Anda di halaman 1dari 26

KELOMPOK 2

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN


MATA KULIAH SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Vince Ratnawati,SE, M.Si,AK,CA

Disusun Oleh:
Reza Septiana Saputri ( 2310246447)
Chaira Astami Putri (2310246442)

PASCASARJANA AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2024

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Setelah mengalami proses yang panjang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
yang telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (PP SAP). Dengan ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kali
Indonesia memiliki standar akuntansi pemerintahan. Menandai di mulainya
Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan. Wakil Presiden RI meluncurkan
Standar Akuntansi Pemerintahan di Istana Wakil Presiden pada tanggal 6 Juli 2005.
Pemerintah dalam menyusun sistem akuntansi pemerintah harus mengacu pada
SAP. Gagasan perlunya standar akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada
namun baru pada sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi di sektor
komersil yang dipelopori dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (1994) kebutuhan standar akuntansi pemerintahan kembali
menguat. Oleh karena itu Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) Departemen
Keuangan mulai mengembangkan standar akuntansi.

Sebelum dan setelah dilakukan publik hearing Standar dibahas bersama dengan
Tim Penelaah Standar Akuntansi Pemerintahan BPK. Setelah dilakukan pembahasan
berdasarkan masukan-masukan KSAP melakukan finalisasi standar kemudian KSAP
meminta pertimbangan kepada BPK melalui Menteri Keuangan. Namun draf SAP ini
belum diterima oleh BPK karena komite belum ditetapkan dengan Keppres.
Suhubungan dengan hal tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004
dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Komite ini segera bekerja untuk
menyempurnakan kembali draf SAP yang pernah diajukan kepada BPK agar pada awal
tahun 2005 dapat segera ditetapkan.
Isu terkini didalam pelaksanaan akuntansi keuangan daerah adalah mengenai
penerapan PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai pengganti
PP Nomor 24 Tahun 2005. Dimana PP 71 merupakan penerapan akuntansi pemerintahan
berbasis akrual murni meskipun didalam peraturan tersebut juga masih diakomodir pilihan
menerapkan basis kas menuju akrual sebagaimana yang diatur didalam PP nomor 24 tahun
2005 selama masa transisi dimana pelaksanaan akrual murni paling tidak harus diterapkan
paling lambat empat (4) tahun setelah peraturan ini diterbitkan.

2
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan reformasi di bidang
akuntansi terutama untuk penerapan akuntansi berbasis akrual pada setiap instansi
pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, dimulai tahun
anggaran 2008. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut: ”Ketentuan
mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 undang-undang ini
dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan
pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”
Study 14 IFAC Public Sector Committee (2002) menyatakan bahwa pelaporan
berbasis akrual bermanfaat dalam mengevaluasi kinerja pemerintah terkait biaya jasa
layanan, efisiensi, dan pencapaian tujuan. Dengan pelaporan berbasis akrual, pengguna
dapat mengidentifikasi posisi keuangan pemerintah dan perubahannya, bagaimana
pemerintah mendanai kegiatannya sesuai dengan kemampuan pendanaannya sehingga
dapat diukur kapasitas pemerintah yang sebenarnya. Akuntansi pemerintah berbasis akrual
juga memungkinkan pemerintah untuk mengidentifikasi kesempatan dalam menggunakan
sumberdaya masa depan dan mewujudkan pengelolaan yang baik atas sumberdaya
tersebut.
Dengan ditetapkan PP SAP diharapkan akan adanya transparansi partisipasi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara guna mewujud kan pemerintahan yang baik
(good governance). Sehingga diperlukan langkah-langkah strategis yang perlu segera
diupayakan dan diwujudkan bersama dalam rangka implementasi Standar akuntansi
Pemerintahan.

1.2 Perumusan Masalah


a) Apakah yang dimaksud dengan kerangka konseptual akuntansi
pemerintahan?
b) Apakah yang dimaksud dengan standar akuntansi dan sistem akuntansi
pemerintah ?
c) Bagaimana perkembangan standar akuntansi dan system akuntansi
pemerintahan?

3
1.3 Tujuan
a) untuk mengetahui perkembangan standar kerangangka konseptual akuntansi
sektor publik.
b) Untuk mengetahui pengetahuan kerangka akuntansi pemerintah

4
BAB II
PEMBAHASAN
I. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN
PENGERTIAN
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 71 tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa Kerangka Konseptual
Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar penyusunan dan pengembangan Standar
Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan
dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan.

RUANG LINGKUP
Kerangka konseptual ini membahas tentang :
a) tujuan kerangka konseptual
b) lingkungan akuntansi pemerintahan
c) pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna
d) entitas akuntansi dan entitas pelaporan
e) peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan, serta
dasar hukum
f) asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam
laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi
g) unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan
pengukurannya.
A. TUJUAN
Tujuan kerangka konseptual akuntansi pemerintahan adalah sebagai acuan bagi:
a) penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya
b) penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum
diatur dalam standar
c) pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan standar; dan
d) para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.

5
Dalam hal terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar, maka
ketentuan standar diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual ini.
LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Lingkungan dimana organisasi pemerintah beroperasi berpengaruh terhadap
karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting lingkungan
pemerintahan yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan
pelaporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Ciri-ciri pokok yang berkaitan dengan struktur pemerintahan dan pelayanan yang
diberikan
a) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan
Dalam NKRI yang bersistem demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat yang
didelegasikan kepada pejabat publik yang dipilih melalui proses pemilihan. Sejalan itu
terdapat pemisahan antara wewenang eksekutif, legislatif, dan yudikatif (Trias politika).
Pemisahan tersebut bertujuan untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan (check and
balance) terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan para penyelenggara
pemerintahan.
b) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah
Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem pemerintahan
Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah propinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota. Jika suatu lingkup pemerintahan tertentu memperoleh pendapatan pajak
atau bukan pajak yang lebih besar, maka dapat mengakibatkan diselenggarakannya sistem
bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau subsidi antar entitas pemerintahan.

c) Adanya pengaruh proses politik


Salah satu tujuan utama pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh
rakyat. Sehubungan dengan itu, pemerintah berupaya untuk mewujudkan keseimbangan
fiskal dengan mempertahankan kemampuan keuangan negara yang bersumber dari
pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi keinginan masyarakat.
Salah satu ciri yang penting dalam mewujudkan keseimbangan tersebut adalah
berlangsungnya proses politik untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di
masyarakat.
d) Hubungan antara pembayaran pajak dan pelayanan pemerintah

6
Hubungan antara pajak yag dipungut dan pelayanan yang diberikan pemerintah
mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan laporan
keuangan,yaitu :
 Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang sifatnya suka rela.
 Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak sebagaimana
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
 Sulit mengukur efisiensi pelayanan pemerintah dibandingkan dengan pungutan yang
digunakan untuk membiayai pelayanan tersebut karena adanya monopoli pelayanan
oleh pemerintah.
 Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
adalah relative sulit.
2. Ciri-ciri yang berkaitan dengan keuangan yang penting bagi pengendalian

a) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan public,target fiscal, dan alat pengendalian

Fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam


akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena anggaran :
 merupakan pernyataan kebijakan publik.
 merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja,
pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
 menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.
 memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
 Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan
pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada
publik.

b) Investasi dalam asset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan

Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak
secara langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, seperti gedung
perkantoran, jembatan, jalan, taman, dan kawasan reservasi.

c) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian


Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah yang memisahkan kelompok

7
dana menurut tujuannya, sehingga masing-masing merupakan entitas akuntansi yang
mampu menunjukkankeseimbangan antara belanja dan pendapatan atau transfer yang
diterima.
B. PENGGUNA DAN KEBUTUHAN INFORMASI
Pengguna laporan keuangan
Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun
tidak terbatas pada:
 Masyarakat
 wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa
 pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman
 pemerintah.
Kebutuhan informasi
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk
memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian laporan
keuangan pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-
masing kelompok pengguna. Namun demikian, berhubung pajak merupakan sumber utama
pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan keuangan yang memenuhi kebutuhan
informasi para pembayar pajak perlu mendapat perhatian.
C. ENTITAS PELAPORAN
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas
akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan
“pertanggungjawaban” berupa laporan keuangan.
D. PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN
Peranan pelaporan keuangan
Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan :
1. Realisasi dengan anggaran
2. Menilai kondisi keuangan
3. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan
4. Membantu menentukan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya
yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis
dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
1. Akuntabilitas

8
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.
2. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan,
pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk
kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara
terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber
daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada
periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut.
5. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
Tujuan pelaporan keuangan
Informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan pemerintah haruslah
bermanfaat bagi penggunanya dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan
dengan:
1. menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
keuangan
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya

9
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Laporan keuangan pokok terdiri dari:
(a) Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
(b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
(c) Neraca;
(d) Laporan Operasional (LO);
(e) Laporan Arus Kas (LAK);
(f) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
(g) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Selain laporan keuangan pokok,diperkenankan pula menyajikan laporan kinerja
keuangan dan laporan perubahan ekuitas.
DASAR HUKUM PELAPORAN KEUANGAN
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya bagian
yang mengatur keuangan negara;
2. Undang-Undang di bidang keuangan negara;
3. Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan peraturan
daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
4. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah,
khususnya yang mengatur keuangan daerah;
5. Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan
pusat dan daerah;
6. Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara/Daerah; dan
7. Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan
daerah
E. ASUMSI DASAR
(a) Asumsi kemandirian entitas;
(b) Asumsi kesinambungan entitas; dan

10
(c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
KARAKTERISTIK KUALITATIF LAPORAN KEUANGAN
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan
agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
1. Relevan (dapat mempengaruhi keputusan pengguna)
Informasi yang relevan yaitu memiliki Feedback value, Predictive value, Tepat
waktu dan lengkap.
2. Andal
Informasi yang andal yaitu penyajiannya jujur, dapat diverifikasi dan netralitas.
3. Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan keuangan
entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan dapat dilakukan secara internal
dan eksternal
4. Dapat dipahami.
PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah:
(a) Basis akuntansi;
(b) Prinsip nilai historis;
(c) Prinsip realisasi;
(d) Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
(e) Prinsip periodisitas;
(f) Prinsip konsistensi;
(g) Prinsip pengungkapan lengkap; dan
(h) Prinsip penyajian wajar.
KENDALA INFORMASI YANG RELEVAN DAN ANDAL
Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan keuangan
pemerintah, yaitu:
1. Materialitas
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan
dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna
yang diambil atas dasar laporan keuangan.
2. Pertimbangan biaya dan manfaat

11
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
3. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normative yang diharapkan dipenuhi
oleh laporan keuangan pemerintah.
F. UNSUR LAPORAN KEUANGAN
1. Laporan realisasi anggaran’
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
Isi laporan realisasi anggaran mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
a. Pendapatan
b. Belanja
c. Transfer
d. Pembiayaan
2. Laporan perubahan saldo anggaran lebih
Laporan ini menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3. Neraca
Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pemerintah mengenai
asset,kewajiban dan ekuitas dana pada suatu tanggal tertentu.
Komponen neraca yaitu :
a. Aset
b. Kewajiban
c. Ekuitas dana
4. Laporan Operasional
Laporan ini menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara
langsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-
pos luar biasa.

5. Laporan arus kas

12
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.
6. Laporan perubahan ekuitas
menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
7. Catatan atas Laporan Keuangan
CALK ini meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas.
PENGAKUAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Agar dapat diakui atau dicatat,suatu kejadian minimal harus memenuhi 2
kriteri,yaitu :
 terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian
atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk kedalam entitas
pelaporan yang bersangkutan.
 Nilai/biaya yang berkaitan dengan kejadian/peristiwa tersebut dapat diukur atau
dapat diperkirakan/diestimasi dengan andal.
PENGUKURAN UNSUR LAPORAN KEUANGAN
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis.Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan
mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih
dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

13
II. PENGEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI DAN SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAH

1. SAP Berbasis Kas

Basis Akuntansi yang digunakan dengan laporan keuangan pemerintah adalah basis
kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas dalam Neraca.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada
saat kas di terima di Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau oleh entitas pelaporan dan
belanja diakui pada saat kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah atau
entitas pelaporan (PP No.71 tahun 2010).
Basis kas di gunakan untuk pengakuan pendapatan dan belanja dan pembiayaan
dalam laporan realisasi anggaran. Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa
:
 Terima Pendapatan di akui pada saat kas di terima di rekening kas umum
negara / daerah atau oleh entitas pelaporan
 Belanja di akui pada saat kas di keluarkan dari rekening kas umum negara
/daerah atau oleh entitas pelaporan.
Entitas pelaporan tidak mengenai laba penentuan sisa pembiayaan anggaran baik
lebih atau pun kurang pada peride tersebut tergantung pada selisih antara penerimaan dan
pengeluaran. Pendapatan dan belanja bukan tunai seperti bantuan pihak asing barang dan
jasa di sajikan dalam laporan realisasi anggaran.
Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah
ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Belanja (basis kas) adalah se mua pengeluaran oleh Bendahara Umum
Negara/Bendahara Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode
tahun an ggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya ke mbali oleh
pemerintah.
2. SAP berbasis kas menuju akrual

14
Selama beberapa dekade pemerintah Indonesia sudah melakukan berbagai upaya untuk
memperbaiki kualitas kinerja, tranparansi, dan akuntabilitas pemerintahan di Indonesia.
Upaya ini mendapat momentum dengan reformasi keuangan negara di penghujung tahun
1990an berupa diterbitkannya tiga paket UU di bidang keuangan negara yaitu UU No. 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan
Pengelolaan Keuangan Negara.

UU No. 17 Tahun 2003 mengamanatkan bahwa pendapatan dan belanja baik dalam
penganggaran maupun laporan pertanggungjawabannya diakui dan diukur dengan basis
akrual. Hal tersebut dapat dilihat dari Pasal 1 UU No.17 tahun 2003 yang mendefinisikan
Pendapatan negara/daerah adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih dan Belanja negara/daerah adalah kewajiban pemerintah
pusat/daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Selanjutnya pasal 36
ayat (1) menyatakan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.
Perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sebelum reformasi belum
menggembirakan. Saat itu, akuntansi pemerintahan di Indonesia belum berperan sebagai
alat untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi pemerintah dalam memberikan
pelayanan publik kepada masyarakat. Pada periode tersebut, output yang dihasilkan oleh
akuntansi pemerintahan di Indonesia sering tidak akurat, terlambat, dan tidak informatif,
sehingga tidak dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan.
Perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan merupakan
bagian dari bangunan yang ingin dibentuk dalam reformasi di bidang keuangan negara
seperti yang diamanatkan dalam UU No. 17 tahun 2003. Oleh karena itu, perubahan basis
akuntansi pemerintahan di Indonesia dari basis kas menuju basis akrual dilakukan secara
bertahap.

Berdasarkan Pasal 32 UU 17 Tahun 2003 dan Pasal 57 UU 1 Tahun 2004, penyusunan


standar akuntansi pemerintahan ditugaskan pada suatu komite standar yang independen
yang ditetapkan dengan suatu keputusan presiden, komite tersebut adalah Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP). Organisasi KSAP terdiri dari Komite Konsultatif dan
Komite Kerja yang dibantu oleh Kelompok Kerja. Komite Konsultatif bertugas memberi

15
konsultasi dan/atau pendapat dalam rangka perumusan konsep Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Untuk menjaga kualitas Standar Akuntansi Pemerintahan, maka proses penyusunannya


melalui mekanisme prosedural yang meliputi tahap-tahap kegiatan dalam setiap
penyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) oleh Komite. Proses
penyiapan Standar Akuntansi Pemerintahan yang digunakan ini adalah proses yang berlaku
umum secara internasional dengan penyesuaian terhadap kondisi yang ada di Indonesia.
Penyesuaian dilakukan antara lain karena pertimbangan kebutuhan yang mendesak dan
kemampuan pengguna untuk memahami dan melaksanakan standar yang ditetapkan.

Keuangan akuntansi dan audit pemerintah Pada tahun 2005, Presiden SBY menetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang merupakan
standar akuntansi pemerintahan pada masa transisi dari basis kas menuju basis akrual
penuh. SAP mulai diberlakukan untuk penyusunan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN/APBD Tahun Anggaran 2005. Berdasarkan PP tersebut, akuntansi
pemerintahan menggunakan akuntansi basis kas menuju akrual (cash basis toward accrual),
artinya menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan
dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas di dalam neraca .

Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan basis cash towards accrual di


Pemerintah Indonesia baik Pusat maupun Daerah telah berjalan selama 5 tahun. Dalam
rangka penerapan SAP dimaksud, Pemerintah Pusat telah membangun sistem akuntansi
berbasis komputer (Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat) untuk menyelenggarakan
akuntansi dan menghasilkan Laporan Keuangan di seluruh Kementerian/Lembaga,
Bendahara Umum Negara, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan walaupun menghadapi banyak hambatan, sudah
menunjukkan adanya peningkatan. Hal tersebut antara lain tercermin atas opini yang
diberikan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan BPK, opini LKPP

Tahun 2009 adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atau qualified opinion. Opini
tersebut merupakan opini terbaik yang pernah diperoleh sejak pertama kali LKPP disusun,
yaitu LKPP Tahun 2004. Selama 5 (lima) tahun, LKPP Tahun 2004 sampai dengan LKPP

16
Tahun 2008 masih mendapat opini audit disclaimer. Peningkatan kualitas juga terjadi pada
Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL). Jumlah LKKL yang mendapat
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atau unqualified opinion semakin meningkat dari
7 LKKL pada tahun 2006, menjadi 16 LKKL pada tahun 2007, 35 LKKL pada tahun 2008,
dan 45 LKKL pada tahun 2009. Jumlah LKKL yang mendapat WDP turun dari 38 LKKL
pada tahun 2006, menjadi 31 LKKL pada tahun 2007, 30 LKKL pada tahun 2008, dan 26
LKKL pada tahun 2009. Jumlah LKKL yang mendapat opini Tidak Menyatakan Pendapat
semakin berkurang dari 36 LKKL pada tahun 2006, menjadi 33 LKKL pada tahun 2007,
18 LKKL

Pada tahun 2008 dan LKKL pada tahun 2009. Untuk pemeriksaan atas LKPD, opini
LKPD Tahun 2009 secara persentase juga menunjukkan adanya kenaikan. Opini WTP
sebanyak 4% dari total LKPD yang sebelumnya 3% (tahun 2008) dan 1% (tahun 2007).
Sementara opini TMP 16% dari total LKPD yang sebelumnya 24% (tahun 2008) dan 26%
(tahun 2007).

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) menyusun SAP berbasis akrual yang
mecakup PSAP berbasis kas untuk pelaporan pelaksanaan anggaran ( budgetary reports),
sebagaimana di cantumkan pada PSAP 2, dan PSAP berbasis akrual untuk pelaporan
financial, yang pada PSAP 12 mempasilitasi pencatatan, pendapatan, dan beban dengan
basis akrual.
Penerapan SAP Berbasis Akrual dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP
Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual yaitu SAP yang mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis
kas, serta mengakui aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Ketentuan lebih lanjut
mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah pusat diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP
Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri.
Perbedaan mendasar SAP berbasis kas menuju akrual dengan SAP berbasis akrual
terletak pada PSAP 12 menganai laporan operasional. Entitas melaporkan secara
transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban yang di
tanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus / deficit operasional

17
merupakan penambah atau pengurang ekuitas/ kekayaan bersih entitas pemerintahan
bersangkutan ( PP NO 71 Tahun 2010)
Jika dibandingkan dengan akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual,
akuntansi berbasis akrual sebenarnya tidak banyak berbeda. Pengaruh perlakuan akrual
dalam akuntansi berbasis kas menuju akrual sudah banyak diakomodasi di dalam laporan
keuangan terutama neraca yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keberadaan pos piutang,
aset tetap, hutang merupakan bukti adanya proses pembukuan yang dipengaruhi oleh asas
akrual.
Laporan keuangan pokok kas menuju akrual sebagai berikut:
1. Laporan Realisasi Anggaran,
2. Neraca,
3. Laporan Arus Kas, dan
4. Catatan atas Laporan Keuangan.
SAP berbasis kas menuju akrual dapat di gunakan atau di terapkan sampai dengan
pelaporan keuangan tahun 2014.

3. Berbasis akrual
Ketika akrual hendak dilakukan sepenuhnya untuk menggambarkan
berlangsungnya esensi transaksi atau kejadian, maka kelebihan yang diperoleh dari
penerapan akrual adalah tergambarkannya informasi operasi atau kegiatan. Dalam sektor
komersial, gambaran perkembangan operasi atau kegiatan ini dituangkan dalam Laporan
Laba Rugi. Sedangkan dalam akuntansi pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam
bentuk Laporan Operasional atau Laporan Surplus/Defisit.
perbedaan kongkrit yang paling memerlukan perhatian adalah jenis/komponen
laporan keuangan. Perbedaan mendasar SAP PP 24/2005 dengan SAP Akrual
terletak pada PSAP 12 mengenai Laporan Operasional. Entitas pemerintah melaporkan
secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan besarnya beban
yang ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. Surplus/defisit operasional
merupakan penambahanatau pengurang ekuitas/kekayaan bersih entitas pemerintahan
bersangkutan. Secara ringkas perbedaan komponen laporan keuangan basis akrual dengan
basis kas menuju akrual disajikan pada Lampiran II.
Walaupun basis akrual berlaku efektif untuk laporan keuangan atas
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai tahun 2010, tetapi apabila entitas

18
pelaporan belum dapat menerapkan PSAP ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP
Berbasis Kas Menuju Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran
2010. Penerapan SAP Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual. Ketentuan
lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap pada pemerintah
pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, sedangkan untuk pada pemerintah
daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (pasal 7 PP 71 tahun 2010).
jika dibandingkan dengan akuntansi pemerintah berbasis kas menuju akrual,
akuntansi berbasis akrual sebenarnya tidak banyak berbeda. Pengaruh perlakuan akrual
dalam akuntansi berbasis kas menuju akrual sudah banyak diakomodasi di dalam laporan
keuangan terutama neraca yang disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Keberadaan pos piutang,
aset tetap, hutang merupakan bukti adanya proses pembukuan yang dipengaruhi oleh asas
akrual.
Ketika akrual hendak dilakukan sepenuhnya untuk menggambarkan berlangsungnya esensi
transaksi atau kejadian, maka kelebihan yang diperoleh dari penerapan akrual adalah
tergambarkannya informasi operasi atau kegiatan. Dalam sektor komersial, gambaran
perkembangan operasi atau kegiatan ini dituangkan dalam Laporan Laba Rugi. Sedangkan
dalam akuntansi pemerintah, laporan sejenis ini diciptakan dalam bentuk Laporan
Operasional atau Laporan Surplus/Defisit.
Dengan demikian, perbedaan kongkrit yang paling memerlukan perhatian adalah
jenis/komponen laporan keuangan. Perbedaan mendasar SAP PP 24/2005 dengan SAP
Akrual terletak pada PSAP 12 mengenai Laporan Operasional. Entitas pemerintah
melaporkan secara transparan besarnya sumber daya ekonomi yang didapatkan, dan
besarnya beban yang ditanggung untuk menjalankan kegiatan pemerintahan.
Surplus/defisit operasional merupakan penambah atau pengurang ekuitas/kekayaan bersih
entitas pemerintahan bersangkutan. Secara ringkas perbedaan komponen laporan keuangan
basis akrual dengan basis kas menuju akrual disajikan pada Lampiran II.
Walaupun basis akrual berlaku efektif untuk laporan keuangan atas pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran mulai tahun 2010, tetapi apabila entitas pelaporan belum dapat
menerapkan PSAP ini, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP Berbasis Kas Menuju
Akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah Tahun Anggaran 2010. Penerapan SAP
Berbasis Akrual dapat dilaksanakan secara bertahap dari penerapan SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual menjadi penerapan SAP Berbasis Akrual.

19
Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan SAP Berbasis Akrual secara bertahap
pada pemerintah pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan, sedangkan untuk pada
pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (pasal 7 PP 71 tahun
2010).
Untuk pemerintah pusat, strategi penerapan basis akrual, sudah dilakukan mulai
tahun 2009, yaitu dengan menyajikan informasi akrual untuk pendapatan dan belanja
sebagai pelengkap LRA berbasis kas. Contoh strategi atau pentahapan penerapan basis
akrual yang dapat dilakukan baik oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat
dilihat pada Lampiran III dan IV.
Didalam struktur SAP berbasis akrual berdasar PP 71 Tahun 2010 terdapat
tambahan pernyataan standar akuntansi yaitu pada pernyataan PSAP Nomor 12 tentang
Laporan Operasional, adapun Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah
sebagai berikut :
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP)terdiri dari: PSAP Nomor 01 tentang
Penyajian Laporan Keuangan; PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi
Anggaran; PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas PSAP Nomor 04 tentang Catatan
atas Laporan Keuangan;PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan; PSAP
Nomor 05 tentang Akuntansi Persediaan; PSAP Nomor 06 tentang Akuntansi
Investasi; PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap; PSAP Nomor 08 tentang
Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan; PSAPN 09 tentang Akuntansi Kewajiban; PSAP
Nomor 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar
Biasa; PSAPN 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian; dan PSAP Nomor 12 tentang
Laporan Operasional.

KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN AKRUAL


Perbedaan antara PP 71 dengan PP 24 juga terdapat pada komponen laporan
keuangan, dimana pada PP 24 terdapat empat (4) jenis laporan keuangan yaitu : 1. Neraca;
2. Laporan Arus Kas; 3. Laporan Realisasi Anggaran; 4. Catatan atas Laporan Keuangan.
Didalam PP 71 laporan keuangan yang harus disusun oleh Pemda bertambah menjadi enam
(6) jenis laporan keuangan yaitu :Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih (SAL);,Neraca; Laporan Arus Kas,Laporan Operasional;,Laporan
Perubahan Ekuitas, Catatan atas Laporan Keuanggan. secara garis besar, penjelasan
tentang jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut:

20
 LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Meskipun basis yang harus digunakan adalah basis akrual, khusus untuk LRA
masih menggunakan cash basis yang menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA,
belanja transfer surplus/defisit LRA dan belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan
pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode. Struktur LRA tidak ada perubahan yang terdiri dari: Pendapatan-LRA, Belanja,
Transfer, Surplus/defisit-LRA, Pembiayaan, Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
(SiLPA/SiKPA).
 LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
Laporan ini melaporkan mutasi Saldo Anggaran Lebih (SAL) yang merupakan
akumulasi saldo SiLPA/SiKPA dari LRA, adapun struktur SAL adalah sebagai
berikut: Saldo Anggaran Lebih awal; Penggunaan Saldo Anggaran Lebih; Sisa
Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan; Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun
Sebelumnya; dan Lain-lain
 NERACA
Merupakan laporan keuangan yang telah menerapkan basis akrual, karena itu tidak
terdapat perbedaan signifikan hanya saja ada sedikit tambahan pos-pos didalam sisi asset
dan perubahan format pada sisi ekuitas, dimana ekuitas dana tidak dirinci kedalam EDL,
EDI dan EDC tapi merupakan jumlah total selisih antara asset dan kewajiban, perubahan
itu jadi membuat format neraca lebih sederhana. format neraca terdiri dari Aset, Kewajiban
dan Ekuitas (tanpa dirinci lebih lanjut ke EDL, EDI, EDC)
 LAPORAN OPERASIONAL
Format laporan operasional terdiri dari : Pendapatan-LO dari kegiatan
operasional, Beban dari kegiatan operasional, Surplus/Defisit dari Kegiatan Non
Operasional, bila ada, Pos luar biasa, bila ada, Surplus/defisit-LO. perbedaan signifikan
LO dan LRA terletak pengakuan belanja dan beban. Diatas telah dijelaskan bahwa
penyusunan LRA masih menggunakan kas basis dalam arti kata pengakuan belanja di LRA
adalah sebesar kas yang dikeluarkan dari kas daerah, juga pendapatan diakui pada saat
diterima dikas daerah. Sedangkan pengakuan beban pada laporan operasional adalah juga
meliputi kewajiban/biaya yang timbul meskipun belum dibayar tidak semata-mata melihat
apakah kas tersebut sudah keluar atau belum dari kas daerah. hal yang sama juga berlaku
pada pengakuan pendapatan yaitu pada saat timbulnya hak atas pendapatan
tersebut. Pengertian timbulnya hak tersebut perlu dijelaskan bahwa timbulnya harus
ditandai dengan suatu dokumen yang menyatakan bahwa benar-benar hak tersebut

21
diperkirakan dapat direalisasikan. Dalam pengertian ini tidak termasuk potensi-potensi
sumber-sumber daya yang belum dieksploitasi (national resources), misalnya kandungan
minyak, kandungan batu bara, ikan, hutan, dan sebagainya.
 LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos: Ekuitas awal Surplus/Defisit LO pada
periode bersangkutan, dan koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas
dana
 HUBUNGAN ANTAR LAPORAN KEUANGAN
PP 71 mengakomodasi dua jenis pelaporan, yaitu laporan pelaksanaan anggaran
dan laporan financial. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Sedangkan laporan financial
terdiri dari neraca, Laporan Operasional, Arus Kas, Catatan Atas Laporan Keuangan dan
laporan perubahan ekuitas.

STRATEGI PENERAPAN SAP BERBASIS AKRUAL (PP 71 2010)


Didalam menerapkan PP 71, hendaknya setiap pemda merumuskan strategi yang
dimulai dari aturan pelaksanaan menyangkut penyiapan aturan pelaksanaan dan kebijakan
akuntansi, kemudian pengembangan sistem akuntansi dan TI, pengembangan kapasitas
SDM, semua itu harus disosialisasikan agar ada keseragaman pandangan didalam
pelaksanaan teknis akuntansi diseluruh SKPD.
tantangan akuntansi berbasis akrual
Keberhasilan perubahan akuntansi pemerintahan sehingga dapat menghasilkan
laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel memerlukan upaya dan kerja
sama dari berbagai pihak. Jika penerapan akuntansi berbasis kas menuju akrual saja masih
banyak menghadapi hambatan, lebih-lebih lagi jika pemerintah akan menerapkan akuntansi
berbasis akrual. Beberapa tantangan dalam implementasi akuntansi pemerintahan berbasis
akrual adalah:
a) Sistem Akuntansi dan IT Based System
Melihat kompleksitas implementasi akuntansi berbasis akrual, dapat dipastikan
bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintahan memerlukan
sistem akuntansi dan IT based system yang lebih rumit.
Selain itu perlu juga dibangun sistem pengendalian intern yang memadai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang
efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan

22
terhadap peraturan perundang-undangan. Hal tersebut telah diamanatkan oleh Undang-
Undang No 1 tahun 2004 yang menyatakan “Dalam rangka meningkatkan kinerja,
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden selaku Kepala
Pemerintah mengatur dan menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan
pemerintah secara menyeluruh. SPI ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Untuk
melaksanakan hal tersebut pada tahun 2008 telah terbit PP No 60 tentang Sistem
Pengedalian intern Intern Pemerintah.
b) Komitmen dari pimpinan .
Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu
perubahan. Salah satu penyebab kelemahan penyusunan Laporan Keuangan pada beberapa
Kementerian/Lembaga adalah lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja khususnya
SKPDpenerima penerima dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.
c) Tersedianya SDM yang kompeten
Laporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-
masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambatnya 3 (tiga) bulan setelah
tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran
berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Pemerintah
Pusat kepada DPR dan oleh Pemerintah Daerah kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan
laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan.
Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi menjelang penerapan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius
menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan.
d) Resistensi terhadap perubahan

Sebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah
terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu
disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan dengan baik.

23
KESIMPULAN
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan merupakan konsep dasar
penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan merupakan acuan
bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan
pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum
diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PP 71/2010). Kerangka
konseptual ini membahas tentang tujuan kerangka konseptual,lingkungan akuntansi
pemerintahan,pengguna dan kebutuhan informasi para pengguna,entitas akuntansi dan
entitas pelaporan,peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan,
serta dasar hukum,asumsi dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat
informasi dalam laporan keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi
akuntansi,unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan
pengukurannya.
Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 / 2003 tentang Keuangan
Negara, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan
tersebut menganut basis kas menuju akrual (cash toward accrual) yaitu menggunakan basis
kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual
untuk pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Namun, penerapan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2005 masih bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang -
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan,
digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.
Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal
36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima)
tahun. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005
perlu diganti. Diterbitkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menganut basis akrual secara penuh,
yang menggantikan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual
menurut PP Nomor 24 Tahun 2005 tersebut akan dimulai pada tahun 2015.

24
Ditetapkannya PP No. 71 Tahun 2010 maka penerapan sistem akuntansi
pemerintahan berbasis akrual telah mempunyai landasan hukum. Dan hal ini berarti juga
bahwa Pemerintah mempunyai kewajiban untuk dapat segera menerapkan SAP yang baru
yaitu SAP berbasis akrual. Hal ini sesuai dengan pasal 32 UU No. 17 tahun 2003 yang
mengamanatkaan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP. Dan hal ini ditegaskan dalam
pasal 4 ayat (1) PP No. 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa Pemerintah menerapkan SAP
Berbasis Akrual. SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
(KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan PP setelah terlebih dahulu mendapat
pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Dengan demikian pada saat ini merupakan masa persiapan dan peralihan bagi
instansi pemerintah untuk melakukan perubahan penggunaan basis akuntansi dalam
pencatatan dan pelaporan keuangan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Keuangan
Negara.

25
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan
Nordiawan, Deddi. Akuntansi Sektor publik. Jakarta : Salemba Empat, 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2004 Tentang Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan
www. google.com

26

Anda mungkin juga menyukai