Anda di halaman 1dari 10

Nama : Fikri Amrullah Achmad

NIM : 2018320163

UTS Akuntansi Sektor Publik Kelas E

Jawaban :
1. Persamaan dan Perbedaan Sektor Publik dan Sektor Swasta
Persamaan antara sektor publik dan sektor swasta adalah sebagai berikut :

 Sektor ini sama-sama tunduk kepada peraturan dan perundang-undangan.


 Sektor publik dan sektor swasta sama-sama merupakan bagian integral dari
sistem ekonomi suatu negara dan menggunakan sumber daya yang sama
dalam mencapai tujuan organisasi.
 Sektor publik dan sektor swasta sama-sama memiliki proses manajemen yang
sama dalam perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian untuk
menghasilkan informasi yang handal dan relevan.
 Sektor publik dan sektor swasta punya sumber daya yang terbatas
(kelangkaan) ekonomis, efektif dan efisien.
 Dalam beberapa hal kedua sektor ini menghasil produk yang sama seperti
transportasi publik, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.

Perbedaan sektor publik dan sektor swasta / komersial adalah sebagai berikut :

 Tujuan Organisasi. Sektor Publik motifnya non-profit sedangkan sektor swasta


tujuannya adalah mencari keuntungan / profit.
 Pola Pertanggungjawaban. Sektor publik pola pertanggungjawabannya secara
horizontal dan vertikal. Sedangkan sektor privat polanya hanya vertikal saja.
 Sistem Akuntansi. Sektor publik sistem akuntansinya berbasis kas sedangkan
sektor swasta berbasis kas.
 Struktur Organisasi. Struktur organisasi di sektor publik bersifat rigid dan ada
birokrasi. Sedangkan sektor swasta lebih fleksibel dan tidak kaku.
 Anggaran. Anggaran sektor publik bersifat terbuka sedangkan sektor swasta
bersifat tertutup untuk umum.
 Sumber pendanaan. Pada sektor publik sumber pendanaannya bisa dari pajak,
hutang, retribusi dsb. Sedangkan sektor swasta sumber pendanaannya bisa
dari internal seperti modal sendiri dan bisa dari eksternal seperti hutang.
2. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 03
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) tentang Laporan Arus Kas. PSAP 03
terdapat dalam lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, yaitu Lampiran I.04
untuk SAP Berbasis Akrual dan dalam lampiran II.04 untuk SAP Berbasis Kas Menuju Akrual.

Tujuan
Tujuan Pernyataan Standar Laporan Arus Kas adalah mengatur penyajian laporan
arus kas yang memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu
entitas pelaporan dengan mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris selama satu periode akuntansi. Tujuan pelaporan arus
kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan
setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

Ruang Lingkup
Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan
dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas sesuai dengan standar ini
untuk setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan
keuangan pokok. Pernyataan Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan arus kas
pemerintah pusat dan daerah, satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat dan
daerah, atau organisasi lainnya jika menurut peraturan perundang-undangan atau menurut
standar, satuan organisasi dimaksud wajib menyusun laporan arus kas, kecuali perusahaan
negara/daerah.

Manfaat Informasi Arus Kas


Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan
datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan
arus kas keluar selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan
lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna
laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan
dan struktur keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas)
Tantangan Keberhasilan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah satu
reformasi yang dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada
setiap instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, yang
dimulai tahun anggaran 2008. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:
”Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini
dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas.”
Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi
dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat
terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan. Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan
saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat menyediakan informasi yang paling
komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat.
Pelaporan berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah
terkait biaya jasa layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis
akrual, pengguna dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya,
bagaimana pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya
sehingga dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah
berbasis akrual juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi kesempatan dalam
menggunakan sumberdaya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas
sumber daya tersebut.
Keberhasilan perubahan akuntansi pemerintahan sehingga dapat menghasilkan
laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel memerlukan upaya dan kerja
sama dari berbagai pihak. Jika penerapan akuntansi berbasis kas menuju akrual saja masih
banyak menghadapi hambatan, lebih-lebih lagi penerapan akuntansi berbasis akrual.
Beberapa tantangan dalam implementasi akuntansi pemerintahan berbasis akrual adalah:

Sistem Akuntansi dan IT Based System


Melihat kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan
bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan
sistem akuntansi dan IT based system yang lebih rumit. Pengembangan sistem akuntansi
berbasis akrual membutuhkan suatu sistem akuntansi untuk mengakomodasinya.
Pemerintah Kota Magelang telah menggunakan SIMDA dalam melakukan penantausahaan
belanja daerah, namun untuk penatausahaan pendapatan daerah masih menggunakan
sistem manual.
Selain itu perlu juga dibangun sistem pengendalian intern yang memadai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Untuk melaksanakan hal tersebut, Pemerintah
Kota Magelang perlu memperkuat implementasi SPI sesuai yang diamanatkan dalam PP
Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengedalian Intern Pemerintah.

Komitmen dari pimpinan


Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu
perubahan. Agar penerapan akuntansi berbasis akrual dapat berhasil, maka para pemangku
kepentingan perlu meningkatkan komitmen dari tingkat pucuk pimpinan sampai tingkat
bawah untuk sengkuyung terhadap penerapan akuntansi berbasis akrual di masing-masing
satuan kerjanya. Berkaca pada pengalaman yang lalu, salah satu penyebab kelemahan
penyusunan Laporan Keuangan pada beberapa SKPD adalah lemahnya komitmen pimpinan
satuan kerja.

Tersedianya SDM yang kompeten


Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-
masing oleh pemerintah daerah kepada BPK selambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Pemerintah
Daerah kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan
SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan.
Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, pemerintah daerah perlu secara
serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di
dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah
timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan.

Resistensi terhadap perubahan


Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah
terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu
disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan dengan baik.

Lingkungan/Masyarakat
Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan
penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami
laporan keuangan pemerintah, sehingga dapat mengetahui dan memahami penggunaan
atas penerimaan pajak yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya
yang ada. Dengan dukungan yang positif, masyarakat mendorong pemerintah untuk lebih
transparan dan akuntabel dalam menjalankan kebijakannya.
Selain tantangan tersebut di atas, beberapa hal yang menjadi hambatan dalam penerapan
akuntansi berbasis akrual, antara lain :

 Penerapan akuntansi akrual dapat berakibat terhadap penurunan ekuitas


sebagai akibat penyusutan dan amortisasi;
 Penerapan akuntansi berbasis akrual dapat berakibat pada penurunan kualitas
laporan keuangan (opini audit LKPD menurun);
 Kompleksitas akuntansi akrual dapat menimbulkan resistensi di SKPD, khususnya
bagi para pelaku akuntansi dan penyusunan laporan keuangan;
 Makin rumitnya proses pelaporan dan audit laporan keuangan.

3. Anggaran berfungsi sebagai berikut:


 Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja.
 Anggaran merupakan cetak biru akivitas yang akan dilaksanakan di masa
mendatang.
 Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai unit
kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan bawahan.
 Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja.
 Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien dalam
pencapaian visi organisasi.
 Anggaran merupakan instrumen politik.
 Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.

Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

 Tahap persiapan anggaran.


Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran
pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah
sebelum menyetujui taksiranj pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu diulakukan
penaksiran pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang
cukup berbahaya jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan drengan
pembuatan keputusan tentang angggaran pengeluaran.

 Tahap ratifikasi.
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup
berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus
mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas
dan kesioapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut
penting karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk
menjawab dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan
dan bantahan- bantahan dari pihak legislatif.

 Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran.


Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan
publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian manajemen.

 Tahap pelaporan dan evaluasi.


Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi
telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik,
maka diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak
masalah.

4. Struktur Pengendalian Manajemen dan Pusat-pusat Pertanggungjawaban


Struktur pengendalian manajemen ini bisa dilihat dalam bentuk struktur Pusat
Pertanggungjawaban. Pusat Pertanggungjawaban atau Responsibility Center merupakan
unit dalam organisasi yang mengemban tanggung jawab terhadap aktivitas bidang tersebut
sehingga menciptakan hubungan yang baik dan optimal di antara sumber daya dengan
output yang dihasilkan. Nantinya, hal ini juga akan dikaitkan dengan target kinerja.
Setidaknya ada empat Pusat Pertanggungjawaban yang dikenal dan banyak dibentuk.
Empat Pusat Pertanggungjawaban tersebut antara lain: Pusat Biaya (Expense Center), Pusat
Pendapatan (Revenue Center), Pusat Laba (Profit Center), dan Pusat Investasi (Investment
Center). Pusat Pertanggungjawaban ini juga memiliki serangkaian tujuan lain yang
menjelaskan mengapa penting untuk dibentuk. Tujuan-tujuan tersebut antara lain:

 Sebagai dasar perencanaan, kontrol, sampai dengan penilaian kerja manajer dan unit
organisasi yang dipimpin.
 Mempermudah organisasi menjalankan program kerja dan mencapai tujuan, baik itu
tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
 Sebagai fasilitator terbentuknya goal congruence.
 Menjalankan fungsi desentralisasi, yaitu pemberian kewenangan tugas pada unit-
unit yang diketahui memiliki kompetensi sehingga akan mengurangi beban kerja
manajer atas.
 Memberikan dukungan sehingga terciptalah daya inovasi dan kreativitas para
bawahan.
 Alat pelaksanaan strategi organisasi secara efisien juga efektif.
 Alat pengendali anggaran organisasi.

Pusat-pusat pertanggungjawaban

 Pusat biaya (expense center)


Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan
biaya yang telah dikeluarkan.

 Pusat pendapatan (revenue center)


Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasinya dinilai berdasarkan
pendapatan yang dihasilkan.

 Pusat laba (profit center)


Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang menandingkan input (expense) dengan
output (revenue) dalam satuan moneter.

 Pusat investasi (investment center)


Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan laba yang dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamkan pada pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.

Pengendalian manajemen berfokus pada pusat pertanggungjawaban, karena pusat


pertanggungjawaban merupakan alat untuk melaksanakan strategi dan program-program
yang telah diseleksi melalui proses perencanaan strategik.
Manajer pusat pertanggungjawaban, sebagai budget holder, memiliki tanggung
jawab untuk melaksanakan anggaran. Pusat pertanggungjawaban memperoleh sumber daya
input berupa tenaga kerja, material, dan sebagainya yang dengan input tersebut diharapkan
dapat menghasilkan output dalam bentuk barang atau pelayanan pada tingkat kuantitas dan
kualitas tertentu. Pengendalian anggaran meliputi pengukuran terhadap output dan belanja
yang riil dilakukan dibandingkan dengan anggaran. Adanya perbedaan atau varians antara
hasil yang dicapai dengan yang dianggarkan kemudian dianalisis untuk diketahui
penyebabnya dan dicari siapa yang bertanggungjawab atas terjadinya varians tersebut,
sehingga dapat segera dilakukan tindakan korektif.
Tiap-tiap pusat pertanggungjawaban bertugas untuk melaksanakan program atau
aktivitas tertentu, dan penggabungan program-program dari tiap-tiap pusat
pertanggungjawaban tersebut seharusnya mendukung program pusat pertanggungjawaban
pada level yang tinggi, sehingga pada akhirnya tujuan umum organisasi dapat tercapai.

Setiap jenis pusat pertanggungjawaban membutuhkan data mengenai belanja


(pengeluaran) yang telah dilakukan dan output yang dihasilkan selama anggaran. Laporan
kinerja disiapkan dan dikirimkan ke semua level manajemen unutk dievaluasi kinerjanya,
yaitu dibandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan anggaran.
Pusat pertanggungjawaban dapat berfungsi sebagai jembatan untuk dilakukannya
bottom-up budgeting atau participative budgeting. Karena pusat pertanggungjawaban
mengemban fungsi sebagai budget holder, maka proses penyiapan dan pengendalian
anggaran harus menjadi fokus perhatian manajer pusat pertanggungjawaban. Keberdaan
departemen anggaran dan komite anggaran pada pusat pertanggungjawaban sangat perlu
untuk membantu terciptanya anggaran yang efektif.
Pusat pertanggungjawaban merupakan alat yang sangat vital untuk pelaksanaan dan
pengendalian anggaran. Selain itu, pusat pertanggungjawaban merupakan basis pengukuran
kinerja, yaitu pembandingan antara apa yang telah dicapai oleh unit organisasi dengan
anggaran yang telah ditetapkan.

5. Tujuan Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat


Dalam rangka pencapaian tujuan bernegara, negara menyelenggarakan makna
pemerintah pusat dan daerah dalam berbagai bidang, sehingga berkonsekuensi pada
timbulnya hak dan kewajiban negara, termasuk berkaitan dengan keuangan negara.
Makna akuntansi pemerintah pusat dan akuntansi keuangan daerah dalam kebijakan
akuntansi merupakan salah satu aspek penting yang diperlakukan untuk meningkatkan
kualitas tata kelola keuangan negara dan pelaporan keuangan pemerintah dan daerah.
Makna pemerintah pusat dalam kebijakan akuntansi dikembangkan untuk memperbaiki
praktik akuntansi keuangan pada lingkungan organisasi pemerintahan.
Kebijakan akuntansi pemerintahan pusat merupakan salah satu aspek penting yang
diperlakukan untuk meningkatkan kualitas tata kelola keuangan negara dan pelaporan
keuangan pemerintah. Kebijakan akuntansi pemerintahan dikembangkan untuk
memperbaiki praktik akuntansi keuangan pada lingkungan organisasi pemerintahan.
Secara umum, makna pemerintah pusat dalam melakukan sebuah laporan keuangan
bertujuan untuk menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo
anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang
bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai
alokasi sumberdaya.
Sedangkan secara spesifik, tujuan kebijakan pelaporan keuangan pemerintah adalah :

 Makna pemerintah pusat dalam melakukan sebuah kebijakan akuntansi adalah


untuk menyajikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
 Makna pemerintah pusat dalam kebijakan akuntansi selanjutnya adalah untuk
memberikan pedoman bagi entitas akuntansi dan pelaporan pada pemerintah
pusat dalam menyusun laporan keuangan pemerintah pusat,laporan keuangan
Bendahara Umum Negara(BUN),dan laporan keuangan lembaga atau kementerian
negara dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik antar
periode maupun antar entitas pelaporan.
 Makna pemerintah pusat dalam sebuah kebijakan akuntansi yang terakhir ialah
memberikan pedoman dalam pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi
pemerintah pusat.

Karakteristik Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi sektor publik tentunya sangat berbeda dengan akuntansi sektor swasta.
Perbedaan yang paling terlihat adalah pada instansi/lembaga yang menerapkan sistem
akuntansi tersebut. Akuntansi sektor publik memang berkaitan dengan instansi/lembaga
pemerintahan. Berikut ini beberapa komponen-komponen yang sangat mempengaruhi
organisasi sektor publik. Berikut beberapa sektornya:
1. Ekonomi

 Tingkat inflansi
 Nilai kurs (nilai tukar mata uang)
 Tenaga kerja produktif
 Tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita
 Infrastruktur (sarana dan prasarana)

2. Politik

 Legitimasi hukum pemerintah


 Tipe pemerintah yang berkuasa
 Ideologi dan dasar-dasar yang dianut
 Jaringan internasional
 Hubungan antara negara dengan warga di dalamnya
 Hubungan antar lembaga

3. Kultural
 Nilai (moral) yang berlaku dalam masyarakat
 Keragaman suku, ras, agama, bahasan dan budaya
 Sejarah
 Tingkat pendidikan
 Sosiologis masyarakat
 Karakteristik masyarakat yang berbeda-beda pada setiap daerah

4. Demografis

 Tingkat pertumbuhan penduduk


 Migrasi
 Angka harapan hidup masyarakat
 Kesehatan masyarakat
 Penyebaran usia penduduk

Selain itu terdapat tuntutan yang muncul agar lembaga/organisasi sektor publik lebih
memperhatikan terhadap value money pada saat menjalankan kegiatannya. Yang
dimaksudkan dengan value money disini adalah konsep pengelolaan lembaga/oragnisasi
sektor publik yang didasarkan pada tiga elemen utamanya, antara lain adalah:

 Ekonomi, perolehan input yang memiliki kualitas tertentu pada kisaran harga yang
terendah.
 Efisiensi, pencapaian ouput maksimun namun dengan input tertentu atau terendah
untuk mencapai output tertentu. (baca juga: Macam-Macam Rasio Keuangan
 Efektivitas, tingkat dari pencapaian hasil dengan target yang sudah ditetapkan, atau
dengan kata lain perbandingan antara outcome dan otuput.

Ketiga elemen tersebut lah yang menjadi pokok dari value of money, namun terkadang
beberapa pihak berpendapat bila terdapat dua penambahan elemen lainnya yaitu keadilan
(equity) yang mengacu pada kesempatan sosial yang sama dalam mendapatkan layanan
publik yang berkualitas. Serta pemerataan (equality), merupakan penggunaan
anggaran/dana publik yang tidak hanya terkosentrasi pada kelompok-kelopok tertentu saja
namun terdistribusi secara merata. Manfaat dari implementasi value of money adalah:

 Dapat meingkatkan pelayanan publik


 Menurunkan biaya-biaya pelayanan publik, hal ini karena berkurangnya inefisien dan
penghematan pada penggunaan input
 Meningkatkan efketifitas dari pelayanan publik sehingga membuat pelayanan dapat
tepat sasaran.

Anda mungkin juga menyukai