Anda di halaman 1dari 60

REVIEW JURNAL

MATERI
SIKLUS AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Nama : Petrus Aldino B. Wutun

NIM : 1910020118

Kelas :6C

Prodi : Akuntansi

Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Daerah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2022
ANALISIS MANFAAT BASIS AKRUAL DAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL
DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH

(Studi Empiris Pada SKPD di Kota Solok )

Inessa trihani
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang
Email : inessathani10@gmail.com / 082169096895

ABSTRAK
This research aimed to identify the difference in perceptions about the benefits of
accrual basis and cash base towards accrual in the internal decision making. This type of
research is comparative studies with a total of 156 samples of respondents. A classic
assumption test in use include a test of normality, test its homogeneity. Test the hypothesis on
this research using a T-Test different trials. The results of the research indicates that:
(1) accrual Basis is more beneficial than the cash basis towards accrual in the internal
decision-making of local government in the city of Solok(2) there is a difference in accrual
basis and cash base towards accrual in the internal decision making area.
Keywords: Accrual Basis, Accrual Basis Towards Accrual, Accounting Basis, Internal
Decision Making

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan persepsi tentang manfaat
basis akrual dan basis kas menuju akrual dalam pengambilan keputusan internal. Jenis
Penelitian ini adalah penelitian komparatif jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 39
SKPD yang ada di Kota Solok terdiri dari Dinas, Badan, Kantor, Kecamatan, dan inspektorat
dengan total jumlah sampel 156 responden. Uji asumsi klasik yang di pakai meliputi uji
normalitas, Uji Homogenitas. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji beda T-Test.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Basis akrual lebih bermanfaat dibandingkan
basis kas menuju akrual dalam pengambilan keputusan internal pemerintah daerah di kota
Solok (2) Terdapat perbedaan basis akrual dan basis kas menuju akrual dalam pengambilan
keputusan internal daerah.
Kata kunci: Basis Akrual, Basis Kas Menuju Akrual, Basis Akuntansi, Pengambilan
Keputusan Internal

1
PENDAHULUAN sumber daya ekonomi yang digunakan
A. Latar Belakang dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-
Kebutuhan standar akuntansi khusunya hasil yang telah dicapai, menyediakan
sektor publik terus berkembang, hal yang informasi mengenai bagaimana entitas
terjadi dalam perkembangan sektor publik di pelaporan mendanai seluruh kegiatannya
Indonesia adalah menguatnya tuntutan dan mencukupi kebutuhan kasnya, dan
akuntabilitas dan transparansi pengelolaan menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan Negara. Sebagai upaya untuk keuangan dan kondisi entitas pelaporan
meningkatkan transparansi dan berkaitan dengan sumber-sumber
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara penerimaannya, baik jangka pendek maupun
salah satunya adalah dengan melakukan jangka panjang, termasuk yang berasal dari
pengembangan kebijakan akuntansi pungutan pajak dan pinjaman.
pemerintah berupa standar akuntansi Menurut Simanjuntak (2005) basis
pemerintahan (SAP). Salah satu bentuk kas menuju akrual adalah basis akuntansi
perkembangan akuntansi sektor publik yang dikembangkan di Indonesia sebagai
adalah pada tahun 2004 di Indonesia masih transisi menuju basis akrual penuh, dengan
menggunakan sistem pencatatan single- cara menggunakan basis kas untuk
entry. Sistem double-entry baru diterapkan pengakuan pendapatan, belanja, dan
pada 2005 seiring dengan terbitnya paket pembiayaan dalam LRA dan basis akrual
undang-undang keuangan negara yaitu UU untuk pengakuan aset, kewajiban, dan
No 17 Tahun 2003, UU No 1 Tahun 2004, ekuitas dalam Neraca.
dan UU No 15 Tahun 2004 dan peraturan Kemenkeu (2014) dalam modulnya
pemerintah 24 Tahun 2005 tentang standar menyebutkan bahwa basis kas menuju
akuntansi pemerintahan (selanjutnya disebut akrual merupakan suatu pendekatan unik
SAP) berbasis kas menuju akrual yang dikembangkan oleh Indonesia untuk
SAP bertujuan untuk memberikan dapat menyajikan empat laporan keuangan
pedoman pokok dalam penyusunan dan pokok yang diamanatkan UUKN dan
penyajian laporan keuangan pemerintah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
baik pemerintah pusat maupun pemerintah Menurut Erlina (2015) Akuntansi berbasis
daerah serta menyatukan persepsi antara kas menuju akrual merupakan proses
penyusun, pengguna, dan auditor. transisi. Dengan basis ini, pendapatan,
Penerapan SAP diyakini akan berdampak belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan
pada peningkatan kualitas pelaporan basis kas, sedangkan aset, utang, dan ekuitas
keuangan di pemerintah pusat dan daerah. dana dicatat berdasarkan basis akrual (PP
Ini berarti informasi keuangan pemerintahan No. 24 tahun 2005).
akan dapat menjadi dasar pengambilan Basis akrual adalah suatu basis
keputusan di pemerintahan dan diharapkan akuntansi dimana transaksi ekonomi atau
terwujudnya transparansi dan akuntabilitas. peristiwa akuntansi diakui dan disajikan
Berdasarkan Lampiran II Peraturan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
pemerintah 71 Tahun 2010 manfaat kas transaksi tersebut, tanpa memperhatikan
menuju akrual adalah menyediakan waktu kas diterima atau dibayarkan. Study
informasi mengenai kecukupan penerimaan Nomor 14 IFAC Public Sector Committee
periode berjalan untuk membiayai seluruh (2002) menyatakan bahwa pelaporan
pengeluaran, menyediakan informasi berbasis akrual bermanfaat dalam
mengenai kesesuaian cara memperoleh mengevaluasi kinerja pemerintah terkait
sumber daya ekonomi dan alokasinya biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian
dengan anggaran yang ditetapkan dan tujuan.
peraturan perundang-undangan, Perubahan basis akuntansi dari basis
menyediakan informasi mengenai jumlah kas ke basis akrual pada sektor pemerintahan
dipandang sebagai bagian

2
dari agenda New Public Management yang organisasi dipengaruhi oleh lingkungan
dirancang untuk mencapai kondisi operasi sosial dimana dia berada. Jadi, jika berbicara
yang lebih menyerupai bisnis dan kinerja mengenai teori institusional, pasti berbicara
yang berfokus pada sektor publik. juga mengenai bagaimana cara suatu
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk organisasi tersebut menyesuaikan diri
mengidentifikasi basis akuntansi mana dengan lingkungannya.
(basis akrual atau basis kas menuju akrual) Menurut Dimaggio dan Powell
yang menurut para manajer sektor publik (1983), isomorphism adalah suatu proses
dan pengelola keuangan daerah dapat yang memberikan batasan atau memaksa
memberikan informasi lebih bermanfaat suatu organisasi agar menyerupai dengan
untuk pengambilan keputusan internal di organisasi yang lain dalam kondisi
pemerintah daerah. lingkungan yang sama. Akan tetapi,
Berdasarkan uraian latar belakang terkadang isomorphism tersebut akan
masalah di atas, penulis bermaksud memberikan tekanan institusional pada
melakukan penelitian uji beda antara basis organisasi, karena mereka harus melakukan
akrual dan basis kas menuju akrual dalam perubahan yang sama (homogenitas) merasa
pengambilan keputusan pemerintah internal harus kerja keras untuk menjadi sama
di OPD kota Solok. Penelitian ini berusaha tersebut.
mengidentifikasi basis akuntansi mana yang Terdapat 3 (tiga) macam bentuk
lebih bermanfaat dalam pengambilan isomorphism, yakni (1) Mimetic
keputusan internal pemerintah daerah. Isomorphism (2) Coercive Isomorphism (3)
Berdasarkan latar belakang yang telah Normative Isomorphism.Teori utama yang
diuraikan diatas, penulis tetarik melakukan digunakan dalam penelitian ini adalah teori
penelitian dengan judul “Analisis Manfaat institusional yang menggambarkan dalam
Basis Akrual dan Basis Kas Menuju peraturan mengenai penerapan SAP berbasis
Akrual dalam Pengambilan Keputusan akrual ini, telah terlihat secara jelas tentang
Internal Pemerintah”. bagaimana proses coercive isomorphism
B. Rumusan Masalah berusaha dengan keras untuk mengetahui
Berdasarkan latar belakang yang telah bagaimana SAP akrual ini dapat diterapkan
diuraikan di atas, maka dapat dibuat dengan baik sesuai dengan peraturan yang
beberapa rumusan masalah sebagai berikut: berlaku. Coercive Isomorphism
1. Bagaimana manfaat basis akrual dan mengindikasikan bahwa mereka melakukan
basis kas menuju akrual dalam SAP berbasis akrual ini semata-mata karena
pengambilan keputusan internal sudah adanya perintah dari organisasi di
pemerintah daerah. atasnya, yang dalam hal ini pemerintah pusat
2. Apakah terdapat perbedaan manfaat basis bahwa mereka harus menjalankan SAP basis
akrual dan basis kas menuju akrual dalam akrual ini paling lambat tahun 2015 ini.
pengambilan keputusan internal Adapun untuk mencapai
pemerintah daerah. institusionalisasi ini, mereka akan berusaha
untuk menjadi mirip (isomorphism) yang
Telaah Literatur dan Pengembangan ditunjukkan dengan cara coercive
Hipotesis isomorphism yakni tekanan dari organisasi
yang ada di atasnya, yang memiliki
1. Teori Institusional kewenangan lebih besar. coercive
Teori institusional sangat erat isomorphism juga merupakan tipe
kaitannya dengan sebuah lingkungan suatu isomorphism utama yang terjadi karena
organisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan adanya faktor pendorong dalam bentuk
dari Carruthers (1995) bahwa paham desakan dan aturan - aturan hukum yang
new institutionalism
menggambarkan tentang struktur dari suatu

3
mengikat organisasi pemerintah tersebut menggunakan dasar akrual maka penjualan
yang diberlakukan oleh Pemerintah Pusat. produk perusahaan yang dilakukan secara
2. Basis Akuntansi kredit akan menambah piutang dagang
Basis akuntansi merupakan pilihan sehingga berpengaruh pada besarnya
teknik pencatatan akuntansi yang piutang dagang sebaliknya jika yang di
berpengaruh besar terhadap informasi pakai cash basis maka piutang dagang akan
keuangan yang dihasilkan oleh setiap dilaporkan lebih rendah dari yang
organisasi termasuk instansi pemerintahan, sebenarnya terjadi
pilihan basis akuntansi menentukan kapan Definisi akuntansi berbasis kas (cash based
dampak keuangan suatu transaksi atau accounting) menurut Erlina, Omar sp dan
kejadian di akui untuk tujuaan laporan Rasdianto (2015,11) Akuntansi berbasis
keuangan. Menurut PP 71 tahun 2010 basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui
akuntansi yang digunakan dalam laporan pengaruh trasnsaksi dan peristiwa lainnya
keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pada saat kas atau setara kas diterima atau
pengakuan pendapatan, belanja, dan dibayarkan ( PSAP No. 1 paragraf 8).
pembiayaan dalam laporan realisasi Fokus Pengukurannya pada saldo kas dan
anggaran dan basis akrual untuk pengakuan perubahan saldo kas, dengan cara
aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. membedakan antara kas yang diterima dan
Menurut Erlina ( 2015 ) Basis kas yang dikeluarkan. Ruang lingkup
akuntansi dalam akuntansi pemerintahan di akuntansi berbasis kas ini meliputi saldo
Indonesia dimulai dengan akuntansi berbasis kas, penerimaan kas,dan pengeluaran kas.
kas, dilanjutkan dengan akuntansi berbasis Keterbatasan sistem akuntansi berbasis kas
kas menuju akrual dan akuntansi berbasis adalah keterbatasan informasi yang
akrual. dihasilkan karena terbatas pada
pertanggung jawaban manajemen atas aset
a. Basis Kas dan kewajiban. Menurut
Basis kas merupakan salah satu Mardiasmo (2002) Pada penerapan
konsep yang sangat penting dalam akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat
akuntansi, dimana pencatatan basis kas kas diterima dan pengeluaran dicatat pada
adalah teknik pencatatan ketika transaksi saat kas dikeluarkan. Kelebihan dari cash
terjadi dimana uang benar-benar diterima basis adalah mencerminkan pengeluaran
atau dikeluarkan. Dengan kata lain yang riil, aktual, dan objektif. Namun,
akuntansi kas basis adalah basis akuntansi GAAP tidak membenarkan pencatatan
yang mengakui pengaruh transaksi dan dengan dasar kas karena tidak dapat
peristiwa lainnya pada saat kas atau setara mencerminkan kinerja yang sesungguhnya.
kas diterima atau dibayar yang digunakan Dengan cash basis, tingkat efisiensi dan
untuk pengakuan pendapatan, belanja dan efektifitas suatu kegiatan, program, dan
pembiayaan. aktivitas tidak dapat diukur dengan baik.
Kas basis akan mencatat kegiatan b. Basis Kas Menuju Akrual
keuangan saat kas atau uang telah diterima
misalkan perusahaan menjual produknya Erlina,Omar dan Rasdianto
akan tetapi uang pembayaran belum (2015,11)Akuntansi berbasis kas menuju
diterima maka pencatatan pendapatan akrual merupakan proses transisi. Dengan
penjualan produk tersebut tidak dilakukan, Basis ini pendapatan,belanja dan
jika kas telah diterima maka transaksi pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas,
tersebut baru akan dicatat seperti halnya sedangkan aset,utang,dan ekuitas dana
dengan “dasar akrual” hal ini berlaku untuk dicatat berdasarkan basis akrual (PP No.24
semua transaksi yang dilakukan, kedua tahun 2005)
teknik tersebut akan sangat berpengaruh SAP berbasis kas menuju akrual
dinyatakan dalam bentuk PSAP dan dilengkapi
terhadap laporan keuangan, jika

4
dengan kerangka konseptual akuntansi dalam Neraca. Kemenkeu (2014) dalam
pemerintahan. PSAP dan kerangka konseptual modulnya menyebutkan bahwa basis kas
akuntansi pemerintahan dalam rangka SAP menuju akrual merupakan suatu pendekatan
berbasis kas menuju akrual tercantum dalam unik yang dikembangkan oleh Indonesia
Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 untuk dapat menyajikan empat laporan
Tahun 2010. SAP berbasis kas menuju akrual keuangan pokok yang diamanatkan UUKN
digunakan dalam SAP berdasarkan Peraturan dan disesuaikan dengan kondisi di
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang- Indonesia. Menurut Erlina (2015) Akuntansi
Undang Nomor 17 Tahun 2003 menyatakan
berbasis kas menuju akrual merupakan
bahwa selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum proses transisi. Dengan basis ini,
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat
pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan berdasarkan basis kas, sedangkan aset,
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis utang, dan ekuitas dana dicatat berdasarkan
akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang- basis akrual (PP No. 24 tahun 2005).
Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan
paling lambat lima tahun. Karena itu, Peraturan c. Basis Akrual
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 digantikan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun Perubahan basis akuntansi dari cash
2010. toward accrual ke basis akrual pada entitas
Manfaat basis kas menuju akrual pemerintahan di Indonesia merupakan
berdasarkan Lampiran II PP 71 Tahun 2010 bentuk reformasi pengelolaan keuangan
adalah : (1) Menyediakan informasi negara/daerah menuju tata kelola yang baik
mengenai kecukupan penerimaan periode sebagaimana yang diamanahkan pada
berjalan untuk membiayai seluruh Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003.
pengeluaran. (2) Menyediakan informasi Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
mengenai kesesuaian cara memperoleh dalam menyusun dan menyajikan laporan
sumber daya ekonomi dan alokasinya keuangan pemerintah daerah diatur dalam
dengan anggaran yang ditetapkan dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
peraturan perundang-undangan. (3) yang disusun oleh Komite Standar
Menyediakan informasi mengenai jumlah Akuntansi Pemerintahan (KSAP). SAP
sumber daya ekonomi yang digunakan akrual dikembangkan dari SAP yang
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil- ditetapkan dalam PP Nomor 24 Tahun 2005
hasil yang telah dicapai. (4) Menyediakan yang mengacu pada International Public
informasi mengenai bagaimana entitas Sector Accounting Standard (IPSAS).
pelaporan mendanai seluruh kegiatannya Manfaat laporan keuangan berbasis
dan mencukupi kebutuhan kasnya (5)
akrual adalah (PP 71 tahun 2010) adalah (a)
Menyediakan informasi mengenai posisi
penyajian informasi keuangan yang lebih
keuangan dan kondisi entitas pelaporan
informatif, terutama dalam hubungannya
berkaitan dengan sumber-sumber
dengan pengukuran kinerja pemerintah
penerimaannya, baik jangka pendek maupun
terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan
jangka panjang, termasuk yang berasal dari
pencapaian tujuan dalam periode akuntansi
pungutan pajak dan pinjaman.
terkait. (b) memberikan gambaran yang utuh
Menurut Simanjuntak (2005) basis kas
atas posisi keuangan pemerintah untuk
menuju akrual adalah basis akuntansi yang
tujuan pengambilan keputusan; dan (c)
dikembangkan di Indonesia sebagai transisi
mengikuti international best practices dari
menuju basis akrual penuh, dengan cara
negara-negara lain dan memenuhi amanat
menggunakan basis kas untuk pengakuan
UU bidang Keuangan Negara.
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
Tudor dan Mutiu, (2006)
LRA dan basis akrual untuk pengakuan aset,
berpendapat serupa mengenai definisi basis
kewajiban, dan ekuitas

5
akrual yaitu pada basis akrual transaksi f) Menyediakan informasi mengenai
dicatat pada saat pemesanan dilaksanakan, perubahan posisi keuangan entitas
terdapat penyerahan barang, atau jasa telah pelaporan, apakah mengalamai
diberikan tanpa memperhatikan apakah kas kenaikan atau penurunan, sebagai
(atau piutang) sudah benar-benar diterima akibat kegiatan yang dilakukan
atau dibayarkan. Dengan kata lain selama periode pelaporan
pendapatan dicatat pada saat terjadi Mardiasmo (2002) menyebutkan tujuan
penjualan, dan beban dicatat pada saat dan fungsi laporan keuangan sektor publik
menerima barang atau jasa. Laughlin (2012) sebagai berikut :
mendefinisikan akuntansi akrual adalah a. Kepatuhan dan pengelolaan
metode pencatatan transaksi yang tidak (Compliance and stewardship)
hanya dilakukan pada saat kas yang diterima b. Akuntabilitas dan pelaporan
atau dibayarkan dengan kas tetapi Retrospektif (accountability and
penerimaan dan pembayaran yang retrospective reporting)
ditangguhkan, yang akan diterima atau c. Perencanaan dan Informasi Otorisasi
dibayarkan dengan kas pada masa (Planning and authorization
mendatang dapat dicatat dan seharusnya information)
dicatat. d. Kelangsungan organisasi (viability)
3. Tujuan dan Fungsi Laporan e. Hubungan masyarakat (public
Keuangan Sektor Publik. relation)
Menurut PP 71 tahun 2010 Pelaporan f. Sumber fakta dan gambaran (source
keuangan pemerintahan seharusnya of facts and figures)
menyajikan informasi yang bermanfaat bagi Laporan keuangan bertujuan untuk
para pengguna dalam menilai akuntabilitas memberikan informasi kepada berbagai
dan membuat keputusan ekonomi, sosial, kelompok kepentingan yang ingin
maupun politik dengan : mengetahui organisasi secara lebih dalam.
a) Menyediakan informasi tentang Pemerintah berkewajiban untuk
sumber, alokasi dan penggunaan memberikan informasi keuangan yang akan
sumber daya keuangan. digunakan untuk pengambilan keputusan
b) Menyediakan informasi mengenai ekonomi, sosial, politik, oleh pihak-pihak
kecukupan penerimaan periode yang berkepentingan. Laporan keuangan
berjalan untuk membiayai seluruh untuk mendukung pembuatan keputusan
penegluaran ekonomi, sosial, politik, tersebut meliputi
c) Menyediakan informasi mengenai informasi yang digunakan untuk (a)
jumlah sumber daya ekonomi yang membandingkan kinerja keuangan aktual
digunakan dalam kegiatan entitas dengan yang dianggarkan, (b) menilai
pelaporan serta hasil-hasil yang kondisi keuangan dan hasil – hasil operasi,
telah dicapai (c) membantu menentukan tingkat
d) Menyediakan informasi mengenai kepatuhan terhadap peraturan perundangan
bagaimana entitas pelaporan yang terkait dengan masalah keuangan dan
mendanai seluruh kegiatannya dan ketentuan lainnya, serta (d) membantu
mencukupi kebutuhan kasnya dalam mengevaluasi efisiensi dan
e) Menyediakan informasi mengenai efektivitas.
posisi keuangan dan kondisi entitas Untuk melakukan pengambilan
pelaporan berkaitan dengan keputusan ekonomi, sosial dan politik
sumber-sumber penerimaannya, diperlukan informasi akuntansi yang salah
baik jangka pendek maupun jangka satunya berupa laporan keuangan. Meskipun
panjang, termasuk yang berasal dari laporan keuangan bukan merupakan satu –
pungutan pajak dan pinjaman satunya sumber informasi untuk pembuatan
keputusan, akan tetapi

6
laporan keuangan sebagai sumber informasi 5. Perbedaan Basis Kas Menuju Akrual
finansial memiliki pengaruh yang sangat dan Basis Akrual
besar terhadap kualitas keputusan yang Tabel 1
dihasilkan.Laporan keuangan merupakan Perbandingan Manfaat Basis Kas dan
tindakan pragmatis, oleh karena itu laporan Basis Akrual
Kriteria Basis Kas Basis Akrual
keuangan pemerintah harus dievaluasi
Pemahaman Sederhana Kompleks tapi
dalam hal manfaat laporan tersebut terhadap tapi tidak lebih lazim
kualitas keputusan yang dihasilkan serta lazim bagi bagi
mudah tidaknya laporan keuangan tersebut kebanyakan kebanyakan
dipahami oleh pemakai. orang besar orang
4. Pemakai Laporan Keuangan Manipulasi Relatif Mudah
mudah untuk dimanipulasi,
Sektor Publik dimanipulasi tergantung
Drebin et al. (1981) pada standar
mengklasifikasikan pemakai laporan akuntansi dan
keuangan sector public menjadi 10 (sepuluh) standar audit
kelompok, yaitu : Memberikan Hanya Informasi
informasi yang informasi terkait dengan
1. Pembayar pajak (tax payers) menyeluruh terkait kas dan juga
2. Pemberi dana bantuan (grantors) dengan kas informasi
3. Investor tambahan
4. Pengguna jasa (fee-paying Bermanfaat Hanya Menyediakan
service recipients) dalam menyediaka informasi
pengelolaan n informasi tentang kas
5. Karyawan atau pegawai
arus kas dasar dan
6. Pemasok (vendor) komitmennya
7. Dewan legislatif Pengelolaan aset Tidak Menyediakan
8. Manajemen non-keuangan menyediaka informasi
9. Pemilih (voters) n informasi mengenai aset
tersebut
10. Badan pengawas (oversight
Dapat Negara- Negara-negara
bodies) diperbandingka negara pengguna
Anthony mengklasifikasikan pemakai n pengguna basis akrual
laporan keuangan sektor publik menjadi 5 basis kas menggunakan
(lima) kelompok, yaitu :Lembaga memiliki standar
pemerintah,Investor dan kreditor, Pemberi format yang akuntansi
berbeda- yang berbeda-
sumber daya (resource providers),badan beda beda sehingga
pengawas (oversight bodies) dan Konstituen sehingga tidak
Menurut PP 71 tahun 2010 terdapat tidak konsisten
kelompok utama penggua laporan keuangan konsisten dengan negara
pemerintah, namun tidak terbatas pada dengan lain
negara lain
masyarakat, wakil rakyat, lembaga Mengukur Sangat Bermanfaat,
pengawas, dan lembaga pemeriksa pihak keberlanjutan terbatas namun harus
yang memberi atau berperan dalam proses kebijakan fiskal ditambahkan
donasi, investasi, dan pinjaman dan dengan
Pemerintah infomasi lain
Kredibilitas Terbatas Lebih familar
untuk menilai
instansi dan
kreditur
Dasar bagi Terbatas Bagus, jika
penentuan digunakan
strategi fiskal dengan
informasi
mengenai kas
Akuntabilitas Terbatas Menyediakan

7
informasi kekayaan, dan kewajiban yang
tersebut menyelenggarakan akuntansi dan
Dasar bagi Terbatas Bagus menyajikan laporan keuangan. Perbedaan
penentuan harga selanjutnya adalah jumlah laporan basis
barang dan jasa
Menghalangi Terbatas Lebih bagus
akrual yang menjadi tujuh laporan dari yang
tindakan daripada basis semula empat. Pengakuan belanja pada
kecurangan dan kas, kerangka konseptual diubah menjadi
korupsi tergantung pengakuan belanja dan beban di mana beban
pada diakui pada saat timbulnya kewajiban,
lingkungan
pengendalian terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya
dan aspek penurunan manfaat ekonomi atau potensi
lainnya jasa (basis akrual) dan belanja diakui pada
Implementasi Biaya sistem Biaya bisa sat terjadinya pengeluaran dari kas daerah
informasi lebih rendah, (basis kas). Selanjutnya perbedaan dalam
tinggi namun
diperlukan
kerangka konseptual adalah unsur-unsur
biaya esktra dari tujuh laporan keuangan pokok.
untuk Perbedaan pada PSAP 01 adalah
identifikasi ditambahkannya definisi LO dan cara
dan pennilaian penyajiannya. LO dibahas lebih rinci dalam
aset dan
komponen lain
PSAP 12. Pembahasan tersebut meliputi
Keberlanjutan Skill yang Mudah untuk ruang lingkup, manfaat, periode pelaporan
operasi diperlukan dipertahankan dan struktur pelaporan. Pembahasan
rendah, dan mengajari tersebut meliputi ruang lingkup, manfaat,
namun operator periode pelaporan dan struktur pelaporan.
diperlukan
jumlah
Akuntansi berbasis akrual
personel membedakan antara penerimaan kas dan hak
yang banyak untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran
Sumber: Athukorala & Reid dalam (Sousa kas dan kewajiban untuk membayarkan kas.
et.al, 2012). Oleh karena itu, dengan sistem akrual
Menurut Mardiasmo (2002), pendapatan dan biaya diakui pada saat
Perbedaan antara akuntansi berbasis kas diperoleh (earned) atau terjadi ( incured),
dengan akuntansi berbasis akrual dapat tanpa memandang apakah kas sudah di
dilihat sebagai berikut : keluarkan atau dikeluarkan.
1. Basis Kas : Penerimaan kas –
pengeluaran kas = Perubahan kas 6. Perdebatan Penggunaan Basis Akrual
2. Basis Akrual : Pendapatan (income) – dalam Pemerintah Daerah
Biaya –biaya = Rugi / laba (Surplus/ Berikut ini adalah pendapat penelitian-
defisit) penelitian yang mendukung basis akrual
3. Pendapatan (Income) : Penerimaan kas diterapkan pada sektor publik (Hassan,
selama satu periode akuntansi – saldo 2013) yaitu (1) basis akrual berhasil
awal piutang + saldo akhir piutang digunakan di sektor privat, sehingga basis
4. Biaya : Kas yang dibayarkan selama satu ini masuk akal jika digunakan di sektor
periode akuntansi – saldo awal piutang + publik. (2) Akuntansi akrual memberikan
saldo akhir piutang informasi keuangan yang lebih baik untuk
Perbedaan Kerangka Konseptual dasar akuntabilitas pemerintah. Laporan
adalah ditambahkannya ketentuan untuk keuangan dari akuntansi akrual diyakini
menyusutkan aset tetap (kecuali aset tertentu lebih komprehensif, sederhana dan mudah
seperti tanah) dan penjelasan mengenai dimengerti, sulit untuk dimanipulasi, dan
entitas akuntansi yaitu unit pada
pemerintahan yang mengelola anggaran,

8
lebih dapat dibandingkan dan konsisten akuntansi lain, masih rentan untuk
(Athukorala dan Reid, 2003). (3) Pemerintah dimanipulasi (Newberry, 2002). Argumen
akan mampu mengukur kegiatannya ini juga tidak menyetujui klaim bahwa basis
misalnya dengan memisahkan antara biaya akrual menawarkan transparansi yang lebih
sekarang dan biaya modal (Athukorala dan besar. (6) Beberapa bukti penelitian yang
Reid, 2003). (4) Adopsi pelaporan akrual menunjukkan bahwa biaya penerapan
akan meningkatkan transparansi, baik akuntansi berbasis akrual dan pelaporannya
transparansi internal maupun eksternal mungkin memiliki biaya yang lebih besar
(OECD, 1993). Peningkatan transparansi daripada manfaat yang diterima (Jones dan
internal akan mendorong kinerja organisasi, Puglisi, 1997).
salah satunya melalui pengalokasian sumber 7. Hubungan Basis Akuntansi dengan
daya yang lebih baik. (5) Basis akrual Pengambilan Keputusan Internal
memungkinkan organisasi untuk Mardiasmo (2002) Pemerintah
mengidentifikasi biaya-biaya dari berbagai berkewajiban untuk memberikan informasi
kegiatan yang dilakukan, sehingga keuangan yang akan digunakan untuk
organisasi dapat lebih efisien, pengambilan keputusan ekonomi, sosial,
mengalokasikan sumber daya lebih baik dan politik, oleh pihak-pihak yang
peningkatan kinerja. (6) basis akrual berkepentingan. Laporan keuangan untuk
mendukung pengelolaan likuiditas yang mendukung pembuatan keputusan ekonomi,
lebih baik, memberikan dasar untuk sosial, politik, tersebut meliputi informasi
menentukan harga produk dan layanan, dan yang digunakan untuk (a) membandingkan
memberikan informasi untuk mengelola kinerja keuangan aktual dengan yang
sumber daya. dianggarkan, (b) menilai kondisi keuangan
Selain perbedaan sifat seperti yang dan hasil – hasil operasi,
dijelaskan sebelumnya, permasalahan pada (c) membantu menentukan tingkat
proses implementasi menyebabkan ada kepatuhan terhadap peraturan perundangan
beberapa pihak yang tidak mendukung yang terkait dengan masalah keuangan dan
penggunaan basis akrual untuk organisasi ketentuan lainnya, serta (d) membantu
sektor publik. Hassan (2013) merangkum dalam mengevaluasi efisiensi dan
pendapat dari penelitian yang tidak efektivitas.
mendukung penggunaan basis akural yaitu Untuk melakukan pengambilan
(1) perubahan akuntansi akrual selalu keputusan ekonomi, sosial dan politik
terhubung dengan reformasi sektor publik diperlukan informasi akuntansi yang salah
lainnya sehingga harus dilihat sebagai satunya berupa laporan keuangan. Meskipun
bagian dari reformasi. (2) Implementasi laporan keuangan bukan merupakan satu –
basis akrual sulit dan mahal. Pelaksanaan satunya sumber informasi untuk pembuatan
akuntansi akrual membutuhkan sistem keputusan, akan tetapi laporan keuangan
akuntansi dan teknologi yang rumit. Selain sebagai sumber informasi finansial memiliki
itu, kadang-kadang pemerintah kekurangan pengaruh yang sangat besar terhadap
personil akuntansi berkualitas yang dapat kualitas keputusan yang dihasilkan.Laporan
mengelola sistem. (3) Berbeda dengan klaim keuangan merupakan tindakan pragmatis,
New Public Management (NPM), dengan oleh karena itu laporan keuangan
menerapkan akuntansi akrual, peran pemerintah harus dievaluasi dalam hal
manajerial dan politik dalam lingkungan manfaat laporan tersebut terhadap kualitas
pemerintahan menjadi kurang jelas. (4) keputusan yang dihasilkan serta mudah
Pelaksanaan akuntansi akrual di sejumlah tidaknya laporan keuangan tersebut
sektor publik menghasilkan laporan dipahami oleh pemakai.
keuangan yang justru membingungkan para Menurut Salvatore dan Gesso (2013)
penggunanya. (5) Basis akrual, seperti basis akuntansi akrual memberikan informasi
lengkap tentang aset organisasi publik dan

9
meningkatkan kuantitas dan kualitas konteks sektor publik karena pada sektor
informasi yang dihasilkan oleh sistem publik, laba bukan merupakan tujuan utama
akuntansi. Selain itu, model akuntansi akrual dan laba tidak dapat menjadi ukuran yang
memberikan informasi tentang hasil yang relevan dari kinerja; struktur keuangan dan
diperoleh (pendapatan dan biaya), yang solvabilitas tidak relevan di ranah publik;
dapat digunakan untuk meningkatkan akuntansi akrual tidak mengukur hasil; dan
komunikasi dengan para pemangku akuntansi akrual kurang relevan dengan
kepentingan, untuk lebih mengevaluasi kinerja pelayanan, karena akuntansi akrual
kinerja dan untuk mengukur dampak dari hanya berfokus pada biaya layanan dan
kebijakan publik. Dengan demikian, model efisiensi.
ini memungkinkan manajemen untuk Berdasarkan kerangka pemikiran
membuat pilihan yang lebih rasional dan diatas, dan didukung oleh teori yang ada
efisien. maka penulis membuat hipotesis sebagai
8. Penelitian Terdahulu berikut :
Terdapat beberapa penelitian H1: Terdapat Perbedaan Persepsi Basis
terdahulu yang dapat digunakan sebagai Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual dalam
referensi mengenai Persepsi Manfaat Basis Pengambilan Keputusan Internal
Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual dalam Pemerintah Daerah
Pengambilan Keputusan Internal METODOLOGI PENELITIAN
Pemerintah Daerah, yaitu : A. Jenis Penelitian
Berdasarkan penelitian sebelumnya Jenis penelitian ini adalah penelitian
yang terkait dengan penelitian ini yang komparatif yaitu penelitian yang bersifat
dilakukan Andriani, et.al (2010) menyatakan membandingkan keberadaan satu variabel
dalam penelitiannya di Australia bahwa atau lebih pada dua atau lebih sampel yang
basis akrual lebih bermanfaat bagi beberapa berbeda atau lebih dari satu (Sugiyono, 2004
aktivitas pengambilan keputusan di :11).
Pemerintah. Hasil penelitian Sousa, et.al B. Populasi dan Sampel
(2012) yang melakukan penelitian tentang 1. Populasi
manfaat informasi akuntansi yang berbasis Populasi dalam penelitian ini adalah
akrual pada organisasi sektor publik di Satuan Kerja Perangkat Daerah
Brazil. Secara garis besar para pengguna (SKPD) yang ada di Kota Solok.
laporan keuangan dan penyusun laporan Berdasarkan data yang diperoleh dari
keuangan beranggapan bahwa perubahan Kesbangpol Pemerintah Kota Solok jumlah
dari basis kas menjadi basis akrual akan satuan kerja yang terdapat berjumlah 39
lebih memberikan informasi yang SKPD yang terdiri dari, Dinas, Badan,
bermanfaat untuk pengambilan keputusan Kantor, Kecamatan, dan inspektorat.
dan manajemen entitas.
Penelitian terdahulu yang dilakukan 2. Sampel
oleh Nirmala, et.al (2014) menjelaskan Pengambilan sampel ditentukan
bahwa informasi yang dihasilkan basis dengan menggunakan teknik Total
akrual lebih tepat untuk menggambarkan Sampling. Jumlah SKPD di Kota Padang
biaya operasi yang sebenarnya (full costs of berjumlah 39 SKPD yang terdiri dari Dinas,
operation), dapat menghasilkan informasi Badan, Kantor, Kecamatan, dan inspektorat.
yang dapat diandalkan dalam informasi aset Sampel dari penelitian ini adalah mencakup
dan kewajiban dan dapat menghasilkan pegawai yang melaksanakan tugas dan
informasi keuangan yang komprehensif fungsi tata usaha keuangan pada SKPD yaitu
tentang pemerintah. (Guthrie, 1998), Kepala SKPD dan tiga orang kepala bidang
berpendapat bahwa akuntansi akrual kurang di masing- masing SKPD, kriteria Kepala
tepat dan tidak cocok diterapkan dalam dinas dan

10
Kepala Subbagian adalah menjabat ≥ 3 valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
Tahun. untuk mengungkapkan sesuatu yang akan
3. Responden diukur oleh kuesioner tersebut,(Ghozali,
Responden dalam penelitian ini yaitu 2006:49). Untuk melihat validitas dari data,
level manajer, dikarenakan level manajer dilihat dari Corrected item–Total
merupakan bagian/pegawai yang Correlation, apabila melebihi nilai r hitung
bertanggungjawab terhadap proses melebihi nilai r tabel maka data dikatakan
pengambilan keputusan dan terlibat valid.
langsung serta memahami kegiatan pada 1. Uji Reliabilitas
masing-masing bagian di SKPD, dimana Uji reliabilitas merupakan alat untuk
terdiri atas Kepala Dinas dan Kepala mengukur suatu kuesioner yang merupakan
subbagian pada SKPD. Jumlah responden indikator dari variabel. Suatu kuesioner
untuk setiap OPD yang dijadikan sampel 4 dikatakan reliabel atau handal jika jawaban
(empat) orang. seseorang terhadap pernyataan adalah
C. Jenis dan Sumber Data konsisten dari waktu ke waktu. Untuk
1. Jenis Data mengetahui reliabel atau tidaknya suatu
Jenis data yang dilakukan dalam variabel dilakukan uji statistik dengan
penelitian ini adalah data subjek. Data melihat nilai Cronbach’s Alpha.
berupa tanggapan tertulis atas pertanyaan Kriteria yang dapat digunakan adalah
atau kuisioner dari subjek penelitian pada sebagai berikut: (Imam, 2005).
instansi pemerintah daerah. a) Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,60
2. Sumber Data maka pernyataan-pernyataan yang
Sumber data dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel
adalah data primer. Data tersebut diperoleh tersebut adalah “reliabel”.
secara lansung dari instansi pemerintah b) Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,60
daerah dengan menggunakan daftar maka pernyataan-pernyataan yang
pertanyaan dalam bentuk kuisioner guna digunakan untuk mengukur variabel
mengumpulkan informasi dari objek tersebut adalah “tidak reliabel”.
penelitian tersebut.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara G. Uji Asumsi Klasik
yang digunakan untuk memperoleh data Uji asumsi klasik dari penelitian yaitu :
penelitian. Untuk memperoleh data yang 1) Uji Normalitas
diperlukan dalam penelitian ini yaitu dengan Uji ini bertujuan untuk menguji apakah
menggunakan angket (kuesioner). model regresi variabel terikat dan variabel
bebas keduanya mempunyai distribusi
E. Instrumen Penelitian dan normal atau tidak. Uji normalitas residual
Pengukuran Variabel dilakukan dengan menggunakan One
Instrumen penelitian merupakan alat Sample Kolmogorov-Smirnov test dengan
yang digunakan untuk mengukur variabel taraf signifikan 5% (Singgih, 2010). Dasar
dalam rangka mengumpulkan data. Dalam pengambilan keputusan sebagai berikut:
penelitian ini digunakan sebuah kasus yang a. Jika nilai Sig ≥ 0,05 maka
dirujuk dari artikel Andriani et,al (2010) dikatakan berdistribusi normal.
untuk membantu penelitian ini b. Jika nilai Sig < 0,05 maka
menggunakan skala likert 1- 5 dikatakan berdistribusi tidak
F. Uji Instrumen normal.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah 2) Uji Homogenitas
(valid) atau tidak sahnya (tidak valid) suatu Uji homogenitas yaitu utuk dapat
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan melihat bahwa dua atau lebih kelompok

11
data sampel berasal dari populasi yang b) Interval jawaban responden 66-80%
memiliki variansi yang sama. Uji kategori jawabannya baik
homogenitas dilakukan hanya dengan c) Interval jawaban responden 56-65%
memilih salah satu statistik kemudian di kategori jawabannya cukup baik
interpretasikan, yaitu statistik yang d) Interval jawaban responden 41-55%
didasarkan pada rata-rata (Based on Mean). kategori jawabannya kurang baik
Jika nilai sig < α 0,05 maka pada varian tidak e) Interval jawaban responden < 40%
terdapat Homogenitas. kategori jawabannya tidak baik
Jika nilai sig > α 0,05 maka pada varian 2. Metode Analisis
terdapat Homogenitas. a. Uji Hipotesis (t-Test)
H. Teknik Analisis Data Pengujian ini bertujuan untuk
Data yang telah dikumpulkan mengetahui hubungan yang signifikan dari
selanjutnya dianalisis dengan langkah- masing-masing variabel bebas terhadap
langkah sebagai berikut: variabel terikatnya. Untuk melihat nilai
1. Analisis Deskriptif signifikan masing-masing parameter yang
Analisis ini bertujuan diestimasi, maka digunakan t-Test dengan
menggambarkan masing-masing variabel rumus :
dalam bentuk hasil distribusi frekuensi, a) Jika sign < 0,05, thitung > ttabel
kemudian dilakukan analisis mean, standar nilai β +, maka hipotesis diterima.
deviasi, tingkat capaian responden dan b) Jika sign < 0,05, thitung > ttabel
koefisien serta memberikan interpretasi nilai β -, maka hipotesis ditolak.
analisis tersebut. c) Jika sign > 0,05, thitung < ttabel ,
Menghitung nilai jawaban; maka hipotesis ditolak.
a. Menghitung frekuensi dari jawaban
yang diberikan responden atas HASIL PENELITIAN DAN
setiap item pertanyaan yang PEMBAHASAN
diajukan. A. Gambaran Umum Objek
b. Menghitung rata-rata skor total Penelitian
item dengan menggunakan Penelitian ini dilaksanakan pada

5SB + 4S + 3KB + 2TB +1STB Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di


Rumus:
15 kota Solok yang berjumlah39 SKPD.
Peneliti menjadikan seluruh populasi
c. Menghitung nilai rerata jawaban sebagai sampel (total Sampling) dengan
responden, dengan rumus: Jumlah responden SKPD di kota Solok
sebanyak 156 orang yang terdiri dari Dinas,
 xi
n
Badan, Kantor, Kecamatan, dan

h=1 inspektorat. Sampel dari penelitian ini


Mean = n adalah mencakup pegawai yang

d. Menghitung nilai TCR masing- melaksanakan tugas dan fungsi tata usaha
masing kategori jawaban dari keuangan pada SKPD yaitu Kepala SKPD
deskriptif variabel. Dengan dan tiga orang kepala bidang di masing-
rumus: masing SKPD, kriteria Kepala dinas dan
R Kepala Subbagian adalah menjabat ≥ 3.
S
TCR = x100 Jumlah kuesioner yang disebar sebanyak
Nilai n 156 kuesioner, yang kembali sebanyak 119

persentase dimasukkan ke a) Interval jawaban responden 81- 100%


dalam kriteria UNP sebagai berikut: kategori jawabannya sangat baik

12
kuesioner. Dan kuesioner yang diisi
lengkap yang dapat diolah sebanyak 78
kuesioner atau sebesar 76,28%.

13
B. Demografi Responden Penyataan (poin 1) Menanyakan basis
1. Karakteristik Responden yang mana lebih bermanfaat dalam menilai
a. Berdasarkan Jenis Kelamin kinerja SKPD, responden menjawab basis
Sebagian besar responden merupakan akrual lebih bermanfaat dibandingkan
Perempuan dengan persentase 56,58% atau dengan basis kas menuju akrual untuk
sebanyak 43 orang, selanjutnya diikuti oleh menilai kinerja SKPD dengan nilai rata- rata
laki-laki dengan Persentase 43,42% atau jawaban responden untuk basis akrual 4,88
sebanyak 33 orang. sedangkan untuk basis kas menuju akrual
b. Berdasarkan Umur 3,09 dan untuk pernyataan (poin 2) tentang
Sebagian besar responden yang menilaikinerja program-program yang ada
berusia 56 - 60 tahun dengan persentase di SKPD, responden menjawab basis akrual
5,26% atau sebanyak 4 orang, selanjutnya lebih bermanfaat dibandingkan dengan basis
diikuti oleh responden yang berusia 51 - 55 kas menuju akrual dalam menilai kinerja
tahun dengan Persentase 15,79% atau program di SKPD dengan nilai rata- rata
sebanyak 12 orang, selanjutnya yang berusia jawaban responden untuk basis akrual 4,84
46 - 50 tahun dengan persentase 15,79% sedangkan untuk basis kas menuju akrual
atau sebanyak 12 orang, selanjutnya yang 3,07. Selanjutnya pernyataan (poin 3) yaitu
berusia 41 - 45 tahun sebanyak persentase menilai kinerja pejabat struktural di SKPD,
9,21% atau sebanyak 7 orang, selanjutnya responden juga menjawab basis akrual lebih
yang berusia 36 – 40 tahun sebanyak bermanfaat dibandingkan dengan basis kas
persentase 15,79% atau sebanyak 12 orang, menuju akrual untuk menilai kinerja pejabat
selanjutnya yang berusia 31 – 35 tahun struktural di SKPD dengan nilai rata- rata
sebanyak persentase 28,95%atau sebanyak jawaban responden untuk basis akrual 4,76
22 orang, kemudian yang berusia 25 - 30 sedangkan untuk basis kas menuju akrual
tahun sebanyak persentase 59,21% atau 2,97. Hal ini sesuai dengan PSAP 12 yang
sebanyak 7 orang. menjelaskan manfaat LO adalah
c. Berdasarkan Jenjang Pendidikan. menyediakan mengenai operasi keuangan
Pendidikan responden terbanyak adalah secara menyeluruh yang berguna dalam
Strata 1 (S1) yaitu sebanyak 40 orang atau mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal
sebesar 52,63%. Selanjutnya pada tingkat efisiensi, efektivitas, dan kehematan
kedua adalah Magister (S2) yaitu sebanyak perolehan dan penggunaan sumber daya
20 orang atau sebesar 26,32%, pada tingkat ekonomi. Hasil ini konsisten dengan
ketiga yaitu D3 sebanyak 11 orang atau penelitian Andriani, et.al (2010) dan
14,47%, dan yang terakhir yaitu SMA penelitian Sousa, et.al (2012).
sebanyak 5 orang atau sebesar 6,58%. Pernyataan (poin 4) untuk menilai
C. Teknik Analisis Data efektivitas SKPD dalam memberikan
1. Statistik Deskriptif Variabel pelayanan publik, hasil jawaban responden
Manfaat basis akrual dan basis kas menuju yang disebar bahwa basis akrual lebih
akrual berdasarkan kuesioner yang disebar bermanfaat dibandingkan basis kas menuju
di Organisasi Perangkat Daerah (SKPD) akrual dalam menilai efektifitas SKPD,
Kota Solok. Jawaban dari responden telah dapat dilihat nilai rata- rata jawaban
dikelompokkan menjadi dua, yaitu tidak responden pada tabel diatas untuk basis
bermanfaat dan bermanfaat. Tidak akrual 4,64 sedangkan untuk basis kas
bermanfaat merepresentasikan jawaban menuju akrual 2,92 dan, pernyataan (poin
responden yang memilih opsi tidak 5) basis mana yang lebih bermanfaat untuk
bermanfaat dan kurang bermanfaat. menilai efisiensi SKPD dalam memberikan
Bermanfaat merepresentasikan jawaban layanan publik, responden menjawab basis
responden yang memilih opsi bermanfaat akrual lebih bermanfaat dalam memberikan
dan sangat bermanfaat. layanan publik dibandingkan dengan basis

14
kas menuju akrual, dengan nilai rata- rata dan pernyataan (poin 9) untuk menilai
jawaban responden untuk basis akrual 4,62 kemampuan SKPD dalam menghasilkan
dan basis kas menuju akrual 2,87. Hal ini arus kas, jawaban dari responden bahwa
tidak konsisten dengan hasil penelitian yang basis akrual lebih bermanfaat dalam menilai
dilakukan oleh Andriani, et.al (2010) dan kemampuan menghasilkan arus kas dengan
penelitian Sousa, et.al (2012). Dua nilai rata-rata basis akrual 4,67 sedangkan
penelitian terdahulu sama-sama basis kas menuju akrual 2,96. Selanjutnya
menjelaskan bahwa dalam hal pernyataan (poin 10) bagaimana responden
memperkirakan arus kas instansi, basis kas menilai basis mana yang bermanfaat sebagai
akan lebih bermanfaat daripada basis akrual. masukan bagi SKPD dalam mempersiapkan
Penyataan (poin 6) menanyakan anggaran, jawban responden adalah basis
manakah basis yang bermanfaat bagi akrual lebih bermanfaat dalam penyiapan
responden dalam membantu memastikan anggaran SKPD, dengan nilai rata-rata basis
akuntabilitas SKPD, hasil jawaban akrual 4,74 dan basis kas menuju akrual
responden menjelaskan bahwa basis akrual 2,97. Sedangkan dua penelitian sebelum ini
lebih memberikan informasi yang mengatakan bahwa basis kas yang lebih
bermanfaat untuk memastikan akuntabilitas menghasilkan informasi yang bermanfaat
dalam peranan pelaporan keuangan pada untuk pertanyaan ini. Standar akuntansi
kerangka konseptual daripada basis kas LAK diatur pada PSAP 03. Jika kita
menuju akrual dengan persentase rata- rata membandingkan PSAP 03 yang terdapat
basis akrual 4,64, basis kas menuju akrual pada Lampiran I dan II PP 71 Tahun 2010,
2,96 selanjutnya (poin 7) membantu maka tidak ada perbedaan manfaat LAK
memastikan pemenuhan pelaksanaan yaitu (1) informasi arus kas berguna sebagai
akuntabilitas SKPD, responden menjawab indikator jumlah arus kas di masa yang akan
basis akrual lebih bermanfaat dalam datang, serta berguna untuk menilai
pemenuhan pelaksanaan akuntabilitas dalam kecermatan atas taksiran arus kas yang telah
peranan pelaporan keuangan pada kerangka dibuat sebelumnya, (2) LAK juga menjadi
konseptual dibandingkan basis kas menuju alat pertanggungjawaban arus kas masuk
akrual, responden menjawab dengan nilai dan arus kas keluar selama periode
rata-rata basis akrual 4,64 dan nilai basis kas pelaporan dan (3) apabila dikaitkan dengan
menuju akrual 2,91. Pada suatu periode laporan keuangan lainnya, LAK
pelaporan setiap entitas memiliki kewajiban memberikan informasi yang bermanfaat
untuk melaporkan upaya-upaya yang telah bagi para pengguna laporan dalam
dilakukan serta hasil yang dicapai dalam mengevaluasi perubahan kekayaan
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan
testruktur. Hal ini konsisten dengan struktur keuangan pemerintah (termasuk
penelitian Andriani, et.al (2010) dan likuiditas dan solvabilitas).
penelitian Sousa, et.al (2012). Pernyataan (poin 11) menanyakan
Pernyataan (poin 8) basis manakah basis mana yang bermanfaatsebagai
yang lebih bermafaat antara basis akrual dan masukan dalam membuat keputusan
basis kas menuju akrual untukmemprediksi investasi dalam jumlah besar, hasil
arus kas SKPD dimasa yang akan datang, responden menjelaskanbahwa basis akrual
hasil jawaban responden lebih bermanfaat daripada basis kas menuju
menunjukkanbahwa basis akrual lebih akrual dalam pengambilan keputusan
bermanfaat memprediksi arus kas dimasa investasi pemerintah daerah, dengan nilai
yang akan datang daripada basis kas menuju rata-rata basis akrual 4,64 dan basis kas
akrual dengan hasil rata-rata basis akrual menuju akrual sebesar 2,93 Jawaban
4,55, basis kas menuju akrual 3,00 responden tersebut sejalan dengan PSAP 01
paragraf 10, yang menyatakan Laporan

15
Keuangan juga mempunyai peranan penelitian Sousa, et.al (2012) yang
prediktif dan prospektif, menyediakan menyatakan bahwa basis akrual lebih
informasi yang berguna untuk memprediksi bermanfaat untuk pertimbangan tentang
besarnya sumber daya yang dibutuhkan sumber daya SKPD.
untuk operasi yang berkelanjutan, sumber Pernyataan (poin 16)
daya yang dihasilkan dari operasi yang untukmengidentifikasi biaya yang
berkelanjutan, serta risiko dan diperlukan untuk memberikan pelayanan
ketidakpastian yang terkait. publik basis manakah yang lebih bermanfat
Pertanyaan selanjutnya (poin 12) diperlukan, responden menjawab basis
bagaimana responden menilai basis yang akrual lebih bermanfaat untuk
lebih bermanfaatsebagai masukan dalam mengidentifikasi biaya yang diperlukan
membuat keputusan tentang alokasi sumber untuk memberikan pelayanan publik
daya yang dimiliki, responden menjawab dibandingkan dengan basis kas menuju
basis akrual lebih bermafaat dalam membuat akrual, dengan jumlah nilai rata-rata basis
keputusan tentang alokasi sumber daya yang akrual 4,67dan basis kas menuju akrual
dimiliki dibandingkan dengan basis kas 2.80 dan pernyataan (poin 17) untuk melihat
menuju akrual, hasil jawaban responden basis mana yang bermanfaat dalammenilai
berdasarkan nilai rata-rata basis akrual kemampuan SKPD untuk terus memberikan
sebesar 4,53 dan basis kas menuju akrual pelayanan kepada masyarakat untuk menilai
2,75 dan pernyataan (poin 13) basis mana kemampuan SKPD, responden menjawab
yang bermanfaat dalam mengevaluasi basis akrual lebih bermanfaat untuk terus
keputusan tentang alokasi sumber daya, memberikan pelayanan kepada masyarakat
hasil respnden menjelaskan bahwa basis daripada basis kas menuju akrual dengan
akrual lebih bermanfaat dalam nilai rata- rata basis akrual 4,54dan basis kas
mengevaluasi keputusan tentang alokasi menuju akrual 2,83.
sumber daya daripada basis kas menuju Pernyataan (poin 18) sebagai
akrual dengan nilai rata-rata basis akrual pengukur ketercapaian tujuan dan sasaran
4,74dan basis kas menuju akrual 3,16. SKPD, responden menjawab basis akrual
Selanjutnya pernyataan (poin 14) untuk lebih bermanfaat dalam mengukur
menilai kebutuhan sumber daya SKPD ketercapaian tujuan dan sasaran SKPD
dimasa datang, responden menjawab basis daripada basis kas menuju akrual dengan
akrual lebih bermanfaat dalam menilai jumlah rata-rata basis akrual 4,58dan basis
kebutuhan sumber daya SKPD dimasa kas menuju akrual 2,83 selanjutnya (poin
datang dibandingkan basis kas menuju 19) untukmenilai basis mana yang
akrual dengan hasil rata-rata basis akrual bermanfaat dalam kelayakan tujuan dan
4,74 dan basis kas menuju akrual 3,04 sasaran SKPD, jawaban responden bahwa
Pernyataan (poin 15) untuk menilai basis akrual lebih bermanfaat dalam menilai
basis mana yang lebih bermanfaat dalam kelayakan tujuan dan sasaran SKPD
penggunaan sumber daya telah sesuai dibandingkan basis kas menuju akrual
dengan tujuan SKPD, jawaban pertanyaan dengan nilai rata-rata basis akrual 4,61dan
tersebut menjelaskan bahawa basis akrual basis kas menuju akrual 2,97. Maka hal
lebih bermanfaat dalam evaluasi kesesuaian tersebut konsisten dengan jawaban
penggunaan sumber daya dengan tujuan responden(poin 18 dan 19) tentang
SKPD daripada basis kas menuju akrual bagaimana standar akuntansi dapat
dengan nilai rata-rata 4,74dan basis kas menjelaskan kelayakan dan pencapaian
menuju akrual 2,89. Responden menjawab tujuan dan sasaran yang ditetapkan oleh
basis akrual lebih bermanfaat dalam OPD. Hal ini konsisten dengan hasil
pertimbangan keempat situasi di atas, hasil penelitian Andriani, et.al (2010) dan
ini kosisten dengan penelitian dari Andriani, penelitian Sousa, et.al (2012).
et.al (2010) dan

16
Pemeliharaan sistem akuntansi sebesar 55% dengan kategori baik. Untuk
pada tabel.3(lampiran) untuk pertanyaan rata-rata tingkat capaian responden pada
(point 20) sistem akuntansi akrual untuk basis kas menuju akrual adalah sebesar
tujuan pelaporan penganggaran sebanyak 58,68%dengan kategori baik.
74(97,36%) menjawab bahwa departemen b. Basis Akrual
mereka menjawab iya dan sebanyak Frekuensi Basis Akrual dapat dilihat
2(2,63%) menjawab tidak untuk tujuan bahwa tingkat capaian responden tertinggi
penggangaran. (Poit 21) Sistem akuntansi berada pada pernyataan nomor 1, yaitu
akrual untuk tujuan pelaporan internal, 97,63% dengan kategori Sangat baik. Hal ini
69(90,78%) responden mejawab iya dan menunjukkan bahwa responden menilai
hanya 7(9,21%) responden menjawab bahwa bahwa manfaat yang diperoleh dari basis
sistem akuntansi akrual tidak untuk tujuan akrual paling tinggi tedapat pada item
pelaporan internal. Pertanyaan (point pernyataan nomor 1. Sedangkan untuk
22) apakah sistem akuntansi kas menuju tingkat capaian responden terendah berada
akrual untuk tujuan penganggaran, pada pernyataan nomor 12, yaitu sebesar
33(43,42%) responden menjawab iya dan 90,53% dengan kategori Sangat baik. Untuk
43(55,26%) responden menjawab tidak rata-rata tingkat capaian responden pada
untuk sistem akuntansi kas menuju akrual basis kas menuju akrual adalah sebesar
untuk tujuan penganggaran. Sistem 93,44%dengan kategori Sangat baik.
akuntansi kas menuju akrual untuk tujuan Uji Validitas dan Reliabilitas
pelaporan internal (pertanyaan 23) sebanyak 1. Uji Validitas
39(51.31%) responden Uji validitas dimaksudkan untuk
menjawab iya dan 27(48,68%) responden mengetahui instrumen dalam mengukur apa
menjawab bahwa sistem akuntansi kas yang hendak diukur. Untuk melihat validitas
menuju akrual tidak untuk tujuan pelaporan dari masing-masing item kuisioner
internal. digunakan Corrected Item-Total
Jika dilihat dari pemaparan diatas Correlation. Jika r hit > r tabel , maka
kita dapat menyimpulkan bahwa dari dikatakan valid. r tabel untuk n=98 adalah
seluruh pertanyaan yang diajukan ke 0,1966.
responden dengan menggunakan sistem Berdasarkan uji validitas yang telah
akuntansi basis akrual dirasakan lebih tepat dilakukan, nilai terkecil dari Corrected Item-
dalam tujuan penganggaran sedikit berbeda Total Correlation untuk masing- masing
dengan penelitian yang dilakukan oleh instrument .Jadi dapat dikatakan bahwa
Andriani, et.al (2010), pada penelitian ini semua item pernyataan adalah valid.
sistem akuntansi kas menuju akrual 2. Uji Reliabilitas
disarakan lebih tapat dalam pelaporan Hasil menunjukkan bahwa semua
internal perusahaan. variabel mempunyai Cronbach Alpha yang
cukup besar yaitu di atas 0,60 sehingga
2. Menghitung nilai jawaban dapat dikatakan semua konsep pengukur
a. Basis Kas Menuju Akrual masing-masing variabel dari kuisioner
Frekuensi Basis Kas Menuju Akrual adalah reliabel sehingga untuk selanjutnya
dapat dilihat bahwa responden tertinggi item-item pada masing-masing konsep
berada pada pernyataan nomor13, yaitu variabel tersebut layak digunakan sebagai
63,16% dengan kategori baik. Hal ini alat ukur.
menunjukkan bahwa responden menilai D. Uji Asumsi Klasik
bahwa manfaat yang diperoleh dari basis kas 1. Uji Normalitas
menuju akrual paling tinggi tedapat pada Hasil uji normalitas padadata
item pernyataan nomor 13. Sedangkan untuk Basis Akrual dan Basis Kas Menuju
tingkat capaian responden terendah berada Akrual bahwa diketahui bahwa Sig
pada pernyataan nomor 12, yaitu

17
sebesar 0,511 .Berdasarkan hasil tersebut informasi yang dihasilkan basis akrual lebih
dapat dinyatakan data yang digunakan tepat untuk menggambarkan biaya operasi
dalam penelitian ini telah terdistribusi yang sebenarnya (full costs of operation),
normal dan bisa dilanjutkan untuk diteliti dapat menghasilkan informasi yang dapat
lebih lanjut, karena nilai signifikan dari diandalkan dalam informasi aset dan
uji normalitas > 0,05. kewajiban dan dapat menghasilkan
informasi keuangan yang komprehensif
2. Uji Homogenitas tentang pemerintah.
Hasil uji homogenitas diketahui Andriani, et.al (2010) menyatakan dalam
bahwa nilai signifikansi (Sig) dari data Basis penelitiannya di Australia bahwa basis
Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual akrual lebih bermanfaat bagi beberapa
sebesar 0.84 dapat disimpulkan bahwa Basis aktivitas pengambilan keputusan di
Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual Pemerintah. Hasil penelitian Andriani, et.al
dikatakan homogen karena sig > 0,05 (2010) dikuatkan lagi oleh penelitian
3. Uji Hipotesis Sousa, et.al (2012) yang melakukan
Berdasarkan ringkasan hasil pengujian penelitian secara garis besar para pengguna
SPPS diketahui nilai Sig < Alpha sebesar laporan keuangan dan penyusun laporan
0.00. Hipotesis dapat diterima jika nilai Sig keuangan beranggapan bahwa perubahan
lebih kecil dibandingkan alpha dari basis kas menjadi basis akrual akan
0.05. Hal ini dapat menunjukkan bahwa lebih memberikan informasi yang
Basis Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual bermanfaat untuk pengambilan keputusan
terdapat perbedaan dalam pengambilan dan manajemen entitas.
keputusan Internal Pemerintah Daerah, Penerapan akuntansi berbasis akrual
Dengan demikian hipotesis pertama (H) diharapkan dapat memberikan manfaat yang
diterima. lebih besar dibandingkan dengan basis
akuntansi cash toward accrual. Manfaat
E. Pembahasan Hipotesis bagi pemerintah daerah memberikan
1. Terdapat Perbedaan Persepsi informasi yang lebih transparan mengenai
Manfaat basis akrual dan basis kas biaya pemerintah dan meningkatkan kualitas
menuju akrual dalam pengambilan pengambilan keputusan. Manfaat bagi
keputusan internal pemerintah daerah. masyarakat pengguna laporan keuangan
Berdasarkan hasil pengolahan untuk menilai akuntabilitas pengelolaan
pengujian tersebut, diketahui nilai Sig < seluruh sumber daya oleh suatu entitas,
Alpha sebesar 0.00. Hipotesis dapat diterima menilai kinerja, posisi keuangan dan arus
jika nilai Sig lebih kecil dibandingkan alpha kas dari suatu entitas serta pengambilan
0.05. Hal ini dapat menunjukkan bahwa keputusan mengenai penyediaan sumber
Basis Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual daya pemerintah daerah.
terdapat perbedaan dalam pengambilan PENUTUP
keputusan Internal Pemerintah Daerah,
Dengan demikian hipotesis pertama (H1) A. KESIMPULAN
diterima. Berdasarkan hasil penelitian dan
Hal ini sejalan dengan penelitian pengujian hipotesis yang telah dilakukan
Nirmala, et.al (2014) menyebutkan bahwa maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan
perubahan basis akuntansi sektor publik dari t erdapat perbedaan basis akrual dan basis
basis kas menuju akrual menjadi basis kas menuju akrual dalam pengambilan
akrual disebabkan oleh kelemahan basis keputusan internal pemerintah daerah kota
kas dalam menghasilkan informasi yang Solok dan basis akrual lebih bermanfaat
cukup untuk pengambilan keputusan. dibandingkan basis kas menuju akrual
Nirmala, et.al (2014) juga menjelaskan
bahwa

18
dalam pengambilan keputusan internal BPK-RI, 2015, Penyerahan Laporan Hasil
pemerintah daerah kota Padang Pemeriksaan Tiga Pemerintah
A. KETERBATASAN PENELITIAN Daerah di Provinsi
1. Keterbatasan penelitian ini yaitu Sumatera Barat,
kuisioner yang diberikan kepada http://padang.bpk.go.id/?p=5141
responden menggunakan kuisioner diakses 20/4/2017
tertutup yaitu dimana kuisioner yang
menyajikan pertanyaan pertanyaan Carlin, T. M., 2005, Debating the impact of
dan pilihan jawaban, sehingga accrual accounting and reporting in
responden hanya dapat memberikan the public sector‖, Financial
tanggapan terbatas pada pilihan yang Accountability & Management, Vol.
diberikan. 21 No. 3.
2. Meskipun peneliti sudah memberikan
penjelasan yang cukup detail Deloitte Public Sector Paper, 2004.
mengenai petunjuk pengisian dan Mastering the Transformation:
maksud dari setiap pertanyaan yang New Public Management,
diajukan peneliti kurang dapat Accrual Accounting, and
mengendalikan jawaban dari Budgeting
responden, baik berupa pemahaman
responden atas setiap item pertanyaan Erlina,dkk. 2015. Akuntansi
serta verifikasi setiap jawaban dari Keuangan Daerah Berbasis
responden sehingga dimungkinkan Akrual. Medan : Salemba
terjadinya bias dalam pengambilan Empat
kesimpulan penelitian.
B. SARAN Ferryono dan Sutaryo. 2016. Manfaat
Berdasarkan pembahasan dan Basis Akrual dan Basis Kas
kesimpulan di atas, maka penulis Menuju Akrual dalam
memberikan saran diharapkan untuk Pengambilan Keputusan Internal
penelitian selanjutnya dilakukan dengan Pemerintah Daerah. Simposium
metode studi kasus dengan jumlah Nasional Akuntansi XIX, Lampung
responden yang lebih sedikit (misalnya 5
SKPD dalam 1 Pemerintah Daerah) Halim dan Muhammad syam kusufi.
sehingga peneliti dapat mendampingi 2012. Akuntansi Keuangan Daerah
responden dalam pengisian kuisioner nya (edisi 4). Yogyakarta : Salemba
DAFTAR PUSTAKA Empat
International Federation of Accountants
Andriani,dkk. 2010. Decision Usefulness of (IFAC), 2003. Study 14, Transition
Cash and Accrual Information: to the Accrual Basis of
PublicSector Managers’ Accounting: Guidance for
Perceptions. Review No. 53 Vol. 20 Governments and Government
Entities (Second Edition).
Athukorala, S. L., & Reid, B. (2003),
Accrual budgeting and accounting ,1994. Occasional
in government and its Paper 1, Implementing Accrual
relevance for developing member Accounting in Government: The
countries. Manila: Asian New Zealand Experience.
Development Bank

19
, 2014. IFAC
handbook of International Public PP 71 tahun 2010.2012.Standar
Sector Accounting Akuntansi Pemerintahan. Jakarta :
Pronouncements Vol. 1. IFAC Salemba Empat
Publications.
Sousa, R. G., Vasconcelos, A. F.,
Kementrian Keuangan, 2014. Modul Caneca., R. L., Niyama, J. K.,
Penerapan Akuntansi Berbasis 2012, Accrual Basis Accounting in
akrual. the Brazilian Public Sector:
http://keuda.kemendagri.go.id/page Empirical Research on the
s/view/20-modul-penerapan- Usefulness of Accounting
akuntansi- berbasis-akrual. Information. Paper presented at
diakses tanggal 17 Maret 2017 the 12th USP Congress of
Controllership and Accounting,
Khan, A., Mayes, S., 2009. Transition To São Paulo, July 2012.
Accrual Accounting. International
Monetary Fund, Fiscal Affairs Sri Rahayu. 2005. SPSS Versi
Department. 12.00 dalam Riset Pemasaran.
Bandung: Alfabeta.
Khubiati Ani dan Johan Arifin. 2016.
Analisis Pengaruh Faktor Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.
Institusional Terhadap Minat Adopsi Bandung: Alfabeta.
Sistem Informasi Akuntansi
Keuangan Daerah. Simposium Suhendro,dkk. Resistensi Pengguna
Nasional Akuntansi XIX, Lampung Terhadap Implementasi Sistem
Informasi Akuntansi Berbasis
Laughlin, R. (2012). Debate: Accrual Akrual Pada Pemerintah Daerah.
Accounting: Information For
Accountability Or Decision Suwardjono, 2013. Teori Akuntansi:
Usefulness? Public Money & Perekayasaan Pelaporan
Management. Keuangan.BPFE Yogyakarta.
Yogyakarta.
Mardiasmo.2002.Akuntansi Sektor
Publik.Yogyakarta : Penerbit Andi Thomas H. Beechy, 2007. Does Full Accrual
Accounting Enhance
OECD, 1993. Accounting for what? The Accountability? The Innovation
value of Accrual Accounting in the Journal: The Public Sector
Public Sector, Occasional Papers on Innovation Journal, Volume 12(3),
Public Management. 2007, article 4.

, 2010. Peraturan Pemerintah Tudor, A., T., & Mutiu, A., 2006.Cash
nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP. Versus Accrual Accounting In
Putra, I Wayan G. Y. D., dan Public Sector. Faculty of Economics
Ariyanto D., 2015, Faktor-faktor and Business Administration, Babes
yang Mempengaruhi Penerapan SAP Bolyai University,
Berbasis Akrual. E-Jurnal Akuntansi http://www.ssrn.com.
Universitas
Udayana 13.1 (2015): 14-32 ISSN: Wahyuni Nina Eka dan Helmy Adam. 2016.
2302-8556 Analisis Implementasi Standar
Akuntansi

20
Pemerintahan Berbasis Akrual Widayat dan Agung Nur ProboHudono.
dalam Perspektif Teori 2016. Determinan Kesiapan
Institutional: Studi Kasus Pada Penerapan Sistem Akuntansi
Pemerintah Kota Malang. Jurnal Berbasis Akrual pada Pemerintah
Ilmiah Mahasiswa FEB Daerah di Indonesia. Simposium
Nasional Akuntansi XIX, Lampung.

21
ANALISIS PELAPORAN KEUANGAN
PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Oleh: Hafsah, Mahyar Diana


(Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara)

ABSTRAK

Setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melaksanakan akuntansi


terhadap transaksi ekonomi yang terjadi pada bagiannya, hingga menghasilkan
laporan keuangan. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kesesuaian
pencatatan dan pelaporan keuangan pada SKPD di Pemprovsu khususnya Badan
Lingkungan Hidup Pemprovsu dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dalam bentuk studi
kasus. Penulis menggunakan teknik riset lapangan dan teknik riset pustaka untuk
pengumpulan data yang diperlukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Badan Lingkungan Hidup
Pemprovsu belum sepenuhnya melakukan proses pencatatan akuntansinya sesuai
dengan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, sedangkan
untuk siklus penyusunan laporan keuangan belum sepenuhnya sesuai dengan PP
No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, namun Laporan
Keuangan telah disajikan tepat waktu sehingga bisa dipergunakan bagi kelompok
pengguna Laporan Keuangan guna pengambilan keputusan.

Kata Kunci : Pelaporan Keuangan, Satuan Kerja Perangkat Daerah


PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Akuntansi keuangan daerah merupakan proses pengidentifikasian,


pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
pemerintah daerah (kabupaten, kota atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi
dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak
eksternal entitas pemerintah daerah (kabupaten,kota atau provinsi).
Pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukan
informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), badan pengawas keuangan,
investor, kreditur dan donator, analisis ekonomi dan pemerihati pemerintah daerah,
rakyat, pemerintah daerah lain dan pemerintah pusat, yang seluruhnya berada dalam
lingkungan akuntansi keuangan daerah.
Proses pengidentifikasian pada akuntansi keuangan daerah maksudnya
adalah pengidentifikasian transaksi ekonomi, agar dapat membedakan transaksi
yang bersifat ekonomi dan yang tidak bersifat ekonomi. Pada dasarnya, transaksi
ekonomi adalah aktivitas yang berhubungan dengan uang. Proses selanjutya adalah
pengukuran transaksi ekonomi, yaitu dengan menggunakan satuan uang. Jadi
seluruh transaksi dalam akuntansi harus dinyatakan dalam satuan uang. Proses
berikutnya adalah pencatatan transaksi ekonomi, yaitu pengolahan data transaksi
ekonomi tersebut melalui penambahan dan/atau pengurangan sumber
daya yang ada. Pelaporan transaksi ekonomi akan menghasilkan laporan keuangan
yang merupakan hasil akhir proses akuntansi. Laporan keuangan dalam pemerintah
daerah meliputi : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Neraca, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan berpasangan
(double entry), artinya setiap transaksi ekonomi dicatat berpasangan dan disebut
juga dengan proses menjurnal. Dalam menjurnal, pencatat harus menjaga
persamaan dasar akuntansi, dimana kedua sisi persamaan tersebut harus selalu
seimbang, demikian juga hasil akhir atau saldonya juga harus seimbang.
Unsur yang menyusun persamaan dasar akuntansi adalah elemen-elemen
laporan keuangan. Elemen-elemen tersebut terdiri atas aktiva, utang, ekuitas dana
atau rekening koran pemerintah daerah, pendapatan dan belanja. Aktiva/aset adalah
sarana (kekayaan) yang dimiliki entitas. Utang adalah sumber sarana entitas yang
berasal dari bukan pemilik entitas. Ekuitas dana atau R/K pemerintah daerah adalah
sumber sarana entitas yang berasal dari pemilik entitas. Pendapatan adalah
bertambahnya aktiva atau penurunan utang karena aktivitas entitas. Belanja adalah
berkurangnya aktiva karena aktivitas entitas. Persamaan dasar akuntansi
menyatakan bahwa aktiva ditambah belanja sama dengan utang ditambah ekuitas
dana atau R/K pemerintah daerah dan pendapatan.
Akuntansi adalah suatu sistem yang tujuannya adalah menghasilkan
informasi dalam bentuk laporan keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah terdiri atas
laporan perhitungan APBD nota perhitungan APBD, laporan aliran kas dan neraca.
Akuntansi, disamping merupakan sistem juga merupakan siklus, artinya akuntansi
terdiri atas tahap-tahap tertentu dan setelah selesainya tahap-tahap tersebut kegiatan
berulang kembali sesuai dengan urutan tersebut. Tahap-tahap yang terdapat dalam
siklus akuntansi adalah analisis transaksi, jurnal, posting, neraca saldo,
penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan keuangan, penutupan, dan
neraca saldo setelah penutupan.
Sistem akuntansi keuangan pemerintah daerah berdasarkan Permendagri
Nomor 13 Tahun 2006 merupakan suatu sistem yang secara komprehensif
mengatur prosedur-prosedur akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur
akuntansi selain kas, dan prosedur akuntansi aset. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam setiap prosedur tersebut adalah fungsi yang terkait, dokumen
yang digunakan, laporan yang dihasilkan, dan uraian teknis prosedur.
Setiap pemerintah daerah diwajibkan untuk melakukan pencatatan dan
pelaporan akuntansi keuangan daerah, tidak terkecuali Badan Lingkungan Hidup
Pemprovsu yang merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara. Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu diwajibkan melakukan
akuntansi keuangan daerah yang meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran,
pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan.
Untuk melakukan pencatatan dan pelaporan akuntansi keuangan daerah
sesuai dengan SAP bukanlah hal yang dapat dengan mudah diwujudkan. Di dalam
Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semesteran (IHPS) Badan Pemeriksa Keuangan pada
tiga tahun terakhir (2010,2011 dan 2013), terdapat kelemahan di dalam
pengendalian akuntansi dan pelaporan keuangan antara lain berupa pencatatan
transaksi yang tidak akurat atau bahkan trasaksi yang tidak dicatat, aset tetap yang
belum diinventarisasi hingga pencatatan persediaan yang tidak tertib. Hal ini tentu
akan menyulitkan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah yang handal dan berkualitas tinggi.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan


masalah adalah : “Apakah pelaporan keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
sesuai dengan PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan”
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah


Akuntansi keuangan daerah adalah suatu proses untuk melakukan
pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan dari entitas pemerintah daerah yang
dijadikan sebagai informasi dalam pengambilan kebijakan ekonomi yang
diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah. Dedi Nordiawan
(2006), menyebutkan :Akuntansi keuangan daerah merupakan proses pencatatan,
pengklasifikasian, penganalisisisan dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu
organisasi publik yang menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan
keuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Menurut Abdul Hafiz
(2006), yang mendefenisikan akuntansi keuangan daerah sebagai Proses
pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran
moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termasuk pelaporan hasil-hasilnya dalam penyelenggaraan urusan pemerintah
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan akuntansi keuangan daerah
adalah untuk memberikan informasi yang diperlukan agar dapat mengelola suatu
operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi secara tepat,
efisien, dan ekonomis, serta memberikan informasi untuk melaporkan
pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan tersebut serta melaporkan hasil
operasi dan penggunaan dana publik. Selain itu, akuntansi keuangan daerah
mengacu pada penerapan teori prinsip atau standar akuntansi pada organisasi yang
tidak mencari laba, khususnya unit organisasi pemerintahan.

Sistem Pencatatan
Sistem pencatatan merupakan proses akuntansi untuk melakukan
penyusunan atau pembuatan bukti-bukti pembukuan atau bukti transaksi baik
transaksi internal maupun transaksi eksternal ke dalam jurnal, baik jurnal umum
maupun jurnal khusus dan mempostingnya ke buku besar, baik buku besar utama
maupun buku besar pembantu. Menurut Henry Simamora (2004) “Pencatatan
adalah pembuatan suatu catatan pembukuan, kronologis kejadian yang terjadi,
terukur melalui suatu cara yang sistematis dan teratur”. Pencatatan juga diartikan
sebagai “Suatu urutan ketiga klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam
suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seram
terhadap transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”. Mulyadi (2008).
Sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan dalam
akuntansi keuangan daerah selama ini adalah pembukuan. Padahal menurut
akuntansi, pengertian demikian tidaklah tepat. Hal ini disebabkan karena akuntansi
menggunakan sistem pencatatan. Menurut Abdul Halim (2008, hal. 43), “Terdapat
beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem pencatatan
single entry, double entry, dan triple entry”. Pembukuan hanya menggunakan
sistem pencatatan single entry, sedangkan akuntansi dapat menggunakan ketiga
sistem pencatatan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembukuan
merupakan bagian dari akuntansi.
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku
tunggal atau tata buku. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan
dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan
dicatat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berkaitan berkurangnya kas akan
dicatat pada sisi pengeluaran. Sistem pencatatan single entry ini memiliki

38
beberapa kelebihan, yaitu sederhana dan mudah dipahami. Namun, sistem ini
memiliki kelemahan, antara lain kurang bagus untuk pelaporan (kurang
memudahkan penyusun laporan), sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan
yang terjadi, dan sulit di kontrol. Oleh karena itu, dalam akuntansi terdapat sistem
pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan tersebut.
Sistem pencatatan double entry sering juga disebut dengan sistem tata buku
berpasangan dan merupakan cikal bakal ilmu akuntansi yang dicetuskan oleh Luca
Pacioli dalam artikelnya yang berjudul “Summa arithmatica geometry propartionet
propotionalita”. Kusnadi (2001). Menurut sistem ini pada dasarnya suatu transaksi
ekonomi dicatat dua kali, sehingga membentuk perkiraan dalam dua sisi berlawanan
yaitu sisi debit dan kredit secara berpasangan. Menurut sisitem pencatatan double
entry pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali, sehingga
pencatatan dengan sistem ini disebut dengan istilah menjurnal, dalam pencatatan
tersebut ada sisi debit dan sisi kredit dan dalam melakukan pencatatan tersebut
setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Abdul
Halim (2004). Double entry accounting dapat menyediakan pencatatan yang akurat
seperti yang diungkapkan oleh Keiso dan Weygandt (2001) : Under the universally
used double entry system, the dual (two sides) affect of each transaction is recorded
in appropriate account. This system providers alogical method for recording
transaction. It also offer a mean if proving the accuracy of the recordedamounts. If
every transactions recorded with equal debits and credits, then the sun of all the
debits to the accountants must equal the sum of all the credits.
Dengan digunakannya double entry accounting maka setiap transaksi yang
terjadi akan dicatat pada akun yang tepat, karena masing-masing akun penyeimbang
berfungsi sebagai media cross check. Selain ketepatan dalam pencatatan transaksi,
double entry accounting juga memiliki kemampuan untuk mencatat transaksi dalam
jumlah nominal yang akurat, karena jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit.
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan
menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada
buku anggaran. Jadi, sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, Pejabat
Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) maupun bagian
keuangan atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga mencatat transaksi
tersebut pada buku anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan berefek pada sisa
anggaran.

Pengakuan Akuntansi
Pengakuan akuntansi merupakan penetapan kapan suatu transaksi dicatat.
untuk menentukan kapan suatu transaksi dicatat, digunakan berbagai
sistem/basis/dasar akuntansi. Menurut Partomo (2001) : Sistem/basis/dasar
pencatatan adalah himpunan-himpunan standar-standar akuntansi yang menetapkan
kapan dampak keuangan dari transaksi-transaksi dan peristiwa- peristiwa lainnya
harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan. Basis-basis tersebut berkaitan
dengan penetapan waktu atas pengukuran yang dilakukan, terlepas dari sifat
pengukuran tersebut.
Basis akuntansi berhubungan dengan saat mengakui (mencatat) pendapatan
dan biaya atau belanja (expenditure). Ada dua basis akuntansi, yaitu basis kas (cash
basis) dan basis akrual (accrual basis). Selain itu, juga dikenal basis kas modofikasi
(modified cash basis) serta basis akrual modifikasi (modified accrual basis).
Beberapa orang berpendapat bahwa secara konseptual hanya terdapat dua basis
akuntansi, yaitu basis kas (cash basis) dan basis akrual (accrual basis). Basis
diantara keduanya hanya merupakan langkah transisi dari basis kas dan basis
akrual.
Pengakuan akuntansi untuk sektor publik dan sektor swasta berbeda
penerapannya, untuk sektor publik terdiri atas :
1. Basis Kas (cash basis)
2. Basis Akrual (accrual basis)
3. Basis Kas Modifikasi (modified cash basis)
4. Basis Akrual Modifikasi (modified accrual basis)
Dalam lembaga pemerintahan yang relatif masih kecil dan
aktivitasnya tidak banyak serta sederhana (tidak rumit), maka penerapan
cash basis masih dipandang sebagai pengecualian dan tidak perlu
dipermasalahkan meskipun secara tertulis banyak mengandung kelemahan.
Kusnadi (2001). Adapun karakteristik kas basis (cash basis) adalah mengukur
aliran dari sumber kas, transaksi keuangan diakui pada saat uang diterima
ataupun dibayarkan, menunjukkan ketaatan pada batas anggaran belanja dan
pada peraturan lain, menghasilkan laporan yang kurang komprehensif bagi
pengambil keputusan. Hal ini sesuai dengan pendapat Indra bastian (2002)

Siklus Akuntansi
Akuntansi adalah suatu sistem, yaitu suatu kesatuan yang terdiri atas
subsistem-subsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling berhubungan dan
mempunyai tujuan tertentu. Suatu sistem mengolah input (masukan) menjadi output
(keluaran). Input sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk
dokumen atau formulir. Outputnya adalah laporan keuangan.
Menurut SR Soemarso (2004, hal. 90) “siklus akuntansi akuntansi adalah
tahapan-tahapan kegiatan maulai dari terjadinya transaksi sampai dengan
penyusunan laporan keuangan hingga siap untuk pencatatan transaksi periode
berikutnya yang terjadi secara terus menerus.
Pada dasarnya siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus akuntansi
yang telah dijelaskan di atas, perbedaannya adalah pada proses penyusunan laporan
keuangan pemda. Setelah menyusun neraca saldo setelah penyesuaian, dapat
disusun laporan perhitungan APBD. Namun demikian, untuk lebih mempermudah
penyusunan laporan keuangan yang lain, yaitu laporan perubahan ekuitas dana atau
R/K pemerintah daerah, laporan aliran kas dan neraca, biasanya terlebih dahulu
dilakukan proses tutup buku dengan membuat jurnal penutup. Kemudian, setelah
jurnal penutup ini diposting, barulah disusun ketiga laporan keuangan tersebut.
Menurut Indra Bastian (2007, hal. 76) mengatakan bahwa “Siklus akuntansi
keuangan daerah merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan,
peringkasannya dan pelaporan keuangan”. Dengan demikian, siklus akuntansi
keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan di dalam sistem
akuntansi. Sesuai dengan pendapat Abdul Halim (2007, hal. 43), menyatakan
bahwa “Siklus akuntansi keuangan daerah adalah tahap-tahap yang ada dalam
sistem akuntansi”.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 (pasal
265) menyebutkan “Bahwa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun
laporan keuangan yang meliputi : Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)”.
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
“Laporan Realisasi Anggaran SKPD menyajikan informasi realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiyaan yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode tertentu” (PP
No. 24 Tahun 2005). Dalam pengertian kerangka konseptual akuntansi
pemerintahan, laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan
pemakaian sumberdaya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan.
Informasi ini dapat dianalisis dengan melihat (a) selisih antara anggaran
dengan realisasinya; (b) rasio-rasio antar rekening, misalnya rasio total belanja
terhadap total pendapatan, belanja langsung terhadap belanja tidak langsung,
belanja langsung terhadap total pendapatan, belanja langsung terhadap PAD dan
sebagainya.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, “Unsur
yang dicakup dalam Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari : pendapatan, belanja,
dan pembiayaan”.
a. Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan kas daerah yang menambah ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah.
b. Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran kas daerah yang mengurangi ekuitas
dana dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.
c. Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran.
2. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah
mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu. Neraca ini
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan SKPD pada tanggal tertentu.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 “Unsur yang
dicakup dalam neraca terdiri dari aset, kewajiban dan ekuitas dana”.
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Catatan atas Laporan Keuangan SKPD meliputi penjelasan naratif atau
rincian dari angka yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca.
Catatan atas Laporan Keuangan SKPD juga berisi informasi tentang kebijakan
akuntansi yang dipergunakan oleh Pemerintah Daerah dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan, serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Dalam Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan hal-hal yaitu
sebagai berikut :
a. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiscal/keuangan dan
pencapaian target kinerja APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target;
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan;
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d. Menyajikan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,
yang tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
Menyusun Jurnal Penutup
Jurnal penutup adalah jurnal yang dibuat untuk menutup saldo nominal
(temporary) menjadi nol pada akhir periode akuntansi. Perkiraan saldo nominal
adalah perkiraan yang digunakan untuk Laporan Realisasi Anggaran, yaitu
Pendapatan dan Belanja. Jurnal penutup diperlukan agar semua perkiraan yang
bersifat nominal tidak ikut atau tidak terbawa pada periode berikutnya, sehingga
saldo perkiraan tersebut perlu dinihilkan. Pada dasarnya, jurnal penutup adalah
mendebetkan perkiraan yang bersaldo kredit dan mengkreditkan perkiraan yang
bersaldo debet dan selisihnya merupakan surplus atau defisit. Jurnal penutup akan
mempengaruhi nilai SILPA (Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran) di neraca menjadi
jumlah yang benar.

METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera


Utara yang beralamat di Jln. T. Daud No. 5 Medan,

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan untuk memudahkan peneliti

menganalisis pencatatan dan pelaporan keuangan pada Satuan Kerja Perangkat

Daerah adalah : Data Sekunder, data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk

yang sudah diolah sehingga lebih komparatif jika digunakan oleh pihak yang

berkepentingan. Misalnya catatan perusahaan, bahan-bahan dokumen, buku-buku

yang sesuai permasalahan, serta data Primer yang didapat dari sumber-sumber

pertama yaitu Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang merupakan

data untuk dianalisis.


Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data, penulis melakukan dua cara

antara lain : Riset Lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data primer

dengan datang langsung ke Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Provinsi

Sumatera Utara, kemudian melakukan wawancara, dengan menanyai secara

langsung pegawai pada Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara yang

terkait guna pengumpulan data yang diperlukan dan melakukan observasi dengan

mengadakan peninjauan secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan yang

dilakukan yang berhubungan dengan proses penyusunan dan penyajian laporan

keuangan, serta riset pustaka (library research) yaitu dengan mempelajari buku-

buku dan tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, serta

melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen yang mendukung penelitian.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif

yaitu mendeskripsikan proses pencatatan dan pelaporan keuangan pada Badan

Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara dan kesesuaiannya dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP). Analisis deskriptif merupakan bentuk pemaparan

dari hasil temuan dari penelitian. Kuncoro (2003). Analisis deskriptif ini

memaparkan semua hasil penelitian berdasarkan hasil riset lapangan (field

research) dan riset pustaka (library research) yang berkaitan dengan penelitian.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dengan menggunakan

data kuantitatif yang didukung oleh dasar teori dan metode penelitian yang telah
dikemukakan, maka dilakukan analisis sistem pencatatan dan pelaporan keuangan

yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu dari tahun 2011 – 2012 telah

melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP), Kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh Badan

Lingkungan Hidup Pemprovsu dalam melakukan pencatatan dan


pelaporan keuangan tersebut. Untuk melakukan analisis sistem pencatatan dan

pelaporan keuangan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu terdapat

delapan tahapan yang perlu dilakukan analisis yaitu analisis transaksi, jurnal, posting

ke buku besar, jurnal penyesuaian, Neraca Saldo setelah penyesuaian, Laporan

Keuangan, dan jurnal penutup. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdapat tiga transaksi yang perlu dilakukan

analisis transaksi yaitu pendapatan, belanja dan asset. Berdasarkan dokumen laporan

keuangan yang telah diberikan oleh pihak Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu, maka

analisis transaksi akan disajikan sebagai berikut :

a. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk peningkatan aktiva

atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran

bersangkutan. Pendapatan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu berasal dari retribusi.

Untuk tahun anggaran 2011 terdiri dari : Pendapatan Retribusi Pelayanan Pemakaian

Kekayaan Daerah (Hasil Uji Sampel oleh UPT. Laboratorium Lingkungan). Untuk

tahun anggaran 2012 juga terdiri dari Pendapatan Retribusi Pelayanan Pemakaian

Kekayaan Daerah (Hasil Uji Sampel oleh UPT. Laboratorium Lingkungan).

b. Belanja adalah semua pengeluaran pada satu periode anggaran.

Pengeluaran. Belanja dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip

penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya kegiatan-kegiatan

sebagaimana yang telah ditetapkan. Untuk tahun anggaran 2011 belanja Badan

Lingkungan Hidup Pemprovsu meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan

belanja modal. Untuk tahun anggaran 2012 belanja badan lingkungan hidup terdiri dari

belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.


c. Asset Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu terbagai tiga yaitu asset

lancar, asset tetap dan asset lainnya. Asset lancar mencakup kas dan setara kas yang

diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam

waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Untuk tahun anggaran 2011 Asset

lancar ini terdiri dari kas, piutang dan persediaan. Untuk tahun anggaran 2012 Asset

lancar juga terdiri dari kas, piutang dan persediaan.

Asset tetap Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu adalah asset berwujud yang

mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Asset tetap Badan

Lingkungan Hidup Pemprovsu tahun anggaran 2011 terdiri dari tanah, peralatan dan

mesin, gedung dan bangunan kantor, dan aset tetap lainnya, sedangkan untuk tahun

anggaran 2012 terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan kantor,

jalan jaringan dan instalasi, dan asset tetap lainnya. Asset lainnya Badan Lingkungan

Hidup Pemprovsu untuk tahun anggaran 2011 terdiri dari asset tidak berwujud. Untuk

tahun anggaran 2012 juga terdiri atas Asset tidak berwujud.

Dari data penelitian yang dianalisis pada Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

masih menggunakan metode single entry dalam mencatat akuntansi pendapatan,

akuntansi belanja dan akuntansi asset. Padahal menurut Peraturan Pemerintah No. 24

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan setiap SKPD wajib mencatat

jurnal akuntansi pendapatan, akuntansi belanja dan akuntansi asset menggunakan

metode double entry, adapun format penjurnalan dengan metode double entry sesuai

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

adalah sebagai berikut :


Nomor
Keterangan Debet Kredit
Rekening
xxxx xxxxxxxxxxxx Xxxxx

xxxx xxxxxxxxxx xxxxx

Setelah melakukan penjurnalan, maka secara periodik (bulanan) PPK-SKPD

melakukan posting ke buku besar rekening masing-masing.

Analisis Pencatatan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

Pencatatan pada Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu yang dikaitkan dengan

teori-teori yang mendukung penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

b. Penerapan Pencatatan Akuntansi Pendapatan

Dalam melakukan Pencatatan Akuntansi Pendapatan Badan Lingkungan Hidup

Pemprovsu masih menggunakan metode lama yaitu single entry dan belum melakukan

pencatatan menggunakan metode double entry sebagaimana yang diamanatkan oleh

Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Manfaat dari penerapan double entry accounting system menurut Standar Akuntansi

Pemerintahan adalah dapat meminimalisasi tindakan korupsi, dapat dilakukannya

penilaian kinerja pemerintah oleh masyarakat, pemerintah dapat mempublikasikan

laporan keuangan, dapat membuka peluang bagi investor untuk penanaman modal,

adanya kontrol yang lebih jelas dalam pengeluaran kas, adanya transparansi laporan

keuangan, adanya persepsi baru tentang sub bagian pembukuan dan baik untuk

pengawasan serta akan tercipta good governance.

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu masih belum menerapkan siklus

akuntansi keuangan daerah dengan baik yang sesuai amanat Peraturan Pemerintah No.

24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, karena dalam menerapkan

siklus akuntansi keuangan daerah Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu


hanya melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal, posting ke perkiraan buku

besar, penyusunan neraca saldo, membuat jurnal penyesuaian, menyusun neraca saldo

setelah penyesuaian dan menyusun laporan keuangan, tetapi tidak membuat jurnal

penutup pada akhir periode akuntansi.

c. Penerapan Pencatatan Akuntansi Belanja

Sistem pencatatan akuntansi belanja di Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

masih menggunakan metode single entry dan belum menggunakan metode double

entry dalam proses pencatatannya sebagaimana yang diamanatkan oleh Peraturan

Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu masih belum menerapkan siklus

akuntansi keuangan daerah dengan baik yang sesuai amanat Peraturan Pemerintah No.

24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, karena dalam menerapkan

siklus akuntansi keuangan daerah Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu hanya

melakukan pencatatan transaksi ke dalam jurnal, posting ke perkiraan buku besar,

penyusunan neraca saldo, membuat jurnal penyesuaian, menyusun neraca saldo

setelah penyesuaian dan menyusun laporan keuangan, tetapi tidak membuat jurnal

penutup pada akhir periode akuntansi.

d. Penerapan Pencatatan Akuntansi Asset

Dalam melakukan Pencatatan Akuntansi Asset Badan Lingkungan Hidup

Pemprovsu masih menggunakan metode lama yaitu single entry dan belum melakukan

pencatatan dengan menggunakan metode double entry sebagaimana yang

diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Pada belanja tambahan penghasilan bagi PNS berupa Uang Makan, Tunjangan

Kesejahteraan, Tunjangan Kepala Badan dan Tunjangan Bendahara pada


pengeluaran kas tahun anggaran 2011 telah tercatat nilai netto yang mengakibatkan

tidak dicatat sebagai penerimaan pajak (PPh 21), maka pada akhir periode dibuat

jurnal penyesuaian.

Analisis Laporan Keuangan yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup

Pemprovsu

Setelah nerara saldo setelah penyesuaian disusun, maka langkah selanjutnya

PPK-SKPD menyiapkan laporan keuangan SKPD tahun anggaran berkenaan dan

disampaikan kepada Kepala SKPD untuk ditetapkan sebagai Laporan

Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran SKPD.

Laporan keuangan yang disusun oleh Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu,

terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.

Rincian masing-masing laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran

Berdasarkan data penelitian, Laporan Realisasi Anggaran Tahun terdiri dari :

a. Pos Pendapatan, pada pos pendapatan Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu terbagi

atas Pendapatan Asli Daerah. Laporan Realisasi Anggaran Badan Lingkungan Hidup

Pemprovsu untuk Tahun Anggaran 2011 menunjukkan bahwa seluruh penerimaan

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu berasal dari retribusi.

a. Pos Belanja, pada pos belanja Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu, tebagi atas

: Belanja Operasi dan Belanja Modal.

2. Neraca

Neraca menyajikan asset, utang dan ekuitas dana pada saat (tanggal) akhir tahun

anggaran.
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu

tahun anggaran 2011 dan 2012 menyajikan informasi mengenai :

a. Informasi tentang Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan

Pencapaian Target Kinerja APBD SKPD;

b. Ikhtisar Pencapaian Target Kinerja Keuangan SKPD;

c. Kebijakan Akuntansi, dan,-

d. Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan SKPD.

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu, Pada tahun anggaran 2011 dan 2012

tidak melakukan pencatatan akuntansi Jurnal Penutup. Padahal Standar Akuntansi

Pemerintahan, mengamanatkan “Setelah menyusun Laporan Keuangan tahunan, maka

PPK-SKPD diwajibkan untuk membuat jurnal penutup, tujuannya untuk menutup

saldo perkiraan nominal agar tidak terbawa pada periode akuntansi tahun berikutnya.”.

Analisis Siklus Akuntansi Daerah

Berdasarkan hasil penelitian melalui riset lapangan (field research), maka dapat

dijabarkan siklus akuntansi daerah yang telah dilakukan oleh Badan Lingkungan

Hidup Pemprovsu untuk tahun anggaran 2011 dan tahun anggaran 2012, sebagai

berikut :

a. Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu melakukan pencatatan siklus akuntansi

yang meliputi ; Analisis Transaksi, Jurnal, Posting ke Buku Besar, Neraca Saldo,

Jurnal Penyesuaian, Neraca Saldo setelah Penyesuaian, dan Laporan Keuangan, yang

meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Catatan atas Laporan

Keuangan (CaLK).
b. Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu belum melakukan pencatatan siklus

akuntansi yang sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) karena masih belum melakukan

pencatatan siklus akuntansi jurnal penutup;

c. Pada Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 setiap SKPD diwajibkan untuk

mencatat siklus akuntansi jurnal penutup, tujuannya adalah untuk menutup saldo

perkiraan nominal agar tidak terbawa pada periode akuntansi tahun berikutnya.

Tabel Rekapitulasi Hasil Penelitian

KESESUAIAN
PEMBAHASAN KETERANGAN
DENGAN SAP
SKPD SAP
Penerapan Pencatatan
Belum Sesuai Single Entry Double Entry
Akuntansi Pendapatan

Penerapan Pencatatan Double Entry


Belum Sesuai Single Entry
Akuntansi Belanja

Penerapan Pencatatan Double Entry


Belum Sesuai Single Entry
Akuntansi Asset

Penerapan Pelaporan
Sesuai - -
Keuangan
Diwajibkan
Belum untuk seluruh
Penerapan Siklus melakukan SKPD
Belum Sesuai
Akuntansi Daerah pencatatan melakukan
Jurnal Penutup pencatatan
Jurnal Penutup

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan berdasarkan hasil temuan yang

ada pada pelaporan keuangan Pemerintah Daerah pada SKPD (Satuan Kerja Perangkat

Daerah) Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu dapat diambil kesimpulan bahwa pada

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu masih belum sepenuhnya


melakukan pencatatan akuntansi keuangan dengan baik untuk akuntansi pendapatan,

akuntansi belanja dan akuntansi asset sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan karena masih menggunakan

metode pencatatan single entry dan bukan menggunakan metode yang diamanatkan

oleh Standar Akuntansi Pemerintahan yaitu dengan metode double entry. Untuk

laporan keuangan yang dihasilkan pada akhir tahun (khususnya tahun anggaran 2011

dan 2012) terdiri dari : Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan

Keuangan, dimana format dan uraian perkiraan telah diklasifikasikan secara tepat

sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Saran

Adapun saran yang diusulkan adalah perlu adanya sumber daya manusia yang

memiliki spesialisasi dalam rangka pengelolaan pencatatan dan pelaporan keuangan

SKPD. Sumber daya manusia ini dapat diperoleh melalui perekrutan CPNS dengan

kualifikasi di bidang akuntansi yang memadai serta melakukan pelatihan-pelatihan

dan bimbingan teknis terhadap SDM yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Hafiz (2006). Penatausahaan dan Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta :


Alfabeta.

Abdul, Halim (2004). Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta : Salemba Empat.

.................... (2007). Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta : Salemba Empat.


.................... (2008). Akuntansi Keuangan Daerah, Jakarta : Salemba Empat.

Henry, Simamora (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi ke-3, Yogyakarta
: STIE YKPN.

Indra, Bastian (2002). Sistem Akuntansi Sektor Publik, Jakarta : Salemba Empat.

.................... (2007). Sistem Akuntansi Sektor Publik, Jakarta : Salemba Empat.

Kusnadi (2001). Summa Arithmatica Geomatry Propartionet Propotionalita, Jurnal,


Dipublikasikan.

Kurnia, Sari (2008), Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan SKPD (Studi Kasus
Penerapan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 di Pemerintah Daerah
Kabupaten Batang). Tesis S2, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tidak
Dipublikasikan.

Keiso dan Weygandt (2001). Financial Accounting Corporate Practice Set, California
: Wiley.

Kuncoro (2003), Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi, Jakarta : Erlangga.

Mulyadi (2008). Sistem Akuntansi, Jakarta : Salemba Empat.

Partomo (2001). Ekonomi Koperasi, Bogor : Ghalia Indonesia. Peraturan Pemerintah


Nomor 24 Tahun 2005. tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006. tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah, Jakarta.

SR Soemarso (2004). Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1 Edisi 5, Jakarta : Salemba


Empat.
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI BELANJA LANGSUNG


PADA KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU
PROVINSI SULAWESI UTARA

SYSTEMS AND PROCEDURES OF DIRECT SPENDING ACCOUNTING ON


INTEGRATED LICENSING SERVICE OFFICE OF NORTH SULAWESI PROVINCE

Nikita¹,David Saerang²,Winston Pontoh³


1,2,3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115, Indonesia
Email : Pclaytty@gmail.com

ABSTRAK

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan.
Akuntansi belanja disusun untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan
ketentuan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sistem dan prosedur dalam kegiatan
Belanja langsung yang diterapkan di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu sudah sesuai Permendagri No 21
Tahun 2010 dan berpedoman PP No 71 tahun 2011.Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu sudah
mengalokasikan belanja yang dibutuhkan dan telah menyusun laporan sesuai dengan peraturan pemerintah
No 71 tahun 2010 dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 21 tahun 2011.Penerbitan SPD yang
menyatakan terjadinya dana untuk melaksanakan kegiatan sebagai dasar dari penerbitan SPP,pengajuan
SPM adalah tahapan penting dalam penatausahaan pengeluaran yang dilanjutkan dengan penerbitan SP2D
unuk mencairkan dana lewat bank yang telah ditunjuk oleh BUD. Hendaknya berpedoman penuh pada
Peraturan Pemerintah yang berlaku agar Pengelolaan Keuangan dapat berwujud dengan efektif dan efisien
serta dapat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.

Kata Kunci: Akuntansi,Belanja Langsung, sistem dan prosedur

ABSTRACT

The research purpose to find out whether the systems and procedures in directly spending implemented in
the Integrated Licencing Services Office has mach wih the Goverment Regulation/Permendagri No. 21 in
2010 and based on PP No. 71 in 2011. The analysis method used is a descriptive method. The results shows
the integrated Licensing Service Office has already allocated the required expenditures and has compiled
with the Government Regulation No. 71 in 2010 and PP No. 21 in 2011. The publication of the SPD which
States the occurrence of funds to carry out its activities as the basis for the issuance of the SPP, the filing
of SPM is an important stage in the administering expenses is continued with the publication of SP2D to
disburse funds via a bank that had been appointed by BUD.

Keywords: accounting, Direct Expenditure, systems and procedures

Nikit 1141
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang yang berjuang mendambakan terciptanya Good
governance. Pemerintah daerah dituntut agar lebih memberikan pelayanan publik yang
didasarkan pada asas-asas pelayanan publik yang meliputi tansparansi adan akuntabilitas.Untuk
mencapai Good governance dalam tata pemerintahan Indonesia, maka prinsip-prinsip Good
governance hendaknya ditegakan dalam berbagai institusi penting pemerintahan.Reformasi
sektor publik yang disertai adanya tuntuntan demokratisasi menjadi suatu fenomena global
termasuk di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas
menjadi hal penting dalam pengelolaan pemerintah termasuk dibidang pengelolaan keuangan
Negara. Penetapan Kertas kerja/laporan keuangan oleh SKPD dilatarbelakangi oleh Peraturan
Pemerintah (PP) No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Suatu unsur diakui
secara formal apabila unsur tersebut sudah memenuhi salah satu definisi elemen laporan
keuangan. Berarti pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-kata
maupun jumlah uang dan mencantumkannya kedalam neraca atau laporan laba rugi. Pengakuan
sebagai pencatatan suatu item dalam akuntansi dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban,
pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian harus dapat diakui dan diukur agar dapat
menyajikan informasi yang relevan. Akuntansi belanja disusun untuk memenuhi kebutuhan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan. Akuntansi belanja juga dapat dikembangkan untuk
keperluan pengendalian bagi manajemen dengan cara memungkinkan pengukuran kegitan belanja
tersebut. Syurtika (2014) : “Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dari kegitan meliputi kegiatan belanja pegawai,belanja
barang dan jasa,belanja modal.” Salah satu masalah dalam pendapatan dan belanja daerah adalah
masih lemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam menggali potensi pendapatan daerah akan
berpengaruh terhadap kemampuan daerah untuk membiayai anggaran rutin dan anggaran
pembangunan. Lemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan
daerah juga akan mempengaruhi belanja daerah.

Khususnya di Provinsi Sulawesi Utara sendiri masalah yang sering muncul salah satunya adalah
mengenai anggaran APBN maupun APBD terlalu muluk-muluk sehingga perlu diadakannya
evaluasi disetiap SKPD. Pemerintah Kota (Pemkot) di Sulawesi Utara terus berupaya
menciptakan tata kelola pemerintahan yang bersih dan baik (clean and good governance).
Tentunya untuk mendapatkan hasil yang baik, peranan SKPD sangatlah berperan penting. Adanya
kerjasama antara Pemerintah Kota dan SKPD merupakan langkah yang efektif dalam membangun
daerah tidak terkecuali untuk Kota Manado sendiri. Kedudukan Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu Provinsi Sulawesi Utara sebagai salah satu sektor publik yang bergerak dalam hal
perijinan dan menjadi unsur penunjang Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Kantor Pelayanan
Perijinan Terpadu Provinsi Sulawesi Utara juga menerapkan mekanisme sistem dan prosedur
keuangan dan pengelolaan keuangan yang termasuk didalamnya membahas tentang anggaran.
Pengendalian laporan keuangan sangatlah penting dalam penyelenggaran kegiatan di dalam
pemerintahan agar setiap anggaran yang yang di tetapakan untuk penyelenggaran dan pelaksanaan
kegiatan dapat terealiasai sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana Sistem dan Prosedur
“Akuntansi Belanja Langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Sulawesi Utara”.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sistem dan
prosedur dalam kegiatan Belanja langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu

Nikit 1142
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

berdasarkan Permendagri No 21 Tahun 2010 dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah No 71


tahun 2011.

Tinjauan Pustaka

Konsep Akuntansi

Anastasia Diana dan Lilis Setiawati (2011) Dalam buku Sistem Informasi Akuntansi, “Akuntansi
merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-
peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan
informasi bisnis tersebut”. Sesuai dengan pengertian para Ahli diatas Akuntansi dapat diartikan
sebagai suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data,
transaksi serta kejadian yan berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang
yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan keputusan serta tujuan
lainnya.

Akuntansi Keuangan Daerah

Secara yuridis akuntansi keuangan daerah berfungsi untuk menghasilkan laporan keuangan bagi
pihak luar pemerintah daerah, sehingga akuntansi keuangan daerah cenderung masuk dalam
akuntansi keuangan daerah. Menurut Halim (2012) Akuntansi Keuangan Daerah adalah proses
pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari
entitas pemerintah daerah (Kabupaten, kota atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam
rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah
(kabupaten, kota atau provinsi). Akuntansi keuangan daerah menghasilkan informasi bagi pihak
intern maupun ekstern pemerintah daerah, sehingga dapat digolongkan sebagai akuntansi
menejemen maupun akuntansi keuangan. Bagi pihak intern, akutansi keuangan daerah digunakan
sebagai pendukung penyusunan anggaran dan sebagai alat analisis kinerja pemerintah daerah.

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Penyelenggaran pemerintah daerah tidak lepas dari adanya penggunaan dan pemanfaataan anggaran
serta pendapatan daerah. Dan setiap tahun juga selalu saja pemerintah memepersiapkan anggran atau
yang sering disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Menurut Badrudin (2012)
APBD adalah suatu rencana kerja pemerintah daerah yang mencakup seluruh pendapatan atau
penerimaan dan belanja pengeluaran pemerintah daerah, baik provinsi, kabupaten, dan kota dalam
rangka mencapai sasaran pembangunan dalam krun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan
yang dan disetujui oleh DPRD dalam peraturan perundangan yang disebut peraturan Daerah.

Pengelolaan Keuangan Daerah

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun 2006 tentang Pengeloaan keuangan
Daerah yang telah diubah menjadi Permendagri No 59 tahun 2007 dan terakhir kalinya diubah
menjadi Permendagri No 21 tahun 2011 adalah keselurahn kegitan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatusahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan pengeloaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dimulai dengan perencanaan/penyusunan
anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). APBD disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pedapatan daerah. Penyusunan APBD
sebagaimana pedoman kapada RKPD dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat
untuk tercapainya tujuan bernegara.

Nikit 1143
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

Sistem dan Prosedur

Sistem adalah kumpulan/grup dari sub sistem/bagian/komponen apapun baik fisik ataupun non
fisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai
satu tujuan tertentu. Diana dan Setiawati (2011) menyatakan bahwa pendekatan sistem yang lebih
menekankan pada prosedur mendefinisikan sistem sebagai berikut “suatu sistem adalah
serangkaian bagian yang saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu”.
Sedangkan prosedur didefinisikan sebagai berikut “suatu uraian kegiatan klerikal, biasanya
melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin
penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang- ulang.

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses
pengumpulan data/bukti transaksi keuangan, pencatatan, pengklasifikasian, pengihktisaran
sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, yang
dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan aplikasi komputer. Seperti halnya SAPP,
SAPD juga terdiri atas dua subsistem berikut:
1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)
2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

Sistem Akuntansi Satuan Kerja (SKPD)

Dalam struktur pemerintahan daerah, satuan kerja merupakan entitas akuntansi yang wajib
melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi di lingkungan satuan kerja. Kegiatan
akuntansi pada satuan kerja meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja, asset, dan selain kas.
Proses tersebut dilaksanakan oleh Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) berdasarkan dokumen-
dokumen sumber yang diserahkan oleh bendahara. Secara berkala, PPK melakukan posting pada
buku besar dan secara periodik menyusun Neraca Saldo sebagai dasar pembuatan Laporan
Keuangan yang terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.

Konsep Belanja Pemerintah

Menurut PP No 24 tahun 2005 yang telah diubah menjadi PP No 71 tahun 2010 tentang standar
akuntansi pemerintahan, Belanja adalah semua pengeluaran dan rekening kas umum
Negara/daerah yang mengurangi ekuitas dana lacar bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah. Pengklasifikasian belanja daerah bedasarakan
Permendagri No 21 tahun 2011 tentang pedoman Pengeluaran Keuangan Daerah dibagi:
1. Klasifikasi Belanja menurut Fungsi. Belanja menurut fungsi adalah klasifikasi yang
didasarkan pada fungsi-fungsi utama pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat serta untuk meningkatakan keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan
negara yang terdiri dari Pelayanan Umum, ketertiban dan ketentraman, ekonomi,
lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, dan budaya,
pendidikan dan perkindungan sosial.
2. Klasifikasi Belanja menurut Urusan Pemerintah. Klasifikasi Belanja Urusan Pemerintah
terdiri dari belanja wajib dan belanja urusan pilihan. Belanja penyelengaraan urusan wajib
di prioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam
upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan
dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta
mengembangkan sistem jaminan sosial. Belanja menurut urusan peilihan terdiri dari

Nikit 1144
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

bidang pertanian, kebutuhan energy dan sumber daya mineral, pariwisata kelauta dan
perikanan perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi.
3. Klasifikasi Belanja menurut Organisasi. Klasifikasi Belanaja menurut Organisasi yaitu
klasifkasi berdasarakan unit pengelolaan anggaran.

Akuntansi Belanja

Konsep anggaran berbasis kinerja menghendaki adanya keterkaitan antara output hasil dari suatu
program/kegiatan dikaitkan dengan input yang digunakan. Dalam bahasa keuangan, input tersebut
tercermin dari belanja yang dikeluarkan untuk membiayai sesuatu program ataupun suatu
kegiatan. Oleh karena itu terdapat pengelompokan belanja yaitu: Belanja Tidak Langsung, dan
Belanja langsung.

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program/kegiatan. Sedangkan Belanja langsung merupakan belanja yang dianggrakan terkait
secara langsung dengan program dan kegiatan.Pelaksanaan belanja merupakan tahap dimana
PPTK menggunakan aggaran dalam melaksanakan kegiatan yang dianggrakan dalam proses ini,
PPTK harus menggunakan anggaran dalam melaksanakan anggaran sesuai dengan peruntukan
yang telah dicantumkan dalam DPA SKPD yang terkait.
1. Karakteristik Belanja langsung adalah input (alokasi belanja) yang ditetapkan dapat diukur
dan diperbandingkan dengan output yang dihasilkan. Variabelitas jumlah komponen
belanja langsung sebagian besar dipengaruhi oleh target kinerja atau tingkat pencapaian
program atau kegiatan yang diarapakan.
2. Belanja Langsung terdiri dari : Belanja Pegawai. Belanja pegawai dalam hal ini untuk
pengeluaran honor/ upah dalam melaksanakan program atau kegitan pemerintah daerah.

LS (Langsung) Belanja Pegawai; Pembayaran Gaji, Pembayaran Lembur, Pembayaran Uang


Makan, Pembayaran Honorarium Tetap/Vakasi.

LS Non Belanja Pegawai; Pembayaran Honorarium, Pembayaran Langganan Barang dan Jasa,
Pembayaran Perjalanan Dinas, Pembayaran Pengadaan Tanah, Belanja barang dan jasa : Barang
dan jasa digunakan untuk pengeluaran pembelian/ pengadaan barang yang diniai manfaatnya
kurang dari 12 (duabelas) bulan dan/atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan
kegitan pemerintah daerah.

Perlakuan atas Belanja menurut Standar Akuntansi Pemerintahan

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah no 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
Akuntansi Belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan
ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk keperluan pengendalian belanja bagi manajemen
untuk mengukur efektifitas dan efisiensi belanja tersebut. Jika terjadi kekeliruan dalam
pengeluaran belanja maka koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang
terjadi pada periode pengeluran belanja dibukukan sebagai pungurang belanja pada periode yang
sama. Apabila diterima pada perode berikutnya, koreksi atas pengeluaran belanja dibukukan
didalam pendapatan-LRA dalam pos pendapatan lain-lain LRA.

Penelitian Terdahulu

Arlika Swettly (2013) Evaluasi prosedur pengeluaran kas Belanja Langsung pada Dinas
Kebersihan Kota Bitung Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan pemerintah daerah
dalam implementasi. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan prosedur

Nikit 1145
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

pengeluaran kas belanja langsung sudah sesuai dengan PERMENDAGRI No 13 tahun 2006 dan
transaksi yang dilakukan telah terealisasikan dengan semestinya.

Rima Ayu (2015) Penerapan Akuntansi Belanja Modal pada Dinas Perhubungan Kota Bitung.
Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui sistem dan prosedur pengakuan, pencatatan,
pengukuran, dan pelaporan belanja modal.

Mantiri (2012) Evaluasi Sistem dan prosedur pengeluaran kas pada Dinas Kesehatan Kota Bitung
Untuk mengetahui apakah sistem dan prosedur pengelolaan kas daerah di Dinas Kesehatan Kota
Bitung telah sesuai dengan PP No 71 Tahun 2010 tentang SAP dan permendagri no 13 tahun
2006.

Rusita Untari (2011) Analisis Efisiensi dan Efektivitas Pelaksanaan Relaisasi Anggaran Belanja
Langsung Dinas Pendidikan Kota Semarang. Tujuan dari penelitian iniUntuk Menganalisis
tingkat Efektivitas dan Efisiensi pada pelaksanaan realisasi anggaran belanja langsungperiode
2011-2014 di SKPD Pendidikan Kota Semarang.

2. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu berupa studi kasus dan studi
pustaka. Studi kasus dilakukan pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi
Sulut. Sedangkan studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari literatur- literatur
yang relevan dengan analisis pencatatan dan pelaporan belanja langsung pada PPKD.

Tempat dan Waktu Penelitian

Pemilihan lokasi yang dilakukan dalam penilitian ini adalah pada Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulut, Jalan Sam Ratulangi No 103 Kota Manado, Sulawesi Utara.
Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2016.

Jenis Data

Sugiyono (2011), mengatakan bahwa data adalah keterangan mengenai sesuatu yang diperoleh
dalam suatu penelitian untuk menjelaskan, menerangkan, dan memecahkan masalah-masalah
sesuai dengan konteks judul yang diambil dengan maksud dan tujuan. Jenis data dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut: Data kualitatif, Data kualitatif merupakan data yang tidak
dapat diukur dalam skala numerik atau data yang disajikan dalam bentuk deskriptif atau berbentuk
uraian. Data kuantitatif, Data kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk skala
numerik (angka). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang disajikan
dalam bentuk deskriptif atau uraian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :


1. Metode Wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengadakan wawancara langsung dengan pihak instansi yang terkait.
2. Metode Dokumentasi. Penulis juga melakukan observasi dokumen untuk mendukung
penelitian yang dilakukan. Dalam melakukan observasi dokumen, penulis mengamati

Nikit 1146
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

data-data yang diperlukan yang berkenaan dengan Laporan Keuangan tentang Belanja
Langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Utara.
3. Media Elektronik dan Media Buku. Metode pengumpulan data yang dilakukan lewat media
elektronik berupa jaringan internet, dengan melakukan penelusuran situs melalui alat bantu
pencarian seperti google serta mengumpulkan data melalui buku-buku yang berkaitan.

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode deskriptif yaitu metode yang
digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan
untuk menggunakan kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono 2011:21).

Sumber Data

Sugiyono (2011), mengatakan bahwa sumber data merupakan data penelitian yang diperoleh
peneliti secara langsung dari sumber asli, yang terdiri dari; Data Primer, yaitu data yang diambil
langsung dari badan usaha (pihak internal perusahaan) berupa data dan informasi yang relevan
dengan penelitian, lewat wawancara langsung dan pembagian kuisioner. Data Sekunder, yaitu
data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan yang telah dipublikasikan kepada
masyarakat pengguna data.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian
Sistem dan Prosedur Belanja Langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu
Pintu Provinsi Sulawesi Utara

Sistem Akuntansi SKPD merupakan serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan dan operasi keuangan, di SKPD. Prosedur akuntansi Belanja lansung, yaitu serangkaian
proses baik manual maupun secara komputerisasi, dimulai dari pencatatan transaksi serta
pengikhtisarannya sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka mempertanggungjawabkan
pelaksanaan APBD yang terkait dengan Belanja. Sistem dan prosedur belanja langsung yang
diterapkan pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu dalam pelaksanaan Belanja Langsung
sebagai berikut:
1. Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD). Kuasa BUD Menganalisa DPA-SKPD yang
ada dalam database dan menganalisa anggaran kas pemerintah khususnya Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu selaku SKPD, menyiapkan darft SPD dan mendistribusikan
SPD kepada para pengguna anggaran. Selanjutnya, PPKD bertugas menelitu darft SKPD
yang telah diajukan kuasa BUD dan melakukan otorisasi SPD.
2. Pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP). Pengajuan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) untuk penerbitan SPM, berdasarkan SPD yang diterima pengguna
anggaran dari PPKD selaku BUD, Bendahara Pengeluaran mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran kepada pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran melalaui Pejabat
Penatausahaan keuangan SKPD. Bendahara Pengeluaran mengajukan Surat Permintaan
Pembayaran (SPP) dalam belanja. Disamping membuat SPP, Bendahara Pengeluaran juga
membuat register untuk SPP yang diajukan, dan register SPM dan SP2D yang sudah
diterima oleh bendahara.
3. Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM). Tahapan penting dalam penatausahaan
pengeluaran yang merupakan tahap lanjutan dari proses pengajuan SPP. Sebagai tahap
lanjutan, SPM juga dibedakan menjadi 4 (empat) sesuai dengan jenis SPPnya, yaitu SPM

Nikit 1147
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

UP, GU, TU dan LS. Proses ini dimulai dengan pengujian atas SPM yang diajukan baik
dari segi kelengkapan dokumen maupun kebenaran pengisiannya. Untuk SPM GU,
pengujian juga dilakukan atas SPJ yang diajukan oleh bendahara. Begitu juga untuk SPM
TU jika sebelumnya telah pernah dilakukan.
4. Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Setelah SPM diterima oleh BUD
selanjutnya menerbitkan Surat SP2D yang diguanakn untuk mencairkan dana lewat bank
yang telah ditunjuk. SP2D adalah spesifik. Penerbitan SP2D paling lambat 2 hari kerja
sejak SPM-UP/GU/TU/LS diterima. Apabila ternyata kuasa BUD menyatakan bahwa
dokumen yang diperlukan belum lengkap, maka kuasa BUD membuat surat penolakan
penerbitan SP2D dalam dua rangkap. Satu dokumen diberikan kepada PPKD yang
kemudian akan diberikan pada pengguna anggaran agar menyempurnakan SPM, sementara
yang satu akan diarsipkan dalam Register surat penolakan penerbitan SP2D. Proses
penolakan SP2D dilakukan paling lambat 1 hari kerja sejak SPM diterima.
5. Penerbitan Surat Pertanggungjawaban. Bendahara Pengeluaran secara wajib
Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran belanja langsung kepada kepala SKPD
melalaui PPKD-SKPD paling lambat sepuluh bulan berikutnya.
6. Pengajuan Nota Pencairana Dana (NPD). PPTK mengajukan permohonan dana melalui
Nota Pencairan Dana (NPD) untuk melaksanakan kegiatan tertentu kepada PA/KPA.
Berdasarkan permohonan tersebut PA/KPA memberikan memo persetujuan kepada
bendahara pengeluaran untuk mengeluarkan sejumlah dana yang dimaksud. Kemudian
bendahara pengeluaran mengeluarkan dana sejumlah persetujuan yang diberikan PA/KPA
kepada PPTK. Dalam proses pelaksanaan kegiatan, PPTK wajib mengarsipkan dokumen-
dokumen yang terkait dengan pengeluaran belanja untuk kegiatan tersebut. Selanjutnya
PPTK memberikan dokumen-dokumen pelaksanaan belanja sebagai dasar bendahara
pengeluaran dalam melakukan pertanggungjawaban belanja.

Bendahara pengeluaran berdasarkan dokumen yang diberikan oleh PPTK, mencatat pelaksanaan
belanja kedalam pembukuan. Dalam pelaksanaannya, tidak semua dokumen pembukuan
digunakan secara bersamaan untuk membukukan satu transaksi keuangan yang dilakukan oleh
bendahara pengeluaran.

Pembahasan

Penerbitan Surat Penyediaan Dana (SPD) yang menyatakan terjadinya dana untuk melaksanakan
kegiatan sebagai dasar dari penerbitan SPP. SPD digunakan untuk menyediakan dana bagi tiap-
tiap SKPD termasuk pada Kantor Pelayanan Perijanan Terpadu dalam waktu tertentu. Informasi
dalam SPD menunjukkan secara jelas alokasi tiap kegiatan. SPD yang diterbitkan terdiri atas
lembar SPD adalah Surat Penyediaan Dana, yang dibuat oleh BUD (Bendahara Umum Daerah)
dalam rangka manajemen kas daerah. SPD digunakan untuk menyediakan dana. Informasi dalam
SPD menunjukkan secara jelas alokasi tiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu.

Pihak Terkait :

Kuasa BUD

Dalam kegiatan ini, kuasa BUD mempunyai tugas:


1. Menganalisa DPA-SKPD yang ada di database.
2. Menganalisa anggaran kas pemerintah khususnya data per SKPD.
3. Menyiapkan draft SPD
4. Mendistribusikan SPD kepada para pengguna anggaran

Nikit 1148
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

PPKD

Dalam kegitan ini mempunyai tugas: Meneliti draft SPD yang diajukan kuasa BUD, Melakukan
otorisasi SPP, dan Berdasarkan SPD atau dokumen lain atau yang dipersamakan dengan SPD.
Bendahara Pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pencairan Dana (SPP) kepada Pengguna
Anggaran/kuasa pengguna anggaran melalaui Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-
SKPD). SPP memiliki 4 jenis yang terdiri dari: SPP Langsung (SPP-LS) :Diperguakan untuk
pembayaran pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan. Pada Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu SPP-LS dikelompokan menjadi SPP UP/TU/GU/LS. Untuk mekanisme Belanja
langsung pada Kantor Pelayanan Perijinan dibagi menjadi : SPP-LS Gaji dan Tunjangan
2. SPP-LS Barang dan Jasa, SPP-LS Belanja Bunga, Hibah, Bantuan dan Biaya tak terduga.

Pihak Terkait
Bendahara Pengeluaran

Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran mempunyai tugas: Mempersiapkan dokumen SPP
beserta lampiran-lampirannya, dan Mengajukan SPP kepada PPK-SKPD.

PPK-SKPD (Pejabat Pengelola Keuangan-SKPD)

Dalam kegiatan ini, PPK-SKPD mempunyai tugas: Menguji kelengkapan dan kebenaran SPP
yang diajukan Bendahara Pengeluaran.

PPTK (Pejabat Pengelola Teknik Kegiatan)

Dalam kegiatan ini, PPTK mempunyai tugas: Mempersiapkan dokumen-dokumen yang diperluka
dalam pengajuan SPP-LS Proses Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) adalah tahapan
penting dalam penatausahaan pengeluaran yang merupakan tahap lanjutan dari pengajuan SPP.
Pengguna Anggaran berhak membuat surat penolakan SPM yang diterbitkan PP-SKPD bila SPP
yang diajukan tidak lengkap.

Pihak Terkait
PPK-SKPD

Dalam prosedur ini, PPK-SKPD memiliki tugas sebagai berikut: Menguji SPP beserta
kelengkapannya. SPP LS Gaji/Barang dan Jasa, SPP TU/GU. Membuat SPM atas SPP yang telah
diuji kelengkapan dan kebenarannya dan mengajukannya ke Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran. Membubuhkan paraf pada SPM yang telah dibuatnya. Menerbitkan Surat
Penolakan SPM bila SPP yang diajukan oleh Bendahara SKPD tidak lengkap. Apabila SPM sudah
ditandatangani oleh PA/KPA, maka PPK-SKPD menyampaikan SPM ke KPPTSP.

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)

Dalam prosedur ini, PA/KPA memiliki tugas sebagai berikut: Menandatangani SPM yang telah
diparaf oleh PPK-SKPD. Mengotorisasi Surat Penolakan SPM yang diterbitkan PPK SKPD bila
SPP yang diajukan bendahara SKPD tidak lengkap. Menyampaikan SPM beserta kelengkapannya
yang telah ditandatangani ke DPPKA melalui PPK-SKPD. Setelah Penerbitan SPM Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu menerbitkan Surat Peintah Pencairan Dana (SP2D) yang
dipergunakan untuk mencairkan dana lewat bank yang ditunjuk setelah SPM diterima oleh BUD.

Nikit 1149
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

Pihak Terkait
Kuasa BUD

Dalam prosedur ini, Kuasa BUD memiliki tugas sebagai berikut: Menerima SPM beserta
kelengkapannya dan menandatangani buku ekspedisi dari SKPD melalui seksi Anggaran. Seksi
Anggaran melakukan verifikasi atas ketersediaan dana terhadap SPM yang diterima dengan SPD
pada Triwulan yang bersangkutan. Apabila anggarannya tersedia, selanjutnya diserahkan kepada
Seksi Perbendahraan. Seksi Perbendaharaan meneliti SPM dan kelengkapan dokumen
pendukung. Apabila SPM dan kelengkapannya dapat diterima, maka seksi perbendaharaan
mencetak SP2D. Menandatangani SP2D yang telah diparaf oleh pejabat yang ditunjuk oleh BUD
sebanyak 5 rangkap, paling lama 2 hari kerja setelah diterimanya SPM.
1. Lembar 1 untuk Bank
2. Lembar 2 untuk arsip di Kuasa BUD
3. Lembar 3 untuk PPK-SKPD
4. Lembar 4 untuk seksi pembukuan dan pelaporan di DPPKA
5. Lembar 5 untuk Bendahara SKPD
Mengirimkan SP2D kepada bank dan Membuat register SP2D.

Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

Dalam kegiatan ini, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran memiliki tugas untuk
Menandatangani SPM.

Bendahara Pengeluaran SKPD

Dalam kegiatan ini, Bendahara Pengeluaran SKPD memilki tugas: Mencatat SP2D pada dokumen
penatausahaan yang terdiri atas: Buku Pengeluaran, Buku Pembanntu Simpananan Bank, Buku
Pembantu Pajak, Buku Pembantu Panjar, dan Buku Rekapitulasi Pengeluaran Perincian Objek.

Untuk Belanja Langsung yang dilakukan melalaui mekanisme Akuntansi Belanja LS Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu melalaui Bendahara pengeluaran secara administratif wajib
mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran Belanja-Ls kepada kepala SKPD melalui PPK-
SKPD paling lambat 10 bulan berikutnya

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu juga menggunakan Nota Permintaan Dana (NPD) yaitu nota
yang digunakan untuk mencairkan dana melalui bendahara pengeluaran atau bendahara
pengeluaran pembantu. Pada mekanisme ini tidak terdapat surat pertanggungjawaban (SPJ), tetapi
hanya menunjukkan nota atau kwitansi sebagai bukti pertanggungjawaban. Pihak yang terkait
dalam Prosedur Penerbitan Nota Permintaan Dana adalah Bendahara Pengeluaran Pembantu.

Pengakuan belanja menurut peraturan pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2005 yang kemudian di
ubah menjadi PP No.71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan sebagaimana diatur
pada pernyataan nomor 2 tentang laporan realisasi anggaran paragraf 31 dan 32 menyatakan:
1. Belanja di akui pada saat terjadi pengeluaran dari rekening kas umum daerah.
2. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuan terjadinya pada saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan (verivikasi).

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu sudah mengalokasikan belanja yang dibutuhkan secara terus
menerus dengan jumlah yang cukup untuk keperluan dalam tahun anggaran yang telah ditentukan
Dan telah menyusun laporan bulanan bendahara sesuai dengan peraturan pemerintah

Nikit 1150
a
Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 04 Tahun 2016

No 71 tahun 2010 yang menyatakan bendahara pengeluaran secara administratif wajib


menyampaikan laporan kepada pengguna anggran melalui PPK-SKPD.

4. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkaan penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:


1. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Sulawei Utara sudah melakukan pencatatan
dengan menggunakan sistem komputerisasi dalam hal mencatat laporan keuangan sehingga
lebih memudahkan pengerjaan dalam proses pencatatan dan pelaporannya.
2. Sistem dan Prosedur Belanja Langsung yang diterepakan pada Kantor Pelayanan Perijinan
Terpadu Provinsi Sulawesi Utara telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No.21 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Negara.

Saran

Hal yang diusulkan penulis kepada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Sulawei Utara,
kiranya untuk tahun-tahun berikutnya, hendaknya Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi
Sulawei Utara berpedoman sepenuhnya kepada Peraturan Pemerintah yang berlaku yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah, agar Pengelolaan Keuangan dapat berwujud dengan efektif dan
efisien serta dapat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan.

DAFTAR PUSTAKA

Paper dalam Jurnal


[1] Retno Sundari, 2013, “Analisis Belanja Langsung Pada Dinas Kesehatan kabupaten klaten.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
[2] Syurtika Lomboan, 2014. “Analisi Belanja Langsung Pada Dinas Kesehatan Sulawesi
Utara”Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Samratulangi Manado

Buku
[3] Anastasia dan Lilis 2011, Sistem Informasi Akuntansi, Perancangan,Proses dan Penerapan.
Edisi I Yogyakarta; Andi Yogyakarta.
[4] Badrudin 2012, Ekonomika Otonomi Daerah. Penerbit STIM TKPN, Yogyakarta.
[5] Fokus Media. 2010,” Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah”.
[6] Halim A., dan Kusufi S. Muhammad. 2012, Akuntansi Sektor Publik “Akuntansi Keuangan
Daerah edisi 4, Jakarta Selatan : Salemba Empat.
[7] Indra Bastian 2010, Akuntansi Sektor Publik,Edisi 3, Penerbit Erlangga.
[8] Munawir. S 2010, Analisis Laopran Keuangan. Edisi 4. Yogyakarat: Liberty.
[9] PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang,”Standard Akuntansi Pemerintahan”.

Nikit 1151
a
REVIEW

JURNAL 1

ANALISIS MANFAAT BASIS AKRUAL DAN BASIS KAS MENUJU AKRUAL


DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INTERNAL PEMERINTAH DAERAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan persepsi tentang manfaat basis
akrual dan basis kas menuju akrual dalam pengambilan keputusan internal....

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:

(1) Basis akrual lebih bermanfaat dibandingkan basis kas menuju akrual dalam pengambilan
keputusan internal pemerintah daerah di kota Solok

(2) Terdapat perbedaan basis akrual dan basis kas menuju akrual dalam pengambilan
keputusan internal daerah....

Berdasarkan Lampiran II Peraturan pemerintah 71 Tahun 2010 manfaat kas menuju akrual
adalah menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran, menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara
memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan
peraturan perundang-undangan, menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya
ekonomi yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai, menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya, dan menyediakan informasi mengenai posisi
keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan
pinjaman.

Menurut Simanjuntak (2005) basis kas menuju akrual adalah basis akuntansi yang
dikembangkan di Indonesia sebagai transisi menuju basis akrual penuh, dengan cara
menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam LRA
dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.

Dengan basis ini, pendapatan, belanja, dan pembiayaan dicatat berdasarkan basis kas,
sedangkan aset, utang, dan ekuitas dana dicatat berdasarkan basis akrual

Basis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi atau peristiwa akuntansi
diakui dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa
memperhatikan waktu kas diterima atau dibayarkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi basis akuntansi mana (basis akrual
atau basis kas menuju akrual) yang menurut para manajer sektor publik dan pengelola
keuangan daerah dapat memberikan informasi lebih bermanfaat untuk pengambilan
keputusan internal di pemerintah daerah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian
uji beda antara basis akrual dan basis kas menuju akrual dalam pengambilan keputusan
pemerintah internal di OPD kota Solok.

Penelitian ini berusaha mengidentifikasi basis akuntansi mana yang lebih bermanfaat dalam
pengambilan keputusan internal pemerintah daerah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis tetarik melakukan penelitian
dengan judul "Analisis Manfaat Basis Akrual dan Basis Kas Menuju Akrual dalam
Pengambilan Keputusan Internal Pemerintah".

Menurut PP 71 tahun 2010 basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam
laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas
dalam neraca.

JURNAL 2

ANALISIS PELAPORAN KEUANGAN PADA SATUAN KERJA PERANGKAT


DAERAH

Penelitian Akuntansi keuangan daerah merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran,


pencatatan dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah
(kabupaten, kota atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah
(kabupaten,kota atau provinsi).

Pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah yang memerlukan informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), badan pengawas keuangan, investor, kreditur dan donator, analisis ekonomi dan
pemerihati pemerintah daerah, rakyat, pemerintah daerah lain dan pemerintah pusat, yang
seluruhnya berada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.

Proses pengidentifikasian pada akuntansi keuangan daerah maksudnya adalah


pengidentifikasian transaksi ekonomi, agar dapat membedakan transaksi yang bersifat
ekonomi dan yang tidak bersifat ekonomi.

Laporan keuangan dalam pemerintah daerah meliputi : Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Unsur yang menyusun persamaan dasar akuntansi adalah elemen-elemen laporan keuangan.

Akuntansi adalah suatu sistem yang tujuannya adalah menghasilkan informasi dalam bentuk
laporan keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah terdiri atas laporan
perhitungan APBD nota perhitungan APBD, laporan aliran kas dan neraca.
Tahap-tahap yang terdapat dalam siklus akuntansi adalah analisis transaksi, jurnal, posting,
neraca saldo, penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, laporan keuangan, penutupan,
dan neraca saldo setelah penutupan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam setiap prosedur tersebut adalah fungsi yang
terkait, dokumen yang digunakan, laporan yang dihasilkan, dan uraian teknis prosedur.

Setiap pemerintah daerah diwajibkan untuk melakukan pencatatan dan pelaporan akuntansi
keuangan daerah, tidak terkecuali Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu yang merupakan
Satuan Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

Badan Lingkungan Hidup Pemprovsu diwajibkan melakukan akuntansi keuangan daerah


yang meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan dan pelaporan transaksi-
transaksi keuangan yang terjadi sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

Hal ini tentu akan menyulitkan Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun laporan
keuangan pemerintah daerah yang handal dan berkualitas tinggi.

Sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan dalam akuntansi keuangan
daerah selama ini adalah pembukuan.

JURNAL 3

SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI BELANJA LANGSUNG PADA KANTOR


PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI SULAWESI UTARA

Pengakuan sebagai pencatatan suatu item dalam akuntansi dan laporan keuangan seperti
aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian harus dapat diakui dan
diukur agar dapat menyajikan informasi yang relevan.

Syurtika (2014) : "Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dari kegitan meliputi kegiatan belanja pegawai,belanja
barang dan jasa,belanja modal." Salah satu masalah dalam pendapatan dan belanja daerah
adalah masih lemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam menggali potensi pendapatan
daerah akan berpengaruh terhadap kemampuan daerah untuk membiayai anggaran rutin dan
anggaran pembangunan.

Lemahnya kemampuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan daerah juga akan
mempengaruhi belanja daerah.

Pengendalian laporan keuangan sangatlah penting dalam penyelenggaran kegiatan di dalam


pemerintahan agar setiap anggaran yang yang di tetapakan untuk penyelenggaran dan
pelaksanaan kegiatan dapat terealiasai sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.

Sesuai dengan pengertian para Ahli diatas Akuntansi dapat diartikan sebagai suatu proses
mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta
kejadian yan berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang
menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan keputusan serta tujuan
lainnya..

Akuntansi Keuangan Daerah Secara yuridis akuntansi keuangan daerah berfungsi untuk
menghasilkan laporan keuangan bagi pihak luar pemerintah daerah, sehingga akuntansi
keuangan daerah cenderung masuk dalam akuntansi keuangan daerah.

Akuntansi keuangan daerah menghasilkan informasi bagi pihak intern maupun ekstern
pemerintah daerah, sehingga dapat digolongkan sebagai akuntansi menejemen maupun
akuntansi keuangan.

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Penyelenggaran pemerintah daerah tidak lepas dari
adanya penggunaan dan pemanfaataan anggaran serta pendapatan daerah.

Dan setiap tahun juga selalu saja pemerintah memepersiapkan anggran atau yang sering
disebut dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Menurut Badrudin (2012) APBD adalah suatu rencana kerja pemerintah daerah yang
mencakup seluruh pendapatan atau penerimaan dan belanja pengeluaran pemerintah daerah,
baik provinsi, kabupaten, dan kota dalam rangka mencapai sasaran pembangunan dalam krun
waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan yang dan disetujui oleh DPRD dalam
peraturan perundangan yang disebut peraturan Daerah.

Pengelolaan Keuangan Daerah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 tahun


2006 tentang Pengeloaan keuangan Daerah yang telah diubah menjadi Permendagri No 59
tahun 2007 dan terakhir kalinya diubah menjadi Permendagri No 21 tahun 2011 adalah
keselurahn kegitan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatusahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan pengeloaan keuangan daerah.

Anda mungkin juga menyukai