Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Standar akuntansi pemerintah selaras dengan Peraturan Pemerintah No. 24

Tahun 2005, menggunakan basis kas menuju akrual (cash toward accrual). Basis

kas digunakan untuk transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, serta basis

akrual digunakan untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Penerapan

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, bersifat sementara sesuai amanat Pasal

36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, menyatakan bahwa selama

pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum

dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Kelangsungan

penggunaan sistem akuntansi berbasis akrual harus berlaku paling lama 5 (lima)

tahun saat diterbitkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. Hal tersebut

mengisyaratkan bahwa sistem akuntansi berbasis akrual dianggap penting dalam

pelaporan keuangan pemerintah.

Laporan keuangan pemerintah berdasarkan implementasi standar

akuntansi pemerintah berbasis akrual mampu memberikan manfaat lebih baik

kepada pemangku kepentingan. Hal tersebut selaras dengan prinsip akuntansi

bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan perolehan manfaat bagi pihak

tertentu. Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual diatur pada Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Pasal 4 ayat 3 mengenai Standar Akuntansi

Pemerintah Berbasis Akrual, ditetapkan pada tanggal 22 Oktober 2010 mengganti

pedoman pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005, dan Peraturan

1
2

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 (Permendagri

No. 64 Tahun 2013) tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis

Akrual pada Pemerintah Daerah. Perbedaan yang mendasar pada basis kas menuju

akrual dengan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual terletak pada laporan

operasional. Pemerintah akan melaporkan secara transparan terkait sumber daya

ekonomi yang diperoleh, serta beban yang harus ditanggung dalam menjalankan

pemerintahan. Operasional pemerintah mendapatkan defisit atau surplus adalah

pengurang atau penjumlah ekuitas bersih pemerintah.

Implementasi dalam standar akuntansi pemerintah basis akrual disertai

upaya menghubungkan berbagai peraturan pemerintah pusat dan pemerintah

daerah, serta adanya keterkaitan antar regulasi yang menjadi selaras dengan unsur-

unsur dalam laporan keuangan suatu pemerintahan. Menurut Satrio et., al.,(2016)

menyatakan bahwa implementasi standar akuntansi pemerintah basis akrual pada

Pemerintahan Kabupaten Jombang berdasarkan tiga aspek, yaitu komitmen,

regulasi, dan kebijakan, pengelolaan sumber daya manusia, dan pengelolaan

teknologi informasi. Hasil dari tiga aspek tersebut menunjukkan bahwa pimpinan

dan jajaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) memiliki komitmen dalam

implementasi standar akuntansi pemerintah berbasis akrual. Kemudian, perangkat

regulasi dan kebijakan juga telah dibuat, disosialisasikan dan diimplementasikan.

Dalam pengelolaan sumber daya manusia telah dilakukan sosialisasi dan

pelatihan. Sedangkan dalam pengelolaan teknologi informasi telah menyediakan

aplikasi keuangan Sistem Informasi Manajemen Daerah (SIMDA). Namun, dari

ketiga aspek tersebut masih terdapat kendala-kendala yang perlu mendapat

perhatian Pemerintah Kabupaten Jombang. Kemudian, hasil penelitian dari Dollah


3

et., al., (2017), bahwa ada 4 (empat) faktor yang menjadi kendala dalam

implementasi standar akuntansi pemerintah berbasis akrual yaitu sumber daya,

disposisi/sikap, akuntansi aset tetap dan akuntansi kewajiban. Dari kendala yang

ada, pemerintah Kabupatan Bolaang Mongondow Utara telah melakukan upaya-

upaya untuk mengatasinya. Tetapi upaya yang dilakukan masih belum bisa

mengatasi kendala yang dihadapi terutama yang berkaitan dengan akuntansi aset

tetap.

Berdasarkan hasil dari penelitian terdahulu terkait implementasi standar

akuntansi pemerintahan berbasis akrual memiliki beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi, yaitu sumber daya, komitmen, regulasi, akuntansi aset tetap, dan

akuntansi kewajiban. Selaras dengan hal tersebut penulis melaksanakan penelitian

di BPKAD kabupaten labuhan batu. BPKAD kabupaten labuhan batu memiliki

visi, yaitu terwujudnya aparatur pemerintah yang baik, berkualitas, profesional

dan sejahtera, serta memiliki tugas untuk menyelenggarakan pengelolaan

keuangan dan aset daerah. Berdasarkan adanya temuan permasalahan yang

berkaitan dengan standar akuntansi basis akrual pada BPKAD kabupaten labuhan

batu, yaitu: adanya keterlambatan beberapa kepala bagian BPKAD yang

melaporkan pengeluarkan kas dari setiap bagian-bagian atau sub-bagian yang ada

di BPKAD, dan masih ditemukan ketidaksesuaian antara estimasi pengeluaran

dan realisasi pengeluaran kas.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan penelitian tentang: “Analisis Implementasi Standar Akuntansi

Pemerintahan Berbasis Akrual (Studi Kasus pada BPKAD Kabupaten Labuhan

Batu)”.
4

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

masalah, sebagai berikut:

1. Keterlambatan melaporkan pengeluarkan kas dari setiap bagian-bagian atau

sub-bagian yang ada di BPKAD

2. Ketidaksesuaian antara estimasi pengeluaran dan realisasi pengeluaran kas.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penelitian ini hanya memfokuskan dalam menganalisis implementasi standar

akuntansi pemerintahan berbasis akrual berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 dan

Permendagri No. 64 Tahun 2013 (Studi Kasus Pada BPKAD Kabupaten Labuhan

Batu).

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan

masalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual di

BPKAD Kabupaten Labuhan Batu?

2. Apakah implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual telah

sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PP No.71 Tahun

2010 dan Permendagri No. 64 Tahun 2013)?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki

tujuan, sebagai berikut:


5

1. Untuk menganalisis implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis

akrual di BPKAD Kabupaten Labuhan Batu

2. Untuk menganalisis kesesuaian implementasi standar akuntansi pemerintahan

berbasis akrual telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah

(PP No.71 Tahun 2010 dan Permendagri No. 64 Tahun 2013).

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan

tentang analisis implementasi standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual

pada BPKAD Kabupaten Labuhan Batu.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk mendukung usaha

pengembangan kemajuan BPKAD Kabupaten Labuhan Batu yang dapat

mengevaluasi kebijakan tentang pengelolaan keuangan di masa lalu, serta

perencanaan di masa akan datang.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi pemerintahan mengkhususkan untuk pencatatan dan pelaporan

transaksi yang terjadi di badan pemerintahan. Akuntan pemerintah menyediakan

laporan akuntansi mengenai aspek kepengurusan dari administrasi keuangan

negara (Nordiawan, 2007). Dalam penerapan akuntansi pemerintahan sebelum

dilaksanakan reformasi pengelolaan atas keuangan Negara, telah melakukan

sistem pencatatan berdasarkan single entry. Halim dan Kusufi (2012) memiliki

pendapat bahwa sistem pencatatan single entry, pencatatan transaksi ekonomi

dilaksanakan dengan mencatat satu kali, transaksi yang mengakibatkan

bertambahnya kas akan di catat pada sisi penerimaan dan transaksi ekonomi yang

membuat berkurangnya kas akan di catat pada sisi pengeliaaran. Pemerintah tidak

memiliki catatan atas piutang, utang, aset tetap, dan ekuitas.

Karakteristik dalam akuntansi sektor publik menurut Mardiasmo (2009),

sebagai berikut:

1. Pemerintah tidak berorientasi pada laba (profit);

2. Pemerintah melakukan pembukuan anggaran saat anggaran tersebut

dibukukan;

3. Akuntansi pemerintahan dimungkinkan mempergunakan lebih dari satu jenis

dana;

4. Akuntansi pemerintahan melakukan pembukuan pengeluaran modal seperti

gedung dan kendaraan dalam perkiraan neraca dan hasil operasional;

6
7

5. Akuntansi pemerintahan tidak melakukan perkiraan modal dan laba ditahan di

neraca.

2.2 Standar Akuntansi Pemerintahan

2.2.1 Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan

Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010, bahwa standar

akuntansi pemerintah merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Sehingga standar

akuntansi pemerintahan adalah persyaratan yang memiliki kekuatan hukum

sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan.

Menurut Permendagri No. 64 Tahun 2013 bahwa Standar Akuntansi

Pemerintah merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam

menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Oleh karena itu, Standar

Akuntansi Pemerintah adalah persyaratan mempunyai kekauatan hukum dalam

upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan di Indonesia.

Pendapat dari Wijaya (2008), mengenai standar akuntansi pemerintahan

adalah standar akuntansi pertama di Indonesia yang mengatur mengenai akuntansi

pemerintahan Indonesia. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah yang

merupakan hasil dari proses akuntansi diharapkan dapat digunakan sebagai alat

komunikasi antara pemerintah dengan stakeholders sehingga tercipta pengelolaan

keuangan yang transparan dan akuntabel. Menurut Bastian (2010), bahwa standar

akuntansi pemerintahan adalah persyaratan yang memiliki kekuatan hukum dalam

upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah. Standar akuntansi

diperlukan untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan yaitu meningkatkan


8

konsistensi, daya banding, keterpahaman, relevansi, dan keandalan laporan

keuangan.

2.2.2 Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Berdasarkan Standar Akuntansi

Pemerintahan

Prinsip yang digunakan untuk akuntansi dan pelaporan keuangan

pemerintah sesuai PP No. 71 Tahun 2010, sebagai berikut:

1. Basis Akuntansi

Basis akrual, untuk pengakuan pendapatan-laporan operasional (LO), beban,

aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam hal peraturan perundangan mewajibkan

disajikannya laporan keuangan dengan basis kas, maka entitas wajib

menyajikan laporan demikian. Basis akrual untuk LO berarti bahwa

pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi

walaupun kas belum diterima di rekening kas umum negara/daerah atau oleh

entitas pelaporan dan beban diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan

penurunan nilai kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum

dikeluarkan dari rekening kas umum negara/daerah atau entitas pelaporan.

Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas, maka

laporan realisasi anggaran (LRA) disusun berdasarkan basis kas, berarti bahwa

pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas diterima di

rekening kas umum negara/daerah atau oleh entitas pelaporan, serta belanja,

transfer dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari

rekening kas umum negara/daerah.


9

2. Nilai Historis

Aset yang di catat sebesar pengeluaran kas dan setara kas yang di bayar atau

sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) untuk memperoleh aset

tersebut pada saat perolehan. Kewajiban di catat sebesar jumlah kas dan setara

kas yang diharapkan akan di bayar untuk memenuhi kewajiban pada masa

yang akan datang dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih

dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih obyektif dan dapat

diverifikasi. Dalam hal yang tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai

wajar aset atau kewajiban terkait.

3. Realisasi

Untuk pemerintah, pendapatan basis kas yang tersedia yang telah

diotorisasikan melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan

digunakan untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut.

Mengingat laporan realisasi anggaran masih merupakan laporan yang wajib

disusun, maka pendapatan atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi

melalui anggaran dan telah menambah atau mengurangi kas.

4. Substansi yang Mengungguli Bentuk Formal

Informasi yang dimaksud untuk menyajikan dengan wajar transaksi serta

peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain

tersebut perlu di catat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas

ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi

atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka

hal tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam catatan atas laporan

keuangan.
10

5. Periodisitas

Suatu kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu

dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas dapat diukur

dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan. Periode utama yang

digunakan adalah tahunan. Namun, periode bulanan, triwulanan, dan

semesteran juga dianjurkan.

6. Konsistensi

Suatu perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa

dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi

internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu

metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang

dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan

mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama.

Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam catatan

atas laporan keuangan.

7. Pengungkapan yang Lengkap

Dalam laporan keuangan menyajikan secara lengkap informasi yang

dibutuhkan oleh pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan

keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan

atau catatan atas laporan keuangan.

8. Penyajian yang Wajar

Suatu laporan keuangan menyajikan dengan wajar laporan realisasi anggaran,

laporan perubahan saldo anggaran lebih, neraca, laporan operasional, laporan

arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan. Dalam
11

rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun

laporan keuangan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan

tertentu. Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat

serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan

laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada

saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau

pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan

terlalu rendah.

2.2.3 Peranan Pelaporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi

Pemerintahan

Menurut Komite Standar Akuntansi Pemerintah (2019) terdapat 5 (lima)

peranan pelaporan keuangan, sebagai berikut:

1. Akuntabilitas

Untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan secara periodik.

2. Manajemen

Untuk membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan

suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi

perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan

ekuitas pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

3. Transparansi

Untuk memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada

masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk


12

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban

pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan

ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

4. Keseimbangan

Untuk membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan

pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang

dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut

menanggung beban pengeluaran tersebut.

5. Evaluasi Kinerja

Untuk mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan

sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang

direncanakan.

2.3 Akuntansi Berbasis Akrual

Menurut Hoesada (2015), bahwa akuntansi berbasis akrual adalah basis

akuntansi yang pendapatan diakui saat dihasilkan tanpa perlu memperhatikan

penerimaan kas (dapat lebih dahulu, atau arus kas masuk tunai, atau belakangan

atau pendapatan kredit), dan beban diakui saat terjadinya beban tanpa perlu

memerhatikan pembayarannya (di bayar dimuka, biaya saat tunai, atau biaya

timbul walau belum di bayar).

Menurut Widjajarso (2008) mengenai penggunaan basis akrual pada

laporan keuangan pemerintah, sebagai berikut:

1. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang cukup, contohnya

transaksi non kas untuk pengambilan keputusan ekonomi seperti informasi

mengenai utang piutang


13

2. Akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang terpaut dalam

menggambarkan biaya operasi sebenarnya

3. Akuntansi berbasis akrual dapat menghasilkan informasi yang dapat

diandalkan dalam informasi mengenai aset dan kewajiban

4. Akuntansi berbasis akrual yang menghasilkan informasi keuangan yang

komperhensif mengenai pemerintah, seperti penghapusan utang yang tidak ada

pengaruhnya di laporan berbasis kas.

Standar Akuntansi Pemerintah bahwa akuntansi berbasis akrual merupakan

suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, di

catat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi

tersebut, tanpa memerhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau di bayar.

2.4 Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual

Akuntansi berbasis akrual berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 71

Tahun 2010 merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan

peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa

memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau di bayar. Kemudian, pada

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Pasal 1 ayat (8) menyatakan bahwa

yang dimaksud standar akuntansi pemerintah berbasis akrual adalah standar

akuntansi pemerintah yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas

dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja,

dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang

ditetapkan dalam APBN atau APBD.


14

Implementasi standar akuntansi pemerintah berbasis akrual pada

pemerintah daerah berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013 bahwa basis

akrual merupakan basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan

peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa

memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau di bayar. Praktik akuntansi

pemerintahan di Indonesia, basis akrual akan digunakan untuk menyajikan aset,

kewajiban, dan ekuitas dana.

Hasil penelitian dari Dollah et., al., (2017), menunjukkan bahwa sumber

daya merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan implementasi

kebijakan. Peran sumber daya manusia dan aplikasi pendukung menjadi faktor

penting dalam mengimplementasikan standar akuntansi pemerintah berbasis

akrual dalam penyusunan laporan keuangan sehingga bisa menghasilkan laporan

keuangan basis akuntansi akrual dengan kualitas informasi yang baik. Dalam

penelitian ini peneliti menemukan 3 (tiga) kendala yang berkaitan dengan sumber

daya yaitu belum cukup memadainya sumber daya manusia pengelola keuangan,

sumber daya manusia pengelola aset yang sering berganti-ganti, dan aplikasi yang

datanya belum terintegrasi satu dengan yang lainnya.

Kemudian, disposisi adalah kecenderungan, keinginan atau kesepakatan

para pelaksana (implementers) untuk melaksanakan kebijakan. Dalam hal

disposisi/sikap pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki

kendala berkaitan dengan pelaporan data dari para pelaksana entitas akuntansi

yang ada pada satuan kerja perangkat daerah yang selalu lambat dalam

memasukkan data laporan keuangan ke Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan

dan Kekayaan Aset Daerah (DPPKAD) sebagai entitas pelaporan. Selanjutnya,


15

Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca disamping aset lancar, investasi

jangka panjang, dana cadangan, dan aset lainnya.

Aset tetap mempunyai peranan yang sangat penting karena mempunyai

nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan komponen neraca lainnya.

Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih mengalami kendala

dalam perlakuan akuntansi terhadap aset tetap dikarenakan beberapa

permasalahan. Permasalahan yang ditemukan peneliti berdasarkan hasil

dokumentasi laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan

hasil wawancara diantaranya yaitu adanya aset tetap tanah dan kendaraan

bermotor yang tidak ada dokumen kepemilikannya sehingga aset tetap tersebut

tidak memiliki nilai, belum tersajinya nilai tanah dibawah jalan, adanya

pengadaan aset tetap yang di dalamnya terdapat pengadaan bahan pakai habis,

serta adanya aset tetap gedung dan bangunan yang belum dimanfaatkan

dikarenakan konstruksi aset tersebut belum sesuai dengan spesifikasi.

Dollah et., al., (2017), selanjutnya menyatakan bahwa Kewajiban

merupakan utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang harus diselesaikan.

Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) yang dilakukan oleh bendahara umum daerah

terhadap pajak maupun non pajak dari suatu pengadaan/belanja. Pemerintah

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara masih memiliki kendala dalam pengakuan

dan pencatatan utang PFK dimana terdapat nilai PFK yang tidak dapat diyakini

kewajarannya sehingga berpengaruh terhadap opini BPK. Berkaitan dengan

permasalahan utang PFK disebabkan karena adanya mekanisme penyetoran PFK

yang belum seragam, aplikasi yang masih belum mendukung pencatatan utang

PFK berdasarkan pos-pos pajak dan non pajak, pengelolaan PFK yang belum baik
16

dalam hal sumber daya manusia dan dukungan perbankan dan ketidakpatuhan

rekanan dalam menyetor pajak.

Manfaat yang diperoleh atas penerapan basis akrual menurut Thompson

dalam Widjajarso (2008) terbagi atas 4 (empat), sebagai berikut:

1. Untuk menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah

2. Untuk menunjukan bagaimana aktivitas pemeritah dibiayai dan bagaimana

pemerintah dapat memenuhi kebutuhan kasnya

3. Untuk menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang sebenarnya

kewajiban pemerintah

4. Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan lebih komprehensif

dalam penyajian informasi.

Unsur-unsur laporan keuangan menurut Peraturan Pemerintah No. 71

Tahun 2010, sebagai berikut:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian

sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang

menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasi dalam satu

periode pelaporan. Unsur yang mencakup secara langsung oleh laporan

relialisasi anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan

pembiayaan. Adapun penjelasan dari unsur tersebut, sebagai berikut:

a. Pendapatan-LRA adalah penerimaan oleh Bandara Umum

Negara/Bendahara Umum Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang

menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang


17

bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu di bayar

kembali oleh pemerintah.

b. Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum

Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih

dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah.

c. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas

pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan

dan dana bagi hasil.

d. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak

berpengaruh pada kekayaan bersih entitas yang perlu di bayar kembali

dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan

maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran

pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau

memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat

berasal dari pinjaman dan hasil divestasi. Pengeluaran pembiayaan antara

lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian

pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL)

Laporan peruabahan saldo anggaran lebih menyajikan informasi mengenai

kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan yang

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.


18

a. Neraca

Posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan

ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang terdapat dalam neraca yaitu. aset,

kewajiban, dan ekuitas yang dapat dijelaskan, sebagai berikut:

1) Aset

Sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah

sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi

dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh

pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,

termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan

jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara

karena alasan sejarah dan budaya.

2) Kewajiban

Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelasaiannya

mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.

3) Ekuitas

Kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan

kewajiban pemerintah.

3. Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang

menambahkan ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah

pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode

pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam laporan operasional


19

terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Adapun

penjelasan dari unsur tersebut, sebagai berikut:

a. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai

kekayaan bersih.

b. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai

kekayaan bersih.

c. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh

suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana

perimbangan dan dana bagi hasil.

d. Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang

terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa,

tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada diluar kendali atau

pengaruh entitas bersangkutan.

4. Laporan Arus Kas (LAK)

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas

operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal,

penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama

periode tertentu. Unsur yang terdapat dalam arus kas, sebagai berikut:

a. Penerimaan kas adalah aliran kas yang masuk ke bendahara umum

negara/daerah.

b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari bendahara umum

negara/daerah.
20

5. Laporan Perubahan Ekuitas (LKE)

Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

6. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Terdiri dari penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam

laporan realisasi anggaran, laporan perusabah SAL, laporan operasional,

laporan perubahan ekuitas, neraca, dan laporan arus kas. Catatan astas laporan

keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang

diperguanakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan

dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta

ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan

keuangan secara wajar. Adapun Catatan atas laporan keuangan terdapat hal-

hal, yaitu:

a. Mengungkapkan inforamsi umum tentang entitas pelaporan dan entitas

akuntansi.

b. Menyajikan inforamsi tentang kebijakan fiskal/kuangan dan ekonomi

makro.

c. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan

berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.

d. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-

transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.

e. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada

lembar muka laporan keuanagan.


21

f. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh pernyataan standar

akuntansi pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan

keuangan.

g. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai rujukan yang selaras dengan topik

atau judul dalam penelitian ini pada tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama dan Judul Metode Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
1 Dollah et., al., Kualitatif Opini WDP yang didapatkan oleh pemerintah
(2017), Analisis Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Implementasi Standar menunjukkan belum maksimalnya pelaksanaan
Akuntansi implementasi standar akuntansi pemerintah
Pemerintah Berbasis berbasis akrual. Bertambahnya laporan keuangan
Akrual Pada yang harus dibuat oleh pemerintah daerah
Pemerintah mengakibatkan semakin kompleksnya
Kabupaten Bolaang penyusunan laporan keuangan dengan basis
Mongondow Utara akuntansi akrual. Laporan keuangan merupakan
output dari implementasi standar akuntansi
pemerintah berbasis akrual sehingga dalam
penyusunannya harus sudah berbasis akuntansi
akrual. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan
peneliti menemukan 4 (empat) faktor kendala
yang dihadapi pemerintah Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara dalam mengimplementasikan
standar akuntansi pemerintah berbasis akrual
yaitu sumber daya, sikap/disposisi, akuntansi aset
tetap dan akuntansi kewajiban.
2 Rahmawati (2016), Kualitatif Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa secara
Implementasi Standar umum, pegawai Sekretariat DPRD Kabupaten
Akuntansi Malang telah memahami standar akuntansi
Pemerintahan pemerintahan berbasis akrual. Implementasi
Berbasis Akrual di laporankeuangan berbasisakrualakan
Sekretariat DPRD dilaksanakan penuh oleh Sekretariat DPRD
Kabupaten Malang Kabupaten Malang pada tahun anggaran 2016.
Berdasar Peraturan
Pemerintah Nomor
71 Tahun 2010
22

No Nama dan Judul Metode Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian
3 Satrio et., al., (2016), Kualitatif Dalam aspek komitmen, regulasi dan kebijakan,
Implementasi Standar Pemerintah Kabupaten Jombang telah
Akuntansi menetapkan rencana aksi (Action Plan)
Pemerintah Berbasis implementasi standar akuntansi pemerintah
Akrual di Kabupaten berbasis akrual yang telah disetujui oleh DPRD.
Jombang Seluruh Kepala SKPD telah menyatakan
komitmen yang tertuang dalam surat pernyataan
komitmen (pakta integritas) implementasi
Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual
dengan target opini WTP dari BPK. Sedangkan
kendala yang terjadi adalah regulasi dan
kebijakan standar akuntansi pemerintah berbasis
akrual belum sepenuhnya relevan dan mutakhir
serta belum sepenuhnya diimplementasikan.
Dalam aspek pengelolaan sumber daya manusia,
Pemerintah Kabupaten Jombang telah
melakukan sosialisasi dan pelatihan yang
ditujukan untuk bendahara dan pengelola
keuangan SKPD. Selain itu Pemkab Jombang
telah menyusun analisa kompetensi yang
dibutuhkan untuksetiap tugas dan fungsi
pengelola keuangan. Namun karena
keterbatasan jumlah pegawai, terdapat
kekurangan pegawai pengelola keuangan. Hal
tersebut telah diajukan penambahan formasi ke
Kemenpan RB. Kendala yang dihadapi adalah
terdapat sumber daya manusia pengelola
keuangan yang belum memiliki kompetensi
yang dipersyaratkan.
Pemerintah Kabupaten Jombang dalam aspek
Teknologi Informasi menggunakan SIMDA
yang mendukung standar akuntansi pemerintah
berbasis akrual bekerja sama dengan BPKP.
Pemilihan aplikasi SIMDA buatan BPKP
berdasarkan kesinambungan pendampingan dan
koordinasi yang dapat dilakukan sewaktu-
waktu. Dengan aplikasi SIMDA diharapkan
pembuatan laporan keuangan dapat tepat waktu,
akurat dan akuntabel. Sedangkan kendala yang
dihadapi adalah sistem aplikasi belum
sepenuhnya terintegrasi secara vertikal dan
horizontal.
23

No Nama dan Judul Metode Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian
4 Maryati et., al., Kualitatif Pemerintah Kota semarang mengimplementasi
(2015), Implementasi Akuntansi Akrual sejak tahun 2005. Bagan
Akuntansi Berbasis Akun Standar yang disusun dan kebijakan
Akrual Pada akuntansi yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota
Pemerintah Daerah Semarang sudah sesuai dengan peraturan
(Studi Pada berlaku. Untuk penyusunan Laporan keuangan,
Pemerintah Kota Pemerintah Kota Semarang menggunakan
Semarang Dan MySQL. Pemerintah kota Bandar Lampung
Pemerintah Kota mulai menerapkan Akuntansi akrual sejak tahun
Bandar Lampung) 2013, secara bertahap dimana secara formal
masih menggunakan PP 24 tahun 2005 dalam
penyusunan Laporan Keuangannya. Secara
informal mereka juga menyusun Laporan
Keuangan berdasarkan PP 71 tahun 2010.
Untuk penyusunan Laporan keuangan,
Pemerintah Kota Bandar Lampung
menggunakan Microsoft Excell. Bagan Akun
Standar yang disusun dan kebijakan akuntansi
yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota
Semarang sudah sesuai dengan peraturan
berlaku.
5 Wahyuni dan Adam Kualitatif Pemerintah Kota Malang mampu menjalankan
(2015), Analisis proses implementasi standar akuntansi
Implementasi Standar pemerintahan berbasis akrual dikarenakan
Akuntansi leading sector pengelolaan keuangan yakni
Pemerintahan BPKAD Kota Malang memiliki komitmen yang
Berbasis Akrual tinggi agar berhasil dalam melaksanakan
dalam Perspektif standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual.
Teori Institusional: Akan tetapi, secara psikologis hal ini hanya
Studi Kasus Pada bentuk tanggung jawab dan dedikasi yang
Pemerintah Kota dilakukan oleh SKPD terhadap PP No. 71
Malang Tahun 2010 dan Permendagri No. 64 Tahun
2013, tanpa mengetahui makna secara
mendalam mengenai apa itu basis akrual. Dari
analisis keseluruhan proses pelembagaan
(institusionalisasi) atas impelementasi SAP
berbasis akrual di Pemerintah Kota Malang ini,
lebih mengarah kepada sebuah pemaksaan atas
aturan yang ada di organisasi atasnya yakni
pemerintah pusat dengan keluarnya
Permendagri No. 64 Tahun 2013. Sehingga,
implementasi SAP berbasis akrual ini masih
sebuah permulaan, masih belum menuliskan
sebuah manfaat dan tidak mengandung
konsekuensi ekonomi. Para aktor di Pemerintah
Kota Malang belum memahami accrual
accounting beserta manfaatnya, pada dasarnya
mereka saat ini masih hanya pemenuhan aturan
dari organisasi yang memiliki kekuasaan di
atasnya (coercive isomorphism).
Sumber: Hasil Olahan Penulis (2019)
24

2.6 Kerangka Berpikir

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dijelaskan di atas, selaras

dengan penelitian yang berjudul tentang: “Analisis Implementasi Standar

Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual (Studi Kasus BPKAD di Labuhan

Batu)”. Penulis menetapkan model kerangka berpikir pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1
Kerangka Berpikir

BPKAD Kabupaten Labuhan Batu

Standar Akuntansi Pemerintah


Berbasis Akrual
(PP No. 71 Tahun 2010 dan
Permendagri No. 64 Tahun 2013 )

Sumber Daya Teknologi Fasilitas Fisik


Manusia Informasi

Hasil

Kesimpulan

Sumber: Hasil Olahan Penulis (2019)


25

2.7 Gambaran Umum Obyek Penelitian

2.7.1 Profil Singkat

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labuhan Batu merupakan salah satu

kabupaten di wilayah Provinsi Sumatera Utara yang ditetapkan melalui Undang-

Undang (UU) Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom

Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 1096). Kemudian pada Tahun 2008, berdasarkan UU

Nomor 22 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhan Batu dan UU

Nomor 23 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhan Batu Utara,

maka Kabupaten Labuhan Batu dibagi menjadi tiga wilayah kabupaten otonom

yaitu Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Kabupaten

Labuhan Batu Selatan, yang peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 15 Januari

2009.

Pada tahun 2016 berdasarkan Peraturan Daerah No.1 Tahun 2016 tentang

perubahan Peraturan Daerah No.22 tahun 2016 yang salah satu isinya membahas

tentang terbentuknya Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Labuhan Batu. Terbentuknya Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Labuhan Batu pada bulan Oktober tahun 2016 dan dipimpin oleh

seorang kepala Badan. adan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten

Labuhan Batu merupakan unsur pendukung tugas Bupati yang dipimpi oleh

seorang Kepala Badan yang berkedudukan berada dibawah dan bertaggung jawab

kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten. Badan Pengelola Keuangan

dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan Batu merupakan lembaga teknis daerah dan
26

bagian dari perangkat daerah kabupaten yang mempunyai tugas-tugas

melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat

spesifik di bidang pengelolaan keuangan dan aset daerah.

2.7.2 Visi dan Misi

Visi

Terwujudnya Pengelolaan Keuangan, dan Aset yang Profesional untuk

Mendukung Keberhasilan Pembangunan Daerah

Misi

Misi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Labuhan

Batu Utara adalah:

1. Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik.

2.7.3 Struktur Organisasi

Di bawah ini menyajikan struktur organisasi BPKAD Kabupaten Labuhan

Batu pada Gambar 2.1 berikut.


27

Gambar 2.2
Struktur Organisasi

Sumber: BPKAD Kabupaten Labuhan Batu


28

2.7.4 Fungsi dan Tugas

Tugas pokok merupakan aktifitas rutin dan dapat bertambah sesuai dengan

kondisi pekerjaan. Kelancaran tugas pokok dapat dicapai dengan baik dan tepat

waktu dengan dibarengi fungsi kerja (Job Function) dan deskripsi kerja (Job

Description) yang jelas. Terlaksananya tugas pokok dan fungsi hanya dapat

dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama yang efektif dan efisien.

Berdasarkan ketentuan BAB IX adalah Peraturan Bupati Labuhan Batu

Utara Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah dan Tugas

Pokok dan Fungsi serta Rincian Tugas Jabatan Struktural Dinas-Dinas Daerah

Kabupaten Labuhan Batu Utara melaksanakan urusan Pemerintahan Daerah di

bidang pengelolaan keuangan aset daerah Kabupaten Labuhan Batu Utara.

Tugas pokok melaksanakan sebagian urusan Pemerintahan Daerah di

bidang pengelolaan keuangan daerah dan pengelolaan aset daerah. Dalam upaya

melaksanakan tugas pokok tersebut Badan PKAD menyelenggarakan Fungsi

sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan teknis operasional bidang pengelolaan keuangan dan aset

daerah

2. Pelaksanaan tugas teknis pengelolaan keuangan dan aset daerah yang meliputi

anggaran, perbendaharaan, pemberdayaan aset dan akuntansi

3. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif Badan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.
29

Adapun tugas dan fungsi setiap jabatan pada struktur organisasi BPKAD

Kabupaten Labuhan batu, sebagai berikut:

1. Kepala Badan

Melaksanakan tugas pokok membantu Bupati dalam memimpin,

mengendalikan, dan mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah

Daerah lingkup pengelolaan keuangan dan aset daerah yang meliputi Bidang

Anggaran, Perbendaharaan, Aset dan Akuntansi. Fungsi Kepala Badan,

sebagai berikut:

a. Penyusunan rumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan keuangan

dan aset daerah berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku;

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang

pengelolaan keuangan dan aset daerah;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan keuangan dan

aset daerah;

d. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian di bidang pengelolaan

keuangan dan aset daerah;

e. Pelaksanaan program, pembinaan umum dan perumusan kebijakan teknis

dalam peningkatan pengelolaan keuangan dan aset daerah;

f. Pelaksanaan program dan kebijakan teknis bidang anggaran dan

perbendaharaan, akuntansi dan aset daerah;

g. Pengkoordinasian penyusunan APBD dan perubahan APBD;

h. Pelaksanaan fungsi Bendahara Umum Daerah;


30

i. Penyusunan laporan keuangan sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan

APBD;

j. Pelaksanaan pengendalian, pengawasan dan pembinaan dibidang

administrasi kepegawaian, pengelolaan anggaran dan pelaksanaan tugas

badan;

k. Penyelenggaraan keamanan, kebersihan dan kenyamanan bekerja di

lingkungan kantor;

l. Pelaksanaan koordinasi, monitoring, evaluasi dan laporan pelaksanaan

kegiatan pengelolaan keuangan dan aset daerah;dan

m. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati.

2. Sekretariat

Sekretaris melaksanakan tugas pokok pengelolaan administrasi umum

meliputi penyusunan program, ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan,

kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan, kehumasan dan

kepustakaan serta kearsipan.

a. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja(Renja);

b. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA);

c. Penyusunan dan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran(DPA) dan

Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA);

d. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPAPPKD) dan

Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPPA-PPKD);

e. Penyusunan Penetapan Kinerja (PK);

f. Pelaksanaan dan pembinaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan.


31

3. Sub Bagian Program

Tugas Pokok Sub Bagian Program melaksanakan tugas pokok penyusunan

program, evaluasi dan pelaporan.

a. Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kerja(Renja) Badan

b. Penyusunan Rencana Kerja Anggaran (RKA)

c. Penyusunan dan pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan

Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA)

d. Penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPA-PPKD) dan

Dokumen Perubahan Pelaksanaan Anggaran PPKD (DPPA-PPKD)

e. Penyusunan Penetapan Kinerja (PK)

f. Penyusunan laporan dan dokumentasi pelaksanaan program dan kegiatan.

4. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Tugas Pokok Sub Bagian Umum dan Program melaksanakan tugas pokok

pengelolaan administrasi umum meliputi ketatalaksanaan, ketatausahaan,

kepegawaian, urusan rumah tangga, perlengkapan, kehumasan dan

kepustakaan serta kearsipan.

a. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen

Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA)

b. Pelaksanaan ketatausahaan, ketatalaksanaan dan kearsipan

c. Pelaksanaan administrasi kepegawaian

d. Pelaksanaan kehumasan, keprotokolan dan kepustakaan

e. Pelaksanaan urusan rumah tangga.


32

f. Pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud

yang akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas pokok dan

fungsi.

5. Sub Bagian Keuangan

Tugas Pokok Sub Bagian Keuangan melaksanakan tugas pokok pengelolaan

anggaran dan administrasi keuangan.

a. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) dan Dokumen

Perubahan Pelaksanaan Anggaran (DPPA)

b. Pelaksanaan penatausahaan keuangan

c. Pelaksanaan verifikasi Surat Pertanggungjawaban (SPJ) keuangan

d. Penyusunan dan penyampaian laporan penggunaan anggaran

e. Penyusunan dan penyampaian laporan keuangan semesteran dan akhir

tahun

f. Penyusunan administrasi dan pelaksanaan pembayaran gaji pegawai.

6. Bidang Anggaran

Melaksanakan tugas pokok pelaksanaan perencanaan, penyusunan dan

pengadministrasian Anggaran Daerah.

a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis Bidang Anggaran

b. Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan teknis

perencanaan, penyusunan dan pengadministrasian anggaran daerah

c. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang perencanaan,

penyusunan dan pengadministrasian anggaran daerah

d. Pelaksanaan verifikasi Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah (RKA-SKPD)
33

e. Pelaksanaan verifikasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja

Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dan Dokumen Pelaksanaan Perubahan

Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPPASKPD)

f. Pelaksanaan pemrosesan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dan Dokumen Pelaksanaan

Perubahan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPPA-SKPD).

7. Sub Bidang Perencanaan dan Penyusunan Anggaran

Melaksanakan tugas pokok perencanaan dan penyusunan Anggaran Daerah.

a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang

perencanaan dan penyusunan anggaran daerah

b. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di

bidang perencanaan dan penyusunan anggaran daerah

c. Pelaksanaan verifikasi Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah (RKA-SKPD)

d. Penyiapan bahan pelaksanaan fasilitasi tugas Tim Anggaran

e. Pelaksanaan penyiapan bahan nota keuangan rancangan APBD dan

rancangan perubahan APBD

f. Pelaksanaan penyusunan rancangan APBD dan rancangan Perubahan

APBD.

8. Sub Bidang Administrasi Anggaran

Melaksanakan tugas pokok pelaksanaan administrasi Anggaran Daerah.

a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang

administrasi Anggaran Daerah


34

b. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di

bidang administrasi Anggaran Daerah

c. Pendokumentasian dan pendistribusian APBD dan Perubahan APBD

d. Pelaksanaan verifikasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja

Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dan Dokumen Pelaksanaan Perubahan

Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPPASKPD)

e. Pelaksanaan pemrosesan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Anggaran

Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) dan Dokumen Pelaksanaan

Perubahan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPPA-SKPD)

f. Pendokumentasian dan pendistribusian Naskah Perjanjian Hibah Daerah

dalam bentuk uang.

9. Bidang Perbendaharaan

Melaksanakan tugas pokok dalam pelaksanaan penyelenggaraan

perbendaharaan dan pengelolaan kas.

a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis Bidang Perbendaharaan

b. Pengumpulan dan pengolahan data dalam rangka perencanaan teknis

perbendaharaan dan pengelolaan kas

c. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang

perbendaharaan dan pengelolaan kas

d. Pemrosesan penetapan rekening Bendahara Pengeluaran dan Bendahara

Penerimaan; pemrosesan penetapan rekening Bendahara Pengeluaran dan

Bendahara Penerimaan

e. Penyusunan petunjuk teknis pengelolaan keuangan daerah

f. Pengendalian pelaksanaan belanja dan pertanggungjawaban APBD


35

10. Sub Bidang Pelayanan dan Pembiayaan

Melaksanakan tugas pokok pelayanan dan pembiayaan Anggaran Daerah.

a. Penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis bidang

pelayanan dan pembiayaan

b. Penyiapan bahan penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di

bidang pelayanan dan pembiayaan

c. Penyusunan petunjuk teknis pengelolaan keuangan daerah

d. Pelaksanaan verifikasi dan pemberian pembebanan rincian penggunaan

atas pengesahan Surat Pertanggungjawaban (SPJ) Belanja SKPD dan

meneliti dokumen SPM

e. Pelaksanaan penghitungan gaji PNS sesuai ketentuan peraturan

perundangundangan dan menyusun laporan pelaksanaan

f. Pelaksanaan pengaturan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBD.

11. Sub Bidang Pengelolaan Kas Daerah

Melaksanakan tugas pokok pengelolaan Kas Daerah.

12. Bidang Akuntansi

Melaksanakan tugas pokok pelaksanaan akuntansi.

13. Sub Bidang Evaluasi dan Pelaporan Keuangan

Melaksanakan tugas pokok melakukan evaluasi dan pelaporan keuangan

Daerah.

14. Sub Bidang Kebijakan Akuntansi dan Neraca Daerah Melaksanakan

tugas pokok kebijakan akuntansi dan Neraca Daerah.


36

15. Bidang Aset

Melaksanakan tugas pokok penatausahaan dan pelaporan aset daerah serta

pemanfaatan dan pemberdayaan aset.

16. Sub Bidang Inventarisasi dan Akusisi

Melaksanakan tugas pokok melakukan inventarisasi dan akuisisi aset daerah.

17. Sub Bidang Analisa dan Pemanfaatan Aset Daerah

Melaksanakan tugas pokok melakukan inventarisasi dan akuisisi aset daerah.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan menggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2009) bahwa penelitian kualitatif yang

memiliki landasan pada filsafat post positivism digunakan untuk meneliti suatu

kondisi obyek alamiah, dimana peneliti merupakan sebagai instrument kunci,

teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data yang bersifat induktif

atau kualitatif, serta hasil penelitian kualitatif menekankan suatu makna dibanding

generalisasi.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Pada bulan November 2019 sampai dengan Maret 2020.

Tabel 3.1
Time Table (Target Waktu) Penyelesaian Skripsi
No Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5
1 Pengajuan outline dan Rekomendasi Pembimbing
2 Konsultasi awal dan menyusun rencana kegiatan
3 Proses bimbingan untuk menyelesaikan proposal
4 Seminar proposal skripsi
5 Revisi proposal skripsi dan persetujuan revisi dari
Pembimbing I
6 Pengumpulan dan pengolahan data
7 Proses bimbingan menyelesaikan skripsi
8 Ujian Skripsi (Meja Hijau)
9 Revisi Skripsi dan persetujuan skripsi dari
pembimbing I dan II
10 Revisi dan persetujuan dari Ketua Program Studi
Sumber: Hasil Olahan Penulis (2020)

37
38

2. Lokasi Penelitian

Pelaksanaan penelitian di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

(BPKAD) Kabupaten Labuhan Batu.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi atas dua, sebagai

berikut:

1. Data primer

Pengumpulan data primer menurut Azwar (2010) diperoleh secara langsung

dari responden yang menggunakan alat pengambilan data langsung pada

subyek sebagai sumber informasi yang di cari. Penelitian ini menggunakan

wawancara sebagai pengumpulan data primer. Wawancar dilakukan secara

mendalam (indepth interview) kepada Kepala Badan BPKAD Kabupaten

Labuhan Batu.

2. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder menurut Azwar (2010) diperoleh melalui pihak

lain, yang secara tidak langsung dari subyek penelitian. Beberapa data

sekunder diperoleh melalui dokumentasi, buku, jurnal, koran, internet, dan

karya tulis yang selaras dengan topik penelitian, data sekunder akan digunakan

sebagai pelengkap atas data yang diperoleh dari lapangan.

3.4 Metode Analisis Data

Menurut Idrus (2007), metode analisa data terdiri atas 3 (tiga) tahapan,

sebagai berikut:
39

1. Reduksi data

Setelah data terkumpul dilakukan pemilihan hal- hal yang pokok, dan

memfokuskan pada hal- hal penting yang berkaitan dengan penelitian.

2. Penyajian data

Dapat berupa teks yang bersifat naratif.

3. Kesimpulan (verifikasi)

Jika kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila ditemukan bukti- bukti yang kuat yang mendukung pada tahapan

pengumpulan data berikutnya. Tetapi jika kesimpulan yang dikemukakan pada

tahap awal didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat kembali

kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan

merupakan kesimpulan yang handal.

Anda mungkin juga menyukai