PEMERINTAHAN KELOMPOK :6 ANGGOTA : 1. ARYANI PURNAMASARI (1631030005) 2. ELIAN MARLINA M. (1631030008) 3. CHRISTIANA NIA I. (1631030031) 4. RIFKIANA (1731030041) 5. DENITA ARDI SUSANTI (1731030048) A. DEFINISI BALANCED SCORECARD Balanced scorecard (BSC) merupakan sebuah sistem manajemen yang memungkinkan organisasi menggambarkan dengan jelas visi dan strateginya dan mengaplikasikan visi dan strategi tersebut dalam tindakan. Balanced scorecard memberikan umpan balik seputar proses bisnis internal dan outcome eksternal dalam rangka meningkatkan kinerja dan pencapaian strategis secara berkelanjutan. Konsep balanced scorecard mengukur kinerja organisasi melalui empat perspektif yakni perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. B. PRESPEKTIF BALANCED SCORECARD Kaplan dan Norton (1996: 25--29) dalam Tampubolon dkk (2019) menjelaskan bahwa terdapat empat perspektif dalam BSC, yaitu sebagai berikut: 1. Perspektif Keuangan (Finansial) Pemahaman perspektif finansial dalam manajemen BSC merupakan hal yang sangat penting karena keberlangsungan suatu unit bisnis strategis sangat tergantung pada posisi dan kekuatan finansial. 2. Perspektif Customer Elemen yang paling penting dalam suatu bisnis adalah kebutuhan pelanggan, sehingga kebutuhan pelanggan harus diidentifikasi secara tepat. Konsep segmentasi pasar juga penting untuk diketahui karena akan bermanfaat bagi penilaian pasar dan penetapan strategi memasuki pasar (strategi pemasaran). Selanjutnya mengidentifikasi kekuatan kompetitif dan dilakukan analisis agar dapat diketahui secara dan pasar realistik dapat diidentifikasi. 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif proses bisnis internal membahas mengenai kemampuan seorang manajer dalam mengidentifikasi proses-proses yang paling kritis untuk mencapai tujuan peningkatan nilai bagi pelanggan (perspektif pelanggan) dan tujuan peningkatan kesehatan financial usaha (perspektif finansial). Pada metode BSC alat analisis yang digunakan adalah model rantai nilai proses bisnis internal yang terdiri atas tiga komponen utama, yaitu sebagai berikut. a) Proses inovasi b) Proses operasional c) Proses pelayanan 4. Pespektif Learning and Growth (Pertumbuhan dan Pembelajaran ) Perspektif keempat dalam BSC adalah mengembangkan tujuan dan ukuran-ukuran yang mengendalikan pembelajaran dan pertumbuhan organisasi. Prespektif ini mengidentifikasikan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam perspektif finansiaL, pelanggan, dan proses bisnis internal mengidentifikasi strategi untuk mencapai terobosan kinerja organisasi, disamping itu tujuan dalam perspektif ini juga memberikan infrastruktur yang memungkinkan tujuan-tujuan dalam ketiga perspektif itu tercapai. C. PERKEMBANGAN KONSEP BALANCED SCORECARD PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK / PEMERINTAHAN Salah satu organisasi sektor publik berbentuk pemerintahan di Indonesia yang pertama kali menerapkan konsep BSC adalah Kementerian Keuangan pada tahun 2008, namun penerapan dimaksud dilakukan secara bertahap yaitu baru pada level atas saja belum sampai pada level unit organisasi terkecil. Sedangkan penerapan BSC sampai pada unit organisasi terkecil (secara koheren) baru dimulai pada tahun 2011 sebagaimana diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No. 12 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Departemen Keuangan yang kemudian diganti dengan KMK No. 454/KMK.1/2011, dan kemudian diganti lagi dengan KMK No. 467/KMK.01/2014 sebagaimana kemudian diubah dengan KMK No. 556/KMK.01/2015. Kebijakan Kementerian Keuangan mengadopsi BSC sebagai tools untuk mengukur kinerja organisasi sekaligus sebagai alat manajemen strategis adalah merupakan terobosan besar bagi pemerintah Indonesia. Hal ini tidak lain untuk menciptakan pemerintahan yang good governance yang goal akhirnya adalah terciptanya public trust. D. BALANCED SCORECARD DALAM ORGANISASI SEKTOR PUBLIK / PEMERINTAHAN Pada organisasi publik yang mengedepankan layanan publik, BSC perlu diadaptasikan sehingga menghasilkan pengukuran yang sesuai dengan tujuan utama organisasi. Pada organisasi sektor publik/pemerintahan orientasi utama dari organisasi bukanlah profit, melainkan adalah pelayanan publik. Maka prespektif yang berperan dalam hal ini adalah prespektif costumer (pelanggan), Pada organisasi sektor publik BSC juga dapat digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi kinerja organisasi pada perspektif proses internal (misalnya seberapa efektif perencanaan strategis yang direncanakan untuk mencapai tujuan), kepuasan pelanggan (publik/masyarakat dan politik/legislatif sebagai pelanggan), keuangan (misalnya realisasi APBN/APBD), dan pada perspektif lainnya. E. PROSES IMPLEMENTASI BALANCED SCORECARD Proses implementasi BSC dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Mendefinisikan Tujuan, Sasaran, Strategi, Dan Program Organisasi Penilaian kinerja suatu organisasi harus menggunakan kriteria yang jelas. Kriteria ini adalah indikator pencapaian tujuan, sasaran, strategi, dan program. Dengan demikian langkah pertama pengukuran kinerja dengan BSC adalah pendefinisian tujuan, sasaran, strategi, dan program sebagai dasar menentukan indikator pengukuran. 2. Merumuskan Framework Pengukuran Setiap Jenjang Manajerial. Dalam tahap ini dirumuskan area pengukuran kinerja secara bertingkat dengan berpedoman pada struktur organisasi yang ada untuk diarahkan pada pencapaian tujuan dengan tingkat kedalaman yang berbeda-beda. Selain itu penting juga dirumuskan pengukuran kinerja untuk setiap individu, team, dan kelompok organisasi. 3. Mengintegrasikan Pengukuran ke Dalam Sistem Manajemen. Sistem pengukuran kinerja yang telah dirumuskan merupakan sub sistem manajemen organisasi. Oleh karena itu, sistem pengukuran kinerja harus diitegrasikan ke dalam sistem manajemen baik formal maupun non formal organisasi. Sistem pengukuran kinerja merupakan bagian dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, motivasi dan pengendalian yang ditetapkan organisasi. 4. Monitoring Sistem Pengukuran Kinerja. Implementasi sistem pengukuran kinerja harus selalu dimonitor karena organisasi selalu menghadapi lingkungan yang dinamis. Kondisi pada saat sistem didesaian sangat mungkin tidak relevan lagi akibat perubahan lingkungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan monitoring terhadap ukuran yang telah ditetapkan dan hasilnya secara terus menerus secara konsisten, dan mengevaluasinya untuk memperbaiki sistem pengukuran pada periode berikutnya. F. MEMBANGUN BALANCED SCORECARD Terdapat 6 tahapan dalam membangun suatu balanced scorecard yaitu: 1. Menilai Fondasi Organisasi Dari penilaian fondasi ini organisasi mengetahui apa yang menjadi visi dan misi organisasi, kekuatan dan kelemahan, bahkan tindakan apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada tahap ini organisasi publik, dapat merumuskan kembali visi dan misinya, kemudian organisasi publik dapat menggunakan SWOT analysis dalam menilai kekuatan, kelemahan, kesempatan bahkan ancaman bagi organisasi. 2. Membangun Strategi Bisnis Strategi merupakan pernyataan apa yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai keberhasilan. Strategi ini didapatkan dari misi dan hasil penilaian fondasi organisasi. Strategi ini menyatakan tindakan apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi untuk mencapai misi organisasi yang sesuai dengan kekuatan dan kelemahan organisasi. 3. Membuat Tujuan Organisasi Tujuan organisasi merupakan gambaran aktivitas-aktivitas yang harus dilakukan organisasi untuk mencapai strategi serta waktu yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Tujuan harus dinyatakan dalam bentuk yang spesifik, dapat diukur, dicapai, berorientasi pada hasil serta memiliki batas waktu. Tujuan organisasi publik dinyatakan dalam empat perspektif yaitu perspektif customers & stakeholders, perspektis financial, perspektif internal business process, dan perspektif learning and growth. 4. Membuat Strategic Map Bagi Strategi Bisnis Organisasi Untuk dapat dijalankan secara efektif, maka strategi– strategi dan tujuan harus digabungkan dan dihubungkan secara bersama-sama. Untuk menggabungkan dan menghubungkan strategi-strategi dan tujuan tersebut dibutuhkan yang namanya strategic map. Strategic map dapat dibangun dengan menghubungkan strategi dan tujuan dari unit-unit dengan menggunakan hubungan sebab akibat (cause- effect relationship). Dengan menggunakan hubungan sebab akibat organisasi dapat menghubungkan strategi dan tujuan ke dalam empat perspektif dalam bsc. Hubungan diantara strategi-strategi tersebut digunakan untuk menunjukkan faktor-faktor yang mendukung kesuksesan organisasi dan sebaliknya. 5. Pengukuran Kinerja Mengukur performance berarti memantau dan mengukur kemajuan yang sudah dicapai atas tujuan- tujuan strategis yang telah diciptakan. Pengukuran kinerja ini bertujuan untuk meningkatkan kemajuan organisasi kearah yang lebih baik. Untuk dapat menghasilkan pengukuran kinerja yang bermanfaat maka organisasi harus dapat mengidentifikasikan hasil (outcome) yang diinginkan dan proses yang dilakukan untuk mencapai outcome tersebut. Terdapat 3 model yang bisa digunakan untuk menentukan ukuran-ukuran kinerja, yaitu: Program Logic Model Causal Analysis Process Flow 6. Menyusun Inisiatif Inisiatif merupakan program-program yang harus dilakukan untuk memenuhi salah satu atau berbagai tujuan strategis. Sebelum menetapkan inisiatif, yang harus dilalukan adalah menentukan target. Penetapan target ini bisa berdasarkan pengalaman masa lalu atau hasil benchmarking terhadap organisasi-organisasi yang unggul dalam bidangnya. Setelah target-target ditentukan maka selanjutnya ditetapkan programprogram yang akan dilakukan untuk mencapai target tersebut. Setelah program-program tersebut ditetapkan maka program-program tersebut harus diuji terlebih dahulu, artinya program- program tersebut harus dinilai apakah program yang ditetapkan dapat memberikan dampak positif bagi organisasi atau sebaliknya, dengan menggunakan matriks keterkaitan hubungan program dengan setiap tujuan strategis. G. HAMBATAN IMPLEMENTASI BSC PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK / PEMERINTAHAN 1. Hambatan Umum. Terdapat beberapa hambatan umum yang muncul pada setiap organisasi baik publik maupun, antara lain adalah: Kurangnya komitmen dari para pimpinan, Rendahnya semangat individu terhadap implementasi BSC, BSC hanya familiar pada level atas saja, Proses implementasi BSC yang sangat lambat, Memperlakukan BSC hanya sebagai suatu proyek belaka, Kesalahan dalam menunjuk konsultan yang tidak berpengalaman, Pemahaman bahwa implementasi BSC hanya sebagai kewajiban belaka. 2. Adanya kelemahan yang umum terjadi pada pemerintahan. Kelemahan – kelemahan tersebut antara lain; Visi dan strategi yang tidak jelas, Kurangnya penyelarasan dalam organisasi, Proses perencanaan dan penganggaran yang tidak berjalan baik, Ketidakmampuan mengadaptasi sistem pengelolaan kinerja. 3. Kegagalan dalam menyusun peta strategi. Strategi tidak dapat dieksekusi dengan baik jika tidak ada pemahaman, namun untuk dapat memahaminya, maka strategi harus terlebih dahulu digambarkan melalui peta strategi. Dengan demikian salah satu kunci kegagalan implementasi BSC adalah ketidakmampuan membuat suatu peta strategi yang dapat menggambarkan strategi organisasi dengan jelas (clear). 4. Perspektif financial sulit didiagnosa dan diukur. Sebagian besar organisasi sektor publik kesulitan dalam melakukan pengukuran kinerjanya terutama dari perspektif keuangan. Berbeda dengan sektor private yang dari perspektif keuangannya mempunyai banyak sasaran strategis yang sudah jelas dan luas, maka pada organisasi sektor publik hal keuangan adalah hal yang sangat terbatas (jumlah dana telah dianggarkan).
5. Penerapan konsep BSC yang tidak sempurna.
Tidak semua organisasi yang menerapkan BSC dapat memperoleh hasil kinerja yang diharapkan yaitu tidak mencapai potensi manfaat BSC secara penuh. Hal tersebut disebabkan oleh penerapan konsep BSC yang tidak sempurna.
Pendekatan sederhana untuk marketing: Panduan praktis untuk dasar-dasar marketing profesional dan strategi terbaik untuk menargetkan bisnis Anda ke pasar