PEMBAHASAN
Setiap perusahaan pasti membutuhkan alat ukur untuk mengetahui performa kinerjanya.
Hanya saja parameter yang akan diukur lazimnya berupa aspek kuantitatif maupun aspek
kualitatif. Untuk aspek kuantitatif tentunya lebih mudah pengukurannya. Sebaliknya, untuk
aspek kualitatif jelas membutuhkan perangkat ukur yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan aspek kuantitatif.
BSC berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang) dan scorecard (kartu skor).
Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antara performance keuangan dan non-
keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance
yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor)
yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat
digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.
BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan visi dan
strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. BSC adalah salah satu alat manajemen
yang telah terbukti telah membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi
bisnisnya.
Konsep BSC didasarkan pada asumsi bahwa efisiensi penggunaan modal investasi tidak
lagi menjadi penentu tunggal untuk keunggulan kompetitif, tapi faktor seperti modal intelektual,
penciptaan pengetahuan atau orientasi pelanggan yang sangat baik menjadi lebih penting. BSC
digunakan untuk berkomunikasi dan mengkoordinasikan deskripsi strategi bisnis. Kesenjangan
antara perencanaan strategis dan operasi bisa dijembatani dan pencapaian jangka panjang dari
tujuan strategis dijamin dengan aplikasi yang konsisten dan perumusan strategi bisnis yang
sebelumnya ditetapkan dalam empat perspektif BSC. (Figge, Hahn, Schaltegger, dan Wagner,
2002)
Dengan adanya konsep Balanced Scorecard akan terus memelihara arah dan kemajuan
organisasi sesuai dengan apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Selain itu Balanced
Scorecard akan membantu perusahaan dalam menyelaraskan tujuan dengan satu strategi yang
ingin diterapkan, karena Balanced Scorecard membantu mengeliminasi berbagai macam strategi
manajemen puncak yang tidak sesuai dengan strategi karyawan dengan cara membantu
karyawan untuk memahami bagaimana peran serta mereka dalam rangka peningkatan kinerja
organisasi secara keseluruhan. (Ciptani, 2000)
Banyak perusahaan menerapkan konsep balanced scorecard untuk meningkatkan kinerja
sistem pengukuran. Mereka mencapai hasil yang nyata, tetapi terbatas. Mengadopsi konsep
tersebut memberikan klarifikasi, konsensus, dan fokus pada peningkatan kinerja yang
diinginkan. Baru-baru ini, kita telah melihat perusahaan memperluas penggunaan balanced
scorecard, menggunakan itu sebagai dasar dari suatu sistem manajemen strategi terpadu. Banyak
perusahaan menggunakan scorecard untuk :
Mengklarifikasi dan memperbaharui strategi.
Mengkomunikasikan strategi ke perusahaan.
Menyelaraskan tujuan masing-masing unit dan individu dengan strategi
Menghubungkan tujuan strategis untuk target jangka panjang dan budget tahunan.
Mengidentifikasi dan menyelaraskan gagasan strategi
Melakukan tinjauan kinerja secara berkala untuk mempelajari dan meningkatkan strategi.
Tanpa balanced scorecard, kebanyakan organisasi tidak dapat mencapai visi dan tindakan
yang sama secara konsisten sebagai usaha mereka untuk mengubah arah dan memperkenalkan
strategi dan proses baru. Balanced scorecard memberikan kerangka kerja untuk mengelola
pelaksanaan strategi sementara juga memungkinkan strategi itu sendiri untuk berkembang
sebagai respon terhadap perubahan dalam pasar kompetitif perusahaan,, dan lingkungan
teknologi. (Kaplan dan Norton, 1996)
Balance Scorecard memiliki sejumlah keunggulan bila dibandingkan dengan alat ukur
lainnya. Keunggulan tersebut meliputi :
1. Bersifat menyeluruh
Bila sebelumnya parameter penilaian hanya seputar kondisi finansial, dengan BSC
parameter penilaian mencakup proses bisnis (kondisi internal), customer, dan pembelajaran
pertumbuhan. Dengan pengukuran yang menyeluruh maka perusahaan pun semakin jeli
dalam merumuskan strateginya sehingga dapat menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran.
2. Mampu menjelaskan hubungan sebab akibat
Setiap parameter penilaian memiliki obyek strategi (target yang hendak dicapai
perusahaan) yang bisa jadi lebih dari satu. Hubungan sebab akibat dari obyek strategi
masing-masing parameter tersebut harus bisa dijelaskan dengan baik.
3. Memberikan keseimbangan
BSC memberikan cakupan pengukuran yang meliputi pihak internal maupun eksternal,
periode jangka pendek hingga jangka panjang serta aspek finansial dan non finansial.
4. Mampu mengukur aspek kuantitatif maupun aspek kualitatif
Bila semua parameter bisa diukur dengan baik, maka pertumbuhan perusahaan bisa
terpantau sehingga upaya perbaikannya menjadi lebih mudah.
5. Mampu meningkatkan kinerja perusahaan karena parameter yang diukur merupakan
parameter yang benar-benar penting dan berkontribusi dalam memajukan perusahaan.
Dalam menerapkan balanced scorecard, Robert Kaplan dan David Norton, mensyaratkan
dipegangnya lima prinsip utama berikut:
Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis (Mulyadi, 2001, p.18)
adalah mampu menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut (1)
komprehensif, (2) koheren, (3)seimbang dan (4) terukur
1. Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba bersih dan ROI, karena tolak ukur
tersebut secara umum digunakan dalam perusahaan untuk mengetahui laba. Tolak ukur keuangan
saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang
diciptakan perusahaan atau organisasi (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000). Balanced Scorecard
adalah suatu metode pengukuran kinerja yang di dalamnya ada keseimbangan antara keuangan
dan non-keuangan untuk mengarahkan kinerja perusahaan terhadap keberhasilan. BSC dapat
menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan
pertambahan kekayaan tersebut (Mulyadi dan Johny Setyawan, 2000) sebagai berikut:
1. Peningkatan customer yang puas sehingga meningkatkan laba (melalui peningkatan
revenue).
2. Peningkatan produktivitas dan komitmen karyawan sehingga meningkatkan laba
(melalui peningkatan cost effectiveness).
3. Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial returns dengan
mengurangi modal yang digunakan atau melakukan investasi daiam proyek yang
menghasilkan return yang tinggi.
Menurut Kaplan dan Norton, siklus bisnis terbagi 3 tahap, yaitu: bertumbuh (growth),
bertahan (sustain), dan menuai (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus tersebut mempunyai
tujuan fmansial yang berbeda. Growth merupakan tahap awal dalam siklus suatu bisnis. Pada
tahap ini diharapkan suatu bisnis memiliki produk baru yang dirasa sangat potensial bagi bisnis
tersebut.
Untuk itu, maka pada tahap growth perlu dipertimbangkan mengenai sumber daya untuk
mengembangkan produk baru dan meningkatkan layanan, membangun serta mengembangkan
fasilitas yang menunjang produksi, investasi pada sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi
yang akan mendukung terbentuknya hubungan kerja secara menyeluruh dalam mengembangkan
hubungan yang baik dengan pelanggan. Secara keseluruhan tujuan fmansial pada tahap ini
adalah mengukur persentase tingkat pertumbuhan pendapatan, dan tingkat pertumbuhan
penjualan di pasar sasaran.
Tahap selanjutnya adalah sustain (bertahan), di mana pada tahap ini timbul pertanyaan
mengenai akan ditariknya investasi atau melakukan investasi kembali dengan
mempertimbangkan tingkat pengembalian yang mereka investasikan. Pada tahap ini tujuan
fmansial yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh keuntungan. Berikutnya suatu usaha
akan mengalami suatu tahap yang dinamakan harvest (menuai), di mana suatu organisasi atau
badan usaha akan berusaha untuk mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial dari tahap ini
adalah untuk untuk meningkatkan aliran kas dan mengurangi aliran dana.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih dahulu menentukan segmen pasar
dan pelanggan yang menjadi target bagi organisasi atau badan usaha. Selanjutnya, manajer harus
menentukan alat ukur yang terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit opetasi dalam upaya
mencapai target finansialnya. Selanjutnya apabila suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja
keuangan yang superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan dan menyajikan suatu
produk baru/jasa yang bernilai lebih baik kepada pelanggan mereka (Kaplan, dan Norton, 1996).
Dalam perspektif ini, pengukuran dilakukan dengan lima aspek utama yaitu :
Produk dikatakan bernilai apabila manfaat yang diterima produk lebih tinggi daripada
biaya perolehan (bila kinerja produk semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang
diharapkan dan dipersepsikan pelanggan). Perusahaan terbatas untuk memuaskan potential
customer sehingga perlu melakukan segmentasi pasar untuk melayani dengan cara terbaik
berdasarkan kemampuan dan sumber daya yang ada.
Secara umum, Kaplan dan Norton (1996) membaginya dalam 3 prinsip dasar, yaitu:
1. Proses inovasi.
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi. Tetapi ada juga
perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi. Di dalam proses inovasi itu
sendiri terdiri atas dua komponen, yaitu: identifikasi keinginan pelanggan, dan melakukan
proses perancangan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Bila hasil inovasi dari
perusahaan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka produk tidak akan mendapat
tanggapan positif dari pelanggan, sehingga tidak memberi tambahan pendapatan bagi
perasahaan bahkan perasahaan haras mengeluarkan biaya investasi pada proses penelitian
dan pengembangan.
2. Proses operasi.
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan, mulai dari saat penerimaan order
dari pelanggan sampai produk dikirim ke pelanggan. Proses operasi menekankan kepada
penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini,
berdasarkan fakta menjadi fokus utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian besar
organisasi.
3. Pelayanan puma jual.
Adapun pelayanan purna jual yang dimaksud di sini, dapat berupa garansi, penggantian untuk
produk yang rusak, dll.
1. Kapabilitas Pekerja.
3. Iklim organisasi yang mendorong timbulnya motivasi, dan pemberdayaan adalah penting
untuk menciptakan pekerja yang berinisiatif. Adapun yang menjadi tolak ukur hal tersebut di
atas adalah jumlah saran yang diberikan pekerja.
1. Perumusan Strategi
Tahap ini ditujukan untuk menghasilkan misi, visi, keyakinan dan nilai dasar, dan tujuan
institusi. Proses perumusan strategi dilakukan secara bertahap, yaitu: analisis eksternal, analisis
internal, penentuan jati diri, dan perumusan strategi itu sendiri.
Analisis eksternal mikro diterapkan pada lingkungan yang lebih dekat dengan institusi
yang bersangkutan. Dalam dunia perusahaan, lingkungan tersebut adalah industri di mana suatu
perusahaan termasuk di dalamnya. Analisis yang dilakukan dapat menggunakan teori Porter
mengenai persaingan, yaitu: kekuatan tawar pemasok, ancaman pendatang baru, kekuatan tawar
pembeli, ancaman produk atau jasa pengganti.
ANALISIS INTERNAL ditujukan untuk merumuskan kekuatan dan kelemahan
perusahaan. Kekuatan suatu perusahaan antara lain: kompetensi yang unik, sumberdaya
keuangan yang memadai, keterampilan yang unggul, citra yang baik, keunggulan biaya,
kemampuan inovasi tinggi, dll. Sedangkan kelemahan perusahaan antara lain: tidak ada arah
strategi yang jelas, posisi persaingan yang kurang baik, fasilitas yang ‘usang’, kesenjangan
kemampuan manajerial, lini produk yang sempit, citra yang kurang baik, dll.
VISI menggambarkan akan menjadi apa suatu organisasi di masa depan. Ia bersifat
sederhana, menumbuhkan rasa wajib, memberikan tantangan, praktis dan realistik, dan ditulis
dalam satu kalimat pendek. Contoh-contoh visi adalah:
“We will be an outstanding company by exceeding pelanggan expectations through empowered
people, guided by shared values.” (PepsiCo.)
“From managing a world-class port, we shall grow into world-class corporation with network
of perts, logistics and related businesses throughout the world. We shall be recognized
everywhere for quality and value.” (Otoritas Pelabuhan Singapore).
“Menjadi perusahaan jasa konsultan perencana nomor satu di Jakarta.”
“Menjadi BPR terbesar, tangguh dan dihargai di Cianjur Selatan.”
Visi perlu diperinci dalam berbagai perspektif. Dalam perspektif finansial, misalnya:
“Kami akan menyerahkan nilai superior jangka panjang secara konsisten kepada pemegang
saham”. Dalam perspektif pelanggan: “Kami akan memberikan nilai terbaik pada setiap
penawaran yang memenuhi kebutuhan pelanggan dalam pasar yang dipilih untuk dilayani.”
Dalam perspektif proses internal: “Kami akan meningkatkan nilai pelanggan melalui berfikir
kembali, meningkatkan dan memperlancar (mengefisienkan) proses bisnis kami.” Dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan: “Kami akan selalu berfikir tentang pelanggan dan
bangga sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap pelanggan.”