Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Vince Ratnawati, S.E., M.Si., Ak., CA
Dari awal sangat perlu dipahami mengapa pengukuran kinerja organisasi (perusahaan)
sangat penting dan vital. sSebuah organisasi dalam hal ini perusahaan yang beroperasi tanpa
system pengukuran kinerja, seperti pesawat terbang yang terbang tanpa sebuah kompas,
seorang pembalap F1 yang mengemudi dan matanya ditutup.Atau seorang CEO yang
menjalankan bisnis tanpa sebuah rencana strategis. Tujuan dari pengukuran kinerja tidak
hanya bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja bisnis akan tetapi mampu untuk
menciptakan kinerja yang lebih baik. Tujuan utama melaksanakan sistem pengukuran kinerja
adalah untuk meningkatkan kinerja organisasi sehingga dapat lebih baik melayani pelanggan,
karyawan, pemilik, dan stakeholder. Dimana, hasil pengukuran kinerja yang baik akan
menjadi informasi bagaimana keberadaan bisnis tersebut dan bagaimana hal tersebut
dilakukan, dan dimana itu terjadi.
Selama ini pengukuran kinerja hanya dilakukan secara tradisional yaitu dengan
menitikberatkan pada sisi keuangan. Manajer yang berhasil mencapai tingkat keuntungan
yang tinggi akan dinilai berhasil dan memperoleh imbalan yang baik dari perusahaan.
Penilaian kinerja perusahaan yang semata-mata dari sisi keuangan akan dapat menyesatkan,
karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-
kepentingan jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik
dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-investasi demi
kepentingan jangka panjang.
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor).
Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-
keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance
yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu
skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor
juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di
masa depan.
BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi
dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. BSC adalah salah satu alat
manajemen yang telah terbukti telah membantu banyak perusahaan dalam
mengimplementasikan strategi bisnisnya.
Konsep BSC didasarkan pada asumsi bahwa efisiensi penggunaan modal investasi
tidak lagi menjadi penentu tunggal untuk keunggulan kompetitif, tapi faktor seperti modal
intelektual, penciptaan pengetahuan atau orientasi pelanggan yang sangat baik menjadi lebih
penting. BSC digunakan untuk berkomunikasi dan mengkoordinasikan deskripsi strategi
bisnis. Kesenjangan antara perencanaan strategis dan operasi bisa dijembatani dan
pencapaian jangka panjang dari tujuan strategis dijamin dengan aplikasi yang konsisten dan
perumusan strategi bisnis yang sebelumnya ditetapkan dalam empat perspektif BSC. (Figge,
Hahn, Schaltegger, dan Wagner, 2002)
Dengan adanya konsep Balanced Scorecard akan terus memelihara arah dan kemajuan
organisasi sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Selain itu Balanced
Scorecard akan membantu perusahaan dalam menyelaraskan tujuan dengan satu strategi yang
ingin diterapkan, karena Balanced Scorecard membantu mengeliminasi berbagai macam
strategi manajemen puncak yang tidak sesuai dengan strategi karyawan dengan cara
membantu karyawan untuk memahami bagaimana peran serta mereka dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi secara keseluruhan. (Ciptani, 2000)
Tanpa balanced scorecard, kebanyakan organisasi tidak dapat mencapai visi dan
tindakan yang sama secara konsisten sebagai usaha mereka untuk mengubah arah dan
memperkenalkan strategi dan proses baru. Balanced scorecard memberikan kerangka kerja
untuk mengelola pelaksanaan strategi sementara juga memungkinkan strategi itu sendiri
untuk berkembang sebagai respon terhadap perubahan dalam pasar kompetitif perusahaan,,
dan lingkungan teknologi. (Kaplan dan Norton, 1996)
Balance Scorecard memiliki sejumlah keunggulan bila dibandingkan dengan alat ukur
lainnya. Keunggulan tersebut meliputi :
1. Bersifat menyeluruh
Bila sebelumnya parameter penilaian hanya seputar kondisi finansial, dengan BSC
parameter penilaian mencakup proses bisnis (kondisi internal), customer, dan
pembelajaran pertumbuhan. Dengan pengukuran yang menyeluruh maka perusahaan
pun semakin jeli dalam merumuskan strateginya sehingga dapat menghasilkan
kebijakan yang tepat sasaran.
2. Mampu menjelaskan hubungan sebab akibat
Setiap parameter penilaian memiliki obyek strategi (target yang hendak dicapai
perusahaan) yang bisa jadi lebih dari satu. Hubungan sebab akibat dari obyek strategi
masing-masing parameter tersebut harus bisa dijelaskan dengan baik.
3. Memberikan keseimbangan
BSC memberikan cakupan pengukuran yang meliputi pihak internal maupun eksternal,
periode jangka pendek hingga jangka panjang serta aspek finansial dan non finansial.
4. Mampu mengukur aspek kuantitatif maupun aspek kualitatif
Bila semua parameter bisa diukur dengan baik, maka pertumbuhan perusahaan bisa
terpantau sehingga upaya perbaikannya menjadi lebih mudah.
5. Mampu meningkatkan kinerja perusahaan karena parameter yang diukur merupakan
parameter yang benar-benar penting dan berkontribusi dalam memajukan perusahaan.
1. Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak
ukur tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Tolak ukur
keuangan saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan
yang diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000). Balanced
Scorecard adalah suatu metode pengukuran kinerja yang di dalamnya ada keseimbangan
antara keuangan dan non-keuangan untuk mengarahkan kinerja perusahaan terhadap
keberhasilan. BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di
dalam mewujudkan pertambahan kekayaan tersebut (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000)
sebagai berikut:
1. Peningkatan customer yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan
revenue).
2. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkan laba
(melalui peningkatan cost effectiveness).
3. Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan
mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang
menghasilkan return yang tinggi.
Di dalam Balanced Scorecard, pengukuran finansial mempunyai dua peranan penting,
di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung pada pengukuran finansial yang
menunjukkan implementasi dari strategi yang sudah direncanakan dan yang kedua adalah
akan memberi dorongan kepada 3 perspektif yang lainnya tentang target yang harus dicapai
dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Kaplan dan Norton, siklus bisnis terbagi 3 tahap, yaitu: bertumbuh (growth),
bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus tersebut
mempunyai tujuan fmansial yang berbeda. Growth merupakan tahap awal dalam siklus suatu
bisnis. Pada tahap ini diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang dirasa sangat
potensial bagi bisnis tersebut.
Untuk itu, maka pada tahap growth perlu dipertimbangkan mengenai sumber daya
untuk mengembangkan produk baru dan meningkatkan layanan, membangun serta
mengembangkan fasilitas yang menunjang produksi, investasi pada sistem, infrastruktur dan
jaringan distribusi yang akan mendukung terbentuknya hubungan kerja secara menyeluruh
dalam mengembangkan hubungan yang baik dengan pelanggan. Secara keseluruhan tujuan
fmansial pada tahap ini adalah mengukur persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan
tingkat pertumbuhan penjualan di pasar sasaran.
Tahap selanjutnya adalah sustain (bertahan), di mana pada tahap ini timbul pertanyaan
mengenai akan ditariknya investasi atau melakukan investasi kembali dengan
mempertimbangkan tingkat pengembalian yang mereka investasikan. Pada tahap ini tujuan
fmansial yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh keuntungan. Berikutnya suatu usaha
akan mengalami suatu tahap yang dinamakan harvest (menuai), di mana suatu organisasi atau
badan usaha akan berusaha untuk mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial dari tahap ini
adalah untuk untuk meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran dana.
2. Perspektif Pelanggan
Produk dikatakan bernilai apabila manfaat yang diterima produk lebih tinggi daripada
biaya perolehan (bila kinerja produk semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang
diharapkan dan dipersepsikan pelanggan). Perusahaan terbatas untuk memuaskan potential
customer sehingga perlu melakukan segmentasi pasar untuk melayani dengan cara terbaik
berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang ada.
Secara umum, Kaplan dan Norton (1996) membaginya dalam 3 prinsip dasar, yaitu:
1. Proses inovasi.
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi. Tetapi ada
juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi. Di dalam proses
inovasi itu sendiri terdiri atas dua komponen, yaitu: identifikasi keinginan pelanggan, dan
melakukan proses perancangan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Bila
hasil inovasi dari perusahaan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka produk
tidak akan mendapat tanggapan positif dari pelanggan, sehingga tidak memberi tambahan
pendapatan bagi perasahaan bahkan perasahaan haras mengeluarkan biaya investasi pada
proses penelitian dan pengembangan.
2. Proses operasi.
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan, mulai dari saat penerimaan
order dari pelanggan sampai produk dikirim ke pelanggan. Proses operasi menekankan
kepada penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini,
berdasarkan fakta menjadi fokus utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian besar
organisasi.
3. Pelayanan puma jual.
Adapun pelayanan purna jual yang dimaksud di sini, dapat berupa garansi, penggantian
untuk produk yang rusak, dll.
1. Kapabilitas Pekerja.
Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sistem inforaiasi adalah tingkat
ketersediaan informasi, tingkat ketepatan informasi yang tersedia, serta jangka waktu
untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.
3. Iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah penting
untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal
tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.
1. Perumusan Strategi
Tahap ini ditujukan untuk menghasilkan misi, visi, keyakinan dan nilai dasar, dan
tujuan institusi. Proses perumusan strategi dilakukan secara bertahap, yaitu: analisis
eksternal, analisis internal, penentuan jati diri, dan perumusan strategi itu sendiri.
Analisis eksternal mikro diterapkan pada lingkungan yang lebih dekat dengan institusi
yang bersangkutan. Dalam dunia perusahaan, lingkungan tersebut adalah industri di mana
suatu perusahaan termasuk di dalamnya. Analisis yang dilakukan dapat menggunakan teori
Porter mengenai persaingan, yaitu: kekuatan tawar pemasok, ancaman pendatang baru,
kekuatan tawar pembeli, ancaman produk atau jasa pengganti.
VISI menggambarkan akan menjadi apa suatu organisasi di masa depan. Ia bersifat
sederhana, menumbuhkan rasa wajib, memberikan tantangan, praktis dan realistik, dan ditulis
dalam satu kalimat pendek. Contoh-contoh visi adalah:
“We will be an outstanding company by exceeding pelanggan expectations through
empowered people, guided by shared values.” (PepsiCo.)
“From managing a world-class port, we shall grow into world-class corporation with
network of perts, logistics and related businesses throughout the world. We shall be
recognized everywhere for quality and value.” (Otoritas Pelabuhan Singapore).
“Menjadi perusahaan jasa konsultan perencana nomor satu di Jakarta.”
“Menjadi BPR terbesar, tangguh dan dihargai di Cianjur Selatan.”
Visi perlu diperinci dalam berbagai perspektif. Dalam perspektif finansial, misalnya:
“Kami akan menyerahkan nilai superior jangka panjang secara konsisten kepada pemegang
saham”. Dalam perspektif pelanggan: “Kami akan memberikan nilai terbaik pada setiap
penawaran yang memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar yang dipilih untuk dilayani.”
Dalam perspektif proses internal: “Kami akan meningkatkan nilai pelanggan melalui berfikir
kembali, meningkatkan dan memperlancar (mengefisienkan) proses bisnis kami.” Dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan: “Kami akan selalu berfikir tentang pelanggan dan
bangga sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap pelanggan.”
TUJUAN adalah pernyataan tentang apa yang akan diwujudkan sebagai penjabaran
visi organisasi. Tujuan dijabarkan dalam empat perpektif pula: Apa tujuan yang berkaitan
dengan perspektif pelanggan? Apa tujuan yang berkaitan dengan perspektif finansial ? Apa
proses bisnis internal yang akan mendukung pencapaian tujuan pelanggan dan finansial? Apa
tujuan yang berkaitan dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan?
Perumusan Strategi
Strategi dibuat dalam beberapa tingkatan: tingkat organisasi, tingkat unit bisnis, dan
tingkat fungsional. Dalam menentukan strategi perlu dikenali penghalang intern yang
dihadapi, antara lain management barrier: di mana management system didisain secara
tradisional untuk pengawasan pelaksanaan kegiatan dan terkait dengan anggaran, bukan
strategi, vision barrier: dimana strategi seringkali tidak dimengerti oleh mereka yang harus
menerapkannya, operational barrier: dimana proses-proses penting tidak dibuat untuk
menggerakkan strategi, dan people barrier: dimana tujuan orang per orang, peningkatan
kemampuan dan pengetahuan karyawan tidak terkait dengan implementasi strategi
organisasi.
Strategi yang baik umumnya mengikuti kriteria sebagai berikut: konsisten secara
intern, realistik, berfokus pada pencarian peluang dan penyelesaian akar masalah,
meningkatkan customer value, menonjolkan keunggulan kompetitif, fleksibel, mudah
dilaksanakan dalam perusahaan, dan tanggap terhadap lingkungan eksternal.1
2. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis meliputi proses penentuan sasaran, tolok ukur, target dan
inisiatif.
SASARAN adalah kondisi masa depan yang dituju. Sasaran bersifat komprehensif:
sesuai dengan tujuan dan strategi, merumuskan sasaran secara koheren, seimbang dan saling
mendukung. Beberapa pedoman dalam menentukan sasaran adalah: sasaran harus
menentukan hasil tunggal terukur yang harus dicapai, sasaran harus menentukan target
tunggal atau rentang waktu untuk penyelesaian, sasaran harus menentukan faktor-faktor biaya
maksimum, sasaran harus sedapat mungkin spesifik dan kuantitatif (dan oleh karenanya bisa
diukur dan dapat diuji), sasaran harus menentukan hanya apa dan kapan; harus menghindari
spekulasi kata mengapa dan bagaimana, sasaran harus dalam arah mendukung, atau sesuai
dengan, rencana strategis organisasi dan rencana tingkat tinggi lainnya, dan sasaran harus
realistik dan dapat dicapai, tetapi tetap menggambarkan tantangan yang berat. Antara visi,
tujuan dan sasaran harus saling terkait dalan alur logikanya jelas.
TOLOK UKUR adalah alat untuk mengukur kemajuan sasaran. Tolok ukur terdiri
dari dua jenis: tolok ukur hasil (lag indicator) dan tolok ukur pemacu kinerja (lead indicator).
Keduanya merupakan key performance indicators. Indikator kinerja kunci harus merupakan
faktor-faktor yang bisa diukur, masuk secara logis dalam area hasil kunci tertentu yang
sasarannya jelas, mengidentifikasi apa yang akan diukur, bukan berapa banyak atau ke arah
1
Contoh-contoh strategi perusahaan swasta secara garis besar adalah antara lain: memperluas pasar, diversifikasi
terpusat, integrasi horizontal, merjer, bertahan, likuidasi, downsizing.
mana, merupakan faktor-faktor yang dapat ditelusuri asalnya (tracked) secara terus-menerus
sampai tingkat yang memungkinkan.
Jika outcome indicator berfokus pada hasil-hasil kinerja pada akhir periode waktu
atau aktivitas dan merefleksikan keberhasilan masa lalu atau aktivitas-aktivitas dan
keputusan-keputusan yang telah dilaksanakan, maka output indicator mengukur proses-
proses dan aktivitas-aktivitas antara dan hipotesis dari hubungan sebab-akibat strategik.
Contoh ukuran hasil dalam konteks peningkatan profit: pertumbuhan pendapatan, sedang
ukuran pemacunya: revenue mix. Dalam konteks meningkatkan kepercayaan pelanggan,
ukuran hasil: persentase pendapatan dari pelanggan baru, sedang ukuran pemacu:
pertumbuhan pelanggan baru.
3. Penyusunan Program
Proses penyusunan program adalah: menjabarkan inisiatif menjadi beberapa program
yang akan dilaksanakan beberapa tahun yad., memperkirakan investasi yang diperlukan untuk
setiap program, menghitung perkiraan penerimaan yang dapat diperoleh dan menghitung
perkiraan laba/hasil yang akan diperoleh.
4. Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran bertujuan untuk menentukan kegiatan tahun berikutnya dan
sumber daya yang diperlukan. Anggaran disusun berdasarkan iniatif yang telah dirumuskan.
Anggaran yang baik adalah: merupakan rencana tindakan terperinci, merupakan rencana satu-
dua tahunan, menguraikan biaya yang diperlukan, mengidentifikasi pencapaian terpenting
kegiatan tsb., menyebutkan siapa yang akan bertanggung jawab, sebagai referensi menyusun
rencana kinerja individual, ditulis secara singkat namun lengkap, alat untuk memantau
kinerja dan diperbarui apabila terjadi perubahan-perubahan. Dengan sdemikian balanced
scorecard mendukung suatu sistem manajemen yang lengkap dengan mengkaitkan strategi
jangka panjang ke penganggaran tahunan.
5. Implementasi
Tahap ini melaksanakan kegiatan sesuai rencana.
Pada dasarnya BSC merupakan sistem pengukuran kinerja yang mencoba mengubah
misi dan strategi organisasi menjadi tujuan dan ukuran-ukuran yang lebih berwujud.
Ukuran finansial dan nonfinansial yang dirumuskan dalam perspektif BSC sebenarnya
2
Berbagai program komputer siap pakai sudah dikembangkan untuk mempermudah penyusunan balanced scorecard,
diantaranya: Dialog Strategy dari www.dialogsoftware.com.
adalah derivasi (penurunan) dari visi dan strategi organisasi. Dengan demikian, hasil
pengukuran dengan BSC ini mampu menjawab pertanyaan tentang seberapa besar tingkat
pencapaian organisasi atas visi dan strategi yang telah ditetapkan.
Pada dasarnya manajemen kinerja dan penilaian kualitas tidak ditujukan untuk
memperbaiki pelayanan, tetapi hanya membantu mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki
sehingga bisa lebih fokus. BSC digunakan sebagai alat pendukung untuk komunikasi,
motivasi, dan mengevaluasi strategi organisasi utama. Dengan BSC ini manajemen bisa lebih
efektif, tetapi BSC tidak menjamin manajemen efektif. Hal ini bisa terjadi jika
manajemen tidak tepat men- derived visi dan strategi organisasi dalam ukuran-ukuran
kinerja BSC.
Keempat, menghubungkan hasil analisis data dan informasi di atas ke dalam proses
penyusunan program kerja berikut penyusunan anggaran nya. Dalam hal ini harus dapat
ditunjukkan dengan jelas bahwa penyusunan program dan anggaran tersebut adalah dalam
rangka mencapai misi organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Quinlivan (2000), ada beberapa syarat agar BSC dapat tercapai
efektifitasnya, yaitu sebagai berikut.
1. Ada definisi yang jelas atas tujuan individu, tim, unit organisasi, dan organisasi.
2. Memahami hubungan antara proses internal yang bernilai tambah dengan outcome yang
dihasilkan.
3. Mengintegrasikan model pengukuran kinerja BSC dalam suatu manajemen strategik,
manajemen kinerja, dan sistem penghargaan pegawai.
Banyaknya alat ukur yang dikembangkan oleh perusahaan tidak menjadi masalah yang
terpenting adalah bagaimana alat ukur-alat ukur yang ada tersebut bisa mencakup
keseluruhan strategi perusahaan terutama dapat mengukur dimensi yang terpenting
dari sebuah strategi. Namun demikian Garisson dkk., (2006 : 451) menjelaskan
bahwa salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam menyeleksi ukuran kinerja, BSC
yaitu seharusnya perusahaan tidak mempunyai banyak ukuran kinerja, karena akan
mengurangi fokus dan akan membingungkan.
c. Apakah scorecard cukup layak untuk dijadikan penilai kinerja
Layak atau tidaknya scorecard yang dibentuk oleh perusahaan akan tergantung pada nilai
dan orientasi strategi perusahaan yang bersangkutan. Pada beberapa perusahaan di
Amerika, mereka lebih memperhatikan nilai-nilai yang secara eksplisit dan kuantitatif
dikaitkan dengan strategi bisnis mereka.
d. Perlunya scorecard dikaitkan dengan gainsharing secara individu
Banyak perusahaan di Amerika yang menghubungkan antara kinerja dalam BSC dengan
pembagian keuntungan (gainsharing) secara individual. Akan tetapi, haruslah diingat
bahwa dasar pembagian keuntungan (gainsharing) tersebut adalah seberapa besar
dukungan inovasi atau perubahan kultur yang diberikan oleh individu kepada peningkatan
kinerja perusahaan.
e. Apakah scorecard yang ada dapat menggantikan keseluruhan sistem manajemen lama
Dalam praktiknya, sangat sulit mengganti sistem manajemen yang lama dengan sistem
manajemen yang sama sekali baru (BSC), tetapi perusahaan diharapkan dapat
melakukannya apabila dirasa sistem manajemen yang lama sudah tidak bisa mendukung
tujuan organisasi selama ini. Pada beberapa perusahaan di Amerika yang berusaha
menerapkan konsep BSC dalam perusahaannya mereka memilih menggabungkan antara
sistem yang masih relevan dengan pencapaian tujuan organisasi dengan sistem BSC.
Salah satu kunci keberhasilan penerapan BSC menurut ’Reilly (Mattson, 1999: 2)
adalah adanya dukungan penuh dari setiap lapisan manajemen yang ada dalam organisasi.
BSC tidak hanya berfungsi sebagai laporan, tetapi lebih dari itu, BSC haruslah benar-
benar merupakan refleksi dari sebuah strategi perusahaan serta visi organisasi. Bahkan,
O’Reilly mengatakan bahwa BSC dapat dipandang sebagai sebuah alat untuk
mengkomunikasikan strategi dan visi organisasi perusahaan secara kontinyu. Ian Alliott,
sebuah perusahaan konsultan besar di Amerika, berhasil mengidentifikasi empat langkah
utama yang harus ditempuh oleh perusahaan apabila perusahaan akan menerapkan konsep
BSC.
Laporan Kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dihasilkan dari suatu sistem
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang diselenggarakan oleh masing-masing Entitas
Pelaporan dan/atau Entitas Akuntansi.
Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikembangkan secara terintegrasi dengan sistem perencanaan, sistem penganggaran, sistem
perbendaharaan, dan Sistem Akuntansi Pemerintahan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam Peraturan Presiden.
Peraturan Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diusulkan oleh Menteri Keuangan
setelah berkoordinasi dengan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Menteri Dalam Negeri.
Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setidak-
tidaknya mencakup perkembangan keluaran dari masing-masing kegiatan dan hasil yang
dicapai dari masing-masing program sebagaimana ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan
APBN/APBD. (Pasal 20)
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan dan Kinerja sebagaimana
berlaku bagi kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah pusat.
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyampaikan Laporan Keuangan dan Kinerja atas
pelaksanaan kegiatan Dana Dekonsentrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
gubernur dan Menteri/Pimpinan Lembaga terkait.
Gubernur menyiapkan Laporan Keuangan dan Kinerja gabungan berdasarkan laporan yang
diterima dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan Dana
Dekonsentrasi, dan selanjutnya menyampaikannya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga
terkait serta kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. (Pasal 28)
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan Tugas Pembantuan
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan dan Kinerja sebagaimana
berlaku bagi kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah pusat.
Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Tugas Pembantuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada gubernur/bupati/ walikota dan Menteri/Pimpinan
Lembaga terkait.
Gubernur/bupati/walikota menyiapkan Laporan Keuangan dan Kinerja gabungan berdasarkan
laporan yang diterima dari Satuan Kerja Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan
Tugas Pembantuan dan selanjutnya menyampaikannya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga
terkait serta kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. (Pasal 29)
Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Dana Dekonsentrasi/ Tugas
Pembantuan dilaporkan secara terintegrasi dalam Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga Pengguna Anggaran yang bersangkutan.
Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Dana Dekonsentrasi/ Tugas
Pembantuan dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan akuntansi dan penyusunan
Laporan Keuangan dan Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Dana Dekonsentrasi/Tugas
Pembantuan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Perancangan ukuran kinerja adalah suatu tahapan yang penting dalam penerapan
BSC pada suatu organisasi. Perancangan BSC pada lembaga Pemerintahan seperti
lembaga pemerintah, diawali dengan penentuan komponen- komponen strategik oleh
manajemen. Komponen strategik dimaksud adalah visi, misi, tujuan, dan strategi
lembaga pemerintah. Komponen strategik tersebut merupakan penjabaran dari visi, misi,
tujuan dan sasaran yang disusun sebelumnya di dalam renstra dan Laporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintah (LAKIP) yang kemudian disesuaikan dengan kondisi saat ini dan
keterkaitannya dengan tugas pokok dan fungsi lembaga pemerintah.
BPKP menyatakan bahwa BSC dapat dipilih sebagai alternatif dalam penyusunan
dan pengembangan Renstra karena teknik ini berguna untuk:
a. Memetakan strategi yang sudah ada atau yang akan ada;
b. Mengenali outcome yang akan dihasilkan dan kinerja pencapaian beserta driver-nya;
c. Melakukan pemilihan strategi dan mengevaluasi kinerja; dan
d. Alat analisis dan evaluasi yang komprehensif karena melihat dari berbagai perspektif.
Biasanya dalam pengembangan renstra sudah dilakukan langkah pengidentifikasian
indikator kinerja. Indikator kinerja dalam renstra mengacu pada laporan yang disusun
sebagai bentuk akuntabilitas pemerintah kepada publik. Oleh karena itu sebagai suatu sistem
strategi, BSC diaplikasikan pada saat penyusunan renstra dan sebagai suatu alat
pengukuran kinerja indikator- indikator kinerja BSC diaplikasikan pada LAKIP.
MISI (MISION)
VALUE
LINGKUNGAN
CSF
TUJUAN (GOAL)
Gambar 2
Pengembangan Renstra dan LAKIP
Sumber: Tim AKIP BPKP (2003:40)
Salah satu pemerintah daerah yang sudah mengimplementasikan BSC adalah Pemerintah
Provinsi Kalimantan Timur. Dengan mengambil prinsip-prinsip utama BSC, Pemprov Kaltim
menerjemahkan misi dan strateginya ke dalam tindakan nyata berupa program dan indikator
untuk mencapai kinerja pada empat perspektif BSC. Berikut ini diberikan contoh implementasi
BSC ke dalam strategi Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang dituangkan dalam LAKIP.
Misi : Memanfaatkan keanekaragaman SDA secara lestari dengan
memperhatikan aspek sosial dan budaya setempat
Tujuan : Mengoptimalkan pemanfaatan SDA untuk kesejahteraan rakyat
Sasaran 1 : Pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan penciptaan lapangan kerja
Pendataan dan
Negosiasi
Lowongan Kerja
Seleksi
Tenaga Kerja
Pengembangan
Kawasan
Industri
Monitoring
Pe Sistem
Informasi
Tenaga Kerja
3. Inovasi dan
Pembelajaran Peningkatan kualitas Tersedianya Tenaga
tenaga kerja
Pelatih
Pelatihan Pendapatan
Tenaga Kerja SDM
4. Keuangan Sumber Dana Yang Efisiensi dan Efektifitas
Dibutuhkan
Gambar 3
BSC Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur
Sumber: Tim AKIP BPKP (2003:62)
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan R.S. & Norton, D.P.; The Balanced Scorecard, Translating Strategy into Action,
1996
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 2003. Balanced Scorecard, Penerapan nya
pada Organisasi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). 2003. Pengembangan Renstra: Suatu
Pengantar. Jakarta.
Blocher, Edward J., Chen, Kung H., and Lin, Thomas W. 2005. Cost Management: A
rd
Strategic Emphasis. 3 Edition. McGraw Hill.
Dess, Gregory G. and Lumpkin G.T. 2003. Strategic Management, Creating Competitive
Advantages. McGraw Hill.
Garrison, Ray H. and Noreen, Eric W.2003. Managerial Accounting. 10thEdition. McGraw Hill.
Gaspersz, Vincent. 2003. Sistem Manajemen Terintegrasi: BSC dengan Six Sigma untuk Organisasi
Bisnis dan Pemerintah. Jakarta. Gramedia
Hilton, Ronald W., Maher, Michael W. and Selto, Frank H. 2000. “Cost Management, Strategies
for Business Decisions”. Irwin McGraw-Hill.
Mattson, Beth. 1999. “Executives Learn How To Keep Score: BSC Gets All Employees
Focusing On Vision”.
Rohm, Howard. 2004. “Improve Public Sector Results with A Balanced Scorecard”. http:\\
www.balancedscorecard.or g.
Quinlivan, Dale. 2000. “Rescaling the BSC for Local Government”. Australian Journal of Public
Administration. Vol. 59, Issue 4, pages 36–41, December 2000.
Wahyudi, Ishak A. 2000. “Alternatif Proses Pengukuran Kinerja di Sektor Publik”. Pemeriksa,
Januari