of the accounting department in
Kabupaten Karawang. Data were analyzed using Moderated Regression Analysis (MRA). The
results of empirical studies indicate that theregional financial accounting system has a significant
effect on the quality of financial reporting. Similarly, by adding commitment of the organization as
moderating variable, the regional financial accounting system has a significant effect.

Keywords: Regional Financial Accounting System, organizational commitment, the quality of


financial statement.

ABSTRAK

Laporan hasil Pemeriksaan BPK tahun 2011 atas laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD)
menunjukkan bahwa 1.401 kasus akibat dari kelemahan akuntansi dan pelaporan. Hal ini menimbulkan
permasalahan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yang ditandai dengan
opini LKPD dari BPK. Pelaksanaan sistem akuntansi keuangan daerah tidak akan memadai tanpa didukung
oleh komitmen organisasi untuk menciptakan kualitas laporan keuangan yang baik. Penelitian ini menguji
pengaruh sistem akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan dengan komitment oranisasi
sebagai variabel moderasi. Data dikumpulkan dari 28 bagian akuntansi di Pemerintah Daerah Kabupaten
Karawang. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil
studi empiris menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas laporan keuangan. Begitu pula dengan menambahkan komitmen organisasi sebagai variabel
moderasi, sistem akuntansi keuangan daerah memiliki pengaruh yang signifikan.

Kata Kunci: Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, komitmen organisasi, kualitas laporan keuangan.
29
PENDAHULUAN
kepada kepercayaan dan sikap apriori masyarakat.
Hal ini disadari atau tidak disadari akan membentuk
Pemerintah Indonesia telah melakukan opini negatif dari masyarakat. Untuk mengatasi hal
reformasi manajemen keuangan negara baik pada tersebut, maka pemerintah daerah harus membuat
pemerintah pusat maupun pada pemerintah daerah rencana strategis agar dapat memberikan pelayanan
dengan di- tetapkannya paket undang-undang bidang yang berkualitas kepada masyarakat sehingga dapat
keuangan negara, yaitu Undang-Undang No. 17 mempengaruhi kinerja kompetitif organisasi,
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang- kualitas serta produktivitas yang tinggi pada
Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan pemerintah daerah. Aparatur pemerintah yang
Negara. Peraturan perundang-undangan tersebut mendapatkan kepercayaan untuk melayani
menyatakan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota masyarakat baik secara langsung ataupun tidak
menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang langsung perlu menyadari bahwa dirinya dituntut
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada untuk memahami bahwa aparatur negara yang harus
DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa memberikan pelayanan prima.
oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat-lambanya Dalam bidang keuangan, laporan pertangung-
6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. jawaban terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan keuangan disusun dan disajikan sesuai Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No. 24 Keuangan sebagaimana diatur dalam Undang-
tahun 2005). Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Disamping undang-undang dan peraturan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004
pemerintah tersebut, Menteri Dalam Negeri tentang Perbendaharaan Negara, Peraturan
mengeluarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Peraturan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Laporan
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Keuangan dan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah
Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan
Pengelolaan Keuangan Daerah. Namun, setelah dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
empat tahun berlakunya paket undang-undang tujuannya.
tersebut, delapan tahun sejak otonomi yang luas Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban
kepada daerah, dan sepuluh tahun setelah reformasi, untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan
hampir belum ada kemajuan signifikan dalam serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
peningkatan transparansi dan akuntabilitas keuangan secara sistematis dan terstruktur pada suatu
Negara/Daerah. periodepelaporan untuk kepentingan
Secara umum, faktor-faktor yang akan menentu- pertanggungjawaban publik. Laporan keuangan
kan dan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pemerintah yang berkualitas harus dapat memenuhi
otonomi daerah di Indonesia, antara lain (Kaho, kualitas yang dikehendaki yaitu relevan, andal, dapat
1997): (i) faktor manusia sebagai subjek penggerak dibandingkan dan dapat dipahami (SPAP KK, 2005).
(faktor dinamis) dalam penyelenggaraan otonomi Kualitas laporan keuangan Pemerintah Daerah
daerah, (ii) faktor keuangan yang merupakan tulang (LKPD) dapat tercermin dari hasil pemeriksaan
punggung bagi terselenggaranya aktivitas BPK. Pemeriksaan atas laporan keuangan dilakukan
pemerintah daerah, (iii) faktor peralatan yang dalam rangka memberikan pendapat/opini atas
merupakan sarana pendukung bagi terselenggaranya kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam
aktivitas pemerintah daerah, serta (iv) faktor laporan keuangan. Adapun kriteria pemberian opini
organisasi dan manajemen yang merupakan sarana menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
untuk melakukan penyelenggaraan pemerintah tentang Pemeriksaan Pernyataan Profesional
daerah secara baik, efisien dan efektif. Pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan
Memberikan pelayanan yang berkualitas kepada yang disajikan dalam laporan keuangan yang
masyarakat selaku pelanggan, semestinya dijadikan didasarkan pada kriteria (a) kesesuaian dengan
aktivitas utama pemerintah daerah. Birokrasi standar akuntansi pemerintahan, (b) kecukupan
yang berbelit-belit dan kurangnya daya tanggap pengungkapan (adequate disclosures), (c) kepatuhan
serta responsif aparat pemerintah daerah terhadap terhadap peraturan perundang-undang, dan (d)
masyarakat selaku stakeholder akan berdampak efektivitas sistem pengendalian intern.

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 30


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Tabel 1. Perkembangan Opini LKPD Tahun 2005–2010

LKPD OPINI
JUMLAH
Tahun WTP % WDP % TW % TMP %
2005 18 5% 307 85% 13 3% 24 7% 362
2006 3 1% 327 70% 28 6% 105 23% 463
2007 4 1% 283 60% 59 13% 123 26% 469
2008 13 3% 323 67% 31 6% 118 24% 485
2009 15 3% 330 65% 48 10% 111*) 22% 504
2010 32 9% 271 76% 12 3% 43 12% 358**)

Sumber: IHPS BPK, 2011

Pada tahun 2010 terhadap 358 LKPD, BPK SAKD adalah sistem informasi yang membantu
memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) proses pencatatan dan pelaporan anggaran dan
atas 32 entitas, opini wajar dengan pengecualian keuangan daerah. Menurut Abdul Halim (2008:
(WDP) atas 271 entitas, opini tidak wajar (TW) atas 35) akuntansi keuangan daerah dapat di definisikan
12 entitas, dan opini tidak memberikan pendapat sebagai suatu proses identifikasi, pengukuran, dan
(TMP) atas 43 entitas. Perkembangan opinin LKPD pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu
dapat dilihat pada Tabel 1. daerah (provinsi, kabupaten, kota) yang dijadikan
Hasil evaluasi atas 358 LKPD terdapat 1.401 sebagai informasi dalam pengambilan keputusan
kasus kelemahan akuntansi dan pelaporan yang ekonomi oleh pihak-pihak yang memerlukan.
terdiri dari pencatatan tidak/belum dilakukan atau Akuntansi keuangan daerah tidak sama dengan
tidak akurat, proses penyusunan laporan tidak sesuai tata buku yang dipraktekkan dalam tata usaha
dengan ketentuan, entitas terlambat menyampaikan keuangan pada entitas akuntansi seperti SKPD,
laporan, sistem informasi akuntansi dan pelaporan pemda maupun pemerintah pusat. Sesuai dengan
tidak memadai, dan belum didukung SDM yang Peraturan Pemerintah Dalam Negeri Nomor 13
memadai dan penggunan aplikasi simda/simbada. Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Berdasarkan hasil evaluasi BPK terbukti bahwa Keuangan Daerah di mana sistem pencatatan double
kualitas laporan keuangan dapat ditentukan oleh entry, untuk dapat menyusun neraca diperlukan
sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD). adanya sistempencatatan yang akurat (appropriate
Hall (2004:151) mengungkap bahwa, The recording). Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan
quality of information generated by the Daerah (SAKD) yang diharapkan akan
accounting information system impacts diimplementasikan oleh Pemerintah Daerah
management’s ability to take actions and Propinsi, Kabupaten, dan Kota, sehingga pemerintah
make decisions in connection with the daerah mampu menghasilkan laporan
organization’s operations and to prepare pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan
reliable financial statements. Menurut Elvira tuntutan masyarakat.
Zeyn (2011:57) content pelaporan, keakurasian Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan
angka- angka yang tertera di laporan keuangan salah satu subsistem organisasi yang memfasilitasi
dihasilkan oleh sistem akuntansi yang memadai kontrol dengan melaporkan kinerja pemerintah
untuk akuntabilitas pelaporan itu sendiri. Oleh daerah. Ruang lingkup sistem akuntansi keuangan
karena itu, untuk menghasilkan laporan daerah mencakup kebijakan sistem akuntansi,
pertanggungjawaban yang berkualitas, prosedur sistem akuntansi, sumber daya manusia,
tentunya memerlukan sarana dan prasarana dan teknologi informasi. Pemerintah daerah perlu
yang memadai, disertai dengan pembelajaran mengambil pendekatan yang menempatkan sistem
terhadap sumber daya manusia yang dimiliki seperti di garis depan, dan mempertimbangkan baik
oleh pemerintah daerah agar dapat memahami sistem dan faktor terkait manusia sambil mengelola
dan melaksanakan sistem yang baru dalam sistem informasi akuntansi. Pemda harus fokus pada
pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah.

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 31


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
faktor-faktor kritis jika akan mencapai informasi karena itu, komitmen organisasi akan menimbulkan
akuntansi berkualitas tinggi. Kegagalan untuk rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja
melakukannya memiliki dampak negatif pada proses terhadap organisasi. Jika pekerja merasa jiwanya
keuangan organisasi. Kualitas informasi yang buruk terikat dengan nilai-nilai organisasional yang ada
dapat mengakibatkan kerugian pada pengambilan maka dia akan merasa senang dalam bekerja,
keputusan (Huang, et al., 1999; Clikeman 1999). sehingga mempunyai tanggung jawab dan kesadaran
Suatu keberhasilan implementasi sistem tidak dalam menjalankan organisasi dan termotivasi
hanya ditentukan pada penguasaan teknis belaka, melaporkan semua aktivitas dengan melaksanakan
namun banyak penelitian menunjukkan bahwa akuntabilitas kepada publik secara sukarela termasuk
faktor perilaku dari individu pengguna sistem sangat akuntabilitas keuangannya melalui laporan
menentukan kesuksesan implementasi (Bodnar dan keuangan. Berdasarkan berbagai definisi mengenai
Hopwood, 1995). Penelitian yang dilakukan oleh komitmen terhadap organisasi maka dapat
Jawad (1997) tentang faktor-faktor yang disimpulkan bahwa komitmen terhadap organisasi
menentukkan kesuksesan implementasi sistem merefleksikan tiga dimensi utama, yaitu komitmen
teknologi informasi, menunjukkan bahwa ada dipandang merefleksikan orientasi afektif terhadap
beberapa faktor yang berpengaruh seperti faktor organisasi, pertimbangan kerugian jika meninggalkan
teknologi, faktor organisasi, faktor manajemen, organisasi, dan beban moral untuk terus berada
faktor manusia, dan faktor eksternal. dalam organisasi (Meyer dan Allen, 1997).
Penelitian tentang implementasi inovasi Pemerintah sebagai pelaku utama pelaksanaan
pengukuran kinerja pemerintahan dilakukan oleh good governance ini dituntut untuk memberikan
Cavalluzzo dan Ittner (2004) menunjukkan bahwa pertanggungjawaban yang lebih transparan dan
beberapa faktor teknik dan faktor organisasional lebih akurat. Laporan keuangan pemerintah
meliputi komitmen manajemen, otoritas harus menyediakan informasi yang dapat dipakai
pengambilan keputusan, pelatihan, dan mandat oleh pengguna laporan keuangan untuk menilai
dari legislatif berhubungan dengan implementasi akuntabilitas pemerintahan dalam membuat keputusan
inovasi sistem pengukuran. Hal ini menunjukkan ekonomi, sosial dan politik (Sadjiarto, 2000).
bahwa dalam pengimplementasian sistem baru, Dengan terciptanya pemerintahan yang bersih (good
perlu dipertimbangkan faktor-faktor perilaku governance) meningkatkan kesadaran pemerintah
seperti komitmen dari sumber daya yang terlibat, daerah dalam mempertanggung jawabkan
dukungan manajemen puncak, kejelasan tujuan, dan pengelolaan keuangan daerah dengan didukung oleh
pelatihan. komitmen organisasi yang tinggi mulai dari
Menurut Hahn, et al. (1992), salah satu metode penganggaran sampai penyusunan laporan keuangan
untuk meningkatkan pengolahan informasi adalah yang sesuai dengan SAP sebagai suatu bentuk
meningkatkan tingkat keterlibatan anggota. Untuk terlaksananya akuntabilitas keuangan pemerintah
keterlibatan anggota lebih tinggi dalam organisasi, daerah atas aktivitas pengelolaan sumber daya
salah satu alternatifnya adalah dengan meningkatkan publik.
komitmen organisasi mereka. Orang dengan Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut maka
komitmen yang lebih tinggi yang bersedia dibuat hipotesis penelitian adalah sistem akuntansi
meluangkan waktu mereka untuk memproses keuangan daerah memiliki pengaruh terhadap
informasi sesuai dengan deskripsi Schick et al. kualitas laporan keuangan dan sistem akuntansi
(1990). Streers (1977) menjelaskan bahwa keuangan daerah memiliki pengaruh terhadap
komitmen organisasi dianggap mencerminkan kualitas laporan keuangan, jika didukung oleh
kekuatan relatif dari identifikasi individu dan komitmen organisasi.
keterlibatan dalam organisasi tersebut. Komitmen
organisasional menunjukkan suatu daya dari METODE
seseorang dalam mengidentifikasikan
keterlibatannya dalam suatu bagian organisasi Metode penelitian yang digunakan adalah
(Mowday, et al., dalam Vandenberg, 1992). metode survei yang terdiri dari descriptive survey
Komitmen organisasional dibangun atas dasar dan explanatory survey dengan investigation type
kepercayaan pekerja atas nilai-nilai organisasi, yang bersifat kausalitas, yaitu yang menunjukan arah
kerelaan pekerja membantu mewujudkan hubungan antar variabel berdasarkan konstruksi model
tujuan organisasi dan loyalitas penelitian. Pendekatan penelitian yang dilakukan
untuk tetap menjadi anggota organisasi. Oleh dengan metode deskriptif dan verifikatif.

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 32


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Tabel 2. Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep dan Definisi Variabel

Sistem akuntansi Serangkaian prosedur yang saling berhubungan, yang digunakan sesuai dengan skema menyeluruh
Keuangan Daerah yang ditunjukkan untuk menghaslkan informasi dalam bentuk laporan keuangan. Sistem
akuntansi keuangan daerah dengan mengelompokkan ke dalam kebijakan sistem akuntansi
keuangan daerah, prosedur sistem akuntansi keuangan daerah, sumber daya manusia, sistem
teknologi informasi.
Kualitas Laporan (Sistem Akuntansi dan Laporan SKPD USAID 2009)
Keuangan Laporan keuangan daerah merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan
dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pengukurannya dengan
menggunakan karakteristik kualitatif laporan keuangan yaitu relevan, andal, dapat
dibandingkan dan dapat dipahami.
PSAP kerangka Konseptual (2006, 32-37)
Komitmen Organisasi Komitmen Organisasi (Organization Commitment) adalah kemampuan dan kemauan untuk
menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan, prioritas dan sasaran organisasi.
Pengukurannya meliputi: afective commitment, continuence commitment, normatif
comitment.
Natalie J Allen dan John P Meyer dalam Dunham, et al. (1994).
Sumber: IHPS BPK, 2011

Metode deskriptif adalah untuk memperoleh


gambaran atau deskripsi tentang sistem akuntansi langgsung dari sumbernya dengan menyebarkan
keuangan daerah dan kualitas laporan keuangan, kuesioner kepada responden yang terkait dengan
sedangkan penelitian verifikatif adalah untuk tujuan penelitian ini. Pernyataan dalam kuesioner
mengetahui hubungan antar variabel melalui untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini
satu pengujian hipotesis berdasarkan data yang diukur dengan menggunakan Skala Likert di mana
dikumpulkan di lapangan. jawaban diberi skor dengan menggunakan 5 (lima)
Unit analisis dalam penelitian ini adalah point Skala Likert (Sekaran, 2000).
organisasi yaitu Bagian Akuntansi Satuan Kerja Alat analisis yang digunakan untuk pengujian
Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah data dalam penelitian ini membutuhkan alat analisis
Kabupaten Karawang. Pengamatan bersifat cross yang mampu menjelaskan pengaruh dari masing-
section di mana informasi atau dapat yang diperoleh masing variabel tersebut. Pengujian untuk hipotesis
adalah hasil pengumpulan data yang dilakukan pada menggunakan regresi interaksi atau Moderated
satu waktu tertentu. Regression Analysis (MRA) dan skala pengukuran
Populasi penelitian ini adalah Pemerintah dinaikkan menjadi interval dengan menggunakan
Daerah Kabupaten Karawang. Populasi sasaran MSI, dengan persamaan berikut:
dalam penelitian ini adalah Satuan Kerja Perangkat
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X1*X3 + ε
Daerah (SKPD) yang terdapat pada Pemerintah
Daerah Kabupaten Karawang. Untuk mengetahui
di mana:
jumlah SKPD di Pemkab Karawang, penulis
Y : kualitas laporan keuangan
mendapatkan informasi tersebut dari website resmi
X1 : SAKD
Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, di mana
X2 : komitmen organisasi
pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang
α : intercept
terdapat 27 SKPD dan 30 Kecamatan sebagai entitas
β1, β2, dan β3 : koefisien regresi
akuntansi dan pelaporan. Pengambilan sampel
ε : error
dilakukan dengan cara purposive sampling di mana
penulis menetapkan kriteria-kriteria tertentu yang
menjadi pertimbangan dalam penentuan sampel HASIL
(Cooper dan Schindler, 2001). Dengan
menggunakan kriteria tersebut yang dapat dijadikan Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
sampel penelitian sebanyak 28 responden Bagian Uji validitas dilakukan dengan melakukan
Akuntansi. korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor
Data dalam penelitian adalah data primer konstruk atau variabel. Uji signifikansi dilakukan
dengan mengunakan metode survei. Data Primer dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel
diperoleh

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 33


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
untuk degree of freedom (df) = n –2, dalam hal ini Scatterplo
n adalah jumlah sampel. Dengan demikian df untuk t
penelitian ini adalah n = 28 dan besarnya df dapat Dependent
dihitung 28-2 = 26 dan α = 0,05 didapat r tabel = Variable:
0,374. Jika r hitung lebih besar dan bernilai positif KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
dibandingkan dengan r tabel maka setiap pertanyaan 3
dinyatakan valid. Uji reliabilitas dilakukan dengan
uji statistik Cronbach Alpha. Suatu konstruk atau 2
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai
1
Cronbach Alpha > 0,70 (Nannaly, 1994 dalam Imam
Ghozali, 2011). 0

Uji Asumsi Klasik –1

Standarized
Regression
Multikolinearitas –2
Batas tolerance value adalah 0.10 dan batas VIF –3
adalah 10. Apabila hasil analisis menunjukkan nilai
–2 –1 0 1 2
VIF di bawah nilai 10 dan tolerance value di atas
nilai 0.10, maka tidak terjadi multikolinearitas Regression Standarized Predicted Value
sehingga model reliabel sebagai dasar analisis. Gambar 1. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 3. Uji Multikolinearitas
Uji Normalitas
Collinearity Statistics
Uji normalitas data dilakukan untuk menguji
Model
Tolerance VIF kenormalan distribusi data, di mana data yang
1 normal atau terdistribusi secara normal akan
SAKD .980 1.021
memusat pada nilai rata-rata dan median. Uji
KOMITMEN ORGANIASI .980 1.021 normalitas bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar data terdistribusi secara normal dalam variabel
Dari hasil perhitungan pada Tabel 3. tersebut, yang digunakan di dalam penelitian ini. Pengujian
didapat hasil tolerance value sebesar 0,980 dan nilai normalitas dalam penelitian ini adalah dengan
VIF sebesar 1,021. Dengan demikian, nilai VIF di menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test. Hasil
bawah 10 dan tolerance value di atas 0,10, maka analisis ini menurut Santoso (2002:74) dasar
terjadi tidak terjadi multikolinearitas, sehingga pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan
model reliable sebagai dasar analisis. probabilitas (asymptotic significance), yaitu:
Jika probabilitas � 0,05 maka distribusi dari
Uji Heteroskedastisitas populasi adalah normal.
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari populasi
apakah model regresi terjadi ketidaksamaan adalah tidak normal
variance (kelompok yang sama) dari residual suatu Uji normalitas data dilakukan dengan uji
pengamatan yang lain. Kolmogrov-Smirnov. Dasar pengambilan keputusan
Dari Gambar 1. terlihat titik-titik menyebar dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic
secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu significance), adapun hipotesis pengujian adalah
yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di sebagai berikut:
bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak
Hipotesis Nol (H0 ) : data terdistribusi secara
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, normal
sehingga model regresi layak dipakai.
Hipotesis Alternatif (Ha ) : data tidak terdistribusi
secara normal
Kriteria uji : jika nilai probabilitas (sig)
� α, maka H0 diterima
jika nilai probabilitas (sig)
< α, maka H0 ditolak

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 34


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Tabel 4. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SAKD KUALITAS LAPORAN KEUANGAN KOMITMEN ORGANISASI


N 28 28 28
Normal Parametersa,b Mean 78.011649 28.061721 24.167486

Std. Deviation 19.9474380 8.1910932 7.9441670

Most Extreme Differences Absolute .181 .139 .159

Positive .150 .138 .155

Negative –.181 -.139 –.159

Kolmogorov-Smirnov Z .957 .738 .843


Asymp. Sig. (2-tailed) .319 .647 .476

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Dari Tabel 4. diperoleh nilai signifikansi (sig) Tabel 6. Coefficients SAKD


untuk sistem akuntansi keuangan daerah sebesar terhadap KualitasLaporan
0.319 nilai ini lebih besar dari 0.05, maka H0 Keuangan
diterima. Nilai signifikansi (sig) untuk kualitas Unstandardized Standardized
laporan keuangan sebesar 0.647 nilai ini lebih Coefficients Coefficients
besar dari
Model B Std. Error Beta t Sig.
0.05, maka H0 diterima. Nilai signifikansi (sig) untuk
komitmen organisasi sebesar 0.476 nilai ini lebih besar 1 (Constant) 15.523 5.961 2.604 .015
dari 0.05, maka H0 diterima. Dengan demikian dapat
SAKD .161 .074 .391 2.169 .039
disimpulkan bahwa ketiga data pengamatan
berdistribusi normal. a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan

Tabel 5. Hasil Korelasi dan Koefisien


Determinasi Model regresi variabel SAKD signifikan hal
SAKD Terhadap Kualitas Laporan Keuangan ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk
Adjusted
Model R R Square Std. Error SAKD sebesar 0,039 (α < 0.05), sehingga dapat
R Square of the disimpulkan variabel SAKD mempunyai pengaruh
Estimate
1 .391a .153 .121 7.6811692 signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
a. Predictors: (Constant), SAKD
b. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan Tabel 7. Hasil Korelasi dan Koefisien
Determinasi SAKD(X1), Komitmen Organisasi
Besarnya kontribusi variabel SAKD (X1) (X2), Interaksi (X1*X2) terhadap Kualitas
Laporan Keuangan (Y)
terhadap kualitas laporan keuangan (Y) ditunjukkan Adjusted
Model R R Square Std. Error
dengan besarnya koefisien determinasi (hasil R Square of the Estimate
pengkuadratan dari koefisien korelasi dikali 100%)
atau R square. Dari Tabel 5. dapat terlihat adjusted 1 .544a .295 .207 7.2923077
R2 sebesar 0,121 atau 12,1% artinya, kualitas laporan a. Predictors: (Constant), SAKD*Komitmen Organisasi,
keuangan dipengaruhi oleh SAKD sebesar 12,1%, Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Komitmen
sedangkan sisanya 87,9% dijelaskan oleh faktor- Organisasi
faktor lain di luar model. b. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 35


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Besarnya kontribusi variabel SAKD (X1), Efektivitas pelaksanaan SAKD ini didukung oleh
komitmenorganisasi(X2), interaksi(X1*X2) terhadap berbagai pedoman yang berbentuk peraturan seperti
kualitas laporan keuangan (Y) ditunjukkan dengan Permendagri No. 13 tahun 2006, peraturan daerah
besarnya koefisien determinasi (hasil pengkuadratan tentang pengelolaan keuangan daerah dan peraturan
dari koefisien korelasi dikali 100%) atau R square. bupati tentang sistem dan prosedur pengelolaan
Dari Tabel 7. dapat terlihat adjusted R2 sebesar keuangan daerah, walaupun SAKD ini sudah
0,207 atau 20,7% artinya kualitas laporan keuangan didukung dengan berbagai aturan pemerintah disertai
dipengaruhi oleh SAKD, komitmen organisasi (X2), dengan petunjuk teknis, tetapi masih saja terdapat
dan interaksi (X1*X2) sebesar 20,7%, sedangkan kelemahan dalam akuntansi dan pelaporannya. Hal
sisanya 79,3% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di ini sesuai dengan hasil temuan BPK atas LKPD
luar model. Kabupaten Karawang yang menjadi kualitas laporan
Tabel 8. keuangannya mendapatkan opini wajar dengan
ANOVA pengecualian/WDP.
Sum of Mean Kebijakan sistem akuntansi keuangan daerah
Squares df F Sig.
Model Square pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang
sebagian besar sudah sesuai dengan Standar
1 Regression 535.272 3 178.424 3.355 .036a
Akuntansi Pemerintah dalam pengakuan akuntansi,
Residual 1276.266 24 53.178 pengukuran akuntansi, dan penyajian akuntansi.
Dalam pengakuan akuntansi pendapatan dan belanja,
Total 1811.538 27
sudah menggunakan basis kas dan basis akrual untuk
a. Predictors: (Constant), SAKD*Komitmen Organisasi, pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana, sesuai
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, dengan pedoman pada Sistem Akuntansi
Komitmen Organisasi
b. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah. Akan tetapi dalam dalam pengukuran
akuntansi, masih terdapat SKPD yang tidak
Uji Anova atau F-test menghasilkan nilai F sepenuhnya mengikuti pedoman pada SAP.
sebesar 3,355 dengan tingkat signifikansi 0.036, Misalnya, pengukuran dari asset tetap, masih belum
karena probabilitas signifikansi jauh lebih kecil dari mampu mengidentifikasi biaya yang bisa
0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk dikapitalisasi dalam aset tetap, sedangkan pada
memprediksikan kualitas laporan keuangan atau penyajian akuntansi, kebijakan akuntansi pada
dapat dikatakan bahwa SAKD, komitmen organisasi, CaLK yang dibuat tidak selalu disesuaikan dengan
dan interaksi (moderat) secara bersama-sama pedoman yang terdapat pada SAP, seperti
berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan. mengungkapkan kejadian-kejadian penting selama
Variabel moderator (SAKD*Komitmen tahun pelaporan, seperti kesalahan manajemen
Organisasi) memberikan nilai koefisien regresi terdahulu yang dikoreksi oleh manajemen baru.
sebesar –0,016 dengan tingkat signifikansi sebesar Prosedur sistem akuntansi keuangan daerah
0,141 (α > 0,05). Variabel moderator yang pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang,
merupakan interaksi antara X1 dan X2 ternyata tidak setiap SKPD selalu membuat dokumen-dokumen
signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa seperti Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat
variabel komitmen organisasi bukan merupakan Tanda Setoran (STS), SKS maupun SKP dari
variabel moderating. transaksi keuangan kepada Unit Keuangan
Pemerintah Daerah. Unit pembukuan dan unit
PEMBAHASAN perhitungan melakukan pembukuan langsung secara
terkomputerisasi. Jika dari hasil verifikasi ditemukan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) ada ketidaksesuaian, maka akan dilakukan proses
terdiri dari kebijakan sistem akuntansi keuangan posting dan pencetakan kembali. Jika sudah sesuai
daerah, prosedur sistem akuntansi keuangan dengan dokumen sumbernya akan dilakukan proses
daerah, sumber daya manusia, dan sistem teknologi pembuatan dan pencetakan laporan
informasi. Berdasarkan penelitian pada Pemerintah pertanggungjawaban (LPJ). LPJ terdiri dari laporan
Daerah Kabupaten Karawang, Sistem Akuntansi realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. LPJ
Keuangan Daerah (SAKD) telah berjalan efektif. akan dikirim ke kas daerah, kepala daerah, dan arsip.

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 36


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Tabel 9. Coefficients SAKD (X1), Komitmen Organisasi (X2),
Interaksi (X1*X2) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
(Y)

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.


1 (Constant) –26.292 23.415 –1.123 .273

SAKD .572 .269 1.392 2.125 .044

KOMITMEN ORGANISASI 1.651 .916 1.602 1.803 .084

SAKD*Komitmen Organisasi –.016 .011 –1.546 –1.522 .141

a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan

Dalam hal prosedur sistem akuntansi keuangan dapat dibandingkan, dan dapat dipahami, hal ini
daerah masih terdapat kelemahan dalam prosedur, didukung dengan opini atas LKPD yang diperoleh
misalnya ketidaklengkapan dari dokumen Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang mengalami
pendukung untuk melakukan pencatatan aset tetap. peningkatan menjadi wajar dengan pengecualian.
Terutama dokumen-dokumen penghapusan aset Berdasarkan observasi LKPD bahwa laporan
tetap seperti berita acara penghapusan hampir tidak keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang
ada, artinya mutasi barang tidak disertai dengan memenuhi karakteristik relevan yaitu telah memuat
mutasi pencatatan- nya, sehingga ketidaklengkapan informasi yang memungkinkan pengguna untuk
dokumen tersebut akan mempengaruhi inventarisasi menegaskan atau mengoreksi ekspektasi mereka di
dan pencatatan aset tetap. masa lalu, memuat informasi yang dapat membantu
Penempatan sumber daya manusia pada memprediksi masa yang akan datang. Penyajian
Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang, pada informasi telah dilaksanakan secara lengkap dan
bagian akuntansi masih belum disesuaikan dengan jelas, tetapi dalam hal ketepatan waktu masih belum
keahlian individual masing-masing. Apalagi untuk sesuai dengan target yang ditentukan Pemerintah
bagian akuntansi relatif sedikit SDM yang memiliki Daerah Kabupaten Karawang,
pendidikan bidang akuntansi. Berdasarkan hasil Laporan keuangan Pemerintah Daerah
penelitian, lamanya bekerja dapat menjadi salah Kabupaten Karawang memenuhi karakteristik
satu pemicu SDM tersebut ditempatkan pada bagian laporan keuangan yang andal yaitu laporan keuangan
akuntansi. Akan tetapi hal tersebut dapat diatasi telah memuat informasi yang disajikan secara jujur
dengan adanya pembinaan dalam penatausahaan dan dan wajar, laporan keuangan dapat diuji oleh
akuntansi keuangan daerah secara berkala, sehingga beberapa pihak dengan mendapatkan hasil yang
berdasarkan pelatihan dan pengalaman, SDM tidak berbeda jauh, dan laporan keuangan bersifat
tersebut dapat ditempatkan pada bagian akuntansi. netral. Laporan Keuangan Pemerintah daerah
Sistem teknologi informasi pada Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang memenuhi karakteristik dapat
Kabupaten Karawang sudah dapat memenuhi dibandingkan yaitu informasi yang disajikan dalam
kebutuhan bagian akuntansi pada SKPD untuk laporan keuangan dapat dibandingkan dengan
mengolah data menjadi laporan keuangan. Program laporan keuangan periode sebelumnya dan informasi
aplikasi akuntansi yang digunakan saat ini sudah yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
dapat memenuhi kebutuhan pemakai dalam dibandingkan dengan informasi dalam laporan
mengolah data keuangan. keuangan entitas pelaporan lainnya. laporan
Laporan keuangan Pemerintah Daerah keuangan Pemerintah daerah Kabupaten Karawang
Kabupaten Karawang dengan dukungan sistem telah memenuhi karakteristik dapat dipahami yaitu
akuntansi keuangan daerah dan ketersediaan pengguna dapat memahami seluruh informasi yang
sarana dan prasarana telah memenuhi karakteristik disajikan, dan bentuk serta istilah yang digunakan
laporan keuangan yang baik, yaitu relevan, andal, dalam laporan keuangan.

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 37


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Proses pelaporan keuangan yang berkualitas 24 Tahun 2005 sehingga dapat meningkatkan kualitas
tidak akan terselenggara tanpa adanya dukungan keandalan laporan keuangan pemerintah.
sistem dan perilaku dari anggota organisasi dalam
hal ini pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten KESIMPULAN
Karawang. Perilaku dari pegawai ditunjukkan
dengan komitmen organisasi untuk menghasilkan Sistem akuntansi keuangan daerah yang di-
laporan pertanggungjawaban yang berkualitas. laksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Pegawai bagian akuntansi pada SKPD Pemerintah Karawang termasuk kategori efektif. Kebijakan
Daerah Kabupaten Karawang dikategorikan cukup akuntansi telah dilaksanakan sesuai dengan standar
memiliki komitmen organisasi. Pegawai memiliki akuntansi pemerintahan, dan prosedur sistem
hubungan emosional terhadap organisasi ditandai akuntansi telah dilaksanakan sesuai dengan aturan
dengan keterlibatan pegawai pada setiap kegiatan yang berlaku. Pemerintah Daerah Kabupaten
organisasi berdasarkan rasa memiliki dari pegawai Karawang telah melakukan pembinaan atas sumber
terhadap organisasi, akan tetapi masih terbatasnya daya manusia untuk meningkatkan kualitasnya dan
kreativitas dari pegawai untuk berperan aktif dalam teknologiinformasitelahdikembangkansesuaidengan
menciptakan tanggung jawabnya. Pegawai dengan kebutuhan. Hal ini menunjukkan bahwa dimensi-
continuance commitment yang tinggi akan terus dimensi dari sistem akuntansi keuangan daerah telah
menjadi anggota dalam organisasi karena mereka dilaksanakan secara efektif sesuai dengan aturan
memiliki kebutuhan untuk menjadi anggota perundang-undangan yang berlaku di lingkungan
organisasi tersebut (Allen dan Meyer, 1997). Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang
Timbulnya suatu kesadaran yang cukup bahwa Kualitas informasi laporan keuangan yang
mereka akan akan mengalami kerugian jika dihasilkan termasuk kategori baik. Laporan
meninggalkan organisasi. Tidak sedikit kesadaran keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang
pegawai ini timbul karena alasan personal, telah memenuhi karakteristik kualitastif dari sebuah
berdasarkan pada pola kerja pegawai cenderung informasi yaitu relevan, andal, dapat
bersikap pasif terhadap kondisi yang tidak berjalan diperbandingkan dan dapat dipahami. Temuan
dengan baik. Normative commitment menggambar- penelitian ini meng- informasikan bahwa sistem
kan perasaan keterikatan untuk terus berada dalam akuntansi keuangan daerah yang berjalan efektif
organisasi. Pegawai merasa dirinya harus berada akan menghasilkan informasi laporan keuangan yang
dalam organisasi tersebut (Allen dan Meyer, 1997), berkualitas. Begitu pula dalam pelaksanaan sistem
hal ini akan mengakibatkan adanya suatu tekanan akuntansi keuangan daerah ini, memerlukan
dalam melaksanakan tugasnya. komitmen organisasi dari Pemerintah Daerah
Komitmen organisasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Karawang untuk menciptakan laporan
Kabupaten Karawang dapat meningkatkan sistem keuangan yang berkualitas
akuntansi keuangan daerah untuk menciptakan
laporan keuangan yang berkualitas, tetapi DAFTAR PUSTAKA
berdasarkan hasil penelitian komitmen organisasi ini
tidak berpengaruh signifikan apabila ditempatkan Badan Pemeriksa Keuangan. 2011. Ikhtisar
sebagai variabel moderasi. Komitmen organisasi Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2011.
merupakan variabel bebas yang mempengaruhi Jakarta: BPK RI.
kualitas laporan keuangan. Komitmen organisasional Caldwell, David F. et al, 1990, Building
sebagai sikap yang menunjukkan loyalitas karyawan Organizational Commitment: A Multi Firm
dan merupakan proses berkelanjutan bagaimana Study. Journal of Occupational Psychology,
seorang anggota organisasi mengekspresikan 63: 245-61.
perhatian mereka kepada kesuksesan dan kebaikan Cavalluzzo, Ken S and Ittner, Christopher D.
organisasinya (Tuasikal, 2007). Menurut Aritonang 2004. Implementing Performance
dan Syarif (2009) komitmen organisasi yang tinggi Measurement Innovation: Evidance from
berdampak pada keberhasilan penerapan Peraturan Government. Accounting, Organization and
Pemerintah Nomor Society, 29.

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 38


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
Fernando, J., Mulki, J. P., and Marshall, G.W. 2005. Nugraheni, Subaweh. 2008. Pengaruh Penerapan
A Meta-Analysis of The Relationship Between Standar Akuntansi Pemerintahan Terhadap
Organizational Commitment and Salesperson Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi
Job Performance. Jounal of Business Research, Bisnis, 1 (13): 49-50.
(58): 705-714. Sadjiarto, Arja. 2000. Akuntabilitas dad
Hahn, M., Lawson, R., and Lee, Y. G. 1992. The Pengukuran Kinerja Pemerintahan. Jurnal
Effects of Time Pressure and Information Load Akuntansi danKeuangan, 2 (2): 138-150.
on Decision Quality. Psychology and Schick, A .G., Gordon, L. A., and Haka, S.
Marketing, 9 (5): 365-378. 1990. Information Overload: A Temporal
Halim, A. 2001. Bunga Rampai Manajemen Approach. Accounting, Organizations and
Keuangan Daerah (edisi ke-1). Yogyakarta: Society, 15 (3):
UPPAMP YKPN. 199-220.
Hall, James A. 2004. Accounting Information Simanjuntak, Binsar H. 2005. Menyongsong
Systems. Era Baru Akuntansi Pemerintahan di
South-Western: Thomson. Indonesia. Jurnal Akuntansi Pemerintah, 1
Jawad, A. Q. 1997. Successful Acquisition of IT (1).
System. UK: Cranfield University. Solikin, Akhmad. 2006. Penggabungan Laporan
Johnson, J. J., I. K. Khurana, and J. K. Keuangan dan Laporan Kinerja Instansi
Reynolds. 2002. Audit-firm Tenure and The Pemerintah: Perkembangan dan Permasalahan.
Quality of Financial Reports. Contemporary Jurnal Akuntansi Pemerintah, 2 (2).
Accounting Research,(Winter): 637-660. Trisnaningsih. 2003. Pengaruh Komitmen Terhadap
Kravcuk, Robert S and Schack, Ronal W. 1996. Kepuasan Kerja Auditor: Motivasi Sebagai
Designing Effective Performance Measurement Variabel Intervening (Studi Empiris pada
System Under the Government Performance Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur). Jurnal
and Result Act of 1993. Public Administration Riset Akuntansi Indonesia, (6): 199-216.
Review, 56 (4): 348-358. Tuasikal, A. 2007. Pengaruh Pemahaman Sistem
McClurg, L. N. 1999. Organizational Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah
Commitment in The Temporary Help Terhadap Kinerja Satuan Kerja Pemerintah
Service Industry. Journal of Applied Daerah (Studi pada Kabupaten Maluku Tengah
Management Studies, 5-26. di Provinsi Maluku). Jurnal Akuntansi dan
Meyer, J. P and Allen, N. J. 1997. Commitment Keuangan Sektor Publik, 8 (1): 146-148.
in the Workplace: Theory, Research and Xu, Hongjiang. 1999. Data Quality Issues
Application. Journal of Vacation Behavior, for Accounting Information Systems
14: 24-27. Implementation: Systems, Stakeholders, and
Mowdey, R. T., R. M. Steers and L. W. Porter. Organizational Factors. Journal of Technology
1979. The Measurement of Organizational Research, 1-10.
Commitment. Journal of Vocational Zeyn, Elvira. 2011. Pengaruh Good Government
Behaviour,14: 224-247. dan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap
Nagy, A. L. 2005. Mandatory Audit Firm Turnover, akuntabilitas Keuangan. Jurnal Trikonomika,
Financial Reporting Quality, and Client 10 (1): 52-62.
Bargaining Power: The Case of Arhur
Andersen. Accounting Horizons, 19 (2): 51-68.

Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi 39


Keuangan Daerah terhadap Kualitas Laporan
Keuangan
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem

ANALISIS PENERAPAN SISTEM


Akuntansi

AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH


PADA BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN
BOLAANG MONGONDOW
ANALYSIS OF THE IMPLEMENTATION OF REGIONAL GOVERNMENT ACCOUNTING
SYSTEMSIN THE REGIONAL DEVELOPMENT PLANNING OF BOLAANG
MONGONDOW DISTRICT

Oleh
Vini Oksilia
Tandayu1Meily Y.B.
Kalalo2
1,2,3
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan
AkuntansiUniversitas Sam Ratulangi Manado

E-mail :
1
vinitandayu@gmail.com
2
yokebetsymeily@gmail.c
om

Abstrak: Dalam menjalankan kegiatan pemerintahan maka pemerintah dituntut untuk adanya transparansi dan
akuntabilitas dalam semua aspek roda pemerintahan. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan Sistem
Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Bolaang Mongondow, dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Peraturan Bupati
Bolaang Mongondow Nomor 12 Tahun 2017. Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah (SAPD) pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bolaang Mongondow selama ini tetap mengacu pada
Standar Akuntansi Pemerintah (PP 71 Tahun 2010), Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013,
Penerapan standar akuntansi berbasis akrual pada pemerintahan daerah, dan Peraturan Bupati Bolaang
Mongondow Nomor 12 Tahun 2017 tentang Kebijakan Akuntansi dan Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2017.
Jenis penelitian yang digunakan adalah data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan kualitas pelaporan di
kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolmong sudah sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh aturan pemerintah yang dimana pemerintah bertujuan untuk menghasilkan
laporan keuangan yang lebih dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan
ekonomi, sosial, dan politik. Saran yaitu masih diperlukan adanya pengembangan atas pemahaman staff bagian
keuangan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolaang Mongondow akan
sistem akuntansi pemerintahan berbasis akrual.

Kata kunci: sistem akuntansi aturan pemerintah, berbasis akrual, bappeda

Abstract: In carrying out government activities, the government is required to the existence of transparency and
accountability in all aspects of the wheels of government. To find out the suitability of the regional apparatus
work unit accounting system in the Regional Development Planning Agency (BAPPEDA) Bolaang Mongondow
Regency, with Government Regulation Number 71 of 2010 and Bolaang Mongondow Regent Regulation
Number 12 of 2017. The application of the (SAPD) accounting system to the regional development planning
agency (BAPPEDA) has been referring to government accounting standars (PP 71 of 2010), domestic
ministerial regulation number 64 of 2013, the application of accrual based accounting standards to regional
governments and regulation of the regent of Bolaang Mongondow number 12 of 2017 concerning accounting
and regent regulation number 13 in 2017. The type of research used is qualitative data. Presented in the form of
da4t0a that is not in the form of the results research showing the quality of reporting at theJuRrneagl
Development
of the Planning Agency (BAPPEDA) in Bolmong
iEoMRegency
naBlA which has beVeonl.7seNtob.5y Jtuhlei 2g0o1v9e,
rHnaml. e3n1t69w-he31re78
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
the government aims to produce financial reports that are more reliable, more accurate, comprehensive, and
Akuntansi
relevant for economic, social and political decision making. Advice is that there is still a need to develop the
understanding of the financial staff of the Bolaang Mongondow Regional Development Planning Agency
(BAPPEDA) for accrual-based government accounting systems.

Keywords: government regulation accounting system, accrual based, bappeda

41 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang menggantikan PP Nomor 24 Tahun 2005 memberikan pengaruh yang besar dalam
perubahan sistem akuntansi yang diterapkan oleh pemerintah daerah, perubahan yang paling mempengaruhi
sistem akuntansi dalam peraturan tersebut adalah perubahan basis akuntansi. Pada PP Nomor 24 Tahun 2005
basis akuntansi adalah basis kas menuju akrual sedangkan pada PP Nomor 71 Tahun 2010 basis akuntansi yang
adalah berbasis akrual.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bolaang Mongondow merupakan objek yang
dipilih oleh peneliti. Alasan memilih objek ini karena peneliti ingin mengetahui selama ini BAPPEDA
Kabupaten Bolaang Mongondow apakah sudah menerapkan sistem akuntansi SKPD mencakup teknik
pencatatan, pengakuan dan pengungkapan atas pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, aset,
kewajiban, ekuitas, penyesuaian dan koreksi serta penyusunan laporan keuangan SKPD dengan memanfaatkan
aplikasi SIMDA Keuangan atau (Sistem Informasi Manajemen Daerah). Penerapan Sistem Akuntansi
Pemerintahan Daerah (SAPD) pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Bolaang
Mongondow selama ini mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (PP 71 Tahun 2010), Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, penerapan standar akuntansi berbasis akrual pada pemerintahan daerah,
dan Peraturan Bupati Bolaang Mongondow Nomor 12 Tahun 2017 tentang Kebijakan Akuntansi dan Peraturan
Bupati Nomor 13 Tahun 2017.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kesesuaian penerapan Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolaang Mongondow, dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan Peraturan Bupati Bolaang Mongondow Nomor 12 Tahun 2014.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Akuntansi
Hans Kartikahadi, (2016:3) Pengertian Akuntansi yaitu suatu sistem informasi keuangan, yang
bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan

Sistem Pencatatan Akuntansi


Pada umumnya, sistem yang dilakukan dalam pencatatan akuntansi keuangan daerah tidak jauh berbeda
dengan pencatatan akuntansi lainnya. Anda hanya perlu mengidentifikasi transaksi ekonomi, apakah transaksi
tersebut bersifat ekonomi atau tidak. Transaksi ekonomi ialah aktivitas yang ada hubungan dengan uang. Jadi
seluruh transaksi harus diciptakan dengan uang yang berlaku (rupiah). Selanjutnya adalah pencatatan transaksi
serta pengolahan data menjadi sebuah informasi yang diperlukan. Informasi tersebut kemudian disusun menjadi
sebuah laporan keuangan pemerintah daerah yang berisi:
1. Laporan realisasi anggaran
2. Laporan neraca
3. Laporan arus kas
4. Catatan atas laporan keuangan
5. Sistem Single Entry

Sistem Informasi Akuntansi


Mulyadi (2010:2) mendefinisikan sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan
yang lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pengertian diatas
menunjukkan bahwa sistem merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa unsur baik fisik maupun
nonfisik yang saling bekerja sama satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Sistem Informasi Akuntansi


Pemerintahan
42 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Dalam Depkeu (2002:13) Akuntansi
Akuntansi keuangan pemerintah daerah meliputi semua kegiatan yang
mencakup pengumpulan data, pengklasifikasian, pembukuan dan pelaporan atas transaksi keuangan pemerintah

43 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
daerah. Akuntansi keuangan pemerintahAkuntansi
daerah merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang mempunyai
ciri-ciri tersendiri berbeda dengan akuntansi komersial, yaitu :

44 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
1. Tidak bertujuan untuk mengukur laba Tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada
Akuntansi
masyarakat,sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber-sumber yang
digunakan untukpelayanan dan darimana sumber-sumber tersebut diperoleh.
2. Tidak adanya kepentingan pemilik Pemerintah tidak memiliki kekayaan sendiri sebagaimana
perusahaan. Bila asset melebihi hutang, maka kelebihan tersebut tidak dapat dibagikan kepada
rakyat sebagaimana layaknya badan usaha komesial yng membagikan deviden pada akhir tahun
buku.
3. Adanya akuntansi anggaran Akuntansi anggaran mencakup akuntansi atas estimasi pendapatan,
appropriasi, estimasi pendapatan yang dialokasikan, otorisasi kredit anggaran serta realisasi
pendapatan dan belanja untuk pembuatan laporan yang menunjukkan atau membuktikan
ketaatan dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam dokumen otorisasi kredit anggaran dan
peraturan-peraturan pelaksanaan anggaran yang berlaku.

Konsep Akutansi Pemerintahan


Akuntansi didefinisikan sebagai sebuah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian,
pengikhtisaran atas semua transaksi dan aktivitas keuangan, penyajian laporan, serta penginterpretasian atas
hasilnya. Definisi tersebut diambil dari Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah yang merupakan acuan dasar dalam pelaksanaan akuntansi di setiap instansi pemerintahan di
Indonesia, termasuk di pemerintah daerah dan satuan kerja di dalamnya.
Proses akuntansi ini akan mengolah semua transaksi dan aktivitas keuangan yang ada di setiap entitas
pemerintah daerah. Proses tersebut kemudian menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang
akan digunakan dalam proses evaluasi dan pengambilan keputusan manajerial yang kemudian akan
mempengaruhi pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah pada periode berikutnya. Jadi, input dari proses
akuntansi adalah transaksi dan ouputnya berupa laporan keuangan.

Standar Akuntansi Pemerintahan


Baldric (2015:79) tentang PP No 71 Tahun 2010, Pernyataan standar akuntansi pemerintahan sebagai
berikut:
a. PSAP 1 Penyajian Laporan Keuangan
b. PSAP 2 Laporan Realisasi Anggaran
c. PSAP 3 Laporan Arus Kas
d. PSAP 4 Catatan Atas Laporan Keuangan
e. PSAP 5 Akuntansi Persediaan
f. PSAP 6 Akuntansi Investasi
g. PSAP 7 Akuntansi Asset Tetap
h. PSAP 8 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
i. PSAP 9 Akuntansi Kewajiban

Tujuan Akuntansi Pemerinahan


1. Pertanggung jawaban (accountability and stewardship)
Tujuan pertanggungjawaban memiliki arti memberikan informasi keuangan yang lengkap, cermat, dalam
bentuk yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan dengan operasi-operasi
unit pemerintahan. Lebih lanjut, tujuan pertanggungjawaban ini mengharuskan tiap orang atau badan yang
mengelolah keuangan negara harus memberikan pertanggungjawaban atau perhitungan.
2. Manajerial
Tujuan manajerial berarti bahwa akuntansi pemerintahan harus menyediakan informasi keuangan yang
diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan.
3. Pengawasan
Tujuan pengawasan memiliki arti bahwa akuntansi pemerintahan harus memungkinkan terselenggaranya
pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara lebih efektif dan efisien.

Sistem Akuntansi Keuangan Daerah


45 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Sistem Akuntansi KeuanganAkuntansi
Daerah (SIAKD) merupakan sebuah sistem informasi yang digunakan
untuk menunjang pengolahan keuangan daerah secara terintergrasi, meliputi penganggaran, penatausahaan,
akuntansi dan pelaporannya.
Terdiri atas modul-modul utama yaitu:

46 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
1. Penganggaran Rencana Kerja Akuntansi
Anggaran, RAPBD dan rancangan Penjabaran APBD, APBD
dan penjabaranAPBD beserta perubahannya, dokumen pelaksanaan anggaran (DPA).
2. Penatausahaan
Surat penyediaan dana (SPD), surat permintaan pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), SPJ,
Surat Perintah Pencairan Dana, dan formulir-formulir pengendalian anggaran lainnya.
3. Akuntansi dan Pelaporan
Jurnal dan buku besar, buku pembantu, laporan keuangan, perda pertanggung jawaban dan penjabarannya

Penelitian Terdahulu
Josua Lumbantobing (2015). Evaluasi Kualitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah Dalam Pengawasan
Keuangan Daerah (Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara) DAERAH. Berdasarkan
Hasilnya menunjukkan, itulah yang menjadi poin penting analisis kualitas APIP Minahasa TenggaraKabupaten
adalah: Pertama, untuk memenuhi kebutuhan APIP yang kompeten untuk memberikan bimbingan teknis,
pendidikan danpelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas. Kedua, jangan terlalu sering melakukan
mutasi, yaitu mutasiYang dilakukan harus sesuai dengan kompetensi. Sedangkan yang merupakan kunci untuk
meningkatkan kualitas APIP adalah akomitmen kuat dari Kepala Daerah untuk terciptanya pemerintahan yang
baik dan bersih kepadapemenuhan anggaran untuk APIP sebesar 1% sesuai dengan Peraturan yang berlaku
untuk peningkatankualitas APIP untuk memberikan bimbingan teknis dan pendidikan dan pelatihan yang
berkelanjutan, menambahkanfasilitas seperti kendaraan operasional kantor dan infrastruktur pendukung lainnya.
Andi Faradillah (2013). Analisis Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010). Berdasarkan hasil dalam Mewujudkan
Pemerintahan Yang Transparan Dan Akuntabel, Semakin Nyata dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual.
Siti Musrifah (2015). Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual Dalam
Penyajian Laporan Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Jember. Berdasarkan hasil yaitu Kendala dalam
implementasi PP No 71 tahun 2010, tentang SAP antara lain, sampai saat ini penyusunan LKPD masih
dilakukan secara manual.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian menggunakan data kualitatif. Metode penelitian kualitatif memiliki dasar deskriptif guna
memahami suatu fenomena dengan lebih mendalam. Penelitian kualitatif menggunakan landasan teori sebagai
panduan untuk memfokuskan penelitian, serta menonjolkan proses dan makna yang terdapat dalam fenomena
tersebut. Penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu untuk menjelaskan secara
menyeluruh masalah yang akan diteliti.

Tempat Dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
dengan alamat Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow. Waktu penelitian yang dilaksanakan pada
bulan Januari- Februari 2018.

Metode Pengumpulan Data


Sutarman (2017:3), data adalah fakta dari suatu pertanyaan yang berasal dari kenyataan, dimana
pertanyaan tersebut merupakan hasil pengukuran dan pengamatan. Jenis data dibagi menjadi berikut ini :
1. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau bilangan.
2. Data Kualitatif, yaitu data yang berbentuk kata-kata, bukan angka.
Jenis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dimana data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu dengan cara mengumpulkan laporan-laporan
yang telah dipublikasikan.

Metode Analisis
Sugiyono (2016:2) metode penelitian adalah Metode analisis pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang
47 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
perlu di perhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini di

48 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
dasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan caracara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-
cara yang dilakukan itu dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang di gunakan. Sistematis artinya, proses
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah tertentu bersifat logis. Dalam penelitian ini,
penerapan analisis Kualitatif juga berkaitan dengan semua variabel yang penulis teliti yakni pada Penerapan
Sistem Akuntansi Pemerintahan Pada Bappeda Bolaang Mongondow.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Penerapan Sistem Akuntansi di
BAPPEDA Kabupaten
Bolaang Mongondow
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah maka Pemerintah Daerah harus menerapkan Akuntansi Berbasis
Akrual pada tahun 2015. Dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi tersebut, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah selaku bagian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang mongondow menyusun
laporan keuangan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah untuk meningkatkan kualitas laporan
keuangan, sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya yang pada gilirannya dapat mewujudkan transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah dan mengungkapkan secara penuh kegiatan yang ada
dengan sumberdaya yang menunjukkan ketaatan pada Peraturan Perundang-undangan.
Teori stakeholder juga menjelaskan tentang keberadaan pemerintahan dalam menjalankan kegiatannya
untuk memberikan kontribusi bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditur, pemerintah, masyarakat,
konsumen, supplier, analis dan pihak lain). Organisasi harus peduli dengan kepentingan stakeholders ketika
membuat keputusan strategis. Dari pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan dipengaruhi oleh peran stakeholder dan mempengaruhi stakeholder pula.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan terpercaya dalam pengimplementasian sistem akuntansi berbasis
akrual harus didukung oleh berbagai pihak terutama sumber daya manusianya, dalam mengimplentasiskan
sistem akuntansi berbasis akrual ada beberapa kendala yang terjadi.
Dengan pelaporan berbasis akrual, penggunaan dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan
perubahannya, bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan pendanaanya sehingga dapat diukur
kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi berbasi akrual juga memungkinkan pemerintah untuk
mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan sumber daya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang
baik atas sumber daya tersebut. SAP berbasis akrual mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas
dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN atau APBD. Sesuai yang di
ungkapkan oleh pihak BAPPEDA yang menyatakan bahwa:
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual diterapkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna
informasi laporan keuangan. Laporan keuangan yang disajikan dengan berpedoman pada standar lebih
mengutamakan transaparansi dan akuntabilitas. Transparansi dan akuntabilitas merupakan substansi yang
berperan penting dalam kepuasan publik atas pengelolaan keuangan di kantor ini. Pengelolaan keuangan yang
mengutamakan transparansi dan akuntabilitas membutuhkan kinerja yang baik. Oleh karena itu, untuk
memenuhi kepuasan publik, aparatur istansi ini harus memperhatikan kinerja terutama dalam pengelolaan
keuangan.

Perbedaan Akutansi Berbasis Kas dan


Akrual
1. Basis Kas (Cash Basis)
Basis kas (cash basis) yakni sebuah metode pencatatan di dalam akuntansi, yang hanya mencatat transaksi,
jika ada penerimaan atau pengeluaran kas. Jadi, meski ada transaksi yang terjadi, misalnya hutang atau
piutang. Tetapi karena tidak adanya kas yang masuk atau keluar, maka transaksi ini tidak dicatat jika
menggunakan metode basis kas. Karena ini tidak ada kas yang masuk dan ini tidak dianggap sebagai
49 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
pendapatan. Akuntansi
2. Basis Akrual

50 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
Basis akrual (accrual basis) yaitu sebuah teknik pencatatan akuntansi, yang pencatatannya dilakukan saat
terjadinya transaksi walaupun kas belum diterima. Dalam pencatatan menggunakan basis akrual ini tentu
akan lebih akurat, dan dengan menggunakan basis akrual aset, kewajiban dan ekuitas mudah diukur. Di
dalam basis akrual sebuah pendapatan akan diakui ketika perusahaan memiliki hak untuk melakukan

51 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
penagihan dari hasil transaksi. Akuntansi
Dan menggunakan basis akrual ini tidak memperdulikan kapan kas akan
diterima, dan kapan kas dikeluarkan. Pengakuan biaya di dalam basis akrual ini ketika kewajiban membayar
sudah jatuh tempo. Dan biaya tersebut sudah dapat diakui ketika kewajiban membayar sudah terjadi,
meskipun kas belum dikeluarkan.

BAPPEDA mulai menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 sampai sekarang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditentukan oleh pemerintah, mengingat bahwa standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini merupakan hal baru maka pegawai kami mengalami banyak
kesulitan dalam pelaporannya

Optimalisasi Sistem Akuntansi Berbasis


Akrual di BAPPEDA Bolaang
Mongondow
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah maka Pemerintah Daerah harus menerapkan Akuntansi Berbasis
Akrual pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 dan seterusnya. Dalam rangka penerapan kebijakan akuntansi
tersebut, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah selaku bagian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bolmong
menyusun laporan keuangan berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah untuk meningkatkan kualitas
laporan keuangan, sehingga dapat meningkatkan kredibilitasnya yang pada gilirannya dapat mewujudkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah dan mengungkapkan secara penuh
kegiatan yang ada dengan sumberdaya yang menunjukkan ketaatan pada Peraturan Perundang-undangan, Ketika
akrual hendak dilakukan sepenuhnya untuk menggambarkan berlangsungnya esensi transaksi atau kejadian,
maka kelebihan yang diperoleh dari penerapan akrual adalah tergambarnya informasi operasi atau kegiatan.
Dalam sektor komersial, gambaran perkembangan operasi atau kegiatan ini dituangkan dalam Laporan
Laba Rugi. Sedangkan dalam akuntansi pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam bentuk Laporan
Operasional atau Laporan Surplus/Defisit. Dengan demikian, perbedaan kongkrit yang paling memerlukan
perhatian adalah jenis/komponen laporan keuangan.Perbedaan mendasar SAP PP 24/2005 dengan SAP Akrual
terletak pada PSAP 12 mengenai Laporan Operasional. Entitas pemerintah melaporkan secara transparan
besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang ditanggung untuk menjalankan
kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit operasional merupakan penambah atau pengurang ekuitas/kekayaan
bersih entitas pemerintahan bersangkutan.

Laporan Operasional (LO)


Laporan Operasional Kabupaten Bolaang Mongondow disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus
akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan laporan operasional, laporan
perubahan ekuitas, dan neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. Pendapatan LO
adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Timbulnya hak atas pendapatan LO adalah setelah pemerintah daerah memiliki hak untuk memperoleh
pendapatan tersebut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti hak untuk menagih atas
pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, retribusi parker, timbulnya hak untuk menangih pajak reklame,
retribusi IMB sebagai imbalan atas pelayanan yang diberikan. Pendapatan LO diakui pada saat terjadinya
realisasi artinya apabila kas telah diterima di rekening kas umum daerah.Untuk Pendapatan LO Tahun 2017
dilaporkan Rp. 0,- dan tahun 2016 dilaporkan Rp. 0,-.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten Bolaang Mongondow menyediakan informasi yang berguna
dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah daerah
dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran
dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber
daya ekonomi:
a. Telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat.
b. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBD).
c. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

50 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Pendapatan LRA diakui pada saat diterima direkening kas umum daerah. Pengembalian yang sifatnya
Akuntansi
normal dan berulang atas penerimaan pendapatan LRA pada periode penerimaan maupun pada periode

51 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan LRA. Untuk Tahun 2017 Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow tidak ada pos untuk pendapatan.

Belanja
Timbulnya kewajiban adalah disaat terjadinya peralihan dari pihak lain ke pemerintah daerah
Kabupaten Bolaang Mongondow tanpa diikuti keluarnya kas dari rekening kas umum pemerintah daerah,
misalnya tagihan atas rekening listrik, tagihan atas rekening telepon yang belum dibayar oleh pemerintah
daerah. Pengeluaran kas adalah saat terjadinya pengeluaran uang dari bendahara umum daerah atau oleh
bendahara pengeluaran SKPD misalnya untuk pembayaran gaji pegawai atau untuk membiayai suatu kegiatan
pada suatu periode pelaporan. Belanja diukur dan dicatat berdasarkan nilai perolehan. Pengukuran belanja non
modal menggunakan mata uang rupiah berdasarkan nilai sekarang atau nilai kas yang akan dikeluarkan.

Aset
Total asset lancar tahun 2017, Rp. 4.877.710 dan asset lancar tahun 2016 Rp. 0, dan asset tetap sebesar
Rp. 16.346.084.296,16 dan tahun 2016 aset tetap sebesar Rp. 16.061.582.405,59. Terjadi kenaikan asset tetap
sebesar Rp. 284.501.890,57 dari tahun 2016 ke tahun 2017.

Kewajiban
Untuk kewajiban tahun 2017 dilaporkan Rp. 0,-. Belum ada anggaran yang dipublikasikan karena
adanya dana-dana yang masih bersifat privasi.

Ekuitas
Total ekuitas tahun 2017 sebesar Rp. 16.700.329.036, dan tahun 2016 ekuitas sebesar Rp.
16.410.949.405,59
a. Kas per 31 desember 2017 sebesar Rp. 16.700.329.036,- sama dibandingkan saldo per 31
desember 2016 sebesar Rp. 16.410.949.405,59,-
b. Kas di bendahara pengeluaran sampai tanggal 31 desember 2017 sisa uang persediaan sudah
disetor di rekening daerah dan saldo kas di bendahara pengeluaran per 31 desember 2016
sebesar Rp. 0,-.(tidak dipublikasikan)
c. Perubahan Ekuitas, Merupakan komponen Laporan Keuangan yang menyajikan sekurang-
kurangnya pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit pada periode bersangkutan, koreksi-koreksi
langsung menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir ekuitas awal merupakan jumlah
ekuitas awal per 31 desember 2016 sebesar Rp. 16.583.018.169,59. Ekuitas awal per 31
desember tahun 2017 sebesar Rp. 16.410.949.405,59, dan untuk ekuitas akhir per 31 desember
2016 sebesar Rp. 16.410.949.405,50, sehingga terjadi kenaikan (surplus) sebesar Rp.
284.501.890,57.

Beban
Belanja yang dimasukan dalam Laporan Operasional adalah belanja yang telah diterbitkan dokumen
pembayaran yang disahkan oleh pengguna anggaran. Dan barang telah diterima Beban per 31 desember 2017
saldo sebesar Rp. 7.810.273.142,00 dan tahun 2016 sebesar Rp. 9.439.751.358,00, dimana beban diatas terdiri
dari Beban Pegawai-LO tahun 2017 sebesar Rp. 3.726.770.210,00 beban pegawai-LO tahun 2016 sebesar
3.261.092.433,00 dan beban barang dan jasa tahun 2017 sebesar Rp. 4.083.502.932,00 beban barang dan jasa
tahun 2016 sebesar Rp. 5.796.061,00. Dan dari beban diatas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan (defisit)
untuk beban operasi sebesar (Rp. 1.529.478.216,00) dari tahun 2016 ke tahun 2017.

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Neraca
Tujuan kebijakan akuntansi neraca adalah menetapkan dasar-dasar penyajian neraca untuk entitas
akuntansi dan entitas pelaporan Pemerintah Bolaang Mongondow dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas
sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
52 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Neraca menggambarkan posisi Akuntansi
keuangan suatu entitas akuntansi/entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Akuntansi neraca adalah menetapkan dasar-dasar penyajian

53 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Akuntansi
neraca untuk entitas akuntansi dan entitas pelaporan Pemerintah Bolaang Mongondow dalam rangka memenuhi
tujuan akuntabilitas sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Kebijakan akuntansi ini diterapkan dalam penyajian neraca yang disusun dan disajikan dengan
menggunakan akuntansi berbasis akrual untuk tingkat SKPD, PPKD, dan Pemerintah Daerah, tidak termasuk
perusahaan daerah.
Entitas Pelaporan adalah Pemerintah Daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa
laporan keuangan Pemerintah Daerah.

Catatan Atas Laporan Keuangan


Tujuan kebijakan akuntansi ini untuk mengatur penyajian dan pengungkapan yang diperlukan pada
Catatan Atas Laporan Keuangan. Kebijakan akuntansi ini harus diterapkan pada laporan keuangan Kabupaten
Bolaang Mongondow untuk tujuan umum oleh entitas akuntansi/entitas pelaporan. Laporan keuangan untuk
tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna akan informasi akuntansi
keuangan yang lazim. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari
laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan.
Kebijakan akuntansi ini berlaku untuk entitas akuntansi/pelaporan dalam menyusun laporan keuangan
SKPD/PPKD Kabupaten Bolaang Mongondow dan laporan keuangan konsolidasian pemerintah daerah, tidak
termasuk badan usaha milik daerah.

Pembahasan
Basis akuntansi yang digunakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2017 dalam laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Basis Kas untuk Pengakuan Pendapatan, belanja
dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran, dan Basis Akrual untuk pengakuan asset, kewajiban, dan
ekuitas dalam neraca. BAPPEDA mulai menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual pada tahun 2015 sampai
sekarang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang telah ditentukan oleh pemerintah, mengingat
bahwa standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini merupakan hal baru maka pegawai kami mengalami
banyak kesulitan dalam pelaporannya.
Akuntansi berbasis akrual lebih dipercaya dan akurat dalam menghasilkan informasi yang akuntabel dan
transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung
terlaksananya perhitungan berbagai macam biaya pelayanan publik yang disediakan oleh pemerintah dengan
wajar. Pencatatan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar, dan dapat juga
mengukur kinerja, basis akrual menyediakan informasi pengunaan sumber daya ekonomi sebenarnya
Dalam pelaporan keuangan ini, Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan entitas
pelaporan, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah dilingkungan Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow
merupakan entitas akuntansi, yang menurut aturan perundang-undangan yang berlaku wajib menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Sedangkan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Bolaang Mongondow merupakan laporan konsolidasi dari seluruh SKPD.
Badan Perencanaan Pembangunan daerah Kabupaten Bolaang Mongondow berkewajiban untuk
melaporkan segala upaya yang dilakukan serta hasil yang telah dicapai dalam pelaksanaan kegiatan serta
sistematis dan terstruktur pada periode tahun 2017 untuk kepentingan, antara lain:
1. Akuntabilitas
Mempertanggung jawabkan pengelolaan sumber dayaserta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengolaan serta pengendalian atas
seluruh asset, hutang dan seluruh ekuitas dana untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Menyediakan informasi keuangan yang terbuka, menyeluruh dan jujur bagi masyarakat untuk mengetahui
pertanggungjawaban dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow dalam
pengolaan sumber daya alam dan ketaannya pada peraturan perundang-undangan.
Sedangkan dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah, Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow mengacu pada beberapa prinsip dasar antara lain:
1. Basis Akuntansi.
54 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
2. Prinsip Nilai Historis. Akuntansi
3. Prinsip Realisasi.
4. Prinsip Substansi Dan Realitas.
5. Prinsip Periodisitas.
6. Prinsip Konsistensi.
7. Prinsip Penggungkapan Lengkap.
8. Prinsip Penyajian Wajar.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu:
1. Penerapan dan Implementasi sistem Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual dalam
meningkatkan kualitas pelaporan pemerintahan pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kabupaten Bolmong, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas pelaporan di kantor
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolmong sudah sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang dimana pemerintah bertujuan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang lebih dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan
untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial, dan politik. Hal ini di dukung dengan adanya
bukti nyata bahwa BAPPEDA Kabupaten Bolaang mongondow telah antusias
mengimplementasikan sistem akuntansi berbasis akrual dalam meningkatkan kualitas pelaporan
pemerintahan sebagiamana yang peneliti dapatkan dilapangan dan didukung rincian anggaran
yang telah di manfaatkan untuk menggunakan sistem ini.
2. Optimalisasi sistem Akuntansi Pemerintahan dalam meningkatkan kualitas pelaporan pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolmong, peneliti menyimpulkan
bahwa optimalisasi sistem akuntansi berbasis akrual dalam meningkatkan kualitas pelaporan
pemerintahan di kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten
Bolmong sudah berjalan secara efektif dan efisien dilihat dari program-program yang telah
dijalankanya yang berkaitan dengan masalah kepegawaian sudah berjalan sebagai mana
mestinya. program tersebut terdiri dari yaitu Program Pelayanan Administrasi Perkantoran,
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur, Program Peningkatan Disiplin Aparatur,
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
3. Basis akuntansi yang digunakan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow tetap mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (PP 71 tahun 2010), Peraturan
Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013. Penerapan standar akuntansi berbasis akrual pada
Pemerintah Daerah, dan Peraturan Bupati Bolaang Mongondow Nomor 12 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Akuntansi dan Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2017 tentang Sistem Akuntansi
Pemerintah Kabupaten Bolaang mongondow.
4. Penerapan sistem pencatatan telah sesuai dan mengikuti standar yang telah ditetapkan dalam PP
No. 71 Tahun 2010 yang menetapkan untuk menggunakan basis akrual atau basis akrual
modifikasian.
5. Penerapan siklus akuntansi pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)telah
sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Begitu juga dengan kelengkapan item laporan
keuangannya telah sesuai dengan ketentuan Laporan keuangan SKPD yang terdiri dari Laporan
Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan Atas Laporan Keuangan. Pencatatan dan penggolongan
transaksi berasal dari bukti-bukti pembukuan, yang selanjutnya dicatat dalam buku jurnal. Untuk
transaksi-transaksi yang sama, dicatat dalam buku jurnal khusus. Transaksi-transaksi yang sudah
dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal, setiap bulan atau periode yang lainakan diringkas
dan dibukukan dalam rekening-rekening buku besar. Data akuntansi yang telah dicatat dalam
rekening buku besar tersebut disajikan dalam bentuk laporan keuangan yaitu laporan realisasi
anggaran , neraca dan catatan atas laporan keuangan

Saran
Saran dari penelitian ini yaitu:
1. Masih diperlukan adanya pengembangan atas pemahaman staff bagian keuangan Badan
55 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Perencanaan Pembangunan Akuntansi
Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolaang Mongonow akan sistem
akuntansi pemerintahan berbasis akrual.
2. Untuk Penelitian lebih lanjut diharapkan untuk menambah studi kasus pada SKPKD selaku
Bendahara UmumDaerah, sehingga dapat menganalisa kesesuaian transaksi dan juga kelengkapan
bukti dalam penerapan sistemakuntansi keuangan daerah.
3. Harus sering melakukan sosialisasi berupa seminar atau diskusi dengan aparat pemerintah, serta
dilakukan training atau pelatihan–pelatihan yang berkaitan dengan sistem akuntansi berbasis
akrual agar pengimplemensian dan pengoplimalan lebih efektif dan efisien.
4. Diharapkan kepada Badan Kepegawaian Daerah untuk lebih teliti dalam pembuatan jurnal,
karena jurnal merupakan salah satu bagian terpenting dalam siklus akuntansi. Selain itu juga
diharapkan agar dapat mengoptimalkan penggunaan kode rekening untuk memudahkan
pengklasifikasian dan juga pada saat pencatatan.
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bolmong harus lebih
menyiapkan SDM yang berintegritas tinggi dan akuntabel.

DAFTAR PUSTAKA
Andi, F., 2013. “Analisis Kesiapan Pemerintah Daerah Dalam Menerapkan Standar Akuntansi
Pemerintahan (Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010)”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Universitas Hasanuddin.Makassar.
Baldric,S. 2015. Akuntansi Sektor Publik (Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Berbasis Akrual).
Edisi Pertama. Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.
Yogyakarta.

Departemen Keuangan. 2002. Sistem Informasi Akutansi. Depkeu.

Hans, K. 2016. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Buku 1: Salemba Empat,
Jakarta.

Hariyanto. 2012. Penggunaan Basis Akrual Dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Darma
Ekonomi,
Semarang.

Lumbantobing, J. 2015. Evaluasi Kualitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah. Vol 10. No. 1.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/goodwill/article/view/8449. 7 Februari 2018.

Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan ke-5. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Siti, M. 2015. Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual Dalam Penyajian Laporan
Keuangan pada Pemerintah Kabupaten Jember. Fakultas Ekonomi. Universitas Jember.Vol 2, No 1
(2015). repository.unmuhjember.ac.id/1473/1/JURNAL.pdf.7 Februari 2018.

Sutarman. 2017. Pengantar Teknologi Informasi. PT.Bumi Aksara, Jakarta.

56 Jurnal EMBA
Vol.7 No.5 Juli 2019, Hal. 3169 -
3178
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
JurnalAkuntansi
Benefita 3(1) Februari 2018 (64-75)

PENGARUH PENGELOLAAN KEUANGAN


DAERAH DAN SISTEM AKUNTANSI
KEUANGAN DAERAH TERHADAP
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
PEMERINTAH DAERAH
Siska Yulia Defitri
FakultasEkonomi, Universitas Mahaputra Muhammad Yamin
siskayd023@gmail.com

Abstract
This study aims to examine the influence of local financial management and regional financial
accounting system to the quality of local government financial statements. This research belongs to
causative research conducted at regional apparatus organization in Solok City. Data collection is
done by survey method through questionnaires distributed to respondents who are in finance or
accounting department. The result of the research shows that the management of regional finance
has positive correlation but it has no significant effect to the quality of local financial report, while the
financial accounting system has significant effect on the quality of local government financial report.
This shows that the better the local financial accounting system, the resulting financial statements will
also increase.
Keywords: Financial Management; Accounting System; Regional Finance; Quality Report

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi
keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Penelitian ini tergolong
penelitian kausatif yang dilakukan pada organisasi perangkat daerah di Kota Solok. Pengambilan
data dilakukan dengan metode survei melalui penyebaran kuesioner kepada responden yang
berada pada bagian keuangan atau akuntansi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan
keuangan daerah memiliki hubungan yang positif tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan daerah, sedangkan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Hal ini menunjukan bahwa
semakin baik sistem akuntansi keuangan daerah maka laporan keuangan yang dihasilkan juga akan
semakin meningkat.
Kata kunci:Pengelolaan Keuangan; Sistem Akuntansi; Keuangan Daerah; Kualitas Laporan

Detail Artikel :
Diterima : 11 Januari 2017
Disetujui : 27 Januari 2017 DOI
:10.22216/jbe.v2i3.2376

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Tata kelola pemerintahan yang baik adalah sebuah bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk
membangun negara sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Hal ini dapat dibuktikan dengan
meningkatnya perhatian masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan terutama dalam hal pelaksanaan
perekonomian negara. Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus mampu menyediakan informasi
keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu dan dapat dipercaya sehingga dituntut untuk
memiliKkoi psiesrtetmis 57
inf o rm
W i la ya h X a si yang handal.
ISSN 2303-1174 V.O.Tandayu., M.Y.B.Kalalo. Penerapan Sistem
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban atas kepengurusan sumber daya ekonomi yang
Akuntansi
dimiliki oleh suatu entitas berupa informasi keuangan. Informasi yang seharusnya disajikan dalam pelaporan
keuangan pemerintah daerah hendaknya sesuai dengan yang dibutuhkan oleh stakeholder (Defitri, 2014), untuk
itu aparat pemerintah harus dapat

Kopertis Wilayah X 58
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

mengetahui anggaran pemerintah daerahnya agar tidak terjadi informasi asimetris dalampengelolaan
keuangan daerah (Defitri, Yulistia, Apriyeni, & Eliza, 2016).
Kualitas informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk laporan dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan keputusan maka, harus didukung oleh kualitas aparatur pemerintah daerah di bidang
pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah agar kualitas informasi akuntansi yang
dihasilkan andal dan akurat. Laporan keuangan yang berkualitas tentu diperlukan prosedur pelaporan
keuangan yang baik sesuai dengan peraturan pelaporan keuangan daerah dan sistem akuntansi
keuangan daerah secara optimal Untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan,
implementasi sejumlah perangkat perundang-undangandi bidang pemerintahan daerah belum bisa
dijadikan acuan utama dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, khususnya di bidang pengelolaan
keuangan daerah dan pelayanan publik, tetapi masih membutuhkan pengkajian yang lebih mendalam,
khususnya menyangkut pengelolaan keuangan daerah dan mengenai sistem akuntansi keuangan daerah
serta manajemen atau dalam kaitannya dengan pelayanan publik.
Keseluruhan kegiatan pengelolaan keuangan meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam halpengelolaan keuangan
daerah, pemerintah daerah menetapkan tujuan dan sasaran dan kemudian membuat rencana kegiatan
untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Pengelolaankeuangan daerah perlu ditunjang oleh
pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah agar penatausahaan keuangan di daerah memiliki akurasi
dan akuntabilitas yang tinggi. Sistem akuntansi keuangan daerah yang memadai dapat memberikan
bantuan untuk memverifikasi transaksi-transaksi agar dapat ditelusuri dana-dana sesuai dengan
tujuannya, serta mengecek otoritas, efisiensi, dan keabsahan pembelajaaan dana.
Melihat pentingnya peranan dalam pengelolaan dan aturan yang jelas dalam penyusunan laporan
keuangan daerah dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas maka tujuanpenelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah
terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah

Tinjauan Pustaka
dan Pengembangan
HipotesisPengelolaan
Keuangan Daerah
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut (UU No.17, 2003). Untuk dapat menjalankan
pemerintahan daerah dengan segala aspek keuangan yangterdapat didalamnya maka setiap kepala daerah
harus dapat melakukan pengelolaan keuangandaerah yang baik sesuai dalam permendagri No. 13 tahun
2006 tentang Pedoman pengelolaankeuangan daerah, yang menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan
daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah (Permendagri No. 13, 2006).
Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif,efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan
manfaat untuk masyarakat, yang dimaksud secara tertib adalah bahwa keuangandaerah dikelola secara
tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Artinya pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan sesuai dengan peraturan
perundangan dan efektif serta efisien maka akan dapat menghasilkan suatu pelaporan yang baik dan taat
dengan ketentuan karena didukung dengan bukti-bukti yang kuat.
Suatu pengelolaan berkaitan erat dengan pengendalian internal, sistem pengendalian yang lemah
akan mempengaruhi pendapat audit dalam laporan keuangan (Nugraheni &Subaweh, 2008). Salah satu
bagian didalam pengendalian intern adalah informasi dan

Kopertis Wilayah X 59
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

komunikasi serta pemantauan, didalam instansi tentu memerlukan informasi komunikasi apalagi
pemantauan agar menjalankan pengelolaan organisasi terutama keuangan akan dapat mencapai hasil
sesuai dengan tujuan. Herawati (Herawati, 2014) menjelaskan bahwa informasidan komunikasi serta
pemantauan berpengaruh secara langsung terhadap kualitas laporan keuangan. Dengan demikian maka
komunikasi dan pemantauan merupakan proses dari pencapaian suatu pengelolaan yang baik.
Implementasi pedoman pengelolaan keuangan yang diikuti dengan pemahaman yang baik dari semua
pegawai yang terlibat akan mampu melahirkan laporan keuangan yang berkualitas sebagai wujud
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan (Ovita & Husaini, 2013).
Menurut Chabib sholeh (2010;10) prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang diperlukanuntuk
mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas, mensyaratkan bahwa dalam mengambil suatu keputusan hendaknya
berperilaku sesuai dengan mandat yang diterimanya. Kebijakan yang dihasilkan harusdapat
diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal dengan baik, yang
mencakup kerugian daerah berkurangnya kekayaan daerah berupa uang, surat berharga dan
barang, yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatanmelawan hukumbaik
sengaja maupun lalai.
2. Value for money
Indikasi keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalahterjadinya
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, kehidupan
demokrasi yang semakin maju, keadilan, pemerataan serta adanya hubungan yang serasi
antara pusat dan daerah serta antar daerah. Keadilan tersebut hanya akan tercapai apabila
penyelenggaraan pemerintahan daerah dikelola dengan memperhatikan konsep value for
money, prinsip ini dioperasionalkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran
daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien.
3. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan
kejujuran yang tinggi, sehingga kesempatan untuk korupsi dapat diminimalkan, yang
mencakup potensi kerugian daerah adalah suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan
datang berupa berkurangnya uang, surat berharga, dan pasti jumlahnya.
4. Transparansi
Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan
keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) maupun masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan daerah pada
akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan
masyarakatnya sehingga tercipta pemerintah daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel,
responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat, yang mencakup administrasi
temuan mengungkap adanya penyimpanganterhadap ketentuan yang berlaku baik dalam
pelaksanaan anggaran atau pengelolaan aset, tetapi penyimpangan tersebut tidak
mengakibatkan kerugian daerah atau potensikerugian daerah, tidak mengurangi hak daerah
kekurangan penerimaan, tidak menghambat program entitas, dan tidak mengandung unsur
indikasi tindak pidana.
5. Pengendalian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) harus sering dievaluasi yaitu
dibandingkan antara yang dianggarkan dengan yang dicapai. Untuk itu perlu dilakukan
analisis varians selisih terhadap pendapatan dan belanja daerah agar dapat

Kopertis Wilayah X 60
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

sesegera mungkin dicari penyebab timbulnya varians untuk kemudian dilakukan tindakan
antisipasi ke depan, yang mencakup kekurangan penerimaan kerugian daerahadalah
berkurangnya kekayaan daerah berupa uang, surat berharga, dan barang, yangnyata dan pasti
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.
Prinsip-prinsip pengelolaan keuangan diperlukan untuk mengontrol kebijakan keuangan daerah.
Kebijakan yang dihasilkan harus dapat diakses dan dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal
dengan pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah dengan ekonomis, efektif, dan efisien.
Pengelolaan keuangan daerah harus dipercayakan kepada staf yang memiliki integritas dan kejujuran
yang tinggi terhadap mandat yang telah diberikan dalamhal pengelolaan keuangan daerah dan
keterbukaan terhadap kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)maupun masyarakat serta dapat dibandingkan antara
anggaran pendapatan dan belanja daerahyang dianggarkan dengan yang dicapai.
Berdasarkan referensi yang digunakan diatas maka hipotesis yang dapat digambarkan adalah:H1 :
Pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan daerah.

Sistem Akuntansi Keuangan


Daerah
Dalam menghasilkan laporan yang berkualitas maka setiap entitas harus membuat laporankeuangan
sesuai dengan standar akuntansi yang diterima umum atau dalam internasional dikenal dengan
International Accounting Standars Board (IASB) yang sekarang disebut dengan International
Financial Reporting Standar (IFRS) (Iatridis, 2010) sebagai prasyarat dalam menghasilkan laporan
keuangan yang berkualitas dalam perusahaan. Sama halnya dengan perusahaan, pemerintah juga harus
dapat menghasilkan laporan keuangan dengan mengacu standar yang berlaku dalam pemerintahan agar
menghasilkan laporan keuangan yangberkualitas dan baik (Nugraheni & Subaweh, 2008)
Oleh karena itu anggaran yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun daerah haruslah dapat
memenuhi keinginan masyarakat, karena bagaimanapun pemerintah merupakan pelayan masyarakat,
hal ini disebabkan oleh peran penting dalam mewujudkan optimalisasi pelayananpemerintahan kepada
masyarakat merupakan tujuan penting dari keberadaan organisasi pemerintah (Siswadhi, 2017). Dengan
demikian pemerintah ataupun pemerintah daerah harusdapat merencanakan dan menyelenggarakan
program-program kerja yang tujuan akhirnya adalah menciptakan kepuasan masyarakat yang tertuang
dalam Anggaran Pendapatan BelanjaDaerah (APBD) dan akan dipertanggungjawabkan dalam bentuk
laporan keuangan.
Selain itu hal yang mendasar dan dianggap penting dalam penerapan akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan daerah salah satunya adalah sistem akuntansi (Roviyantie, 2011). Setiap entitas
pelaporan dan entitas akuntansi harus dapat menyelenggarakan sistem akuntansi pemerintahan daerah
sesuai dengan standar akuntansi yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari
proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau menggunakan
aplikasi komputer(Permendagri No. 13, 2006). Tujuan sistem akuntansi pemerintah adalah sebagai
pedoman dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah dengan dasar hukum yang dimulai
dari UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara sampai PP No. 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah.
Kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah dapat memenuhi tuntutan masyarakat dalam
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lembaga publik (Latifah & Sabeni, 2007). Hal ini
disebabkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah merupakan sistem yang mendokumentasikan,
serta mengolah keuangan daerah dan data terkait mulai dari proses

Kopertis Wilayah X 61
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan menjadi informasi
keuangan yang disajikan kepada masyarakat dan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam rangka
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan pertanggungjawaban. Dengan menggunakan sistem akuntansi,
maka resiko akan terjadinya suatu kekeliruan dan kesalahan dapat diminimalisir dalam pencatatan atau
perhitungan yang dapat memungkinkan pemerintah daerah mengalami resiko yang lebih berat
(Herawati, 2014).
Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu sub sistem organisasi yang
memfasilitasi kontrol dengan melaporkan kinerja pemerintah daerah. Ruang lingkup sistem akuntansi
keuangan daerah mencakup kebijakan sistem akuntansi, prosedur sistem akuntansi, sumber daya
manusia, dan teknologi informasi (Ratifah & Ridwan, 2012) dan menunjukkan hasil bahwa sistem
akuntansi keuangan daerah yang berjalan efektif akan menghasilkan informasi laporan keuangan yang
berkualitas. Begitu juga hasil penelitian Wati dkk (Wati, Herawati, & Sinarwati, 2014) yang
memberikan informasi bahwa sistem akuntansi keuangan daerah memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan,dengan demikian jika sistem keuangan daerah diterapkan
dengan baik dari awal maka kualitaslaporan keuangan yang dihasilkan juga akan semakin lebih baik
(Roviyantie, 2011).
Sistem akuntansi keuangan daerah erat kaitannya dengan prosedur pengukuran, pencatatan,
penggolongan dan pelaporanakuntansi dalam rangka pertanggung-jawaban pelaksanaan anggaran
pendapatan belanja daerah (APBD) pada periode tertentu untuk mengambil langkah masa depan
pemerintah daerah. Jika sistem akuntansi keuangan daerah dalam dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
maka laporan keuangan yang akan dihasilkan jugaakan jadi lebih baik dan berkualitas.
Hipotesis dua yang dapat dikembangkan berkaitan dengan sistem akuntansi keuangan daerah dalam
penelitian ini adalah :
H2 : Sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah

Kualitas Laporan Keungan


Daerah
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 laporan keuangan merupakanlaporan
yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan olehentitas pelaporan
(PP No. 71, 2010) dan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya. Sedangkan tujuan
umum laporan keuangan yaitu menyajikan informasimengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi danperubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat
bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.
Kualitas atau mutu dapat dinilai dengan tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat
sesuatu.Sehingga kharakteristik kualitatif harus dipenuhi dalam suatu laporan keuangan agar dapat
dinilai sebagai laporan keuangan yang berkualitas. Adapun karakteristik kualitatif dari suatu laporan
keuangan adalah sebagai berikut (UU No. 17, 2003):
1. Relevan
Relevan dalam laporan keuangan apabila informasi yang termuat di dalamnya dapat
mempengaruhi keputusan pengguna dari mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masakini
dan memprediksi masa depan. Dengan demikian, informasi laporan keuangan yang relevan
dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi yang relevan berikut ini:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), Informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.

Kopertis Wilayah X 62
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value), Informasi dapat


membantu pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang
berdasarkan hasil masa laludan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu, Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap, Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan selengkap
mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala
yang ada. Informasi yang melatar belakangi setiap butir informasi
utama yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan jelas
agar kekeliruan dalam penggunaan informasitersebut dapat dicegah.
2. Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan
material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin
relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan
informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan.Informasi yang andal memenuhi
karakteristik:
a. Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan.
b. Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan
simpulan yang tidak berbeda jauh.
c. Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada kebutuhan pihak
tertentu.
3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapatdibandingkan
dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain
pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan
secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan akuntansi yang
sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secaraeksternal dapat dilakukan bila entitas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah
menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang
sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode terjadinya perubahan.
4. Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna dan
dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas pemahaman para
pengguna. Untuk itu, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas
kegiatan dan lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna untuk
mempelajari informasi yang dimaksud dalam laporan keuangan.
Suatu laporan keuangan dapat memberi manfaat bagi para pemakainya maka laporan keuangan
tersebut harus mempunyai nilai informasi yang berkualitas dan berguna dalam pengambilan keputusan.
Laporan keuangan yang berkualitas menunjukkan bahwa kepala daerah bertanggungjawab sesuai
dengan wewenang yang dilimpahkan kepadanya dalam pelaksanaan tanggung jawab mengelola
organisasi. Laporan keuangan menyajikan informasi yang digunakan dalam pembuatan keputusan
ekonomi, sosial dan politik serta berbagai bukti pertanggungjawaban dan pengelolaan untuk
mengevaluasi kinerja organisasi serta kesesuaian

Kopertis Wilayah X 63
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi pedoman dalam pebuatan laporankeuangan.


Hipotesis yang dapat mendukung peningkatan kualitas laporan keuangan yang dapat diujiadalah
sebagai berikut :
H3 : Pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh positifterhadap
kualitas laporan keuangan daerah

METODE PENELITIAN
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengelolaan keuangandaerah, sistem
akuntansi keuangan daerah dan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah diKota Solok. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif, selain itu
metode penelitian yang dilakukan yaitu dengan metode surveiyang bersifat kausalitas yaitu menjelaskan
hubungan antar variabel berdasakan konstruk modelpenelitian.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langgsung dari sumbernya dengan
menyebarkan kuesioner kepada responden yang terkait dengan tujuan penelitian ini. kuesioner
menggunakan skala likert dengan menggunakan skor 5 (lima) point. Teknik pengumpulan data
menggunakan penelitian lapangan (Field Research). Populasi dalam penelitian ini adalah Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) yang ada di lingkungan Pemerintahan Kota Solok yang berjumlah 30 (Tiga
Puluh) OPD, teknik sampling yang digunakan dengan metode sensus dimana semua populasi menjadi
sampel penelitian. Sedangkan yang menjadi responden dalampenelitian ini adalah bagian keuangan atau
bagian akuntansi di organisasi perangkat daerah.

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel


Variabel Konsep dan Defenisi Operasional Indikator
Kualitas Laporan ukuran-ukuran normatif yang perlu 1. Relevan
Keuangan (Y) diwujudkan dalam informasi akuntansi 2. Andal
sehingga dapat memenuhi tujuannya 3. Dapat dibandingkan
4. Dapat dipahami
Pengelolaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah 1. Akuntabilitas
Keuangan Daerah keseluruhan kegiatan yang meliputi
2. Value for money
(X1) perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, 3. Kejujuran dalam
pertanggungjawaban, dan pengawasan mengelola
keuangan daerah keuanganpublik
4. Transparansi
serangkaian prosedur mulai dari proses 5. Pengendalian
Sistem Akuntansi
pengumpulan data, pencatatan, 1. Pencatatan
Keuangan Daerah
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan 2. Penggolongan dan
(X2)
keuangan dalam rangka pengikhtisaran
pertanggungjawaban pelaksanaan 3. Pelaporan
APBD yang dapat dilakukan secara manual
atau menggunakan aplikasi komputer.
Teknik analisis yang penulis gunakan dengan melalui beberapa pengujian, uji instrumen dilakukan
diawal dengan menggunakan uji validitas dan reliabilitas. kuesioner yang telah diisioleh responden
dikuantitatifkan terlebih dahulu sehingga menghasilkan keluaran-keluaran berupa angka yang
selanjutnya dianalisis melalui program Statistical Package for Social Science (SPSS).Uji validitas
dilakukan dengan cara melihat korelasi skor masing-masing item

Kopertis Wilayah X 64
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

pernyataan dalam kuesioner dengan skor totalnya. Penelitian ini menggunakan Corrected Item-Total
Correlation yaitu dengan menghitung korelasi skor masing-masing item pernyataan dalam kuesioner
dengan skor totalnya sedangkan untuk menguji reliabilitas kuesioner digunakan teknik Cronbach
Alpha.
Untuk pengujian lebih lanjut maka pengujian harus memenuhi beberapa asumsi yang disebut uji
asumsi klasik yaitu hasil perhitungan yang dapat diinterpretasikan dengan akurat terdiri dari uji
normalitias, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas. Uji hipotesis menggunakan analisis regresi
linear berganda bertujuan untuk mencari pengaruh PengelolaanKeuangan Daerah (X1), Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah terhadap Kualitas LaporanKeuangan Daerah (Y). Model regresi linear
berganda yang digunakan adalah (Sugiyono, 2013:192):

Y = α + β 1X 1 + β 2X 2 + ɛ
Keterangan
Y = Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah
α = Intercept
β1 β2 = Koefisien regresi
X1 = Pengelolaan keuangan daerah
X2 = Sistem akuntansi keuangan daerah
ɛ = Error terms

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dari 60 kuesioner yang disebarkan kepada responden maka diperoleh tingkat respon (respond
rate) adalah 84,78% yang berarti pengujian layak untuk dilanjutkan. Dari hasi uji instrumen yang
pertama yaitu uji validitas diketahui semua variabel dinyatakan valid karena didapatkan nilai
Corrected Item-Total Correlation lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,316 dengan taraf signifikan 5%.
Sedangkan uji reliabilitas diperoleh hasil Cronbach’s Alpha > 0,60.Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa variable pengelolaan keuangan daerah, sistem akuntansi keuangan daerah dan kualitas laporan
keuangan daerah hasilnya reliabel sehingga dapat dikatakan layak digunakan sebagai alat ukur dan
dapat dilakukan analisis lebih lanjut, hasilnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas


Nama Variabel Cronbach’s Alpha Keteranga
n
Pengelolaan Keuangan Daerah 0,739 Reliabel
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah 0,802 Reliabel
Kualitas Laporan Keuangan Daerah 0,749 Reliabel
Sumber: Hasil Penelitian, 2017

Untuk mendeteksi apakah residual yang digunakan tersebut berdistribusi normal maka dideteksi
dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dan grafik. Jika data menyebar sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa bahwa data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, dengan demikian model regresi layakdipakai dalam penelitian ini karena memenuhi asumsi
normalitas.
Untuk menguji adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflantion Factor
(VIF). Apabila nilai VIF > 10 maka dikatakan terdapat gejala multikolineritas, dan jikanilai VIF < 10
maka tidak terjadi multikolinealitas. Dari hasil pengujian diketahui bahwa nilaitolerance semua variabel
independen yaitu pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi

Kopertis Wilayah X 65
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

keuangan daerahadalah 0,991>0,10 dan nilai VIF adalah 1,009<10, dengan demikian dapat dikatakan,
tidak terdapat hubungan antara variabel pengelolaan keuangan daerah denganvariabel sistem akuntansi
keuangan daerah.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian atau jenis residual atau jenis residual satu pengamatan lainnya. Adapuncara
memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar scatterplotberikut:
Gambar 1. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber : Output SPSS versi 24.0

Setelah dilakukan pengujian, terlihat dari gambar scatterplot pada grafik di atas terlihat bahwa
titik – titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawahangka 0 pada sumbu Y.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas dalam artian bahwa jenis atau varian
residual variabel dependen yaitu kualitas laporan keuangan daerah memiliki jenis atau varian residual
yang sama dengan variabel independen yaitu pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi
keuangan daerah. Sehingga penelitian ini dapat untuk diteliti lebih lanjut.
Uji regresi linear berganda bertujuan untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif. Hasil uji regresi linear berganda
dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :

Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linier Berganda


Model Unstandardized Standardizd t Sig
Coefficients Coefficients .
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10,154 9,144 1,110 ,274
Pengelolaan Keuangan ,167 ,086 ,636 ,529
,10
6Daerah ,133 ,573 4,225 ,000
Sistem Akuntansi ,563
Keuangan Daerah
a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Dari hasil persamaan regresi linear berganda diatas dapat dibuatkan persamaan sebagaiberikut :
Y = 10,154 + 0,106 X1 + 0,563 X2 + ɛ
Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan bahwa:
a. Nilai konstanta bernilai positif sebesar 10,154. Hal ini menunjukkan
bahwa jika nilaivariabel pengelolaan keuangan daerah (X1) dan sistem
akuntansi keuangan daerah

Kopertis Wilayah X 66
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

(X2) sama dengan nol atau bernilai tetap, maka nilai kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah (Y) akan bernilai sebesar 10,154
b. Nilai koefisien pengelolaan keuangan daerah (X1) bernilai positif sebesar
0,106. Halini menunjukkan bahwa jika nilai pengelolaan keuangan daerah
ditingkatkan maka dan sistem akuntansi keuangan daerah (X2) bernilai nol
maka kualitas laporan keuangan pemerintah daerah juga akan meningkat
c. Nilai koefisien sistem akuntansi keuangan daerah (X2) bernilai positif
sebesar 0,563. Hal ini menunjukkan bahwa jika nilai sistem akuntansi
keuangan daerah meningkat dan variabel pengelolaan keuangan daerah
(X1) tidak ada maka kualitas laporan keuangan pemerintah daerah juga
akan meningkat.
Untuk pengujian hipotesis, penulis menggunakan uji t (parsial) dan uji F (uji simultan). Uji ujiparsial
bisa dilihat dari tabel 2 diatas yang menunjukkan bahwa :
a. Variabel Pengelolaan Keuangan Daerah (X1) diperoleh nilai t-hitung sebesar
0,636 < 2,028 dan dengan signifikansi sebesar 0,529 >0,05, nilai t-hitung yang
lebih kecil dari t- tabel dan nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05
menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sehingga
hipotesis H1 ditolak. Hasil penelitian bertolak belakang dengan penelitian
Ovita & Husaini yang menjelaskan bahwa implementasi pengelolaan keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan di
lingkungan sekretariat KPU Se-Provinsi Bengkulu (Ovita & Husaini, 2013)
Ketidaksignifikan pengelolaan keuangan daerah terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah disebabkan ada faktor lain tentang pelaporan keuangan yang tidak dijelaskan
dalam prinsip-prinsip pengelolaan keuangan daerah yang hanya menjelaskan suatu kebijakan
yang dihasilkan harus dapat dikomunikasikan secara vertikal maupun horizontal, memiliki
integritas yang tinggi sehingga perlu dilakukan evaluasi antara APBDyang dianggarkan dengan
yang dicapai untuk meminimalisir terjadinya korupsi.
b. Variabel sistem akuntansi keuangan daerah (X2) diperoleh nilai t-hitung
sebesar4,225 > 2,028 dan dengan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, Nilai t-
hitung yang lebih besar dari t- tabel dan nilai signifikansi yang lebih kecil dari
0,05 menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sehingga
hasil hipotesis H2 dapat diterima.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian lain yang menginformasikan bahwa sistem
akuntansi keuangan daerah yang berjalan efektif akan menghasilkan informasi laporan keuangan
yang berkualitas. Begitu (Ratifah & Ridwan, 2012). Selain itu sistem akuntansikeuangan daerah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan daerah (Wati et al., 2014;
Yuliani, Nadirsyah, & Bakar, 2010).
Ini menunjukkan bahwa semakin baik sistem akuntansi keuangan daerah yang dikelola
sesuai dengan prosedur mulai dari proses pencatatan, pengiktisaran dan pengolonggan dengan
melakukan posting jurnal ke dalam buku besar sesuai nomorperkiraan yang telah ditetapkan
pemerintah sampai dengan laporan keuangan maka kualitas laporan keuangan pemerintah daerah
akan tercapai. Sistem akuntansi keuangan daerah yang dikelola secara optimal dapat memberikan
dukungan yang kuat terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Sementara Uji Simultan dapat dilihat dari hasil uji dari tabel 4 di bawah ini :

Kopertis Wilayah X 67
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

Tabel 4. Hasil Uji Simultan


ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 197,192 2 98,596 9,461 ,000b


Residual 375,167 36 10,421
Total 572,359 38
a. Dependent Variable: Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
b. Predictors: (Constant), Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Pengelolaan Keuangan
Daerah

Hasil pengolahan Anova diatas terlihat bahwa nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel sebesar 9,461
> 3,259 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05. Nilai F-hitung yang lebihbesar dari F-tabel dan
nilai signifikan yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa Pengelolaan Keuangan Daerah dan
sistem akuntansi keuangan daerah secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan pemerintah daerah sehingga hasil hipotesis H3 dapat diterima.
Uji koefisien determinasi perlu digunakan untuk menunjukkan seberapa besar presentase variasi
dalam variabel diperlukan yang dapat dijelaskan oleh variasi dalam variabel independen. Jika R 2
semakin mendekati satu, maka semakin besar variasi dalam variabel independen. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Hasil Uji Koefisien


Determinasi
Model Summary Std. Error
Model R R Square Adjusted ofthe
R Estimate
Square
1 ,587a ,345 ,308 3,228
a. Predictors: (Constant), Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Pengelolaan
KeuanganDaerah
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa koefisien determinasi yang ditunjukkandari nilai
R Square koefisien determinasi sebesar 0,345 atau (34,5%). Hal ini menunjukkan besar kontribusi
variabel independen terhadap perubahan variabel dependen adalah sebesar 34,5 % sedangkan sisanya
65,5 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalampenelitian ini seperti pemahaman
akuntansi, pemanfaatan sistem informasi keuangan daerah, standar akuntansi pemerintah dan peran
internal audit (Yuliani et al., 2010) dan Sistem Pengendalian Internal (Herawati, 2014).

SIMPULAN
Setelah dilakukan pembahasan mengenai pengaruh pengelolaan keuangan daerah dan sistem
akuntansi keuangan daerah terhadap kualitas laporan pemerintah daerah di pemerintah daerah se-Kota
Solok, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan keuangan daerah tidak berpengaruh terhadap
Kualitas Laporan Keuangan pemerintah daerah, hal inimenunjukkan bahwa pengelolaan keuangan
daerah yang dilakukan sesuai dengan peraturan dan ketetapan pemerintah belum tentu dapat menjamin
bagusnya kualiatas laporan keuangan pemerintah suatu daerah.
Sementara itu sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dan membuktikan bahwa sistem
akuntansi keuangan daerahyang berjalan efektif akan menghasilkan informasi laporan keuangan
yangberkualitas. Secara simultan pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan daerah
juga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas laporan keuangandaerah.

Kopertis Wilayah X 68
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih tidak terhingga kepada keluarga dan sahabat, dan Bapak/Ibu dosen yang mendukung studi dan
memotivasi penulisan artikel ini terutama ibu Sefli. Seterusnya segenapjajaran pimpinan Universitas Mahaputra
Muhammad Yamin yang telah memberikan kesempatan dan peluang untuk meningkatkan akademik untuk
peningkatan diri dan PerguruanTinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Chabib Soleh. (2010). Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah Bandung. Fokus Media
Defitri, S. Y. (2014). Eksplorasi Kebutuhan Stakeholder Terhadap Informasi Dalam Pelaporan
Keuangan Pemerintah Daerah. Media Ekonomi, 22(1), 53–72.
Defitri, S. Y., Yulistia, Apriyeni, D., & Eliza. (2016). The Effect Knowledge of Budget andJob Relevant
Information on Asymmetry Information. European Academic Research, IV(6), 5377–5395.
Herawati, T. (2014). Pengaruh Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas
LaporanKeuangan. STAR-Study & Accounting Research, XI(1), 1–14.
Iatridis, G. (2010). International Review of Financial Analysis International Financial Reporting Standards and
the quality of fi nancial statement information. International Review of Financial Analysis, 19(3), 193–
204. http://doi.org/10.1016/j.irfa.2010.02.004
Latifah, L., & Sabeni, A. (2007). Faktor Keprilakukan Organisasi Dalam Implementasi
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Simposium Nasional Akuntansi X, ASPP-13, 1–
30.
Nugraheni, P., & Subaweh, I. (2008). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi PemerintahanTerhadap
Kualitas Laporan Keuangan. Jurnal Ekonomi Bisnis, 13(1), 48–58.
Ovita, C., & Husaini, A. (2013). Jurnal Fairness. Jurnal Fairness, 3(3), 82–94.Permendagri No.
13. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (2006).
PP No. 71. (2010). Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Ratifah, I., & Ridwan, M. (2012). Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Trikonomika, 11(1),29–39.
Roviyantie, D. (2011). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia dan Penerapan SistemAkuntansi
Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Daerah.
Journal.Unsil.ac.id, (2), 1–27.
Siswadhi, F. (2017). Pengaruh Pengembangan Karir dan Kepemimpinan Terhadap KepuasanKerja Pegawai
Pada Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Sungai Penuh. Jurnal Benefita, 2(1), 72–
80.
Sugiyono. (2013). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
UU No. 17. Tentang Keuangan Negara (2003).
Wati, K. D., Herawati, N. T., & Sinarwati, N. K. (2014). Pengaruh Kompetensi SDM, Penerapan SAP, dan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas LaporanKeuangan Daerah. E-Journal S1 Ak
Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1), 1–11.
Yuliani, S., Nadirsyah, & Bakar, U. (2010). Pengaruh Pemahaman Akuntansi, PemanfaatanSistem Informasi
Akuntansi Keuangan Daerah dan Peran Internal Audit Terhadap Kualitas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (Studi pada Pemerintah Kota Banda Aceh). Jurnal Telaah & Riset Akuntansi, 3(2),
2–17.

Kopertis Wilayah X 69
Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018 (64-
75)

Kopertis Wilayah X 70

Anda mungkin juga menyukai