Anda di halaman 1dari 861

AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 1
Perkembangan Akuntansi Pemerintahan

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 1


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERKEMBANGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN


A. Sejarah Akuntansi Pemerintah Indonesia
1. Tahun 1975
Pada tahun ini belum ada sistem akuntansi, yang ada baru sebatas sistem administrasi
atau dikenal dengan istilah tata usaha keuangan.
2. Tahun 1979-1980
✓ Sistem administrasi pemerintahan masih dilakukan secara manual, belum dikenal
sistem komputerisasi yang terintegrasi.
✓ Belum dimiliki Standar Akuntansi Pemerintah.
✓ Satu-satunya laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah kepada DPR
berupa Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang disajikan berdasarkan
sumbangan perhitungan anggaran dari Departemen/Lembaga yang disusun secara
manual dan single entry.
✓ Penyampaian laporan PAN oleh pemerintah kepada DPR dilaksanakan dalam
waktu 2-3 tahun.
✓ Departemen keuangan mulai membuat rencana studi modernisasi sistem
akuntansi pemerintah.
✓ Departemen Dalam Negeri mengeluarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.
900-099 Tahun 1980 tentang Manual Administrasi Keuangan Daerah
(MAKUDA), yang menjadi pedoman pencatatan keuangan daerah yang pada
dasarnya sebatas tata buku bukan merupakan suatu sistem akuntansi.

3. Tahun 1986

✓ Dibuat desain pengembangan Sistem Akuntansi Pusat dan Sistem Akuntansi


Instansi dengan mengusulkan disusunnya bagan akun standar dan standar
akuntansi pemerintahan serta pembentukan unit eselon I di lingkungan
Departemen Keuangan yang memegang fungsi akuntansi dan pelaporan.

✓ Sistem yang disetujui Departemen Keuangan pada saat itu adalah menyusun
alokasi anggaran, proses penerimaan dan pengeluaran melalui Kantor Pelayanan
Perbendaharaan Negara (KPPN), pembuktian bukti jurnal dan daftar transaksi
sebagai dasar pembukuan dalam buku besar secara manual.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 2


AKUNTANSI PEMERINTAH

4. Tahun 1987-1988

✓ Mulai dilakukan simulasi sistem manual pada Departemen Pekerjaan Umum,


Sosial, Perdagangan pada wilayah Jakarta, Medan, dan Surabaya.

✓ Pada saat bersamaan, timbul pemikiran penggunaan komputer untuk proses


akuntansi dan pada tahun 1989 usulan pengembangan sistem akuntansi
pemerintah berbasis komputer disetujui Departemen Keuangan dan Bank Dunia
dalam bentuk Proyek Pengembangan Sistem Akuntansi Pemerintah tahap I, tetapi
sistem fungsional masih berdasar pada desain manual sebelumnya, belum sampai
proses yang menyeluruh yang dapat menghasilkan laporan keuangan.

5. Tahun 1992

✓ Dibentuk Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) yang mempunyai fungsi


sebagai Central Accounting Office, yang bukan sekadar “membukukan” namun
memerlukan adanya standar akuntansi pemerintahan dan selanjutnya
melaksanakan implementasi sistem yang telah dirancang.

6. Tahun 2001-2002

✓ 1 Januari 2001 otonomi daerah dan desentralisasi fiskal serentak dilaksanakan di


Indonesia.

✓ Terdapat perubahan format anggaran dan pelaporannya.

✓ Dikeluarkan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 yang mulai mengenalkan


penggunaan akuntansi basis kas modifikasian (modified cash basis) serta
pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) untuk pencatatan
keuangan pemerintah daerah.

7. Tahun 2003-2004

Reformasi akuntansi sektor publik dimulai dengan diterbitkannya 3 Undang-undang


Keuangan Negara, yaitu :

✓ Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

✓ Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 3


AKUNTANSI PEMERINTAH

✓ Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan


Tanggung Jawab Keuangan Negara

8. Tahun 2005

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan - KSAP (Standard Setter Body) dibentuk


dengan Keppres No. 84 tahun 2004 , diubah dengan Keppres No. 2 Tahun 2005,
Keppres No. 3 Tahun 2009.

Standar Akuntansi Pemerintahan untuk pertama kali dimiliki dengan dikeluarkannya


Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. PP No. 24 Tahun 2005 menggunakan
pendekatan cash towards accrual (CTA) dalam sistem pencatatan akuntansinya.

Mulai tahun 2005, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan daerah disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan.

9. Tahun 2010

Dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi


Pemerintahan menggantikan PP No. 24 Tahun 2005. Berdasarkan PP No. 71 Tahun
2010 pemerintah pusat dan daerah harus menerapkan akuntansi akrual penuh (full
accrual accounting) tidak lagi cash towards accrual selambat-lambatnya tahun 2015.

B. Reformasi Pelaporan Keuangan Pemerintah

Meskipun entitas pemerintahan bukanlah organisasi yang memiliki tujuan


menghasilkan laba, tetapi dalam aktivitasnya entitas pemerintah melakukan transaksi
pengeluaran dan menerima pendapatan, sehingga pemerintah harus menggunakan
prinsip-prinsip akuntansi untuk mempertanggungjawabkan aktivitasnya tersebut.

Pemerintah menerbitkan PP 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan


pada tahun 2005. Penyusunan SAP sendiri dipicu oleh semakin berkembangnya
akuntansi komersial, dengan diterbitkannya standar akuntansi keuangan (SAK) oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 1994. Dengan mulai disusunnya SAP, sejalan
dengan tuntutan masyarakat Indonesia yang menginginkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 4


AKUNTANSI PEMERINTAH

Pengelolaan keuangan daerah juga dilakukan perbaikan seiring dengan diberikannya


otonomi yang lebih luas kepada daerah setelah diterbitkan PP Nomor 105 Tahun 2000
tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

Setelah itu kembali terbit UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
menyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun sesuai
dengan standar akuntansi Pemerintahan. Kemuddian Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan
pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan.

Penyusunan SAP sendiri akhirnya dilakukan oleh Komite Standar Akuntansi


Pemerintahan (KSAP) yang dibentuk oleh Menteri Keuangan. Kemudian SAP ditetapkan
dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang
berbasis kas menuju akrual. SAP 2005 ini kemudian menjadi pedoman dalam
penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Penetapan SAP diharapkan
dapat menjadi tonggak lahirnya transparansi, partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara guna mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance),
sehingga diperlukan langkah-langkah strategis yang perlu segera diupayakan dan
diwujudkan bersama dalam rangka implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan.

Amanah untuk menyusun Standar Akuntansi Pemrintah berbasis akrual diselesaikan


oleh KSAP pada tahun 2010 dengan penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 yang didalamnya memuat 2 lampiran yaitu Lampiran I yang berisi Standar
Akuntansi Pemerintah berbasis akrual yang pelaksanaannya diwajibkan mulai 1 Januari
2015, dan Lampiran II yang berisi standar akuntansi pemerintahan berbasis kas menuju
akrual.

C. Otoritas Penyusun Standar Akuntansi Pemerintah

Sesuai dengan Pasal 57 UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


menyebutkan bahwa dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan
akuntansi pemerintahan dibentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang
bertugas untuk menyusun standar akuntansi pemerintahan yang berlaku baik untuk

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 5


AKUNTANSI PEMERINTAH

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sesuai dengan kaidah-kaidah akuntansi


yang berlaku umum.

Pembentukan, susunan, kedudukan, keanggotaan, dan masa kerja Komite Standar


Akuntansi Pemerintahan (KSAP) ditetapkan dengan Keputusan Presiden. KSAP terdiri
dari Komite Konsultatif dan Komite Kerja.

Penyusunan SAP dilakukan melalui suatu proses yang sistematis (due process).
Tahapan tersebut antara lain:

1. Identifikasi topik

2. Penyusunan draf

3. Public hearing dan permintaan pendapat ke BPK

4. Perbaikan

5. Penetapan

Dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan, KSAP mengadaptasi


International Public Sector Accounting Standards (IPSAS). Strategi adaptasi memiliki
pengertian bahwa prinsip pengembangan SAP berorientasi pada IPSAS, namun
disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, antara lain dengan memperhatikan peraturan
perundangan yang berlaku, praktik-praktik keuangan yang ada, serta kesiapan sumber
daya para pengguna SAP.

D. Profesi Akuntan Pemerintah


1. Akuntan pengelola keuangan negara/daerah
2. Akuntan pemeriksa pajak
3. Auditor internal dan eksternal
4. Akuntan pendidik

Teruslah belajar dan belajar sampai Tuhan

berkata “waktunya pulang”

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 6


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 2
Lingkungan Akuntansi Pemerintah Dan Anggaran Dalam Pengendalian
Pemerintah

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 7


AKUNTANSI PEMERINTAH

LINGKUNGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN ANGGARAN


DALAM PENGENDALIAN PEMERINTAH

A. Definisi Akuntansi Pemerintah

1. Dari Segi Proses

Akuntansi Pemerintah adalah proses yang dimulai dari Pencatatan, Pengklasifikasian,


Pengikhtisaran dan Penyajian Laporan Keuangan sebuah entitas akuntansi dan
pelaporan keuangan pemerintah pada tanggal atau periode tertentu.

2. Dari Segi Fungsi

Akuntansi Pemerintah berfungsi menyajikan informasi kuantitatif yang bersifat


keuangan atas sebuah entitas akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pada
tanggal atau periode tertentu.

B. Karakteristik Akuntansi Pemerintah

1. Orientasi : Pemerintah tidak berorientasi memperoleh laba/profit

2. Kepemilikan : Pemerintah dimiliki secara kolektif oleh konstituen

3. Kontribusi sumber daya keuangan tidak dikaitkan langsung dengan


pelayanan/produk yang diberikan oleh pemerintah

4. Secara dominan keputusan kebijakan dan keputusan operasional dibuat secara politis
oleh lembaga perwakilan

5. Keputusan harus dibuat secara terbuka sehingga akuntansi dan laporan-laporan lain
yang terkait dengan pelaksanaan keputusan tersebut harus bersifat terbuka

C. Kesamaan Entitas Pemerintah dengan Entitas Bisnis

1. Sebagai pelaku dalam sistem ekonomi dan menggunakan sumber daya keuangan dan
sumber daya manusia untuk mencapai tujuannya
2. Harus memperoleh dan mengubah sumber daya yang semakin terbatas untuk
menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat
3. Harus memiliki sistem informasi yang memadai untuk memfasilitasi para manajer,
lembaga-lembaga terkait, dan pihak lain dapat menerima informasi secara tepat

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 8


AKUNTANSI PEMERINTAH

waktu untuk memanaj penggunaan sember daya dan saldo sumber daya yang
semakin langka tersebut
4. Analisis biaya, pengendalian semakin langka tersebut biaya dan teknik evaluasi yang
penting untuk memastikan sumber daya dapat digunakan secara ekonomis efisien
dan efektif
5. Pada beberapa bidang, produk berupa barang/jasa yang dihasilkan pemerintah juga
dihasilkan oleh swasta misalnya dalam bidang transportasi, pendidikan dan
kesehatan

D. Perbedaan Karakteristik Lingkungan Akuntansi Pemerintah dan Akuntansi


Komersial

Item Akuntansi Pemerintah Akuntansi Komersial

Tujuan Berorientasi kepada pelayanan Berorientasi pada laba yang


Organisasi masyarakat sebesar-besarnya

Sumber dari Pemerintah dapat “memaksa” Sumber daya keuangan


Sumber Daya masyarakat untuk berkontribusi diperoleh dari penyediaan
Keuangan dalam bentuk pajak, retribusi, barang dan jasa
dan lain-lain
Model Monopolistik Mekanisme pasar
Persaingan
Biaya layanan Kemampuan masyarakat Harga pasar/nilai wajar

Metode Dikaitkan dengan upaya Dikaitkan dengan perolehan


Evaluasi pengalokasian sumber daya laba/rugi
Kinerja secara ekonomis, efisien, dan
efektif dengan
kebijakan/peraturan

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 9


AKUNTANSI PEMERINTAH

E. Lingkungan Akuntansi Pemerintah

Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik


tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting lingkungan
pemerintahan:

1. Ciri Utama

a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan

b. Sistem perintahan otonomi dan transfer pendapatan antar pemerintah

c. Pengaruh proses politik

d. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah

2. Ciri Keuangan

a. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal dan sebagai alat

b. Pengendalian

c. Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan

d. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian

e. Penyusutan nilai aset karena digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan

F. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan

1. Entitas Akuntansi

Unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib


menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan untuk digabungkan
pada entitas pelaporan. Komponen entitas akuntansi antara lain:

1. KPA-K/L yang mempunyai dokumen anggaran tersendiri


2. Bendahara Umum Daerah (BUD)
3. Kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan Pemda bila mempunyai dokumen
pelaksanaan anggaran yang terpisah

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 10


AKUNTANSI PEMERINTAH

2. Entitas Pelaporan

Unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas
pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. Komponen
entitas pelaporan antara lain :

a. Pemerintah Pusat

b. Pemerintah Daerah

c. Kementerian Negara/lembaga di lingkungan Pemerintah Pusat

d. Satuan organisasi di lingkungan pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika


menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib
menyajikan laporan keuangan

G. Definisi Anggaran

1. Menurut Mulyadi (2011)

Anggaran adalah rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur
dalam satuan moneter dan satuan ukuran yang lain yang mencakup jangka waktu
satu tahun.

2. Menurut GASB

Anggaran adalah rencana operasi keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran


yang diusulkan dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayainya
dalam periode waktu tertentu.

3. Anggaran Pemerintah

Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif


dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan
pemerintah dan pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja
tersebut atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau
surplus.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 11


AKUNTANSI PEMERINTAH

4. Apropiasi

Apropriasi merupakan anggaran yang disetujui DPR/DPRD yang merupakan mandat


yang diberikan kepada Presiden/gubernur/bupati/walikota untuk melakukan
pengeluaran-pengeluaran sesuai tujuan yang ditetapkan.

5. Ototitas Kredit Anggaran

Otorisasi Kredit Anggaran (allotment) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang


menunjukkan bagian dari apropriasi yang disediakan bagi instansi dan digunakan
untuk memperoleh uang dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah guna membiayai
pengeluaran-pengeluaran selama periode otorisasi tersebut.

H. Pengaruh Penting Anggaran dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


Pemerintah

1. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.

2. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara


belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.

3. Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.

4. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.

5. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai


pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik

I. Tujuan dan Fungsi Penganggaran Pemerintah

Tujuan penganggaran pemerintah antara lain:

1. Untuk menyatakan harapan/sasaran pemerintah secara jelas dan formal


2. Untuk mengkomunikasikan harapan pemerintah kepada pihak-pihak terkait
3. Untuk menyediakan rencana terinci mengenai aktivitas dalam upaya mencapai
tujuan
4. Untuk mengkoordinasikan cara/metode yang akan ditempuh
5. Untuk menyediakan alat ukur dan mengendalikan kinerja individu dan kelompok

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 12


AKUNTANSI PEMERINTAH

Anggaran berfungsi sebagai berikut:

1. Fungsi Perencanaan

2. Fungsi Pengawasan

3. Fungsi Koordinasi

4. Fungsi Penilaian dan Pedoman Kinerja

J. Pengendalian dalam Anggaran Pemerintah

Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam penyediaan layanan publik
kepada masyarakat. Anggaran pemerintah merupakan alat pengendalian yang baik.
Dengan anggaran yang disusun berdasarkan prioritas kebutuhan masyarakat, anggaran
pemerintah dapat mempercepat terwujudnya tujuan pembentukan negara dalam hal
mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera. Oleh karena itu anggaran dapat
digunakan sebagai alat pengendalian yang efektif dalam pemerintahan.

Pengedalian dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu :

1. Membandingkan kinerja aktual dengan kinerja yang dianggarkan

2. Menghitung selisih anggaran

3. Menemukan penyebab yang dapat dikendalikan dan tidak dapat dikendalikan

4. Merevisi standar biaya atau target anggaran untuk tahun berikutnya

Selain penegendalian pengelolaan keuangan negara melalui anggaran, pengendalian


pengelolaan keuangan negara dapat dilakukan dengan pembagian kewenangan yang
jelas.

K. Klasifikasi Pendapatan dan Belanja dalam Anggaran Pemerintah

Klasifikasi Anggaran adalah pengelompokan anggaran Belanja Negara untuk


penyusunan dan penyajian informasi APBN.

1. Klasifikasi menurut organisasi

Klasifikasi anggaran menurut organisasi merupakan pengelompokan alokasi anggaran


belanja sesuai dengan struktur organisasi Kementerian/Lembaga (K/L).

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 13


AKUNTANSI PEMERINTAH

2. Klasifikasi menurut fungsi

Klasifikasi menurut fungsi adalah pengelompokan anggaran Belanja Negara


berdasarkan fungsi-fungsi pemerintahan yang dilaksanakan oleh
Kementerian/Lembaga. Perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Klasifikasi
anggaran menurut fungsi antara lain :

a. Pelayanan umum [01];

b. Pertahanan [02];

c. Ketertiban dan Keamanan [03];

d. Ekonomi [04];

e. Lingkungan Hidup [05];

f. Perumahan dan fasilitas umum [06];

g. Kesehatan [07];

h. Pariwisata [08];

i. Agama [09];

j. Pendidikan dan Kebudayaan [10];

h. Perlindungan sosial [11]

3. Klasifikasi menurut jenis

a. Belanja pegawai

Belanja pegawai adalah kompensasi dalam bentuk uang maupun barang yang
diberikan kepada pegawai pemerintah yang bertugas di dalam maupun di luar
negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan
yang berkaitan dengan pembentukan modal dan/atau kegiatan yang mempunyai
output dalam kategori belanja barang.

b. Belanja Barang

Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis pakai
untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 14


AKUNTANSI PEMERINTAH

dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau


dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja barang dibedakan
menjadi Belanja barang ( Operasional dan Non Operasional), Belanja jasa,
Belanja pemeliharaan, dan Belanja perjalanan dinas

c. Belanja modal

Pengeluaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah nilai


aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi serta melebihi batas minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya
yang ditetapkan pemerintah

d. Belanja Bunga Utang

Pembayaran yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang, baik


utang dalam negeri maupun utang luar negeri yang dihitung berdasarkan
jaminan. Belanja ini khusus untuk kegiatan bagian anggaran Bendahara Umum
Negara.

e. Belanja Subsidi

Alokasi anggaran yang diberikan kepada perusahaan/lembaga yang


memproduksi, menjual, mengekspor, atau mengimpor barang dan jasa untuk
memenuhi hajat hidup orang banyak sedemikian rupa sehingga harga jualnya
dapat dijangkau oleh masyarakat. Belanja ini khusus untuk kegiatan bagian
anggaran Bendahara Umum Negara.

f. Belanja Bantuan Sosial (Bansos)

Transfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada
masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial

g. Belanja Hibah

Belanja pemerintah pusat kepada pemerintah negara lain, organisasi


internasional, dan pemerintah daerah yang bersifat sukarela, tidak wajib, tidak
mengikat, dan tidak perlu dibayar kembali serta tidak terus menerus dan
dilakukan dengan naskah perjanjian antara pemberi hibah dan penerima hibah
dengan pengalihan hak dalam bentuk uang, barang, atau jasa.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 15


AKUNTANSI PEMERINTAH

h. Belanja Lain-lain

Pembayaran atas kewajiban pemerintah yang tidak termasuk dalam kategori


belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja pembayaran utang,
belanja subsidi, belanja hibah, dan belanja bantuan sosial serta bersifat mendesak
dan tidak dapat diprediksi sebelumnya

Mereka yang berhenti belajar akan menjadi

pemilik masa lalu tetapi mereka yang terus giat

belajar akan menjadi pemilik masa depan

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 16


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 3
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAN MEMPRAKTIKKAN

PROSES AKUNTANSI PEMERINTAH

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami

2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah

3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 17


AKUNTANSI PEMERINTAH

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAN MEMPRAKTIKKAN PROSES


AKUNTANSI PEMERINTAH
A. Jenis-jenis Laporan Keuangan Pemerintah

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen laporan


keuangan pemerintah yang menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam suatu
periode tertentu. Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan
ekonomi. Unsur dalam LRA:

a. Pendapatan LRA

Pendapatan LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Daerah


(BUN/D) atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah saldo anggaran
lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Titik pengakuan
pendapatan LRA adalah saat kas diterima oleh BUN/D.

Jenis pendapatan yang diklasifikasikan dalam LRA Pemerintah Pusat:

a) Pendapatan Perpajakan
• Pendapatan Pajak Dalam negeri
• Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
b) Pendapatan Bukan Pajak
• Pendapatan Sumber Daya Alam
• Pendapatan Bagian Laba BUMN
• Pendapatan PNBP lainnya
• Pendapatan Badan Layanan Umum
c) Pendapatan Hibah
• Pendapatan Hibah Dalam Negeri
• Pendapatan Hibah Luar Negeri
b. Belanja

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 18


AKUNTANSI PEMERINTAH

Belanja LRA adalah semua pengeluaran dari rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.

Di pemerintah pusat belanja dibagi ke dalam akun: Belanja Pegawai, Belanja


Barang dan Jasa, Belanja Modal, belanja Bunga, Belanja subsidi, Belanja Hibah,
Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Lain-lain.

c. Transfer

Transfer digunakan untuk mencatat semua pengeluaran pemerintah pusat yang


dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi serta otonomi dan dana penyesuaian. Akun Transfer
hanya ada di dalam sistem akuntansi pemerintah Pusat.

Macam akun Transfer: Transfer Dana Bagi Hasil, Transfer Dana Alokasi Umum,
Transfer Sana Alokasi Khusus, Transfer Dana Otonomi Khusus dan Transfer Dana
Penyesuaian

d. Pembiayaan

Akun Pembiayaan adalah akun yang digunakan untuk mencatat setiap penerimaan
yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali
untuk menutup defisit dan memanfaatkan surplus anggaran.

Akun pembiayaan dibagi ke dalam akun Penerimaan Pembiayaan dan


Pengeluaran Pembiayaan.

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL) menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. LP-SAL hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas
pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasi

Contoh formal LP-SAL pemerintah pusat adalah sebagai berikut:

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 19


AKUNTANSI PEMERINTAH

3. Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi
berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang
dapat dipertanggung jawabkan.

Unsur dalam Laporan Operasional:

a. Pendapatan LO

Pendapatan Lo adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.

Pendapatan pemerintah pusat:

1) Pendapatan Perpajakan LO: pendapatan Pajak Dalam Negeri LO, Pendapatan


Pajak Perdagangan Internasional LO

2) Pendapatan Bukan Pajak LO: Pendapatan Sumber Daya Alam LO, Penapatan
Bagian Laba BUMN LO, Pendapatan PNBP Lainnya LO, Pendapatan Badan
Layanan Umum (BLU) LO

3) Pendapatan Hibah dalam Negeri dan Luar Negeri LO

4) Pendapatan murni akrual LO

b. Beban

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 20


AKUNTANSI PEMERINTAH

Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa, dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset dan timbulnya kewajiban.

Di pemerintah pusat beban diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Beban Pegawai terdiri dari Beban Gaji dan Tunjangan, Beban Honorarium,
Beban Kontribusi Sosial
2) Beban Barang dan Jasa terdiri dai Beban Barang, Beban Jasa, Beban
3) Pemeliharaan, Beban Perjalanan Dinas, Beban Barang BLU, dan Beban Barang
untuk diserahkan kepada Masyarakat
4) Beban Bunga
5) Beban Subsidi, terdiri dari beban subsidi kepada Perusahaan Negara dan
Beban Subsidi kepada Perusahaan Swasta
6) Beban Hibah terdiri dari beban hibah kepada pemerintah negara lain, Beban
Hibah kepada Organisasi Internasional, dan Beban Hibah kepada Pemerintah
Daerah.
7) Beban Bantuan Sosial
8) Beban Lain-lain/Beban Tak Terduga
9) Beban Murni Akrual
c. Transfer

Akun ini diguanakan untuk mencatatat semua beban pengeluaran pemerintah pusat
yang dialokasika kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentraslisasi, otonomi daerah, otonomi khusus dan dana
penyesuaian.

d. Pos Luar biasa

Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi
karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak
diharapkan sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh
entitas.

4. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas (LPE) menyajikan informasi kenaikan atau penurunan


ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 21


AKUNTANSI PEMERINTAH

5. Neraca

Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu


entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur-
unsur dalam neraca:

a) Aset
b) Kewajiban
c) Ekuitas

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 22


AKUNTANSI PEMERINTAH

6. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas (LAK) adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

Tujuan Laporan Arus Kas untuk memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara
kas pada tanggal pelaporan.

Pelaporan penerimaan dan pengeluaran kas tersebut dibagi dalam 4 aktivitas


pemerintah sebagai berikut:

a) Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang


ditunjukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.

Aktivitas operasi biasanya berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan


PNBP, penerimaan hibah, penerimaan bagian laba perusahaan negara/daerah dan
investasi lainnya, penerimaan lain-lain/ penerimaan dari pendapatan luar biasa
dan penerimaan transfer Pengeluaran dari aktivvitas operasi meliputi pembayaran
pegawai, pembayaran barang, pembayaran bung, pembayaran subsidi,
pembayaran hibah, pembayaran bantuan sosial, pembayaran lain-lain/kejadian
luar biasa dan pembayaran transfer.

b) Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang


ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang
tidak termasuk dalam setara kas.

Arus kas masuk aktivitas investasi meliputi penjualan aset tetap, penjualan aset
lainnya, penjualan dana cadangan, penerimaan divestasi dan penjualan saham
dalam bentuk sekuritas.

Arus kas keluar aktivitas investasi berasal dari pembayaran perolehan aset tetap,
perolehan aset lainnya, pembentukan dana cadangan, penyertaan modal
pemerintah atau pembelian investasi dalam bentuk sekuritas

c) Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang


berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi
piutang jangka panjang dan utang jangka panjang.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 23


AKUNTANSI PEMERINTAH

Arus kas masuknya berasal dari penerimaan utang dalam negeri, penerimaan utang
obligasi, penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah dan penerimaan
kembali pinjaman kepada perusahaan negara.

Arus kas keluar dari aktivitas ini dapat berasal dari pembayaran pokok utang luar
negeri, pembayaran pokok utang obligasi, pengeluaran kas untuk dipinjamkan
kepada pemerintah daerah dan pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada
perusahaan negara.
d) Aktivitas Transitoris adalah aktivitas penerimaan, pengeluaran kas, yang tidak
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas Laporan Keuangan bertujuan untuk meningkatkan transparansi laporan


keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan
pemerintah.

Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah paling tidak harus mengungkapkan hal-
hal sebagai berikut:

a. Informasi Umum tentang entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi

b. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro

c. Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan


akuntansi atas transaksi-transakis dan kejadian-kejadian penting lainnya

d. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;

e. Informasi yang diharuskan oleh pernyataan standar akuntansi pemerintah yang


belum disajikan pada lembar muka

f. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 24


AKUNTANSI PEMERINTAH

B. Hubungan antar Laporan Keuangan

Laporan
Pendapatan 500
Operasional
Beban
(200)

Surplus/Defisit Opr
300

Kegiatan non
Laporan Perubahan
operasional
Ekuitas
60 Ekuitas Awal 1.000

Surplus/Defisit LO Surplus/Defisit LO 360

360 Ekuitas Akhir 1.360

Neraca
Aset 2.000

Kewajiban 640

Ekuitas 1.360

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 25


AKUNTANSI PEMERINTAH

Laporan Perubahan
Pendapatan LRA 450 SAL Awal 100
SAL
Belanja (0) Penggunaan SAL
Surplus/(defisit) 450 (30)

Pembiayaan SILPA 1.450


1.000 SAL Akhir
SILPA 1.450 1.520

C. Keterbatasan Laporan Keuangan

pemerintah memiliki keterbatasan laporan keuangan pemerintah sebagai berikut:

a. Bersifat historis, informasi yang disajikan dalam laporan keuangan menunjukkan


transaksi masa lalu

b. Bersifat umum, informasi yang lebih detil untuk tujuan tertentu.

c. Penuh dengan estimasi dan judgement,

d. Hanya melaporkan informasi yang sifatnya material

e. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.

f. Lebih mengungkapkan realitas ekonomi dari pada realitas hukum.

g. Terdapat banyak alternatif metode akuntansi yang digunakan sehingga menimbulkan


kerancuan laporan keuangan antar entitas ketika diperbandingkan.

D. Opini Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah

Opini yang diberikan BPK sebagai hasil pemeriksaan laporan keuangan adalah sebagai
berikut:

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 26


AKUNTANSI PEMERINTAH

1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/unqualified opinion)

diberikan dengan kriteria: sistem pengendalian internal memadai dan tidak ada salah
saji yang material atas pos-pos laporan keuangan.

2. Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP/Qualified opinion)

diberikan dengan kriteria: sistem pengendalian internal memadai, namun terdapat


salah saji yang material pada beberapa pos laporan keuangan.

3. Opini Tidak Memberikan Pendapat (TMT/Disclaimer opinion)

diberikan apabila terdapat suatu nilai yang secara material tidak dapat diyakini auditor
karena ada pembatasan lingkup pemeriksaan oleh manajemen sehingga auditor tidak
cukup bukti dan atau sistem pengendalian intern yang sangat lemah.

4. opini Tidak Wajar (TW/Adverse opinion)

diberikan jika sistem pengendalian internal tidak memadai dan terdapat salah saji pada
banyak pos laporan keuangan yang material.

E. Persamaan Dasar Akuntansi Pemerintah

Persamaan yang lazim digunakan dalam akuntansi keuangan adalah sebagai berikut:
persamaan 1: ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS

Persamaan 2: ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS

Persamaan 3: ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS +PENDAPATAN LO – BEBAN

RINGKASAN ATURAN DEBIT KREDIT

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 27


AKUNTANSI PEMERINTAH

F. Basis Akuntansi Pemerintahan

Sitem Pencatatannya adalah Double Entry yaitu pencatatan berbasis akrual dan berbasis
kas.

Contoh Bagan Akun Standar:

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 28


AKUNTANSI PEMERINTAH

G. Proses Akuntansi Pemerintah

Pada dasarnya proses akuntansi pemerintah dan proses akuntansi bisnis tidak berbeda.
Proses akuntansinya dapat dibagi dalam 2 tahapan besar yaitu:

1. Tahap Pencatatan:

a. Analisis transaksi

b. Pencatatan dalam jurnal

c. Posting ke buku besar

2. Tahap Pelaporan:

a. Penyusunan neraca percobaan dari saldo buku besar

b. Penyusunan jurnal penyesuaian

c. Penyusunan laporan keuangan

d. Penyusunan jurnal penutup, dan

e. Penyusunan neraca setelah penutupan

Penyusunan sistem akuntansi pemerintah didasarkan pada Standar Akuntansi


Pemerintahan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238 tahun 2011 tentang Pedoman Umum Standar
Akuntansi Pemerintahan. Untuk pemerintah daerah telah dibuat pedoman khusus yang
ditetapkan dengan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

Sistem Akuntansi pemerintah pusat disusun dan ditetapkan oleh Menteri Keuangan
sedangkan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah menjadi kewenangan dan ditetapkan
oleh Kepala Daerah.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 29


AKUNTANSI PEMERINTAH

Proses Akuntansi

“Hanya pendidikan yang bisa


menyelamatkan masa depan. Tanpa
PERTEMUAN 4
pendidikan, Indonesia tak mungkin
bertahan”

-Najwa Shihab-

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 30


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 4
Akuntansi Pendapatan Dan Akuntansi Biaya/Beban

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 31


AKUNTANSI PEMERINTAH

TRANSAKSI YANG TERJADI DI PEMERINTAH


(AKUNTANSI PENDAPATAN DAN AKUNTANSI BIAYA/BEBAN)
A. Akuntansi Pendapatan (kas dan akrual)
1. Pengertian dan Klasifikasi Pendapatan
a) Definisi Pendapatan
Pendapatan : kenaikan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menambah ekuitas.

Pendapatan dibedakan menjadi 2:


• Pendapatan LO, adalah hak pemerintah pusat atau daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan
tidak perlu dibayar kembali.
• Pendapatan LRA, adalah adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum
Negara/Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.

Contoh pendapatan antara lain : Pendapatan pajak, pendapatan retribusi,


pendapatan hibah, pendapatan transfer, dll.

b) Klasifikasi Pendapatan
Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat berdasarkan jenis
pendapatan:
a. Pendapatan perpajakan
Contoh: PPh, PPN, PPnBM, PBB, BPHTB, pendapatan cukai, pendapatan bea
masuk, pendapatan pajak ekspor, pendapatan pajak lainnya.
b. Pendapatan bukan pajak
Contoh: Pendapatan sumber daya alam, Pendapatan bagian pemerintah atas
laba, Pendapatan negara bukan pajak lainnya.

c. Pendapatan hibah
Klasifikasi sumber pendapatan untuk pemerintah daerah menurut asal dan jenis
pendapatan:
a. Pendapatan asli daerah
Seperti: Pendapatan pajak daerah, Pendapatan retribusi daerah, Pendapatan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, Pendapatan asli daerah lainnya

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 32


AKUNTANSI PEMERINTAH

b. Pendapatan transfer

• Transfer pemerintah pusat – dana perimbangan


Seperti: DBH pajak, DBH sumber daya alam , DAU, dan DAK

• Transfer pemerintah pusat – lainnya


Seperti: Dana otonomi khusus dan Dana penyesuaian
c. Lain-lain pendapatan yang sah
Seperti: pendapatan hibah, pendapatan dana darurat, dan pendapatan lainnya.

2. Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan


Pengakuan pendapatan:
1) Pengakuan pendapatan LO berbasis akrual
Hak pemerintah diakui sebagai pendapatan LO apabila timbul hak pemerintah
untuk menagih pendapatan atau telah terdapat suatu realisasi pendapatan yang
ditandai dengan adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
Contoh:
1. Pendapatan yang sudah menjadi hak pemerintah yaitu saat terbit surat
ketetapan pajak oleh pejabat berwenang.
2. Pendapatan kas dari pengurusan SIM, STNK dan lain lain.
3. Pendapatan kas dari pembayaran pajak penghasilan dan pembayaran bea
masuk, dan lain lain.
4. Pendapatan kas atas PNBP dari wajib bayar
Pengukuran Pendapatan:

• Pengukuran pendapatan LO diukur sebesar nilai bruto dan jumlah tersebut tidak
boleh dikompensasikan dengan beban-beban yang ada.
• Untuk pendapatan perpajakan diukur dengan nilai nominal yaitu nilai aliran
masuk yang telah diterima oleh pemerintah.
• Pendapatan hibah dalam bentuk kas dicatat sebesar nilai kas yang diterima atau
jika dalam bentuk barang dicatat sebesar nilai nominal hibah.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 33


AKUNTANSI PEMERINTAH

2) Pengakuan pendapatan LRA -- berdasarkan basis kas.


Pengukuran pendapatan LRA diakui pada saat kas diterima di rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
Contoh:
1. Pendapatan kas yang diterima dari biaya pengurusan dokumen seperti SIM,
STNK dan lain lain
2. Pendapatan kas yang diterima dari pembayaran pajak penghasilan dan
pembayaran bea masuk, dan lain lain
3. Pendapatan kas atas PNBP dari wajib bayar

3. Pencatatan Transaksi Pendapatan

• Jurnal pencatatan pendapatan untuk menghasilkan Laporan Operasional (LO)


dan Neraca sebagai berikut:
Kas/Piutang Pendapatan XXX
Pendapatan basis akrual XXX

• Jurnal pencatatan untuk menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang


berbasis kas, dibuat jurnal realisasi pelaksanaan anggaran sebagai berikut:
Akun Transitoris XXX
Pendapatan basis kas XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 34


AKUNTANSI PEMERINTAH

4. Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan


Ketentuan:

• Pendapatan berbasis akrual disajikan dalam Laporan Operasiona (LO),l sedangkan


pendapatan berbasis kas disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan
Laporan Arus Kas.

• Klasifikasi pendapatan pemerintah pusat seperti: pendapatan perpajakan,


pendapatan bukan pajak dan pendapatan hibah. Rincian lebih lanjut sumber
pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).

• Pendapatan berbasis akrual maupun pendapatan berbasis kas disajikan dalam mata
uang rupiah. Apabila realisasi pendapatan dalam mata uang asing, maka harus
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs Bank Sentral pada tanggal transaksi.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 35


AKUNTANSI PEMERINTAH

B. Akuntansi Belanja dan Beban


1. Definisi dan Klasifikasi Belanja dan Beban
Belanja: semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Belanja (berbasis kas) diklasifikasikan menurut jenis belanja yaitu:
a. Belanja pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik dalam bentuk
uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai pemerintah dalam
maupun luar negeri sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan,
kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal.
Belanja pegawai antara lain: Belanja Gaji dan Tunjangan, Belanja Tambahan
Penghasilan PNS, Biaya Pemungutan Pajak Daerah, Honorarium PNS, Honorarium
Non PNS, Uang Lembur, dan Belanja Pegawai BLUD (dari APBD).
b. Belanja barang
Belanja Barang dan Jasa dicatat untuk menampung pembelian barang dan jasa
yang habis pakai, serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan
atau dijual kepada masyarakat.
Belanja Barang dan Jasa antara lain: Belanja Bahan Pakai Habis, Belanja
Bahan/Material, Belanja Jasa Kantor, Belanja Premi Asuransi, Belanja Perawatan
Kendaraan Bermotor, Belanja Sewa Rumah/Gedung/Gudang/Parkir, Belanja Sewa
Perlengkapan dan Peralatan Kantor, dll.
c. Belanja modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah
aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 (Satu) periode
akuntansi. Aset Tetap tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari
suatu satuan kerja atau untuk dimanfaatkan oleh masyarakat.
d. Belanja bunga
Belanja Bunga digunakan untuk alokasi Pengeluaran pemerintah daerah untuk
pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok
utang.
Belanja Bunga mencakup antara lain Bunga Utang Pinjaman dan Bunga Utang
Obligasi.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 36


AKUNTANSI PEMERINTAH

e. Belanja subsidi
Belanja subsidi adalah pengeluaran atau alokasi anggaran dari n pemerintah daerah
kepada BUMN/BUMD atau pihak ketiga lainnya yang memproduksi dan
mengimpor barang serta menyediakan jasa untuk dijual dan diserahkan dalam
rangka memenuhi hajat hidup orang banyak agar harga jualnya dapat dijangkau
masyarakat.
f. Belanja hibah
Pengeluaran pemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang atau jasa,
bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukkannya.
Belanja Hibah antara lain: Belanja Hibah kepada Pemerintah Pusat, Belanja Hibah
kepada Pemerintah Daerah Lainnya, Belanja Hibah kepada Perusahaan Daerah,
Belanja Hibah kepada Pemerintah Desa, Belanja Hibah kepada Masyarakat, Belanja
Hibah kepada Organisasi Kemasyarakatan dan Belanja Hibah untuk Satuan
Pendidikan Dasar.
g. Belanja bantuan sosial
Pengeluaran pemerintah daerah berupa uang atau barang serta jasa yang diberikan
kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Belanja Bantuan Sosial mencakup antara lain: Belanja Bantuan Sosial kepada
Organisasi Sosial Kemasyarakatan dan Belanja Bantuan Sosial kepada Masyarakat.
h. Belanja lain-lain
Pengeluaran untuk keperluan mendesak dan keadaan darurat seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, wabah penyakit dan pengeluaran
tidak terduga lainnya.
Beban: penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang
menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau
timbulnya kewajiban.
Beban (berbasis akrual) diklasifikasikan menurut jenis beban meliputi:
a. Beban pegawai
b. Beban barang dan jasa
c. Beban bunga
d. Beban subsidi
e. Beban hibah
f. Beban bantuan sosial

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 37


AKUNTANSI PEMERINTAH

g. Beban lain-lain/ tak terduga


h. Beban transfer
i. Beban lainnya misalnya :

• Beban penyusutan, untuk mencatat penyusutan akan aset tetap yang dimiliki
pemerintah daerah. Beban penyusutan mencakup: Beban Penyusutan Peralatan
dan Mesin, Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan, Beban Penyusutan Jalan,
Irigasi, dan Jaringan, Beban Penyusutan Aset Tetap Lainnya, dan Beban
Penyusutan Aset Lainnya.

• Beban penurunan nilai piutang, untuk mencatat beban cadangan yang harus
dibentuk sebesar persentase tertentu dari akun piutang terkait ketertagihan
piutang.
2. Pengakuan dan Pengukuran Belanja dan Beban
Belanja (berbasis kas) diakui ketita terjadi pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Pengeluaran dari Kas Negara atau pengesahan
oleh bendahara umum pemerintah dan diukur berdasarkan azas bruto.
Beban (berbasis akrual) diakui pada saat terjadinya:
a. Penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa, terjadi saat ada penurunan nilai
aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/ atau berlalunya waktu.
Contohnya: Penyusutan aset tetap, Amortisasi aset tidak berwujud , dan Penyisihan
piutang
b. Terjadinya konsumsi aset, terjadi saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak
didahului timbulnya kewajiban dan atau terjadi konsumsi/pemakaian aset non kas
dalam rangka kegiatan operasional pemerintah
Contohnya: Pengeluaran kas untuk pembayaran gaji pegawai, Pengeluaran kas
untuk pembayaran biaya perjalanan dinas, Pengeluaran kas untuk pembayaran
hibah, Pengeluaran kas untuk pembayaran subsidi, Konsumsi/pemakaian aset
berupa persediaan alat tulis kantor untuk kegiatan operasioanl pemerintah
c. Timbulnya kewajiban, terjadi saat peralihan hak dari pihak lain kepada pemerintah
tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah.
Contohnya: diterimanya tagihan rekening telepon dan rekening listrik
Pengukuran beban (berbasis akrual) diukur pada nilai nominal berdasarkan
dokumen sumber.
1. Beban pegawai, dicatat sebesar nominal yang terdapat dalam dokumen sumber
seperti daftar gaji, dan seterusnya.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 38


AKUNTANSI PEMERINTAH

2. Beban barang dan jasa, dicatat sebesar nilai persediaan yang habis/dipakai
untuk kegiatan operasional pemerintah. Sedangkan beban jasa dicatat sebesar
nilai nominal tagihan dalam dokumen tagihan.
3. Beban bunga, diukur sebesar nilai persentase bunga dikalikan dengan pokok
pinjaman seiring dengan berjalannya waktu, sebagaimana tertuang dalam
naskah perjanjian pinjaman.
4. Beban subsidi
5. Beban hibah
6. Beban bantuan sosial
7. Beban lain-lain/ tak terduga
8. Beban transfer
3. Pencatatan Transaksi Belanja dan Beban
Jurnal pencatatan beban untuk menghasilkan Laporan Operasional (LO) dan Neraca
sebagai berikut:
Beban XXX
Kas/Utang XXX
Untuk menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) yang berbasis kas, dibuat jurnal
realisasi pelaksanaan anggaran sebagai berikut:
Belanja XXX
Akun Transitoris XXX
4. Penyajian dan Pengungkapan Belanja dan Beban
Akun beban disajikan dalam Laporan Operasional pemerintah yang berbasis akrual.
Penjelasan lebih lanjut mengenai rincian beban dan informasi lainnya yang bersifat
material diungkapkan dalam CALK.

“Gantungkan cita-cita mu setinggi langit!


PERTEMUAN
Bermimpilah setinggi 5 jatuh,
langit. Jika engkau
engkau akan jatuh di antara bintang-bintang”

-Ir. Soekarno-

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 39


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 5
Akuntansi Aset Lancar, Aset Tetap, dan Aset Lainnya

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 40


AKUNTANSI PEMERINTAH

AKUNTANSI ASET LANCAR, ASET TETAP, DAN ASET LAINNYA


A. Definisi Aset

Aset adalah sumber daya ekonomi yg dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial
di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat.

Akuntansi aset memiliki tujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk aset dan
pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan keuangan.

B. Pengakuan Aset

Aset diakui :

1. Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah daerah
dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
2. Pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah

C. Pengukuran Aset

Pengukuran aset adalah sebagai berikut:

1. Dicatat sebesar biaya perolehan.


2. Kas dan piutang dicatat sebesar nominal.
3. Apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri, dicatat dengan biaya standar, dan
apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi, dicatat dengan nilai wajar.
4. Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya tambahan
lainnya untuk memperoleh investasi tersebut.

D. Aset Lancar

1. Definisi

Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera untuk dapat
direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 41


AKUNTANSI PEMERINTAH

2. Klasifikasi

Aset lancar dapat diklasifikasikan menjadi :

a. Kas atau setara kas

Kas atau setara kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang
setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah saerah atau
investasi jangka pendek yang sangat likuid yang siap dicairkan menjadi kas serta
bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan. Kas terkait dengan jurnal transaksi
pendapatan-Lo dan Beban.

b. Investasi

Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera


diperjualbelikan, ditujukan dalam rangka manajemen kas dan berisiko rendah serta
dimiliki selama kurang dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka pendek meliputi,
Deposito berjangka tiga sampai dua belas bulan dan surat berharga yang mudah
diperjualbelikan.

c. Piutang

Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah
dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat
perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau
akibat lainnya yang sah. Piutang meliputi, piutang pajak, piutang retribusi, piutang
dana bagi hasil, dan piutang lainnya. Piutang terkait dengan jurnal transaksi
pendapatan-LO.

d. Persediaan

Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan


yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah daerah,
dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 42


AKUNTANSI PEMERINTAH

1) Persediaan merupakan aset yang berupa:

a) Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka


kegiatan operasional pemerintah;

b) Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses


produksi;

c) Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau


diserahkan kepada masyarakat;

d) Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat


dalam rangka kegiatan pemerintah.

2) Jenis-jenis persediaan

a. Barang konsumsi;

b. Amunisi;

c. Bahan untuk pemeliharaan;

d. Suku cadang;

e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;

f. Pita cukai dan leges;

g. Bahan baku;

h. Barang dalam proses/setengah jadi;

i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;

j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat

3) Pengakuan Persediaan

Persediaan diakui :

a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah


dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal

b) pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannya


berpindah

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 43


AKUNTANSI PEMERINTAH

4) Pengukuran Persediaan

Persediaan disajikan sebesar :

a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;


b) Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
c) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi

5) Penilaian Persediaan

Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:

a) Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang


b) Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak
material dan bermacam-macam jenis

3. Pencatatan

Jurnal finansial perolehan aset lancar adalah:

(Aset lancar) XXX

Kas XXX

Jurnal realisasi pelaksanaan anggaran adalah sebagai berikut:

Belanja Barang dan Jasa XXX

Akun Transitoris XXX

E. Aset Tetap

1. Definisi

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum. Dapat disimpulkan bahwa kriteria aset tetap adalah ;

1. Berwujud
2. Memiliki masa manfaat lebih dari 12 bulan

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 44


AKUNTANSI PEMERINTAH

3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan operasional pemerintah


4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan

2. Klasifikasi

a. Tanah

Tanah yang dimasukkan dalam aset tetap yaitu tanah yang diperoleh dengan
maksud digunakan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap
pakai (ready for use).

b. Peralatan dan Mesin

Peralatan dan Mesin yang dimasukkan dalam aset tetap di sini yaitu peralatan
dan mesin yang diperoleh dengan maksud digunakan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai (ready for use) dan nilainya signifikan
atau memenuhi batas minimal kapitalisasi dan masa manfaatnya lebih dari 12
bulan.

c. Gedung dan Bangunan

Gedung dan Bangunan yang dimasukkan dalam aset tetap yaitu gedung dan
bangunan yang diperoleh dengan maksud digunakan untuk kegiatan operasional
pemerintah dan dalam kondisi siap pakai (ready for use) dan masa manfaatnya
lebih dari 12 bulan.

d. Jalan, Irigasi, dan Jaringan

Meliputi jalan, irigasi dan jaringan yang dimiliki dan atau dikuasai oleh
pemerintah

e. Aset Tetap Lainnya

Mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan dalam kelompok aset
tetap di atas.

f. Konstruksi dalam Pengerjaan

Mencakup aset tetap yang sedang dalam proses pembangunan namun belum
selesai sampai dengan laporan keuangan diterbitkan

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 45


AKUNTANSI PEMERINTAH

3. Pengakuan Aset tetap

Aset tetap pada prinsipnya diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal. Aset Tetap tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya
dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi berjalan.

Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Berwujud

2. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;

3. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

4. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan

5. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan

4. Pengukuran Aset tetap

a) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan

Biaya perolehan atas pembelian aset meliputi harga beli aset tetap dan semua
biaya yang dikeluarkan sampai aset tetap siap digunakan.

Jenis Aset Tetap Komponen Biaya Perolehan

Tanah Harga perolehan atau biaya pembebasan


tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka
memperoleh hak, biaya pematangan,
pengukuran, penimbunan, dan lain-lain

Peralatan dan Mesin Pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi,


serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh
dan mempersiapkan sampai peralatan dan
mesin tersebut siap digunakan

Gedung dan Bangunan Harga pembelian atau biaya konstruksi,


termasuk biaya pengurusan IMB, notaris, dan
pajak

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 46


AKUNTANSI PEMERINTAH

Jalan, Jaringan, dan Instalasi Biaya perolehan atau biaya konstruksi dan
biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,
jaringan, dan instalasi tersebut siap dipakai

Aset tetap lainnya Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk


memperoleh aset tersebut sampai siap pakai

b) Aset tetap dicatat sebesar nilai wajar apabila biaya perolehan tidak memungkinkan
digunakan

c) Untuk aset tetap yang diperoleh dengan cara pertukaran, biaya perolehan aset
tetap diukur sebesar nilai wajar aset tetap yang dilepas dan disesuaikan dengan
jumlah kas atau setara kas yang ditransfer/ diserahkan

5. Pencatatan Aset Tetap

a) Perolehan Aset tetap

Jurnal finansial perolehan aset tetap :


(Aset Tetap) XXX

Kas XXX

Jurnal realisasi pelaksanaan anggaran :

Belanja Modal (Aset Tetap) XXX

Akun Transitoris XXX

b) Penggunaan Aset tetap


Dalam penggunaan aset tetap terdapat dua hal, yaitu :
1. Pengeluaran selama masa penggunaan
a. Belanja untuk pemeliharaan ( revenue expenditure ) yaitu belanja untuk
mempertahankan kondisi aset tetap tersebut sesuai dengan kondisi awal.
Belanja ini tidak dikapitalisasi ke dalam aset tetap
b. Belanja yang memberi manfaat ekonomik di masa yang akan datang (
capital expenditure ) dalam bentuk bertambahnya masa manfaat,

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 47


AKUNTANSI PEMERINTAH

peningkatan kapasitas, kualitas, dan volume aset tetap yang dimiliki.


Untuk Belanja ini harus dikapitalisasi dan menambah nilai aset
2. Penyusutan aset tetap yang dilakukan setiap akhir tahun
Penyusutan adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan
kapasitas dan manfaat dari suatu aset. .Seluruh aset tetap disusutkan kecuali
tanah dan konstruksi dalam pengerjaan.
Penyusutan aset tetap biasanya hanya dicatat sekali di akhir tahun
melalui jurnal penyesuaian, dengan jurnal sebagai berikut :

Beban Penyusutan Aset Tetap XXX

Akumulasi Penyusutan-Aset Tetap XXX

c) Penghentian Penggunaan
1. Pelepasan aset dengan cara dijual atau dipertukarkan
Penghentian penggunaan aset tetap pada saat aset tetap tersebut belum
disusutkan secara penuh, maka akan muncul selisih antara nilai buku aset tetap
dengan harga jual. Selisih tersebut akan diperlakukan sebagai pendapatan atau
beban dari kegiatan non operasional di Laporan Operasional, dan dalam
realisasi anggaran penerimaan kas akibat penjualan aset tetap tersebut akan
dicatat sebagai pendapatan berbasis kas.
Jurnal Finansial

Kas XXX

Akumulasi penyusutan XXX

Defisit/surplus penjualan aset tetap XXX

Aset tetap (Sesuai jenis aset yang dihapuskan) XXX

Jurnal pelaksanaan Anggaran

Akun Transitoris XXX

a Pendapatan LRA XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 48


AKUNTANSI PEMERINTAH

2. Aset tetap dihentikan dari penggunaan aktif


Aset tetap tersebut menjadi tidak memenuhi kriteria sebagai aset tetap
lagi sehingga perlu direklasifikasi ke akun Aset Lainnya

Jurnal Finansial

Aset lainnya XXX

Akumulasi Penyusutan XXX

Aset Tetap (sesuai jenis aset yang dihapuskan) XXX

F. Aset Lainnya

1. Definisi
Aset Lainnya merupakan aset pemerintah daerah yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan dana
cadangan.
2. Klasifikasi Aset lainnya
a) aset tak berwujud,

Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan
barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya termasuk hak atas
kekayaan intelektual

b) tagihan penjualan angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas) bulan,
c) aset kerjasama dengan fihak ketiga (kemitraan), dan
d) kas yang dibatasi penggunaannya

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 49


AKUNTANSI PEMERINTAH

G. Penyajian

Sedikit kemajuan setiap hari


dalam dirimu akan menambah
sesuatu yang besar dalam
hidupmu.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 50


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 6
Akuntansi Kewajiban

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 51


AKUNTANSI PEMERINTAH

AKUNTANSI KEWAJIBAN
A. Definisi Kewajiban

Utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran
keluar sumber daya ekonomi pemerintah

B. Klasifikasi Kewajiban

1. Kewajiban Jangka Pendek


Adalah Kewajiban yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan.

Jenis Kewajiban Jangka Pendek:

o Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)


o Utang Bunga
o Bagian Lancar utang jangka panjang
o Pendapatan diterima dimuka
o Utang Beban
o Utang jangka pendek lainnya

2. Kewajiban Jangka Panjang


Adalah Kewajiban yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah tanggal pelaporan

Jenis Kewajiban Jangka Panjang:


o Utang Dalam negeri
o Utang Luar negei
o Utang jangka panjang lainnya

C. Pengakuan dan Pengukuran

1. Pengakuan Kewajiban

• Kewajiban diakui jika besar kemungkinan sumber daya ekonomi akan dilakukan
untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan dan perubahan
atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan
andal.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 52


AKUNTANSI PEMERINTAH

• Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban
timbul.

2. Pengukuran Kewajiban

• Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.

• Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah. Menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.

D. Pencatatan Kewajiban

1. Munculnya kewajiban
Pada saat pemerintah melakukan pinjaman jangka panjang kepada pihak ketiga,
maka atas transaksi ini dibuat jurnal finansial.

Tanggal Nama Akun Debit Kredit

2/3/2020 Kas XXX

Kewajiban Jangka Panjang XXX

Oleh karena transaksi ini melibatkan akun-akun realisasi anggaran dan melibatkan
kas, maka juga dibuat jurnal realisasi penerimaan kas atas kewajiban jangka panjang.
Jurnal realisasi pelaksanaan anggaran sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun Debit Kredit

2/3/2020 Akun Transitoris XXX

Penerimaan Pembiayaan XXX

2. Pembayaran bunga atas kewajiban


Untuk pembayaran bunga, pemerintah membuat jurnal finansial:

Tanggal Nama Akun Debit Kredit

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 53


AKUNTANSI PEMERINTAH

1/7/2020 Beban bunga XXX

Kas XXX

Oleh karena transaksi ini melibatkan akun-akun realisasi anggaran dan melibatkan
kas, maka juga dibuat jurnal realisasi pelaksanaan anggaran sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun Debit Kredit

2/3/2020 Belanja bunga XXX

Akun Transitoris XXX

3. Pelunasan Kewajiban
Pelunasan kewajiban kepada pihak ketiga dicatat jurnal finansial berikut:

Tanggal Nama Akun Debit Kredit

10/12/2020 Kewajiban Jangka Panjang XXX

Kas XXX

Oleh karena transaksi ini melibatkan akun-akun realisasi anggaran dan melibatkan kas,
maka juga dibuat jurnal realisasi pelaksanaan anggaran sebagai berikut:

Tanggal Nama Akun Debit Kredit

10/12/2020 Pengeluaran Pembiayaan XXX

Akun transitoris XXX

E. Penyajian dan Pengungkapan

• Kewajiban disajikan dalam Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).
• Kewajiban pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul
utang/kewajiban untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pengguna
laporan keuangan.
Informasi yang harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan yaitu:

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 54


AKUNTANSI PEMERINTAH

a. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang diklasifikasikan
berdasarkan pemberi pinjaman beserta jatuh temponya
b. Bunga pinjaman yang terutang pada pada periode berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku
c. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian sebelum jatuh tempo
d. Perjanjian restrukturisasi utang
e. Jumlah tunggakan pinjaman berdasarkan umur utang dan kreditur
f. Biaya pinjaman

Masa depan adalah milik mereka yang

menyiapkan hari ini

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 55


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 7
Penyusunan Laporan

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 56


AKUNTANSI PEMERINTAH

PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

A. DOKUMEN ANGGARAN
Pendapatan :

Pendapatan Pajak 5.000.000

Belanja:

Belanja pegawai 1.000.000

Belanja ATK 350.000

Belanja modal 2.000.000 3.350.000

Surplus/Defisit 1.650.000

SOAL
Tanggal Transaksi

2 Januari 2020 Mencatat anggaran yang telah ditetapkan

2 Februari 2020 Diterbitkan Surat Ketetapan Pajak 6.000.000

2 Maret 2020 Berdasarkan SKP, diterima setoran pajak 5.250.000

1 April 2020 Membayar belanja pegawai 1.000.000

5 Juni 2020 Memberli alat tulis kantor 300.000

8 Agustus 2020 Membeli mesin 1.850.000

PENYESUAIAN
Tanggal Transakasi

31 Desember 2020 Besarnya penyusutan tahun 2020 adalah 275.000

31 Desember 2020 Sisa persediaan yang ada di gudang 50.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 57


AKUNTANSI PEMERINTAH

DIMINTA
1. Buatlah seluruh jurnal transasi diatas termasuk jurnal penyesuaian dan jurnal anggaran
2. Lakukan posting ke buku besar
3. Susunlah neraca saldo setelah penyesuaian
4. Susunlah Laporan Operasional, Neraca, dan Laporan Realisasi Anggaran
5. Buatlah jurnal penutup
6. Susunlah neraca saldo setelah penutupan

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 58


AKUNTANSI PEMERINTAH

B. PENYELESAIAN
1. Jurnal Transaksi

Jurnal Finansial

Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Debit Kredit


No Entry

02/02/2015 Piutang Pajak 6.000.000

Pendapatan pajak-LO 6.000.000


02/03/2015 Kas 5.250.000

Piutang Pajak 5.250.000


01/04/2015 Beban Pegawai 1.000.000

Kas 1.000.000
05/06/2015 Beban Persediaan ATK 300.000

Kas 300.000
08/08/2015 Peralatan dan Mesin 1.850.000

Kas 1.850.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 59


AKUNTANSI PEMERINTAH

Jurnal Anggaran
Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Debit Kredit

02/01/2015 Estimasi Pendapatan 5.000.000

Akun Penyeimbang 1.650.000

Apropriasi Belanja 3.350.000


No Entry

02/03/2015 Akun Penyeimbang 5.250.000

Pendapatan Pajak-LRA 5.250.000

01/04/2015 Belanja Pegawai 1.000.000

Akun Penyeimbang 1.000.000

05/06/2015 Belanja Barang dan Jasa 300.000

Akun Penyeimbang 300.000

08/08/2015 Belanja Modal 1.850.000

Akun Penyeimbang 1.850.000

Junal Finansial (Penyesuaian)


Tanggal Kode dan Nama Akun Ref Debit Kredit
31/12/2015 Beban Penyusutan Mesin 275.000
Akumulasi Penyusutan
Mesin 275.000
31/12/2015 Persediaan ATK 50.000

Beban Persediaan ATK 50.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 60


AKUNTANSI PEMERINTAH

2. Posting ke Buku Besar

Estimasi Pendapatan Apropriasi Belanja


5.000.000 3.350.000

Persediaan ATK Akumulasi Penyusutan Mesin


50.000 275.000

KAS PENDAPATAN PAJAK-LO


5.250.000 1.000.000 6.000.000
300.000
1.850.000
2.100.000

Piutang Pajak Belanja Barang dan Jasa

6.000.000 5.250.000 300.000

750.000

Beban Pegawai Beban Persediaan ATK


300.000 50.000
1.000.000
250.000

Peralatan dan Mesin Belanja Modal


1.850.000 1.850.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 61


AKUNTANSI PEMERINTAH

Akun Penyeimbang Pendapatan Pajak-LRA


5.250.000
5.250.000 1.650.000

1.000.000

300.000

1.850.000

450.000

Belanja Pegawai Beban Penyusutan Mesin


1.000.000 275.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 62


AKUNTANSI PEMERINTAH

3. Neraca Saldo setelah Penyesuaian

Pemerintah Maju Terus


Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Kamis, 31 Desember 2015
Uraian debit kredit

Kas 2.100.000

Piutang Pajak 750.000

Estimasi Pendapatan 5.000.000

Apropriasi Pendapatan 3.350.000

Persediaan ATK -

Peralatan dan Mesin 1.850.000


Akumulasi Penyusutan
Mesin 275.000

Beban Penyusutan Mesin 275.000

Pendapatan Pajak-LO 6.000.000

Pendapatan Pajak-LRA 5.250.000

Belanja Barang dan Jasa 300.000

Beban Pegawai 1.000.000

Beban Persediaan ATK 250.000

Belanja Modal 1.850.000

Belanja Pegawai 1.000.000

Akun Penyeimbang 450.000

TOTAL 14.825.000 14.875.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 63


AKUNTANSI PEMERINTAH

4. Laporan Keuangan
• Laporan Operasional (LO)

Pemerintah Maju Terus


Laporan Operasional
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2015

Uraian Saldo tahun 2015

Pendapatan Pajak-LO 6.000.000


Beban:

Beban Pegawai 1.000.000


Beban Penyusutan
Mesin 275.000

Beban Persediaan ATK 250.000 1.525.000

Surplus (Defisit) 4.475.000

• Neraca

Pemerintah Maju Terus


Neraca
Kamis, 31 Desember 2015
Aset:

Kas 2.100.000

Piutang 750.000

Persediaan -

Peralatan dan Mesin 1.850.000


Akumulasi Peralatan dan
Mesin (275.000)
TOTAL ASET
4.425.000

Kewajiban -

Ekuitas 4.475.000

Jumlah Kewajiban dan


Ekuitas 4.475.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 64


AKUNTANSI PEMERINTAH

• Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Pemerintah Maju Terus


Laporan Realisasi Anggaran
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai dengan 31 Desember 2015

Uraian Anggaran Realisasi %

Pendapatan Pajak 5.000.000 5.250.000 1,05

Belanja Pegawai 1.000.000 1.000.000 1,00

Belanja Modal 2.000.000 1.850.000 0,93


Belanja Barang dan
Jasa 350.000 300.000 0,86
SiLPA 2.100.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 65


AKUNTANSI PEMERINTAH

5. Jurnal Penutup

Tanggal Nama Akun Ref Debit Kredit


31/12/2015 Penutup jurnal anggaran

Akun Penyeimbang 1.650.000

Apropriasi Belanja 3.350.000

Estimasi Pendapatan 5.000.000

31/12/2015 Penutup realisasi anggaran

Pendapatan Pajak-LRA 5.250.000

Belanja Pegawai 1.000.000

Belanja Barang dan Jasa 300.000

Belanja Modal 1.850.000

Akun Penyeimbang 2.100.000

31/12/2015 Penutup akun operasional

Pendapatan Pajak-LO 6.000.000

Beban Pegawai 1.000.000

Beban Persediaan ATK 250.000

Beban Penyusutan Mesin 275.000

Surplus (Defisit) 4.475.000

31/12/2015 Penutup akun surplus (defisit)

Surplus (Defisit) - LO 4.475.000

Ekuitas 4.475.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 66


AKUNTANSI PEMERINTAH

6. Neraca Saldo Setelah Penutupan


Pemerintah Maju Terus
Neraca Saldo Setelah Penutupan
Kamis, 31 Desember 2015
Uraian Debit Kredit

Kas 2.100.000

Piutang Pajak 750.000

Persediaan ATK -

Peralatan dan Mesin 1.850.000


Akumulasi Penyusutan
Mesin 275.000

Ekuitas 4.475.000
TOTAL
4.700.000 4.750.000

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 67


AKUNTANSI PEMERINTAH

Sumber :

Andy P Hamzah, Nur Aisyah Kustiani, Buku Seri Akuntansi Pemerintah Dasar-Dasar
Akuntansi Pemerintah

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 68


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 9
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 1


AKUNTANSI PEMERINTAH

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH


A. Pengertian
1. Akuntansi Pemerintah Daerah

Aktivitas akuntansi yang diselenggarakan baik oleh satuan kerja perangkat daerah
(SKPD) selaku pengguna anggaran maupun oleh pejabat pengelola keuangan daerah
(PPKD) selaku pengguna anggaran dan sekaligus selaku bendahara umum daerah
(BUD) yang bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran (APBD).

2. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah adalah rangkaian sistematik dari prosedur,


penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak
analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintah daerah.

Sistem Akuntansi dan pelaporan keuangan Pemerintah Pusat (SAPP) ditetapkan


oleh Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara (UU no. 1 Pasal 7 tahun
2004). Sedangkan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah (PP no. 58 pasal 96 tahun 2005).

Sistem akuntansi pemerintah sekurang-kurangnya mengatur :

1) Kebijakan akuntansi,

2) Prosedur akuntansi,

3) Bagan akun standar,

4) Jurnal standar,

5) Entitas pelaporan dan entitas akuntansi,

6) Dokumen transaksi yang digunakan

7) Format Laporan Keuangan.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 2


AKUNTANSI PEMERINTAH

Tahapan penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah:

1) Identifikasi prosedur

2) Menentukan pihak-pihak terkait

3) Menentukan dokumen terkait

4) Menentukan jurnal standar

5) Menuangkannya dalam langkah teknis

B. Sejarah Pengelolaan Keuangan Daerah

1) 1974 : UU 5/1974 Tentang Pokok-pokok Pemda

2) 1999 :

• UU 22/1999 Tentang Pemda

• UU 25/1999 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat & Daerah

3) 2000 : PP 105/2000 Tentang PKD

4) 2003 : UU 17/2003 Tentang Keuangan Negara

5) 2004 :

• UU 1/2004 Tentang Perbendaharaan Negara

• UU 32/2004 Tentang Pemda

• UU 33/2004 Tentang Perimbangan Keuangan

6) 2005:

• PP 24/2005 Tentang SAP-PP

• PP 58/2005 Tentang PKD

7) 2010 : PP 71/2010 Tentang SAP Akrual

8) 2011 : PMK 238/2011 Tentang PUSAP

9) 2013 : Permendagri 64/2013

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 3


AKUNTANSI PEMERINTAH

C. Dasar Hukum SAPD

Permendagri 64/2013

• Tujuan: Pedoman bagi pemda dalam rangka penerapan SAPD


berbasis akrual.

• Ruang Lingkup: Kebijakan akuntansi pemda, SAPD, dan BAS

• Dilengkapi dengan:

✓ Lampiran I : Panduan penyusunan kebijakan akpemda

✓ Lampiran II : Panduan penyusunan SAPD

✓ Lampiran III : Bagan Akun Standar

✓ Lampiran IV : Format konversi penyajian LRA

D. Struktur Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

SAPD dapat dikelompokkan ke dalam dua sub sistem pokok berikut :

1. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SA-SKPD)

SKPD merupakan entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan


keuangan dan menyampaikannya kepada kepala daerah melalui PPKD. Oleh karena itu,

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 4


AKUNTANSI PEMERINTAH

SKPD menyelenggarakan SA-SKPD untuk menghasilkan laporan keuangan SKPD yang


terdiri dari LRA-SKPD, LO-SKPD, LPE-SKPD, Neraca-SKPD, DAN CaLK-SKPD.

2. Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (SA-PPKD)

SA-PPKD terbagi ke dalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:

1) SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan menghasilkan


laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA-PPKD, LO-PPKD, LPE, Neraca-PPKD,
dan CaLK-PPKD.

2) SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan mencatat


transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan melakukan proses
konsolidasi laporan keuangan dari laporan keuangan seluruh SKPD dan laporan
keuangan PPKD menjadi laporan keuangan di tingkat pemda. (laporan keuangan
konsolidasian) yang terdiri dari LRA (laporan realisasi APBD), LP-SAL (opsional), LO,
LPE, Neraca, LAK, dan CaLK.

E. Pihak-pihak Terkait

Pihak yang terkait penyelenggaraan sistem akuntansi SKPD secara umum :

a) Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD)

Fungsi ini dilaksanakan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan


keuangan SKPD dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (DPA)-
SKPD.

b) Bendahara Penerimaan SKPD

Laporan Pertanggungjawaban (SPJ) bendahara penerimaan sebagai bahan bagi PPK-


SKPD untuk mencatat pelaksanaan DPA-SKPD dari sisi transaksi pendapatan

c) Bendahara pengeluaran SKPD

laporan pertanggungjawaban (SPJ) bendahara pengeluaran sebagai bahan bagi PPK-


SKPD untuk mencatat pelaksanaan DPA-SKPD dari sisi transaksi belanja.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 5


AKUNTANSI PEMERINTAH

d) Pengurus Barang

sebagai bahan untuk mencatat dan/atau merekonsiliasi antara saldodan mutasi


(tambah/kurang) aset tetap.

e) Penyimpan Barang

sebagai bahan untuk mencatat dan/atau merekonsiliasi posisi saldo dan mutasi
(tambah/kurang) persediaan.

f) Kepala SKPD (Pengguna Anggaran)

selaku entitas akuntansi, menandatangani/ mengesahkan laporan keuangan SKPD


sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 6


AKUNTANSI PEMERINTAH

Pihak yang terkait dalam penyelenggaraan sistem akuntansi PPKD secara umum terdiri dari

a) Pejabat penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (PPK-


SKPKD)

Dilaksanakan untuk menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan


PPKD dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (DPA)-SKPKD

b) BUD/Kuasa BUD

BUD mendapat rekening koran harian kas daerah dari Bank tempat disimpannya kas
daerah. Berdasarkan rekening oran tersebut, PPK_SKPKD mencatat transaksi
pendapatan dan penerimaan pembiayaan PPKD.

c) Bendahara Pengeluaran PPKD

Bendahara Pengeluaran PPKD menyampaikan laporan pengeluaran harian transaksi


belanja dan pengeluaran pembiayaan PPKD, disertai bukti pengeluaran berupa SP2D,
rekening koran/nota debit kepada PPKD melalui PPK-SKPKD

d) PPKD

PPKD selaku pengguna anggaran menandatangani laporan keuangan PPKD sebagai


bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran PPKD.

e) Kepala SKPD

Sebagai entitas akuntansi menyampaikan laporan keuangan kepada kepala daerah


melalui PPKD untuk keperluan pertanggungjawaban pelakanaan anggaran SKPD
sekaligus untuk keperluan penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasian.

F. Bagan Akun Standar

Bagan Akun berisi nama dan kode akun yang digunakan untuk mencatat dan
mengklasifikasikan jenis transaksi.

Rincian BAS (5 digit) :

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 7


AKUNTANSI PEMERINTAH

1) Level 1 menunjukkan kode akun

Kode akun terdiri dari 1 aset, 2 kewajiban, 3 ekuitas, 4 pendapatan-LRA, 5 belanja, 6


transfer, 7 pembiayaan, 8 pendapatan-LO, 9 beban.

2) Level 2 menunjukkan kode kelompok

3) Level 3 menunjukkan kode jenis

4) Level 4 menunjukkan kode obyek

5) Level 5 menunjukkan kode rincian obyek

G. Laporan Keuangan SATKER/SKPD

1 5
Pendapatan-LRA
LRA
Belanja
A
Pendapatan-LO 2 4
Beban LO LPE
C
Kas & Setara Kas A
Piutang L
Persediaan 3
Aset Tetap dan K
Neraca
PenyusutanA
Aset lainnya
Kewajiban
Koreksi kesalahan

Konsolidasi Laporan

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 8


AKUNTANSI PEMERINTAH

H. LKPP/LKPD Pendapatan-LRA
LRA SAL
Belanja

Transfer

PP 71/2010 Pembiayaan

Pendapatan-LO
LO LPE C
Beban LPE
A
PUSAP Kebj. Akt
& SA Kas & Setara Kas L

Piutang K
Persediaan
Neraca
Investasi jangka
panjang

Aset tetap & LAK


Penyusutan
*)
Dana cadangan

**) Aset Lainnya


tTransaksi
Kewajiban
***) Transitoris
Koreksi kesalahan

Keajaiban adalah
nama lain dari kerja
keras.

Sumber :

1. Budi Mulyana, Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah berbasis Akrual

2. PPT Bapak Azaz Mabrur

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 9


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 10 DAN 11
Akuntansi SKPD

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 1


AKUNTANSI PEMERINTAH

AKUNTANSI SKPD
A. Akuntansi Pendapatan SKPD
1. Akuntansi Pendapatan Daerah-LRA
• Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali
oleh pemerintah.
• Pendapatan-LRA diakui pada saat:
 diterima pada Rekening Kas Umum Daerah; atau
 diterima oleh SKPD; atau
 diterima oleh entitas lain di luar pemerintah daerah atas nama BUD.
• Pendapatan-LRA diklasifikasikan menurut kelompok/jenisnya. Masing-masing jenis
pendapatan dapat dirinci berdasarkan objek dan rincian objek pendapatan.
Terdapat sedikit perbedaan klasifikasi pendapatan antara versi APBD dan SAP,
sehingga menyebabkan penyusunan LRA harus dibuat dalam dua versi, yaitu LRA
versif format APBD dan LRA versi format SAP (contoh format LRA dengan kedua
versi tsb telah diberikan pada Bab 2).
• Transfer masuk (pendapatan transfer) adalah penerimaan uang dari entitas
pelaporan lain, misalnya penerimaan dana perimbangan dari pemerintah pusat,
dana bagi hasil dari pemerintah provinsi. Pendapatan transfer-LRA diakui pada
saat transfer telah diterima di rekening Kas Umum Daerah.
• Akuntansi pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
• Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LRA bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan terlebih
dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
• Pengecualian azas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari pendapatan
tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari pada pemerintah daerah
atau penerimaan kas tersebut berasal dari transaksi yang perputarannya cepat,
volume transaksi banyak dan jangka waktunya singkat.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 2


AKUNTANSI PEMERINTAH

• Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
• Pengembalian yang sifatnya sistemik (normal) dan berulang (recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA (contoh restitusi penerimaan pajak) pada periode
penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
pendapatan-LRA.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non- recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-
LRA dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA pada periode yang sama.
Perlakuan ini diberlakukan juga untuk koreksi kesalahan yang terjadi pada
periode sebelumnya jika laporan keuangan tahun yang bersangkutan belum
diterbitkan (masih dalam proses penyusunan/pemeriksaan).
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas
penerimaan pendapatan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya (jika laporan
keuangan tahun yang bersangkutan telah diterbitkan/disampaikan ke DPRD)
dibukukan sebagai pengurang Saldo Anggaran Lebih (atau SiLPA) pada periode
ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut.

JURNAL TRANSAKSI
Dicatat pada sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran
Estimasi Perubahan SAL XXX
Pendapatan-LRA XXX

2. Akuntansi Pendapatan Daerah-LO


• Pendapatan-LO daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak
perlu dibayar kembali.
• Pendapatan-LO diklasifikasikan menurut sumber pendapatan, yaitu pendapatan
asli daerah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Masing-
masing pendapatan tersebut diklasifikasikan menurut jenis pendapatan, objek,
dan rincian objek pendapatan.
• Pendapatan-LO diakui pada saat:

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 3


AKUNTANSI PEMERINTAH

 Timbulnya hak atas pendapatan;


 Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
a) Pendapatan-LO yang diperoleh berdasarkan peraturan perundang-
undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan.
Contoh, pemda dapat mengakui pendapatan pajak daerah ketika pemda
telah menetapkan surat ketetapan pajak daerah (SKP).
b) Pendapatan-LO yang diperoleh sebagai imbalan atas suatu pelayanan
yang telah selesai diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan,
diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih imbalan. Contoh, pemda
dapat mengakui pendapatan retribusi daerah ketika pemda telah
menetapkan surat ketetapan retribusi (SKR).
c) Pendapatan-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak yang telah
diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya penagihan.
Contoh, penerimaan jasa giro,
• Transaksi pendapatan-LO dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam
Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada
tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus diungkapkan
sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga dapat
memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan
tersebut. Transaksi pendapatan dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam
wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.
• Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan
membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran).
• Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih
dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
Dalam hal badan layanan umum, pendapatan diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
• Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang (recurring) atas pendapatan-LO
pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang pendapatan.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 4


AKUNTANSI PEMERINTAH

• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas


pendapatan-LO yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan
sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama. Prinsip ini berlaku juga
untuk koreksi kesalahan yang terjadi pada periode sebelumnya, namun laporan
keuangannya belum diterbitkan, misalnya ketika masih dalam proses
penyusunan/pemeriksaan.
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas
pendapatan-LO yang terjadi pada periode sebelumnya (laporan keuangan tahun
yang bersangkutan telah diterbitkan/disampaikan ke DPRD) dibukukan sebagai
pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian
tersebut.

JURNAL TRANSAKSI
Dicatat Pada sub-sistem akuntansi keuangan
1. Pendapatan dengan surat ketetapan
• Pendapatan dicatat pada saat diterbitkan surat ketetapan (SKP/SKR)
Piutang pendapatan XXX

Pendapatan-LO XXX

• Pada saat diterima pembayaran, berdasarkan bukti penerimaan (kwitansi)


Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Piutang pendapatan XXX

• Pada saat disetor ke Kasda, berdasarkan bukti STS


RK-PPKD XXX

Kas di Bendahara XXX


Penerimaan

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 5


AKUNTANSI PEMERINTAH

2. Pendapatan tanpa didahului surat ketetapan


• Pendapatan dicatat pada saat diterima pembayaran, berdasarkan bukti
penerimaan (rekening koran, karcis yang terjual, kwitansi)
Kas di Bendahara Penerimaan XXX

Pendapatan-LO XXX

• Jurnal penyetoran ke Kasda


RK-PPKD XXX

Kas di Bendahara XXX


Penerimaan

B. Akuntansi Beban/Belanja SKPD

1. Akuntansi Belanja Daerah

• Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih (atau SiLPA) dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah.

• Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuannya
dilakukan pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan
oleh unit yang melakukan fungsi perbendaharaan (BUD) atau oleh pengguna
anggaran (tergantung kebijakan akuntansi yang ditetapkan oleh pemda di dalam
peraturan kepala daerah).

• Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada peraturan
perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.

• Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan


fungsi. Klasifikasi belanja menurut jenisnya, dapat dirinci lebih lanjut berdasarkan
objek dan rincian objek belanja.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 6


AKUNTANSI PEMERINTAH

• Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis


belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah
daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi,
hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan, bagi hasil, dan belanja tak terduga.

• Klasifikasi kelompok (klasifikasi di dalam format APBD) adalah pengelompokkan


belanja di dalam APBD berdasarkan Permendagri 13/2006 dan perubahannya,
yang terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belanja tidak
langsung adalah belanja yang tidak terkait langsung dengan program/kegiatan,
terdiri dari: contoh belanja gaji/tunjangan, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial,
bantuan keuangan, bagi hasil, dan belanja tak terduga. Belanja langsung adalah
belanja yang terkait langsung dengan adanya program/kegiatan, terdiri dari:
belanja pegawai selain gaji dan tunjangan (berupa honor2), belanja barang dan
belanja modal.

• Belanja operasi (klasifikasi di dalam SAP) adalah pengeluaran anggaran untuk


kegiatan sehari -hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat jangka
pendek. Belanja operasi meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi,
hibah, bantuan sosial. Di dalam SAP tidak dikenal pengelompokkan belanja ke
dalam belanja langsung dan belanja tidak langsung. Sehingga penyusunan LRA
masih harus disusun dalam dua versi, yaitu LRA versif format APBD dan LRA versi
format SAP (contoh format LRA dengan kedua versi tsb telah diberikan pada Bab
2).

• Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan/renovasi aset tetap


dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja
modal untuk perolehan/renovasi aset tetap meliputi belanja modal tanah; gedung
dan bangunan; peralatan dan mesin; jalan irigasi dan jaringan; dan aset tetap
lainnya. Contoh belanja modal untuk aset lainnya adalah perolehan software
aplikasi komputer yang biasanya diberi secara terpisah dari komputernya (aset tak
berwujud), seperti software aplikasi akuntansi, perbendaharaan, dsb

• Belanja tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya
tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam,

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 7


AKUNTANSI PEMERINTAH

bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.

• Transfer keluar adalah pengeluaran uang dari entitas pelaporan ke entitas


pelaporan lain seperti pengeluaran dana perimbangan oleh pemerintah pusat,
transfer bagi hasil/bantuan keuangan dari suatu pemda ke pemda yang lain.

• Klasifikasi menurut organisasi yaitu klasifikasi berdasarkan unit organisasi


pengguna anggaran.

• Klasifikasi menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-fungsi


utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.

• Realisasi anggaran belanja dilaporkan sesuai dengan klasifikasi yang ditetapkan


dalam dokumen anggaran.

• Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi pada
periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja pada periode
yang sama. Perlakuan ini berlaku juga untuk koreksi kesalahan belanja yang
terjadi pada periode sebelumnya jika laporan keuangan tahun yang bersangkutan
belum diterbitkan (masih dalam proses penyusunan/pemeriksaan). Koreksi atas
pengeluaran belanja yang terjadi pada periode sebelumnya (setelah laporan
keuangan tahun yang bersangkutan diterbitkan/disampaikan ke DPRD) akan
dicatat dalam pos pendapatan lain-lain-LRA.

JURNAL TRANSAKSI

Dicatat pada sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran


• Belanja dibayar secara langsung oleh BUD (Belanja-LS). Pada saat
diterbitkan/diterima SP2D-LS.
Belanja XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX

• Belanja dibayar oleh bendahara pengeluaran SKPD dengan menggunakan


UP/GU/TU. Pada saat SPJ belanja UP/GU/TU disahkan oleh PA/KPA.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 8


AKUNTANSI PEMERINTAH

Belanja XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX

2. Akuntansi Beban
• Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
• Beban diakui pada saat:
 timbulnya kewajiban;
 terjadinya konsumsi aset;
 terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
• Beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam Laporan
Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa tersebut pada
tanggal transaksi. Di samping itu, transaksi semacam ini juga harus
diungkapkan sedemikian rupa pada Catatan atas Laporan Keuangan sehingga
dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari beban
tersebut. Transaksi beban dalam bentuk barang/jasa antara lain hibah dalam
wujud barang, barang rampasan, dan jasa konsultansi.
• Dalam hal badan layanan umum, beban diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
• Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada
prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban. Klasifikasi ekonomi
untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban barang, beban bunga,
beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan aset
tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban lain-lain. Klasifikasi ekonomi
untuk pemerintah daerah terdiri dari beban pegawai, beban barang, beban
bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, beban penyusutan
aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban tak terduga. Contoh bagan
akun beban dapat dilihat di bab 3, subbab bagan akun.
• Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat
dikelompokkan menjadi:
 Metode garis lurus (straight line method);

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 9


AKUNTANSI PEMERINTAH

 Metode saldo menurun ganda (double declining balance method);


 Metode unit produksi (unit of production method).
• Beban Transfer adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan lain
yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
• Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang terjadi pada
periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada periode yang sama.
Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas beban dibukukan
dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkan penambahan beban
dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.

JURNAL TRANSAKSI
Dicatat pada sub-sistem akuntansi keuangan
1. Beban berupa belanja
1. Belanja LS
Pada saat diterbitkan/diterima SP2D-LS
Beban XXX
RK-PPKD XXX

2. Belanja dibayar oleh bendahara pengeluaran SKPD dengan menggunakan


UP/GU/TU
• Pada saat bendahara menerima UP/GU/TU, berdasarkan SP2D-
UP/GU/TU
Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
RK-PPKD XXX
• Pada saat SPJ belanja UP/GU/TU disahkan oleh PA/KPA
Beban XXX
Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
• Pada saat penyetoran sisa UP/GU/TU ke Kasda
RK-PPKD XXX
Kas di Bendahara Pengeluaran XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 10


AKUNTANSI PEMERINTAH

2. Utang Beban
Beban XXX
Utang beban XXX

Aset tetap XXX


Utang beban XXX

3. Beban dibayar dimuka


Beban dibayar dimuka XXX
Beban XXX

4. Beban berupa konsumsi asset (dibayar dengan UP/GU/TU)

Beban persediaan XXX


Kas di Bendahara Pengeluaran XXX
Beban berupa konsumsi asset (dibayar dengan LS)

Beban persediaan XXX


RK-PPKD XXX

C. Jurnal Koreksi Pendapatan dan Belanja

1. Jurnal Koreksi Kesalahan Pendapatan LRA/LO

a) Koreksi atas kesalahan berulang

Jurnal koreksi kesalahan pendapatan baik untuk kesalahan tahun berjalan


maupun kesalahan yang berasal dari tahun sebelumnya adalah sebagai berikut:

Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Pendapatan-LRA) akan menjurnal

Pendapatan-LRA XXX

Estimasi Perubahan SAL XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 11


AKUNTANSI PEMERINTAH

Sub-sistem akuntansi keuangan (Pendapatan-LO) akan menjurnal

Pendapatan-LO XXX

RK-PPKD XXX

b) Koreksi atas kesalahan yang tidak berulang

• Terjadi pada tahun berjalan

 Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Pendapatan-LRA) akan


menjurnal

Pendapatan-LRA XXX

Estimasi Perubahan SAL XXX

 Sub-sistem akuntansi keuangan (Pendapatan-LO) akan menjurnal

Pendapatan-LO XXX

RK-PPKD XXX

2. Jurnal Koreksi Kesalahan Belanja/Beban

a) Terjadi pada tahun berjalan

• Sub-sistem akuntansi pelaksanaan anggaran (Belanja-LRA) akan menjurnal

Estimasi Perubahan SAL XXX

Belanja XXX

• Sub-sistem akuntansi keuangan (Beban-LO) akan menjurnal

RK-PPKD XXX

Beban XXX

Sumber :
1. Budi Mulyana, Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah berbasis Akrual
2. PPT Bapak Azaz Mabrur

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 12


AKUNTANSI PEMERINTAH

Jangan pernah berhenti belajar karena hidup

tak pernah berhenti mengajarkan

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 13


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 12
Akuntansi Aset Lancar dan Aset Tetap

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 1


AKUNTANSI PEMERINTAH

AKUNTANSI ASET LANCAR DAN ASET TETAP

A. Definisi Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah
sebagai akibat dari peristiwa masa lalu yang diharapkan memperoleh manfaat ekonomi
dan/atau sosial di masa depan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang.

B. Klasifikasi Aset
1. Aset Lancar
Ciri-cirinya:
a. diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam
waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau
b. berupa kas dan setara kas.
Jenisnya:
a. Kas dan setara kas
b. Investasi jangka pendek
Contohnya: deposito berjangka 3-12 bulan dam surat berharga yang mudah
diperjualbelikan.
c. Piutang
Contohnya: piutang pajak, retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti
rugi (TGR), dan piutang lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 bulan.
d. Persediaan
Contohnya: ATK, obat-obatan, peralatan, pipa, dll.
2. Aset Non-lancar
Aset non-lancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak berwujud,
yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan pemerintah atau
yang digunakan masyarakat umum.
Klasifikasi aset non-lancar:
 Investasi jangka panjang
 Aset tetap
 Dana cadangan
 Aset lainnya (termasuk aset tak berwujud)

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 2


AKUNTANSI PEMERINTAH

C. Pengakuan dan Pengukuran


1. Pengakuan Aset
 Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
 Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya
berpindah.

2. Pengukuran Kewajiban
a) Kas dicatat sebesar nilai nominal;
b) Investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai perolehan;
c) Piutang dicatat sebesar nilai nominal;
d) Persediaan dicatat sebesar:
1. Biaya Perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
2. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
3. Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan.
e) Investasi jangka panjang dicatat sebesar biaya perolehan termasuk biaya
tambahan lainnya yang terjadi untuk memperoleh kepemilikan yang sah atas
investasi tersebut;
f) Aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan
menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. Biaya perolehan aset tetap
yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga
kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga istrik, sewa peralatan, dan semua biaya
lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut.
g) Aset moneter dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral
pada tanggal neraca.

D. Penyusutan Aset
Seluruh aset tetap disusutkan, kecuali untuk tanah dan konstruksi dalam pengerjaan. Di
samping itu, mengacu ke Lampiran I Permendagri No. 64 Tahun 2013, terdapat juga
aset tetap lainnya yang tidak disusutkan seperti hewan, tanaman, dan buku
perpustakaan. Hewan dan tanaman langsung dihapuskan (tanpa pengakuan
penyusutan) jika mati, sementara buku perpustakaan langsung dihapuskan jika sudah
tidak dapat digunakan lagi.
Metode penyusutan yang diusulkan di Lampiran I Permendagri No. 64 Tahun 2013
adalah metode garis lurus.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 3


AKUNTANSI PEMERINTAH

E. Pencatatan Kewajiban
1. Jurnal transaksi aset lancar
Aset lancar pada neraca SKPD dapat mencakup akun-akun berikut:
 Kas di Bendahara Penerimaan
 Kas di Bendahara Pengeluaran
 Piutang
 Penyisihan Piutang Tak Tertagih (contra account atas Piutang)
 Persediaan
 Beban Dibayar Dimuka

2. Jurnal transaksi aset tetap


a) Perolehan aset tetap
1) Aset tetap diperoleh dengan cara membeli/membangun
Jurnal anggaran:
Tanggal Nama Akun Debit Kredit
2/3/2020 Belanja Modal XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX

Jurnal Finansial:
Tanggal Nama Akun Debit Kredit
2/3/2020 Aset Tetap (sesuai jenisnya)* XXX
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran** XXX

*)Apabila aset tetap yang diperoleh dengan cara dibangun belum selesai sd akhir
tahun anggaran, maka aset terebut akan dicatat ke akun ’Konstruksi dalam
Pengerjaan”; dan apabila persentasi penyelesaian lebih besar dari persentase
pembayaran, maka selisihnya akan didebit ke akun ’Konstruksi dalam Pengerjaan’
dan kredit ke akun ’Utang Belanja/Beban’.
**) sesuai cara pembayarannya (LS atau UP/GU/TU).

b) Apabila aset tetap diperoleh dari hibah, jurnal yang dibuat hanya di jurnal
finansial saja:
Tanggal Nama Akun Debit Kredit
2/3/2020 Aset Tetap (sesuai jenisnya) XXX
Pendapatan Hibah-LO XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 4


AKUNTANSI PEMERINTAH

c) Apabila SKPD menerima transfer aset tetap dari SKPD lain pada pemda yang
sama, maka jurnal yang dibuat hanya jurnal finansial saja:
SKPD yang melakukan transfer:
Tanggal Nama Akun Debit Kredit
2/3/2020 Ekuitas XXX
Akumulasi Penyusutan* XXX
Aset Tetap (misal kendaraan) XXX

SKPD yang menerima transfer:


Tanggal Nama Akun Debit Kredit
2/3/2020 Aset Tetap (misal kendaraan)* XXX
Akumulasi Penyusutan* XXX
Ekuitas XXX

*) Apabila aset tetap yang ditransfer tersebut sudah diakui penyusutannya


maka akun penyusutan untuk aset yang ditransfer tsb dihapuskan (didebitkan)
oleh SKPD yang mentransfer, dan sebaliknya dicatat (dikreditkan) oleh SKPD
yang menerima transfer.
Tidak ada pengakuan keuntungan/kerugian dari transfer aset antar SKPD
dalam satu Pemda yang sama.

2) Penyusutan aset tetap


No. 64/2013 metode penyusutan yang direkomendasikan adalah
metode garis lurus.

Rumus tersebut dengan asumsi nilai sisa dianggap tidak ada (nol).

Penyusutan aset tetap biasanya hanya dicatat sekali di akhir tahun melalui
jurnal penyesuaian, sbb.:

Beban Penyusutan Aset Tetap xxx


Akumulasi Penyusutan-Aset Tetap xxx

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 5


AKUNTANSI PEMERINTAH

3) Biaya yang dikeluarkan setelah perolehan aset tetap


Biaya untuk pemeliharaan rutin ini akan dianggarkan didalam belanja
pemeliharaan (belanja barang dan jasa). Transaksi pembayaran belanja
pemeliharaan ini tidak menambah nilai aset tetap yang bersangkutan,
akan tetapi dicatat/dilaporkan sebagai belanja/beban barang dan jasa
dengan jurnal sbb.:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Belanja Pemeliharaan xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Subsistem Akuntansi Keuangan (LO)


Beban Pemeliharaan xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran* xxx
*) tergantung cara pembayarannya

Sedangkan untuk perbaikan atau renovasi aset tetap yang sifatnya tidak
rutin akan dikapitalisasi (menambah nilai aset tetap yang bersangkutan)
dengan syarat:
(a) nilainya melebihi batas minimal kapitalisasi;
(b) menambah masa manfaat atau meningkatkan nilai ekonomis/kapasitas
dari aset yang bersangkutan.

Untuk perbaikan yang sifatnya tidak rutin dan memenuhi kedua syarat
untuk dikapitalisasi akan dianggarkan di dalam belanja modal.
Pencatatannya/jurnalnya sbb.:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Belanja Modal xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)


Aset Tetap (sesuai jenisnya) xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran* xxx
*) tergantung cara pembayarannya

4) Penghapusan aset tetap


a) Jika aset tetap yang dihapuskan tidak dapat dijual, jurnal yang dibuat
adalah:

Akumulasi Penyusutan xxx


Kerugian Penghapusan Aset Tetap* xxx
Aset Tetap (sesuai jenis aset yang dihapuskan) xxx

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 6


AKUNTANSI PEMERINTAH

*) akun ’Kerugian Penghapusan Aset Tetap’ digunakan apabila aset


tetap yang dihapuskan masih memiliki nilai buku.

Nilai buku = harga perolehan aset yang dihapuskan - akumulasi penyusutannya

Apabila penghapusan aset tetap tsb karena alasan yang biasa, akun
’Kerugian Penghapusan Aset Tetap’ akan dilaporkan di LO, di bawah pos
’Surplus/Defisit Non-Operasional’.
Akan tetapi, jika penghapusan aset tetap tersebut karena hancur/rusak
berat akibat bencana alam/bencana sosial, maka akun ’Kerugian
Penghapusan Aset Tetap’ akan dilaporkan di LO, di bawah ’Pos Luar
Biasa’.

b) Jika aset tetap yang dihapuskan dapat dijual,


jurnalnya:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Lain-Lain (PAD)-LRA* xxx
*) hasil penjualan aset yang dihapuskan

Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca dan LO)


Kas di Bendahara Pengeluaran/Penerimaan ** xxx
Akumulasi Penyusutan xxx
Defisit Penjualan Aset Tetap * xxx
Aset Tetap (sesuai jenis aset yang dihapuskan) xxx

*)Jika kas hasil penjualan aset tetap lebih kecil dari nilai buku aset tetap
ybs, maka selisihnya akan dicatat ke akun ’Defisit Penjualan Aset
Tetap’.
Sebaliknya, Jika kas hasil penjualan aset tetap lebih besar dari nilai
buku aset tetap ybs, maka selisihnya akan dicatat ke akun ’Surplus
Penjualan Aset Tetap’ yang dicatat di sisi kredit.

Jurnal penyetoran hasil penjualan aset ke Kasda:


RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran/Penerimaan ** xxx

**)Apabila di SKPD tsb ada bendahara penerimaan, maka hasil


penjualan aset tsb dapat diadministrasikan oleh bendahara penerimaan,
jika tidak ada, dapat diadministrasikan oleh bendahara pengeluaran.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 7


AKUNTANSI PEMERINTAH

3. Jurnal transaksi aset lainnya


Contoh aset lainnya yang sering muncul di neraca SKPD adalah aset tak
berwujud, seperti software. Selain itu ada pula aset tetap yang sudah tidak
digunakan lagi, namun belum dihapuskan dapat direklasfikasi ke aset lainnya.
a) Jurnal perolehan aset tak berwujud, yaitu:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Belanja Modal xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)


Aset Tak Berwujud xxx
RK-PPKD atau Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Aset tak berwujud tidak disusutkan, namun langsung dihapuskan jika sudah
tidak memberikan manfaat lagi, dengan jurnal:
Subsistem Akuntansi Keuangan (LO dan Neraca)
Kerugian Penghapusan Aset Lainnya xxx
Aset Tak Berwujud xxx

b) Jurnal mencatat reklasifikasi aset tetap yang tidak dapat digunakan lagi ke aset
lainnya
Subsistem Akuntansi Keuangan (Neraca)
Akumulasi Penyusutan xxx
Aset Lainnya * xxx
Aset Tetap (sesuai jenis aset yang dihapuskan) xxx

*Aset lainnya dicatat sebesar nilai buku dari aset tetap yang direklasifikasi.

Bila aset lainnya yang berupa aset tetap tersebut dihapuskan akan dijurnal
sbb.:
(1) Jika aset yang dihapuskan tsb tidak dapat dijual, jurnal yang dibuat adalah
sbb.:
Kerugian Penghapusan Aset Lainnya xxx
Aset Lainnya xxx

(2) Jika aset yang dihapuskan tsb dapat dijual, jurnal yang dibuat adalah sbb.:
Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran (LRA)
Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Lain-Lain (PAD)-LRA* xxx

*) hasil penjualan aset yang dihapuskan

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 8


AKUNTANSI PEMERINTAH

Subsistem Akuntansi Keuangan (LO dan Neraca)


Kas di Bendahara Penerimaan/Bendahara Pengeluran xxx
Defisit Penjualan Aset Lainnya* xxx
Aset Lainnya xxx

*)Jika nilai buku aset lainnya lebih besar dari kas hasil penjualan aset
tsb, maka selisihnya dicatat ke akun ’Defisit Penjualan Aset Lainnya’,
atau jika kondisi sebaliknya, maka selisihnya akan dicatat ke akun
’Surplus Penjualan Aset Lainnya’ yang akan dicatat di sisi kredit.

Jurnal penyetoran hasil penjualan aset ke Kasda:


RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran/Penerimaan ** xxx

Selalu ingat bahwa Allah tidak pernah membebani


pundak seorang hamba Nya. Yuk semangat
belajarnya dan selalu ingat tujuan awal kita
masing-masing. Makin giat ibadahnya yaa akunisti
dan saling mendoakan yaaa

Sumber : Budi Mulyana, Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah berbasis Akrual

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 9


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 13
Akuntansi Kewajiban Jangka Pendek dan Ekuitas

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 1


AKUNTANSI PEMERINTAH

AKUNTANSI KEWAJIBAN DAN EKUITAS


A. Akuntansi Kewajiban

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi Pemerintah. Kewajiban
diklasifikasikan ke dalam kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Yang mungkin
muncul di Neraca SKPD adalah kewajiban jangka pendek, seperti utang belanja, utang
PPN, utang PPH, atau utang PFK.

1. Jurnal Pengakuan Utang Belanja

Jurnal pengakuan utang belanja umumnya dibuat melalui jurnal penyesuaian


akhir tahun, yaitu untuk mengakui belanja barang atau jasa yang sudah
diterima/dinikmati Pemda/SKPD namun belum dibayar hingga akhir tahun.

• Akhir tahun X terdapat belanja barang/jasa yang telah diterima SKPD, namun
belum dibayar.
Saat penyesuaian jurnalnya sebagai berikut :

SAK/Jurnal Finansial SAPA/Jurnal Realisasi Pelaksanaan


Anggaran

Debit Kredit Debit Kredit

Beban … XX No Entry XX

Utang Beban XX No Entry XX

• Pada tahun berikutnya dilakukan pembayaran


Saat setor ke Kas Daerah, jurnalnya sebagai berikut :

SAK/Jurnal Finansial SAPA/Jurnal Realisasi Pelaksanaan


Anggaran

Debit Kredit Debit Kredit

Utang Beban XX Belanja … XX

RK-PPKD atau Kas XX EP SAL XX


di Bendahara
Pengeluaran

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 2


AKUNTANSI PEMERINTAH

2. Jurnal Pemotongan atau Pemungutan PPh/PPN

• Saat Bendahara Pengeluaran melakukan pemotongan/pemungutan PPh/PPN


atas belanja dengan UP/TU
Saat penyesuaian jurnalnya sebagai berikut :

SAK/Jurnal Finansial SAPA/Jurnal Realisasi Pelaksanaan


Anggaran

Debit Kredit Debit Kredit

Kas di Bendahara XX No Entry XX


Pengeluaran

Utang PPh XX No Entry XX

Utang PPN XX

• Saat Bendahara Pengeluaran menyetorkan dengan bukti Surat Setoran Pajak (SSP)
Saat setor ke Kas Daerah, jurnalnya sebagai berikut :

SAK/Jurnal Finansial SAPA/Jurnal Realisasi Pelaksanaan


Anggaran

Debit Kredit Debit Kredit

Utang PPh XX No Entry XX

Utang PPN XX No Entry XX

Kas di Bendahara XX
Pengeluaran

B. Akuntansi Ekuitas

Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah pada tanggal laporan. Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo
akhir ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas. Akun ekuitas yang dilaporkan neraca
merupakan hak residual SKPD (yaitu seluruh total aset dikurangi dengan kewajibannya).
Jurnal yang berkaitan dengan ekuitas adalah jurnal penutup pada akhir tahun.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 3


AKUNTANSI PEMERINTAH

1. Jurnal untuk menutup akun pendapatan dan beban, yang ditutup ke akun
surplus/Defisit-LO

SAK/Jurnal Finansial SAPA/Jurnal Realisasi Pelaksanaan


Anggaran

Debit Kredit Debit Kredit

Pendapatan LO XX No Entry XX

Surplus/Defisit LO XX No Entry XX

Beban XX

2. Jurnal untuk menutup akun Surplus/Defisit-LO dan ditutup ke akun Ekuitas RK-
PPKD

SAK/Jurnal Finansial SAPA/Jurnal Realisasi Pelaksanaan


Anggaran

Debit Kredit Debit Kredit

RK-PPKD XX No Entry XX

Surplus/Defisit XX No Entry XX
LO

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 4


AKUNTANSI PEMERINTAH

C. Penyusunan Neraca SKPD

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 5


AKUNTANSI PEMERINTAH

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 6


AKUNTANSI PEMERINTAH

Sumber :
1. Budi Mulyana, Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah berbasis Akrual
2. PPT Bapak Azaz Mabrur

Jangan insecure, mari bersyukur! 😊

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 7


AKUNTANSI PEMERINTAH

PERTEMUAN 14
Akuntansi Pendapatan dan Belanja pada PPKD

Disusun oleh:

1. Sekar Wahyu Utami


2. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 1


AKUNTANSI PEMERINTAH

AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BELANJA PADA PPKD

A. Definisi Akuntansi PPKD


Akuntansi PPKD adalah proses akuntansi yang dijalankan oleh fungsi akuntansi di
SKPKD, yang mencatat transaksi-transaksi pelaksanaan anggaran PPKD selaku BUD, dan
transaksi resiprokal antara BUD dan SKPD.

B. Sistem Akuntansi PPKD


Sistem akuntansi yang harus diselenggarakan di SKPKD terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi SKPD (SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD)
menghasilkan laporan keuangan berupa LRA, LO, LPE, Neraca dan CaLK.
b. Sistem Akuntansi PPKD terdiri dari:
1. Sistem Akuntansi PPKD sebagai BUD, menghasilkan laporan keuangan PPKD
berupa LRA, LO, LPE, Neraca, dan CaLK selaku PPKD.
2. Sistem Akuntansi Konsolidator Pemda, menghasilkan laporan keuangan Pemda
(laporan keuangan konsolidasian) secara lengkap berupa LRA, LP-SAL
(opsional), LO, LPE, Neraca, LAK, dan CaLK.

Laporan keuangan dari seluruh entitas akuntansi disampaikan kepada SKPKD (entitas
pelaporan) untuk dikonsolidasikan, sehingga menjadi Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah (LKPD).

C. Struktur Anggaran PPKD

RKA PPKD memuat anggaran pendapatan dana perimbangan dan hibah, anggaran
belanja tidak langsung selain belanja pegawai dan pembiayaan. Perlu diingat bahwa
anggaran belanja langsung tidak ada di dalam RKA PPKD.

Jumlah SILPA yang terdapat di dalam RKA PPKD tidak akan sama dengan SILPA di
dalam Rancangan APBD, karena SILPA di dalam RKA PPKD belum memperhitungkan
jumlah surplus/defisit dari SKPD-SKPD, sementara SILPA di dalam rancangan APBD sudah
merupakan gabungan dari seluruh anggaran SKPD dan anggaran PPKD.

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 2


AKUNTANSI PEMERINTAH

D. Jurnal Anggaran PPKD


Dicatat di jurnal anggaran sebagai berikut:

Nama Akun Debit Kredit


Estimasi Pendapatan XXX
Estimasi Penerimaan Pembiayaan XXX
Apropriasi Belanja XXX
Aproriasi Pengeluaran Pembiayaan XXX
Estimasi Perubahan SAL* XXX

*Akun EPSAL sebagai penyeimbang jurnal sehingga letaknya dapat disisi debit (jika
defisit) atau kredit (jika surplus).

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 3


AKUNTANSI PEMERINTAH

E. Akuntansi Pendapatan PPKD


Pendapatan dilaporkan dalam dua jenis laporan yaitu LRA dan LO. Pendapatan yang
dilaporkan di LRA, disebut ‘Pendapatan-LRA’, akan dicatat dengan basis kas,
sedangkan pendapatan yang akan dilaporkan di LO, disebut ‘Pendapatan-LO’, akan
dicatat dengan basis akrual.

1) Jurnal Penerimaan Pendapatan PPKD


Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Pendapatan …… - LO XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL XXX
Pendapatan …… - LRA XXX

2) Jurnal Piutang Pendapatan PPKD


a. Pengakuan piutang pendapatan
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Piutang Pendapatan ….. XXX
Pendapatan ….. - LO XXX

b. Penerimaan pembayaran piutang pendapatan


Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Piutang Pendapatan ….. XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL XXX
Pendapatan ….. - LRA XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 4


AKUNTANSI PEMERINTAH

F. Akuntansi Belanja/Beban PPKD


Jurnal Transaksi Belanja PPKD
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Beban XXX
Kas di Kasda XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Belanja – LRA XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX

G. Akuntansi Aset PPKD


1) Jurnal Perolehan Investasi
a. Perolehan investasi jangka pendek
 Pada saat investasi jangka pendek dilakukan dengan bukti misal SP2D, maka
jurnal yang dibuat:
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Investasi Jangka Pendek XXX
Kas di Kasda XXX

 Pada saat menerima pendapatan dari investasi jangka pendek dengan bukti
misal nota kredit/rekening koran. Jurnal yang dibuat:
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Pendapatan Bunga – LO XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL XXX
Pendapatan Bunga - LRA XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 5


AKUNTANSI PEMERINTAH

 Pada saat pencairan investasi jangka pendek dengan bukti misal nota
kredit/rekening koran. Jurnal yang dibuat:
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Investasi Jangka Pendek XXX

b. Perolehan Investasi Jangka Panjang


 Mencatat perolehan investasi jangka panjang (ketika penyertaan modal dalam
Peraturan Daerah dieksekusi)
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Investasi Jangka Panjang XXX
Kas di Kasda XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Pengeluaran Pembiayaan XXX
Estimasi Perubahan SAL XXX

 Pencatatan investasi jangka panjang yang bersifat permanen (penanaman


modal) dengan metode biaya.
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Pendapatan Investasi – LO XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL XXX
Pendapatan Investasi – LRA XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 6


AKUNTANSI PEMERINTAH

2) Jurnal Hasil Investasi


 Mencatat hasil investasi jangka panjang (pada saat pengumuman pembagian
laba dengan metode biaya)

Nama Akun Debit Kredit


Piutang Lainnya XXX
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah XXX
yang Dipisahkan - LO

 Pada saat investee membagikan dividen tunai kepada pemerintah dengan


metode biaya.
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Piutang Lainnya XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL XXX
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah XXX
yang Dipisahkan – LRA

 Mencatat keuntungan yang diperoleh oleh semua pemerintah berdasarkan


Laporan Keuangan Perusahaan (metode ekuitas)

Nama Akun Debit Kredit


Investasi ….. XXX
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah XXX
yang Dipisahkan – LRO

 Pada saat investee membagikan dividen tunai kepada pemerintah (metod


ekuitas).
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Investasi ….. XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 7


AKUNTANSI PEMERINTAH

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL XXX
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah XXX
yang Dipisahkan – LRA

 Mencatat pendapatan bunga dari investasi misalnya pendapatan bunga dari


dana bergulir.
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Pendapatan Bunga Dana Bergulir - LO XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL XXX
Pendapatan Bunga – LRA XXX

3) Jurnal Pelepasan Investasi


 Mencatat pelepasan investasi jangka pendek.
Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Pendapatan Bunga – LO XXX
Investasi Jangka Pendek XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL XXX
Pendapatan Bunga – LRA XXX

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 8


AKUNTANSI PEMERINTAH

 Mencatat pelepasan investasi jangka panjang


Jurnal Finansial
Nama Akun Debit Kredit
Kas di Kasda XXX
Surplus Pelepasan Investasi Jangka Panjang – LO XXX
Investasi Jangka Panjang XXX

Jurnal Anggaran
Nama Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL XXX
Penerimaan Pembiayaan – LRA XXX

Pasang niat kuat, berusaha keras, dan berdoa


khusyuk, lambat laun, apa yang kita perjuangan
akan berhasil. Ini sunatullah-hukum Tuhan

-Ahmad Fuadi-

Sumber :
1. Budi Mulyana, Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah berbasis Akrual
2. PPT Akuntansi PPKD Bapak Azaz Mabrur

ADHIRAYAKTA X PANDA HIMAS 2020 9


Pertemuan 8
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Dimar

@yasin_edu
PETA KONSEP

Dasar Struktur
Sejarah
Hukum Sistem

Bagan Akun Entitas Format LK


Sejarah
&
Dasar Hukum

1998 - 1999 2004 2010


• TAP MPR MPR RI Nomor • UU 1/2004 ttg
PP 71/2010 ttg SAP
XV/MPR/1998 ttg Otoda Perbendaharaan Negara
• UU 22/1999 ttg Pemda • UU 32/2004 ttg Pemda
• UU 25/1999 ttg Perimbangan • UU 33/2004 ttg Perimbangan
2011
Keu PP dan Daerah Keuangan PMK 238/2011 ttg PUSAP
2000 2005 2013
• PP 24/2005 ttg SAP
PP 105/2000 ttg PPTJ Keu Daerah • PP 58/2005 ttg perubhaan PP Permendagri 64/2013
105/2000
2003
2019
2006
UU 17/2003 ttg Keu Negara
PP 12/2019 ttg PKD
Permendagri 13/2006 ttg PKD
Permendagri 64/2013
• Bertujuan sebagai pedoman bagi pemerintah
daerah dalam rangka penerapan SAP berbasis
akrual.
• Ruang lingkup meliputi kebijakan akuntansi
pemerintah daerah, SAPD, dan BAS.
• Permendagri dilengkapi dengan :
✓ Lampiran I: Panduan penyusunan kebijakan
akuntansi pemerintah daerah
✓ Lampiran II: Panduan penyusunan SAPD
✓ Lampiran III: Bagan Akun Standar
✓ Lampiran IV: Format konversi penyajian LRA
Sistem

Standar Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan


Akuntansi menyajikan laporan keuangan pemerintah.

Kebijakan Prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan, dan


Akuntansi praktik-praktik spesifik yang dipilih oleh pemerintah daerah sebagai
pedoman dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah daerah untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan
keuangan dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan
keuangan terhadap anggaran, antar periode maupun antar entitas.

Sistem Rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan dan


Akuntansi elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis
transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan
organisasi pemerintahan daerah.
Akuntansi

Pemerintah Daerah
Aktivitas akuntansi yang diselenggarakan baik oleh satuan
kerja perangkat daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran
maupun oleh pejabat pengelola keuangan daerah (PPKD)
selaku pengguna anggaran dan sekaligus selaku bendahara
umum daerah (BUD) yang bertujuan untuk menghasilkan
laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
pelaksanaan anggaran (APBD).
Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah
SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan
identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting ke dalam buku
besar, penyusunan neraca saldo, dan penyajian laporan keuangan.

SAPD mengatur:
• Kebijakan akuntansi • Entitas pelaporan dan
• Prosedur akuntansi entitas akuntansi
• Bagan Akun Standar • Dokumen transaksi yang
digunakan
• Jurnal standar
• Format laporan keuangan
SAPD

Kebijakan ✓ Terdiri dari:


Akuntansi • Kebijakan Pelaporan: penjelasan unsur laporan keuangan
• Kebijakan Akun: definisi, pengukuran, penilaian, dan
pengungkapan sesuai SAP.
✓ Diatur oleh peraturan kepala daerah
✓ Panduan penyusunan ada di Lampiran I Permendagri 64/2013

Prosedur Laporan keuangan


Akuntansi ▪ SKPD: LRA, LO, LPE, Neraca, CaLK
▪ PPKD: ada tambahan LP-SAL & LAK
▪ Konsolidasi: gabungan semua LK
SAPD

Bagan Akun Berisi nama dan kode akun yang digunakan untuk mencatat dan
Standar mengklasifikasikan jenis transaksi

Rincian BAS (5 digit) ada di Lampiran III Permendagri 64/2013


✓ Level 1 menunjukkan kode akun (1 aset, 2 kewajiban, 3 ekuitas,
4 pendapatan-LRA, 5 belanja, 6 transfer, 7 pembiayaan, 8
pendapatan-LO, 9 beban)
✓ Level 2 menunjukkan kode kelompok
✓ Level 3 menunjukkan kode jenis
✓ Level 4 menunjukkan kode obyek
✓ Level 5 menunjukkan kode rincian obyek

Konversi
Ada di Lampiran IV Permendagri 64/2013
Lapkeu
SAPD

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah terbagi ke dalam dua subsistem besar:

SKPD PPKD

Entitas akuntansi, unit operasional dan Entitas akuntansi dan pelaporan,


fungsional pemerintah daerah melaksanaan fungsi operasi dan
perbendaharaan di daerah
Misal: Dinas Pendidikan, DPMPTSP,
Bapenda • Subsistem Akuntansi SKPKD sebagai
SKPD (entitas akuntansi)
• Subsistem Akuntansi PPKD sebagai
BUD (entitas akuntansi)
• Subsistem Akuntansi PPKD
Konsolidator (entitas pelaporan)
Setiap pengguna anggaran baik satuan kerja Entitas
perangkat daerah (SKPD) maupun satuan kerja
pengelola keuangan daerah (SKPKD), disebut
entitas akuntansi, wajib menyusun laporan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran
yang dikelolanya dalam bentuk laporan keuangan,
untuk selanjutnya disampaikan ke entitas
pelaporan untuk digabungkan menjadi laporan
keuangan di tingkat pemerintah daerah. Entitas
pelaporan adalah pemerintah daerah yang
pelaksanaanya diselenggarakan oleh SKPKD.
Kepala Daerah
Pemegang Kekuasaan PKD

Struktur Organisasi
Sekretaris Daerah
Koordinator PKD Pemerintah Daerah

Kepala SKPD Kepala SKPKD SKPD: Satuan Kerja Perangkat Daerah


Pengguna Anggaran PPKD SKPKD: Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
PPK: Pejabat Penatausahaan Keuangan
PPKD: Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
KPA Kuasa BUD

PPK-SKPD

PPTK

Bendahara
Struktur Organisasi

Pemerintah Daerah

PPK-SKPD  pelaksana fungsi akuntansi


Bendahara  menerbitkan SPJ sebagai bahan pencatatan

Sumber Bagan: Bahan Tayang Pak Azas Mabrur


Laporan Keuangan

Penyajian laporan keuangan paling sedikit


meliputi
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
• Neraca
• Laporan Operasional
• Laporan Arus Kas
• Laporan Perubahan Ekuitas dan
• Catatan atas Laporan Keuangan
Alur

Pelaporan Keuangan
APIP

Reviu
Laporan Keuangan Paling lambat 3
bulan setelah TA
SKPD
Laporan Keuangan berakhir Kepala
Pemerintah Daerah Daerah
Laporan Keuangan
PPKD Paling lambat 2
bulan setelah TA
berakhir
Audit

BPK
Paling lambat 2 bulan
setelah LKPD diterima
Format Laporan
Keuangan
TERIMAKASIH

@yasin_edu
Pertemuan 8
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Dimar

@yasin_edu
Permendagri 90/2019
Poin Penting

Pasal 2 Pasal 3
Poin Penting

Pasal 5 Pasal 8
Poin Penting

Pasal 9 Pasal 10
Kodefikasi Akun
Hal. 371
Kodefikasi Akun

Hal. 393
Kodefikasi Akun

Hal. 1226
Kodefikasi Akun

Hal. 1764
TERIMAKASIH

@yasin_edu
Pertemuan 9 – 10
Akuntansi SKPD
Dimar

@yasin_edu
POKOK BAHASAN

APBD dan DPA Transaksi dan Jurnal


SKPD Daftar Akun Anggaran

Akuntansi Akuntansi
Pendapatan Belanja/Beban
APBD

• PAD (pajak, retribusi, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang


Pendapatan
dipisahkan, lain-lain PAD yang sah)
• Pendapatan Transfer (DBH, DAU, DAK)
• Lain Lain Pendpt yang sah (hibah, jasa giro, bunga, dll.)

• Belanja menurut organisasi


Belanja
• Belanja menurut fungsi
• Belanja menurut program dan kegiatan
• Belanja menurut jenis belanja

• Penerimaan Pembiayaan (Penggunaan SiLPA, Pinjaman Daerah,


Pembiayaan
Penjualan Obligasi Daerah, Hasil Penjualan BMD yang
Dipisahkan, Pencairan Dana Cadangan
• Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan,
Pembayaran Pokok Utang, PMP)
DPA SKPD

Kode Uraian Jumlah


1 PENDAPATAN
1.1 Pendapatan Asli Daerah xxx
2 BELANJA
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG
2.1.1 Belanja Pegawai xxx
2.2 BELANJA LANGSUNG
2.2.1 Belanja Pegawai xxx
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa xxx
2.2.3 Belanja Modal xxx

Tidak terkait langsung dengan Terkait langsung dengan


program kegiatan program kegiatan
Transaksi

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah mengenal dua teknik pencatatan transaksi:


Subsistem Akuntansi Pelaksanaan
Subsistem Akuntansi Keuangan
Anggaran

• Pencatatan berbasis akrual • Pencatatan berbasis kas


• Menghasilkan LO dan Neraca • Menghasilkan LRA
• Mencatat Pendapatan-LO, Beban, • Mencatat Pendapatan-LRA, Belanja,
Aset, Kewajiban, dan Ekuitas dan Pembiayaan
• Akun resiprokal pada SKPD: RK- • Akun penyeimbang: EP SAL
PPKD
• Akun resiprokal pada PPKD: RK-
SKPD
Transaksi

Laporan Realisasi Anggaran Laporan Operasional

Pendapatan-LRA: semua penerimaan Pendapatan-LO: hak pemerintah


RKUN/D yang menambah SAL dalam pusat/daerah yang diakui sebagai
periode TAB yang menjadi hak penambah ekuitas dalam periode tahun
pemerintah dan tidak perlu dibayar anggaran yang bersangkutan dan tidak
kembali oleh pemerintah. perlu dibayar kembali.

Belanja: semua pengeluaran dari Beban: penurunan manfaat ekonomi


RKUN/D yangmengurangi SAL dalam atau potensi jasa dalam periode
periode TAB yang tidak akan diperoleh pelaporan yang menurunkan ekuitas,
pembayarannya kembali oleh yang dapat berupa pengeluaran atau
pemerintah. konsumsi aset atau timbulnya kewajiban
Akun Terkait
Akun Debit Kredit
Estimasi Perubahan SAL ✓ ✓
Aset ✓
RK-SKPD ✓
Kewajiban ✓
Ekuitas ✓
RK-PPKD ✓
Pendapatan ✓
Belanja ✓
Transfer ✓
Penerimaan Pembiayaan ✓
Pengeluaran Pembiayaan ✓
Pendapatan-LO ✓
Beban ✓
Jurnal Anggaran
• Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran
• Berupa jurnal kontrol manajerial
• Akun EP SAL berada di sisi debit jika RKA SKPD defisit, dan
berada di sisi kredit jika RKA SKPD surplus

Estimasi Pendapatan xxx


Estimasi Perubahan SAL xxx
Apropriasi Belanja xxx
Akuntansi Pendapatan

Pendapatan-LRA

✓ Diakui saat: (1) diterima di RKUD, (2) diterima oleh SKPD, (3)
diterima entitas lain di luar pemerintah daerah atas nama BUD
✓ Diukur berdasar
a) asas bruto
b) nominal kas yang masuk ke kas daerah
c) asas bruto dapat dikecualikan jika penerimaan kas dari
pendapatan tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak
lain dari pada pemerintah daerah atau penerimaan kas
tersebut berasal dari transaksi yang perputarannya cepat,
volume transaksi banyak, dan jangka waktunya singkat
✓ Disajikan di LRA
Akuntansi Pendapatan

Pendapatan-LO

✓ Diakui saat: (1) Timbulnya hak atas pendapatan (earned) dan (2)
Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi baik sudah diterima pembayaran secara tunai ( realized)
maupun masih berupa piutang (unrealized)
✓ Transaksi nonpertukaran diukur sebesar aset yang diperoleh dari
transaksi nonpertukaran yang pada saat perolehan tersebut
diukur dengan nilai wajar (misal: pajak, retribusi, dll.)
✓ Transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan harga
sebenarnya yang diterima ataupun menjadi tagihan sesuai
dengan perjanjian yang telah membentuk harga (misal: penjualan)
✓ Disajikan di LO
Jurnal Pendapatan-LRA
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran

Estimasi Perubahan SAL xxx


Pendapatan Pajak Daerah-LRA xxx
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA xxx
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA xxx
Jurnal Pendapatan-LO
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Pendapatan Tanpa Penetapan


• Pada saat diterima berdasarkan bukti penerimaan: rekening koran,
karcis yang terjual , kuitansi, dll.
Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Pendapatan Pajak/Retribusi Daerah/LLPADS-LO xxx

• Pada saat disetor ke RKUD


RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Jurnal Pendapatan-LO
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Pendapatan dengan Penetapan


• Pada saat terbit SKP/R
Piutang Pajak/Retribusi Daerah xxx
Pendapatan Pajak/Retribusi Daerah-LO xxx

• Pada saat diterima oleh Bendahara Penerimaan


Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Piutang Pajak/Retribusi Daerah xxx

• Pada saat disetor ke RKUD


RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Akuntansi Belanja

Belanja

✓ Diakui saat terjadinya pengeluaran dari RKUD, khusus


pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan
terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh pengguna anggaran
✓ Diukur berdasar
a) asas bruto
b) nominal kas yang dikeluarkan dan tercantum dalam
dokumen pengeluaran yang sah.
✓ Disajikan di LRA
Akuntansi Beban

Beban

✓ Diakui saat
a) peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti
keluarnya kas dari kas
b) konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain
yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi
aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah
c) penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat
penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan asset
bersangkutan/berlalunya waktu
Akuntansi Beban

Beban
✓ Pengukuran
a) Beban dari transaksi nonpertukaran diukur sebesar aset yang
digunakan atau dikeluarkan yang pada saat perolehan tersebut
diukur
b) Beban dari transaksi pertukaran diukur dengan menggunakan
harga sebenarnya (actual price) yang dibayarkan ataupun yang
menjadi tagihan sesuai dengan perjanjian yang telah membentuk
harga
✓ Disajikan di LO
Jurnal Belanja
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran

• Pada saat terbit SP2D-LS pada belanja LS (dibayar langsung oleh BUD)
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

• Pada saat SPJ Bendahara disetujui PA/KPA pada belanja UP/GU/TUP


Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Jurnal Beban
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Beban Berupa Belanja


• Pada saat SP2D-LS terbit
Beban Pegawai/Barang/Jasa xxx
Aset xxx
RK-PPKD xxx

• Pada saat bendahara menerima SP2D-UP/GU/TU


Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
RK-PPKD xxx
Jurnal Beban
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Beban Berupa Belanja


• Pada saat SPJ Bendahara disahkan PA/KPA
Beban Pegawai/Barang/Jasa xxx
Aset
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

• Pada saat bendahara menyetor sisa UP ke RKUD


RK-PPKD xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Jurnal Beban
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Beban Berupa Belanja


• Ayat jurnal penyesuaian akhir tahun untuk mengakui belanja yang sudah
menjadi utang pemda, namun belum dibayar hingga akhir tahun
Beban Pegawai/Barang/Jasa xxx
Aset Tetap xxx
Utang Belanja xxx
• Ayat jurnal penyesuaian akhir tahun untuk mengakui belanja yang masih
jadi hak pemda jika pada saat membayar belanja dicatat dengan
pendekatan beban
Beban Dibayar di Muka xxx
Beban Jasa xxx
Jurnal Beban
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Beban Berupa Konsumsi Aset


• Penyesuaian persediaan hasil inventarisasi fisik (stock opname)
Persediaan xxx
Beban Persediaan xxx
Nasib kita bukan untuk coba-coba
-Najwa Shihab

@yasin_edu
Pertemuan 9 – 10
Akuntansi SKPD
Dimar

@yasin_edu
POKOK BAHASAN

Jurnal Koreksi Jurnal Koreksi Jurnal Aset


Pendapatan Belanja/Beban Tetap

Jurnal Aset
Jurnal Piutang
Lainnya
Jurnal Koreksi Pendapatan
Kesalahan yang Berulang
• Akibat penerapan system self-assessment dalam penerimaan pajak
• Jurnal yang terbentuk sama antara TAB dan TAYL

• Apabila WP lebih bayar, perlu dilakukan restitusi


Pendapatan Pajak-LO xxx Pendapatan Pajak-LRA xxx
RK-PPKD xxx Estimasi Perubahan SAL xxx

• Apabila WP kurang bayar, perlu diakui piutang


Piutang Pajak xxx
Pendapatan Pajak-LO xxx
Jurnal Koreksi Pendapatan
Kesalahan yang Tidak Berulang
Akibat penerapan system official-assessment dalam penerimaan pajak/retribusi

• Jurnal TAB dan/atau LK belum terbit


Pendapatan Pajak-LO xxx Pendapatan Pajak-LRA xxx
RK-PPKD xxx Estimasi Perubahan SAL xxx

• Jurnal TAYL dan/atau LK sudah terbit tidak dicatat oleh SKPD, tapi PPKD langsung
Beban Tak Terduga xxx Belanja Lain-Lain xxx
Kas di Kas Daerah xxx Estimasi Perubahan SAL xxx
Jurnal Koreksi Belanja/Beban
• Jurnal TAB dan/atau LK belum terbit
RK-PPKD xxx Estimasi Perubahan SAL xxx
Beban/Aset xxx Belanja xxx

• Jurnal TAYL dan/atau LK sudah terbit


RK-PPKD xxx Estimasi Perubahan SAL xxx
Lain-Lain PAD yang Sah xxx Lain-Lain PAD yang Sah xxx
Jurnal Aset Tetap
• Perolehan dari hibah
Aset Tetap xxx
Pendapatan Hibah-LO xxx

• Perolehan dari transfer dengan entitas pelaporan yang sama


Aset Tetap xxx
Akumulasi Penyusutan xxx
Ekuitas xxx
Jurnal Aset Tetap
• Penyusutan
Beban Penyusutan xxx
Akumulasi Penyusutan xxx

• Biaya yang dikeluarkan setelah perolehan


Revenue Expenditure
Beban Pemeliharaan xxx Belanja Barang dan Jasa xxx
Kas di BP/RK-PPKD xxx Estimasi Perubahan SAL xxx
Capital Expenditure
Aset Tetap xxx Belanja Modal xxx
Kas di BP/RK-PPKD xxx Estimasi Perubahan SAL xxx
Jurnal Aset Tetap
• Penghapusan aset yang tidak bisa terjual
Akumulasi Penyusutan xxx
Kerugian Penghapusan AT xxx
Aset Tetap xxx

• Penghapusan aset yang bisa terjual


Kas di Bend Pen/Peng xxx Estimasi Perubahan SAL xxx
Akumulasi Penyusutan xxx Lain-Lain PAD yang Sah xxx
Surplus/Def Penjualan AT xxx
Aset Tetap xxx
Jurnal Aset Lainnya
• Perolehan aset tak berwujud
Aset Tak Berwujud xxx Belanja Modal xxx
Kas di BP/RK-PPKD xxx Estimasi Perubahan SAL xxx

• Penghapusan aset tak berwujud


Kerugian Penghapusan AL xxx
Aset Tak Berwujud xxx
Jurnal Aset Lainnya
• Reklasifikasi aset tetap yang tidak dapat digunakan lagi
Akumulasi Penyusutan xxx
Aset Lainnya xxx
Aset Tetap xxx
• Penghapusan aset tetap yang telah direklasifikasi
Kerugian Penghapusan AL xxx
Aset Lainnya xxx
• Penjualan aset tetap yang telah direklasifikasi
Kas di Bend Pen/Peng xxx Estimasi Perubahan SAL xxx
Surplus/Def Penjualan AL xxx Lain-Lain PAD yang Sah xxx
Aset Lainnya xxx
Jurnal Piutang
• Penyesuaian akhir tahun
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
Ayat jurnal ini akan muncul jika
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
saldo akun ’Penyisihan Piutang
• Penghapusan piutang Tak Tertagih’ memiliki jumlah
yang lebih kecil dari jumlah
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
piutang yang dihapuskan
Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx
• Penghapusan piutang yang belum dibuat cadangannya
Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx
Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan,
terus berkarya dan bekerja yang membuat kita
berharga
-KH. Abdurrahman Wahid

@yasin_edu
Pertemuan 12 – 13
Akuntansi PPKD
Dimar

@yasin_edu
POKOK BAHASAN

Struktur Bukti Jurnal


Anggaran Transaksi Anggaran

Jurnal Jurnal
Pendapatan Belanja/Beban
Akuntansi

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah


Proses akuntansi yang dijalankan oleh fungsi akuntansi di
SKPKD, yang mencatat transaksi-transaksi pelaksanaan
anggaran PPKD selaku BUD, dan transaksi resiprokal antara
BUD dan SKPD
Struktur Anggaran

• PAD berupa hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan


Pendapatan
• Pendapatan transfer (DBH, DAU, DAK)
• Lain-lain pendpatan daerah yang sah (hibah, jasa giro, bunga,
dll.)

Belanja Belanja tidak langsung berupa belanja bunga, subsidi, hibah,


bantuan sosial, bagi hasil, bantuan keuangan, dan tak terduga

Pembiayaan • Penerimaan Pembiayaan (Penggunaan SiLPA, Pinjaman Daerah,


Penjualan Obligasi Daerah, Hasil Penjualan BMD yang
Dipisahkan, Pencairan Dana Cadangan
• Pengeluaran Pembiayaan (Pembentukan Dana Cadangan,
Pembayaran Pokok Utang, PMP)
Bukti Transaksi

Pendapatan

Transaksi Dokumen Sumber


Penerimaan dana - Surat tanda bukti transfer pembayaran dari KPPN
perimbangan (Nota Kredit Bank)
- Bukti penerimaan lainnya
Lain-lain pendapatan - Surat tanda bukti penerimaan
daerah yang sah - Bukti penerimaan lainnya (berita acara penerimaan)
Bukti Transaksi

Belanja

Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen Sumber


Bunga - SP2D-LS - SPM
- Nota Debit Bank - SPD
- Bukti pengeluaran lainnya
Subsidi - SP2D-LS - SPM
- Nota Debit Bank - SPD
- Bukti pengeluaran lainnya - Berita acara
- Keputusan kepala daerah
Hibah - SP2D-LS - SPM
- Nota Debit Bank - SPD
- Bukti pengeluaran lainnya - Keputusan kepala daerah
Bukti Transaksi

Belanja

Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen Sumber


Bantuan - SP2D-LS - SPM
sosial - Bukti pengeluaran lainnya - SPD
- Berita acara
- Keputusan kepala daerah
Bagi hasil - SP2D-LS - SPM
- Bukti pengeluaran lainnya - SPD
- Berita acara
- Keputusan kepala daerah
Bukti Transaksi

Belanja

Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen Sumber


Bantuan - SP2D-LS - SPM
keuangan - Bukti pengeluaran lainnya - SPD
- Berita acara
- Keputusan kepala daerah
Tidak - SP2D-LS - SPM
terduga - Bukti pengeluaran lainnya - SPD
- Keputusan kepala daerah
Bukti Transaksi

Penerimaan Pembiayaan

Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen Sumber


Penggunaan SILPA Pertanggungjawaban Nota Kredit Bank
TA sebelumnya pelaksanaan APBD (LRA,
LPSAL)
Pencairan dana - Nota Kredit Bank Salinan surat perintah
cadangan - Perda dana cadangan pemindahbukuan
Hasil penjualan Bukti penerimaan Berita acara
kekayaan daerah pembayaran
yang dipisahkan
Bukti Transaksi

Penerimaan Pembiayaan

Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen Sumber


Penerimaan - Surat tanda bukti Nota Kredit Bank
pinjaman daerah penerimaan/bukti
transfer
- Bukti penjualan obligasi
Penerimaan kembali Surat tanda bukti Nota Kredit Bank
pemberian penerimaan/bukti transfer
pinjaman
Penerimaan piutang Surat tanda bukti Nota Kredit Bank
daerah penerimaan/bukti transfer
Bukti Transaksi

Pengeluaran Pembiayaan

Transaksi Dokumen Sumber Lampiran Dokumen Sumber


Pengisian dana - SP2D - SPD
cadangan - Perda tentang dana - SPM
cadangan
Penyertaan modal SP2D - SPD
pemerintah daerah - SPM
Pembayaran pokok SP2D - SPD
pinjaman - SPM
Pemberian SP2D - SPD
pinjaman daerah - SPM
- Perjanjian pinjaman
Jurnal Anggaran
• Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran
• Berupa jurnal kontrol manajerial
• Akun EP SAL berada di sisi debit jika RKA PPKD defisit, dan
berada di sisi kredit jika RKA PPKD surplus

Estimasi Pendapatan xxx


Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Apropriasi Belanja xxx
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan xxx
Jurnal Pendapatan-LRA
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran,
dicatat saat kas diterima di Kasda/RKUD
Estimasi Perubahan SAL xxx
Lain-Lain PAD yang Sah-LRA xxx
Pendapatan Dana Perimbangan-LRA xxx
Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah-LRA xxx
Jurnal Pendapatan-LO
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Pendapatan Tanpa Penetapan


• Pada saat diterima berdasarkan bukti penerimaan yang telah dijelaskan
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan-LO xxx
Jurnal Pendapatan-LO
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Pendapatan dengan Penetapan


• Pada saat terbit surat ketetapan, seperti Keppres tentang DAU, Surat
Keputusan Menteri Keuangan tentang DBH/DAK, dan sebagainya
Piutang Pendapatan xxx
Pendapatan-LO xxx

• Pada saat diterima oleh BUD


Kas di Kas Daerah xxx
Piutang Pendapatan xxx
Jurnal Belanja
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Pelaksanaan Anggaran

• Pada saat terbit SP2D-LS pada belanja LS (dibayar langsung oleh BUD)
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx

• Pada saat SPJ Bendahara disetujui PPKD selaku PA pada belanja


UP/GU/TUP
Belanja xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Jurnal Beban
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Beban Berupa Belanja


• Pada saat SP2D-LS terbit
Beban xxx
Kas di Kas Daerah xxx

• Pada saat bendahara menerima SP2D-UP/GU/TU


Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Jurnal Beban
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Beban Berupa Belanja


• Pada saat SPJ Bendahara disahkan PA/KPA
Beban xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

• Pada saat bendahara menyetor sisa UP ke RKUD


Kas di Kas Daerah xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Jurnal Beban
Dicatat oleh Subsistem Akuntansi Keuangan

Beban Berupa Belanja


• Utang beban akibat kewajiban yang sudah timbul dan belum dibayar
hingga akhir tahun anggaran
Beban xxx
Utang Beban xxx
Jurnal Beban
• Penyesuaian akhir tahun
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
Ayat jurnal ini akan muncul jika
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
saldo akun ’Penyisihan Piutang
• Penghapusan piutang Tak Tertagih’ memiliki jumlah
yang lebih kecil dari jumlah
Penyisihan Piutang Tak Tertagih xxx
piutang yang dihapuskan
Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx
• Penghapusan piutang yang belum dibuat cadangannya
Beban/Kerugian Piutang Tak Tertagih xxx
Piutang xxx
Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan,
terus berkarya dan bekerja yang membuat kita
berharga
-KH. Abdurrahman Wahid

@yasin_edu
Pertemuan 12 – 13
Akuntansi PPKD
Dimar

@yasin_edu
POKOK BAHASAN

Jurnal Jurnal
Pembiayaan Resiprokal

Jurnal
Penutup
Akuntansi

Pembiayaan

Penerimaan Penggunaan SiLPA TAYL, Pinjaman Daerah,


Penjualan Obligasi Daerah, Hasil Penjualan BMD
yang Dipisahkan, Pencairan Dana Cadangan
Pengeluaran Pembentukan Dana Cadangan, Pembayaran
Pokok Utang, Penyertaan Modal Pemerintah
Jurnal Pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan: Utang Jangka Panjang dan Obligasi Daerah

• Jurnal BB Akrual
Kas di Kas Daerah xxx
Utang kepada Pemerintah Pusat/Daerah … xxx
Obligasi Daerah xxx

• Jurnal BB Kas
Estimasi Perubahan SAL xxx
Penerimaan Pembiayaan-Utang Jangka Panjang xxx
Penerimaan Pembiayaan-Obligasi xxx
Jurnal Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan: Pembayaran Pokok Utang Jangka Panjang

• Jurnal BB Akrual
Utang kepada Pemerintah Pusat/Daerah … xxx
Kas di Kas Daerah xxx

• Jurnal BB Kas
Pengeluaran Pembiayaan-Pembayaran Pokok UJP xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Jurnal Pembiayaan
Penyesuaian pengakuan bagian lancar utang jangka panjang

• Jurnal BB Akrual
Utang kepada Pemerintah Pusat/Daerah … xxx
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx

• Jurnal BB Kas
Tidak ada jurnal
Jurnal Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan: Penyertaan Modal Pemerintah

• Jurnal BB Akrual
Investasi Jangka Panjang xxx
Kas di Kas Daerah xxx

• Jurnal BB Kas
Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal Pemerintah xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Jurnal Pembiayaan
Jurnal Pencatatan Hasil Investasi Modal (Metode Biaya)

Mencatat pengumuman dividen kas


• Jurnal BB Akrual
Piutang Lain-Lain xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah xxx
yang Dipisahkan-LO

• Jurnal BB Kas
Tidak ada jurnal
Jurnal Pembiayaan
Jurnal Pencatatan Hasil Investasi Modal (Metode Biaya)

Mencatat penerimaan dividen kas


• Jurnal BB Akrual
Kas di Kas Daerah xxx
Piutang Lain-Lain xxx

• Jurnal BB Kas
Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah xxx
yang Dipisahkan-LRA
Jurnal Pembiayaan
Jurnal Pencatatan Hasil Investasi Modal (Metode Ekuitas)

Mencatat pengumuman dividen kas


• Jurnal BB Akrual
Piutang Lain-Lain xxx
Investasi Jangka Panjang xxx

• Jurnal BB Kas
Tidak ada jurnal
Jurnal Pembiayaan
Jurnal Pencatatan Hasil Investasi Modal (Metode Ekuitas)

Mencatat penerimaan dividen kas


• Jurnal BB Akrual
Kas di Kas Daerah xxx
Piutang Lain-Lain xxx

• Jurnal BB Kas
Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah xxx
yang Dipisahkan-LRA
Jurnal Pembiayaan
Jurnal Pencatatan Hasil Investasi Modal (Metode Ekuitas)

Mencatat pengumuman laba akhir tahun


• Jurnal BB Akrual
Investasi Jangka Panjang xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah xxx
yang Dipisahkan-LO

• Jurnal BB Kas
Tidak ada jurnal
Jurnal Pembiayaan
Jurnal Pencatatan Hasil Investasi dalam Dana Bergulir

• Jurnal BB Akrual
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan Bunga Dana Bergulir-LO xxx

• Jurnal BB Kas
Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Bunga Dana Bergulir-LRA xxx
Jurnal Pembiayaan
Jurnal Pelepasan Investasi Jangka Panjang

• Jurnal BB Akrual
Kas di Kas Daerah xxx
Surplus Pelepasan Investasi Jangka Panjang xxx
Investasi Jangka Panjang xxx

• Jurnal BB Kas
Estimasi Perubahan SAL xxx
Penerimaan Pembiayaan-Divestasi xxx
Bandingkan!
Jurnal Pelepasan Investasi Jangka Pendek

• Jurnal BB Akrual
Kas di Kas Daerah xxx
Pendapatan Bunga-LO xxx
Investasi Jangka Pendek xxx

• Jurnal BB Kas
Estimasi Perubahan SAL xxx
Pendapatan Bunga-LRA xxx
Jurnal Resiprokal
Jurnal Pembayaran Belanja LS SKPD dan Pengisian UP/GU/TU Bendahara
Pengeluaran SKPD

• Jurnal BB Akrual
RK SKPD xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Jurnal Penutup
Jurnal Buku Besar Kas

• Jurnal Penutup Jurnal Anggaran DPA


Apropriasi Belanja xxx
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Estimasi Pendapatan xxx
Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx
Jurnal Penutup
Jurnal Buku Besar Kas

• Jurnal Penutup Realisasi Anggaran


Pendapatan-LRA xxx
Penerimaan Pembiayaan xxx
Surplus/Defisit LRA xxx
Belanja xxx
Pengeluaran Pembiayaan xxx
Jurnal Penutup
Jurnal Buku Besar Kas

• Jurnal Penutup Estimasi Perubahan SAL


Estimasi Perubahan SAL xxx
Surplus/Defisit LRA xxx
Jurnal Penutup
Jurnal Buku Besar Akrual

• Jurnal Penutup Pendapatan dan Beban


Pendapatan xxx
Surplus/Defisit LO xxx
Beban xxx

• Jurnal Penutup Surplus/Defisit LO ke Ekuitas


Surplus/Defisit LO xxx
Ekuitas xxx
Nasib kita bukan untuk coba-coba
-Najwa Shihab

@yasin_edu
Pertemuan 14
Laporan Keuangan Konsolidasian
Dimar

@yasin_edu
PETA KONSEP

Pengertian Entitas Proses

Kertas Eliminasi
Format LAK
Kerja Akun
Laporan Keuangan

Konsolidasian
Laporan hasil penggabungan/konsolidasi dari seluruh LK
entitas akuntansi
Laporan Keuangan
SKPD
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
Laporan Keuangan
PPKD
Entitas

Penyusun
• Entitas yang melakukan penyusunan LKPD Konsolidasian adalah entitas
pelaporan
• Yang bertindak sebagai entitas pelaporan adalah level pemerintah
daerah (kepala daerah), yaitu dilaksanakan oleh PPKD
• Entitas akuntansi adalah level pengguna anggaran yaitu SKPD dan
SKPKD (termasuk PPKD dalam kapasitas sebagai pengguna anggaran)
Proses Penyusunan

Proses penyusunan laporan keuangan


konsolidasian merupakan pekerjaan yang
sederhana secara logika matematis, yaitu
dengan menjumlahkan akun-akun yang
sifatnya sama di dalam laporan keuangan
dari seluruh SKPD ditambah dengan akun-
akun yang ada dalam laporan keuangan
PPKD. Khusus untuk penggabungan neraca,
terdapat akun yang harus dielimasi yaitu
akun resiprokal yang hanya mencakup dua
akun: akun RK-PPKD lawan RK-SKPD.
Kertas Kerja Konsolidasi

KK Penyusunan LRA KK Penyusunan LO KK Penyusunan Neraca


Konsolidasian Konsolidasian Konsolidasian

LRA, LO, LPE, Neraca

Laporan Arus Kas


Kertas Kerja
Konsolidasi

Kertas Kerja
Laporan Realisasi Anggaran Konsolidasian
Untuk TA yang Berakhir 31 Desember 20xx

PPKD S SKPD Saldo Gabungan


No. Akun
(Realisasi) (Realisasi) (Realisasi)
Kertas Kerja
Konsolidasi

Kertas Kerja
Laporan Operasional Konsolidasian
Untuk TA yang Berakhir 31 Desember 20xx

PPKD S SKPD Saldo Gabungan


No. Akun
(Realisasi) (Realisasi) (Realisasi)
Kertas Kerja
Konsolidasi

Kertas Kerja
Neraca Konsolidasian
Per 31 Desember 20xx

Ayat Eliminasi Neraca


No. Akun PPKD S SKPD
Debit Kredit Konsolidasian

Akun yang harus dielimasi yaitu akun resiprokal yang hanya mencakup
dua akun, yaitu akun RK-PPKD dan RK-SKPD.
Perbedaan

Uraian LAK Berbasis CTA LAK Berbasis Akrual


Klasifikasi/ Aktivitas operasi, investasi non- Aktivitas operasi, investasi,
nomenklatur keuangan, pembiayaan, dan non- pendanaan, transitoris
anggaran
Aktivitas Mencakup penerimaan/pengeluaran
Investasi Non- kas dari transaksi penjualan/
Keuangan pembelian aset tetap.
Aktivitas Mencakup penerimaan/pengeluaran
Investasi kas dari transaksi penjualan/
pembelian aset tetap, perolehan/
penjualan investasi jangka panjang,
dan pembentukan/pencairan dana
cadangan
Perbedaan

Uraian LAK Berbasis CTA LAK Berbasis Akrual


Aktivitas Mencakup penerimaan/
Pembiayaan pengeluaran kas dari transaksi
perolehan/penjualan investasi
jangka panjang, penarikan/
pembayaran pinjaman,
pembentukan/pencairan dana
cadangan
Aktivitas Mencakup transaksi penerimaan/
Pendanaan pengeluaran kas dari transaksi
penarikan/pembayaran pinjaman.
Aktivitas Non- Mencakup penerimaan/pengeluaran Substansi sama dengan CTA, hanya
Anggaran kas dari transaksi di luar APBD, beda istilah, di akrual menggunakan
seperti transaksi PFK: iuran Taspen istilah Aktivitas Transitoris
dan BPJS.
Kenapa IP cuma 4? Karena 96-nya kita dapat
lewat pengabdian ke masyarakat
-Aris Fatah Yasin

@yasin_edu
WEEK 1 - AKPEM II

PERTEMUAN 1
SAPP dan LKPP

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Sonia Eka Oktavia
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
WEEK 1 - AKPEM II

SAPP
A. DASAR HUKUM SAPP
1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213 Tahun 2013 jo PMK Nomor 215 Tahun
2016 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
2. UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
B. PENGERTIAN SAPP
SAPP adalah adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan
elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada
Pemerintah Pusat
C. TUJUAN SAPP
1. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan,
pemrosesan, dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktik akuntansi yang diterima secara umum;
2. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan
kegiatan keuangan Pemerintah Pusat maupun instansi yang berguna sebagai dasar
penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan
untuk tujuan akuntabilitas;
3. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi
dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;
4. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan
dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
D. KARAKTERISTIK SAPP
1. BASIS AKUNTANSI
a. Laporan Keuangan Pemerintah menggunakan basis akrual.
b. Basis kas tetap digunakan dalam LRA sepanjang APBN disusun menggunakan
pendekatan basis kas
2. SISTEM PEMBUKUAN BERPASANGAN
Untuk akuntansi atas anggaran dilaksanakan secara single entry (pembukuan
tunggal)
3. DESENTRALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN

ADHIRAYAKTA 2021 2
WEEK 1 - AKPEM II

Pembentukan unit-unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan secara berjenjang


4. BAGAN AKUN STANDAR
Kodefikasi elemen transaksi, akuntansi dan pelaporan untuk memudahkan dalam
penganggaran dan pertanggungjawaban
5. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Panduan dalam melakukan pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan
atas transaksi keuangan
E. RUANG LINGKUP DAN BUKAN RUANG LINGKUP SAPP
1. RUANG LINGKUP SAPP
a. Seluruh unit organisasi pada Pemerintah Pusat
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada Pemerintah Daerah dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi / Tugas Pembantuan yang dananya
bersumber dari APBN
c. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan pada pelaksanaan Anggaran
Bendahara Umum Negara (BUN)
2. BUKAN RUANG LINGKUP SAPP
a. Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD)
b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari :
▪ Perusahaan Perseroan, dan
▪ Perusahaan Umum
F. KERANGKA SAPP

SAPP terdiri dari:


1) Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Bendahara Umum Negara (SA-BUN)

ADHIRAYAKTA 2021 3
WEEK 1 - AKPEM II

SA-BUN dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan selaku BUN dan Pengguna


Anggaran Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara (BA-BUN).
2) Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI)
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) dilaksanakan oleh
kementerian negara/ lembaga. Kementerian negara/lembaga melakukan
pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan.
G. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN INSTANSI
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI) merupakan prosedur
dalam siklus akuntansi yang dilaksanakan pada lingkup kementerian negara/lembaga
yang dalam pelaksanaannya memproses transaksi keuangan, barang, dan transaksi
lainnya untuk menghasilkan Laporan Keuangan yang dapat bermanfaat bagi pengguna
Laporan Keuangan. Kementerian negara/lembaga harus membentuk Unit Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Instansi sesuai dengan hierarki organisasi dengan tujuan agar
proses akuntansi dapat berjalan dengan baik.
Unit Akuntansi dan Pelaporan Instansi terdiri dari Unit Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan dan Unit Akuntansi dan Pelaporan Barang Milik Negara (BMN).
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan, terdiri dari:
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA).
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Penggun Anggaran Wilayah
(UAPPA-W)
c. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1
(UAPPA-E l).
d. Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna Anggaran (UAPA).
Unit Akuntansi dan Pelaporan BMN, terdiri dari:
a. Unit Akuntansi dan Pelaporan Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).
b. Unit Akuntansi dan Pelaporan Pembantu Pengguna Barang Wilayah(UAPPB -W).
c. Unit Akuntansi dan Pelaporan Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB -E 1).
d. Unit Akuntansi dan Pelaporan Pengguna Barang (UAPB).

ADHIRAYAKTA 2021 4
WEEK 1 - AKPEM II

H. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BENDAHARA


UMUM NEGARA (SA-BUN)
SA-BUN menghasilkan Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (LK BUN). BUN
dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu:
1. BUN sebagai pengelola kas
SiAP diselenggarakan oleh BUN selaku pengelola kas
2. BUN sebagai Pengguna Anggaran Bagian Anggaran BUN (BA BUN) / pengelola
transaksi BUN lainnya.
SA-BUN selain SiAP diselenggarakan oleh BUN selaku Pengguna Anggaran BA-BUN/
pengelola transaksi BUN lainnya.
Dalam pelaksanaan SA-BUN, Menteri Keuangan selaku BUN membentuk Unit
Akuntansi Bendahara Umum Negara (UABUN) yang terdiri dari:
1. UAPBUN Akuntansi Pusat (AP), dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan (DJPBN) c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara (Dit PKN)
2. UAPBUN Pengelolaan Penerusan Pinjaman, dilaksanakan oleh DJPBN c.q.
Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit SMI)
3. UAPBUN Pengelolaan Investasi Pemerintah, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN)
4. UAPBUN Pengelolaan Utang, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Resiko (DJPPR)
5. UAPBUN Pengelolaan Hibah, dilaksanakan oleh DJPPR
6. UAPBUN Pengelolaan Transfer ke Daerah, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan (DJPK)
7. UAPBUN Pengelolaan Belanja Subsidi, dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Anggaran (DJA)
8. UAPBUN Pengelolaan Belanja Lain-lain, dilaksanakan oleh DJA
9. UAPBUN-TK, dilaksanakan antara lain oleh Badan Kebijakan Fiskal (BKF), DJA,
DJKN, DJPBN, DJPPR dan DJPK
10. UAPBUN Pelaporan Keuangan Badan Lainnya, dilaksanakan oleh DJPBN
11. UABUN untuk melakukan konsolidasi Laporan Keuangan BUN yang dilaksanakan
oleh Menteri Keuangan c.q. DJPB N c.q Direktorat Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan (Dit APK).

ADHIRAYAKTA 2021 5
WEEK 1 - AKPEM II

SUB SISTEM AKUNTANSI BUN


1. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PUSAT (SIAP)
SiAP dilaksanakan oleh DJPBN. Dalam pelaksanaannya melibatkan unit akuntansi
pemroses data sebagai berikut:
a. KPPN sebagai UAKBUN-Daerah, kecuali KPPN Khusus Investasi;
b. Dit PKN-DJPBN sebagai UAKBUN-Pusat;
c. Kanwil Ditjen Perbendaharaan sebagai UAKKBUN- Kanwil; dan
d. DJPBN cq. Dit PKN sebagai UAPBUN AP.
Laporan Keuangan yang disusun tiap unit akuntansi paling sedikit terdiri atas:
a. Laporan Arus Kas
b. Laporan Perubahan Ekuitas
c. Neraca
d. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
2. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN UTANG PEMERINTAH
(SAUP)
Unit akuntansi yang melaksanakan SAUP adalah Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Resiko (DJPPR) selaku UAPBUN-Pengelolaan Utang. Dalam
rangka pelaksanaan SAUP dapat dibentuk satu atau beberapa UAKPA BUN
pengelolaan utang pemerintah.
Laporan Keuangan yang disusun terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran yang terkait dengan:
• Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pembiayaan
• Anggaran dan Realisasi Pengeluaran Pembiayaan
• Anggaran dan Realisasi Pembayaran Bunga Utang
b. Laporan Operasional
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Neraca
e. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
3. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN HIBAH (SIKUBAH)
Unit akuntansi yang melaksanakan SIKUBAH adalah:
a. DJPPR selaku UAPBUN-Pengelolaan Hibah

ADHIRAYAKTA 2021 6
WEEK 1 - AKPEM II

b. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen, DJPPR selaku UAKPA-BUN


transaksi pendapatan dan belanja hibah
c. DJPK selaku UAKPA-BUN Transaksi Belanja Hibah ke daerah
d. DJPPR selaku UAPBUN-Pengelolaan Hibah menyusun dan menyampaikan
Laporan Keuangan pengelolaan hibah kepada UABUN cq. Dit APK-DJPBN
Berikut ini adalah Laporan Keuangan yang disusun dari transaksi-transaksi SIKUBAH:
a. Laporan Realisasi Anggaran:
• Laporan Realisasi Pendapatan Hibah
• Laporan Realisasi Belanja Hibah
b. Laporan Operasional
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Neraca
e. Catatan atas Laporan Keuangan
4. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN INVESTASI PEMERINTAH
(SAIP)
SAIP diterapkan untuk menangani transaksi investasi Pemerintah jangka panjang,
yang terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Investasi Non Permanen,
Karakterisitik Investasi Non Permanen:
• merupakan investasi jangka panjang dengan jangka waktu kepemilikan lebih
dari 12 bulan;
• dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk
memperjualbelikan atau menarik kembali .
b. Investasi Permanen,
Karakteristik Investasi Permanen:
• merupakan investasi jangka Panjang dengan jangka waktu kepemilikan lebih
dari 12 bulan;
• dimaksudkan untuk dimiliki secara terus-menerus tanpa ada niat untuk
diperjualbelikan atau menarik kembali.
SAIP dilaksanakan oleh DJKN sebagai UAPBUN-Pengelolaan Investasi Pemerintah.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses transaksi SAIP terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran

ADHIRAYAKTA 2021 7
WEEK 1 - AKPEM II

b. Laporan Operasional
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Neraca
e. Catatan atas Laporan Keuangan.
5. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PENERUSAN PINJAMAN
(SAPPP)
Unit akuntansi yang melaksanakan SAPPP adalah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan c.q. Direktorat Sistem Manajemen Investasi selaku UAPBUN
Pengelolaan Penerusan Pinjaman.
Laporan keuangan yang dihasilkan berupa:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Operasional
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Neraca
e. Catatan atas Laporan Keuangan.
6. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN TRANSFER KE DAERAH
DAN DANA DESA (SATD)
SATD dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) selaku
UAPBUN-Pengelolaan Tansfer ke Daerah dan Dana Desa. Laporan Keuangan yang
dihasilkan SATD terdiri atas:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Operasional
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Neraca
e. Catatan atas Laporan Keuangan
7. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA SUBSIDI (SABS)
Unit Akuntansi yang mengelola SABS adalah Direktorat Jenderal Anggaran.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari SABS adalah sebagai berikut:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Operasional
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Neraca

ADHIRAYAKTA 2021 8
WEEK 1 - AKPEM II

e. Catatan atas Laporan Keuangan.


8. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BELANJA LAIN-LAIN (SABL)
SABL mencatat transaksi keuangan BUN terkait pengelolaan Belanja Lain-lain dan
dilaksanakan oleh DJA selaku unit eselon I.
Proses transaksi SABL menyajikan Laporan Keuangan berupa:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Operasional
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Neraca
e. Catatan atas Laporan Keuangan.
9. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN TRANSAKSI KHUSUS (SATK)
SATK diterapkan untuk menangani transaksi, antara lain:
a. Pengeluaran yang berhubungan dengan Keperluan Hubungan Internasional
b. Pengeluaran yang berhubungan dengan Pembayaran Dukungan Kelayakan dan
Fasilitas Penyiapan Proyek, yang dikelola oleh DJPPR.
c. PNBP yang dikelola Bendahara Umum Negara c.q. Direktorat Jenderal
Anggaran, kecuali pendapatan Bagian Laba BUMN.
d. Pengelolaan Aset yang berada dalam pengelolaan Ditjen Kekayaan Negara.
e. Belanja/Beban Pensiun, Jaminan Layanan Kesehatan, Jaminan Kesehatan
Menteri dan Pejabat Tertentu (Jamkesmen), Jaminan Kesehatan Utama
(Jamkestama), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM) ,
ProgramTunjangan Hari Tua (THT), Pajak Pertambahan Nilai Real Time Gross
Settlement Bank Indonesia (PPN RTGS BI), Selisih Harga Beras Bulog, dan
Pelaporan Iuran Dana Pensiun (IDP).
f. Pendapatan dan Belanja/Beban Dalam Rangka Pengelolaan Kas Negara.
g. Utang PFK Pegawai.
h. Utang PFK Pajak Rokok.
i. Suspen penerimaan.
SATK menghasilkan Laporan Keuangan berupa:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Operasional
c. Laporan Perubahan Ekuitas

ADHIRAYAKTA 2021 9
WEEK 1 - AKPEM II

d. Neraca
e. Catatan atas Laporan Keuangan.
10. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAINNYA (SAPBL)
SAPBL dilaksanakan oleh DJPBN selaku UAPBUN PBL.
Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam SAPBL terdiri atas:
a. Laporan Perubahan Ekuitas
b. Neraca
c. CalK
d. Ikhtisar Laporan Keuangan Badan Lainnya.
11. LAPORAN KEUANGAN BENDAHARA UMUM NEGARA
Laporan Keuangan BUN disusun dan disampaikan oleh UABUN yang dilaksanakan
oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Laporan Keuangan BUN terdiri atas:
a. Laporan Realisasi Anggaran
b. Laporan Perubahan SAL
c. Neraca
d. Laporan Operasional
e. Laporan Arus Kas
f. Laporan Perubahan Ekuitas
g. CaLK.
I. REKONSILIASI
1. DEFINISI REKONSILIASI
Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses
dengan beberapa sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber
yang sama. Rekonsiliasi meminimalisasi terjadinya perbedaan pencatatan yang
berdampak pada validitas dan akurasi data yang disajikan dalam Laporan
Keuangan. Dalam hal terjadi perbedaan data, rekonsiliasi dapat mendeteksi dan
mengetahui penyebab-penyebab terjadinya perbedaan.
2. JENIS REKONSILIASI
a. Rekonsiliasi internal
Rekonsiliasi internal adalah rekonsiliasi data untuk menyusun laporan keuangan
yang dilaksanakan oleh subsistem pada masing-masing Unit Akuntansi dan

ADHIRAYAKTA 2021 10
WEEK 1 - AKPEM II

Pelaporan dan/ atau antar Unit Akuntansi dan Pelaporan yang masih dalam
satu entitas pelaporan. Termasuk dalam rekonsiliasi internal adalah:
• rekonsiliasi data antara unit akuntansi dan pelaporan keuangan pengguna
anggaran dengan unit akuntansi dan pelaporan keuangan pengguna barang;
• rekonsiliasi data antara unit akuntansi dan pelaporan keuangan pengguna
anggaran dengan bendahara
b. Rekonsiliasi eksternal
Rekonsiliasi eksternal adalah rekonsiliasi data untuk penyusunan laporan
keuangan yang dilaksanakan antara Unit Akuntansi dan Pelaporan yang satu
dengan Unit Akuntansi dan Pelaporan yang lain atau pihak lain yang terkait,
tidak dalam satu entitas pelaporan.
Rekonsiliasi eksternal dalam SAPP meliputi:
• rekonsiliasi antara Pengguna Anggaran dengan BUN,
• Rekonsiliasi pelaporan barang antara Pengguna barang dengan Pengelola
Barang,
• Rekonsiliasi antara BUN dengan Pengelola Barang.

ADHIRAYAKTA 2021 11
WEEK 1 - AKPEM II

LKPP
A. DASAR HUKUM LKPP
a. UU Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara
b. UU Nomor 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
c. UU Nomor 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara
d. UU Nomor 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
e. PP Nomor 20/2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
f. PP Nomor 21/2004 tentang Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga
g. PP Nomor 8/2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
h. PP Nomor 39/2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan
B. PIHAK YANG MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN
a. Pemerintah pusat
b. Bendahara Umum Negara
c. Kementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah pusat;
C. KERANGKA LKPP

D. KOMPONEN LKPP
1. Laporan Pelaksanaan Anggaran (budgetary reports), terdiri dari:
• Laporan Realisasi Anggaran
• Laporan Perubahan SAL
2. Laporan finansial, terdiri dari:

ADHIRAYAKTA 2021 12
WEEK 1 - AKPEM II

• Laporan Operasional
• Laporan Perubahan Ekuitas
• Neraca
• Laporan Arus Kas
3. Catatan atas Laporan Keuangan
E. UNSUR-UNSUR LKPP
1. Laporan Realisasi Anggaran
• DEFINISI
Laporan yg menyajikan perbandingan antara realisasi pendapatan dan belanja
dengan anggarannya
• MANFAAT
Berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk
mendanai kegiatan satker pemerintah pusat/daerah dalam periode mendatang
dengan cara menyajikan laporan secara komparatif
• STRUKTUR
Pendapatan, Belanja, Surplus/Defisit LRA, Pembiayaan, SiLPA/SikPA
2. Laporan Perubahan SAL
• DEFINISI
Laporan yang menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran
Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
3. Laporan Operasional
• DEFINISI
Laporan yang menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran
Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
• MANFAAT
Melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual sehingga
penyusunan LO, LPE dan Neraca mempunyai keterkaitan yang jelas
4. Laporan Perubahan Ekuitas
• DEFINISI
Laporan yang menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
berjalan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

ADHIRAYAKTA 2021 13
WEEK 1 - AKPEM II

• MANFAAT
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan
sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
5. Neraca
• DEFINISI
Laporan keuangan yang LK LK yang menggambarkan posisi keuangan suatu
entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu
• MANFAAT
Menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban dan
ekuitas satker pemerintah pusat/daerah pada tanggal tertentu.
6. Laporan Arus Kas
• DEFINISI
Laporan yang menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
pemerintah yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan
saldo akhir kas pemerintah selama periode tertentu.
• STRUKTUR
Aktivitas Operasi, Aktivitas Investasi, Aktivitas Pendanaan, Aktivitas Transitoris
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
• TUJUAN
Memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan
• MANFAAT
Untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan penyediaan
pemahaman yang lebih baik atas informasi keuangan pemerintah
• ISI
Penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan
dalam LRA, Neraca, LO, dan LPE.
F. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK
JENIS OPINI BPK
a. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/unqualified opinion)
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

ADHIRAYAKTA 2021 14
WEEK 1 - AKPEM II

Opini WTP diberikan dengan kriteria berikut:


• Sistem pengendalian internal memadai
• Tidak ada salah saji secara material atas pos-pos laporan keuangan
• Secara keseluruhan laporan keuangan telah menyajikan secara wajar sesuai
dengan SAP
b. Wajar Dengan Pengecualian (WDP/Qualified opinion)
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) memuat suatu pernyataan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan
SAP, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
Opini WDP diberikan dengan kriteria berikut:
• Sistem pengendalian internal memadai
• Terdapat salah saji secara material atas pos-pos laporan keuangan
• Laporan Keuangan tidak seluruhnya disajikan secara wajar sesuai dengan SAP.
c. Tidak Wajar (TW/Adverse opinion)
Tidak Wajar (TW) memuat suatu pernyataan bahwa laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP.
Opini WDP diberikan dengan kriteria berikut:
• Sistem pengendalian internal tidak memadai
• Terdapat salah saji secara material pada banyak pos-pos laporan keuangan
• Secara keseluruhan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan
SAP
d. Tidak Memberikan Pendapat (TMP/Disclaimer opinion)
Pernyataan Menolak Memberikan Opini atau Tidak Memberikan Pendapat (TMP)
menyatakan bahwa pemeriksa tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.
Opini TMP diberikan dengan kriteria berikut:
• Pembatasan ruang lingkup pemeriksaan oleh manajemen sehingga auditor tidak
cukup bukti
• Sistem pengendalian intern sangat lemah
• Data-data tidak didapatkan oleh auditor sehingga tidak dapat diketahui apakah
Laporan Keuangan sudah disajikan secara wajar sesuai dengan SAP.

ADHIRAYAKTA 2021 15
WEEK 1 - AKPEM II

Orang bijak belajar ketika mereka bisa. Orang


bodoh belajar ketika mereka terpaksa.”

(Arthur Wellesly)

ADHIRAYAKTA 2021 16
WEEK 2 - AKPEM II

PERTEMUAN 2
AKUNTANSI ANGGARAN, PENDAPATAN, DAN PIUTANG

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Sonia Eka Oktavia
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
WEEK 2 - AKPEM II

AKUNTANSI ANGGARAN
1. DEFINISI ANGGARAN
Dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan yang diharapkan
untuk menutup keperluan belanja tersebut, atau pembiayaan yang diperlukan bila
diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus
2. PENGARUH PENTING ANGGARAN DI PEMERINTAH PUSAT
a. Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik,
b. Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara
belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan,
c. Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum,
d. Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah,
e. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah
sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik
3. STRUKTUR APBN
Secara garis besar struktur anggaran Pemerintah Pusat yang dituangkan dalam APBN
terdiri dari:
a. Pendapatan Negara
b. Belanja Negara
c. Keseimbangan Primer
d. Keseimbangan Umum (Surplus/Defisit Anggaran), dan
e. Pembiayaan Anggaran.

ADHIRAYAKTA 2021 2
WEEK 2 - AKPEM II

4. KLASIFIKASI ANGGARAN
Dalam pasal 11 ayat (5) Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, belanja negara dirinci menurut klasifikasi organisasi, fungsi, dan jenis belanja.
a. Klasifikasi belanja menurut organisasi adalah klasifikasi berdasarkan unit organisasi
pengguna anggaran, contoh: pada pemerintah pusat adalah belanja per
kementerian negara/Lembaga (K/L) beserta unit organisasi di bawahnya
b. Klasifikasi belanja menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-
fungsi utama pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
• pelayanan umum,
• pertahanan,
• ketertiban dan keamanan,
• ekonomi,
• lingkungan hidup,
• perumahan dan fasilitas umum,
• kesehatan,
• pariwisata dan budaya,
• agama,
• pendidikan,
• perlindungan sosial.
c. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja atau disebut juga klasifikasi ekonomi adalah
pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan
suatu aktivitas
• belanja pegawai,
• belanja barang,
• belanja modal,
• pembayaran bunga utang,
• subsidi,
• belanja hibah,
• bantuan sosial,
• belanja lain-lain.

ADHIRAYAKTA 2021 3
WEEK 2 - AKPEM II

5. DOKUMEN SUMBER DAN AKUN DALAM AKUNTANSI ANGGARAN


a. Kementerian Keuangan selaku BUN
• Dokumen Sumber: UU APBN/APBN-P
• Estimasi Pendapatan
• Estimasi Penerimaan Pembiayaan
• Appropriasi Belanja/Transfer
• Appropriasi Pengeluaran Pembiayaan
b. Kementerian Negara/Lembaga selaku PA
• Dokumen Sumber: DIPA termasuk revisinya
• Estimasi Pendapatan yang Dialokasikan
• Estimasi Penerimaan Pembiayaan yang Dialokasikan
• Allotment Belanja/Transfer
• Allotment Pengeluaran Pembiayaan
6. JURNAL ANGGARAN
• Pencatatan secara single entry
• Tidak dimaksudkan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah yang bertujuan umum
• Untuk tujuan manajemen anggaran : pengendalian nilai pagu, dan realisasi anggaran secara
manajerial
• Mencatat APBN/APBN-P, DIPA, Komitmen
• Khusus komitmen belanja dan/atau pengeluaran pembiayaan terdapat dua mekanisme
yaitu single entry dan double entry.
1. JURNAL ANGGARAN UNTUK APBN
✓ Pada saat diterbitkannya UU APBN atau UU APBN-P
✓ Oleh Menkeu selaku Pengelola Fiskal c.q. DJPB q.q. Dit. APK
✓ Mencatat estimasi pendapatan, apropriasi belanja negara, estimasi penerimaan
pembiayaan dan apropriasi pengeluaran pembiayaan
✓ Dicatat dalam BB Akrual dan BB Kas

ADHIRAYAKTA 2021 4
WEEK 2 - AKPEM II

a. Jurnal Anggaran untuk mencatat dokumen APBN/APBN-P sehubungan estimasi


pendapatan

b. Jurnal Anggaran untuk mencatat dokumen APBN/APBN-P sehubungan estimasi


penerimaan pembiayaan

c. Jurnal Anggaran untuk mencatat dokumen APBN/APBN-P sehubungan


apropriasi belanja negara

d. Jurnal Anggaran untuk mencatat dokumen APBN/APBN-P sehubungan


apropriasi pengeluaran pembiayaan

ADHIRAYAKTA 2021 5
WEEK 2 - AKPEM II

2. JURNAL ANGGARAN UNTUK DIPA


✓ Pada saat diterimanya DIPA
✓ Oleh setiap satker selaku entitas akuntansi yang menerima DIPA
✓ Mencatat estimasi pendapatan yang dialokasikan, allotment belanja/transfer,
estimasi penerimaan pembiayaan yang dialokasikan, dan allotment pengeluaran
pembiayaan
✓ Dicatat dalam BB Akrual dan BB Kas

a. Jurnal Anggaran untuk mencatat dokumen DIPA sehubungan estimasi


pendapatan

b. Jurnal Anggaran untuk mencatat dokumen DIPA sehubungan allotment belanja


(pagu anggaran belanja)

c. Jurnal Anggaran untuk mencatat dokumen DIPA sehubungan estimasi


penerimaan pembiayaan yang dialokasikan

ADHIRAYAKTA 2021 6
WEEK 2 - AKPEM II

d. Jurnal Anggaran untuk mencatat dokumen DIPA sehubungan allotment


pengeluaran pembiayaan yang dialokasikan

3. JURNAL STANDAR ANGGARAN UNTUK KOMITMEN


✓ Mencatat komitmen atas belanja dan pengeluaran pembiayaan pemerintah
✓ Tidak dimaksudkan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan
pemerintah
✓ Melainkan untuk tujuan manajemen anggaran dan pengelolaan kas dalam
memperhitungkan ketersediaan dana
✓ Pada entitas akuntansi/ pelaporan K/L menggunakan single entry
✓ Pada entitas akuntansi/ pelaporan BUN menggunakan double entry
✓ Pencatatan di BB Akrual

a. Pada entitas akuntasi pelaporan K/L

ADHIRAYAKTA 2021 7
WEEK 2 - AKPEM II

b. Pada saat terdapat resume tagihan di K/L

ADHIRAYAKTA 2021 8
WEEK 2 - AKPEM II

AKUNTANSI PENDAPATAN
1. DEFINISI PENDAPATAN
a. PENDAPATAN LRA
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan rekening kas umum negara yang
menambah Saldo Anggaran Lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali
b. PENDAPATAN LO
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah ekuitas
dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali
2. KLASIFIKASI PENDAPATAN
a. Pendapatan Perpajakan
Pendapatan Perpajakan-LO adalah hak pemerintah pusat yang berasal dari
pendapatan perpajakan yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan perpajakan-LRA adalah seluruh penerimaan uang yang masuk ke kas
negara yang berasal dari perpajakan pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah SAL dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali.
b. Pendapatan PNBP
Pendapatan PNBP-LO adalah hak pemerintah pusat yang berasal dari pendapatan
PNBP yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan PNBP-LRA adalah seluruh penerimaan uang yang masuk ke kas negara
yang tidak berasal dari pendapatan pajak pusat dan/ atau pendapatan hibah yang
diakui sebagai penambah SAL dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
dan tidak perlu dibayar kembali.
c. Pendapatan hibah
Pendapatan Hibah-LO adalah penerimaan Pemerintah dalam bentuk devisa, devisa
yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/ atau surat berharga yang diperoleh dari
pemberi hibah, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

ADHIRAYAKTA 2021 9
WEEK 2 - AKPEM II

Pendapatan Hibah-LRA adalah seluruh penerimaan uang yang masuk ke kas negara
yang berasal dari hibah yang diterima pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah SAL dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu
dibayar kembali.
3. JENIS-JENIS PENDAPATAN
1) Pendapatan Perpajakan
Pendapatan Perpajakan- LO, terdiri atas:
1) Pajak Penghasilan (PPh)- LO, yang dibagi menjadi:
• PPh Minyak dan Gas Bumi (Migas)
• PPh Non Migas
• PPh Ditanggung Pemerintah (DTP)
2) Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPN dan
PPnBM)-LO, terdiri dari:
• Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
• Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM)
3) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)-LO yaitu pendapatan pajak yang bersumber
dari sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan (PBB-P3).
4) Pendapatan Pajak Lainnya-LO terdiri dari Pendapatan Pajak Lainnya dan
Pendapatan Bunga Penagihan Pajak.
Pendapatan Perpajakan- LRA
1) Pendapatan Pajak Penghasilan
2) Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah
3) Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
4) Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
5) Pendapatan Cukai
6) Pendapatan Bea Masuk
7) Pendapatan Bea Keluar
8) Pendapatan Pajak Lainnya

2) Pendapatan PNBP
Pendapatan PNBP-LO maupun PNBP LRA terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1) Pendapatan PNBP perizinan.

ADHIRAYAKTA 2021 10
WEEK 2 - AKPEM II

2) Pendapatan PNBP layanan


3) Pendapatan PNBP Eksploitasi/Pemanfataan sumber daya alam (SDA), terdiri
atas:
• Pendapatan Sumber Daya Alam Migas,
• Pendapatan Sumber Daya Alam Non Migas
4) Pendapatan PNBP yang diperoleh dari investasi Pemerintah. Pendapatan ini
diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka
panjang.
5) Pendapatan PNBP yang diperoleh dari pemanfaatan aset pemerintah adalah
PNBP yang berasal dari antara lain penyewaan aset pemerintah, pendapatan
dari kerja sama antara pemerintah dengan pihak ketiga dan lain-lain
6) Pendapatan PNBP lainnya

3) Pendapatan Hibah
1) Pendapatan hibah terecana
2) Pendapata hibah langsung

4. ASAS BRUTO
Pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan
pendapatan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).
Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto (biaya) bersifat
variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat di estimasi terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat dikecualikan.
5. PENGAKUAN PENDAPATAN
a. PENGAKUAN PENDAPATAN-LRA
Pendapatan-LRA baik pendapatan perpajakan, pendapatan PNBP, maupun
pendapatan hibah dicatat pada saat kas dari pendapatan tersebut diterima di
rekening kas umum negara kecuali Pendapatan BLU.
Pendapatan BLU diakui oleh pemerintah pada saat pendapatan tersebut
dilaporkan atau disahkan oleh Bendahara Umum Negara.

ADHIRAYAKTA 2021 11
WEEK 2 - AKPEM II

b. PENGAKUAN PENDAPATAN-LO
• Pendapatan Perpajakan LO yang dipungut dengan metode official assessment
diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih
• Pendapatan perpajakan-LO yang dipungut dengan metode self assessment
maupun sistem withholding assesment diakui pada saat realisasi kas diterima
oleh bendahara penerimaan
• Pendapatan PNBP-Perizinan LO diakui pada saat diterimanya kas oleh
pemerintah pada saat wajib bayar mengajukan permohonan izin atau pada saat
diterbitkannya tagihan oleh Pemerintah apabila berdasarkan ketentuan
pembayaran dilakukan oleh wajib bayar setelah izin diterbitkan.
• PNBP-Layanan LO & Eksploitasi SDA – LO diakui pada saat timbulnya hak atas
pendapatan tersebut, atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi.
• PNBP-LO yang diperoleh dari Investasi Pemerintah jangka pendek berupa
bunga deposito dan bunga obligasi serta dividen tunai diakui pada saat diterima
di Rekening Kas Umum Negara.
• Pendapatan PNBP-LO yang diperoleh dari pemanfaatan aset (yakni aset non
keuangan) pemerintah diakui sesuai dengan hak yang dapat diakui oleh entitas
sesuai dengan perjanjian yang dibuat
• PNBP Lainnya-LO
✓ Pendapatan PNBP-LO lainnya yang berasal dari keuntungan penjualan aset
diakui pada saat diterima oleh entitas;
✓ Pendapatan PNBP-LO yang berasal dari bunga/jasa perbankan diakui pada
saat diterima oleh entitas;
✓ Pendapatan PNBP-LO yang berasal dari pengembalian kembali belanja
tahun sebelumnya diakui pada saat diterima oleh entitas;
✓ Pendapatan PNBP-LO yang berasal dari denda akibat perjanjian atau
peraturan diakui pada saat menjadi hak entitas;
✓ Pendapatan PNBP-LO yang berasal dari putusan pengadilan atau
pelanggaran hukum lainnya diakui pada saat salinan putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap (inkhract) diterima oleh eksekutor yang
dijadikan dasar penagihan; dan

ADHIRAYAKTA 2021 12
WEEK 2 - AKPEM II

✓ Pendapatan PNBP-LO yang berasal dari penghapusan utang diakui pada


saat telah ada penetapan dari pemberi pinjaman bahwa utang entitas telah
dihapuskan oleh pemberi pinjaman.
• Pendapatan Hibah-LO dalam bentuk uang, diakui pada saat kas diterima di
RKUN atau reksus, tanggal penarikan (valuta) yang tercantum dalam NoD, atau
pengesahan oleh kuasa BUN. Sedangkan pendapatan hibah-LO dalam bentuk
barang/jasa dan/atau surat berharga diakui dan dicatat pada saat pengesahan
oleh kuasa BUN
6. PENGUKURAN PENDAPATAN
a. PENDAPATAN-LRA
Pendapatan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas yang masuk ke kas
negara dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan
dicatat tanpa dikurangkan / dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan tersebut
b. PENDAPATAN-LO
Pendapatan-LO diukur sebesar nilai bruto dan jumlah tersebut tidak boleh
dikompensasikan dengan beban-beban yang ada.
• Pendapatan-LO perpajakan diukur dengan nilai nominal yaitu nilai aliran masuk
yang telah diterima oleh pemerintah untuk self assessment system dan
Withholding tax system. Sementara itu untuk official assessment, pendapatan-
LO perpajakan diukur dengan nilai yang ditetapkan oleh Pemerintah.
• Pengukuran Pendapatan PNBP-LO melalui beberapa cara:
✓ Jumlah yang diterima dari wajib bayar atas pendapatan bukan pajak-LO
yang diakui berdasarkan aliran uang masuk yang diterima di Kas Umum
Negara;
✓ Jumlah yang menjadi hak entitas atas pendapatan bukan pajak yang berasal
dari kontrak kerjasama dalam rangka perikatan;
✓ Tarif PNBP dengan menggunakan formula tertentu. PNBP ini diukur
dengan memasukkan variabel tertentu yang dimasukkan ke dalam formula
yang tertera dalam peraturan pemerintah tentang jenis dan tarif
pendapatan bukan pajak.

ADHIRAYAKTA 2021 13
WEEK 2 - AKPEM II

• Pendapatan Hibah LO diukur sebagai berikut


✓ Pendapatan hibah dalam bentuk kas dicatat sebesar:
a. Nilai nominal hibah yang diterima di RKUN atau Reksus;
b. Nilai nominal yang tercantum dalam NoD; atau
c. Nilai nominal yang tercantum dalam SP2HL/SPHL yang disahkan oleh
Kuasa BUN.
✓ Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang
menyertakan nilai hibah, dicatat sebesar nilai barang/jasa dan/atau surat
berharga yang diterima berdasarkan BAST
✓ Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang tidak
menyertakan nilai hibah, pengukuran dilakukan berdasarkan :
a. menurut biayanya,
b. menurut harga pasar,
c. atau menurut perkiraan/taksiran harga wajar berdasarkan hasil penilaian.
7. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
a. PENDAPATAN LO
Disajikan pada laporan operasional dan diungkapkan pada Catatan atas Laporan
Keuangan
b. PENDAPATAN LRA
Disajikan pada laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas
8. JURNAL TRANSAKSI
JURNAL TRANSAKSI PENDAPATAN
a. Pendapatan tunai yang diterima di rekening kas negara dan/atau melalui potongan
SPM, jurnal pada entitas akuntansi/pelaporan Pemerintah.

Jurnal pengakuan kas pada Kuasa BUN

ADHIRAYAKTA 2021 14
WEEK 2 - AKPEM II

b. Pendapatan perpajakan diterima oleh bendahara pengeluaran/penerimaan entitas


akuntansi/ pelaporan pemerintah (pemungut pajak), namun belum disetor ke
rekening kas negara. Jurnal pada entitas akuntansi/pelaporan pemungut pajak

c. Pungutan PAJAK telah disetor ke rekening kas negara,


jurnal pada pemungut pajak

d. Pendapatan PNBP diterima oleh Bendahara penerimaan entitas akuntansi/


pelaporan pemerintah (pemungut PNBP), namun belum disetor ke rekening kas
negara. Jurnal pada entitas akuntansi/pelaporan pemungut PNBP

Pungutan PNBP telah disetor ke rekening kas negara


Jurnal balik (Pada pemungut PNBP)

Jurnal pada pengakuan realisasi PNBP (Pada pemungut PNBP)

ADHIRAYAKTA 2021 15
WEEK 2 - AKPEM II

e. Diterima hibah langsung uang oleh Bendahara Pengeluaran dan/ atau Bendahara
Penerimaan entitas akuntansi/ pelaporan pemerintah penerima hibah. Jurnal pada
penerima hibah atas pendapatan tunai dari hibah langsung uang belum disahkan.

f. Diterima hibah langsung barang atau jasa oleh Bendahara Pengeluaran dan/ atau
Bendahara Penerimaan entitas akuntansi/ pelaporan pemerintah penerima hibah.
Jurnal pada penerima hibah atas pendapatan dari hibah langsung barang/jasa belum
disahkan.

g. Pengesahan secara periodik atas pendapatan Hibah langsung uang yang diterima
entitas akuntansi/pelaporan untuk keuntungan Kas Lainnya di Kementerian
Negara/Lembaga dari Hibah kepada KPPN selaku Kuasa BUN.

ADHIRAYAKTA 2021 16
WEEK 2 - AKPEM II

h. Pengesahan secara periodik atas pendapatan hibah langsung barang/jasa yang


diterima entitas akuntansi/pelaporan, jurnal pada entitas akuntansi/pelaporan.

i. Pengembalian sisa dana hibah langsung uang TAB kepada donor yang telah
disahkan KPPN selaku kuasa BUN, pencatatan jurnal oleh entitas
akuntansi/pelaporan :

j. Pengembalian sisa dana hibah langsung uang TAYL dan telah disahkan KPPN selaku
kuasa BUN, pencatatan jurnal oleh entitas akuntansi/pelaporan :

k. Pengembalian sisa dana hibah langsung uang TAB melalui penyetoran ke kas negara
yang telah disahkan KPPN selaku kuasa BUN, pencatatan jurnal oleh entitas
akuntansi/pelaporan :

ADHIRAYAKTA 2021 17
WEEK 2 - AKPEM II

JURNAL PENGEMBALIAN PENNDAPATAN


l. Pengembalian kelebihan pendapatan tunai (Pajak/PNBP) yang diterima di rekening
kas negara dan/atau kelebihan pemotongan SPM, baik di TAB maupun di TAYL,
dibebankan sebagai pengurang pendapatan di TAB.

m. Pembayaran pada TAB atas pengembalian kelebihan pendapatan tunai PNBP yang
diterima di rekening kas negara dan/atau kelebihan pemotongan SPM yang terjadi
pada TAYL, dapat dibebankan sebagai pengurang pendapatan di TAB seperti jurnal
diatas, atau dapat dibebankan sebagai pengurang SAL.
Jurnal pada entitas akuntansi/pelaporan PNBP : Tidak ada jurnal
JURNAL PIUTANG PENDAPATAN
n. Pada saat entitas akuntansi/pelaporan Pemerintah melakukan pengakuan atas
pendapatan (kredit) dan piutang berdasarkan surat ketetapan, surat penagihan,
dan/ atau dokumen lainnya yang sah maka perlu dilakukan pencatatan jurnal

JURNAL PENYELESAIAN PENDAPATAN


o. Penyelesaian piutang pada entitas akuntansi / pelaporan Pemerintah Pusat, meliputi
2 tahapan pencatatan yaitu jurnal balik dan jurnal realisasi pendapatan.

ADHIRAYAKTA 2021 18
WEEK 2 - AKPEM II

p. Sedangkan khusus untuk penyelesaian piutang TP /TGR maka jurnal pada entititas
akuntansi dan/ atau pelaporan adalah sebagai berikut.

JURNAL PEGEMBALIAN PENDAPATAN


q. Pendapatan tunai (Pajak, PNBP dan/ atau Hibah) yang telah diterima di rekening
kas negara atau pendapatan negara yang diperoleh melalui potongan SPM jika
mengalami kelebihan dari yang seharusnya maka akan dilakukan pengembalian
berdasarkan surat tagihan yang telah divalidasi atau dokumen lainnya yang sah.
Entitas akuntansi/pelaporan akan mencatatnya dan mengakui sebagai kewajiban.

r. Jika entitas akuntansi/pelaporan melakukan penyelesaian kewajiban dengan


melakukan pembayaran secara tunai maka entitas akuntansi/pelaporan akan
mencatatnya dengan melakukan jurnal balik dan jurnal pengembalian pendapatan.

JURNAL PENYESUAIAN PENDAPATAN


s. Pendapatan diterima di muka (Pajak dan/ atau PNBP) yang belum menjadi hak
pendapatan entitas akuntansi/ pelaporan pemerintah

ADHIRAYAKTA 2021 19
WEEK 2 - AKPEM II

t. Pendapatan berjalan/bunga akrual yang belum jatuh tempo

u. Amortisasi kewajiban sebagai pengakuan pendapatan yang timbul sehubungan


dengan perjanjian kemitraan atas pemanfaatan BMN pola Bangun Serah Kelola
dan/ atau perjanjian konsesi jasa

ADHIRAYAKTA 2021 20
WEEK 2 - AKPEM II

AKUNTANSI PIUTANG
1. DEFINISI PIUTANG
Uang/hak pemerintah, dapat dinilai dengan uang, diharapkan dapat diterima di masa
yang akan datang
2. KLASIFIKASI PIUTANG
a. PIUTANG JANGKA PENDEK
DEFINISI
Jumlah uang yang akan diterima oleh pemerintah dan/atau hak pemerintah (dinilai
dengan uang) sebagai akibat perjanjian, kewenangan pemerintah, atau akibat
lainnya yang sah, yang diharapkan diterima pemerintah dalam waktu 12 bulan sejak
tanggal pelaporan
JENIS-JENIS PIUTANG JANGKA PENDEK
• Piutang Pajak
• Piutang Bukan Pajak
Piutang Bukan Pajak mencakup:
1) Piutang dari Penerimaan Sumber Daya Alam;
2) Piutang dari Pendapatan Laba BUMN;
3) Piutang dari Pendapatan PNBP Lainnya.
• Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA)
• Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi
(TP/TGR)
• Bagian Lancar Piutang Jangka Panjang
• Beban Dibayar di Muka/Uang Muka Belanja
• Piutang BLU
• Piutang Transfer ke Daerah
PENGUKURAN
• Piutang pajak : nilai nominal
• Piutang bukan pajak : nilai nominal
• Bagian lancar TPA : nilai TPA yang akan jatuh tempo
• Bagian lancar TP/TG : nilai TP/TGR yang akan jatuh tempo
• Bagian lancar PJP : nilai PJP yang akan jatuh tempo

ADHIRAYAKTA 2021 21
WEEK 2 - AKPEM II

• Beban dibayar di muka : nilai yang belum diterima


• Piutang BLU : nilai nominal
• Piutang transfer : nilai nominal kelebihan ke daerah transfer
PENYAJIAN
Piutang disajikan pada pos aset lancar di neraca menurut jenis-jenis piutang.
PENGUNGKAPAN
Informasi mengenai piutang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan
b. PIUTANG JANGKA PANJANG
DEFINISI
Piutang yang diharapkan/dijadwalkan akan diterima dalam jangka waktu lebih dari
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
JENIS-JENIS PIUTANG JANGKA PANJANG
• Piutang Tagihan Penjualan Angsuran (TPA)
• Tagihan Tuntutan Perbendaharaan (TP)/Tuntutan Ganti Rugi Bukan
Bendahara (TGR)
3. PENYISIHAN PIUTANG
• Tujuan penyisihan piutang jk pendek dan jk panjang → NRV
• Penyisihan piutang menimbang kualitas/umur piutang → Metode Pencadangan
• Kualitas piutang: hampiran atas ketertagihan piutang yang diukur berdasarkan
kepatuhan membayar oleh debitur
• Penentuan kualitas piutang tidak dilakukan terhadap:
a. Belanja dibayar di muka/uang muka belanja
b. Piutang transfer ke daerah dan piutang kelebihan pembayaran dimaksud yang
dikompensasikan di TA berikutnya
KEBIJAKAN PENYISIHAN PIUTANG
• Lancar
Belum dilunasi hingga jatuh tempo. Disisihkan paling sedikit 5 per mil atau 0,5%
• Kurang lancar
Belum dilunasi hingga satu bulan sejak Surat Tagihan Pertama. Disisihkan 10% dari
nilai piutang kualitas kurang lancar setelah dikurangi nilai agunan
• Diragukan

ADHIRAYAKTA 2021 22
WEEK 2 - AKPEM II

Belum dilunasi hingga satu bulan sejak Surat Tagihan Kedua. Disisihkan 50% dari
nilai piutang kualitas diragukan setelah dikurangi nilai agunan
• Macet
Belum dilunasi hingga satu bulan sejak Surat Tagihan Ketiga atau piutang
dilimpahkan ke DJKN. Disisihkan 100% dari nilai piutang kualitas macet setelah
dikurangi nilai agunan
4. PENGHENTIAN PIUTANG
Terjadi akibat pelunasan atau penghapusan
Ada 2 cara penghapusan:
• Penghapusbukuan piutang (write-off)
Merupakan kebijakan internal, pesimis kemampuan debitur membayar, proses dan
keputusan akuntansi agar nilai piutang dapat dipertahankan sesuai NRV
• Penghapustagihan piutang
Penghapusan hak tagih/upaya tagih secara perdata

“Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah


seolah engkau hidup selamanya.”

(Mahatma Gandhi)

ADHIRAYAKTA 2021 23
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

PERTEMUAN 3 dan 4
Akuntansi Belanja, Beban, dan Persediaan

Disusun oleh:
1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah
2. Sonia Eka Oktavia
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

Akuntansi Belanja dan Beban


A. Jenis belanja dan beban
Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa atau biaya yang timbul
akibat transaksi tersebut dalam periode laporan yang berdampak pada penurunan
ekuitas, baik berupa pengeluaran, konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Jenis-jenis beban:
1. Beban Pegawai;
2. Beban Persediaan;
3. Beban Barang dan Jasa;
4. Beban Pemeliharaan;
5. Beban Perjalanan Dinas;
6. Beban Barang untuk Diserahkan kepada Masyarakat;
7. Beban Bunga;
8. Beban Subsidi;
9. Beban Hibah;
10. Beban Bantuan Sosial;
11. Be ban Transf er;
12. Beban Lain-lain;
13. Beban Penyusutan dan Amortisasi;
14. Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih

Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara (RKUN) yang
mengurangi saldo anggaran lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Jenis-jenis belanja:
1. Belanja Pegawai;
2. Belanja Barang;
3. Belanja Modal;
4. Belanja Bunga Utang;

ADHIRAYAKTA 2021 2
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

5. Belanja Subsidi;
6. Belanja Hibah;
7. Belanja Bantuan Sosial;
8. Belanja Lain-lain

B. Akuntansi Belanja dan Beban K/L


Pengakuan Belanja
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara atau
Pengesahan dari Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara.

Pengakuan Beban
1. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi
2. Terjadinya konsumsi aset
3. Timbulnya kewajiban

Pengukuran Belanja
Belanja diukur berdasarkan azas bruto dari nilai nominal sesuai dengan SPM/SP2D atau
dokumen pengeluaran negara yang dipersamakan dan/atau dokumen pengesahan
belanja yang diterbitkan oleh bendahara umum negara/kuasa bendahara umum negara

Pengukuran Beban
a. Beban pegawai
Dicatat sebesar resume tagihan belanja pegawai dan/atau tagihan kewajiban
pembayaran belanja .
b. Beban persediaan
Dicatat sebesar pemakaian persediaan berdasarkan transaksi mutasi keluar
penggunaan persediaan.
Beban persediaan tidak memperhitungkan persediaan yang diperoleh dari belanja
barang yang akan diserahkan kepada masyarakat/ PEMDA dan persediaan yang
diperoleh dari belanja bantuan sosial berbentuk barang.

ADHIRAYAKTA 2021 3
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

c. Beban barang dan jasa


Dicatat Sebesar Resume Tagihan Belanja Barang Dan Jasa, Tagihan Kewajiban
Pembayaran Belanja Barang Dan Jasa Oleh Pihak Ketiga Yang Telah Disetujui
KPA/PPK Dan/Atau Perhitungan Akuntansi Belanja Modal Yang Tidak Memenuhi
Kapitalisasi Aset
d. Beban pemeliharaan
Dicatat Sebesar Resume Tagihan Belanja Pemeliharaan, Tagihan Kewajiban
Pembayaran Belanja Pemeliharaan Oleh Pihak Ketiga Yang Telah Disetujui KPA/PPK
Dan/ Atau Pemakaian Persediaan Untuk Pemeliharaan Berdasarkan Transaksi Mutasi
Keluar Penggunaan Persediaan Untuk Pemeliharaan.
e. Beban perjalanan dinas
Dicatat sebesar resume tagihan belanja perjalanan dinas dan/atau tagihan kewajiban
pembayaran belanja perjalanan dinas oleh pihak ketiga yang telah disetujui
KPA/PPK.
f. Beban barang utk diserahkan kpd masyarakat
Dicatat sebesar resume tagihan belanja barang untuk diserahkan kepada masyarakat,
tagihan kewajiban pembayaran belanja barang diserahkan kepada masyarakat yang
telah disetujui KPA/PPK dan/ atau pemakaian persediaan untuk barang yang
diserahkan kepada masyarakat berdasarkan transaksi mutasi keluar penggunaan
persediaan yang diserahkan kepada masyarakat
g. Beban bansos
Dicatat sebesar resume tagihan belanja bantuan sosial dan/ atau tagihan kewajiban
pembayaran belanja bantuan sosial oleh pihak ketiga yang disetujui KPA/PPK
h. Beban penyusutan dan amortisasi
Dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas perlakuan penyusutan masing-masing jenis
aset tetap dalam operasional dan tidak dalam operasional (kecuali tanah) dan
amortisasi aset tidak berwujud
i. Beban penyisihan
Dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas perlakuan penyisihan piutang tidak
tertagih dengan memperhatikan masing-masing kualitas piutang

ADHIRAYAKTA 2021 4
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

Ayat Jurnal Transaksi


a) Beban/belanja yang tidak menghasilkan persediaan
Resume tagihan belanja/SPP
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Beban ….. xxx -
Belanja ymh dibayar xxx

Realisasi pembayaran belanja (SP2D)


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Belanja ymh dibayar xxx Belanja ….. xxx
Ditagihkan ke entitas lain xxx Ditagihkan ke entitas lain xxx

b) Beban/belanja yang menghasilkan persediaan


Klasifikasi akun belanja yang menghasilkan persediaan:
• Belanja Persediaan Bahan untuk Operasional
• Belanja Persediaan Bahan untuk Proses Produksi
• Belanja Persediaan Bahan Lainnya
• Belanja Barang Persediaan Pemeliharaan
• Belanja Persediaan untuk Dijual/Diserahkan Kepada Masyarakat
• Belanja Persediaan untuk Diserahkan kepada Mantan Presiden dan/ atau
Mantan Wakil Presiden
• Belanja Persediaan dalam rangka bantuan sosial
Persediaan diterima dan belum verifikasi barang/resume tagihan
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Persediaan yg belum xxx -
diregister
Utang yang belum xxx
diterima tagihannya

ADHIRAYAKTA 2021 5
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

Resume tagihan (SPP/SPM)


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Utang yang belum xxx -
diterima tagihannya
Belanja ymh dibayar xxx

SP2D
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Belanja ymh dibayar xxx Belanja barang persediaan xxx
DKEL xxx DKEL xxx

Verifikasi kondisi persediaan


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Persediaan xxx -
Persediaan yg blm diregister xxx

c) Belanja Modal
Transaksi Belanja Modal terjadi dengan adanya pengadaan Aset Non Lancar dan
diikuti dengan penerbitan SPM dan SP2D

Aset diterima dan belum verifikasi barang/resume tagihan


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Aset yg blm diregister xxx -
Utang yang belum diterima xxx
tagihannya

ADHIRAYAKTA 2021 6
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

Resume tagihan (SPP/SPM)


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Utang yang belum diterima xxx -
tagihannya
xxx
Belanja ymh dibayar

SP2D
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Belanja ymh dibayar xxx Belanja Modal xxx
DKEL xxx DKEL xxx

Verifikasi kondisi aset/perekaman aset pada SIMAK BMN


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Aset xxx -
Aset yg blm diregister xxx

C. Pengembalian Belanja
Pengembalian Belanja Tahun Anggaan Berjalan (TAB) diakui sebagai pengurang belanja
TAB. Sedangkan Pengembalian Belanja Tahun Anggaran Yang Lalu (TAYL) diakui
sebagai pendapatan lain-lain.

D. Penyajian dan Pengungkapan Belanja


Belanja diungkapkan pada:
1) Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebagai pengeluaran negara;
2) Laporan Arus Kas Keluar kategori Aktivitas Operasi;
3) Laporan Arus Kas Keluar kategori Aktivitas Investasi; dan
4) CaLK untuk memudahkan pengguna mendapatkan informasi.

ADHIRAYAKTA 2021 7
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

Akuntansi Persediaan
A. Jenis persediaan
a. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan
operasional pemerintah, misalnya:
a) barang habis pakai, contoh: barang konsumsi, alat tulis kantor, amunisi, bahan
untuk pemeliharaan, persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga.
b) barang tak habis pakai,contoh: komponen peralatan dan pipa, suku cadang.
c) barang bekas pakai, contoh: komponen bekas
b. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi (jika
pemerintah memproduksi sendiri), misalnya bahan baku pembuatan alat-alat
pertanian.
c. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan
kepada masyarakat, contohnya alat-alat pertanian setengah jadi.
d. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam
rangka kegiatan pemerintahan, misalnya tanah, bangunan hewan atau tanaman
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, pita cukai dan leges.
B. Siklus akuntansi persediaan
1) Pengakuan Persediaan
Persediaan diakui pada saat:
a. Potensi manfaat masa depan diperoleh pemerintah dan punya nilai/biaya yang
dapat diukur andal.
b. Diterima/hak kepemilikan telah berpindah.
Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat sesuai hasil inventarisasi fisik.
Persediaan bahan baku dan perlengkapan untuk proyek swakelola diperkirakan ke
suatu perkiraan aset untuk konstruksi dalam pengerjaan (KDP) tidak dihitung sebagai
persediaan.

ADHIRAYAKTA 2021 8
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

2) Pengukuran persediaan
Persediaan dicatat dan disajikan sebesar:
a. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan cara pembelian.
Biaya perolehan meliputi harga pembelian, biaya angkut, biaya penanganan, dan
biaya lain hingga siap untuk dipakai. Sementara potongan harga, rabat, dan lainnya
dapat mengurangi biaya perolehan.
b. Biaya standar apabila diperoleh dengan cara produksi sendiri.
Biaya standar adalah biaya langsung dan tidak langsung yang terkait dengan
produksi sesuai rencana kerja dan anggaran.
c. Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara donasi/rampasan.
Nilai wajar dapat berupa nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban
antar pihak yang berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.

3) Metode Penilaian Persediaan


Penilaian persediaan menggunakan:
a) Metode sistematis seperti FIFO maupun rata rata tertimbang,
b) Harga pembelian terakhir bila tiap unit persediaan tidak material dan berbagai
macam jenis.
Persediaan yang tidak memiliki nilai nominal dan dimaksudkan untuk dijual, maka
menggunakan biaya perolehan terakhir, misal: pita cukai. Sementara hewan dan
tumbuhan yang dikembangbiakkan dinilai sesuai nilai wajar

4) Jurnal Standar Persediaan dan Beban Persediaan


a) Jurnal pembelian persediaan
Pembeliaan persediaan meskipun uang belum dibayarkan
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Persediaan yg blm diregister xxx -
Utang yg blm diterima tagihannya xxx

ADHIRAYAKTA 2021 9
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

Pencatatan persediaan
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Persediaan xxx -
Persediaan yg blm diregister xxx

Pembayaran pembelian persediaan


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Utang yg blm diterima tagihannya xxx Belanja barang operasional xxx
DKEL xxx DKEL xxx

b) Jurnal pemakaian persediaan


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Beban Persediaan xxx -
Persediaan xxx

5) Transaksi uang persediaan


a) Transaksi penyediaan uang persediaan/tambahan uang persediaan (UP/TUP)
Pengajuan SPM UP/TUP
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Pengeluaran transito UP/TUP xxx -
Pengeluaran transito UP/TUP ymh xxx
dibayar

Piutang dari UP yang akan diterima xxx


Pengeluaran transito UP/TUP xxx

ADHIRAYAKTA 2021 10
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

SP2D UP terbit
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Pengeluaran transito UP/TUP ymh xxx -
dibayar
Uang muka dari KPPN xxx

Kas di Bendahara Pengeluaran xxx


Piutang dari UP yang akan diterima xxx

b) Transaksi belanja dengan uang persediaan


Pembayaran Bendahara (kuitansi) atas belanja expendable
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
- - - - - -

Pembayaran Bendahara (kuitansi) atas belanja yg menghasilkan persediaan/aset


intrakomptabel
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Persediaan/aset yg blm diregister xxx -
Utang yg blm diterima tagihannya xxx

Pengajuan SPP/SPM Penggantian UP (GUP) utk belanja expendable


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Beban ..... xxx -
Belanja barang ymh dibayar xxx

Pengajuan SPP/SPM Penggantian UP (GUP) utk belanja yg menghasilkan persediaan/aset

ADHIRAYAKTA 2021 11
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

intrakomptabel
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Utang yg blm diterima tagihannya xxx -
Belanja barang ymh dibayar xxx

SP2D GUP terbit


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Belanja barang ymhd xxx Belanja ..... xxx
DKEL xxx DKEL xxx

c) Transaksi pengembalian uang persediaan dengan penerbitan SPM GU Nihil dan


PTUP

Resume tagihan )SPP/SPM)


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Beban ..... xxx -
Belanja ymh dibayar xxx

Utang kpd pihak ketiga lainnya xxx


Penerimaan pengembalian UP xxx
dana rupiah

Penerimaan pengembalian UP dana xxx


rupiah
Pengeluaran transito ymhd xxx

Terbit SP2D GU-Nihil

ADHIRAYAKTA 2021 12
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

Buku Besar Akrual Buku Besar Kas


Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Belanja ymh dibayar xxx Belanja .... xxx
DKEL xxx DKEL xxx

Penerimaan pengembalian UP xxx Uang muka dari KPPN xxx


dana rupiah Penerimaan xxx
Utang kpd pihak ketiga xxx pengembalian UP/TUP
lainnya
xxx
Pengeluaran transito ymhd xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran
xxx
Uang muka dari KPPN xxx
Penerimaan pengembalian UP
dana rupiah

d) Transaksi pengembalian uang persediaan dengan penyetoran langsung ke Kas


Negara
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Uang muka dari KPPN xxx -
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

e) Pengesahan belanja expendable dari hibah langsung (dalam bentuk uang)


Resume belanja (pengajuan SPP/SPM)
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Beban ..... xxx -
Belanja ymh dibayar xxx

ADHIRAYAKTA 2021 13
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

Pengesahan belanja (SP2D terbit)


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Belanja ymhd xxx Belanja ..... xxx
Kas lainnya di KL dari xxx Kas lainnya di KL dari xxx
hibah hibah

Diterima barang
Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Persediaan blm diregister xxx -
Aset tetap blm diregister xxx
Aset lainnya blm diregister xxx
Utang ybdt xxx

Resume hibah langsung aset (MPHL)


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Utang ybdt xxx -
Belanja ymh dibayar xxx

Pengesahan hibah langsung aset (MPHL)


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Belanja ymh dibayar xxx -
Kas lainnya di KL dari hibah xxx

ADHIRAYAKTA 2021 14
WEEK 3 & 4 - AKPEM II

Pencatatan aset pada aplikasi Simak BMN


Buku Besar Akrual Buku Besar Kas
Uraian Dr Cr Uraian Dr Cr
Persediaan xxx -
Persediaan blm diregister xxx
Aset tetap xxx
Aset tetap blm diregister xxx
Aset lainnya xxx
Aset lainnya blm diregister xxx

C. Penyajian dan Pengungkapan Persediaan


Persediaan merupakan komponen dari aset lancar. Persediaan yang rusak/usang
diungkapkan pada CaLK. Selain itu, dalam CaLK dibutuhkan pula pengungkapan:
1. Kebijakan akuntansi dalam pengukuran persediaan.
2. Penjelasan lanjutan persediaan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat,
digunakan dalam produksi, maupun yang dijual atau diserahkan kepada
masyarakat.
3. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan yang rusak/usang.

“Pembelajaran tidak didapat dengan kebetulan.


Ia harus dicari dengan semangat dan disimak
dengan tekun.”

(Abigail Adams)

Sumber :
1. Sri Suryanovi, 2014, Seri Akuntansi Pemerintah Indonesia: Akuntansi Pemerintah
Pusat
2. PPT Akuntansi Belanja dan Beban Kementerian/Lembaga dari Tim Dosen AKPEM II
PKN STAN Jakarta

ADHIRAYAKTA 2021 15
WEEK 5 - AKPEM II

PERTEMUAN 5
Akuntansi Aset Tetap

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Sonia Eka Oktavia
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
WEEK 5 - AKPEM II

Aset Tetap

A. DEFINISI ASET TETAP

Aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan, untuk digunakan,
atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum.

B. JENIS ASET TETAP

1. Tanah
2. Peralatan dan Mesin
3. Gedung dan Bangunan
4. Jalan, Irigasi dan jaringan
5. Aset Tetap Lainnya, dan

C. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ASET TETAP

1. Pengakuan

Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan
nilainya dapat diukur secara andal.

2. Pengukuran

a. Biaya Perolehan digunakan untuk menilai aset tetap

b. Nilai wajar digunakan pada saat tidak ada nilai perolehan atau nilai perolehan
tidak dapat diidentifikasi.

ADHIRAYAKTA 2021 2
WEEK 5 - AKPEM II

D. KRITERIA ASET TETAP

a. Berwujud

b. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan

c. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal

d. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas

e. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan

E. PENGUKURAN ASET TETAP

F. BATASAN MINIMUM KAPITALISASI BMN

Nilai satuan minimum kapitalisasi BMN tidak diperlukan untuk BMN berupa:

1) tanah

2) jalan, irigasi, dan jaringan

3) konstruksi dalam pengerjaan

4) aset tetap lainnya, seperti koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian

ADHIRAYAKTA 2021 3
WEEK 5 - AKPEM II

G. KOMPONEN BIAYA

Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau

konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat

diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke

kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan

yang dimaksudkan.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung:

a. Biaya persiapan tempat

b. Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan ongkar muat
(handling cost)

c. Biaya pemasangan (installation cost)

d. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur

e. Biaya konstruksi

f. Testing cost

1. Biaya Perolehan Tanah


• Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan

• Biaya perolehan mencakup

1) Harga pembelian atau biaya pembebasan tanah

2) Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak

3) Biaya pematangan, penimbunan, dan

4) Biaya lainnya yang dikeluarkan ,ataupun yang masih harus dikeluarkan sampai
tanah tersebut siap pakai

• Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli
tersebut jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan

ADHIRAYAKTA 2021 4
WEEK 5 - AKPEM II

2. Biaya Perolehan Peralatan dan Mesin

• Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang


telah dan yang masih harus dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin

tersebut sampai siap pakai

• Biaya perolehan peralatan dan mesin antara lain meliputi

1) Harga pembelian

2) Biaya pengangkutan

3) Biaya instalasi

4) Biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan


dan mesin tersebut siap untuk digunakan

3. Biaya Perolehan Gedung dan Bangunan

• Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan seluruh biaya yang


dikeluarkan dan yang masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan
bangunan sampai siap pakai

• Biaya perolehan gedung dan bangunan meliputi

1) Harga pembelian atau biaya konstruksi

2) Biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak

4. Biaya Perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan

• Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang
dikeluarkan dan masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan
sampai siap pakai.

• Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan antara lain, meliputi:

1) Biaya perolehan atau biaya konstruksi

ADHIRAYAKTA 2021 5
WEEK 5 - AKPEM II

2) Biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi, dan jaringan tersebut siap
pakai

5. Biaya Teratribusi Konstruksi dalam Pengerjaan

• Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses


pembangunan

• Secara swakelola, biaya meliputi:

1. biaya yang berhubungan langsung dengan konstruksi

2. biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat
dialokasikan ke konstruksi tersebut

3. biaya lain yang secara khusus dibebankan sehubungan konstruksi yang bersangkutan

6. Biaya Teratribusi Konstruksi dalam Pengerjaan

• Secara kontrak, biaya meliputi

1. termin yang telah dibayarkan;

2. kewajiban yang masih harus dibayar;

3. pembayaran klaim kepada kontraktor/pihak ketiga,

misalnya klaim karena keterlambatan yang

disebabkan oleh pemberi kerja

7. Pengecualian
1. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan merupakan suatu komponen
biaya aset tetap sepanjang biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung
pada biaya perolehan aset atau membawa aset kekondisi kerjanya.

• Biaya permulaan (start-up cost) dan praproduksi serupa tidak merupakan bagian
biaya suatu aset kecuali biaya tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.

ADHIRAYAKTA 2021 6
WEEK 5 - AKPEM II

8. Biaya Setelah Perolehan Awal


Apakah memperpanjang masa manfaat atau kemungkinan besar memberi manfaat
ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau
peningkatan standar kinerja?

a. Revenue Expenditure : Sebagai Beban

b. Capital Expenditure : Dikapitalisasi/ditambahkan pada nilai tercatat aset yang


bersangkutan

H. PERTUKARAN ASET

• Biaya suatu aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran yang tidak serupa atau aset
lainnya diukur berdasarkan nilai wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas
nilai tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara
kas dan kewajiban lain yang ditransfer/diserahkan.
• Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas suatu aset yang serupa yang
memiliki manfaat yang serupa dan memiliki nilai wajar yang serupa, maka aset yang
baru diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount) atas aset yang dilepas.

I. PENYUSUTAN

• Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan (depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan.
• Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat
aset tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional.
• Selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan
sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut

METODE PENYUSUTAN

ADHIRAYAKTA 2021 7
WEEK 5 - AKPEM II

• Metode penyusutan aset tetap yang diperkenankan bagi pemerintah pusat adalah
metode penyusutan garis lurus.
• Metode ini dilakukan dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari aset
tetap secara merata selama masa manfaat aset terkait, dengan atau tanpa
memperhitungkan nilai sisa (residu).

J. PENGHENTIAN/PELEPASAN

• Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset secara
permanen dihentikan penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang
akan datang.
• Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari neraca
dan diungkapkan dalam CaLK
• Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi
aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

Penghentian Penggunaan Aset Tetap

Jurnal untuk mencatat reklasifikasi dari aset tetap menjadi aset lainnya

Akun Debit Kredit


Aset Lainnya
Akumulasi Penyusutan Aset Tetap
Peralatan dan Mesin
Akumulasi Penyusu

Jurnal untuk mengeluarkan aset lainnya dari neraca

Akun Debit Kredit


Beban Operasional
Akumulasi Penyusutan Aset-aset Lainnya
Aset Lainnya

ADHIRAYAKTA 2021 8
WEEK 5 - AKPEM II

Pelepasan Penggunaan Aset Tetap

• Pelepasan aset tetap di lingkungan pemerintah lazim disebut sebagai


pemindahtanganan. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang
pengelolaan BMN/BMD, pemerintah dapat melakukan pemindahtanganan
BMN/BMD yang di dalamnya termasuk aset tetap dengan cara: dijual, dipertukarkan,
dihibahkan; atau dijadikan penyertaan modal negara/daerah.
• Apabila suatu aset tetap dilepaskan karena dipindahtangankan, maka aset tetap yang
bersangkutan harus dikeluarkan dari neraca.
• Aset tetap yang dilepaskan melalui penjualan, dikeluarkan dari neraca pada saat
diterbitkan risalah lelang atau dokumen penjualan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
• Aset tetap yang dihibahkan, dikeluarkan dari neraca pada saat telah diterbitkan berita
acara serah terima hibah oleh entitas sebagai tindak lanjut persetujuan hibah.
• Aset tetap yang dipindahtangankan melalui mekanisme penyertaan modal
negara/daerah, dikeluarkan dari neraca pada saat diterbitkan penetapan penyertaan
modal negara/daerah

Aset Tetap Hilang

• Aset tetap hilang harus dikeluarkan dari neraca setelah diterbitkannya penetapan oleh
pimpinan entitas yang bersangkutan berdasarkan keterangan dari pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Terhadap aset tetap yang
hilang, sesuai dengan peraturan perundang-undangan perlu dilakukan proses untuk
mengetahui apakah terdapat unsur kelalaian sehingga mengakibatkan adanya tuntutan
ganti rugi.
• Aset tetap hilang dikeluarkan dari neraca sebesar nilai buku. Apabila terdapat
perbedaan waktu antara penetapan aset hilang dengan penetapan ada atau tidaknya
tuntutan ganti rugi, maka pada saat aset tetap dinyatakan hilang, entitas melakukan
reklasifikasi aset tetap hilang menjadi aset lainnya (aset tetap hilang yang masih dalam
proses tuntutan ganti rugi).
• Selanjutnya, apabila berdasarkan ketentuan perundang-undangan dipastikan terdapat
tuntutan ganti rugi kepada perorangan tertentu, maka aset lainnya tersebut

ADHIRAYAKTA 2021 9
WEEK 5 - AKPEM II

direklasifikasi menjadi piutang tuntutan ganti rugi. Dalam hal tidak terdapat tuntutan
ganti rugi, maka aset lainnya tersebut direklasifikasi menjadi beban.

K. PENGUNGKAPAN

Terkait setiap jenis aset tetap, hal yang perlu diungkap di CaLK mencakup :

• dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount)

• rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:

1) penambahan;

2) pelepasan;

3) akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;

4) mutasi aset tetap lainnya.

• informasi penyusutan, meliputi (1) nilai penyusutan; (2) metode penyusutan yang
digunakan; (3) masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan; (4) nilai tercatat
bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;

L. PERLAKUAN KHUSUS

1. Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca, tetapi diungkapkan


dalam CaLK, kecuali yang digunakan sebagai sarana operasional pemerintah.

2. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi
definisi aset tetap dan harus dipindahkan/direklasifikasi ke pos aset lainnya
sesuai dengan nilai tercatatnya.

3. Peralatan militer, baik yang umum maupun yang khusus, memenuhi definisi aset
tetap (peralatan dan mesin) dan harus diberlakukan prinsip-prinsip yang sama
seperti aset tetap yang lain.

ADHIRAYAKTA 2021 10
WEEK 5 - AKPEM II

Kita adalah apa yang kita percayai.

- C. S Lewis -

ADHIRAYAKTA 2021 11
WEEK 6 – AKPEM II

PERTEMUAN 6
Akuntansi Aset Lainnya

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Sonia Eka Oktavia
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
WEEK 6 – AKPEM II

Aset Lainnya

A. DEFINISI ASET LAINNYA

Aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
dan piutang jangka panjang.

1. Aset Lainnya antara lain:

a. Aset tidak berwujud

b. Kemitraan dengan pihak ketiga

c. Kas yang dibatasi penggunaannya

d. Aset Lain-lain

2. Kriteria Aset Lainnya:

a. Dapat diidentifikasi;

b. Dikendalikan, dikuasai, atau dimiliki oleh pemerintah;

c. Kemungkinan besar manfaat ekonomi dan sosial atau jasa potensial di masa
mendatang mengalir kepada/dinikmati oleh pemerintah; dan

d. Biaya perolehan atau nilai wajar dapat diukur dengan andal.

B. ASET TIDAK BERWUJUD (ATB)

Jenis-jenisnya :

1. Hak Paten dan Hak Cipta

1. Terdiri atas hak paten dan hak cipta, kekayaan intelektual, pengetahuan teknis,
atau karya bermanfaat lainnya.

2. Dengan hak ini, entitas dapat mengendalikan pemanfaatannya dan membatasi


penggunaan yang tidak berhak.

2. Software

1. Software komputer yang bukan bagian tidak terpisahkan dari hardware computer.

3. Lisensi dan Waralaba

ADHIRAYAKTA 2021 2
WEEK 6 – AKPEM II

1. Izin yang diberikan pemilik hak paten atau hak cipta berdasarkan perjanjian untuk
menikmati dengan jangka dan syarat tertentu.

4. Hasil Kajian/Penelitian dengan Manfaat Jangka Panjang

1. Misalnya bentuk hasil penelitian adalah peta digital yang dikembangkan oleh
beberapa K/L.

5. ATB Lainnya

1. ATB tidak bisa diklasifikasikan ke ATB lainnya.

C. PERLAKUAN KHUSUS ATB

✓ Software yang diperoleh atau dibangun oleh internal instansi pemerintah dapat dibagi
menjadi dua, yaitu dikembangkan oleh instansi pemerintah sendiri atau oleh pihak
ketiga.
✓ Software yang diniatkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat harus dicatat
sebagai persediaan .
✓ Software yang dibeli tersendiri dan tidak terkait dengan hardware harus dikapitalisasi
sebagai ATB setelah memenuhi kriteria perolehan aset secara umum. Apabila dibeli
sebagai bagian dari hardware, nilai software tersebut harus dikapitalisasi pada
hardware terkait.

D. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ATB

1. Pengakuan

Diakui sebagai ATB jika memenuhi definisi ATB dan kriteria pengakuan, yakni:

ADHIRAYAKTA 2021 3
WEEK 6 – AKPEM II

1. Kemungkinan besar memberikan manfaat ekonomi mendatang

2. Biaya perolehan atau nilai wajar dapat di ukur andal

2. Pengukuran

1. ATB diukur dengan harga perolehan, yaitu harga untuk memperoleh ATB hingga
siap digunakan dan memiliki manfaat ekonomi mengalir ke entitas

2. ATB diamortisasi, kecuali yang masa manfaat tidak terbatas

3. Penentuan usia perhatikan alih teknologi baru sehingga ATB lama tidak digunakan
lagi

4. Biaya perolehan ATB: harga beli, termasuk biaya impor dan pajak, dikurangi
dengan diskon/rabat.

5. Biaya diatribusikan langsung membawa aset ke kondisi siap guna, contoh : biaya
staf langsung, biaya profesional langsung, biaya pengujian untuk menjamin aset
tersebut dapat berfungsi baik

6. Pengukuran ATB yang diperoleh secara internal :

- ATB dari kegiatan pengembangan yang memenuhi syarat pengakuan, diakui


sebesar biaya perolehan yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak memenuhi
kriteria pengakuan

- Pengeluaran ATB yang awalnya telah diakui sebagai beban tidak boleh diakui
sebagai bagian dari harga perolehan ATB kemudian hari
- ATB yang dihasilkan dari pengembangan software komputer, maka
pengeluaran yang dapat dikapitalisasi adalah pengeluaran tahap
pengembangan aplikasi

7. Aset yang memenuhi definisi dan syarat ATB, namun biaya perolehannya tidak
dapat ditelusuri, disajikan sebesar nilai wajar

E. PENGHENTIAN DAN PELEPASAN

1. Alasan penghentian ATB:

- Penjualan
- Pertukaran

ADHIRAYAKTA 2021 4
WEEK 6 – AKPEM II

- Hibah atau
- Berakhirnya masa manfaat

2. Secara umum, penghentian ATB pada saat dilepaskan atau tidak lagi memiliki
manfaat ekonomi masa depan

3. Pelepasan ATB lazim disebut Pemindahtanganan

4. Penggunaan ATB dihentikan

✓ Ketinggalan zaman
✓ Tidak sesuai kebutuhan organisasi yang makin berkembang, rusak berat,
atau
✓ Masa kegunaannya telah berakhir

F. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

1. Penyajian

ATB disajikan di Neraca, bagian dari "Aset Lainnya"

2. Pengungkapan

Hal-hal diungkapkan di CALK:

✓ masa manfaat dan metode amortisasi


✓ nilai tercatat bruto, jumlah amortisasi yang telah dilakukan dan nilai buku ATB
✓ penambahan maupun penurunan nilai tercatat pada awal dan akhir periode,
termasuk penghentian dan pelepasan ATB

ADHIRAYAKTA 2021 5
WEEK 6 – AKPEM II

G. AMORTISASI DAN PENGHENTIAN ATB

1. Amortisasi

1. Amortisasi untuk ATB yang memiliki masa manfaat terbatas (paten, hak cipta),
Metode GL

2. ATB tak berbatas (goodwill, merek dagang) tidak diamortisasi

2. Penghentian ATB

1. penjualan

2. pertukaran

3. hibah

4. berakhirnya masa manfaat (diganti)

- ATB yang dihentikan penggunaanya harus dieliminasi dari pembukuan

H. JURNAL ATB

Pada Jan 20X1, Satker mengembangkan Aplikasi Pantau Distribusi Pupuk, biaya Rp600
juta. BAST terbit 26 Feb 20X1, namun belum bayar

Buku Akrual SAI:

- Pada 1 Maret 20X1, UAKPA menerima LBKP dan ADK dari UAKPB yang telah
meregister aset tersebut

- Pada 2 Maret dilakukan pembayaran

ADHIRAYAKTA 2021 6
WEEK 6 – AKPEM II

Buku Kas SAI:

- Pembelian dalam bulan berjalan, amortiasi (usia 10 tahun) dianggap satu tahun (jurnal
amortisasi

ADHIRAYAKTA 2021 7
WEEK 6 – AKPEM II

I. ASET KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA

1. Definisi

Aset kerja sama/kemitraan adalah AT yang dibangun atau digunakan untuk


menyelenggarakan kegiatan kerja sama/kemitraan

2. Jenis

- Tanah

- Gedung dan bangunan dan/atau sarana beserta seluruh fasilitasnya yang


dibangun untuk pelaksanaan perjanjian kerja sama/kemitraan

- BMN selain tanah dan bangunan

J. ASET KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA – MEKANISME, BENTUK

1. Bangun-Kelola/Guna-Serah (BK/GS); Build-Operate-Transfer (BOT)

Pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan


bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian didayagunakan oleh pihak
lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati, untuk selanjutnya
tanah beserta bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, diserahkan kembali
kepada pengelola barang setelah berakhirnya jangka waktu kerja sama BKS.

2. Bangun-Serah-Kelola/Guna (BSK/G); Build-Transfer-Operate (BTO)

Pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan


bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, dan setelah selesai pembangunannya
diserahkan kepada pengelola barang untuk kemudian didayagunakan oleh pihak lain
tersebut selama jangka waktu tertentu.

3. Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)

• pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan PNBP dan sumber pembiayaan lainnya.

• masa kerja sama/kemitraan adalah jangka waktu yang pemerintah dan mitra kerja
sama masih terikat dengan perjanjian kerja sama/kemitraan.

ADHIRAYAKTA 2021 8
WEEK 6 – AKPEM II

K. KEMITRAAN DENGAN PIHAK KETIGA (Bangun, Kelola, Serah (BKS) dan Bangun, Serah,
Kelola (BSK)) PMK 78/2014

1. BKS:

- Kerja sama pemanfaatan aset tanah pemerintah oleh pihak ketiga/investor,


dengan cara pihak ketiga/investor tersebut bangun sarpras, lalu kelola
(mendayagunakannya), lalu serah sarpras kepada pemerintah

- Diakui saat ttd perjanjian sebesar nilai aset yang diserahkan

2. BSK:

- Kerja sama pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak mitra, dengan cara pihak
mitra tersebut bangun sarpras, lalu serah sarpras ke pemerintah, lalu dikelola
sesuai peruntukan
- Selain mencatat asetnya, pemerintah juga mencatat kewajiban kepada pihak
ketiga sebesar jumlah dikeluarkan oleh pihak ketiga untuk membangun

L. JURNAL STANDAR BKS DAN BSK

1. Saat kontrak BKS/BSK ditandatangani, Buku Akrual SAI:

Tgl Uraian Debit Kredit


Kemitraan dengan Pihak
XX
Ketiga – BKS/BSK
Aset Tetap XX

2. Saat serah terima Gedung dan/atau sarana berikut fasilitasnya kepada pemerintah
Ketika proses pembangunan selesai (pola BSK), Buku Akrual SAI:

Tgl Uraian Debit Kredit


Kemitraan dengan Pihak
XX
Ketiga – BKS/BSK
Utang Kemitraan XX

3. Utang kemitraan dibayar satker pengelola, Buku Akrual & Kas SAI:

Tgl Uraian Debit Kredit


Utang Kemitraan XX
Ditagihkan ke Entitas
XX
Lain

ADHIRAYAKTA 2021 9
WEEK 6 – AKPEM II

Tgl Uraian Debit Kredit


Belanja Modal XX
Ditagihkan ke Entitas
XX
Lain

4. Konsesi berakhir, aset kemitraan Kembali ke pemerintah dan penetapan status


penggunaan atas aset kemitraan tersebut telah terbit, Buku Akrual:

Tgl Uraian Debit Kredit


Aset Tetap … (sesuai
XX
klasifikasinya)
Kemitraan dengan Pihak
XX
Ketiga – BKS/BSK

M. KAS YANG DIBATASI PENGGUNAANYA

✓ Kas yang dibatasi atau diikat untuk membiayai kegiatan tertentu (>12bulan), bisa
akibat kebijakan pemerintah, bisa diputuskan pengadilan, misal dana abadi
Pendidikan (rekening khusus)
✓ Jurnal penyisihan atau penempatan kas pada rekening khusus
Tgl Uraian Debit Kredit
Aset Lainnya (Kas yang
XX
Dibatasi Penggunaannya)
Kas dan Setara Kas XX

N. ASET LAIN-LAIN

1. Aset lain-lain :

Aset tetap pemerintah yang dihentikan penggunaannya karena usang atau


menunggu proses pemindahtanganan (dijual/dihibahkan)

✓ Aset eks. Pertamina, aset kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas
bumi, dan aset PT Perusahaan Pengelola Aset (PT PPA)
✓ Penjurnalan: terbit surat permohonan persetujuan penghapusan aset tetap yang
sudah dihentikan dari penggunaan aktif
✓ Buku Akrual SAI:

ADHIRAYAKTA 2021 10
WEEK 6 – AKPEM II

2. Eliminasi:

Jika aset lalu dihibahkan, perlu dok. BA Hibah, jika dimusnahkan, perlu surat
persetujuan/keputusan

✓ Buku Akrual SAI:

✓ Aset lainnya disajikan pada neraca (Setelah Aset Tetap) sebesar nilai tercatatnya
✓ Rincian aset lainnya -> CALK

Kegagalan hanya terjadi Ketika kita

menyerah

- BJ Habibie -

Sumber :

1. PPT Akuntansi Aset Lainnya dari Tim Dosen Akpem II PKN STAN Jakarta

2. PPT Akuntansi Aset Lainnya dari Yasin Edu

ADHIRAYAKTA 2021 11
WEEK 7 - AKPEM II

PERTEMUAN 7
SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Sonia Eka Oktavia
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
WEEK 7 - AKPEM II

SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

A. TAHAPAN SIKLUS AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

1. Tahap identifikasi transaksi keuangan pemerintah


Entitas akuntansi pemerintah mengidentifikasi transaksi keuangan hasil dari
pelaksanaan ketentuan dan peraturan mengenai tata cara pelaksanaan transaksi
keuangan pemerintah, baik yang mengakibatkan pengakuan penerimaan dan
pengeluaran kas pemerintah maupun yang mengakibatkan pengakuan hak dan
kewajiban pemerintah.

2. Tahap pencatatan, pengukuran, dan pengklasifikasian bukti transaksi keuangan


Hasil identifikasi transaksi keuangan yang mengakibatkan hak dan kewajiban pada
tahap sebelumnya dicatat dan diukur sebesar nilai hasil identifikasi pengakuan dan
pengukuran kaidah umum akuntansinya, serta diklasifikasikan transaksinya
menggunakan akun yang ada di Bagan Akun Standar (BAS) sesuai dengan peraturan
Menteri Keuangan mengenai bagan akun standar.

3. Tahap penyusunan ikhtisar laporan keuangan


Entitas akuntansi pelaporan pemerintah (dengan dibantu sistem aplikasi yang
terintegrasi dan perangkat keras yang memadai) menyiapkan dan menyusun buku
besar untuk meringkas akun-akun yang sama dari hasil pencatatan transaksi keuangan
pemerintah pada tahap sebelumnya, serta penyesuaian yang diperlukan atas kejadian
keuangan guna melengkapi penyusunan neraca percobaan.

4. Tahap penyusunan laporan keuangan


Entitas akuntansi dan/atau entitas pelaporan (konsolidasian) berdasarkan ikhtisar
laporan keuangan pada tahap sebelumnya, menyusun laporan keuangan sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

ADHIRAYAKTA 2021 2
WEEK 7 - AKPEM II

Siklus Akuntansi Pemerintah Pusat

B. PROSES BISNIS AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

ADHIRAYAKTA 2021 3
WEEK 7 - AKPEM II

C. SALDO NORMAL AKUN

D. PROSES DAN LAPORAN KEUANGAN SISTEM AKUNTANSI INSTANSI

ADHIRAYAKTA 2021 4
WEEK 7 - AKPEM II

E. DOKUMEN SUMBER

Secara garis besar yang digunakan untuk transaksi akuntansi pemerintah pusat yaitu
sebagai berikut:
a. Dokumen saldo awal neraca (LK Neraca TAYL)
b. Dokumen Anggaran (DIPA dan revisinya)
c. Dokumen transaksi tahun berjalan (SPM, SPD, dll.)
d. Dokumen pengesahan (SP2B BLU, SPHL, dll.)
e. Dokumen transaksi akrual (SK, SPPT, SKPKB, dll.)
f. Dokumen transaksi lainnya (Berita Acara, Kontrak, dll.)

F. JURNAL ANGGARAN – Transaksi DIPA dan Revisi DIPA

Jurnal Anggaran untuk DIPA dicatat sesuai dengan tanggal DIPA. Pencatatan dilakukan
single entry, dan tidak dimaksudkan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan
keuangan pemerintah yang bertujuan umum, dicatat secara akrual dan basis kas:

Tanggal Keterangan Debet Kredit

Jan 1 Estimasi Pendapatan xxx yang Dialokasikan xx

(Untuk mencatat anggaran pendapatan


pada DIPA)

Tanggal Keterangan Debet Kredit

Jan 1 Allotment Belanja xxx xx

(Untuk mencatat anggaran belanja pada


DIPA)

Bila satuan kerja melakukan revisi DIPA, maka satuan kerja harus melakukan pencatatan
revisi DIPA

ADHIRAYAKTA 2021 5
WEEK 7 - AKPEM II

G. JURNAL TRANSAKSI PERIODE BERJALAN


1. Transaksi Pendapatan
2. Transaksi Belanja
3. Transaksi Uang Persediaan
4. Transaksi Pengembalian Pendapatan
5. Transaksi Pengembalian Hibah
6. Transaksi Hibah Langsung bentuk Uang/Jasa
7. Transaksi Pengembalian Hibah Langsung
8. Transaksi Aset

H. PENYESUAIAN
• Penyesuaian dilakukan untuk menyesuaikan akun-akun pendapatan dan beban
akrual, sehingga laporan yang akan disajikan memenuhi konsep periodisitas.
• Dengan penyesuaian, pendapatan dapat disajikan sesuai dengan nilai yang
sesungguhnya yaitu semua hak yang sudah diterima maupun belum diterima
• Demikian pula beban, yang merupakan kewajiban atau pengorbanan yang terjadi
para periode akuntansi
• Jurnal penyesuaian dilakukan berdasarkan informasi pada dokumen sumber
pendukung yang dituangkan dalam Formulir Memo Penyesuaian

I. KOREKSI

Koreksi Beban Aset Koreksi yang dilakukan untuk mengeliminasi persediaan/aset yang
belum diregister di dalam neraca atau beban di dalam LO yang
tidak tereleminasi secara otomatis yang timbul karena
ketidaksesuaian penggunaan akun
Koreksi Lainnya Koreksi yang dilakukan menyesuaikan saldo akun-akun non
persediaan dan BMN seperti kas, piutang, utang, dll pada neraca
tahun sebelumnya
Koreksi Antar Beban Koreksi beban yang terlanjur dicatat pada akun yang salah menjadi
akun beban yang seharusnya

ADHIRAYAKTA 2021 6
WEEK 7 - AKPEM II

J. JURNAL PENUTUP

a) Tujuan jurnal penutup

Berfungsi untuk menutup semua akun-akun yang bersifat sementara sehingga hanya
tersisa nilai saldo dari akun-akun yang bersifat permanen selama satu periode akuntansi,
sehingga pada awal periode baru akuntansi berikutnya akun dimaksud dimulai dengan
tanpa saldo dan catatan baru.

Akun sementara: akun nominal antara lain akun-akun yang digunakan untuk mencatat
pengakuan:pendapatan- LRA/LO, belanja dan transfer ke daerah dan dana desa-LRA,
beban-LO, penerimaan pembiayaan, pengeluaran pembiayaan, surplus/deficit LRA/LO,
dan transaksi transitoris.

Akun permanen: akun-akun yang digunakan untuk mencatat pengakuan asset,


kewajiban, dan ekuitas

b) Jurnal akuntansi penutup

1. Jurnal akuntansi penutup pendapatan - LRA;


2. Jurnal akuntansi penutup pendapatan- LO;
3. Jurnal akuntansi penutup belanja dan transfer ke daerah dan dana desa- LRA;
4. Jurnal akuntansi penutup be ban- LO;
5. Jurnal akuntansi penutup penerimaan pembiayaan- LRA;
6. Jurnal akuntansi penutup pengeluaran pembiayaan- LRA;
7. Jurnal akuntansi penutup surplusjdefisit LRA;
8. Jurnal akuntansi penutup surplus/ defisit LO; dan
9. Jurnal akuntansi penutup transaksi transitoris.

"Ubahlah hidupmu hari ini. Jangan bermain-main dengan


masa depanmu, lakukan sekarang, jangan menunda."

(Simone de Beauvoir)

Sumber: PPT Overview Siklus Akuntansi Pemerintah Pusat

ADHIRAYAKTA 2021 7
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Sistem Akuntansi dan


Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat (SAPP)

01 Dasar Hukum
02 Akuntansi
03 Tujuan, Ruang Lingkup, dan Karakteristik
04 Kerangka dan Alur
05 Reviu Laporan Keuangan
06 Pernyataan Tanggung Jawab
07 Sanksi
Dasar Hukum
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Bagian Penjelasan
“… agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas
perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.”

Pasal 7 ayat (2) huruf o


Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang
menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara.

Pasal 51 ayat (1)


Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku
Bendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas
transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi
pembiayaan dan perhitungannya.
Dasar Hukum
PMK No. 215/PMK.05/2016 tentang
Perubahan atas PMK No. 213/PMK.05/
2013 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

Lampiran: Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntansi dan Pelaporan


Keuangan Pemerintah Pusat
Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban keuangan
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di
bidang keuangan negara, maka perlu dibuat suatu mekanisme dan
peraturan yang mengatur tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Pengertian
Akuntansi Pemerintah Pusat

proses pengidentifikasian, pengukuran, • anggaran (saat disahkan dan dilakokasikan);


pencatatan, pengklasifikasian,dan • realisasi anggaran (realisasi pendapatan, belanja dan
pengikhtisaran transaksi dan kejadian transfer, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan);
keuangan pemerintah pusat, • perolehan dan pelepasan/pelunasan aset, kewajiban, serta
penginterpretasian atas hasilnya, serta ekuitas;
penyajian LKPP, mencakup transaksi • koreksi kesalahan, penyesuaian, dan penutupan akhir tahun;
• konsolidasi.
SAP

Proses Akuntansi
Sistem Akuntansi

Analisis transaksi, LRA, LP SAL, LO,


Dokumen Sumber
rekam jurnal, LPE, Neraca, LAK,
Transaksi
posting buku besar CaLK

Input Process Output

Prosedur Akuntansi, Bagan Akun Standar (BAS), Pengaturan


Kelembagaan, Hardware dan Software, Personalisasi Tampilan
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI)

UAPA: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna


UAPA Anggaran

UAPPA-E1: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon l
UAPPA-
E1 UAPPA-W: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah

UAPPA-W UAKPA: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa


Pengguna Anggaran
(Dekonsentrasi
dan TP)

UAKPA
(Dekonsentrasi dan TP)
Unit Akuntansi dan Pelaporan BMN
dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI)

UAPB: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna


UAPB Barang

UAPPB-E1: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


Pembantu Pengguna Barang-Eselon l
UAPPB-
E1 UAPPB-W: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pembantu Pengguna Barang-Wilayah

UAPPB-W UAKPB: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa


Pengguna Barang
(Dekonsentrasi
dan TP)

UAKPB
(Dekonsentrasi dan TP)
Korelasi
Akuntansi, Pelaporan Keuangan, Pelaporan Barang

Kepala Kantor

Kasubag
Kasubag TU/Pejabat
Keuangan/Pejabat
yang Menangani
yang Menangani
Barang
Keuangan

UAKPA
UAKPB

Pelaksana Unit Pelaksana Unit


Akuntansi dan Akuntansi dan
Pelaporan Barang Pelaporan Keuangan
Korelasi
Akuntansi, Pelaporan Keuangan, Pelaporan Barang

Akuntansi dan Pelaporan Pembelian aset Pencatatan ‘Aset Tetap/Persediaan yang


Keuangan Dokumen: SPM + SP2D Belum Diregister’

Penghapusan ‘Aset Tetap/Persediaan yang


Belum Diregister’ dan diganti dengan aset
definitif

Neraca Mencatat jurnal transaksi BMN dan Laporan


Barang Kuasa Pengguna (LBKP)

Akuntansi dan Pelaporan Membukukan SPM + SP2D terkait dengan


Barang belanja modal dan/atau barang
Fungsi Unit Akuntansi
UAKPA
• Verifikasi dan validasi elemen–elemen dokumen sumber
• Perekaman
• Verifikasi hasil perekamandengandokumensumber
• Posting
• Rekonsiliasi
• Pengiriman data dan laporan keuangan

UAPPA-W, UAPPA-E1, UAPA


• Penerimaan laporan keuangan
• Verifikasidata dan laporan keuangan
• Rekonsiliasi
• Analisis hardcopy dan softcopy
• Penggabungan data dan laporan keuangan
• Pengiriman data dan laporan keuangan
Dokumen Sumber
1. Penerimaan
• Estimasi pendapatan (pajak dan PNBP): DIPA, DIPA Revisi
• Realisasi pendapatan: SSBP, SSP, SSPCP
2. Pengeluaran
• Estimasi: DIPA, DIPA Revisi, POK
• Realisasi pengeluaran: SPP, SPM dan SP2D, SP3B-BLU dan SP2B-
BLU, SP2HL dan SPHL
3. Memo Penyesuaian  jurnal penyesuaian untuk transaksi akrual dan
jurnal aset
4. Dokumen piutang: kartu piutang, daftar rekapitulasi piutang, daftar
umur piutang
5. Dokumen persediaan: kartu persediaan, buku persediaan, dan laporan
persediaan
6. Dokumen KDP: Kartu KDP, Laporan KDP
7. Dokumen lainnya: BAST, SK Penghapusan, SK Penghentian dan/atau
Penggunaan Kembali atas Aset Tetap/Aset Tak Berwujud yang dalam
kondisi rusak
Pelaporan
Keuangan
Periode: Bulanan, Triwulanan,
Semesteran, Tahunan

Lapkeu interim dan Lapkeu K/L tahunan Lapkeu disertai Pernyataan Telah
tahunan disusun lengkap disampaikan paling lama Di-review yang ditandatangani oleh
dengan LRA, LO, LPE, 2 (dua) bulan setelah TA APIP dan Pernyataan Tanggung
Neraca, CaLK dan berakhir Jawab (Statement of Responsibility)
pendukungnya yang ditandatangani oleh Menteri/
Pimpinan Lembaga
Jenis
Laporan Keuangan
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Neraca
4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Definisi dan Tujuan SAPP
Menurut PMK 215/2016, SAPP: rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pempus.

Tujuan
• menjaga aset pempus melalui pencatatan, pemrosesan, dan pelaporan
transaksi keuangan
• menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran
dan kegiatan keuangansebagai dasar penilaian kinerja, ketaatan
terhadap otorisasi anggaran, akuntabilitas
• menyediakan informasi posisi keuangansecara keseluruhan;
• menyediakan informasi keuangan untuk perencanaan, pengelolaan, dan
pengendalian secara efisien.
Ruang Lingkup SAPP
SAPP wajib diselengarakan oleh:
• Seluruh unit pempus
• Unit akuntansi danpelaporan pada pemda dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentrasi/ Tugas Pembantuan (sumber
dana APBN)
• Unit akuntansi dan pelaporan pada pelaksanaan
anggaran BUN

Dikecualikandari SAPP:
• PemerintahDaerah yang dananya bersumber dari APBD
• BUMN
• BUMD
Karakteristik SAPP
Basis Akuntansi
• LKPP berakrual
• Basis kas untuk LRA sepanjangAPBN
menggunakan basis kas
SistemPembukuanBerpasangan
• Anggaran masih single entry
Desentralisasi Pelaksanaan Anggaran
• Pembentukan unit-unit akuntansi dan
pelaporan secara berjenjang
BAS: Kodefikasi elemen transaksi, akuntansi
dan pelaporan
SAP: Panduan akuntansi
Kerangka SAPP
Kerangka SAPP
No Subsistem Pelaksana
1 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat (SiAP) DJPb
2 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Utang DJPPR
Pemerintah (SAUP)
3 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah DJPPR
(SIKUBAH)
4 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi DJKN
Pemerintah (SAIP)
5 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penerusan DJPb
Pinjaman (SA-PPP)

PMK No. 215/PMK.05/2016


Kerangka SAPP
No Subsistem Pelaksana
6 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transfer ke DJPK
Daerah (SATD)
7 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Belanja DJA
Subsidi (SA-BS)
8 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Belanja Lain- DJA
Lain
9 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transaksi Beberapa
Khusus (SATK) Eselon 1
10 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan DJPb
Lainnya (SABL)
PMK No. 215/PMK.05/2016
SATK oleh Unit Eselon 1 Kemenkeu
BKF, selaku UAPBUN TK Pengelola Pengeluaran Hubungan Internasional dan
Dukungan Kelayakan
DJA, selaku UAPBUN TK Pengelola PNBP yang dikelola DJA
DJKN, selaku UAPBUN TK Pengelola Aset yang berada dalam pengelolaan DJKN
DJPb, selaku UAPBUN TK Pengelola Pembayaran Belanja Pensiun, Belanja
Asuransi Kesehatan, Program Tunjangan Hari Tua (THT), Belanja PPN RTGS BI,
dan Belanja Selisih Harga Beras Bulog, serta Pendapatan dan Belanja yang terkait
dengan Pengelolaan Kas Negara
Rekonsiliasi
▪ Rekonsiliasi: proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan
beberapa sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama
untuk mencapai keandalan LK
▪ Keluaran: BA Rekonsilisasi
▪ Pelaksanaan:
1. Rekonsiliasi internal antara unit pelaporan keuangan dan unit pelaporan barang
pada Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
2. Rekonsiliasi internal antara UAKPA danbendahara pengeluaran/bendahara
penerimaan Satker
3. Rekonsiliasi pelaporan keuangan antara Pengguna Anggaran dan Kuasa BUN
4. Rekonsiliasi pelaporan barang antara Pengguna Barang dan Pengelola Barang
5. Rekonsiliasi antara BUN dan Pengelola Barang
• Meyakinkan akurasi, keandalan, keabsahan
informasi yang disajikan dalam Laporan
Keuangan
• Meyakinkan kesesuaian pengakuan,
pengukuran, dan pelaporan transaksi dengan
Reviu
SAP Laporan Keuangan
• Meyakinkan akuntansi keuangan telah
disusun sesuai dengan Peraturan
Perundangan dan SAP
SAI APIP K/L LK K/L

Pernyataan telah di-Review


SABUN APIP BUN LK BUN Reviu
Laporan Keuangan

SAPP BPKP LKPP


Sanksi
Sanksi tidak melakukan rekonsiliasi dan tidak
menyampaikan lapkeu adalah pengembalian SPM oleh
KPPN yang telah diajukan oleh UAKPA/Satker, kecuali
SPM-LS Belanja Pegawai, SPM-LS kepada pihak ketiga,
dan SPM pengembalian

Pengenaan sanksi tidakmembebaskan UAKPA/UAKPB


dan UAPPA-W/UAPPB-W dari kewajiban menyampaikan
lapkeu, laporan BMN, dan melakukan rekonsiliasi

PengenaansanksikepadaUAPPA-W/B,
mempertimbangkan pelaksanaan single database dalam
proses rekonsiliasi
Words of Inspiration

We write to taste life twice, in the


moment and in retrospect.
— Anaïs Nin

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

01 Dasar Hukum
02 Entitas Pelaporan
03 Jenis Laporan
04 Opini Audit BPK
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
5. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah
6. PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi
7. PP Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
Dasar Hukum
UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara
Pasal 8 huruf g
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri
Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut: g) menyusun laporan keuangan
yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

Pasal 9 huruf g
Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai
berikut: g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negara /lembaga yang dipimpinnya

Penjelasan Pasal 9 huruf g


Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka
akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk
prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran.
Dasar Hukum
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Pasal 55 ayat (1)
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka
memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Pasal 55 ayat (2)


Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) :
a. Menteri/pimpinan lembaga selaku PA/PB menyusun dan menyampaikan
laporan keuangan yang meliputi LRA, Neraca, dan CaLK dilampiri laporan
keuangan BLU pada kementerian negara/lembaga masing-masing.
c. Menteri Keuangan selaku BUN menyusun LAK Pemerintah Pusat;
d. Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan
perusahaan negara.
Entitas Pelaporan

PSAP 01 Paragraf 8
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

Entitas Pelaporan Pemerintah Pusat


• Pemerintah Pusat
• Kementerian/Lembaga
• Bendahara Umum Negara (beserta seluruh entitas di bawahanya
selaku pengelola BA 999)
Jenis Laporan Keuangan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

1. Laporan Realisasi APBN

2. Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. Catatan atas Laporan Keuangan


Jenis Laporan Keuangan
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. Catatan atas Laporan Keuangan


yang dilampiri Laporan Keuangan
BLU
Jenis Laporan Keuangan
Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan

1. Laporan Realisasi Anggaran 5. Laporan Perubahan Ekuitas

2. Laporan Perubahan SAL 6. Laporan Arus Kas


3. Neraca 7. Catatan atas Laporan Keuangan

4. Laporan Operasional
Penjabaran Laporan Keuangan

Entitas LK
LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK
Pelaporan Entitas

Pempus LKPP P P P P P P P

BUN LKBUN P P P P P P P

K/L LKK/L P O P P P O P
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SAI (PMK Nomor 213 Tahun 2013 BAB IV Bagian Kesatu)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

UAKPA (termasuk Dana Dekonsentrasi, Tugas


P O P P P O P
Pembantuan, dan/atau Urusan Bersama)

UAPPA-W (termasuk Dana Dekonsentrasi, Tugas


P O P P P O P
Pembantuan, dan/atau Urusan Bersama)

UAPPA-E1 P O P P P O P

UAPA P O P P P O P
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SiAP (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 2—6)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

KPPN selaku UAKBUN Daerah, kecuali KPPN Khusus


O O O P P P P
Investasi

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku


O O O P P P P
UAKKBUN*)-Kanwil

Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku UAKBUN-


O O O P P P P
Pusat

DJPb c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku


O O O P P P P
UAPBUN-AP

*) UAKKBUN: Unit Akuntansi Koordinator Kuasa Bendahara Umum Negara


Penjabaran Laporan Keuangan
LK SAUP dan SIKUBAH (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 7—8)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan


P O P P P O P
Risiko selaku UAPBUN Pengelolaan Utang

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan


P O P P P O P
Risiko selaku UAPBUN Pengelolaan Hibah

LK SAIP (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 9)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku UAPBUN


Pengelolaan Investasi Pemerintah (disertai Ikhtisar P O P P P O P
Laporan Keuangan Perusahaan Negara)
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SAPPP (PMK Nomor 213 Tahun 2013 BAB IV Bagian Kelima)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat


Sistem Manajemen Investasi selaku UAPBUN P O P P P O P
Pengelolaan Penerusan Pinjaman

LK SATD (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 10—11)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku


UAPBUN Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana P O P P P O P
Desa
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SABS (PMK Nomor 213 Tahun 2013 BAB IV Bagian Ketujuh)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Anggaran selaku UAPBUN


P O P P P O P
Pengelolaan Belanja Subsidi

LK SABL (PMK Nomor 213 Tahun 2013 BAB IV Bagian Kedelapan)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Anggaran selaku UAPBUN


P O P P P O P
Pengelolaan Belanja Lainnya
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SATK (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 12)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) selaku UAPBUN TK


Pengelola Pengeluaran Keperluan Hubungan P O P P P O P
Internasional

Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) selaku UAPBUN


P O P P P O P
TK Pengelola PNBP yang dikelola DJA

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) selaku


UAPBUN TK Pengelola Aset yang berada dalam P O P P P O P
pengelolaan DJKN
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SATK (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 12)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku UAPBUN


TK atas:
1. Pengelola Pembayaran Belanja/Beban Pensiun,
Jaminan Layanan Kesehatan, Jaminan Kesehatan
Menteri dan Pejabat Tertentu, Jaminan Kesehatan
P O P P P O P
Utama, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian, Program Tunjangan Hari Tua, Pajak
Pertambahan Nilai Real Time Gross Settlement
Bank Indonesia, dan Selisih Harga Beras Bulog,
serta Pelaporan Iuran Dana Pensiun
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SATK (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 12)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku UAPBUN


TK atas:
2. Pengelola Belanja/Beban Pendapatan Dalam
Pengelolaan Kas Negara P O P P P O P
3. Pengelola Utang Perhitungan Fihak Ketiga
Pegawai
4. Pengelola Suspen Penerimaan
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SATK (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 12)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan


Resiko selaku UAPBUN TK atas:
P O P P P O P
1. Pengelola Pembayaran Dukungan Kelayakan
2. Pengelola Pengeluaran Penyiapan Proyek

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)


selaku UAPBUN TK atas Pengelola Utang Perhitungan P O P P P O P
Fihak Ketiga Pajak Rokok
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SAPBL (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 13)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

D irektorat Jenderal Perbendaharaan c.q Direktorat


Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku UAPBUN
O O O P P O P
PBL (disertai Ikhtisar Laporan Keuangan Badan
Lainnya)
Laporan Realisasi Anggaran
PSAP 02
Pengertian
Laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer,
surplus/defisit, dan pembiayaan, yang masing-masing dibandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode serta dengan realisasi periode
sebelumnya

LRA K/L vs LRA BUN


Sebagai PA, K/L hanya menyajikan transaksi realisasi pendapatan, belanja,
dan surplus/defisit saja sedangkan BUN menyajikan realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan

Manfaat
▪ mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya
ekonomi, akuntabilitas, dan ketaatan entitas pelaporan terhadap
anggaran
▪ memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 02.A

Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
(%)
NO. URAIAN 20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN
3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xx xxx
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xx xxx
7 Pendapatan Cukai xxx xxx xx xxx
8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xx xxx
9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xx xxx
10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx
11 Jumlah Pendapatan Perpajakan (3 s/d 10) xxx xxx xx xxx
12
13 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xx xxx
16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx
17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xx xxx
18
19 PENDAPATAN HIBAH
20 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
21 Jumlah Pendapatan Hibah (20 s/d 20) xxx xxx xx xxx
22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xx xxx
23
24 BELANJA
25 BELANJA OPERASI
26 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
27 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
28 Bunga xxx xxx xx xxx
29 Subsidi xxx xxx xx xxx
30 Hibah xxx xxx xx xxx
31 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
32 Belanja Lain-lain xxx xxx xx xxx
33 Jumlah Belanja Operasi (26 s/d 32) xxx xxx xx xxx
34
35 BELANJA MODAL xxx xxx xx xxx
36 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
37 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
38 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
39 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
40 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
41 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
42 Jumlah Belanja Modal (36 s/d 41) xxx xxx xx xxx
43 JUMLAH BELANJA (33 + 42) xxx xxx xx xxx
44
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
(%)
NO. URAIAN 20X1 20X1 20X0
45 TRANSFER
46 DANA PERIMBANGAN
47 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
48 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
49 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
50 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
51 Jumlah Dana Perimbangan (47 s/d 50) xxx xxx xx xxx
52
53 TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)
54 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
55 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
56 Jumlah Transfer Lainnya (54 s/d 55) xxx xxx xx xxx
57 JUMLAH TRANSFER (51 + 56) xxx xxx xx xxx
58 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43 + 57) xxx xxx xx xxx
59
60 SURPLUS / DEFISIT (22 - 58) xxx xxx xx xxx
61 PEMBIAYAAN
62 PENERIMAAN
63 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
64 Penggunaan SAL xxx xxx xx xxx
65 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
66 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
67 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
68 Penerimaan dari Divestasi xxx xxx xx xxx
69 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
70 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
71 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (64 s/d 70) xxx xxx xx xxx
72
73 PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
74 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx
75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx
76 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri (74 s/d 75) xxx xxx xx xxx
77 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (71 + 76) xxx xxx xx xxx
78
79 PENGELUARAN
80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
81 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
84 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) xxx xxx xx xxx
85 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
86 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
87 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (81 s/d 86) xxx xxx xx xxx
88
89 PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI xxx xxx xx xxx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx
91 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (90 s/d 91) xxx xxx xx xxx
93 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (87 + 92) xxx xxx xx xxx
94 PEMBIAYAAN NETO (77 - 93) xxx xxx xx xxx
95
96 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (62 + 94) xxxx xxxx xx xxxx
Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih

PSAP 01 Paragraf 8 LP SAL hanya disajikan oleh BUN dan entitas pelaporan
yang menyusun LK konsolidasian
Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo
yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-
tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan LP SAL menyajikan informasi kenaikan/penurunan SAL
serta penyesuaian lain yang diperkenankan tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 01.E

Contoh Format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Pemerintah Pusat

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

NO URAIAN 20X1 20X0

1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX


2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (XXX) (XXX)
3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX
5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX
7 Lain-lain XXX XXX
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) XXX XXX
Laporan Operasional
PSAP 12
Pengertian
Laporan yang menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkandalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya

Manfaat
Memberikan informasi mengenai
▪ besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan
pelayanan;
▪ operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
▪ prediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara
menyajikan laporan secara komparatif;
▪ Penurunan/peningkatan ekuitas lewat surplus/defisit
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010 2005
ILUSTRASI PSAP 12.A

Contoh Format Laporan Operasional Pemerintah Pusat

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam rupiah)
Kenaikan/
No URAIAN 20x1 20x0 (%)
Penurunan
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN
3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
7 Pendapatan Cukai xxx xxx xxx xxx
8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xxx xxx
9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xxx xxx
10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx
11 Jumlah Pendapatan Perpajakan ( 3 s/d 10 ) xxx xxx xxx xxx
12
13 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xxx xxx
16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx
17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xxx xxx
18
19 PENDAPATAN HIBAH
20 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
21 Jumlah Pendapatan Hibah (20) xxx xxx xxx xxx
22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xxx xxx
23
24 BEBAN
25 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
26 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
27 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
28 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
29 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
30 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
31 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
32 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
33 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
34 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
35 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
36 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx
37 JUMLAH BEBAN (25 s/d 36) xxx xxx xxx xxx
38
39 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN OPERASIONAL (22-37) xxx xxx xxx xxx
40
41 KEGIATAN NON OPERASIONAL
42 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
43 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
44 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
45 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
46 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
47 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(42 s/d 46) xxx xxx xxx xxx
48 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (39 + 47) xxx xxx xxx xxx
49
50 POS LUAR BIASA
51 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
52 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
53 POS LUAR BIASA (51-52) xxx xxx xxx xxx
54 SURPLUS/DEFISIT-LO (48+53) xxx xxx xxx xxx
Laporan Perubahan Ekuitas
PSAP 01

Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang


merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
pada tanggal laporan

LPE menyajikan informasi kenaikan/penurunan ekuitas tahun


pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
dipengaruhi oleh:
• Surplus/Defisit-LO
• Dampak kumulatif perubahan kebijakan akuntansi/
kesalahan mendasar yang terdiri atas:
✓ Koreksi Nilai Persediaan
✓ Selisih Revaluasi Aset Tetap
✓ Lain-Lain
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 01.C

Contoh Format Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Pusat

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

NO URAIAN 20X1 20X0

1 EKUITAS AWAL XXX XXX


2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX
3 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:
4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX
5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX
6 LAIN-LAIN XXX XXX
7 EKUITAS AKHIR XXX XXX
Neraca
PSAP 01

▪ Laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas mengenai aset,


kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu
▪ Manfaat Neraca
1. Memahami kekayaan entitas
2. Merencanakan jenis-jenis pembiayaan dalam rangka menutup defisit atau
memanfaatkan surplus
3. Membantu dalam pengelolaan aset tetap, utang, dan kas
Neraca
PSAP 01

▪ Unsur Neraca
1. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3
(tiga) sampai 12 (dua belas) bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan.
2. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak
berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar
diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
dan aset lainnya untuk mempermudah pemahaman atas pos-pos aset nonlancar
yang disajikan di neraca.
Neraca
PSAP 01

▪ Unsur Neraca
3. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
4. Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan lebih dari waktu
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
5. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset
dan kewajiban pemerintah pada tanggal pelaporan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

Lampiran II
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Ilustrasi PSAP 01.A

Contoh Format Neraca Pemerintah Pusat

NERACA
PEMERINTAH PUSAT
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0

1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Bank Indonesia xxx xxx
4 Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxx xxx
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
8 Piutang Pajak xxx xxx
9 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak xxx xxx
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
16 Piutang Lainnya xxx xxx
17 Persediaan xxx xxx
18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) xxx xxx
19 INVESTASI JANGKA PANJANG
20 Investasi Nonpermanen
21 Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
22 Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
23 Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
24 Dana Bergulir xxx xxx
25 Investasi dalam Obligasi xxx xxx
26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
27 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
28 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 27) xxx xxx
29 Investasi Permanen
30 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx
31 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx
33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx
34 ASET TETAP
35 Tanah xxx xxx
36 Peralatan dan Mesin xxx xxx
37 Gedung dan Bangunan xxx xxx
38 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
39 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
40 Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx
41 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
42 Jumlah Aset Tetap (35 s/d 41) xxx xxx
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

NERACA
PEMERINTAH PUSAT
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0

43 ASET LAINNYA
44 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
45 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
46 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
47 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
48 Aset Tak Berwujud xxx xxx
49 Aset Lain-Lain xxx xxx
50 Jumlah Aset Lainnya (44 s/d 49) xxx xxx
51 JUMLAH ASET (18+33+42+50) xxxx xxxx
52
53 KEWAJIBAN
54 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
55 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
56 Utang Bunga xxx xxx
57 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
58 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
59 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (55 s/d 58) xxx xxx
60 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
61 Utang Luar Negeri xxx xxx
62 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
63 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
64 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
65 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (61 s/d 64) xxx xxx
66 JUMLAH KEWAJIBAN (59+65) xxx xxx
67
68 EKUITAS DANA
69 EKUITAS DANA LANCAR
70 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx
71 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx
72 Cadangan Piutang xxx xxx
73 Cadangan
C d Persediaan
P di xxx xxx
74 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka (xxx) (xxx)
75 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (70 s/d 74) xxx xxx
76 EKUITAS DANA INVESTASI
77 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx
78 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
79 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
80 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka (xxx) (xxx)
81 P j Jumlah Ekuitas Dana Investasi (77 s/d 80) xxx xxx
82 JUMLAH EKUITAS DANA (75+81) xxx xxx
83 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (66+82) xxxx xxxx
Laporan Arus Kas
PSAP 03 Manfaat
• indikator jumlah arus kas masa YAD
• menilai kecermatan taksiran arus kas sebelumnya
Laporan finansial yang menyajikan • memprediksi klaim pihak lain terhadap kas
informasi penerimaan dan pengeluaran pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak
kas selama periode tertentu yang lain masa YAD
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas • alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan
operasi, investasi, pendanaan, dan arus kas keluar
transitoris • mengevaluasi hubungan antara aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris, misalnya
transaksi pelunasan utang yang terdiri dari
pelunasan pokok utang dan bunga utang
Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi
PSAP 03

Aktivitas operasi adalah Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar


aktivitas penerimaan • Penerimaan Perpajakan; • Pembayaran Pegawai;
dan pengeluaran kas • PNBP; • Pembayaran Barang;
yang ditujukan untuk • Penerimaan Hibah; • Pembayaran Bunga;
kegiatan operasional • Penerimaan Bagian Laba • Pembayaran Subsidi;
pemerintah selama satu Perusahaan; • Pembayaran Hibah;
periode akuntansi. • Penerimaan Lain-Lain dari • Pembayaran Bantuan Sosial;
Pos Luar Biasa; dan • Pembayaran Lain-lain/Kejadian
• Penerimaan Transfer Luar Biasa; dan
• Pembayaran Transfer
Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi
PSAP 03

Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan pengelompokan
utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto

Metode Tidak Langsung


Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi
operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual) penerimaan
kas atau pembayaran yang lalu/yang akan datang, serta unsur penerimaan dan
pengeluaran dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi dan
pendanaan.
Laporan Arus Kas Aktivitas Investasi
PSAP 03
Aktivitas investasi adalah Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar
aktivitas penerimaan dan • Penjualan Aset Tetap; • Perolehan Aset Tetap;
pengeluaran kas yang • Penjualan Aset Lainnya; • Perolehan Aset Lainnya;
ditujukan untuk perolehan • Pencairan Dana • Pembentukan Dana Cadangan;
dan pelepasan aset tetap Cadangan; • Penyertaan Modal Pemerintah;
serta investasi lainnya yang • Penerimaan dari Divestasi; • Pembelian Investasi dalam bentuk
tidak termasuk dalam • Penjualan Investasi dalam Sekuritas
setara kas. bentuk Sekuritas.
Laporan Arus Kas Aktivitas Pendanaan
PSAP 03
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas Arus Kas Masuk
penerimaan dan pengeluaran kas yang yang • Penerimaan utang luar negeri dan/atau obligasi
berhubungan dengan pemberian piutang • Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah
jangka panjang dan/atau pelunasan utang daerah dan/atau perusahaan negara
jangka panjang yang mengakibatkan
Arus Kas Keluar
perubahan dalam jumlah dan komposisi
• Pembayaran pokok utang luar negeri dan/atau
piutang jangka panjang dan utang jangka
obligasi
panjang.
• Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada
pemerintah daerah dan/atau perusahaan negara
Laporan Arus Kas Aktivitas Transitoris
PSAP 03
Arus Kas Masuk
penerimaan PFK dan penerimaan transitoris seperti
Aktivitas transitoris adalah aktivitas kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang
penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak persediaan dari bendahara pengeluaran
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi,
dan pendanaan. Arus Kas Keluar
pengeluaran PFK dan pengeluaran transitoris seperti
kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan
kepada bendahara pengeluaran
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN II
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 03.A

Contoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat

LAPORAN ARUS KAS


PEMERINTAH PUSAT
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi


2 Arus Masuk Kas
3 Pendapatan Pajak Penghasilan XXX XXX
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah XXX XXX
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan XXX XXX
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan XXX XXX
7 Pendapatan Cukai XXX XXX
8 Pendapatan Bea Masuk XXX XXX
9 Pendapatan Pajak Ekspor XXX XXX
10 Pendapatan Pajak Lainnya XXX XXX
11 Pendapatan Sumber Daya Alam XXX XXX
12 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba XXX XXX
13 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya XXX XXX
14 Pendapatan Hibah XXX XXX
15 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 14) XXX XXX
16 Arus Keluar Kas
17 Belanja Pegawai XXX XXX
18 Belanja Barang XXX XXX
19 Bunga XXX XXX
20 Subsidi XXX XXX
21 Hibah XXX XXX
22 Bantuan Sosial XXX XXX
23 Belanja Lain-lain XXX XXX
24 Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX
25 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX
26 Dana Alokasi Umum XXX XXX
27 Dana Alokasi Khusus XXX XXX
28 Dana Otonomi Khusus XXX XXX
29 Dana Penyesuaian XXX XXX
30 Jumlah Arus Keluar Kas (17 s/d 29) XXX XXX
31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (15 - 30) XXX XXX
32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
33 Arus Masuk Kas
34 Pendapatan Penjualan atas Tanah XXX XXX
35 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX
36 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX
37 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
38 Pendapatan Penjualan Aset Tetap Lainnya XXX XXX
39 Pendapatan Penjualan Aset Lainnya XXX XXX
40 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 39) XXX XXX
41 Arus Keluar Kas
42 Belanja Tanah XXX XXX
43 Belanja Peralatan dan Mesin XXX XXX
44 Belanja Gedung dan Bangunan XXX XXX
45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
46 Belanja Aset Tetap Lainnya XXX XXX
47 Belanja Aset Lainnya XXX XXX
48 Jumlah Arus Keluar Kas (42 s/d 47) XXX XXX
49 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan (40 - 48) XXX XXX
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS


PEMERINTAH PUSAT
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0

50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan


51 Arus Masuk Kas
52 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX
53 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
54 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
55 Penerimaan dari Divestasi XXX XXX
56 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
57 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
58 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri XXX XXX
59 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional XXX XXX
60 Jumlah Arus Masuk Kas (52 s/d 59) XXX XXX
61 Arus Keluar Kas
62 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX
63 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
64 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
65 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) XXX XXX
66 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
67 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
68 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri XXX XXX
69 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional XXX XXX
70 Jumlah Arus Keluar Kas (62 s/d 69) XXX XXX
71 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (60 - 70) XXX XXX
72 Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran
73 Arus Masuk Kas
74 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
75 Kiriman Uang Masuk XXX XXX
76 Jumlah Arus Masuk Kas (74 s/d 75) XXX XXX
77 Arus Keluar Kas
78 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
79 Kiriman Uang Keluar XXX XXX
80 Jumlah Arus Keluar Kas (78 s/d 79) XXX XXX
81 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (76 - 80) XXX XXX
82 Kenaikan/Penurunan Kas (31 + 49 + 71 + 81) XXX XXX
83 Saldo Awal Kas di BUN XXX XXX
84 Saldo Akhir Kas di BUN (82 + 83) XXX XXX
85 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX
86 S
Saldo
ld Akhir
Akhi Kas
K di Bendahara
B d h P
Penerimaan
i XXX XXX
87 Saldo Akhir Kas (84 + 85 + 86) XXX XXX
Pemeriksaan BPK
1. Pemeriksaan keuangan, memberikan opini
kewajaran informasi dalam lapkeu pemerintah
2. Pemeriksaan kinerja, menilai 3E (ekonomis,
efisiensi, efektivitas) yang lazim dilakukan bagi
kepentingan manajemen
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, di luar
pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan
kinerja, misalnya investigatif
Opini BPK
1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/unqualified opinion),
dengan kriteria sistem pengendalian internal (SPI)
memadai dan tidak ada salah saji yang material atas
pos-pos lapkeu; secara keseluruhan lapkeu telah
menyajikan secara wajar sesuai SAP
2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP/qualified opinion),
dengan kriteria SPI memadai, namun terdapat salah
saji yang material pada beberapa pos lapkeu
Opini BPK
3. Tidak Memberikan Pendapat (TMP/disclaimer opinion),
terdapat nilai yang secara material tidak dapat diyakini
auditor karena ada pembatasan lingkup pemeriksaan
oleh manajemen sehingga auditor tidak cukup bukti
dan/atau SPI yang sangat lemah
4. Tidak Wajar (TW/adverse opinion), jika SPI tidak
memadai dan terdapat salah saji pada banyak pos
lapkeu yang material, secara keseluruhan lapkeu tidak
disajikan secara wajar sesuai SAP
Words of Inspiration

Ambition is the path to success.


Persistence is the vehicle you arrive in.
— Bill Bradley

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Anggaran
Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Anggaran

01 Dasar Hukum
02 Konsep Anggaran
03 Struktur APBN
04 Jurnal Anggaran dan Komitmen
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi
Pemerintahan pada Pemerintah Pusat
Konsep
Anggaran Pemerintah
Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan
legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan
yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus.

Kerangka Konseptual PSAP Paragraf 13


Fungsi Anggaran atas
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
1. Pernyataan kebijakan publik
2. Target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang
diinginkan
3. Landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum
4. landasan penilaian kinerja pemerintah
5. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai pernyataan
pertanggungjawaban pemerintah kepada publik
Kerangka Konseptual PSAP Paragraf 13
Postur APBN 2021
A. PENDAPATAN NEGARA 1.743.648.547.327
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 1.742.745.730.819
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 1.444.541.564.794
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 298.204.166.025
II. PENERIMAAN HIBAH 902.816.508
B. BELANJA NEGARA 2.750.028.018.431
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.954.548.542.970
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 795.479.475.461
C. KESEIMBANGAN PRIMER -633.116.656.104
D. SURPLUS/(DEFISIT) ANGGARAN -1.006.379.471.104
% Defisit Anggaran terhadap PDB -5,70
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN 1.006.379.471.104
I. PEMBIAYAAN UTANG 1.177.350.880.761
II. PEMBIAYAAN INVESTASI -184.459.515.221
III. PEMBERIAN PINJAMAN 448.056.564
IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN -2.715.736.000
V. PEMBIAYAAN LAINNYA 15.755.785.000
Klasifikasi Belanja
Organisasi
Terdiri atas 87 K/L dan 1 BUN (LKPP 2019)

Fungsi
1. Pelayanan umum 7. Kesehatan
2. Pertahanan 8. Pariwisata dan budaya
3. Ketertiban dan keamanan 9. Agama
4. Ekonomi 10. Pendidikan
5. Perlindungan lingkungan hidup 11. Perlindungan sosial
6. Perumahan dan permukiman PSAP 02 Par. 43

Jenis
1. Operasi: pegawai, barang dan jasa, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial
2. Modal: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan
jaringan, aset tetap lainnya, serta aset lainnya
3. Tak terduga
Jenis
Jurnal Akuntansi
1. Jurnal anggaran
2. Jurnal transaksi pendapatan
3. Jurnal transaksi belanja
4. Jurnal transaksi pembiayaan
5. Jurnal transaksi transitoris
6. Jurnal penyesuaian
7. Jurnal penutup
• Bersifat single entry
• Ditujukan untuk laporan manajemen anggaran berupa
pengendalian nilai pagu, dan realisasi anggaran secara
manajerial
• Mencatat jurnal atas APBN/APBN-P, DIPA, Komitmen
• Khusus komitmen belanja dan/atau pengeluaran
pembiayaan terdapat dua mekanisme yaitu single entry Jurnal
dan double entry. Anggaran
• Jurnal anggaran standar untuk APBN/APBN-P dicatat
pada saat terbitnya UU APBN/APBN-P oleh Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DJPb Kemenkeu
• Jurnal anggaran standar untuk DIPA dicatat pada saat
diterimanya DIPA oleh setiap satker yang menerimanya
• Mencatat komitmen atas belanja dan
pengeluaran pembiayaan pemerintah
• Ditujukan untuk manajemen anggaran dan
pengelolaan kas dalam memperhitungkan
ketersediaan dana
• Pada entitas akuntansi/ pelaporan K/L
Jurnal
menggunakan single entry Komitmen
• Pada entitas akuntansi/ pelaporan BUN
menggunakan double entry
• Pencatatan di BB akrual saja
Words of Inspiration

If you want to live a happy life, tie it


to a goal, not to people or things.
— Albert Einstein

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Pendapatan
Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Pendapatan

01 Dasar Hukum
02 Konsep
03 Pengakuan
04 Pengukuran
05 Penyajian dan Pengungkapan

06 Perlakuan Khusus
07 Jurnal Transaksi
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi Pemerintahan pada
Pemerintah Pusat
7. PMK Nomor 221/PMK.05/2020 tentang Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 10 Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Kebijakan Akuntansi, Kesalahan, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi
yang Dihentikan (Revisi 2020)
8. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 13 tentang Akuntansi
Hibah
Pengertian
Pendapatan PSAP 01 Paragraf 8

• Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah


ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali
• Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Pendapatan Negara
Pajak PNBP
Dipungut oleh Kementerian Keuangan Dipungut oleh masing-masing
melalui Direktorat Jenderal Pajak dan kementerian/lembaga
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kontribusi wajib sebagai warga negara Kontribusi yang ditarik atas penggunaan
barang/jasa pemerintah
Terdiri atas: Terdiri atas:
1. Pajak penghasilan (PPh) 1. Perizinan
2. Pajak pertambahan nilai (PPN) 2. Layanan
3. Pajak atas penjualan barang mewah 3. Eksplotasi dan/atau pemanfaatan
(PPnBM) SDA
4. Pajak bumi dan bangunan (PBB), 4. Hasil investasi
khusus sektor perkebunan, 5. Pemnafaatan aset
perhutanan, pertambangan, dan 6. Lainnya
sektor lainnya (P3L)
5. Bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB)
6. Cukai
7. Bea masuk dan keluar
8. Pajak lainnya
Pendapatan Hibah Bultek 13

• Hibah adalah penerimaan negara/daerah dalam bentuk devisa, devisa


yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang
berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga internasional, pemerintah lain, badan/lembaga dalam
negeri atau perseorangan yang tidak perlu dibayar kembali.
• Kriteria:
1. Berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga internasional, dan pemerintah lain atau berasal dari
badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan;
2. Tidak dimaksudkan untuk dibayarkan kembali kepada pemberi hibah;
3. Tidak ada timbal balik/balasan secara langsung dari penerima hibah
kepada pemberi hibah
4. Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemberi dan
penerima hibah.
Pendapatan Hibah Bultek 13

Klasifikasi
1. Menurut penganggaran: yang direncanakan dan langsung
2. Menurut bentuk:
• Dalam bentuk uang berupa rupiah, valuta asing atau devisa yang
dirupiahkan
• Dalam bentuk surat berharga
• Dalam bentuk barang
• Dalam bentuk jasa termasuk asistensi, tenaga ahli, beasiswa dan
pelatihan
3. Menurut sumber:
• Dalam negeri: pempus diterima pemda; pemda diterima pempus atau
pemda lainnya; institusi/lembaga dan masyarakat/kelompok masyarakat
• Luar negeri: negara asing, lembaga donor multilateral, lembaga
keuangan asing, lembaga nonkeuangan asing
Pendapatan Hibah Bultek 13

Mekanisme Penarikan Hibah yang Direncanakan


a. Transfer tunai ke RKUN atau rekening lain yang ditentukan BUN
b. Pembukaan LC (letter of credit)
c. Pembayaran langsung (direct payment)
d. Pembukaan Rekening khusus (special account)
e. Pembiayaan pendahuluan (pre-financing)
Pendapatan Hibah Bultek 13

Mekanisme Penarikan Hibah Langsung Uang


a. Pendapatan hibah langsung diterima oleh satker K/L
b. Satker K/L dapat langsung menggunakan uang hibah yang diterima tersebut
sesuai dengan tujuan pemberian hibah
c. Satker K/L mengajukan pengesahan atas pendapatan hibah langsung
tersebut kepada BUN atau kuasa BUN;
d. Seluruh pendapatan hibah yang diterima K/L disajikan sebagai pendapatan
BUN,
e. Satker K/L wajib menyajikan sisa dana atas pendapatan hibah langsung
dalam bentuk uang pada neraca
f. Apabila pada akhir tahun masih sisa pendapatan hibah berbentuk uang/kas,
maka dapat: disetor ke Kas Negara; digunakan untuk kegiatan di tahun
anggaran berikutnya sepanjang sesuai dengan perjanjian hibahnya;
dikembalikan kepada donor dalam hal naskah perjanjian hibah menyatakan
demikian.
Pendapatan Hibah Bultek 13

Mekanisme Penarikan Hibah Langsung Barang/Jasa/Surat Berharga


a. Barang/jasa/surat berharga langsung diterima oleh satker K/L/BUN
b. Satker K/L/BUN dapat langsung menggunakan barang/jasa/surat
berharga yang diterima tersebut sesuaidengan tujuan pemberian
hibah
c. Dilakukan pengajuan pengesahan atas pendapatan hibah langsung
berbentuk barang/jasa/surat berharga tersebut oleh satker kepada
BUN atau kuasa BUN
d. Seluruh pendapatan hibah yang diterima /KL disajikan sebagai
pendapatan BUN
e. Satker penerima hibah wajib menyajikan barang/surat berharga atas
pendapatan hibah langsung dalam bentuk barang/surat berharga
pada neraca
Asas
Pendapatan
Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan asas
bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).

Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO


bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan
dimaksud dan tidak dapat diestimasi terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan.

PSAP 12 Par. 26—27


Pengakuan
Pendapatan

Pendapatan-LRA baik pendapatan perpajakan, pendapatan PNBP, maupun


pendapatan hibah dicatat pada saat kas dari pendapatan tersebut diterima di
rekening kas umum negara kecuali Pendapatan BLU. Pendapatan BLU diakui oleh
pemerintah pada saat pendapatan tersebut dilaporkan atau disahkan oleh
Bendahara Umum Negara.

Pendapatan-LO diakui sesuai dengan jenis pendapatannya

Pendapatan pajak-LO diakui sesuai dengan jenis penilaiannya:


✓ Official assessment diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan
yang ditandai dengan DJP telah menerbitkan STP (dok sumber: STP)
✓ Self assessment dan withholding assessment diakui pada saat realisasi kas
telah diterima bendahara penerimaan atau RKUN dan mendapat nomor
pendaftaran oleh DJBC (dok sumber: SSPCP dan/atau BPN yang telah divalidasi
oleh pihak berwenang)
Pengakuan
Pendapatan

PNBP perizinan-LO diakui pada saat diterimanya kas oleh pemerintah pada saat
WB mengajukan permohonan izin atau saat diterbitkannya tagihan oleh
pemerintah apabila berdasarkan ketentuan pembayaran dilakukan oleh wajib
bayar setelah izin diterbitkan

Pendapatan PNBP-LO layanan diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan
tersebut, atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi

Pendapatan PNBP eksploitasi SDA-LO yang terkait dengan pemberian izin


eksplorasi maupun eksploitasi SDA dapat diakui pada proses perizinan

PNBP-LO yang diperoleh dari investasi pemerintah jangka pendek berupa bunga
deposito dan bunga obligasi serta dividen tunai diakui pada saat diterima di
Rekening Kas Umum Negara
Pengakuan
Pendapatan
PNBP-LO yang diperoleh dari pemanfaatan aset nonkeuangan pemerintah diakui
sesuai dengan hak yang dapat diakui oleh entitas sesuai dengan perjanjian atau
perikatan yang dibuat oleh entitas pemerintah dengan pihak ketiga yang
melakukan kerja sama tersebut atau pada saat diterima oleh entitas

PNBP lainnya-LO yang berasal dari:


1. keuntungan penjualan aset diakui pada saat diterima oleh entitas
2. bunga/jasa perbankan diakui pada saat diterima oleh entitas
3. pengembalian kembali belanja tahun sebelumnya diakui pada saat diterima
oleh entitas
4. denda akibat perjanjian atau peraturan diakui pada saat menjadi hak entitas
5. putusan pengadilan atau pelanggaran hukum lainnya diakui pada saat salinan
putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkhract) diterima oleh
eksekutor yang dijadikan dasar penagihan
6. penghapusan utang diakui pada saat telah ada penetapan dari pemberi
pinjaman bahwa utang entitas telah dihapuskan oleh pemberi pinjaman
Pengakuan
Pendapatan

Pendapatan hibah-LO dalam bentuk uang, diakui pada saat kas diterima di RKUN
atau reksus, tanggal penarikan valuta yang tercantum dalam notice of
disbursement (NoD) atau pengesahan oleh kuasa BUN

Pendapatan hibah-LO dalam bentuk barang/jasa dan/atau surat berharga diakui


dan dicatat pada saat pengesahan oleh kuasa BUN
Pengukuran
Pendapatan

Pendapatan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas


yang masuk ke kas negara dari sumber pendapatan dengan
menggunakan asas bruto

Pengecualian asas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari


pendapatan tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari
pada pemerintah atau penerimaan kas tersebut berasal dari
transaksi yang perputarannya cepat, volume transaksi banyak dan
jangka waktunya singkat.

Pendapatan-LO diukur sebesar nilai bruto dan jumlah tersebut tidak


boleh dikompensasikan dengan beban-beban yang ada

Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto


(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak
dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai,
maka asas bruto dapat dikecualikan
Pengukuran
Pendapatan Perpajakan-LO

Diukur dengan nilai nominal: nilai aliran masuk yang telah diterima
oleh pemerintah untuk self assessment system dan withholding tax
system. Untuk official assessment, pendapatan-LO perpajakan
diukur dengan nilai yang ditetapkan oleh pemerintah

Diukur dengan nilai nominal yang akan diterima oleh Pemerintah


sebesar yang tercantum pada pemberitahuan pabean dan cukai,
dokumen pelengkap pabean, dan surat penetapan/tagihan (khusus
pajak yang dikelola DJBC)
Pengukuran
Pendapatan Hibah-LO

Pendapatan hibah dalam bentuk kas dicatat sebesar:


1. Nilai nominal hibah yang diterima di RKUN atau reksus
2. Nilai nominal yang tercantum dalam NoD
3. Nilai nominal yang tercantum dalam SP2HL/SPHL yang disahkan
oleh kuasa BUN

Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang


menyertakan nilai hibah, dicatat sebesar nilai barang/jasa dan/atau
surat berharga yang diterima berdasarkan BAST
Pengukuran
Pendapatan Hibah-LO

Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang


tidak menyertakan nilai hibah, pengukuran dilakukan dengan
berdasarkan hal di bawah ini dengan urutan menandakan prioritas
sebagai berikut:
1. menurut biayanya,
2. menurut harga pasar,
3. atau menurut perkiraan/taksiran harga wajar berdasarkan hasil
penilaian

Apabila pengukuran nilai hibah tidak dapat dilakukan, maka hibah


dalam bentuk barang/jasa cukup diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan
Penyajian dan Pengungkapan
✓ Pendapatan-LO disajikan di laporan operasional menurut klasifikasi
sumber pendapatan: pendapatan perpajakan, pendapatan negar
bukan pajak (PNBP), dan pendapatan hibah. Rincian lebih lanjut
sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
✓ Pendapatan-LO disajikan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing menggunakan kurs transaksi Bank Indonesia pada tanggal
transaksi.
✓ Pendapatan-LO juga harus diungkapkan pada CaLK berupa semua
informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan-LO.
✓ Pendapatan-LRA disajikan pada laporan realisasi anggaran dan
laporan arus kas.
✓ Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing tersebut menggunakan kurs pada tanggal transaksi.
• Akuntansi untuk koreksi kelebihan pendapatan-LO diatur
melalui pembukuan koreksi atas pendapatan-LO sebagai
pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi
tersebut
• Apabila berdasarkan pemeriksaan otoritas pajak
terdapat kelebihan penghitungan pajak, maka perlu
dilakukan pengembalian pendapatan perpajakan
• Apabila berdasarkan hasil keputusan otoritas pajak
ataupun putusan atas upaya hukum yang diajukan oleh
WP mengakibatkan koreksi atas nilai ketetapan pajak Perlakuan Khusus
sebelumnya menjadi lebih kecil, maka perlu dilakukan
koreksi atas pengakuan pendapatan perpajakan
Pendapatan-LO
sebelumnya
• Dalam hal putusan upaya hukum yang terbit
mengakibatkan piutang pajak yang dibayar menjadi lebih
kecil sehingga mengakibatkan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak, perlu dicatat penyesuaian atas nilai
piutang pajak dan pengembalian pendapatan
perpajakan-LO
• Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang
(recurring) atas pendapatan-LRA pada periode
penerimaan maupun pada periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang pendapatan
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang
(nonrecurring) atas pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai
pengurang pendapatan pada periode yang sama.
Perlakuan Khusus
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang
Pendapatan-LRA
(nonrecurring) atas pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut
Dalam hal PMK 221/PMK.05/2020 dinyatakan berlaku,
kebijakan akuntansi untuk koreksi adalah sebagai berikut:
• Pengembalian kelebihan penerimaan pendapatan yang
terjadi pada periode berjalan dan periode sebelumnya
diakui sebagai pengurang realisasi pendapatan pada
tahun berjalan.
• Apabila tidak terdapat realisasi pendapatan pada tahun Perlakuan Khusus
berjalan, maka pengembalian kelebihan penerimaan
pendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya diakui
Pendapatan-LRA
sebagai pengurang SAL dan/atau ekuitas.
• Pengembalian kelebihan penerimaan pendapatan hibah
yang terjadi pada periode sebelumnya diakui sebagai
pengurang SAL dan/atau ekuitas.
Words of Inspiration

Many of life’s failures are people who did not realize


how close they were to success when they gave up.

— Thomas Alva Edison

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Piutang
Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Piutang

01 Definisi dan Klasifikasi Piutang


02 Pengakuan Piutang
03 Jenis Piutang
04 Penyesuaian Piutang
Definisi dan Klasifikasi
Piutang adalah uang/hak pemerintah,
dapat dinilai dengan uang, diharapkan
dapat diterima di masa yang akan datang

Klasifikasi
• Piutang jangka pendek: diharapkan diterima
pemerintah dalam waktu 12 bulan sejak pelaporan
• Piutang jangka Panjang: diharapkan diterima
pemerintah dalam waktu lebih dari 12 bulan sejak
pelaporan
Definisi dan Klasifikasi
Piutang Jangka Pendek
• Piutang pajak: pendapatan pajak pusat, piutang pajak DJP
dan DJBC
• Piutang bukan pajak: piutang dari penerimaan SDA,
piutang pendapatan laba BUMN, dan PNBP lainnya
• Bagian lancar tagihan penjualan angsuran (TPA)
• Bagian lancar tagihan tuntutan perbendaharaan/tuntutan
ganti rugi (TP/TGR)
• Bagian lancar piutang jangka panjang
• Beban dibayar di muka/uang muka belanja
• Piutang transfer ke daerah
Pengakuan
Kejadian Jenis Titik Pengakuan
Pungutan Pajak Terbitnya dokumen
penagihan: STP, SKPKB, SPT
PNBP Terbitnya dokumen
penagihan: surat tagihan,
SKPKB PNBP
Perikatan Pemberian pinjaman Terjadinya realisasi
kepada pemda, pengeluaran pembiayaan
BUMN/BUMD, dari kas negara
masyarakat/swasta
Jual beli Naskah perjanjian penjualan
Kemitraan (sewa, KSP, dan BAST telah
BSG/BGS) ditandatangani kedua belah
pihak
Imbalan fasilitas/jasa
TPA/TP/TGR TPA/TP/TGR Terjadinya penjualan
angsuran/penetapan
TP/TGR
Pengukuran
Piutang Jangka Pendek

• Piutang pajak : nilai nominal


• Piutang bukan pajak : nilai nominal
• Bagian lancar TPA : nilai TPA yang akan jatuh tempo
• Bagian lancar TP/TGR : nilai TP/TGR yang akan jatuh tempo
• Bagian lancar PJP : nilai PJP yang akan jatuh tempo
• Beban dibayar di muka: nilai yang belum diterima
• Piutang BLU : nilai nominal
• Piutang transfer : nilai nominal kelebihan ke daerah transfer
Penyisihan Piutang
• Penyisihan piutang dtujukan untuk menentukan nilai net realizable value (NRV)
• Penyisihan piutang menggunakan metode pencadangan sesuai dengan kualitas
piutang
• Kualitas piutang: penilaian atas ketertagihan piutang yang diukur berdasarkan
kepatuhan membayar oleh debitur
• Penentuan kualitas piutang tidak dilakukan terhadap:
1. Belanja dibayar di muka/uang muka belanja
2. Piutang transfer ke daerah dan piutang kelebihan pembayaran dimaksud
yang dikompensasikan di TA berikutnya
• Penentuan kualitas piutang diatur lebih lanjut :
1. Piutang pajak bidang perpajakan diatur dengan PER Dirjen Pajak
2. Piutang pajak bidang kepabeanan dan cukai diatur dengan PER Dirjen BC
3. Piutang penerusan pinjaman diatur dengan PER Dirjen Perbendaharaan

PMK 69/PMK.06/2014 jo PMK 207/PMK.06/2019


Kebijakan Penyisihan Piutang
Kategori Kondisi Penyisihan
Lancar Belum dilunasi hingga jatuh tempo Minimal 5‰ atau 0,5% nilai
piutang
Kurang lancar Belum dilunasi hingga satu bulan sejak Surat 10% nilai piutang setelah dikurangi
Tagihan Pertama nilai agunan
Diragukan Belum dilunasi hingga satu bulan sejak Surat 50% nilai piutang setelah dikurangi
Tagihan Kedua nilai agunan
Macet Belum dilunasi hingga satu bulan sejak Surat 100% nilai piutang setelah
Tagihan Ketiga atau piutang dilimpahkan ke dikurangi nilai agunan
DJKN
Jenis Agunan
Nilai yang
Jenis Agunan Dapat
Dikurangkan
Surat berharga yang diterbitkan oleh BI, surat berharga negara, garansi
bank, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam 100%
mulia
80% dari nilai
Tanah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (HGB)
hak
berikut bangunan di atasnya yang diikat dengan hak tanggungan
tanggungan
Tanah bersertifikat (SHM), HGB, atau hak pakai, berikut bangunan di 60% dari
atasnya yang tidak diikat dengan hak tanggungan NJOP
Tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti
50% dari
kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan
NJOP
pajak terhutang (SPPT) terakhir
Pesawat udara dan kapal laut dengan isi kotor paling sedikit 20 meter 50% dari nilai
kubik hipotik
50% dari nilai
Kendaraan bermotor yang diikat dengan fidusia jaminan
fidusia
Pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang tidak diikat 50% dari
sesuai ketentuan yang berlaku dan disertai bukti kepemilikan nilainya
Contoh Penentuan Penyisihan
Piutang Tak Tertagih
Pada 31 Desember ditemukan data bahwa satker ABC memiliki tunggakan piutang PNBP
Rp75juta dan telah dilakukan tagihan yang kedua meskipun Surat Tagihan belum
diterbitkan. Satker memegang agunan berupa tanah SHM yang dikat dengan HT dengan
NJOP Rp50 juta.

BB Akrual Debit Kredit


Beban Penyisihan PTT 3,5 juta
Penyisihan PTT 3,5 juta

Penyisihan PTT = 10% x (Rp75 juta – (80% x Rp50 juta) = Rp3,5 juta
Penghentian Pengakuan

• Terjadi akibat pelunasan atau penghapusan

• Ada 2 cara penghapusan: penghapusbukuan (akuntansi) dan


penghapustagihan (perdata)

• Penghapusbukuan piutang dibagi menjadi 2:

1. Penghapusan bersyarat dilakukan dengan menghapuskan


piutang negara dari pembukuan pempus tanpa
menghapuskan hak tagih negara
2. Penghapusan mutlak dilakukan dengan menghapuskan
hak tagih negara
Penghentian Pengakuan • Penghapusbukuan piutang (write-off) merupakan kebijakan
internal saat satker pesimis kemampuan debitur membayar
sebagai proses dan keputusan akuntansi agar nilai piutang
dapat dipertahankan sesuai NRV

• Penghapusbukuan piutang tidak otomatis menghapus hak tagih


yuridis formil. Usaha penagihan tetap dilakukan, piutang yang
sudah dihapusbukukan dieliminasi dari neraca dan dibukukan
ekstrakomptabel serta CaLK
• Penghapustagihan piutang adalah penghapusan hak tagih/
upaya tagih secara perdata
• Kriteria penghapustagihan piutang apabila piutang yang akan
dihapustagihkan diusulkan menteri/pimpinan lembaga:
1. diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal
penetapan penghapusbukuan piutang dimaksud; dan
2. penanggung utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan sisa kewajibannya, yang dibuktikan dengan
keterangan dari pejabat berwenang
Jurnal Penghapusan Piutang
Jurnal standar penghapusbukuan piutang

Jurnal Akrual
Penerimaan Piutang Dr
Piutang Kr

Penerimaan piutang yang telah dihapusbukukan

Jurnal Akrual Jurnal Kas


Diterima dari Entitas Lain Dr Diterima dari Entitas Lain Dr
PNBP Lainnya—LO Kr PNBP Lainnya—LRA Kr
Penyajian
• Piutang jatuh tempo kurang dari 12 bulan disajikan di neraca
sebagai Aset Lancar, jika lebih dari 12 bulan sbg Piutang
Jangka Panjang

• Penyisihan PTT disajikan sebagai akun kontra piutang

• Penyajian piutang dlm mata uang asing menggunakan kurs


tengah Bank Indonesia pada tanggal pelaporan. Selisih
penjabaran kurs diakui sebagai kenaikan/penurunan ekuitas
periode berjalan

• Bunga, denda, commitment fee, pinalti, dan biaya lainnya


yang sejenis yang timbul dari piutang jangka panjang harus
diakui sebagai piutang jangka pendek (aset lancar)
Pengungkapan
• Pengungkapan piutang wajib mencakup

1. kebijakan akuntansi penilaian, pengakuan, dan pengukuran piutang

2. rincian per jenis saldonya menurut umur (tingkat kolektibilitasnya)

3. penjelasan penyelesaian piutang masih ada di K/L atau diserahkan


kepada KPKNL

4. jaminan atau sita jaminan jika ada

• Piutang yang penagihannya diserahkan kepada DJKN tetap melekat


pada satker ybs atas pencatatannya

• Pengungkapan piutang yang sudah dihapusbukukan (off-balance


sheet) meliputi jenis piutang; nama debitur; nilai putang; nomor dan
tanggal keputusan penghapusan piutang; penjelasan lain
Words of Inspiration
Traveling - it offers you a hundred
roads to adventure, and gives your
heart wings!
— Ibn Battuta

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Belanja
dan Beban
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Belanja dan Beban

01 Pengertian
02 Klasifikasi
03 Pengakuan
04 Pengukuran
05 Penyajian dan Pengungkapan
06 Jurnal Transaksi
07 Ilustrasi Soal
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi Pemerintahan
pada Pemerintah Pusat
7. PMK Nomor 225/PMK.05/2020 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Pusat
8. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-211/PB/2018
tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar
Definisi
Beban dan Belanja
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa atau biaya yang timbul akibat transaksi
tersebut dalam periode laporan yang berdampak pada penurunan ekuitas, baik berupa pengeluaran,
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban

Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara (RKUN) yang mengurangi saldo
anggaran lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah
Klasifikasi Belanja dan Beban
Belanja Beban
Pegawai Pegawai
Barang dan Jasa 1. Barang
2. Jasa
3. Persediaan
4. Pemeliharaan
5. Perjalanan Dinas
6. Barang untuk Diserahkan ke
Masyarakat
Modal Penyusutan atau amortisasi
Bunga Utang Bunga
Subsidi Subsidi
Hibah Hibah
Bantuan Sosial Bantuan Sosial
Bantuan Keuangan atau Transfer Bantuan Keuangan atau Transfer
Lain-Lain Tak Terduga
Penyisihan Piutang Tak Tertagiih
Klasifikasi Belanja Modal
Jenis Belanja Pemerintah

Sifat

Expendable Intrakomtabel
(tidak menambah aset (menambah aset BMN
BMN intrakomtabel) intrakomtabel)

terdiri dari Belanja Pegawai,


Belanja Barang yang tidak terdiri dari Belanja Modal,
menghasilkan BMN, Belanja Bunga,
Belanja Barang Persediaan,
Belanja Subsidi, Belanja Hibah,
Belanja Bantuan Sosial yang tidak dan Belanja Bantuan Sosial
menghasilkan BMN, dan Transfer ke yang menghasilkan BMN.
Daerah dan Dana Desa.
Pengakuan Belanja
1. Saat kas keluar dari RKUN
2. Pengesahan dari BUN atau KBUN

Pengakuan Beban
1. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi/jasa (misal
penyisihan piutang, penyusutan AT, dan amortisasi
ATB)
2. Terjadinya konsumsi aset (misal pembyaran gaji atau
pemakaian persediaan)
3. Timbulnya kewajiban (misal tagihan rekening air, telepon,
atau listrik)
Pengembalian Belanja
Pengembalian Belanja Tahun Anggaan Berjalan
(TAB) diakui sebagai pengurang belanja TAB.
Sedangkan Pengembalian Belanja Tahun
Anggaran Yang Lalu (TAYL) diakui sebagai
pendapatan lain-lain
BEBAN PEGAWAI
Dicatat sebesar resume tagihan belanja pegawai
dan/atau tagihan kewajiban pembayaran belanja
pegawai berdasarkan dokumen kepegawaian,
daftar gaji, peraturan perundang-undangan, dan
dokumen lain yang menjadi dasar pengeluaran
negara kepada pegawai dimaksud yang telah
disetujui KPA/ PPK

Pengukuran
BEBAN PERSEDIAAN
Dicatat sebesar pemakaian persediaan
Beban
berdasarkan transaksi mutasi keluar
penggunaan persediaan, dan pada akhir tahun
beban persediaan dilakukan penyesuaian dalam
hal berdasarkan hasil inventarisasi fisik terdapat
perhitungan perbedaan pencatatan persediaan
BEBAN BARANG DAN JASA
Dicatat sebesar resume tagihan belanja barang
dan jasa, tagihan kewajiban pembayaran
belanja barang dan jasa oleh pihak ketiga yang
telah disetujui KPA/PPK dan/atau perhitungan
akuntansi belanja modal yang tidak memenuhi
kapitalisasi aset

BEBAN PEMELIHARAAN
Pengukuran
Dicatat sebesar resume tagihan belanja
pemeliharaan, tagihan kewajiban pembayaran
Beban
belanja pemeliharaan oleh pihak ketiga yang
telah disetujui KPA/PPK dan/atau pemakaian
persediaan untuk pemeliharaan berdasarkan
transaksi mutasi keluar penggunaan persediaan
untuk pemeliharaan
BEBAN PERJALANAN DINAS
Dicatat sebesar resume tagihan belanja
perjalanan dinas dan/atau tagihan kewajiban
pembayaran belanja perjalanan dinas oleh pihak
ketiga yang telah disetujui KPA/PPK

BEBAN BARANG UNTUK DISERAHKAN KEPADA


MASYARAKAT
Dicatat sebesar resume tagihan belanja barang Pengukuran
Beban
untuk diserahkan kepada masyarakat, tagihan
kewajiban pembayaran belanja barang
diserahkan kepada masyarakat yang telah
disetujui KPA/PPK dan/ atau pemakaian
persediaan untuk barang yang diserahkan
kepada masyarakat berdasarkan transaksi
mutasi keluar penggunaan persediaan yang
diserahkan kepada masyarakat
BEBAN BANTUAN SOSIAL
Dicatat sebesar resume tagihan belanja bantuan
sosial dan/ atau tagihan kewajiban pembayaran
belanja bantuan sosial oleh pihak ketiga yang
disetujui KPA/PPK

BEBAN PENYUSUTAN DAN AMORTISASI


Dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas
perlakuan penyusutan masing-masing jenis aset
tetap dalam operasional dan tidak dalam Pengukuran
Beban
operasional (kecuali tanah) dan amortisasi aset
tidak berwujud

BEBAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH


Dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas
perlakuan penyisihan piutang tidak tertagih
dengan memperhatikan masing-masing kualitas
piutang
• Beban persediaan tidak memperhitungkan
persediaan yang diperoleh dari belanja
barang yang akan diserahkan kepada
masyarakat/pemda dan persediaan yang
diperoleh dari belanja bantuan sosial
berbentuk barang.

• Hibah aset tetap yang dimiliki pemerintah


Perlakuan Khusus
yang sebelumnya dibeli dengan jenis belanja
modal, maka ketika aset tetap tersebut
Beban
diserahkan kepada masyarakat/pemda tidak
dicatat sebagai belanja/beban hibah,
melainkan dicatat sebagai beban dari
kegiatan non operasional
Belanja diukur berdasarkan azas bruto dari nilai
nominal sesuai dengan SPM/SP2D atau dokumen
pengeluaran negara yang dipersamakan
dan/atau dokumen pengesahan belanja yang Pengukuran
Belanja
diterbitkan oleh bendahara umum negara/kuasa
bendahara umum negara
Penyajian dan Pengungkapan
Belanja
• Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebagai pengeluaran negara;
• Laporan Arus Kas Keluar kategori Aktivitas Operasi;
• Laporan Arus Kas Keluar kategori Aktivitas Investasi; dan
• CaLK untuk memudahkan pengguna mendapatkan informasi.
Jurnal Transaksi
Beban/Belanja

Intrakomtabel Expendable

Menghasilkan Menghasilkan
Barang Modal Persediaan
Words of Inspiration

Karena ada bunga mati, maka banyaklah


buah yang tumbuh.
— Raden Adjeng Kartini

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Persediaan
Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Persediaan

01 Dasar Hukum

02 Konsep Umum

03 Klasifikasi
04 Pengakuan dan Pengukuran

05 Penyajian dan Pengungkapan

06 Perlakuan Khusus
07 Jurnal Transaksi
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi
Pemerintahan pada Pemerintah Pusat
7. PMK Nomor 234/PMK.05/2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Pusat
Konsep
Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat

PSAP 05 Paragraf 4
Konsep
Persediaan PSAP 05 Paragraf 5; Bab VI Lampiran PMK 234/PMK. 05/2020

Persediaan merupakan aset yang berupa:


1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi
3. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan
pemerintahan
4. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
5. Barang-barang untuk tujuan berjaga-jaga atau strategis seperti cadangan minyak dan cadangan beras
Pertimbangan Pencatatan
Persediaan Bab VI Lampiran PMK 234/PMK. 05/2020

1. Materialitas
2. Penceminan dari tugas dan fungsi utama satker
3. Pengendalian internal
Klasifikasi Persediaan
Sifat Pemakaian
1. Barang habis pakai
2. Barang tak habis pakai
3. Barang bekas pakai
Bab VI Lampiran PMK 234/PMK. 05/2020

Bentuk dan Jenis


1. Barang konsumsi 10. Peralatan dan mesin untuk dijual
2. Amunisi kepada masyarakat
3. Bahan untuk pemeliharaan 11. Jalan, irigasi, dan jaringan untuk dijual
4. Suku cadang kepada masyarakat
5. Persediaan untuk tujuan 12. Aset tetap lainnya untuk dijual atau
strategis/berjaga-jaga diserahkan kepada masyarakat
6. Pita cukai dan leges 13. Hewan dan tanaman untuk dijual
7. Bahan Baku atau diserahkan kepada masyarakat
8. Barang dalam proses/setengah jadi 14. Persediaan lainnya untuk dijual atau
9. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
diserahkan kepada masyarakat
Pengakuan
• Titik Pengakuan:
1. potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai
nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
2. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau
kepenguasaannya berpindah
• Metode pencatatan perpetual
• Inventarisasi fisik dilakukan atas barang yang belum dipakai, baik yang
masih berada di gudang/tempat penyimpanan maupun persediaan
yang berada di unit pengguna
• Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam
neraca, tetapi diungkapkan dalam CaLK
• Beban persediaan diakui pada akhir periode pelaporan berdasarkan
perhitungan dari transaksi penggunaan persediaan, penyerahan
persediaan kepada masyarakat atau sebab lain yang mengakibatkan
berkurangnya jumlah persediaan
Pengukuran
• Nilai pengukuran:
1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, meliputi harga
pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan
dengan pengurang berupa potongan harga, rabat, dan lainnya yang
serupa
2. Harga pokok produksi digunakan apabila persediaan diperoleh dengan
memproduksi sendiri meliputi biaya langsung dan tak langsung
3. Nilai wajar digunakan apabila persediaan diperoleh dari cara lainnya
• Dinilai menggunakan metode first in first out (FIFO)
• Harga perolehan terakhir (HPT) digunakan jika FIFO belum bisa
diterapkan
• Dikecualikan dari beban persediaan adalah pemakaian barang
persediaan untuk pemeliharaan yang dicatat sebagai beban
pemeliharaan dan penyerahan barang persediaan untuk dijual/
diserahkan kepada masyarakat/pemda yang dicatat sebagai beban
barang untuk dijual/ diserahkan kepada masyarakat/pemda
• Disajikan dalam pos aset lancar
• Nilai akhir yang ditampilkan adalah hasil inventarisasi
fisik yang dilakukan setiap semester
• Hasil inventarisasi fisik menjadi dasar perhitungan Penyajian
beban persediaan dan pengelolaan fisik persediaan
Persediaan
• Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak
dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam
CaLK
Persediaan diungkapkan secara memadai dalam CaLK hal-
hal sebagai berikut antara lain:
• Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan
• Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan
masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk Penungkapan
dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang Persediaan
yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
• Penjelasan atas selisih antara pencatatan dengan hasil
inventarisasi fisik
• Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak
atau usang
Perlakuan Khusus
1. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang
dimaksudkan untuk dijual seperti pita cukai dinilai dengan biaya
perolehan terakhir.
2. Persediaan berupa barang yang akan diserahkan kepada
masyarakat/pihak ketiga yang masih dalam proses
pembangunan sampai dengan tanggal pelaporan, maka atas
pengeluaran pengeluaran yang dapat diatribusikan untuk
pembentukan aset tersebut tetap disajikan sebagai persediaan
(bukan KDP).
3. Unit pemerintah, karena tugas dan fungsinya, menerima hibah
berupa emas, seperti penerimaan hadiah tidak tertebak (HTT)
atau hadiah yang tidak diambil oleh pemenang (contohnya pada
Kementerian Sosial). Dalam hal ini, persediaan berupa emas
tersebut dicatat sebesar harga wajar pada saat perolehan.
Words of Inspiration

Leadership and learning are


indispensable to each other.
— John Fitzgerald Kennedy

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Aset Tetap


Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Aset Tetap

01 Dasar Hukum
02 Konsep Dasar
03 Pengakuan
04 Pengukuran
05 Pertukaran, Penghentian, dan Pelepasan
06 Pengungkapan
07 Perlakuan dan Isu Khusus
Definisi
Aset Tetap
Aset berwujud yg mempunyai
masa manfaat lebih dari 12 (dua 1) Tanah;
belas) bulan untuk digunakan, atau 2) Peralatan dan Mesin;
dimaksudkan untuk digunakan, 3) Gedung dan Bangunan;
dalam kegiatan pemerintah atau 4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
dimanfaatkan oleh masyarakat 5) Aset Tetap Lainnya; dan
umum. 6) Konstruksi dalam Pengerjaan.
Pengakuan
Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa
depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan
andal.

Kriteria Aset Tetap adalah:


1) Berwujud
2) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan
3) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
4) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas
5) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan.

Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah


diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau
pada saat penguasaannya berpindah
Pengukuran
Aset Tetap diukur pada:
1) Biaya perolehan digunakan untuk menilai aset tetap.
2) Nilai wajar digunakan pada saat tidak ada nilai perolehan atau
nilai perolehan tidak dapat diidentifikasi

Cara memperoleh aset tetap:


1) Pengadaan: membeli dari/kontrak konstruksi dengan pihak
ketiga atau secara swakelola secara tunggal atau gabungan
2) Pertukaran
3) Hibah/donasi
4) Perolehan lainnya

Untuk perolehan dibawah nilai satuan minimum kapitalisasi, hanya


diungkapkan dalam CaLK dan catatan atas laporan BMN
Pengukuran
Biaya Perolehan
1) Aset tetap diperoleh dengan pembelian diukur dengan harga
beli + seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan aset siap
digunakan/dipakai
2) Aset tetap diperoleh dengan membangun sendiri diukur dengan
total
a) Biaya langsung: bahan baku + tenaga kerja
b) Biaya tak langsung

Nilai Wajar
Aset tetap diperoleh dengan cara lain, misalnya hibah diukur
dengan nilai tukar aset secara wajar
Batas Minimum Kapitalisasi
PMK No. 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara

Uraian PMK 120/PMK.06/2007 PMK 181/PMK.06/2016


Peralatan dan Mesin Rp300.000,00 Rp1.000.000,00
Aset Tetap Renovasi-Peralatan dan Mesin Rp300.000,00 Rp1.000.000,00
Gedung dan Bangunan Rp10.000.000,00 Rp25.000.000,00
Aset Tetap Renovasi-Gedung dan Bangunan Rp10.000.000,00 Rp25.000.000,00
Berlaku s.d. TA 2017 Mulai TA 2018

Nilai satuan minimum kapitalisasi BMN tidak diperlukan untuk BMN berupa
1) tanah;
2) jalan, irigasi, dan jaringan;
3) konstruksi dalam pengerjaan; atau
4) aset tetap lainnya, seperti koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian
Komponen Biaya
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan
yang dimaksudkan.
PSAP 07 Paragraf 28

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung


• Biaya persiapan tempat
• Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan
bongkar muat (handling cost)
• Biaya pemasangan (installation cost)
• Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur
• Biaya konstruksi
• Testing cost
Komponen Biaya
Biaya Perolehan Tanah
• Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan
• Biaya perolehan mencakup
1) Harga pembelian atau biaya pembebasan tanah
2) Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh
hak
3) Biaya pematangan, penimbunan, dan
4) Biaya lainnya yang dikeluarkan ,ataupun yang masih
harus dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai
• Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak
pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua
tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan
Komponen Biaya
Biaya Perolehan Peralatan dan Mesin
• Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan
jumlah pengeluaran yang telah dan yang masih harus
dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin
tersebut sampai siap pakai
• Biaya perolehan peralatan dan mesin antara lain meliputi
1) Harga pembelian
2) Biaya pengangkutan
3) Biaya instalasi
4) Biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut
siap untuk digunakan
Komponen Biaya
Biaya Perolehan Gedung dan Bangunan
• Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan
seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus
dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan
sampai siap pakai
• Biaya perolehan gedung dan bangunan meliputi
1) Harga pembelian atau biaya konstruksi
2) Biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak
Komponen Biaya
Biaya Perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan
• Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan
menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan dan
masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan
bangunan sampai siap pakai.
• Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan antara lain
meliputi
1) Biaya perolehan atau biaya konstruksi
2) Biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,
irigasi, dan jaringan tersebut siap pakai
Komponen Biaya
Biaya Teratribusi Konstruksi dalam Pengerjaan
• Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang
sedang dalam proses pembangunan
• Secara swakelola, biaya meliputi
1. biaya yang berhubungan langsung dengan konstruksi;
2. biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada
umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi
tersebut;
3. biaya lain yang secara khusus dibebankan
sehubungan konstruksi yang bersangkutan
Komponen Biaya
Biaya Teratribusi Konstruksi dalam Pengerjaan
• Secara kontrak, biaya meliputi
1. termin yang telah dibayarkan;
2. kewajiban yang masih harus dibayar;
3. pembayaran klaim kepada kontraktor/pihak ketiga,
misalnya klaim karena keterlambatan yang
disebabkan oleh pemberi kerja
Komponen Biaya
Pengecualian
• Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan
merupakan suatu komponen biaya aset tetap sepanjang
biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung
pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke
kondisi kerjanya.
• Biaya permulaan (start-up cost) dan praproduksi serupa
tidak merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya
tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
Komponen Biaya
Biaya setelah Perolehan
Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai
suatu aset tetap yang dapat disusutkan/depreciable
assets (seluruh AT selain tanah dan KDP) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan

Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui


sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca
dan penambah beban penyusutan dalam laporan
operasional.

Metode penyusutan aset tetap yang diperkenankan bagi


pemerintah pusat adalah metode penyusutan garis lurus.
Metode ini dilakukan dengan mengalokasikan nilai yang
dapat disusutkan dari aset tetap secara merata selama
masa manfaat aset terkait, dengan atau tanpa
memperhitungkan nilai sisa (residu).
Pertukaran
• Biaya suatu aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran
yang tidak serupa atau aset lainnya diukur berdasarkan nilai
wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai
tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan
jumlah setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang
ditransfer/diserahkan.
• Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas
suatu aset yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa
dan memiliki nilai wajar yang serupa maka aset yang baru
diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount)
atas aset yang dilepas.
Penghentian dan Pelepasan
• Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan
atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya
dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan datang.
• Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas
harus dieliminasi dari neraca dan diungkapkan dalam CaLK.
• Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus
dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya.
Pelepasan
• Pelepasan aset tetap di lingkungan pemerintah lazim disebut
sebagai pemindahtanganan. Sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD,
pemerintah dapat melakukan pemindahtanganan BMN/BMD
yang di dalamnya termasuk aset tetap dengan cara
1) dijual,
2) dipertukarkan,
3) dihibahkan, atau
4) dijadikan penyertaan modal negara/daerah.
• Apabila suatu aset tetap dilepaskan karena
dipindahtangankan, maka aset tetap yang bersangkutan
harus dikeluarkan dari neraca.
Pelepasan
• Aset tetap yang dilepaskan melalui penjualan dikeluarkan
dari neraca pada saat diterbitkan risalah lelang atau
dokumen penjualan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
• Aset tetap yang dihibahkan dikeluarkan dari neraca pada
saat telah diterbitkan berita acara serah terima (BAST) hibah
oleh entitas sebagai tindak lanjut persetujuan hibah.
• Aset tetap yang dipindahtangankan melalui mekanisme
penyertaan modal negara/daerah dikeluarkan dari neraca
pada saat diterbitkan penetapan penyertaan modal
negara/daerah.
Pelepasan
• Aset tetap hilang harus dikeluarkan dari neraca setelah
diterbitkannya penetapan oleh pimpinan entitas yang
bersangkutan berdasarkan keterangan dari pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
• Unsur kelalaian harus dipertimbangkan untuk menentukan
adanya tuntutan ganti rugi.
• Aset tetap hilang dikeluarkan dari neraca sebesar nilai buku.
Pelepasan
Pengungkapan
Terkait setiap jenis aset tetap, hal yang perlu diungkap di CaLK
mencakup
• dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
(carrying amount);
• rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
1) penambahan;
2) pelepasan;
3) akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
4) mutasi aset tetap lainnya.
• informasi penyusutan, meliputi (1) nilai penyusutan; (2) metode
penyusutan yang digunakan; (3) masa manfaat atau tarif
penyusutan yang digunakan; (4) nilai tercatat bruto dan
akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
Perlakuan Khusus
Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca, tetapi
diungkapkan dalam CaLK, kecuali yang digunakan sebagai sarana
operasional pemerintah.

Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak


memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan/direklasifikasi ke
pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

Peralatan militer, baik yang umum maupun yang khusus, memenuhi


definisi aset tetap (peralatan dan mesin) dan harus diberlakukan
prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap yang lain.
Isu Khusus
Penyajian Tanah

Kasus kepemilikan tanah


Kondisi Penyajian
Dikuasai dan/atau digunakan oleh • Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
pemerintah, tetapi belum ada bukti disajikan sebagai aset tetap tanah pada
kepemilikan yang sah neraca pemerintah.
• Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
Tanah dimiliki oleh pemerintah, tetapi • Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
dikuasai dan/atau digunakan oleh disajikan sebagai aset tetap tanah pada
pihak lain neraca pemerintah
• Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
bahwa tanah tersebut dikuasai pihak lain
Isu Khusus
Penyajian Tanah

Kasus kepemilikan tanah


Kondisi Penyajian
Tanah dimiliki oleh suatu entitas • Dicatat dan disajikan pada neraca entitas
pemerintah, tetapi dikuasai dan/atau pemerintah yang mempunyai bukti
digunakan oleh entitas pemerintah kepemilikan, serta diungkapkan di CaLK.
yang lain • Entitas pemerintah yang menguasai
dan/atau menggunakan tanah cukup
mengungkapkan tanah tersebut secara
memadai dalam CaLK
Perlakuan tanah yang masih dalam • Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
sengketa atau proses pengadilan disajikan sebagai aset tetap tanah pada
neraca pemerintah
• Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
bahwa tanah tersebut masih dalam sengketa
atau proses pengadilan
Isu Khusus
Tanah Wakaf

Tanah yang digunakan/dipakai oleh instansi pemerintah yang berstatus


tanah wakaf tidak disajikan dan dilaporkan sebagai aset tetap tanah
pada neraca pemerintah, tetapi cukup diungkapkan secara memadai
pada CaLK.
Isu Khusus
Renovasi Aset Tetap

Kondisi Definisi
Milik sendiri • Dicatat sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait jika
memenuhi syarat kapitalisasi
• Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut
belum selesai dikerjakan atau sudah selesai pengerjaannya
namun belum diserahterimakan, aset dicatat sebagai KDP
Milik entitas lain • Apabila renovasi telah selesai sebelum tanggal pelaporan, aset
dalam lingkup dibukukan sebagai aset tetap lainnya—aset renovasi dan
entitas pelaporan disajikan di neraca sebagai kelompok aset tetap
yang sama • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut
belum selesai dikerjakan atau sudah selesai pengerjaannya
namun belum diserahterimakan, aset dicatat sebagai KDP
• Pada akhir tahun anggaran, aset renovasi ini sebaiknya
diserahkan kembali pada pemilik
Isu Khusus
Renovasi Aset Tetap

Kondisi Definisi
Milik entitas lain • Apabila renovasi telah selesai sebelum tanggal pelaporan, aset
di luar lingkup dibukukan sebagai aset tetap lainnya—aset renovasi dan
entitas pelaporan disajikan di neraca sebagai kelompok aset tetap
yang sama • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut
belum selesai dikerjakan atau sudah selesai pengerjaannya tetapi
belum diserahterimakan, aset dicatat sebagai KDP
• Pada akhir masa perjanjian pinjam pakai atau sewa, aset renovasi
ini sebaiknya diserahkan kembali pada pemilik
Isu Khusus
Konstruksi dalam Pengerjaan

• KDP akan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika


konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan dan konstruksi
tersebut telah dapat memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan
perolehan
• Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu KDP adalah
berita acara penyelesaian pekerjaan (BAPP)
Isu Khusus
Konstruksi dalam Pengerjaan

Pembangunan BAPP Pemanfaatan Penyajian


Selesai Sudah diperoleh Sudah dimanfaatkan Aset tetap
Selesai Sudah diperoleh Belum dimanfaatkan Aset tetap
Selesai Belum diperoleh Sudah dimanfaatkan KDP
Selesai sebagian Sudah diperoleh Sudah dimanfaatkan sebagian KDP
Belum selesai BAST sudah ada Belum bisa dimanfaatkan KDP
Selesai sebagian karena sebab tertentu (misalnya terkena bencana KDP dapat
alam/force majeur) aset tersebut hilang, maka penanggung jawab aset dihapuskan
tersebut membuat pernyataan hilang
Words of Inspiration

He who opens a school door,


closes a prison.
— Victor Hugo

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Aset Lainnya


Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Aset Lainnya

01 Definisi
02 Aset Tak Berwujud
03 Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga
04 Kas yang Dibatasi Penggunaannya
05 Aset Lain-Lain
Definisi
Aset Lainnya
aset pemerintah selain aset lancar, Kriteria:
investasi jangka panjang, aset tetap, 1) Dapat diidentifikasi;
dana cadangan, dan piutang jangka 2) Dikendalikan, dikuasai, atau dimiliki oleh
panjang pemerintah;
3) Kemungkinan besar manfaat ekonomi dan
1) Aset tidak berwujud sosial atau jasa potensial di masa mendatang
2) Kemitraan dengan pihak ketiga mengalir kepada/dinikmati oleh pemerintah;
3) Kas yang dibatasi penggunaannya 4) Biaya perolehan atau nilai wajar dapat diukur
4) Aset Lain-lain dengan andal.
Aset Tak Berwujud
Jenis-Jenis

Hak Paten dan Hak Cipta


• Terdiri atas hak paten, hak cipta, kekayaan intelektual,
pengetahuan teknis, atau karya bermanfaat lainnya
• Dengan hak ini, entitas dapat mengendalikan pemanfaatannya
dan membatasi penggunaan yang tidak berhak

Software
Software komputer yang bukan bagian tidak terpisahkan dari
hardware komputer

Lisensi dan Waralaba


Izin yang diberikan pemilik hak paten atau hak cipta berdasarkan
perjanjian untuk menikmati dengan jangka dan syarat tertentu
Aset Tak Berwujud
Jenis-Jenis

Hasil Kajian/Penelitian dengan Manfaat Jangka Panjang


Misalnya bentuk hasil penelitian adalah peta digital yang
dikembangkan oleh beberapa K/L

ATB Lainnya
ATB yang tidak bisa diklasifikasikan ke ATB lainnya
Perlakuan Khusus
Aset Tak Berwujud

Software yang diperoleh atau dibangun oleh internal instansi


pemerintah dapat dibagi menjadi dua, yaitu dikembangkan oleh instansi
pemerintah sendiri atau oleh pihak ketiga.

Software yang diniatkan untuk dijual atau diserahkan kepada


masyarakat harus dicatat sebagai persediaan .

Software yang dibeli tersendiri dan tidak terkait dengan hardware


harus dikapitalisasi sebagai ATB setelah memenuhi kriteria perolehan
aset secara umum. Apabila dibeli sebagai bagian dari hardware, nilai
software tersebut harus dikapitalisasi pada hardware terkait.
Pengakuan dan Pengukuran
Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud diakui jika memenuhi definisi aset
tak berwujud dan kriteria pengakuan, yaitu:
1) kemungkinan besar memberikan manfaat ekonomi
mendatang, dan
2) biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur
andal

ATB diukur dengan harga perolehan, yaitu harga


untuk memperoleh ATB hingga siap digunakan dan
memiliki manfaat ekonomi mengalir ke entitas.

ATB diamortisasi berdasarkan metode garis lurus,


kecuali yang masa manfaat tidak terbatas. Manfaat
ekonomis ATB ditentukan dengan melihat pembaruan
teknologi sehingga ATB lama tidak digunakan lagi.
Pengakuan dan Pengukuran
Aset Tak Berwujud
Biaya perolehan ATB meliputi
1) harga beli, termasuk biaya impor dan pajak,
dikurangi dengan diskon/rabat, serta
2) biaya yang dapat diatribusikan langsung yang
menjadikan aset ke kondisi siap guna, seperti biaya
staf langsung, biaya profesional langsung, dan
biaya pengujian untuk menjamin aset tersebut
dapat berfungsi baik.

Aset yang memenuhi definisi dan syarat ATB, tetapi


biaya perolehannya tidak dapat ditelusuri harus
disajikan sebesar nilai wajar.
Pengakuan dan Pengukuran
Aset Tak Berwujud
Pengukuran ATB yang diperoleh secara internal
adalah
1) ATB dari kegiatan pengembangan yang memenuhi
syarat pengakuan diakui sebesar biaya perolehan
yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak
memenuhi kriteria pengakuan;
2) Pengeluaran ATB yang awalnya telah diakui
sebagai beban tidak boleh diakui sebagai bagian
dari harga perolehan ATB kemudian hari;
3) ATB yang dihasilkan dari pengembangan software
komputer diukur sebesar pengeluaran yang dapat
dikapitalisasi pada tahap pengembangan aplikasi.
Penghentian dan Pelepasan
Aset Tak Berwujud

• ATB dapat dihentikan karena penjualan, pertukaran, hibah,


atau berakhirnya masa manfaat
• Alasan yang paling umum dalam penghentian ATB adalah
pelepasan dan berakhirnya masa manfaat
• ATB yang dilepaskan biasa disebut sebagai ATB yang
dipindahtangankan
• ATB dihentikan dengan alasan tertentu, yaitu:
1) ketinggalan zaman,
2) tidak sesuai kebutuhan organisasi yang makin
berkembang,
3) rusak berat, atau
4) masa kegunaannya telah berakhir
• ATB yang dihentikan penggunaannya harus dieliminasi dari
pembukuan
Penyajian dan Pengungkapan
Aset Tak Berwujud

• ATB disajikan di neraca dalam pos aset lainnya


• Hal-hal terkait ATB yang perlu diungkap di CaLK adalah
1) masa manfaat dan metode amortisasi;
2) nilai tercatat bruto, jumlah amortisasi yang telah dilakukan,
dan nilai buku ATB;
3) penambahan maupun penurunan nilai tercatat pada awal
dan akhir periode, termasuk penghentian dan pelepasan ATB.
• Amortisasi untuk ATB yang memiliki masa
manfaat terbatas, seperti paten dan hak cipta,
menggunakan metode garis lurus
• Nilai residu ATB dapat diasumsikan nihil, kecuali:
1. terdapat komitmen dari pihak ketiga yang akan
mengambil alih ATB pada akhir masa manfaat,
Amortisasi
Aset Tak Berwujud
atau
2. terdapat pasar aktif atas aset tersebut.
• ATB yang memiliki sifat tak berbatas, seperti
goodwill dan merek dagang, tidak diamortisasi
Aset Kemitraan
Definisi dan Jenis

Definisi
Aset kerja sama/kemitraan dengan pihak ketiga adalah
aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan kerja sama/kemitraan

Jenis
• Tanah
• Gedung dan bangunan dan/atau sarana beserta seluruh
fasilitasnya yang dibangun untuk pelaksanaan
perjanjian kerja sama/kemitraan
• BMN selain tanah dan bangunan
Aset Kemitraan
Mekanisme dan Bentuk

Bangun-Kelola/Guna-Serah (BK/GS); Build-Operate-Transfer (BOT)


pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan
bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu
yang telah disepakati, untuk selanjutnya tanah beserta bangunan
dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, diserahkan kembali kepada
pengelola barang setelah berakhirnya jangka waktu kerja sama BKS

Bangun-Serah-Kelola/Guna (BSK/G); Build-Transfer-Operate (BTO)


pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan
bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan kepada pengelola barang untuk
kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut selama jangka waktu
tertentu

PMK No. 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara


Aset Kemitraan
Mekanisme dan Bentuk

Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)


• pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
dalam rangka peningkatan penerimaan PNBP dan sumber
pembiayaan lainnya
• masa kerja sama/kemitraan adalah jangka waktu yang pemerintah
dan mitra kerja sama masih terikat dengan perjanjian kerja
sama/kemitraan

PMK No. 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara


Pengakuan dan Pengukuran
Aset Kemitraan

Aset kemitraan diakui pada saat penandatanganan


perjanjian sebesar nilai aset yang diserahkan.

Selain mencatat asetnya, pemerintah juga mencatat


kewajiban kepada pihak ketiga sebesar jumlah
dikeluarkan oleh pihak ketiga untuk membangun aset
kemitraan tersebut.
Perlakuan Khusus
Aset Kemitraan

Pihak yang dapat melakukan BKS/BSK adalah pengelola barang


dengan jangka waktu (konsesi) BKS/BSK maksimal 30 tahun sejak
penandatanganan dan berlaku sekali

Setelah konsesi, aset kemitraan diaudit pengawas fungsional sebelum


diserahkan kepada pengelola barang dan/atau pengguna barang, lalu
aset kemitraan yang ada dalam pos aset lainnya tersebut dipindahkan
ke pos aset tetap sesuai dengan jenisnya

Pada pola BKS, aset kemitraan dicatat sebesar nilai tanah yang
diserahkan untuk dikerjasamakan. Pada pola BSK, nilai yang dicatat
meliputi tanah berikut bangunan dan fasilitas yang diserahkan kepada
pemerintah
Kas yang Dibatasi Penggunaannya
Definisi

• Kas yang dibatasi penggunaannya atau diikat (restricted cash) adalah


kas yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu dalam waktu
lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan
• Kas yang dibatasi penggunaannya bisa disebabkan oleh kebijakan
pemerintah atau putusan pengadilan
• Contohnya adalah dana abadi pendidikan yang terdapat dalam rekening
khusus yang dikelola LPDP Kemenkeu [Perpres No. 12 Th. 2019] dan
dana abadi umat yang dikelola BPDAU Kemenag [Perpres No. 4 Th.
2008]
• Kas terikat perlu diungkapkan di CaLK terkait dengan penjelasan
peruntukannya
Aset Lain-Lain
Definisi

• Aset lain-lain adalah aset tetap pemerintah yang dihentikan


penggunaannya karena usang atau menunggu proses
pemindahtanganan (dijual/ dihibahkan)
• Contohnya adalah aset eks PT Pertamina (Persero), aset eks The Irian
Jaya Joint Development Foundation (IJJDF), aset Kontraktor Kontrak Kerja
Sama Minyak dan Gas Bumi (K3S Migas), dan aset PT Perusahaan
Pengelola Aset (Persero) (PT PPA)
• Penjurnalan dilakukan pada saat terbit surat permohonan persetujuan
penghapusan aset tetap yang sudah dihentikan dari penggunaan aktif
Words of Inspiration

To every action there is always


opposed an equal reaction.
— Sir Isaac Newton

Design by Canva
Pengukuran
Biaya Perolehan
1) Aset tetap diperoleh dengan pembelian diukur dengan harga
beli + seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan aset siap
digunakan/dipakai
2) Aset tetap diperoleh dengan membangun sendiri diukur dengan
total
a) Biaya langsung: bahan baku + tenaga kerja
b) Biaya tak langsung

Nilai Wajar
Aset tetap diperoleh dengan cara lain, misalnya hibah diukur
dengan nilai tukar aset secara wajar
AKPEM II - WEEK
9

PERTEMUAN 9
BADAN LAYANAN UMUM - BAGIAN 1

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Sonia Eka Oktavia

ADHIRAYAKTA 2021 1
AKPEM II - WEEK
9

BADAN LAYANAN UMUM


A. GAMBARAN UMUM SATKER BLU
1. PENGERTIAN BLU
Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya
didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
BLU selaku entitas pelaporan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangannya
mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.05/2015. Laporan
keuangan BLU dikonsolidasikan pada laporan keuangan tingkat Kementerian
Negara/Lembaga yang membawahi secara vertikal Satker BLU.
2. KARAKTERISTIK BLU
• Berkedudukan sebagai instansi pemerintah (asetnya merupakan kekayaan negara yang
tidak dipisahkan)
• Menghasilkan barang/jasa yang seluruh/sebagian dijual kepada masyarakat
• Tidak mengutamakan mencari keuntungan
• Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi
3. FLEKSIBELITAS BLU
• Pendapatan dapat digunakan langsung, namun tetap melakukan pengesahan ke KPPN
• Flexible budget dengan ambang batas
• Investasi jangka pendek untuk pengelolaan kas
• Melakukan utang jangka pendek
• Surplus digunakan pada tahun anggaran berikutnya dan defisit dimintakan dari APBN
• Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Profesional Non-PNS
• Pengelolaan Barang dapat dikecualikan dari aturan umum pengadaan.
• Pengelolaan kas pemanfaatan idle cash, hasil untuk BLU
4. TUJUAN BLU
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dalam memberikan fleksibelitas dalam
pengelolaan keuangan

ADHIRAYAKTA 2021 2
AKPEM II - WEEK
9

5. KEWAJIBAN BLU
• Menyusun tarif layanan BLU
• Menyusun dokumen perencanaan dan pelaksanaan anggaran
• Menyusun sistem akuntansi
• Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SAP
• Melakukan pengesahan pendapatan dan belanja operasional ke KPPN
• Membentuk dewan pengawas
• Menyusun SOP Pengelolaan Keuangan
• Mengelola rekening lainnya BLU secara tertib
6. ASAS BLU
• BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah
untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan
kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan.
• BLU merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan kementerian negara/ lembaga/
pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari kementerian
negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.
• Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas
pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya
kepada BLU dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.
• Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
pemberian layanan umum yang didelegasikan kepadanya oleh menteri/pimpinan
lembaga/gubernur/bupati/ walikota.
• BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan.
• Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan
disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta
laporan keuangan dan kinerja kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.
• BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang
sehat.

ADHIRAYAKTA 2021 3
AKPEM II - WEEK
9

7. PERSYARATAN, PENETAPAN, DAN PENCABUTAN


a) PERSYARATAN
• Peryaratan Substantif
Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan
menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan:
✓ Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum;
✓ Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan
perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau
✓ Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau
pelayanan kepada masyarakat.
• Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis sebagaimana terpenuhi apabila:
✓ kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan
✓ kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat
sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU.
• Persyaratan Administratif
Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan
dapat menyajikan seluruh dokumen berikut:
✓ pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan,
dan manfaat bagi masyarakat;
✓ pola tata kelola;
✓ rencana strategis bisnis;
✓ laporan keuangan pokok;
✓ standar pelayanan minimum; dan
✓ laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara
independen
b) PENETAPAN
• Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota menetapkan instansi pemerintah
yang telah memenuhi persyaratan untuk menerapkan PPK-BLU.

ADHIRAYAKTA 2021 4
AKPEM II - WEEK
9

• Penetapan dapat berupa pemberian status BLU secara penuh atau status BLU
bertahap.
• Status BLU secara penuh diberikan apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi
dengan memuaskan.
• Status BLU-Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif dan teknis
sebagaimana dimaksud telah terpenuhi, namun persyaratan administratif belum
terpenuhi secara memuaskan.
• Status BLU-Bertahap berlaku paling lama 3 (tiga) tahun.
c) PENCABUTAN
• Pencabutan penerapan PPK-BLU dilakukan apabila BLU yang bersangkutan sudah
tidak memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan/atau administratif
• Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya,
membuat penetapan pencabutan penerapan PPK-BLU atau penolakannya paling
lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal usul pencabutan diterima
• Dalam hal jangka waktu 3 bulan terlampaui, usul pencabutan dianggap ditolak.
8. STANDAR DAN TARIF LAYANAN
a) STANDAR PELAYANAN MINIMUM
• BLU menggunakan SPM yang ditetapkan oleh menteri/ pim lembaga/ gub/ bupati/
wlkota.
• SPM dapat diusulkan oleh BLU.
• SPM harus mempertimbangkan : kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan
layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan
b) TARIF LAYANAN
Tarif diusulkan oleh pemimpin BLU kepada Menteri/pimpinan Lembaga/kepalaSKPD
untuk disampaikan usulannya kepada Menteri keuangan/gubernur/bupati/wali kota
untuk selanjutnya ditetapkan
Tarif ditetapkan atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi
dana.
Mempertimbangkan aspek:
• Kontinuitas dan pengembangan layanan;
• Daya beli masyarakat;

ADHIRAYAKTA 2021 5
AKPEM II - WEEK
9

• Asas keadilan dan kepatutan; dan


• Kompetisi yang sehat
9. PENGELOLAAN KEUANGAN BLU
a) Perencanaan dan Penganggaran
• BLU menyusun rencana strategis bisnis (RSB) lima tahunan dengan mengacu
kepada Rencana Strategis K/L (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD).
• BLU menyusun Rencana Bisnis Anggaran (RBA) Tahunan dgn mengacu kpd RSB.
• RBA Tahunan disusun berdasarkan basis kinerja dan perhitungan akuntansi biaya
menurut jenis layanannya dengan mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan
pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan
APBN/APBD.
o Perhitungan akuntansi biaya berdasarkan standar biaya yang ditetapkan oleh
pemimpin BLU.
o Perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya paling kurang
menyajikan perhitungan biaya langsung dan biaya tidak langsung.
o Dalam hal BLU belum menyusun standar biaya, BLU menggunakan standar
biaya yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya

• BLU mengajukan RBA kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD untuk


memperoleh persetujuan sebagai bagian dari RKA-KL atau sebagian dari rencana
kerja dan anggaran SKPD.

• RBA disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan standar biaya.

• RBA BLU yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD


diajukan kepada Menteri Keuangan sebagai bagian RKA-KL / PPKD sebagai bahan
penyusunan Perda tentang APBD.

o Pagu Anggaran BLU dana RKA-K/L atau Pagu Anggaran BLU dlm rancangan
Perda ttg APBD yang sumber dananya berasal dari pendapatan BLU dan
surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu program, satu kegiatan, satu output
dan jenis belanja.

ADHIRAYAKTA 2021 6
AKPEM II - WEEK
9

• Menteri Keuangan atau Tim Anggaran Pemda sesuai dengan kewenangannya


melakukan telaah terhadap RBA sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan
penetapan APBN/APBD.

• BLU menggunakan APBN/APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar penyesuaian


terhadap RBA menjadi RBA definitif.

b) Dokumen Pelaksanaan Anggaran


• Disusun dengan mengacu RBA BLU untuk diajukan kepada Menkeu/PPKD.
• Paling sedikit mencakup:
o seluruh pendapatan dan belanja,
o proyeksi arus kas, serta
o jumlah dan kualitas jasa dan/atau barang yang akan dihasilkan
• Disahkan oleh Menteri Keuangan/PPKD paling lambat 31 Desember menjelang
awal tahun anggaran, dan jika belum disahkan oleh Menteri Keuangan/PPKD, BLU
dapat melakukan pengeluaran paling tinggi sebesar angka DPA tahun lalu.
• DPA yang telah disahkan:
o menjadi lampiran dari perjanjian kerja antara pimpinan BLU dengan
menteri/pimpinan lembaga/kepala daerah
o menjadi dasar penarikan dana dari APBN/APBD
c) Pendapatan
• Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN diberlakukan sebagai pendapatan
BLU
• Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat
dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan operasional BLU.
• Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan.
• Hasil kerjasama BLU dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan
pendapatan bagi BLU.
o Pendapatan yang bersumber dari APBN, dari jasa layanan dan hibah dapat
dikelola langsung untuk membiayai belanja BLU sesuai RBA.

ADHIRAYAKTA 2021 7
AKPEM II - WEEK
9

o Pendapatan dari jasa layanan, hibah, dan hasil kerjasama BLU dilaporkan
sebagai PNBP KL.
d) Belanja
• Belanja BLU terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya yang
dituangkan dalam RBA definitif.
• Pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan kesetaraan
antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, mengikuti praktek
bisnis yang sehat, dalam ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam RBA.
• Belanja BLU yang melampaui ambang batas fleksibilitas harus mendapat
persetujuan Menteri Keuangan atas usulan menteri/pimpinan lembaga.
• Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLU dapat mengajukan usulan tambahan
anggaran dari APBN kepada Menteri Keuangan melalui menteri/pimpinan lembaga.
• Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa kementerian
negara/lembaga.
e) Pengelolaan Kas
• Merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas;
• Melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan;
• Menyimpan kas dan mengelola rekening bank;
• Melakukan pembayaran;
• Mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan
• Memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan
tambahan.
f) Pengelolaan Piutang dan Utang
PIUTANG
• BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa,
dan/atau transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan
kegiatan BLU.
• Piutang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan
praktik bisnis yang sehat dan berdasarkan ketentuan perundang-undangan.

ADHIRAYAKTA 2021 8
AKPEM II - WEEK
9

• Piutang dapat dihapuskan secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang
berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.

UTANG
• BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau
perikatan peminjaman dengan pihak lain.
• Utang BLU di kelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan,
dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktik bisnis yang sehat.
• Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek
ditujukan hanya untuk belanja operasional.
• Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka panjang
ditujukan hanya untuk belanja modal.
• Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang
berdasarkan nilai pinjaman.
• Pembayaran kembali utang merupakan tanggung jawab BLU.
• Hak tagih atas utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 tahun sejak utang tersebut
jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang
g) Investasi
• BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan
Menkeu/gub/bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya
• Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan pendapatan
BLU
h) Pengelolaan Barang
PENGADAAN BARANG
BLU Penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa pembebasan sebagian atau seluruhnya
dari ketentuan pengadaan barang dan jasa pemerintah bila terdapat alasan efektivitas
dan/atau efisiensi.
PENGELOLAAN ASET
• Barang inventaris satker BLU dapat dihapuskan dan/atau dialihkan kepada pihak
lain dengan cara dijual, dipertukarkan, atau dihibahkan.
• BLU tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap, kecuali atas
persetujuan pejabat yang berwenang.

ADHIRAYAKTA 2021 9
AKPEM II - WEEK
9

• Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas
pokok dan fungsi satker BLU harus mendapat persetujuan Pengelola Barang.
i) Penyelesaian Kerugian
Setiap kerugian negara pada BLU yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau
kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai penyelesaian kerugian negara.
j) Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan
• BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan
dan praktek bisnis yang sehat.
• Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya
dikelola secara tertib.
• Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan.
• Dalam hal tidak terdapat standar akuntansinya, BLU dapat menerapkan standar
akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan Menkeu.
• BLU mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada
standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya dan ditetapkan
oleh menteri/pimpinan lembaga.
k) Akuntabilitas Kinerja
• Pimpinan BLU bertanggungjawab terhadap kinerja operasional BLU sesuai dengan
tolok ukur yang ditetapkan dalam RBA.
• Pimpinan BLU mengihktisarkan dan melaporkan kinerja operasional BLU secara
terintegrasi dengan laporan keuangan.
l) Surplus dan Defisit
• Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali
atas perintah Menteri Keuangan disetorkan sebagian atau seluruhnya ke Kas
Umum Negara dengan mempertimbangkan posisi likuiditas BLU.
• Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran
berikutnya kepada Menteri Keuangan melalui menteri/pimpinan lembaga.
• Menteri Keuangan dapat mengajukan anggaran untuk menutup defisit pelaksanaan
anggaran BLU dalam APBN tahun anggaran berikutnya.

ADHIRAYAKTA 2021 10
AKPEM II - WEEK
9

m) Tata Kelola
1. Kelembagaan dan Pejabat Pengelola

Dalam hal instansi pemerintah mengubah status menjadi PPK-BLU, perubahan


struktur kelembagaannya berpedoman pada ketentuan menteri PAN. Pejabat
pengelola BLU terdiri atas:

• Pemimpin, berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan


keuangan BLU, berkewajiban:
1. Menyiapkan rencana strategis bisnis BLU;
2. Menyiapkan RBA tahunan;
3. Mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan
ketentuan; dan
4. Menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU.
• Pejabat keuangan, berfungsi sebagai penanggung jawab keuangan,
berkewajiban:
1. mengkoordinasikan penyusunan RBA;
2. menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU;
3. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
4. menyelenggarakan pengelolaan kas;

5. melakukan pengelolaan utang-piutang;

6. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLU;

7. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan


8. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.
• Pejabat teknis, berfungsi sbg penanggung jawab teknis di bidang masing-masing,
berkewajiban:
1. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;
2. melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut RBA; dan
3. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya.

ADHIRAYAKTA 2021 11
AKPEM II - WEEK
9

2. Kepegawaian BLU
• Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri atas PNS dan/atau tenaga
profesional non-PNS sesuai dengan kebutuhan BLU.
• Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU yang berasal dari tenaga profesional
non-pegawai negeri sipil dapat dipekerjakan secara tetap atau berdasarkan
kontrak.
• Pejabat perbendaharaan pada BLU pada kementerian negara/lembaga yang
meliputi KPA, Bendahara Penerimaan, dan Bendahara Pengeluaran harus dijabat
oleh PNS.
• Syarat pengangkatan dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU
yang berasal dari:

a. PNS sesuai dengan ketentuan di bidang kepegawaian

b. tenaga profesional non-PNS, diatur oleh pemimpin BLU.


3. Pembinaan dan Pengawasan
• Pembinaan:
- Teknis: menteri/pimpinan lembaga.
- Keuangan: Menteri Keuangan.
• Dalam pelaksanaan pembinaan dapat dibentuk dewan pengawas.
- Pembentukan Dewas berlaku hanya pada BLU yang memiliki
realisasi nilai omzet tahunan menurut LRA atau nilai aset menurut
neraca yang memenuhi syarat minimum yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
- Dewas BLU dibentuk dengan keputusan menteri/pimpinan
lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan.
• Pemeriksaan intern BLU dilaksanakan oleh SPI yang merupakan unit kerja
yang berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLU.
• Pemeriksaan ekstern terhadap BLU dilaksanakan oleh pemeriksa ekstern
sesuai dengan ketentuan.

ADHIRAYAKTA 2021 12
AKPEM II - WEEK
9

10. KETENTUAN LAIN

• Investasi yang telah dimiliki atau dilakukan oleh instansi pemerintah pada badan
usaha dan/atau badan hukum sebelum ditetapkan menjadi PPK-BLU dianggap telah
mendapat persetujuan investasi dari Menteri Keuangan pada saat instansi
pemerintah dimaksud ditetapkan menjadi PPK-BLU.
• Dengan PP ini, status BUMN yang berbentuk Perusahaan Jawatan (Perjan) beralih
menjadi instansi pemerintah yang menerapkan PPK-BLU.

KETENTUAN LAIN (PP 74/2012)

• Dengan PP ini pengelolaan keuangan pada:


a) Universitas Indonesia;
b) Universitas Gadjah Mada;
c) Institut Teknologi Bandung;
d) Institut Pertanian Bogor;
e) Universitas Sumatera Utara;
f) Universitas Pendidikan Indonesia; dan
g) Universitas Airlangga,
ditetapkan menerapkan PPK-BLU dengan status BLU secara penuh.
• Seluruh kekayaan pada Universitas diatas dialihkan pada Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
• Ketentuan mengenai pengalihan kekayaan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri Keuangan.

11. KETENTUAN PERALIHAN

• Kerjasama antara UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI, dan Unair dengan pihak ketiga
sebelum berlakunya PP ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya
perjanjian.
• Pada saat berlakunya PP ini, BUMN yang berbentuk perusahaan jawatan (Perjan)
yang statusnya beralih menjadi PPK-BLU, wajib melakukan penyesuaian dengan
ketentuan PP ini paling lambat 31 Desember 2005.

ADHIRAYAKTA 2021 13
AKPEM II - WEEK
9

12. KETENTUAN PENUTUP

• Peraturan pelaksanaan dari PP ini harus diselesaikan paling lambat 1 (satu) tahun
terhitung sejak PP ini diundangkan.
• Penyesuaian penerapan PPK-BLU bagi UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI, dan Unair,
dengan PP ini diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2012.
• Pengalihan seluruh kekayaan wajib diselesaikan paling lambat tanggal 28 September
2013.

B. LAPORAN KEUANGAN BLU

1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN


Menyajikan informasi realisasi pendapatan LRA, belanja surplus/defisit-LRA, pembiayaan,
dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggarannya dalam satu periode
Laporan Realisasi Anggaran BLU, terdiri atas:
• Pendapatan LRA
• Belanja
• Surplus/defisit LRA
• Penerimaan pembiayaan
• Pengeluaran pembiayaan
• Pembiayaan neto
• Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran

ADHIRAYAKTA 2021 14
AKPEM II - WEEK
9

PENDAPATAN LRA BLU

✓ Dikelola sendiri dan tidak disetor ke kas negara => Pendapatan negara/daerah
✓ Dapat dikelola langsung untuk membiayai belanja
✓ Diakui saat kas diterima
✓ Dilaksanakan berdasarkan azas bruto
✓ Pendapatan dari KSO, diakui berdasaekan azas neto
✓ Penyetoran kas dari pendapatan BLU tahun berjalan => pengurang SiLPA BLU,
penambah SiLPA pemerintah
✓ Penyetoran kas dari pendapatan BLU tahun sebelumnya => pengurang SAL BLU,
penambah SAL pemerintah
✓ Pendapatan LRA BLU => pendapatan bukan pajak dan diklasifikasikan menurut jenis
pendapatan
✓ Yang termasuk pendapatan LRA BLU:
a) Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat
b) Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas pelaporan
c) Pendapatan hasil kerja sama
d) Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas => dilaporkan pada LRA
e) Pendapatan yang berasal dari hibah berupa barang/jasa => dilaporkan pada LO
f) Pendapatan BLU lainnya

BELANJA BLU

Diakui saat ada pengeluaran kas

Diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, organisasi dan fungsi

SURPLUS/DEFISIT LRA

Selisih antara pendapatan LRA dan belanja selama satu periode pelaporan

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Diakui saat kas yang diterima BLU disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum

PENGELUARAN PEMBIAYAAN

ADHIRAYAKTA 2021 15
AKPEM II - WEEK
9

Diakui saat pengeluaran pembiayaan disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum

PEMBIAYAAN NETO

Selisih lebih/kurang antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode
pelaporan

SiLPA atau SiKPA

Selisih lebih/kurang antara realisasi pendapatan LRA dan belanja serta penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan

2. LAPORAN PERUBAHAN SAL


✓ Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
✓ Laporan perubahan SAL, terdiri atas:
• Saldo anggaran lebih awal
• Penggunaan saldo anggaran lebih
• Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan
• Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya
• Lain-lain
• Saldo anggaran lebih akhir
3. LAPORAN OPERASIONAL
Menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk penyelenggaraan pemerintahan dalam
satu periode akuntansi
Laporan Operasional BLU, terdiri atas:
• Pendapatan-LO
• Beban
• Surplus/defisit dari operasi
• Kegiatan non operasional
• Surplus/deficit sebelum pos luar biasa
• Pos luar biasa
• Surplus/deficit-LO

ADHIRAYAKTA 2021 16
AKPEM II - WEEK
9

PENDAPATAN LO

✓ Diakui pada saat timbul hak atas pendapatan dan pada saat pendapatan direalisasi
✓ Pendapatan LO pada BLU => PNBP
✓ Dilaksanakan berdasarkan azas bruto
✓ Pendapatan dari KSO diakui berdasarkan azas neto
✓ Yang termasuk pendapatan LO BLU:
a) Pendapatan dari alokasi APBN/APBD
b) Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat
c) Pendapatan layanan yang bersumber dari entitas akuntansi/entitas pelaporan
d) Pendapatan hasil kerja sama
e) Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas
f) Pendapatan BLU lainnya

BEBAN

Diakui pada saat timbulnya hak, terjadinya konsumsi asset, dan terjadinya penurunan
manfaat ekonomi atau potensi. Diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi

4. LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS


Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya
Laporan perubahan ekuitas, terdiri atas:
• Ekuitas awal
• Surplus/deficit-LO
• Koreksi koreksi
• Perubahan nilai asset tetap karena revaluasi
• Ekuitas akhir
5. NERACA
Menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai asset, kewajiban dan
ekuitas pada tanggal tertentu
Neraca, terdiri atas:
• Kas dan setara kas
• Investasi jangka pendek

ADHIRAYAKTA 2021 17
AKPEM II - WEEK
9

• Piutang dari kegiatan BLU


• Persediaan
• Investasi jangka Panjang
• Asset tetap
• Asset lainnya
• Kewajiban jangka pendek
• Kewajiban jangka Panjang
• Ekuitas

Kas pada BLU yang sudah dipertanggungjawabkan kepada unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum merupakan bagian dari Saldo Anggaran Lebih.

Dana kas BLU yang bukan milik BLU (dana titipan pihak ketiga, uang jaminan, uang muka
pasien rumah sakit) => kas dan setara kas.

Kas yang berasal dari sisa dana investasi APBN/APBD => aset lainnya.

Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan BLU pada tahun berjalan maupun tahun
sebelumnya => pengurang ekuitas pada BLU, penambah ekuitas pada Pemerintah
Pusat/Daerah

Investasi permanen pada BLI antara lain berbentuk penyertaan modal

Investasi non permanen antara lain pemberian dana pinjaman pada pihak lain, dana
bergulir, dan investasi non permanen lainnya

6. LAPORAN ARUS KAS


Menyajikan informasi mengenai sumber
✓ Menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas
selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan
pada BLU.
✓ Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris.
✓ Aktivitas Operasi
Arus masuk antara lain:
• Pendapatan dari alokasi APBN/APBD

ADHIRAYAKTA 2021 18
AKPEM II - WEEK
9

• Pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat


• Pendapatan layanan yang bersumber dari EA/EP
• Pendapatan hasil kerja sama
• Pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas
• Pendapatan BLU lainnya

Arus keluar antara lain:


• Pembayaran pegawai
• Pembayaran barang
• Pembayaran bunga
• Pembayaran lain-lain/kejadian luar biasa
✓ Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan
untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya, tidak termasuk
investasi jangka pendek dan setara kas.
Arus kas masuk antara lain:
• Penjualan aset tetap
• Penjualan aset lainnya
• Penerimaan divestasi
• Penjualan investasi dalam bentuk sekuritas

Arus kas keluar antara lain:


• Perolehan aset tetap
• Perolehan aset lainnya
• Penyertaan modal
• Pembelian investasi dalam bentuk sekuritas
• Perolehan investasi jangka panjang lainnya
✓ Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang yang
berhubungan dengan pemberian pinjaman jangka panjang dan/atau pelunasan utang
jangka panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi pinjaman
jangka panjang dan utang jangka panjang.
Arus kas masuk antara lain:
• Penerimaan pinjaman
• Penerimaan dana dari APBN/APBD untuk diinvestasikan

ADHIRAYAKTA 2021 19
AKPEM II - WEEK
9

Arus kas keluar antara lain:


• Pembayaran pokok pinjaman
• Pengembalian investasi dana dari APBN/APBD ke BUN/BUD
✓ Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Arus kas masuk antara lain penerimaan PFK
Arus kas keluar antara lain pengeluaran PFK
7. PENGGABUNGAN LAPORAN KEUANGAN BLU KE LAPORAN KEUANGAN ENTITAS
AKUNTANSI/PELAPORAN
• LRA, Neraca, LO, LPE digabungkan pada LK EA/EP
• Seluruh pendapatan, belanja dan pembiayaan pada LRA BLU dikonsolidasikan ke LRA
EA/EP
• LAK BLU dikonsolidasikan pada LAK unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum
• LP SAL BLU digabungkan dalam LP SAL BUN/BUD dan EP yang meyusun LK
Konsolidasian
• Akun timbal balik (reciprocal accounts) dieliminasi

LATIHAN SOAL

1. Yang bukan termasuk fleksibelitas BLU yaitu :


a. Pendapatan tidak dapat digunakan langsung untuk kegiatan belanja BLU
b. Flexible budget dengan ambang batas
c. Melakukan utang jangka pendek
d. Surplus digunakan pada tahun anggaran berikutnya dan defisit dimintakan dari APBN
2. Laporan keuangan BLU terdiri atas :
a. LRA, LP-SAL, LO, LPE, NERACA
b. LRA, LP-SAL, LO, LPE, NERACA, CaLK
c. LRA, LP-SAL, LO, LPE, NERACA, LAK, CaLK
d. LRA, LO, LPE, NERACA, CaLK

ADHIRAYAKTA 2021 20
AKPEM II - WEEK
9

3. Selisih antara pendapatan LRA dan belanja selama satu periode pelaporan disebut
a. SiLPA
b. Pembiayaan Neto
c. Surplus/Defisit Operasional
d. Surplus/Defisit LRA

4. Aspek yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan tarif layanan BLU, kecuali
a. Pemerataan dan kesetaraan layanan
b. Daya beli masyarakat
c. Asas keadilan dan kepatutan
d. Kompetisi yang sehat

5. Melakukan pengelolaan utang-piutang merupakan salah satu tugas dari :


a. Pejabat teknis
b. Pejabat keuangan
c. Menteri Keuangan
d. PPK BLU

“Pendidikan memang tidak menjamin sukses, tapi


tanpa Pendidikan kehidupan ini menjadi lebih sulit”

(Mario Teguh)

Sumber : PPT Dosen Akuntansi Pemerintah II

ADHIRAYAKTA 2021 21
AKPEM II - WEEK 10

PERTEMUAN 10
SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BLU
PMK NO 212/PMK.05/2019

Disusun oleh:

1. Sonia Eka Oktavia


2. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
AKPEM II - WEEK 10

SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BLU

A. GAMBARAN UMUM SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BLU


Merupakan bagian dari Sistem Akuntansi Instansi (SAI) Kementerian/Lembaga.

Terdiri dari:

• Subsistem Akuntansi Mandiri : Dapat dikembangkan sendiri oleh BLU


• Subsistem Akuntansi Menurut SAP : Sesuai dengan PSAP 13, PMK
220/PMK.05/2016, dan PMK 212/PMK.05/2019

1. SUBSISTEM AKUNTANSI MANDIRI BLU

- Bukti-bukti internal atas transaksi BLU, disebut juga Dokumen Sumber


Transaksional

- Bagan Akun Standar Transaksional


- Prosedur Akuntansi Transaksional

A. Standar Akuntansi Keuangan :

a. Input (Dokumen Sumber Transaksional)

b. Process (Proses Akuntansi)

• Analisis transaksi
• Jurnal / Entries
• Posting

c. Output (Laporan Keuangan)

B. Karakteristik :

a) Relevan
b) Andal
c) Dapat Dibandingkan
d) Dapat Dipahami

ADHIRAYAKTA 2021 2
AKPEM II - WEEK 10

C. Sistem Akuntansi Mandiri BLU :

✓ Prosedur Transaksi
✓ Bagan Akun Standar
✓ Hardware dan Software
✓ Personil Terampil

2. SUBSISTEM AKUNTANSI BLU MENURUT SAP

Penjelasan flowchart dapat dibaca pada PMK 220/PMK.05/2016

B. JURNAL AKUNTANSI BLU

✓ Jurnal Pendapatan
✓ Jurnal Belanja/Beban
✓ Kas dan Setara Kas
✓ Investasi BLU
✓ Konsolidasi Laporan Keuangan

1. JURNAL STANDAR PENDAPATAN

a. Pendapatan dari DIPA-RM (ada KOROLARI)


• Tidak memerlukan pengesahan
b. Pendapatan dari DIPA-PNBP
• Tidak dicatat pada saat transaksi (memerlukan penyesuaian pada akhir
tahun.
• Dicatat bersamaan dengan pengesahan pendapatan (terbitnya SP3B/SP2B)

ADHIRAYAKTA 2021 3
AKPEM II - WEEK 10

c. Pendapatan Hibah BLU (PNBP)


• Hibah Tunai
• Hibah Non Tunai
A. JURNAL STANDAR PENDAPATAN DIPA-RM

Pendapatan dari DIPA-RM yang diperoleh oleh BLU (Penyetoran PNBP Umum ke
Kas Negara), akan dijurnal sebagai berikut:

Jurnal Ikutan (Korolari):

Anggaran belanja yang diperoleh dari APBN oleh BLU yang tercantum pada DIPA-
RM pada saat telah direalisasikan akan diakui sebagai Pendapatan dari DIPA-RM, diakui
dengan membuat jurnal korolari pada saat realisasi belanja DIPA-RM. Realisasi Belanja
DIPA-RM dijurnal sesuai dengan SAI, berdasarkan PMK 212/PMK.05/2019:

Jurnal Beban dan Belanja:

Jurnal Ikutan (korolari) pengakuan pendapatan alokasi APBN:

ADHIRAYAKTA 2021 4
AKPEM II - WEEK 10

B. JURNAL STANDAR PENDAPATAN DIPA-PNBP

- Pendapatan ini berasal dari layanan yang diberikan oleh BLU


- Satker BLU membuat jurnal transaksional pendapatan BLU pada Subsistem
Akuntansi Mandiri, sesuai dengan struktur akun yang dikembangkan dan
kebutuhan pencatatan transaksi BLU yang lebih khusus secara mandiri.
- Selanjutnya pendapatan BLU pada DIPA-PNBP tersebut akan dilakukan pengesahan
secara periodik.

a. Jurnal Pengakuan Pendapatan BLU sesuai SP3B/SP2B-BLU (pengesahan):

b. Jurnal penyesuaian akhir periode (semesteran/tahunan), untuk pendapatan yang


sudah diterima kasnya tetapi belum disahkan:

Apabila terdapat pengembalian pendapatan BLU tahun berjalan, dijurnal dengan


membalik akun tersebut di atas.

c. Jurnal Pengesahan atas pendapatan BLU poin b pada periode berikutnya:


1. Apabila dibuat jurnal balik pada awal periode sebagai berikut:

Maka jurnal saat pengesahan adalah:

ADHIRAYAKTA 2021 5
AKPEM II - WEEK 10

2. Apabila tidak dibuat jurnal balik pada awal periode berikutnya:


Maka jurnal saat pengesahan adalah

d. Jurnal penyesuaian pengakuan Pendapatan BLU akrual non kas:


Akuntansi piutang BLU

e. Jurnal penyesuaian pengakuan Pendapatan BLU belum jatuh tempo:


Akuntansi piutang BLU

Selanjutnya pada awal tahun jurnal ini dibalik

2. JURNAL STANDAR PENDAPATAN HIBAH


JURNAL STANDAR PENDAPATAN HIBAH TUNAI
➢ Pendapatan Hibah yang diterima BLU, bisa berupa:
✓ Pendapatan hibah tunai (kas)
✓ Pendapatan hibah non tunai (barang/jasa/surat berharga)
➢ Pendapatan Hibah Tunai (kas) harus dilakukan pengesahan, maka jurnal saat
pengesahan adalah:

ADHIRAYAKTA 2021 6
AKPEM II - WEEK 10

➢ Pada saat akhir semester/tahunan belum dilakukan pengesahan , maka dibuat


jurnal penyesuaian:

JURNAL STANDAR PENDAPATAN HIBAH NON TUNAI


➢ Pendapatan Hibah Non Tunai tidak dilakukan pengesahan.
Misal Hibah berupa Persediaan dan berupa Peralatan dan Mesin pada saat BAST Hibah
dan dilanjutkan perekaman barang maka jurnalnya adalah:

3. JURNAL STANDAR BEBAN DAN BELANJA

A. Belanja dari DIPA-RM


• Tidak memerlukan pengesahan
• Mekanismenya sama dengan belanja pada satker non-BLU, menggunakan jurnal
yang diatur pada PMK 212/PMK.05/2019
Jurnal Standar Beban dan Belanja DIPA-RP
1) Belanja yang expendable
• Resume tagihan

ADHIRAYAKTA 2021 7
AKPEM II - WEEK 10

• Pembayaran / SP2D

2) Belanja yang menghasilkan aset

• Terima barang

• Registrasi/pencatatan barang

• Resume tagihan

• Pembayaran/SP2D

ADHIRAYAKTA 2021 8
AKPEM II - WEEK 10

• Pengesahan realisasi belanja DIPA-RM, sekaligus dilakukan pengakuan


Pendapatan dari Alokasi APBN

B. Belanja dari DIPA-PNBP


• Menggunakan saldo kas dan bank BLU yang belum disahkan
• Disahkan minimal setiap triwulan
Jurnal Standar Beban dan Belanja DIPA-PNBP
➢ Resume Tagihan

➢ Pengesahan/SP3B/SP2B

1) Belanja dari DIPA-PNBP yang menghasilkan aset


• Diterima aset

ADHIRAYAKTA 2021 9
AKPEM II - WEEK 10

• Resume tagihan

• Registrasi BMN

• Pengesahan belanja

2) Pengembalian belanja BLU expendable


• Pengesahan pengembalian belanja TAB yang expendable

• Pengesahan pengembalian belanja TAYL yang expendable

3) Pengembalian belanja BLU yang menghasilkan aset


• Pengesahan pengembalian belanja TAB yang menghasilkan aset

ADHIRAYAKTA 2021 10
AKPEM II - WEEK 10

• Pengurangan nilai aset akibat pengembalian belanja

• Pengesahan pengembalian belanja TAYL yang menghasilkan aset

• Pengurangan nilai aset akibat pengembalian belanja

4) Jurnal penyesuaian beban

Buku Besar Akrual Buku Besar Kas

D Beban Persediaan LO No entry


K Persediaan NRC

Buku Besar Akrual Buku Besar Kas

D Beban Penyisihan LO No entry


Piutang Tak Tertagih
K Penyisihan Piutang Tak NRC
Tertagih

Buku Besar Akrual Buku Besar Kas

D Beban Penyusutan LO No entry


K Akumulasi Penyusutan Aset NRC
Tetap
Selain itu juga diperlukan penyesuaian untuk beban akrual yang belum dilakukan
pembayaran belanjanya

ADHIRAYAKTA 2021 11
AKPEM II - WEEK 10

4. AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

Kas dan Setara Kas yang dikelola BLU yang tidak dilakukan pengesahan adalah:
• Setara Kas BLU
Yang sehubungan dengan pembelian atau pelepasan instrumen investasi jangka
pendek kurang dari 3 (tiga) bulan karena mengurangi atau menambah saldo Kas
dan Bank BLU yang telah dilakukan pengesahan.
• Kas Lainnya di BLU
Tidak dilakukan pengesahan karena dana yang diterima atau saldonya merupakan
bukan milik dan bukan hak BLU yang menambah ekuitas bersih BLU .
• Kas di Bendahara Pengeluaran
Tidak dilakukan pengesahan karena telah tervalidasi dan tercatat oleh KPPN mitra
kerja selaku pemegang fungsi perbendaharaan umum dan tidak dalam rangka
menambah ekuitas bersih BLU .

Kas dan Setara Kas yang dikelola BLU yang perlu dilakukan pengesahan adalah :

• Kas dan Bank BLU Yang Belum Disahkan, sehubungan belum/tidak disahkannya
Pendapatan BLU dan Belanja BLU.

• Setara Kas BLU, sehubungan dengan kepemilikan intsrumen jangka pendek kurang
dari 3 (tiga) bulan,

• Kas Lainnya di BLU, sehubungan dengan dana titipan pihak ketiga, uang jaminan,
dan pajak-pajak yang belum disetor atas transaksi belanja BLU.

Jurnal Standar Kas dan Setara Kas

• Atas kepemilikan instrumen Investasi Jangka Pendek kurang dari 3 bulan dibuat
jurnal penyesuaian:

Buku Besar Akrual D/K LK Buku besar Kas D/K LK

Surat Berharga BLU D NRC


Setara Kas Lainnya-BLU D NRC
Kas dan Bank BLU K NRC

ADHIRAYAKTA 2021 12
AKPEM II - WEEK 10

• Jurnal atas penyetoran surplus dana operasional BLU ke rekening kas negara
berdasarkan dan melalui dokumen setoran kas negara atau yang dipersamakan:

Buku Besar Akrual D/K LK Buku besar Kas D/K LK

Setoran Surplus BLU D LAK Setoran Surplus BLU D LP SAL


LPE LAK
Kas dan Bank BLU K NRC Kas dan Bank BLU K NRC

• Kas lainnya di BLU

5. JURNAL STANDAR INVESTASI JANGKA PENDEK

• Reklasifikasi kas dan Bank BLU

ADHIRAYAKTA 2021 13
AKPEM II - WEEK 10

• Hasil investasi jangka pendek

Buku Besar Akrual D/K LK Buku besar Kas D/K LK

Kas dan Bank BLU D NRC Kas dan Bank BLU D NRC
Pendapatan Jasa Perbankan BLU K LO Pendapatan Jasa Perbankan BLU K LRA
Pendapatan selisih kurs yang K LO Pendapatan selisih kurs yang K LRA
direalisasi BLU direalisasi BLU
Pendapatan lain2 BLU K LO Pendapatan lain2 BLU K LRA

6. JURNAL STANDAR PENDAPATAN HIBAH


• Pendapatan BLU tunai, dicatat ketika pengesahan
Buku Besar Akrual D/K LK Buku besar Kas D/K LK

Kas dan Bank BLU D NRC Kas dan Bank BLU D NRC
Pendapatan Hibah Terikat DN K LO Pendapatan Hibah Terikat DN K LRA
Pendapatan Hibah Terikat LN K LO Pendapatan Hibah Terikat LN K LRA

• Pendapatan BLU non tunai

Buku Besar Akrual D/K LK Buku besar Kas D/K LK

Tanah D NRC
Peralatan dan Mesin D NRC
Gedung dan Bangunan D NRC
Pendapatan Hibah BLU B/J K LO

• Penyerahan hibah non tunai

Buku Besar Akrual D/K LK Buku besar Kas D/K LK

Kerugian Pelepasan Aset D LO


Tanah K NRC
Peralatan dan Mesin K NRC
Gedung dan Bangunan K NRC
dll

Buku Besar Akrual D/K LK Buku besar Kas D/K LK

ADHIRAYAKTA 2021 14
AKPEM II - WEEK 10

Akm. Peny – Peralatan dan Mesin D NRC


Akm. Peny – Gedung dan Bangunan D NRC
Dll D NRC
Kerugian Pelepasan Aset K LO

7. JURNAL STANDAR INVESTASI JANGKA PANJANG

• Investasi dengan dana kas BLU

Buku Besar Akrual D/K LK Buku besar Kas D/K LK

Investasi BLU Pengelola Dana D NRC Pengeluaran Pembiayaan Investasi D LRA


Bergulir BLU Dana Bergulir LAK
Investasi BLU Pengelola Dana D NRC Pengeluaran Pembiayaan Investasi D LRA
Lainnya-Permanen Permanen LAK
Kas dan Bank BLU K Kas dan Bank BLU K

• Investasi dengan dana SAL BLU-tambahan

• Hasil investasi

Buku Besar Akrual D/K LK Buku besar Kas D/K LK

Kas dan Bank BLU D NRC Kas dan Bank BLU D


Pendapatan Program Dana K LO Pendapatan Program Dana K NRC
Penjaminan Penjaminan
Pendapatan Program Modal K LO Pendapatan Program Modal K NRC
Ventura Ventura
Pendapatan Program Dana K LO Pendapatan Program Dana K NRC
Bergulir Bergulir
• Investasi Dana DIPA BUN

ADHIRAYAKTA 2021 15
AKPEM II - WEEK 10

8. KEBIJAKAN KONSOLIDASI LAPORAN KEUANGAN BLU

1) Jurnal eliminasi pada buku besar akrual atas Pendapatan Alokasi APBN yang timbul
karena BLU melakukan realisasi belanja dengan menggunakan alokasi DIPA RM

2) Jurnal eliminasi pada buku besar akrual atas Penyetoran PNBP oleh BLU ke Kas Negara
yang timbul karena BLU menerima pendapatan (DIPA Rupiah Murni) yang selanjutnya
disetorkan ke Kas Negara

ADHIRAYAKTA 2021 16
AKPEM II - WEEK 10

3) Jurnal eliminasi pada buku besar akrual atas pendapatan layanan dari belanja entitas
pemerintah pusat dalam satu Kementerian Negara/Lembaga yang telah disahkan
berdasarkan SP3B/SP2B – BLU

4) Jurnal eliminasi pada buku besar akrual atas pendapatan layanan dari belanja entitas
pemerintah pusat di luar Kementerian Negara/Lembaga yang membawahi BLU yang
telah disahkan berdasarkan SP3B/SP2B BLU

5) Jurnal eliminasi pada buku besar akrual pengakuan piutang atas tagihan pelayanan
BLU yang bersumber dari entitas pemerintah pusat

ADHIRAYAKTA 2021 17
AKPEM II - WEEK 10

LATIHAN SOAL:

1. Karakteristik Standar Akuntansi Keuangan, kecuali…

a. Andal

b. Relevan

c. Dapat Dibandingan

d. Dapat Dipercaya

2. PSAP yang mengatur mengenai Subsistem Akuntansi menurut SAP adalah…

a. PSAP 12

b. PSAP 13

c. PSAP 14

d. PSAP 15

3. Jurnal Standar Pendapatan terdiri dari, kecuali…

a. Pendapatan dari DIPA-RM

b. Pendapatan dari DIPA-PNBP

c. Pendapatan Hibah BLU (PNBP)

d. Pendapatan Non Hibah BLU

4. Bukti-bukti internal atas transaksi BLU, disebut juga…

a. Dokumen Akun Standar Transaksional

b. Dokumen Sumber Transaksional

c. Prosedur Akuntansi Transaksional

d. Bagan Akun Standar Transaksional

ADHIRAYAKTA 2021 18
AKPEM II - WEEK 10

5. Jurnal Pengakuan Pendapatan BLU sesuai SP3B/SP2B-BLU pada Buku Besar Kas adalah…

a. Kas dan Bank BLU Yang Belum Disahkan

Pendapatan BLU

b. Utang Kepada Kas BLU

Pendapatan BLU

c. Kas dan Bank BLU

Kas dan Bank BLU Yang Belum Disahkan

d. Kas dan Bank BLU Yang Belum Disahkan

PNBP BLU

“Terbentur, terbentur, terbentur, Terbentuk”

- Tan Malaka -

Sumber :

PPT Dosen Akuntansi Pemerintah II

ADHIRAYAKTA 2021 19
AKPEM II - WEEK 11

PERTEMUAN 11
AKUNTANSI PEMBIAYAAN

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
AKPEM II - WEEK 11

AKUNTANSI PEMBIAYAAN
GAMBARAN UMUM PENERIMAAN DAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN

A. DEFINISI PEMBIAYAAN
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.

B. KLASIFIKASI PEMBIAYAAN
1. Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang perlu dibayar kembali.
Penerimaan pembiayaan mencakup:
• Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)
• Pencairan dana cadangan
• Hasil penjualan kekayaan negara yang dipisahkan
• Penerimaan pinjaman
• Penerimaan kembali pemberian pinjaman
• Penerimaan piutang
2. Pengeluaran Pembiayaan
Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah
yang
akan diterima kembali.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
• Pembentukan dana cadangan
• Penyertaan modal pemerintah
• Pembayaran pokok utang
• Pemberian pinjaman
C. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
1. Penerimaan Pembiayaan
• Diakui pada saat telah diterima di RKUN/RKUD

ADHIRAYAKTA 2021 2
AKPEM II - WEEK 11

• Dilaksanakan berdasarkan azas bruto dan tidak mencatat jumlah netonya


• Dicatat sebesar nilai nominal
• Jika dalam mata uang asing, harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah
2. Pengeluaran Pembiayaan
• Diakui pada saat telah dibayarkan dari RKUN/RKUD
• Dicatat sebesar nilai nominal
• Jika dalam mata uang asing, harus dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah
D. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
• Disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas
• Pengungkapan lebih lanjut dituangkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan

AKUNTANSI INVESTASI PEMERINTAH


PENYERTAAN MODAL NEGARA

A. KLASIFIKASI INVESTASI PEMERINTAH


1. INVESTASI PERMANEN
Investasi permanen dapat berupa:
a. Penyertaan Modal negara pada perusahaan negara, badan internasional, dan badan
usaha lainnya yang bukan milik negara; dan/ atau
b. Investasi Permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan
pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. INVESTASI NONPERMANEN
Investasi nonpermanen dapat berupa:
a. Pembelian obligasi atau surat litang j angka panj ang yang oleh pemerintah
dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal j atuh temponya;
b. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak
ketiga;
c. Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan
modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat; atau

ADHIRAYAKTA 2021 3
AKPEM II - WEEK 11

d. Investasi Nonpermanen lainnya yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki


pemerintah secara berkelanjutan, misalnya Penyertaan Modal yang dimaksudkan
untuk penyehatan/ penyelamatan perekonomian.

B. UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN INVESTASI PEMERINTAH

PMN -
BUMN

PMN – LKI

PMN –
UA IP
Lainnya
UABUN UAPBUN
UAKPA BUN Deviden

Dana
Bergulir

Investasi
pada BLU

Penjaminan

• PMN-BUMN => Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;


• PMN-LKI => Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan Multilateral, Badan
Kebijakan Fiskal
• PMN-Lainnya => Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan, Direktorat Jenderal Kekayaan
Negara;
• DIVIDEN => Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak, Direktorat Jenderal Anggaran;
• DANA BERGULIR => Kantor Pelayanan Perbendaharan Negara Khusus Investasi, Direktorat
Jenderal Perbendaharaan;
• INVESTASI PADA BLU => Badan Layanan Umum Pengelola Dana Bergulir;
• PENJAMINAN => Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen, Direktorat Jenderal
Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko;

C. TRANSAKSI INVESTASI PEMERINTAN BA-BUN


Transaksi Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Metode Penyesuaian
Non Kas Penilaian Nilai
Investasi
PMN-BUMN Pembiayaan Pembiayaan Proporsi Net Selisih kurs
Investasi/divestasi - Investasi/divestasi - Ekuitas
Permanen Permanen

ADHIRAYAKTA 2021 4
AKPEM II - WEEK 11

PMN-LKI • Pembiayaan • Pembiayaan Biaya Selisih kurs,


Investasi/divestasi Investasi/divestasi pendapatan,
– Permanen – Permanen penyesuaian
• Pendapatan • Pendapatan
PMN-Lainnya Pembiayaan Pembiayaan Net Ekuitas Reklasifikasi,
penyisihan
Dividen Pendapatan Pendapatan Piutang,
= M.Biaya penyisihan
Investasi =
M.Ekuitas
Dana Pembiayaan Pembiayaan NRV Reklasifikasi,
Bergulir Investasi/divestasi – Investasi/divestasi – penyesuaian,
Non permanen Non permanen Penyisihan
Investasi Pembiayaan Pembiayaan NRV Reklasifikasi,
pada BLU Investasi/divestasi – Investasi/divestasi – penyesuaian,
Non permanen Non permanen Penyisihan
Penjaminan Pembiayaan Biaya Reklasifikasi,
penyesuaian,
Penyisihan
Investasi Pembiayaan Pembiayaan Proporsi Net Reklasifikasi,
Pemerintah Ekuitas Koreksi,
Lainnya Kapitalisasi,
Penyesuaian

D. PENYERTAAN MODAL NEGARA


1. UAKPA BUN
Terdapat 2 (dua) Jenis UAKPA BUN Investasi Pemerintah pada PMN, yaitu:
• UAKPA BUN yang menatausahakan pencatatan portofolio nilai Investasi Pemerintah
berupa PMN; dan

ADHIRAYAKTA 2021 5
AKPEM II - WEEK 11

• UAKPA BUN yang menatausahakan pencatatan penerimaan Investasi secara kas


berupa dividen, pengakuan piutang dividen, dan penagihan dividen atas
penyelesaian piutang dividen
Tugas UAKPA BUN
• Melakukan verifikasi dokumen sumber;
• Melakukan perekaman dokumen sumber;
• Menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan keuangan sesuai dengan SAP
• Menyusun Laporan Keuangan tingkat UAKPA BUN; dan
• Menyampaikan data, informasi dan Laporan Keuangan secara periodik secara
berjenjang kepada UAPBUN Investasi Pemerintah.
2. PEROLEHAN DAN/ATAU PENAMBAHAN INVESTASI PEMERINTAH
• Pengeluaran secara kas;
• Pertukaran atau konversi aset non kas; dan/atau
• Penerimaan hibah bentuk surat berharga
3. PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENYAJIAN INVESTASI PEMERINTAH
Pengakuan LO Pengakuan LRA Pengukuran Penyajian
Setara Kas Diakui saat diakui pada saat Diukur Disajikan di
resume tagihan kas keluar dari sebesar nilai Neraca sebagai
sesuai SPP/SPM rekening kas nominal Investasi
disetujui KPA Negara sesuai sesuai dengan Permanen -
dengan SP2D SPM/SP2D Investasi Jangka
Pengeluaran Panjang
Pembiayaan Disajikan di LRA
sebagai PMN
dalam pos
Pertukaran diakui pada saat diakui pada saat diukur
Pengeluaran
Aset Non- ditetapkan Berita tanggal SP2D sebesar nilai
Pembiayaan.
Kas Acara Serah pengesahan wajar aset
Dalam hal
Terima (BAST) pengeluaran yang
perolehan
atau dokumen pembiayaan diperoleh.
dan/atau
yang Investasi Dalam hal nilai
penambahan
dipersamakan wajar aset
Investasi
yang
Pemerintah pada
Hibah diakui pada saat diakui saat Surat diperoleh
PMN
ditetapkan Berita Pengesahan tidak tersedia,
menggunakan
Acara Serah HIbah maka nilai
mata uang asing,
Terima (BAST) diterbitkan Investasi
nilai Investasi
atau dokumen diukur
Pemerintah
sebesar nilai

ADHIRAYAKTA 2021 6
AKPEM II - WEEK 11

yang wajar aset dijabarkan ke


dipersamakan yang rupiah dengan
diserahkan menggunakan
atau sebesar kurs tengah Bank
nilai buku aset Indonesia pada
yang tanggal SP2D(scr
diserahkan. kas) & BAST(non
kas & hibah) atau
dokumen yang
dipersamakan

4. METODE PENILAIAN
• METODE BIAYA
Kepemilikan di entitas badan usaha kurang dari 20% dan tidak memiliki pengaruh yang
signifikan.
Diperlakukan sebagai berikut:
1. Investasi dicatat sebesar biaya perolehan;
2. Pendapatan diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak memengaruhi
besarnya Investasi pada entitas badan usaha (investee).
• METODE EKUITAS
• Kepemilikan di entitas badan usaha antara 20% sampai dengan 50% ; atau
• Kepemilikan kurang dari 20% tetapi memiliki pengaruh yang signifikan; atau
• Kepemilikan lebih dari 50%.
Diperlakukan sebagai berikut:
1. Pengakuan awal aset Investasi dicatat sebesar biaya perolehan dan ditambah
bagian laba atau dikurangi bagian rugi pemerintah setelah tanggal perolehan;
2. Bagian laba/rugi pemerintah dicatat sebagai pendapatan hasil investasi/beban
penyesuaian nilai investasi di LO dan menambah/mengurangi nilai Investasi
Pemerintah;
3. Pendapatan dividen tunai merupakan pengurang nilai lnvestasi Pemerintah;
4. Nilai Investasi dilakukan penyesuaian yang berdampak pada penambahan atau
pengurangan ekuitas pemerintah di LPE sebagai akibat dari perubahan ekuitas pada
investee, misalnya perubahan dari pengaruh valuta asing, revaluasi aset tetap,
dan/atau pendapatan komprehensif lainnya

ADHIRAYAKTA 2021 7
AKPEM II - WEEK 11

5. JURNAL STANDAR
• JURNAL ANGGARAN

• JURNAL PEROLEHAN INVESTASI PEMERINTAH PADA PMN SECARA PENGELUARAN KAS


Jurnal Komitmen

Jurnal Resume Tagihan

Jurnal Realisasi Anggaran/Terbit SP2D

• JURNAL PEROLEHAN INVESTASI PEMERINTAH PADA PMN SECARA KONVERSI ASET NON
KAS

ADHIRAYAKTA 2021 8
AKPEM II - WEEK 11

• JURNAL PEROLEHAN INVESTASI PEMERINTAH PADA PMN DARI HIBAH SURAT


BERHARGA

• JURNAL Hasil Investasi Pemerintah pada PMN (Metode Biaya)


Jurnal Realisasi Penerimaan Pendapatan Dividen Tunau TAB tanpa pengakuan piutang

Jurnal Pengakuan piutang atas dividen tunai yang belum direalisasikan sampai dengan
periode pelaporan keuangan

Jurnal Realisasi Penerimaan Pendapatan Dividen Tunai disertai pengakuan piutang


dividen pada pelaporan keuangan sebelumnya

ADHIRAYAKTA 2021 9
AKPEM II - WEEK 11

• JURNAL TRANSAKSI HASIL INVESTASI PEMERINTAH PADA PMN - BAGIAN PEMERINTAH


ATAS KEUNTUNGAN INVESTEE

• JURNAL TRANSAKSI HASIL INVESTASI PEMERINTAH PADA PMN - PEMBAGIAN DIVIDEN


TUNAI
Saat pengumuman pembagian dividen
Pengelola Portofolio

UAKPA BUN pada Satker BUN 999.03.986917

Pengelola Dividen

Saat Realisasi Penerimaan Atas Pendapatan Dividen Yang Diterima Di Rekening Kas
Negara

Pengelola Dividen

ADHIRAYAKTA 2021 10
AKPEM II - WEEK 11

• JURNAL TRANSAKSI HASIL INVESTASI PEMERINTAH PADA PMN – BAGIAN


PEMERINTAH ATAS KERUGIAN INVESTEE
Atas kerugian/deficit operasional

Atas kerugian/deficit komprehensif lainnya

6. Dividen Berupa Saham Atas Hasil Investasi Pada PMN


• Dividen berupa saham, tidak diakui sebagai penambah nilai Investasi di Neraca
• Dividen berupa saham, tidak diakui sebagai penambah nilai Investasi di Neraca
• Dividen dalam bentuk saham disajikan dan diungkapkan dalam CaLK
7. Perlakuan Akutansi atas Transaksi Divestasi pada PMN

Divestasi pada PMN yang diterima secara kas

• Diakui pada saat kas hasil pelepasan investasi diterima di RKN


• Diukur sebesar nilai kas yang diterima sesuai BPN
• Dalam hal penerimaan divestasi dalam mata uang asing, maka dijabarkan ke dalam
rupiah sesuai dengan kurs tengah BI pada tanggal transaksi BPN
• Dalam hal masih terdapat hak pemerintah atas divestasi yang belum terselesaikan hasil
penjualannya, maka diakui dan dicatat sebagai piutang.
8. Jurnal Transaksi Divestasi pada PMN (Metode Biaya dan/atau Metode Ekuitas)
TRANSAKSI BERUPA KAS
Jurnal Transaksi Divestasi Nilai Kas yang Diterima sama dengan Nilai Buku Investasi yang
Dilepas

ADHIRAYAKTA 2021 11
AKPEM II - WEEK 11

Penghasilan Divestasi PMN < Nilai Buku


Divestasi pada PMN yang diterima secara kas
• Nilai realisasi penerimaan pembiayaan dicatat sesuai BPN dan disajikan di LRA,
selanjutnya akan mengurangi nilai investasi di neraca sebesar nilai realisasi penerimaan
pembiayaan yang dimaksud.
• Nilai selisih lebih kecilnya dicatat sebagai “Beban penyesuaian nilai Investasi lainnya” di
LO dalam pos Kegiatan Non Operasional dan mengurangi nilai Investasi di neraca
sebesar selisih lebih kecil tersebut.

Jurnal Transaksi Divestasi Nilai Kas yang Diterima Lebih Kecil dari Nilai Buku Investasi yang
Dilepas

TRANSAKSI DIVESTASI DENGAN MENGAKUI PEROLEHAN ASET LAINNYA NON KAS


• Diakui pada tanggal penetapan sesuai BAST
• Nilai Investasi permanen di Neraca berkurang senilai BAST
• Nilai perolehan Asset Lainnya dicatat senilai BAST
• Dalam hal terdapat selisih Nilai investasi yang dilepaskan dengan Nilai Asset lainnya,
dicatat sebagai “Pendapatan pelepasan Investasi Pemerintah pada PMN” atau “Beban
Penyesuaian nilai Investasi lainnya” di LO dalam pos Kegiatan Non Operasional

ADHIRAYAKTA 2021 12
AKPEM II - WEEK 11

Jurnal Transaksi Divestasi berupa Aset Nonkas

Jurnal manual transaksi divestasi dengan menerima aset non kas dengan nilai yang sama

Jurnal manual untuk mencatat pendapatan bukan pajak sebesar selisih lebih aset non kas
dari nilai buku investasi

Jurnal Transaksi Divestasi berupa Aset Nonkas

Jurnal manual untuk mencatat beban penyesuaian nilai investasi atas saldo nilai buku
investasi yang dilepas melalui pertukaran aset non kas

ADHIRAYAKTA 2021 13
AKPEM II - WEEK 11

AKUNTANSI UTANG PEMERINTAH (SAUP)

A. UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN UTANG

B. IDENTIFIKASI TRANSAKSI UTANG PEMERINTAH


Karakteristik utama dari kegiatan Utang Pemerintah yaitu adanya pengakuan pemerintah
pusat atas Utang Pemerintah dan kewajiban lainnya yang diperjanjikan dalam Perjanjian Utang
Pemerintah.
Utang Pemerintah dalam hal ini adalah utang jangka panjang dan utang jangka pendek dalam
rangka pengelolaan Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara Pengelolaan Utang
Pemerintah (BA BUN 999.01) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan
dan Risiko.

ADHIRAYAKTA 2021 14
AKPEM II - WEEK 11

C. PERLAKUAN AKUNTANSI
Utang Jangka Panjang Pemerintah

Utang Jangka Panjang Pemerintah Valas

ADHIRAYAKTA 2021 15
AKPEM II - WEEK 11

Utang Jangka Pendek

Utang Jangka Panjang (Penarikan Pinjaman)

Utang Jangka Panjang (Penerbitan SBN)

Utang jangka panjang dari sumber penerbitan SBN Jangka Panjang diakui pada saat tanggal
setelmen yang tercantum dalam dokumen setelmen, dan diukur sebesar nilai nominal sesuai
dengan hasil ketetapan penerbitan SBN.

ADHIRAYAKTA 2021 16
AKPEM II - WEEK 11

Utang Jangka Pendek (Penerbitan SBN Jangka Pendek)

SBN Jangka Pendek yang mempunyai jangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan diakui
pada saat tanggal setelmen atas penerbitan SBN Jangka Pendek. SBN Jangka Pendek tersebut
diukur sebesar nilai nominal sesuai dengan hasil ketetapan penerbitan SBN, dan disajikan
nilainya di Neraca dalam pos kewajiban jangka pendek.

Utang Jangka Panjang (Penerbitan SBN dengan Diskonto)

• Penerimaan pembiayaan atas setelmen penerbitan SBN secara diskonto sesuai dengan
nominal SBN

• Mencatat dana untuk belanja diskonto SBN atas setelmen penerbitan SBN secara diskonto

ADHIRAYAKTA 2021 17
AKPEM II - WEEK 11

Utang Jangka Panjang (Penerbitan SBN dengan Premium)


• Penerimaan pembiayaan atas setelmen penerbitan SBN secara premium sesuai dengan
nominal SBN

• Mencatat dana untuk pendapatan premium SBN atas setelmen penerbitan SBN secara
premium

D. JURNAL UTANG BUNGA, BEBAN DAN BELANJA BUNGA


1. Jurnal Beban Bunga Berjalan
a. Dicatat pada periode pelaporan keuangan masing-masing semesteran dan tahunan

b. Dilakukan jurnal pembalik untuk Buku Besar Akrual pada periode pelaporan berikutnya

2. Jurnal Realisasi Belanja Bunga


a. Jurnal komitmen belanja pembayaran bunga utang/ SBN tidak digunakan dalam rangka
penyusunan Laporan Keuangan, melainkan untuk tujuan manajemen anggaran

b. Jurnal resume tagihan belanja pembayaran bunga utang/ SBN dengan terlebih dahulu
membalik jurnal komitmen pada Buku Besar Akrual

ADHIRAYAKTA 2021 18
AKPEM II - WEEK 11

Jurnal Balik Komitmen

Jurnal Resume Tagihan

c. Jurnal Realisasi Belanja Bunga

3. Jurnal Penyesuaian Untuk Identifikasi Nilai Amortisasi Atas Penerbitan SBN Secara
Diskonto Dan/Atau Secara Premium

• Atas identifikasi premium SBN atau diskonto SBN yang diakui pada saat tanggal
setelmen penerbitan SBN, dilakukan perhitungan nilai tiap amortisasi yang dihitung
dengan metode garis lurus selama umur utang.

• Pembebanan nilai tiap amortisasi premium SBN atau diskonto SBN mengurangi atau
menambah nilai beban bunga yang harus dibayar oleh pemerintah.

Jurnal pencatatan atas pembebanan nilai tiap amortisasi untuk Buku Besar Akrual
terposting di LO dan di Neraca:

1. Jurnal amortisasi atas premium SBN:

2. Jurnal amortisasi atas diskonto SBN:

ADHIRAYAKTA 2021 19
AKPEM II - WEEK 11

Utang Jk Panjang (Cicilan/Pelunasan Pinjaman)

• Jurnal resume tagihan sebagai pengurangan saldo nilai utang jangka panjang pada Neraca:

• SP2D realisasi pengeluaran pembiayaan utang jangka panjang yang diterbitkan oleh KPPN
Khusus Pinjaman dan Hibah

"Pelajaran yang paling berharga adalah pelajaran


yang Anda ajarkan untuk diri sendiri."

Sumber: PPT Dosen Akuntansi Pemerintah II

ADHIRAYAKTA 2021 20
AKPEM II - WEEK 11

LATIHAN SOAL
1. Pada penghasilan yang diinvestasikan ke PMN lebih kecil dari nilai buku, maka nilai selisih lebih
kecilnya akan dicatat sebagai....
a. Pendapatan pelepasan investasi pemerintah pada PMN
b. Diterima dari Entitas lain
c. Beban penyesuaian nilai investasi lainnya
d. Investasi jangka panjang permanen
2. Utang jangka panjang dari sumber penerbitan SBN jangka panjang diukur sebesar....
a. Nilai bruto
b. Nilai wajar
c. Nilai pasar
d. Nilai nominal
3. Jurnal yang terlibat dalam transaksi penerbitan utang jangka panjang SBN diskonto yaitu
a. DDEL (Buku Akrual dan Buku Kas)
b. Utang jangka Panjang dalam negeri (Buku Akrual)
c. Diskonto SBN (Buku Kas)
d. Penerimaan dari penjualan SBN
4. Sisi debit pada buku akrual dari jurnal terkait hasil investasi bagian pemerintah berupa
kerugian atau deficit operasional badan usaha yaitu
a. Beban penyesuaian nilai investasi
b. Koreksi ekuitas lainnya
c. Investasi jangka panjang permanen
d. DKEL
5. Perolehan atau penambahan investasi pemerintah dapat diperoleh dari, kecuali
a. Pengeluaran secara kas
b. Penerbitan utang jangka pendek
c. Pertukaran atau konversi aset non kas
d. Penerimaan hibah bentuk surat berharga

ADHIRAYAKTA 2021 21
AKPEM II - WEEK 12

PERTEMUAN 12
AKUNTANSI MIGAS

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Sonia Eka Oktavia

ADHIRAYAKTA 2021 1
AKPEM II - WEEK 12

AKUNTANSI MIGAS
A. MODEL KONTRAK MIGAS

Yang digunakan di Indonesia adalah model PSC

B. KARAKTERISTIK KONTRAK PSC MIGAS

C. PSC COST RECOVERY VS PSC GROSS SPLIT

ADHIRAYAKTA 2021 2
AKPEM II - WEEK 12

D. PENERIMAAN MIGAS DALAM APBN


1. Pajak
• PPh Minyak Bumi
• PPh Gas Bumi
2. PNBP
• Pendapatan Sumber Daya Alam
– Pendapatan Minyak Bumi
– Pendapatan Gas Bumi
• PNBP Lainnya
– Pendapatan Penjualan Minyak Mentah DMO
– Pendapatan Denda, Bunga, dan Penalti Usaha Hulu Migas
– Pendapatan Migas Lainnya

E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN MIGAS


• Lifting
• ICP
• Kurs
• Cost Recovery

F. PRINSIP-PRINSIP PENERIMAAN MIGAS


• PSC
• Bagi Hasil
• DMO
• Assume and Discharge

ADHIRAYAKTA 2021 3
AKPEM II - WEEK 12

G. SUBSTANSI AKUNTANSI #1
1. AKUNTANSI ASET DAN PENDAPATAN

2. AKUNTANSI ASET DAN PENDAPATAN => REKENING MIGAS


• Diakui pada saat penguasaan dan /atau kepemilikan kas telah beralih kepada
Pemerintah
• Diukur sebesar ekuivalensi Rupiah dengan kurs tengah BI pada tanggal pelaporan
• Dokumen sumber: Rekening Koran dan Surat Permintaan Pemindahbukuan dari DJPB
• Disajikan di neraca sebagai bagian dari Rek. Pemerintah Lainnya

Pada saat terdapat uang masuk ke Rekening Migas, untuk pertama kali dicatat sebagai
Pendapatan yang Ditangguhkan

3. AKUNTANSI ASET DAN PENDAPATAN => PIUTANG JANGKA PENDEK DAN JANGKA
PANJANG
• Diakui pada saat timbulnya hak negara
• Diukur sebesar nominal Rupiah atau ekuivalensi Rupiah pada tanggal pencatatan
• Dokumen sumber: Laporan A0 dan/atau tembusan surat tagihan dari SKK Migas ke
KKKS migas/penjual atau pembeli migas bagian negara
• Disajikan di neraca sebesar net realizable value, dengan menyisihkan piutang tak
tertagih
• Pengungkapan piutang yang masih dispute antara SKK Migas dengan KKKS dan
piutang macet dalam CaLK
Penyisihan piutang berdasarkan PMK No. 69 Tahun 2014

ADHIRAYAKTA 2021 4
AKPEM II - WEEK 12

4. AKUNTANSI ASET DAN PENDAPATAN => PENDAPATAN-LO


• Diakui pada saat timbulnya hak negara
• Diukur sebesar nominal Rupiah atau ekuivalensi Rupiah pada tanggal pencatatan
• Dokumen sumber: Laporan A0 dan/atau tembusan surat tagihan dari SKK Migas ke
KKKS migas/penjual atau pembeli migas bagian negara
• Disajikan di Laporan Operasional sebagai pendapatan operasional
• Pengungkapan jenis-jenis pendapatan LO dalam CaLK
Pendapatan-LO diakui secara bersamaan dengan pengakuan piutang
5. AKUNTANSI ASET DAN PENDAPATAN => PENDAPATAN-LRA
• Diakui pada saat uang masuk ke kas negara
• Diukur sebesar nominal Rupiah atau ekuivalensi Rupiah pada tanggal penyetoran
atau pemindahbukuan
• Dokumen sumber: Bukti setor, Rekening koran, Surat Perintah Pemindahbukuan dari
DJPB
• Disajikan di LRA sebagai pendapatan PNBP
• Pengungkapan jenis-jenis pendapatan LRA dalam CaLK

Pendapatan-LRA diperoleh melalui:


✓ Penyetoran langsung ke kas negara
✓ Pemindahbukuan dana dari rekening Migas ke Rekening KUN Valas
H. PENGAKUAN PENDAPATAN
1. SKEMA DIRECT TRANSFER

ADHIRAYAKTA 2021 5
AKPEM II - WEEK 12

Pendapatan negara langsung diakui meskipun belum ada perhitungan dan


penyelesaian kewajiban pemerintah sector hulu migas
2. SKEMA INDIRECT TRANSFER

Pendapatan negara langsung diakui meskipun belum ada perhitungan dan


penyelesaian kewajiban pemerintah sector hulu migas
PRINSIP PERHITUNGAN PNBP

ADHIRAYAKTA 2021 6
AKPEM II - WEEK 12

I. SUBSTANSI AKUNTANSI #2
1. AKUNTANSI KEWAJIBAN DAN BEBAN

2. AKUNTANSI KEWAJIBAN DAN BEBAN => UTANG KEPADA PIHAK KETIGA


• Diakui pada saat timbulnya kewajiban negara
• Diukur sebesar nominal Rupiah atau ekuivalensi Rupiah pada tanggal pencatatan
• Dokumen sumber: Surat tagihan dari SKK Migas, Surat tagihan dari DJP, Surat tagihan
dari Pemda
• Disajikan di neraca sebagai kewajiban lancar
• Pengungkapan jenis-jenis utang beserta permasalahannya dalam CaLK

Pada saat pengakuan kewajiban, dilakukan pula pengakuan beban, kecuali untuk PBB
Migas yang dicatat sebagai pengurang pendapatan LO

3. AKUNTANSI KEWAJIBAN DAN BEBAN => BEBAN PENYISIHAN PIUTANG TAK


TERTAGIH
• Diakui pada saat terjadinya penurunan potensi pendapatan negara
• Diukur sebesar nilai estimasi piutang tidak tertagih sesuai ketentuan peraturan
perundangan
• Dokumen sumber: Kertas kerja perhitungan nilai dan kualifikasi piutang
• Disajikan di Laporan Operasional sebagai beban operasional
• Pengungkapan beban penyisihan dalam CaLK

ADHIRAYAKTA 2021 7
AKPEM II - WEEK 12

4. AKUNTANSI KEWAJIBAN DAN BEBAN => BEBAN LAIN-LAIN


• Diakui pada saat timbulnya kewajiban yang ditandai dengan diterimanya tagihan dari
pihak lain
• Diukur sebesar nilai tagihan atau alokasi beban sesuai ketentuan peraturan
perundangan
• Dokumen sumber: Surat tagihan dari pihak lain, Kertas kerja perhitungan alokasi
beban
• Disajikan di Laporan Operasional sebagai beban operasional
• Pengungkapan beban lain-lain dalam CaLK

J. JURNAL STANDAR
• PENGAKUAN PENDAPATAN-LO
Buku Besar Akrual

• KOREKSI PIUTANG (OVERSTATED)


Buku Besar Akrual (TAB)

Buku Besar Akrual (TAYL)

• KOREKSI PIUTANG (UNDERSTATED)


Buku Besar Akrual (TAB)

ADHIRAYAKTA 2021 8
AKPEM II - WEEK 12

Buku Besar Akrual (TAYL)

• PENGAKUAN PENDAPATAN-LRA
Buku Besar Akrual (Setoran langsung ke RKUN vi Bank Persepsi)

Buku Besar Kas (Setoran langsung ke RKUN vi Bank Persepsi)

Buku Besar Akrual (Setoran via Pemindahbukuan dari Rekening Migas ke RKUN)

Buku Besar Akrual (Setoran via Pemindahbukuan dari Rekening Migas ke RKUN)

ADHIRAYAKTA 2021 9
AKPEM II - WEEK 12

• PENGAKUAN BEBAN
Buku Besar Akrual

• PENGAKUAN BEBAN-PBB MIGAS


Buku Besar Akrual (TAB)

ADHIRAYAKTA 2021 10
AKPEM II - WEEK 12

Buku Besar Akrual (TAYL)

• KOREKSI BEBAN NON PBB MIGAS (OVERSTATED)


Buku Besar Akrual (TAB)

Buku Besar Akrual (TAYL)

• KOREKSI BEBAN NON PBB MIGAS (UNDERSTATED)


Buku Besar Akrual (TAB)

ADHIRAYAKTA 2021 11
AKPEM II - WEEK 12

Buku Besar Akrual (TAYL)

• KOREKSI BEBAN PBB MIGAS (OVERSTATED)


Buku Besar Akrual (TAB)

Buku Besar Akrual (TAYL)

• KOREKSI BEBAN PBB MIGAS (UNDERSTATED)


Buku Besar Akrual (TAB)

Buku Besar Akrual (TAYL)

ADHIRAYAKTA 2021 12
AKPEM II - WEEK 12

• PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN


Buku Besar Akrual

• PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA


Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas


No entry
• JURNAL ATAS KESALAHAN PENYETORAN KE REKENING MIGAS
Buku Besar Akrual

Uraian Debet Kredit

Diterima dari Entitas Lain XXXX


Utang Jangka Pendek Lainnya XXXX

Buku Besar Kas


No entry

ADHIRAYAKTA 2021 13
AKPEM II - WEEK 12

• JURNAL PENYELESAIAN KEWAJIBAN MIGAS


Buku Besar Akrual-PBB Tahun Berjalan

Uraian Debet Kredit

Utang Pihak Ketiga Migas-PBB XXXX

Ditagihkan kepada Entitas Lain XXXX

Buku Besar Akrual-Non PBB


Uraian Debet Kredit

Utang Pihak Ketiga Migas-DMO Fee XXXX


Ditagihkan kepada Entitas Lain XXXX

Buku Besar Kas


No entry

• JURNAL TRANSAKSI OVER (UNDER) LIFTING KKKS


✓ Over Lifting kontraktor adalah kelebihan pengambilan minyak dan/atau gas
bumi oleh kontraktor dibandingkan dengan haknya yang diatur dalam Kontrak
Kerja Sama pada periode tertentu.
✓ Under Lifting kontraktor adalah kekurangan pengambilan minyak dan/atau gas
bumi oleh kontraktor dibandingkan dengan haknya yang diatur dalam Kontrak
Kerja Sama pada periode tertentu
a) Diterima tagihan final over dan underlifting KKKS tahun berjalan (tahun 20X1) dengan
rincian sebagai berikut:

ADHIRAYAKTA 2021 14
AKPEM II - WEEK 12

Buku Besar Akrual-KKKS A

Buku Besar Kas-KKKS A

No entry

Buku Besar Akrual-KKKS B

Buku Besar Kas-KKKS B

No entry

Buku Besar Akrual-KKKS C

Buku Besar Kas-KKKS C

No entry

ADHIRAYAKTA 2021 15
AKPEM II - WEEK 12

Buku Besar Akrual-KKKS D

Buku Besar Kas-KKKS D

No entry

b) Diterima tagihan final over/ (under) lifting KKKS tahun sebelumnya (tahun 20X0)
dengan rincian sebagai berikut:

Atas tagihan final tersebut, pada laporan keuangan tahun lalu telah diestimasikan
nilai tagihannya sebagai berikut:

• Jurnal tagihan final over/ underlifting KKKS 1

Buku Besar Akrual

ADHIRAYAKTA 2021 16
AKPEM II - WEEK 12

Buku Besar Kas

No entry

• Jurnal tagihan final over/ underlifting KKKS 2

Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas

No entry

• Jurnal tagihan final over/ underlifting KKKS 3

Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas

No entry

• Jurnal tagihan final over/ underlifting KKKS 4


Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas


No entry
• Jurnal tagihan final over/ underlifting KKKS 5
Buku Besar Akrual

ADHIRAYAKTA 2021 17
AKPEM II - WEEK 12

Buku Besar Kas


No entry
• Jurnal tagihan final over/ underlifting KKKS 6
Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas


No entry
c) Diterima tagihan final over/ underlifting KKKS tahun sebelumnya (tahun 20X0) yang
belum ditagihkan ataupun di estimasikan pada laporan keuangan tahun sebelumnya
sebagai berikut:

• Jurnal tagihan over/underlifting KKKS x atas transaksi tahun yang lalu


Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas

No entry

• Jurnal tagihan over/underlifting KKKS y atas transaksi tahun yang lalu


Buku Besar Akrual

ADHIRAYAKTA 2021 18
AKPEM II - WEEK 12

Buku Besar Kas

No entry

d) Pada awal Januari 20X2 sebelum dilakukannya penyusunan Laporan Keuangan


unaudited, diterima surat dari Instansi Pelaksana yang menyampaikan estimasi
tagihan over/underlifting KKKS tahun 20X1 dengan total summary tagihan sebagai
berikut:

Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas

No entry

e) Selanjutnya pada bulan April 20X2 sebelum penyusunan Laporan Keuangan audited,
diterima tagihan final atas over/underlifting KKKS tahun buku 20X1 untuk beberapa
KKKS dengan rincian sebagai berikut:

ADHIRAYAKTA 2021 19
AKPEM II - WEEK 12

Atas tagihan final tersebut, sebelumnya pada awal Januari 20X2 telah
diestimasikan tagihan sebagai berikut:

• Jurnal tagihan final over/underlifting KKKS 7


Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas


No entry
• Jurnal tagihan final over/underlifting KKKS 8
Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas


No entry
• Jurnal tagihan final over/underlifting KKKS 9

Buku Besar Akrual

ADHIRAYAKTA 2021 20
AKPEM II - WEEK 12

Buku Besar Kas

No entry

• Jurnal tagihan final over/underlifting KKKS 10


Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas


No entry
• Jurnal tagihan final over/underlifting KKKS 11

Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas

No entry

• Jurnal tagihan final over/underlifting KKKS 12


Buku Besar Akrual

Buku Besar Kas


No entry

ADHIRAYAKTA 2021 21
AKPEM II - WEEK 12

• JURNAL SELISIH KURS


Transaksi selisih kurs yang diatur di dalam PMK 61/PMK.02/2020 hanya selisih kurs yang
belum terealisasi, selisih kurs ini dapat berupa keuntungan atau pun kerugian yang timbul
karena:
a. penyesuaian nilai utang/piutang migas pada akhir tahun
b. penyesuaian nilai utang/piutang migas sesaat sebelum penyelesaian utang/piutang

Buku Besar Akrual-Penyesuaian Akhir Tahun

Uraian Debet Kredit

Kerugian Selisih Kurs Belum Terealisasi XXXX


Utang Pihak Ketiga Migas-DMO Fee XXXX

Buku Besar Akrual-Penyesuaian Akhir Tahun

Uraian Debet Kredit

Piutang Jangka Pendek Migas- XXXX


Overlifting KKKS
Keuntungan Selisih Kurs Belum XXXX
Terealisasi
Buku Besar Akrual-Penyesuaian Sesaat Sebelum Penyelesaian

Uraian Debet Kredit

Kerugian Selisih Kurs Belum XXXX


Terealisasi
Utang Pihak Ketiga Migas-DMO XXXX
Fee

Uraian Debet Kredit

Utang Pihak Ketiga Migas-DMO Fee XXXX

Ditagihkan kepada Entitas Lain XXXX

Buku Besar Kas


No entry

ADHIRAYAKTA 2021 22
AKPEM II - WEEK 12

• JURNAL REKLASIFIKASI
o Reklasifikasi akun biasanya dilakukan pada akhir tahun untuk memfinalkan perhitungan
hak dan kewajiban negara sektor hulu migas.
o Reklasifikasi akun dilakukan karena pelaksanaan asas neto
o Reklasifikasi akun juga disebabkan oleh dualisme mekanisme penyetoran migas,
tagihan DMO yang masuk dalam laporan A02 dan tagihan denda yang masuk ke dalam
tagihan gas bumi
o Reklasifikasi akun dalam transaksi hulu migas biasanya terjadi antara:
a. Pendapatan minyak bumi ke gas bumi
b. Pendapatan minyak bumi ke minyak mentah DMO
c. Pendapatan gas bumi ke pendapatan denda
d. Pendapatan minyak bumi ke PBB Migas

Reklasifikasi Akun dari Pendapatan Gas Bumi ke Denda karena kesalahan Indentifikasi
setoran di Rekening Migas

Buku Besar Akrual

No entry

Buku Besar Kas

Uraian Debet Kredit

Pendapatan Gas Bumi XXXX


Pendapatan Denda dan Penalti XXXX
Kegiatan Hulu Migas

Reklasifikasi Akun dari Pendapatan Minyak ke Gas Bumi dalam rangka perhitungan final
pendapatan minyak dan gas bumi
Buku Besar Akrual
No entry
Buku Besar Kas

ADHIRAYAKTA 2021 23
AKPEM II - WEEK 12

Uraian Debet Kredit

Pendapatan Minyak XXXX


Bumi
Pendapatan Gas Bumi XXXX

Reklasifikasi Akun dari Pendapatan Minyak ke DBO dalam rangka perhitungan Final
Gross dan Net DMO
Buku Besar Akrual
No entry
Buku Besar Kas

Uraian Debet Kredit

Pendapatan Minyak Bumi XXXX


Pendapatan Minyak XXXX
Mentah DMO

Reklasifikasi Akun dari Pendapatan Minyak ke Gas Bumi dalam rangka perhitungan Final
Pendapatan Minyak dan Gas Bumi
Buku Besar Akrual
No entry
Buku Besar Kas

Uraian Debet Kredit

Utang Pihak Ketiga Migas- XXXX


PBB Migas
Ditagihkan kepada XXXX
Entitas Lain

Reklasifikasi Akun dari Pendapatan Minyak ke DMO dalam rangka perhitungan Final
Gross dan Net DMO
Buku Besar Akrual
No entry
Buku Besar Kas

ADHIRAYAKTA 2021 24
AKPEM II - WEEK 12

Uraian Debet Kredit

Pendapatan Minyak Bumi XXXX


Ditagihkan kepada XXXX
Entitas Lain

LATIHAN SOAL:

1. faktor yang mempengaruhi penerimaan migas, kecuali…


a. lifting
b. Kurs
c. Gross Profit
d. ICP

2. Prinsip-Prinsip Penerimaan Migas, kecuali…


a. Imbal Hasil
b. PSC
c. Bagi Hasil
d. DMO

3. pada sata pencatatan di Buku Besar Kas pada satker PNBP Migas tidak ada jurnal,
dikarenakan….
a. Transaksi di Buku Besar akan dibubukan oleh Pemerintah Pusat
b. Transaksi di Buku Besar akan dibubukan oleh Satker Pusat
c. Transaksi di Buku Besar akan dibubukan oleh DJPB
d. Transaksi di Buku Besar akan dibubukan oleh Kuasa BUN

4. Reklasifikasi akun dalam transaksi hulu migas biasanya terjadi antara, kecuali….
a. Pendapatan minyak bumi ke gas bumi
b. Pendapatan minyak bumi ke pendapatan denda
c. Pendapatan gas bumi ke pendapatan denda
d. Pendapatan minyak bumi ke PBB Migas

ADHIRAYAKTA 2021 25
AKPEM II - WEEK 12

Ilmu tanpa amal adalah adalah kegilaan, dan

amal tanpa ilmu adalah Kesia-siaan.

- Imam Ghazali -

Sumber:

PPT AKPEM II dari Tim Dosen PKN STAN Jakarta

ADHIRAYAKTA 2021 26
AKPEM II – WEEK 11
9``

PERTEMUAN 13
AKUNTANSI HIBAH

Disusun oleh:

1. Sonia Eka Oktavia


2. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
AKPEM II – WEEK 11
9``

AKUNTANSI HIBAH
A. DEFINISI PENDAPATAN HIBAH
Pendapatan Hibah adalah penerimaan Pemerintah dalam bentuk devisa, devisa
yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari pemberi
hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri.
(PMK 271 Tahun 2014 Pasal 1 angka 4)

B. JENIS HIBAH
• Hibah yang diterima pemerintah dapat dibedakan menjadi hibah dalam bentuk:
a. Uang
b. Barang, Jasa, dan/atau Surat Berharga
• Ditinjau dari cara pencairannya, hibah dalam bentuk uang dapat dibedakan menjadi:
a. Hibah yang pencairannya melalui Kuasa BUN
b. Hibah yang pencairannya tidak melalui Kuasa BUN (diterima langsung oleh satker
penerima Hibah di K/L)

C. TRANSAKSI HIBAH

ADHIRAYAKTA 2021 2
AKPEM II – WEEK 11
9``

D. UNIT AKUNTANSI HIBAH

E. LAPORAN KEUANGAN SIKUBAH


✓ Laporan Realisasi Anggaran
✓ Laporan Operasional
✓ Laporan Perubahan Ekuitas
✓ Neraca
✓ CALK

F. TRANSAKSI TERKAIT HIBAH


• Unit Terkait hibah
✓ UAKPA-BUN Hibah
o Pendapatan Hibah
▪ Pendapatan Hibah LRA
▪ Pendapatan Hibah LO
o Belanja Hibah
▪ Belanja Hibah
▪ Beban Hibah

ADHIRAYAKTA 2021 3
AKPEM II – WEEK 11
9``
✓ K/L
o Belanja dan Beban yang Bersumber dari Hibah
o Saldo Kas/aset non kas di K/L dr Hibah
o Aset yang Berasal dari Hibah Bentuk Barang
o Beban Jasa yang Berasal dari Hibah dalam Bentuk Jasa
✓ UAKPA-BUN IP
o Pengeluaran Pembiayaan utk Pencatatan Surat Berharga dr Hibah

G. PENDAPATAN HIBAH LRA & LO


➢ Pendapatan Hibah – LRA adalah semua penerimaan RKUN yang menambah Saldo
Anggaran Lebih dalam periode anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
Pemerintah Pusat, yang diterima dari pemberi hibah yang tidak perlu dibayar
kembali.
➢ Pendapatan Hibah – LO adalah hak pemerintah Pusat yang diakui sebagai penambah
Ekuitas yang berasal dari penerima hibah baik dalam bentuk uang, barang, dan/atau
jasa, yang tidak dimaksudkan untuk dibayar kembali oleh Pemerintah kepada
pemberi hibah dan manfaatnya dinikmati oleh Pemerintah.

H. PENGAKUAN PENDAPATAN HIBAH


o Pendapatan Hibah-LRA dalam bentuk uang
– saat kas diterima R-KUN atau pada saat pengesahan dilakukan oleh KPPN.
o Pendapatan Hibah-LO
– Diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan hibah atau terdapat aliran
masuk sumber daya ekonomi
o Pendapatan Hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga - LO
– saat dilakukan pengesahan oleh Kuasa BUN
o Pengembalian Pendapatan Hibah pada periode penerimaan
– dibukukan sebagai pengurang pendapatan
o Pengembalian Pendapatan Hibah atas penerimaan tahun anggaran yang lalu
– dibukukan sebagai pengurang ekuitas.

ADHIRAYAKTA 2021 4
AKPEM II – WEEK 11
9``

I. PENGUKURAN PENDAPATAN HIBAH


• Pendapatan Hibah dalam bentuk uang
o dicatat sebesar nilai nominal hibah yang diterima
• Pendapatan Hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga
o dicatat sebesar nilai nominal hibah yang diterima pada saat terjadi serah
terima barang/jasa/surat berharga.
o Dalam hal nilai nominal tidak diketahui, UAKPA penerima hibah dapat
melakukan estimasi nilai wajarnya.
➢ Pendapatan Hibah dilaksanakan berdasarkan azas Bruto:

a. Membukukan penerimaan bruto, dan

b. Tidak mencatat jumlah neto

J. TRANSAKSI TERKAIT HIBAH LANGSUNG UANG


No Transaksi Dokumen

1. Penandatanganan NPH NPH

2. Kas dari donor diterima pada Rekening Penampung Rekening Koran


Hibah
3. Pengajuan Nomer Register Ke DJPPR Nomer Register

4. Permohonan Persetujuan Pembukaan Rekening Surat Persetujuan


kepada DJPB
5. Revisi DIPA DIPA Revisi

6. Belanja Berang/Modal/Jasa BAST/kuitansi/dafnom

7. Pengesahan Pendapatan SPHL

8. Pengesahan Belanja SPHL

ADHIRAYAKTA 2021 5
AKPEM II – WEEK 11
9``

K. PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG UANG

o Dokumen Pengesahan:
▪ SP2HL (Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung)
▪ SPHL (Surat Pengesahan Hibah Langsung)
o Lampiran:
▪ Copy rekening atas rekening hibah
▪ SPTMHL
▪ SPTJM
▪ Copy surat persetujuan pembukaan rekening untuk pengajuan SP2HL
pertama kali

L. TAHAPAN PENGESAHAN HIBAH LANGSUNG BENTUK B/J


1. BAST dan Penatausahaan Dokumen Pendukung
2. Permohonan Nomor Register
3. Pengajuan SP3HL BJS
4. Pengajuan MPHL JS

M. AKUNTANSI HIBAH YANG DITERIMA DALAM BENTUK VALAS


• Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang rupiah dengan
menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs transaksi.
• Terhadap pendapatan hibah dalam bentuk uang yang diterima dalam valas, satker
disarankan untuk mengkonversi seluruh valas dalam mata uang rupiah.

ADHIRAYAKTA 2021 6
AKPEM II – WEEK 11
9``
• Pendapatan yang disahkan sebesar realisasi jumlah rupiah berdasarkan hasil konversi.
• Dengan demikian maka tidak akan terjadi selisih kurs

N. JURNAL STANDAR

1) JURNAL ANGGARAN

Jurnal anggaran dilakukan pada saat diterbitkannya Undang-Undang APBN, Undang-


Undang APBN-P, dan DIPA.

a) Jurnal APBN
K Estimasi Pendapatan Hibah xxx
Estimasi pendapatan hibah digunakan untuk mencatat anggaran Pendapatan
Hibah berdasarkan APBN/ APBN-P.
D Apropriasi Belanja Hibah xxx
Apropriasi belanja hibah digunakan untuk mencatat anggaran Belanja Hibah
berdasarkan APBN/ APBN-P.
b) Jurnal DIPA
K Estimasi Pendapatan Hi bah yang dialokasikan xxx
Estimasi pendapatan hibah yang dialokasikan digunakan untuk mencatat
estimasi Pendapatan Hibah oleh UAKPA-BUN Pengelolaan Hibah berdasarkan
DIPA.
D Allotment Belanja Hibah xxx
Allotment belanja hibah digunakan untuk mencatat alokasi Belanja Hibah oleh
UAKPA-BUN Pengelolaan Hibah berdasarkan DIPA.
c) Jurnal Revisi/Penyesuaian DIPA
K Estimasi Pendapatan Hi bah yang dialokasikan xxx
Estimasi pendapatan hibah yang dialokasikan digunakan untuk mencatat
penyesuaian estimasi Pendapatan Hibah yang dialokasikan pada . UAKPA-BUN
Pengelolaan Hibah berdasarkan DIPA Revisi.
D Allotment Belanja xxx

Allotment belanja digunakan untuk mencatat penyesuaian alokasi belanja yang


akan dibiayai dengan hibah pada satker penerima hibah berdasarkan DIPA
Revisi.
ADHIRAYAKTA 2021 7
AKPEM II – WEEK 11
9``
2) JURNAL TRANSAKSI HIBAH LANGSUNG-UANG

1. Jurnal Penerimaan Kas

BB Kas di UAKPA BUN Tidak ada jurnal

BB Akrual di UAKPA BUN Tidak ada jurnal

BB Kas di satker Tidak ada jurnal

BB Akrual di satker D Kas Lainnya di K/L dari hibah xxx

K Pendapatan Hibah yang Belum disahkan xxx

2. Jurnal Pengesahan Pendapatan Hibah

BB Kas di UAKPA BUN D Diterima dari entitas lain xxx

K Pendapatan Hibah-LRA xxx

BB Akrual di UAKPA BUN D Diterima dari entitas lain xxx

K Pendapatan Hibah-LO xxx

BB Kas di satker Tidak ada jurnal

BB Akrual di satker D Pendapatan Hibah yang Belum disahkan xxx

K Pengesahan Hibah xxx

ADHIRAYAKTA 2021 8
AKPEM II – WEEK 11
9``
3) JURNAL TRANSAKSI HIBAH LANGSUNG-BARANG/JASA

1. Jurnal Pencatatan persediaan/aset tetap, aset lainnya

BB Kas di UAKPA BUN Tidak ada jurnal

BB Akrual di UAKPA BUN Tidak ada jurnal

BB Kas di satker Tidak ada jurnal

BB Akrual di satker D Persediaan/aset tetap yang belum xxx


diregister/aset lainnya

K Pendapatan Hibah yang Belum xxx


disahkan

2. Jurnal pencatatan jasa

Tidak ada jurnal

3. Jurnal pengesahan atas peneriman hibah dalam bentuk barang/jasa

BB Kas di UAKPA BUN Tidak ada jurnal

BB Akrual di UAKPA BUN D Diterima dari entitas lain xxx

K Pendapatan hibah-LO xxx

BB Kas di satker Tidak ada jurnal

BB Akrual di satker D Pendapatan hibah yang belum disahkan xxx

K Pengesahan hibah xxx

ADHIRAYAKTA 2021 9
AKPEM II – WEEK 11
9``
4) JURNAL REALISASI PENERIMAAN HIBAH

Hibah melalui Kuasa BUN-Uang

ADHIRAYAKTA 2021 10
AKPEM II – WEEK 11
9``
5) JURNAL REALISASI PENGEMBALIAN HIBAH

ADHIRAYAKTA 2021 11
AKPEM II – WEEK 11
9``

ADHIRAYAKTA 2021 12
AKPEM II – WEEK 11
9``
LATIHAN SOAL:
1. Pengakuan pendapatan hibah dalam bentuk surat berharga yaitu pada saat.....
a. Saat timbulnya hak atas pendapatan hibah
b. Saat pengesahan oleh Kuasa BUN
c. Saat dibukukan sebagai pengurang ekuitas
d. Saat kas diterima di RKUN

2. Pendapatan hibah dalam bentuk uang yang diterima dalam valas, maka satker disarankan
untuk....
a. Langsung dibukukan
b. Langsung disahkan oleh KPPN
c. Melakukan pengajuan SP3HL
d. Mengonversi seluruh valas dalam mata uang rupiah

3. Bagaimanakah jurnal pencatatan pendapatan hibah dalam buku besar akrual dimana
pencairannya melalui Kuasa BUN dengan mekanisme RKUN dan Reksus?
a. Pendapatan hibah yang ditangguhkan xxx
Pendapatan hibah xxx
b. Akun transito xxx
Pendapatan hibah yang ditangguhkan xxx
c. Diterima dari entitas lain xxx
Pendapatan hibah xxx
d. Pendapatan hibah xxx
Diterima dari entitas lain xxx

Ilmu seperti udara. Ia begitu banyak di sekeliling

kita. Kamu bisa mendapatakannya dimanapun dan

kapan pun.

- Socrates -

Sumber :
1. PPT AKPEM II dari Tim Dosen PKN STAN Jakarta

ADHIRAYAKTA 2021 13
AKPEM II – WEEK 14

PERTEMUAN 14
TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
AKPEM II – WEEK 14

TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA


A. KEBIJAKAN UMUM TKDD
1. TREN TKDD TAHUN ANGGARAN 2016-2021

2. RESPON TKDD DALAM PENANGANAN COVID-19


Sebelum covid-19
TKDD diarahkan untuk mendukung perbaikan kualitas layanan dasar publik di daerah,
akselerasi daya saing, dan mendorong belanja produktif yang dapat meningkatkan aset
daerah

Setelah covid-19
Mendukung dan Mendorong Pencegahan/ Penanganan Dampak COVID-19 di daerah

3. DUKUNGAN KEPADA DAERAH


• Memberikan dana kepada daerah terkait penanganan covid-19 untuk kesehatan,
jaring pengaman sosial dan UMKM
• Penerbitan PMK 19/2020 dan KMK 6/2020 yang mengatur penggunaan TKDD untuk
pencegahan dan pengamanan covid-19
• Penerbitan permendagri 20/2020 sebagai petunjuk penggunaan APBD dalam
pencegahan dan pengamanan covid-19
• Kebijakan TKDD dalam rangka penyelamatan keuangan dan perekonomian negara
dalam kondisi kegentingan
• Kebijakan TKDD dalam mendukung pemulihan ekonomi kepada pemda

ADHIRAYAKTA 2021 2
AKPEM II – WEEK 14

4. RESPON TKDD DALAM PENANGANAN COVID-19


• Mandatory spending via DAU utk anggaran kesehatan diprioritaskan penggunaanya
utk kegiatan pencegahan dan/atau penanganan COVID-19
• Penyesuaian dan penajaman penggunaan pada jenis DBH earmarked kesehatan
(CHT dan Migas Otsus) dan DBH SDA blockgrant (non Kehutanan) yg dapat
digunakan untuk kegiatan pencegahan dan/atau penanganan COVID-19
• Prioritas penggunaan DID untuk kegiatan pencegahan dan/atau penanganan
COVID-19 dan relaksasi penyalurannya menjadi sekaligus utk bidang kesehatan
• Relaksasi pelaksanaan DAK Fisik Sub Bidang Kesehatan dengan kemudahan
perubahan menu/kegiatan untuk penanggulangan COVID-19
• Relaksasi pelaksanaan Dana BOK dengan kemudahan perubahan menu/kegiatan
untuk penanggulangan COVID-19

5. ARAH KEBIJAKAN TKDD TAHUN 2021


• Mendukung pemulihan ekonomi melalui pembagunan aksesibilitas dan konektivitas
Kawasan sentra pertumbuhan ekonomi, dukungan insentif kepada daerah untuk
menarik investasi, perbaikan system pelayanan investasi dan dukungan terhadap
UMKM
• Mensinergikan TKDD dan belanja K/L
• Mendorong belanja infrastruktur daerah serta kerja sama antar daerah untuk
mendukung pencapaian target RPJMD
• Mendesain pengelolaan TKDD
• Meningkatkan kinerja anggaran TKDD dan melakukan reformasi APBD

6. KEBIJAKAN DANA DESA


• Reformasi pengalokasian dan penyaluran dana desa
• Fokus untuk pemulihan perekonomian desa
• Mendukung pengembangan sector prioritas

ADHIRAYAKTA 2021 3
AKPEM II – WEEK 14

B. AKUNTANSI TKDD
1. RUANG LINGKUP TKDD

Transfer Ke
Daerah dan Dana
Desa (TKDD)

Transfer ke
Dana Desa
Daerah

Dana Otsus dan


Dana Dana Insentif
Keistimewaan
Perimbangan Daerah
DIY

2. RUANG LINGKUP DANA PERIMBANGAN

Dana
Perimbangan

Dana Transfer Dana Transfer


Umum Khusus

Dana Alokasi Dana Bagi


DAK Fisik DAK Non Fisik
Umum Hasil

3. RUANG LINGKUP DANA BAGI HASIL

Dana Bagi
Hasil

Pajak Sumber Daya


Alam

Migas

PPh Ps 21 dan Cukai Hasil Perikanan


PBB
PPh WPOPDN Tembakau

Kehutanan

Minerba

Panas Bumi

ADHIRAYAKTA 2021 4
AKPEM II – WEEK 14

4. DEFINISI TRANSFER DAN TKDD


TRANSFER
Penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas
pelaporan lain, termasuk dana perimbangan, dana otonomi khusus, dan dana
penyesuaian serta dana bagi hasil milik pemda. (PMK 225/2019 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Pusat).
TKDD
bagian dari belanja negara yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah dan desa dalam
rangka mendanai pelaksanaan urusan yang telah diserahkan kepada daerah dan desa
(PMK 83/2018 tentang SATD).

5. PERKEMBANGAN KEBIJAKAN AKUNTANSI TKDD


2019 [PMK 120/2009]
- Basis kak menuju akrual
- Komponen LK: LRA, Neraca, CaLK
- LK disusun semesteran dan tahunan

2015 [PMK 263/2014]

- Basis akrual
- Ada pengakuan piutang dan utang TKDD
- Komponen LK: LRA, LO, LPE, Neraca, CaLK
- LK disusun semesteran dan tahunan

2017 [PMK 216/2016]

- Basis akrual
- Ada reklasifikasi piutang/kewajiban menjadi piutang/utang yg definitif
- LK bulanan: LRA & Neraca, LK semesteran & tahunan: LRA, LO, LPE, Neraca dan
CaLK

2019 [OMK 83/2018]

- Basis Akrual
- Ada UAKKPA yang dilaksanakan oleh Dit. Pelaksana Anggaran

ADHIRAYAKTA 2021 5
AKPEM II – WEEK 14

- Proses Akuntansi TKDD mencakup beban dan realisasi TKDD, piutang dan utang
TKDD serta transaksi transitoris
- LK bulanan: LRA, Neraca, & CaLK sedangkan LK semesteran & tahunan: LRA, LO,
LPE, Neraca dan CaLK

6. DOKUMEN SUMBER

Beban •Resume tagihan (SPP/SPM)


TKDD •Penetapan PMK KB

Realisasi
•Terbitnya SP2D
TKDD

Piutang
•Penetapan PMK LS
TKDD

Utang
•Penetapan PMK KB
TKDD

7. PROSES BISNIS PENCATATAN AKUNTANSI BEBAN DAN REALISASI TKDD

ADHIRAYAKTA 2021 6
AKPEM II – WEEK 14

8. PROSES BISNIS PENCATATAN AKUNTANSI PIUTANG TKDD

9. PROSES BISNIS PENCATATAN AKUNTANSI KEWAJIBAN TKDD

ADHIRAYAKTA 2021 7
AKPEM II – WEEK 14

C. IMPLEMENTASI AKUNTANSI TKDD

1. STRUKTUR UNIT AKUNTANSI DAN PELAPORAN TKDD

2. PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TKDD

3. PENGAKUAN, PENGUKURAN, DAN PENGUNGKAPAN

a) Pengakuan
✓ Beban: ketika SPM terekam di SPAN atau SPP (DAKF, DD, BOS) terbit;
✓ Utang/Piutang: ketika PMK KB/LS berlaku;

ADHIRAYAKTA 2021 8
AKPEM II – WEEK 14

✓ Utang/Piutang Estimasi: ketika data penerimaan pajak dan PNBP audited


diketahui
b) Pengukuran
✓ Beban = Penyaluran + Kurang Bayar – Pengembalian;
✓ Utang/Piutang = nilai yg tercantum di PMK KB/LS;
✓ Utang/Piutang Estimasi = nilai selisih penerimaan pajak dan PNBP audited
dengan TKDD yang sudah disalurkan
c) Pengungkapan
✓ Kebijakan Akuntansi;
✓ Naik/turun tiap akun,
✓ Rincian per sub akun,
✓ Rincian per daerah,
✓ Pengungkapan penting lainnya

LATIHAN SOAL
1. Bagian dari belanja negara yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah dan desa dalam
rangka mendanai pelaksanaan urusan yang telah diserahkan kepada daerah dan desa,
disebut...
a. Dana Alokasi Umum
b. Transfer ke Daerah dan Dana Desa
c. Badan Layanun Umum
d. Dana Bagi Hasil

2. Dokumen sumber yang dibutuhkan untuk akuntansi utang TKDD adalah....


a. SPP/SPM
b. SP2D
c. PMK LS
d. PMK KB

3. Subdit Pelaksanaan Transfer menerbitkan SPP/SPM untuk mentransfer DAU dengan besaran
bruto sebesar Rp 850.000 dan dipotong sebesar Rp220.000 untuk lebih salur DBH Migas. Maka
jurnalnya adalah....
a.
BB Akrual BB Kas
Beban DAU 850.000
Transfer ke daerah 850.000
ymhd

ADHIRAYAKTA 2021 9
AKPEM II – WEEK 14

b.
BB Akrual BB Kas
Piutang transfer ke 1.070.000
daerah
Beban DBH Minyak 850.000
Bumi
Beban DBH Gas 220.000
Bumi

c.
BB Akrual BB Kas
Beban DAU 1.070.000
Transfer ke 1.070.000
daerah ymhd

d.
BB Akrual BB Kas
Diterima dari Entitas 850.000 Diterima dari Entitas 850.000
Lain (E/L) Lain (E/L)
Penerimaan Kembali 850.000 Penerimaan Kembali 850.000
TKDD TAYL TKDD TAYL

Allah tidak membebani seorang hamba-Nya

melainkan sesuai dengan kemampuannya.

[Surat Al-Baqarah:286]

Sumber :
1. PPT AKPEM II dari Tim Dosen PKN STAN Jakarta

ADHIRAYAKTA 2021 10
AKPEM II – WEEK 15

PERTEMUAN 15
SISTEM AKUNTANSI PUSAT

Disusun oleh:

1. Siti Aslamah Hidayatudiniyah


2. Sonia Eka Oktavia
3. Tiara Rinayu Sunsatyasih

ADHIRAYAKTA 2021 1
AKPEM II – WEEK 15

SISTEM AKUNTANSI PUSAT


A. SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PUSAT
• UAKBUN Daerah
KPPN, kecuali KPPN Khusus Investasi
• UAKBUN Kanwil
Kanwil DJPB
• UAKBUN Pusat
Direktorat Pengelolaan Kas Negara DJPB
• UAKBUN AP
Direktorat Pengelolaan Kas Negara DJPB
• KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
LAK, LPE, Neraca, CaLK

B. KARAKTERISTIK SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PUSAT


• Merupakan serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari
pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi
keuangan, dan operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku BUN.
• Dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa BUN.
• Memproses transaksi keuangan terkait pelaksanaan kewenangan pengelolaan dan
penatausahan penerimaan dan pengeluaran kas negara pada Kuasa BUN dengan
menggunakan sistem aplikasi terintegrasi.
• Melakukan proses akuntansi atas aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, belanja, transfer
ke daerah dan dana desa, penerimaan dan pengeluaran pembiayaan, penerimaan dan
pengeluaran transitoris, serta pengembalian dalam rangka penyusunan laporan
pertanggungjawaban Kuasa BUN
• Menghasilkan laporan keuangan lainnya untuk kebutuhan manajerial seperti rekonsiliasi,
monitoring penyerapan, dan kebutuhan manajerial lainnya

C. KUASA BUN
• Ditunjuk oleh Menteri Keuangan selaku BUN untuk melaksanakan tugas kebendaharaan
dalam rangka pelaksanaan anggaran dalam wilayah kerja yang telah ditetapkan.

ADHIRAYAKTA 2021 2
AKPEM II – WEEK 15

Tugas kebendaharaan: menerima, menyimpan, membayar atau menyerahkan,


menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang dan surat berharga yang berada
dalam pengelolaannya.
• Melaksanakan penerimaan dan pengeluaran Kas Negara sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Kuasa Bendahara Umum Negara melakukan pembayaran tagihan pihak ketiga
sebagai pengeluaran anggaran berdasarkan perintah membayar dari Kuasa Pengguna
Anggaran
• Fungsi Kuasa BUN pada Ditjen Perbendaraan dilaksanakan oleh Direktorat Pengelolaan
Kas Negara (PKN) sebagai Kuasa BUN Pusat dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara (KPPN) sebagai Kuasa BUN di Daerah

• Tidak termasuk lingkup Kuasa BUN adalah KPPN Khusus Investasi yang berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Direktur Sistem Manajemen Investasi (SMI).

D. ENTITAS AKUNTANSI

UAPBUN-AP
DIREKTORAT PKN

UAKKBUN-KANWIL UAKBUN-KHUSUS UAKBUN-PUSAT


KPPN KHUSUS DIREKTORAT PKN
PENERIMAAN (PENGELOLAAN REK
KPPN KHUSUS TERPUSAT)
PINJAMAN & HIBAH
UAKBUN-DAERAH

ADHIRAYAKTA 2021 3
AKPEM II – WEEK 15

1. KPPN SELAKU UAKBUN DAERAH


• Melaksanakan sebagian kewenangan perbendaharaan dan Kuasa BUN yaitu
menyalurkan dana atas beban anggaran dan melakukan penatausahaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Melakukan proses akuntansi, rekonsiliasi, dan penyusunan laporan keuangan
tingkat UAKBUN-Daerah untuk disampaikan ke UAKKBUN Kanwil, kecuali laporan
keuangan KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah serta laporan keuangan KPPN Khusus
Penerimaan disampaikan bukan ke UAKKBUN-Kanwil tetapi ke UAPBUN AP.
2. KANWIL DJPBN SELAKU UAKKBUN-KANWIL
• Pembinaan dan pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah di
wilayahnya.
• Menggabungkan data dan laporan keuangan tingkat UAKBUN-Daerah yang berada
dalam wilayah kerjanya, melakukan rekonsiliasi, dan menyusun laporan keuangan
tingkat UAKKBUN-Kanwil untuk disampaikan ke UAPBUN AP.
3. DIREKTORAT PKN SELAKU UAKBUN-PUSAT
• Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
pengelolaan kas negara
• Melakukan proses akuntansi, rekonsiliasi dan penyusunan laporan keuangan
tingkat UAKBUN-Pusat untuk disampaikan ke UAPBUN AP.
4. DJPBN SELAKU UAPBUN AP
Melakukan rekonsiliasi dan konsolidasi data dan laporan keuangan dari UAKKBUN-Kanwil,
KPPN Khusus Penerimaan, KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah, dan UAKBUN-Pusat dalam
rangka menyusun laporan keuangan tingkat UAPBUN AP untuk disampaikan ke UABUN.

E. SENTRALISASI DATA
Di dalam masing-masing UAKBUN terdapat transaksi pengeluaran (SP2D), penerimaan
(setoran PNBP satker), dan kiriman uang (antar KPPN) yang selanjutnya akan dibuat GL KPPN
untuk kemudiaN dibuat GL Konsoliadasi.

ADHIRAYAKTA 2021 4
AKPEM II – WEEK 15

F. KERANGKA SIAP

G. PROSES BISNIS TRANSAKSI

1. Pada KPPN Daerah Selaku UAKBUN-Daerah

ADHIRAYAKTA 2021 5
AKPEM II – WEEK 15

2. Pada KPPN Khusus Penerimaan Selaku UAKBUN-Khusus

3. Pada KPPN Khusus Pinjaman & Hibah Selaku UAKBUN-Khusus

4. Pada Direktorat PKN Selaku UAKBUN-Pusat

ADHIRAYAKTA 2021 6
AKPEM II – WEEK 15

5. Penggunaan Aplikasi Terintegrasi

• Aplikasi SPAN
Aplikasi SPAN sebagai sIstem yang mengintegrasikan seluruh entitas BUN.
• DIT APK (Admin GL SPAN)
Mengelola prosedur open-close period baik di level subledger maupun GL.
• Pengelola MPN & PHLN (KPPN KHUSUS)
Data penerimaan pada rek persepsi KPPN Khusus Penerimaan dan data PHLN yang
diproses oleh KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah di-sharing ke seluruh KPPN mitra satker.
• Operating Unit (KPPN DAERAH)
KPPN Daerah mendapat akses data belanja yang diproses walaupun dibayar di Dit. PKN
serta mendapat akses data penerimaan walaupun melalui rek persepsi KPPN Khusus
Penerimaan.
• Pengelola RPKBUN P & RETUR (DIT PKN (BUN PUSAT))
Data belanja yang dibayarkan melalui RPKBUN P dan returnya di-sharing ke seluruh KPPN
mitra satker.
• Konsolidator (KANWIL & DIT PKN (KONSON))
Kanwil DJPb dan Dit. PKN selaku konsolidator secara real time dapat melakukan
konsolidasi data Kuasa BUN

H. DOKUMEN SUMBER
• Surat Perintah Membayar (SPM) / Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
• Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL)/ Surat Pengesahan Hibah Langsung
(SPHL)
• Surat Perintah Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung (SP4HL)/ Surat Pengesahan
Pengembalian Hibah Langsung (SP3HL)
• Notice of Disbursment (NoD)
• Surat Perintah Pengesahan Pembukuan (SP3)
• Surat Perintah Pembukuan Penarikan PHLN (SP4HLN)
• Warkat Pembebanan Rekening (WPR)
• Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B BLU) / Surat Pengesahan
Pendapatan dan Belanja LU (SP2B BLU)

ADHIRAYAKTA 2021 7
AKPEM II – WEEK 15

• Surat Setoran Pajak (SSP)


• Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
• Surat Setoran pengembalian Belanj a (SSPB)
• Surat Setoran Bea dan Cukai (SSBC)
• Bilyet Giro
• Nota Debet, Surat Perintah Transfer (SPT) , Nota Kredit, dan Rekening Koran
• Memo Penyesuaian, dan
• Dokumen sumber lainnya yang sah.

I. PENGAKUAN
1. Pendapatan dan pengembalian belanja diakui pada saat:

o Kas diterima di rekening Kuasa BUN Pusat/Daerah sebesar nilai bruto yang
tercantum di dalam dokumen sumber penerimaan
o Pengesahan, sebesar nilai bruto yang tercantum di dalam dokumen sumber
pengesahan atau
o Terbit SP2D untuk penerimaan pendapatan melalui potongan SPM, sebesar nilai
bruto yang tercantum di dalam SPM.

2. Belanja, TKDD, dan pengembalian pendapatan diakui pada saat:

o Kas keluar dari rekening Kuasa BUN Pusat/Daerah, sebesar nilai bruto yang
tercantum di dalam dokumen sumber pengeluaran
o Pengesahan oleh Kuasa BUN Daerah, sebesar nilai bruto yang tercantum di dalam
dokumen sumber pengesahan atau
o Terbit SP2D untuk pengeluaran melalui SPM dengan jumlah pembayaran nihil,
sebesar nilai bruto yang tercantum di dalam SPM.

J. PENYAJIAN
• Aset, kewajiban, dan ekuitas yang timbul akibat transaksi penerimaan dan pengeluaran
tersebut dicatat dan disajikan di dalam Neraca.
• Neraca terutama menggambarkan posisi kas pada tanggal pelaporan seperti Kas di BI, Kas
di KPPN, Kas Dalam Transito, Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas pada BLU, dan lain-lain.

ADHIRAYAKTA 2021 8
AKPEM II – WEEK 15

• kewajiban yang disajikan di Neraca pada umumnya terkait dengan penerimaan kas di
rekening Kuasa BUN tetapi melekat kewajiban kepada pihak ketiga seperti penerimaan
dana retur SP2D.

K. UNSUR-UNSUR LK
1. Neraca
menggambarkan pengaruh dari transaksi penerimaan dan pengeluaran kas,
potongan SPM, dan pengesahan terhadap aset, kewajiban, dan ekuitas.

2. Laporan Arus Kas (LAK)

menyajikan aliran kas masuk dan kas keluar berdasarkan aktivitas operasi, aktivitas
investasi, aktivitas pendanaan, dan aktivitas transitoris yang melalui/dari rekening milik
BUN, potongan SPM, dan yang tidak melalui rekening milik BUN tetapi menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku harus mendapatkan pengesahan dari Kuasa BUN

3. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

LPE merupakan laporan keuangan yang menyajikan informasi kenaikan atau


penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

L. TRANSAKSI YANG TIDAK MELALUI REKENING MILIK BUN TETAPI MENURUT


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU HARUS MENDAPATKAN
PENGESAHAN DARI KUASA BUN, antara lain:
1. Pendapatan dan belanja pada BLU
2. Pendapatan dan belanja yang bersumber dari hibah langsung dalam bentuk uang pada
Kementerian Negara/Lembaga, dan
3. Pendapatan atau penerimaan pembiayaan dan belanja yang bersumber dari hibah atau
pinjaman luar negeri/dalam negeri yang oleh pihak pemberi pinjaman dan hibah luar
negeri/dalam negeri tidak disalurkan melalui rekening milik BUN tetapi langsung
digunakan untuk mendanai belanja entitas kepada rekanan yang ditunjuk.

M. JURNAL STANDAR
• Jurnal Standar Saldo Awal
Dilakukan pada saat penyusunan neraca untuk pertama kali.

ADHIRAYAKTA 2021 9
AKPEM II – WEEK 15

• Jurnal Standar Realisasi Pendapatan

Akun Dr Cr
Kas XXX
Diterima dari Entitas Lain XXX

• Jurnal Standar Realisasi Belanja

Akun Dr Cr
Ditagihkan ke Entitas Lain XXX
Kas XXX

• Jurnal Standar PFK

Akun Dr Cr
Kas XXX
Penerimaan PFK XXX

Akun Dr Cr
Pengeluaran PFK XXX
Kas XXX

• Jurnal Standar Penerimaan Pemindahbukuan/ Kiriman Uang

Akun Dr Cr
Kas XXX
Penerimaan Pemindahbukuan/Kiriman Uang XXX

ADHIRAYAKTA 2021 10
AKPEM II – WEEK 15

Akun Dr Cr
Pengeluaran Pemindahbukuan/Kiriman Uang XXX
Kas XXX

• Jurnal Standar Transito (Uang Persediaan)

Akun Dr Cr
Kas XXX
Penerimaan Transito XXX

Akun Dr Cr
Pengeluaran Transito XXX
Kas XXX

❖ CATATAN AKUNTANSI:
1. Pengeluaran SP2D: dicatat oleh KPPN Daerah dan Dit. PKN.
a. Pengeluaran SP2D (Belanja)
Jurnal (cash & accrual ledger)
Kode Akun Akun Debit Kredit
511111 Belanja gaji pokok PNS xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx
313121 Diterima dari Entitas Lain xxx
111152 Kas di Rek. Pengeluaran Kuasa BUN Pusat SPAN - Gaji xxx

b. Pengeluaran SP2D (UP/TP)


Jurnal Finansial
Kode Akun Akun Debit Kredit
111611 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx
313121 Diterima dari Entitas Lain xxx
111152 Kas di Rek. Pengeluaran Kuasa BUN Pusat SPAN - Gaji xxx

Jurnal Anggaran

Kode Akun Akun Debit Kredit


825111 Pengeluaran Uang Persediaan xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx

ADHIRAYAKTA 2021 11
AKPEM II – WEEK 15

313121 Diterima dari Entitas Lain xxx


111152 Kas di Rek. Pengeluaran Kuasa BUN Pusat SPAN - Gaji xxx

2. Pengesahan (BLU, Hibah, SPM Nihil, PHLN): dicatat oleh KPPN Daerah, KPPN Khusus,
dan Dit. PKN.
a. Pengesahan BLU
Jurnal (Cash & Accrual Ledger)
Kode Akun Akun Debit Kredit
525111 Beban Gaji dan Tunjangan xxx
111911 Kas dan Bank - BLU xxx
111911 Kas dan Bank - BLU xxx
424111 Pedapatan Jasa Pelayanan xxx

b. Pengesahan Hibah Langsung – Uang


Jurnal (Cash & Accrual Ledger)
Kode Akun Akun Debit Kredit
521211 Beban .... xxx
111822 Kas Lainnya di K/L dari Hibah xxx
111822 Kas Lainnya di K/L dari Hibah xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx
313121 Diterima dari Entitas Lain
431131 Pendapatan Hibah DN Langsung - Uang

c. Pengesahan SP2D Nihil


Jurnal Finansial
Kode Akun Akun Debit Kredit
521211 Beban .... xxx
111611 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx

Jurnal Anggaran
Kode Akun Akun Debit Kredit
521211 Beban .... xxx
815111 Penerimaan Pengembalian UP xxx

d. Pengesahan PHLN
Jurnal (Cash Ledger)
Kode Akun Akun Debit Kredit
521211 Beban .... xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx
ADHIRAYAKTA 2021 12
AKPEM II – WEEK 15

313121 Diterima dari Entitas Lain xxx


111152 Kas di Rek. Pengeluaran Kuasa BUN Pusat SPAN - Gaji xxx
111512 Kas di Rek. Pengeluaran Kuasa BUN Pusat SPAN - Gaji xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx
313121 Diterima dari Entitas Lain xxx
719999 ...... xxx

Jurnal (Accrual Ledger)


Kode Akun Akun Debit Kredit

313121 Diterima dari Entitas Lain xxx


219999 ........ xxx

3. Penerimaan Modul Penerimaan Negara (MPN): dicatat oleh KPPN Daerah dan KPPN
Khusus.
Jurnal (Cash & Accrual Ledger)
Kode Akun Akun Debit Kredit
111422 Kas di Rek. Penerimaan xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx
313121 Diterima dari Entitas Lain xxx
425999 Pedapatan Anggaran Lain-lain xxx

4. Antar KPPN (Retur): dicatat oleh KPPN Daerah, KPPN Khusus, dan Dit. PKN.
Retur SP2D
Jurnal Anggaran
Kode Akun Debit Kredit
Akun
111322 Kas Pemerintah yg ada di K/L xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx
313121 Diterima dari Entitas Lain xxx
817111 Penerimaan Non Anggaran Pihak Ketiga karena xxx
kesalahan Rekening

Jurnal Finansial

Kode Akun Akun Debit Kredit


111322 Kas Pemerintah yg ada di K/L xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx
313121 Diterima dari Entitas Lain xxx
212191 Utang kpd Pihak Ketiga Lainnya xxx

ADHIRAYAKTA 2021 13
AKPEM II – WEEK 15

5. Adjustment (Selisih Kurs): dicatat oleh KPPN Daerah, KPPN Khusus, dan Dit. PKN.
Selisih Kurs Pengelolaan Kas BUN
Jurnal (Pendapatan)
Kode Akun Akun Debit Kredit
111111 Kas di Rekening KUN dlm Rupiah xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx
313121 Diterima dari Entitas Lain xxx
491111 Pendapatan selisih kurs yg blm terealisasi xxx

Jurnal (Beban)

Kode Akun Akun Debit Kredit


313121 Diterima dari Entitas Lain xxx
111111 Kas di Rekening KUN dlm Rupiah xxx
596111 Kerugian Pelepasan Aset xxx
313111 Ditagihkan ke Entitas Lain xxx

LATIHAN SOAL

1. Yang bertindak sebagai UAKBUN-Daerah yaitu....


a. KPPN
b. Direktorat PKN
c. Kanwil DJPB
d. DJPB

2. Laporan Keuangan yang tidak dihasilkan oleh SiAP, yaitu.....


a. Neraca
b. LO
c. LRA
d. LPE

3. Dibawah ini, manakah yang termasuk sistem akuntansi BUN sebagai pengelola kas, yaitu....
a. SAUP
b. SiAP
c. SiKUBAH
d. SATK

ADHIRAYAKTA 2021 14
AKPEM II – WEEK 15

4. Dalam hal akuntansi penerimaan MPN, maka akan dicatat oleh....


a. KPPN Pusat dan KPPN Daerah
b. KPPN Daerah, KPPN Khusus, dan Dit. PKN
c. KPPN Pusat dan Dit. PKN
d. KPPN Daerah dan KPPN Khusus

5. Laporan Keuangan yang mengambarkan pengaruh dari transaksi penerimaan dan pengeluaran
kas, potongan SPM, pengesahan aset, kewajiban, dan ekuitas, adalah...
a. Neraca
b. LRA
c. LAK
d. LPE

“Ilmu sejati adalah seperti barang berharga lainnya, ia tidak


bisa diperoleh dengan mudah. Ia harus diusahakan,
dipelajari, dipikirkan, dan lebih dari itu, harus disertai doa.”

Tetap saling mendoakan yaaa akunisti dan jaga ibadah


kalian serta jaga kesehatan ☺

SEMANGAT UAS AKUNISTI!!!

Sumber :
1. PPT AKPEM II dari Tim Dosen PKN STAN Jakarta

ADHIRAYAKTA 2021 15
Dimar
• Gambaran Umum
• Basis Akuntansi
• Proses Bisnis
• Perbedaan dengan Satker
non-BLU
• Laporan Keuangan BLU
• Penghentian BLU
• PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 217/PMK.05/2015 tentang
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 220/PMK.05/2016 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan
Layanan Umum
• PMK Nomor 42/PMK.05/2017 tentang
Perubahan atas PMK Nomor 220/PMK.05/2016
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-
211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun
pada Bagan Akun Standar
Pengertian
Badan layanan umum (BLU) adalah instansi
di lingkungan pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas

Karakteristik
1. Berkedudukan sebagai instansi pemerintah
(kekayaan negara yang tidak dipisahkan)
2. Menghasilkan barang/jasa yang seluruh/
sebagian dijual kepada masyarakat
3. Tidak mengutamakan mencari keuntungan
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip
efisiensi dan produktivitas ala korporasi
Fleksibilitas
1. Pendapatan dapat digunakan langsung
setelah melakukan pengesahan ke KPPN
2. Flexible budget dengan ambang batas
3. Investasi jangka pendek untuk pengelolaan
kas
4. Melakukan utang jangka pendek
5. Surplus dapat digunakan pada tahun
anggaran berikutnya dan defisit ditutup
dari APBN
6. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan
profesional non-PNS
7. Pengelolaan barang dapat dikecualikan
dari aturan umum pengadaan
8. Hasil pengelolaan kas pemanfaatan idle
cash sepenuhnya untuk BLU

Tujuan
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Kewajiban
1. Menyusun tarif layanan BLU
2. Menyusun dokumen perencanaan dan
pelaksanaan anggaran (Renstra, RBA,
RKA K/L, dan DIPA)
3. Menyusun sistem akuntansi
4. Menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan SAK
5. Menyusun dan menyampaikan laporan
keuangan SAP
6. Melakukan pengesahan pendapatan dan
belanja operasional ke KPPN
7. Audit laporan keuangan SAK oleh
pemeriksa eksternal
8. Membentuk dewan pengawas
9. Menyusun SOP pengelolaan keuangan
10. Mengelola rekening lainnya BLU secara
tertib
BLU PNBP
• Boleh memakai uang yang diterima • Tidak boleh memakai uang yang
secara langsung diterima secara langsung
• Boleh mengangkat pegawai non-PNS • Pegawai hanya boleh berstatus PNS
untuk mengisi posisi tertentu dalam • Dokumen penganggaran berupa RKA
rangka meningkatkan kecepatan K/L
kinerja organisasi
• Dokumen penganggaran berupa RKA
K/L dan rencana bisnis dan anggaran
(RBA)
• Adanya kontrak kinerja pegawai untuk
meningkatkan efektivitas dan motivasi https://klc.kemenkeu.go.
id/pusap-perbedaan-
antara-satker-blu-dan-
satker-pnbp/
• Akuntansi berbasis akrual awalnya
berdasar pada PSAK 45 tentang
Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba digunakan untuk transaksi
secara umum
• Akuntansi berbasis akrual yang
didasarkan pada PSAP 13 tentang
Penyajian LK BLU wajib berlaku
sejak tahun 2018
• Akuntansi berbasis kas digunakan
untuk mencatat dan menyusun LRA
sepanjang APBN berbasis kas
• Basis kas untuk LRA BLU berarti
bahwa pendapatan dan belanja
BLU diakui pada saat pengesahan
pendapatan dan belanja dimaksud
oleh KBUN
PMK No. 220/PMK.05/2016
1. Mapping akun: proses konversi akun internal BLU ke akun BAS
2. Pembuatan bukti penerimaan dan pengeluaran kas atau dokumen yang dipersamakan
3. Penyimpanan data transaksi harian BLU
4. Perekaman resume data transaksi harian BLU ke dalam Aplikasi Sistem Akuntansi
Satker (SAS)
5. Penerbitan surat permintaan pengesahan pendapatan dan belanja BLU (SP3B-BLU)
6. Penyampaian SP3B-BLU ke KPPN mitra kerja BLU
7. Pengesahan pendapatan dan belanja BLU secara kas oleh KPPN mitra kerja
8. Perekaman surat pengesahan pendapatan dan belanja BLU (SP2B-BLU)
9. Penarikan data transaksi oleh Aplikasi Sistem Akuntansi Instansi Basis Akrual (SAIBA)
10. Proses data di Aplikasi SAIBA
11. Penyediaan data untuk keperluan jurnal manual: penyesuaian, koreksi, dan pembalik
12. Memo penyesuaian
13. Pembuatan jurnal manual
14. Rekonsiliasi data: pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan beberapa
sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama agar tidak
ditemukan perbedaan data yang berdampak pada akurasi dan validitas laporan
15. Memperbarui data
16. Penelaahan dan reviu draft laporan keuangan
17. Penyusunan laporan keuangan
18. Proses eliminasi transaksi antarentitas
19. Penyusunan kertas kerja eliminasi dan penyampaian LK BLU ke entitas yang
membawahkan BLU
• Laporan pelaksanaan anggaran: laporan
realisasi anggaran dan laporan perubahan
sisa anggaran lebih
• Laporan finansial: laporan operasional, neraca,
laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas
• Catatan atas laporan keuangan
LRA BLU menyajikan informasi realisasi
pendapatan-LRA, belanja, surplus/defisit-LRA,
pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan
anggaran yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode.

LRA BLU sekurang-kurangnya mencakup pos-pos


1. pendapatan-LRA;
2. belanja;
3. surplus/defisit-LRA;
4. penerimaan pembiayaan;
5. pengeluaran pembiayaan;
6. pembiayaan neto;
7. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
(SiLPA/SiKPA).
Laporan perubahan saldo anggaran lebih
menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
saldo anggaran lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya

LP SAL BLU sekurang-kurangnya mencakup pos


1. saldo anggaran lebih awal;
2. penggunaan saldo anggaran lebih;
3. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun
berjalan;
4. koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya;
5. lain-lain;
6. saldo anggaran lebih akhir.
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
tanggal tertentu

Neraca BLU menyajikan secara komparatif dengan


periode sebelumnya pos-pos berikut:
1. kas dan setara kas;
2. investasi jangka pendek;
3. piutang dari kegiatan BLU;
4. persediaan;
5. investasi jangka panjang;
6. aset tetap;
7. aset lainnya;
8. kewajiban jangka pendek;
9. kewajiban jangka panjang;
10. ekuitas.
Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya
ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan

LO BLU menyajikan pos-pos berikut:


1. pendapatan-LO;
2. beban;
3. surplus/defisit dari operasi;
4. kegiatan non operasional;
5. surplus/defisit sebelum pos luar biasa;
6. pos luar biasa; dan
7. surplus/defisit-LO.
Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya

LPE BLU sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos


1. ekuitas awal
2. surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
3. koreksi-koreksi yang langsung menambah/
mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari
dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar, misalnya:
4. koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya;
5. perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset
tetap;
6. ekuitas akhir.
Laporan Arus Kas pada BLU menyajikan informasi
mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan
setarakas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas
dan setara kas pada tanggal pelaporan pada BLU

Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan


aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris
• LRA, neraca, LO, dan LPE BLU digabungkan pada
laporan keuangan entitas akuntansi/entitas pelaporan
yang membawahkannya
• Seluruh pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada
LRA BLU dikonsolidasikan ke dalam LRA entitas
akuntansi/entitas pelaporan yang membawahinya.
• LAK BLU dikonsolidasikan pada LAK unit yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
• LP SAL BLU digabungkan dalam LP SAL BUN/D dan
entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasiannya.
• Dilakukan eliminasi akun-akun timbal balik (reciprocal
accounts), seperti pendapatan, beban, aset, dan
kewajiban yang berasal dari entitas
akuntansi/pelaporan dalam satu entitas pemerintahan,
kecuali akun-akun pendapatan dan belanja pada LRA
yang berasal dari entitas akuntansi/pelaporan
Dalam hal satker tidak lagi menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLU, satker tersebut
menyusun laporan keuangan selayaknya entitas
akuntansi pemerintah lainnya dan harus
menyusun laporan keuangan penutup per tanggal
pencabutan statusnya sebagai BLU.
Benjamin Franklin

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• Akuntansi Pendapatan
• Akuntansi Beban dan Belanja
• Akuntansi Kas dan Setara Kas
• Akuntansi Investasi
• Jurnal Standar
• PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PP Nomor 74 Tahun 2012 tentang Perubahan
atas PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 217/PMK.05/2015 tentang
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual Nomor 13 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 220/PMK.05/2016 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan
Layanan Umum
• PMK Nomor 42/PMK.05/2017 tentang
Perubahan atas PMK Nomor 220/PMK.05/2016
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Badan Layanan Umum
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-
211/PB/2018 tentang Kodefikasi Segmen Akun
pada Bagan Akun Standar
Definisi
Pendapatan BLU adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
BLU selama satu periode yang mengakibatkan
penambahan ekuitas bersih

Klasifikasi
Pendapatan negara bukan pajak

Jenis
1. Pendapatan dari alokasi APBN [DIPA RM]
2. Pendapatan dari pelayanan BLU yang
bersumber dari masyarakat [DIPA PNBP]
3. Pendapatan dari pelayanan BLU yang
bersumber dari entitas pemerintah pusat
[DIPA PNBP]
4. Pendapatan hasil kerja sama [DIPA PNBP]
5. Pendapatan hibah bentuk uang/barang/jasa
dari masyarakat (entitas nonpemerintah
pusat) [DIPA PNBP]
6. Pendapatan BLU lainnya [DIPA PNBP]
7. Pendapatan umum PNBP yang disetor ke
kas negara [DIPA RM]
Pengakuan
1. Timbulnya hak tagih
pendapatan BLU yang diperoleh sebagai
imbalan atas suatu pelayanan yang telah
selesai diberikan dan/atau hak BLU untuk
menagihkan beban tagihan kepada alokasi
APBN berdasarkan peraturan perundangan

2. Pendapatan direalisasi
realisasi pendapatan BLU yang secara hak
telah diterima oleh BLU tanpa terlebih
dahulu adanya penagihan
Definisi Pengakuan Pengukuran
Pendapatan dari alokasi APBN [DIPA RM]
pendapatan dari realisasi belanja pada saat pengeluaran realisasi sebesar nilai realisasi belanja sesuai
pegawai, barang dan jasa, dan/ atau belanja sesuai dengan SP2D belanja dengan SPM/SP2D belanja yang
belanja modal atas pagu DIPA yang yang berasal dari pagu DIPA rupiah berasal dari pagu DIPA rupiah murni
sumber dananya rupiah murni sesuai murni
dengan SPM/SP2D
Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari masyarakat [DIPA PNBP]
imbalan yang diperoleh dari jasa pada saat timbulnya hak atas nilai pendapatan sesuai dengan
layanan BLU yang diberikan kepada pendapatan untuk menagih sesuai dokumen sumber transaksional
masyarakat sesuai dokumen sumber dengan dokumen tagihan BLU atau pendapatan BLU atau yang
penerimaan pendapatan transaksional yang dipersamakan dan/atau diakui dipersamakan
pada saat realisasi pendapatan BLU
Definisi Pengakuan Pengukuran
Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari entitas pemerintah pusat [DIPA PNBP]
imbalan yang diperoleh dari jasa pada saat timbulnya hak atas nilai pendapatan sesuai dengan
layanan BLU yang diberikan kepada pendapatan untuk menagih sesuai dokumen sumber transaksional
entitas akuntansi atau entitas dengan dokumen tagihan BLU atau pendapatan BLU atau yang
pelaporan dalam kerangka sistem yang dipersamakan dan/atau diakui dipersamakan
akuntansi pemerintah pusat yang pada saat realisasi pendapatan BLU
membawahi maupun yang tidak
membawahi organisasi vertikal BLU
Pendapatan hasil kerja sama [DIPA PNBP]
perolehan pendapatan BLU dari kerja pada saat timbulnya hak atas nilai pendapatan sesuai dengan
sama operasional, sewa menyewa, dan pendapatan untuk menagih sesuai dokumen sumber transaksional
usaha lainnya yang mendukung tugas dengan dokumen tagihan BLU atau pendapatan BLU atau yang
dan fungsi BLU sesuai dokumen yang dipersamakan dan/atau diakui dipersamakan
sumber penerimaan pendapatan pada saat realisasi pendapatan BLU
transaksional
Definisi Pengakuan Pengukuran
Pendapatan hibah bentuk uang/barang/jasa dari masyarakat (entitas nonpemerintah pusat) [DIPA PNBP]
pendapatan yang diterima dari pada saat uang/barang/jasa diterima nilai hibah yang diterima oleh BLU
masyarakat, badan lain atau entitas oleh BLU sesuai dengan BAST hibah, sesuai dengan dokumen penerimaan
nonpemerintah pusat tanpa diikuti atau dokumen konfirmasi atau yang hibah bentuk uang atau yang
adanya kewajiban bagi BLU untuk dipersamakan dan khusus uang dipersamakan
menyerahkan barang/jasa sesuai dilakukan pengesahan secara periodik
dengan dokumen penerimaan hibah sesuai SP3B/SP2B-BLU
atau yang dipersamakan
Pendapatan umum PNBP yang disetor ke kas negara [DIPA RM]
pendapatan dari realisasi PNBP pada saat penerimaan masuk ke sesuai dengan dokumen sumber
umum yang sumber dananya rupiah RKUN sesuai dokumen sumber setoran ke kas negara (SSBP
murni dan/atau untuk keuntungan setoran ke kas negara atau dokumen dan/atau SSPB) atau dokumen yang
rekening kas negara dan telah disetor yang dipersamakan dipersamakan
ke rekening kas negara
Definisi Pengakuan Pengukuran
Pendapatan BLU lainnya [DIPA PNBP]
pendapatan BLU yang tidak pada saat timbulnya hak atas nilai pendapatan sesuai dengan
berhubungan secara langsung dengan pendapatan untuk menagih sesuai dokumen sumber transaksional
tugas dan fungsi BLU yang dapat dengan dokumen tagihan BLU atau pendapatan BLU atau yang
berupa jasa giro, pendapatan bunga, yang dipersamakan dan/atau diakui dipersamakan
keuntungan selisih nilai tukar rupiah pada saat realisasi pendapatan BLU
terhadap mata uang asing, komisi,
potongan, bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan
barang/jasa oleh BLU, hasil penjualan
kekayaan yang tidak dipisahkan, dan
pengembalian secara kas atas beban
atau biaya yang telah disahkan
belanjanya pada tahun anggaran
yang lalu
Pendapatan yang Perlu Disahkan Pendapatan yang Tidak Perlu Disahkan

1. Pendapatan dari pelayanan BLU yang 1. Pendapatan dari alokasi APBN [DIPA
bersumber dari masyarakat [DIPA PNBP] RM]
2. Pendapatan dari pelayanan BLU yang 2. Pendapatan umum PNBP yang disetor ke
bersumber dari entitas pemerintah pusat kas negara [DIPA RM]
[DIPA PNBP] 3. Pendapatan hibah bentuk barang/jasa
3. Pendapatan hasil kerja sama [DIPA dari masyarakat (entitas nonpemerintah
PNBP] pusat) [DIPA PNBP]
4. Pendapatan hibah bentuk uang dari 4. Pendapatan yang disajikan sehubungan
masyarakat (entitas nonpemerintah pusat) dengan perhitungan akuntansi dan
[DIPA PNBP] transaksional pendapatan secara non-kas
dan bank BLU
5. Pendapatan BLU lainnya [DIPA PNBP]
• Pendapatan dari alokasi APBN disajikan di LO sebagai
Pendapatan dari Alokasi APBN dalam pos Pendapatan
Operasional
• Pendapatan umum PNBP yang disetor ke kas negara
disajikan di LRA sebagai PNBP dalam pos PNBP Lainnya
dan di LO sebagai PNBP Lainnya dalam pos Pendapatan
Operasional
• Pendapatan dari pelayanan BLU yang bersumber dari
masyarakat atau entitas pemerintah pusat, hasil kerja
sama, BLU lainnya, dan hibah uang dari masyarakat
disajikan disajikan di LRA sebagai Pendapatan BLU
dalam pos PNBP Lainnya dan di LO sebagai PNBP
Lainnya dalam pos Pendapatan Operasional
• Pendapatan hibah barang/jasa disajikan di LO sebagai
PNBP Lainnya dalam pos Pendapatan Operasional dan
bebannya menyesuaikan dalam pos Beban Operasional,
serta barangnya di neraca
• Pendapatan BLU secara transaksional kas yang belum
dilakukan pengesahan transaksinya pada periode
pelaporan semesteran dan tahunan disajikan di LRA
sebagai Pendapatan BLU dalam pos PNBP Lainnya dan
di LAK sebagai arus kas masuk aktivitas operasi
• Pendapatan BLU secara transaksional non kas pada
periode pelaporan semesteran dan tahunan disajikan di LO
sebagai Pendapatan BLU dalam pos PNBP Lainnya dan
di neraca sebagai Piutang BLU dalam pos Piutang PNBP
• Pendapatan sehubungan dengan perhitungan akuntansi
seperti pendapatan selisih kurs belum terealisasi dan
pendapatan pelepasan aset disajikan di LO dalam pos
Kegiatan Non Operasional
Definisi
Beban BLU adalah penurunan manfaat
ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas BLU, yang
dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset
atau timbulnya kewajiban, dan beban yang
timbul sehubungan dengan adanya penyetoran
BLU atas pendapatan PNBP ke Kas Negara

Jenis
1. Beban pegawai [DIPA RM dan PNBP]
2. Beban barang dan jasa [DIPA RM dan
PNBP]
3. Beban persediaan
4. Beban barang untuk dijual/diserahkan
kepada masyarakat
5. Beban pemeliharaan [DIPA RM dan PNBP]
6. Beban perjalanan dinas [DIPA RM dan
PNBP]
7. Beban penyisihan piutang tidak tertagih
8. Beban penyusutan aset dan beban
amortisasi
Pengakuan Pengukuran Dokumen Sumber
Beban pegawai, barang dan jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas yang berasal dari pembebanan realisasi SP2D
DIPA RM
pada saat pengeluaran realisasi belanja sebesar nilai realisasi belanja sesuai dengan SPM/SP2D belanja
SPM/SP2D belanja
Beban pegawai, barang dan jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas yang berasal dari pembebanan realisasi DIPA
PNBP
pada saat timbulnya kewajiban berdasarkan sebesar nilai beban sesuai dengan dokumen Dokumen transaksional
resume tagihan, pemakaian konsumsi, sumber transaksional beban BLU beban BLU
dan/atau pembayaran beban BLU secara
transaksional
Pengakuan Pengukuran Dokumen Sumber
Beban pemakaian barang perlengkapan, bahan atau barang persediaan sehubungan dengan pemeliharaan, dan
beban persediaan
pada saat perlengkapan dan bahan atau sebesar nilai persediaan mutasi keluar sesuai dokumen transaksional,
barang persediaan digunakan untuk dengan dokumen mutasi barang keluar atau
dikonsumsi dalam rangka kegiatan yang dipersamakan
operasional BLU
Beban barang untuk dijual/diserahkan kepada masyarakat
pada saat mutasi keluar barang persediaan sebesar nilai persediaan mutasi keluar sesuai dokumen serah terima
untuk dijual dan/atau diserahkan kepada dengan dokumen mutasi barang keluar atau atau yang dipersamakan
masyarakat yang dipersamakan
Pengakuan Pengukuran Dokumen Sumber
Beban penyisihan piutang tidak tertagih
secara periodik semesteran dan tahunan sebesar nilai perhitungan akuntansi dokumen transaksional
berdasarkan estimasi atas kualitas saldo terhadap penentuan kualitas piutang
piutang per debitur berdasarkan tarif penyisihan piutang tak
tertagih dikalikan dengan nilai nominal
piutang
Beban penyusutan
secara periodik semesteran dan tahunan sebesar nilai perhitungan akuntansi dokumen transaksional
selama masa manfaat aset terhadap perolehan atau nilai wajar aset
dibagi dengan periode/ masa manfaat aset
tersebut
Beban yang Perlu Disahkan Beban yang Tidak Perlu Disahkan

1. Beban dan/atau biaya perolehan aset 1. Beban-beban yang disajikan sehubungan


BLU atas transaksional yang telah dengan adanya realisasi belanja DIPA
dilakukan oleh BLU yang pembebanannya RM
untuk DIPA PNBP 2. Penyetoran PNBP oleh BLU ke Kas
2. Belanja yang mempengaruhi saldo kas Negara
dan bank BLU meliputi pengeluaran dan/ 3. Beban-beban yang disajikan sehubungan
atau pengembalian belanja barang BLU dengan transaksional non-kas dan bank
dan belanja modal BLU BLU
4. Beban-beban yang disajikan sehubungan
dengan perhitungan akuntansi
• Nilai beban sehubungan dengan adanya realisasi belanja
sesuai dengan SPM/SP2D belanjanya, pengesahan belanja
barang sesuai dengan SP3B/SP2B-BLU, beban
transaksional secara kas belum dilakukan pengesahan
belanjanya, dan penyesuaian beban operasional BLU
disajikan di LO dalam pos Beban Operasional
• Beban operasional BLU di Laporan Operasional disajikan
menurut klasifikasi ekonomi, antara lain:
1. Beban pegawai;
2. Beban barang dan jasa;
3. Beban persediaan;
4. Beban barang untuk dijual/diserahkan kepada
masyarakat;
5. Beban pemeliharaan;
6. Beban perjalanan dinas;
7. Beban penyisihan piutang tidak tertagih;
8. Beban penyusutan dan amortisasi.
• Nilai beban sehubungan dengan penyetoran pendapatan
PNBP untuk keuntungan rekening kas umum negara
disajikan di LO sebagai Penyetoran PNBP oleh BLU ke
Kas Negara dalam pos Kegiatan Non-Operasional
• Beban-beban yang disajikan dalam pos Kegiatan Non-
Operasional misalnya beban sehubungan dengan kerugian
persediaan rusak atau usang, kerugian pelepasan aset,
kerugian selisih kurs belum terealisasi atas saldo kas dan
bank BLU, piutang BLU, dan utang BLU
Definisi
Belanja BLU adalah adalah kewajiban BLU
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
bersih yang telah dibayar dari kas dan bank
BLU atau RKUN pada periode tahun anggaran
yang bersangkutan

Ruang Lingkup
• Belanja dari realisasi DIPA RM
1. Belanja pegawai (kelompok akun 51)
2. Belanja barang (kel. akun 52 kecuali 525)
3. Belanja modal (kel. akun 53 kecuali 537)
• Belanja BLU dari pengesahan beban dan/
atau biaya perolehan aset BLU atas DIPA
PNBP
1. Belanja barang (subkelompok akun 525)
2. Belanja modal (subkelompok akun 537)
Pengakuan Pengukuran Dokumen Sumber
Belanja dari realisasi DIPA RM
pada saat kas keluar dari RKUN sebesar nilai realisasi belanja sesuai dengan SPM/SP2D belanja
SPM/SP2D belanja
Belanja BLU dari pengesahan beban dan/ atau biaya perolehan aset BLU atas DIPA PNBP
pada saat dilakukan pengesahan oleh KPPN nilai pengesahan belanja BLU sesuai dengan SP3B/SP2B-BLU
sesuai dengan SP3B/SP2B-BLU SP3B/SP2B-BLU
• Belanja dari realisasi DIPA RM
1. Belanja pegawai (kelompok akun 51) disajikan sebagai
Realisasi Belanja Pegawai di LRA
2. Belanja barang (kel. akun 52 kecuali 525) disajikan
sebagai Realisasi Belanja Barang di LRA
3. Belanja modal (kel. akun 53 kecuali 537) disajikan
sebagai Realisasi Belanja Modal di LRA
• Belanja BLU dari pengesahan beban dan/ atau biaya
perolehan aset BLU atas DIPA PNBP
1. Belanja Gaji dan Tunjangan BLU (52511) dan Belanja
Barang BLU (525112, 525113, 525114, 525116, 525117, 525119)
disajikan sebagai Realisasi Belanja Barang BLU di LRA
2. Belanja modal (subkelompok akun 537) disajikan sebagai
Realisasi Belanja Modal BLU di LRA
Definisi
Kas dan setara kas yang dikelola BLU
merupakan kelompok akun yang digunakan
untuk mencatat kas dan setara kas yang
dikelola oleh BLU

Klasifikasi
• Kas dan bank BLU yang belum disahkan
• Kas dan bank BLU
• Setara kas BLU
• Kas lainnya di BLU
• Kas di bendahara pengeluaran
Kasetkas yang Perlu Disahkan Kasetkas yang Tidak Perlu Disahkan

Kas dan bank BLU yang belum disahkan 1. Setara kas BLU yang merupakan hasil
yang berasal dari ringkasan transaksional reklasifikasi dari akun kas dan bank BLU
pendapatan layanan BLU, penerimaan hibah 2. Kas lainnya di BLU yang dananya bukan
bentuk kas, belanja BLU, pelunasan piutang merupakan hak BLU untuk diakui sebagai
pendapatan BLU secara kas diterima oleh penambah ekuitas bersih
BLU
3. Kas di bendahara pengeluaran yang
dananya berasal dari RKUN berupa uang
persediaan (UP/TUP)
Definisi
Investasi jangka pendek BLU adalah investasi
jangka pendek yang dimaksudkan dalam
rangka pengelolaan kelebihan kas yang belum
digunakan dalam kegiatan operasional BLU
dengan tujuan memperoleh manfaat ekonomi
berupa bunga maupun bagi hasil.

Karakteristik
• Investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
dan/atau dapat segera dicairkan/dikonversi
ke dalam bentuk uang dalam jangka waktu 3
sampai 12 bulan
• Investasi memiliki tingkat risiko rendah
• Investasi ditujukan dalam rangka
manajemen kas

Pengakuan dan Pengukuran


Pada saat BLU mengeluarkan sejumlah dana
dalam rangka perolehan instrumen investasi
sebesar nilai biaya perolehan investasi
Definisi
Investasi jangka panjang BLU merupakan
investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki
selama lebih dari 12 bulan dengan persetujuan
Menkeu selaku BUN dalam rangka penugasan
sesuai dengan karakteristik BLU.

Klasifikasi
• Investasi jangka panjang permanen:
dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan dan tidak dimaksudkan untuk
diperjualbelikan
• Investasi jangka panjang nonpermanen:
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak
berkelanjutan

Pengakuan dan Pengukuran


Pada saat BLU mengeluarkan sejumlah sumber
daya ekonomi dalam rangka perolehan
instrumen investasi
Jurnal sebenarnya diatur dalam PMK No. 220/PMK.05/2016,
tetapi masih menggunakan jurnal Aplikasi SAIBA. Karena
ke depannya seluruh satker harus menggunakan Aplikasi
SAKTI, seluruh jurnal yang akan dibahas disesuaikan
dengan mengacu pada PMK No. 212/PMK.05/2019. Hal ini
menyebabkan inkonsistensi pencatatan akun “Kas dan bank
BLU yang belum disahkan” yang hanya muncul dalam
pengesahan belanja.
Hilary Hinton "Zig" Ziglar

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 160/PMK.05/2017 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Utang
Pemerintah
• PMK Nomor 169/PMK.05/2018 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi
Pemerintah
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• ISAP 03 tentang Pengakuan Penerimaan
Pembiayaan yang Diterima pada Rekening Kas
Umum Negara/Daerah dan Pengeluaran
Pembiayaan yang Dikeluarkan dari Rekening
Kas Umum Negara/Daerah
• Pembiayaan Pemerintah
• Akuntansi Utang Pemerintah
• Akuntansi Investasi Pemerintah
• Jurnal Standar
Definisi
Pembiayaan adalah setiap penerimaan/
pengeluaran yang tidak berpengaruh pada
kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar
kembali dan/atau akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran.

Klasifikasi
1. Penerimaan pembiayaan
2. Pengeluaran pembiayaan
Penerimaan Pembiayaan Pengeluaran Pembiayaan

1. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun 1. Penggunaan SiLPA tahun anggaran


anggaran sebelumnya (SiLPA) sebelumnya
2. Pencairan dana cadangan 2. Pembentukan dana cadangan
3. Hasil penjualan kekayaan negara yang 3. Penyertaan modal (investasi) pemerintah
dipisahkan 4. Pembayaran pokok utang
4. Penerimaan pinjaman 5. Pemberian pinjaman
5. Penerimaan kembali pemberian pinjaman
6. Penerimaan piutang jangka panjang
• Penerimaan pembiayaan akan diakui pada
saat telah diterima di RKUN/D, sedangkan
pengeluaran pembiayaan akan diakui pada
saat telah dibayarkan dari RKUN/D
• Diukur menggunakan azas bruto sebesar nilai
nominal
• Nilai pembiayaan yang menggunakan mata
uang asing harus dijabarkan dan dinyatakan
dalam mata uang rupiah menggunakan kurs
bank sentral pada tanggal transaksi
• Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan disajikan
dalam LRA dan LAK dalam aktivitas investasi atau
pendanaan
• Pengungkapan lebih lanjut terkait dengan
pembiayaan dituangkan dalam CaLK yang mencakup
rincian penerimaan dan pengeluaran pembiayaan,
penjelasan mengenai selisih apabila nilai
penerimaan/pengeluaran pembiayaan berbeda, dll.
UAPBUN

Serangkaian prosedur manual


SAUP DJPPR maupun yang terkomputerisasi
mulai dari pengumpulan data,
Unit pengakuan, pencatatan, peng-
Akuntansi SAIP DJKN ikhtisaran, serta pelaporan
posisi investasi pemerintah,
utang pemerintah, dan
SAPPP DJPb penerusan pinjaman
Utang pemerintah adalah kewajiban yang timbul dari
peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah yang wajib dibayarkan kembali kepada
pihak pemberi pinjaman yang dapat dinilai dengan
uang sebagai akibat perjanjian utang pemerintah
Pengertian
Utang pemerintah yang dikelola oleh BA BUN
Pengelolaan Utang Pemerintah (BA BUN 999.01)
yang harus dibayar kembali atau jatuh tempo
lebih dari satu periode akuntansi atau lebih dari
12 bulan. Suatu utang yang jatuh tempo dalam
waktu 12 bulan berikutnya tetap diklasifikasikan
sebagai UJP apabila dipenuhi persyaratan:
1. jangka waktu semula yaitu untuk periode lebih
dari 12 bulan;
2. entitas bermaksud untuk mendanai kembali
(refinance) utang dalam jangka panjang;
3. adanya pendanaan kembali (refinancing)
atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran yang diselesaikan sebelum
laporan keuangan disetujui.
Jenis
1. Utang yang berasal dari penarikan
pinjaman
2. Utang yang berasal dari penerbitan
surat berharga negara (SBN) jangka
panjang

Pihak yang Terkait


1. Direktorat Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan DJPb selaku UABUN
2. Direktorat Jenderal Pengelolaan
Pembiayaan dan Risiko selaku
UAPBUN
3. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan
Setelmen DJPPR selaku UAKPA
Tata Cara
1. Transfer ke RKUN: kreditur mentransfer
langsung ke RKUN
2. Pembayaran langsung: penarikan dana yang
dilakukan oleh KPPN yang ditunjuk atas
permintaan PA/KPA dengan cara mengajukan
aplikasi penarikan dana (withdrawal
application) kepada pemberi pinjaman
dan/atau hibah luar negeri (PPHLN) untuk
membayar langsung kepada pihak yang dituju
3. Rekening khusus: rekening yang dibuka oleh
Menkeu pada BI atau bank yang menampung
sementara dana pinjaman dan/atau hibah luar
negeri tertentu berupa initial deposit untuk
kebutuhan pembiayaan kegiatan selama
periode tertentu
Tata Cara
4. Pembiayaan pendahuluan: penggantian
pembiayaan pendahuluan (reimbursement)
adalah pembayaran yang dilakukan oleh
PPHLN untuk penggantian dana yang
pembiayaan kegiatannya dilakukan terlebih
dahulu melalui rekening BUN dan/atau RKUN
5. Letter of credit (L/C): janji tertulis dari bank
penerbit L/C (issuing bank) yang bertindak
atas permintaan pemohon (applicant) atau
atas namanya sendiri untuk melakukan
pembayaran kepada pihak ketiga atau
eksportir atau kuasa eksportir (pihak yang
ditunjuk oleh beneficiary/supplier) sepanjang
memenuhi persyaratan L/C
Pengakuan
Diakui pada saat tanggal valuta (value date)
sebagaimana tercantum dalam notice of
disbursement (NoD)
Pengukuran
• Diukur sebesar nilai nominal sesuai dengan
yang tercantum dalam NoD
• UJP dengan mata uang asing yang melalui
transfer langsung ke RKUN atau reksus harus
dijabarkan dengan kurs tengah BI per value
date
• UJP dengan mata uang asing yang melalui
pembayaran langsung, pembiayaan
pendahuluan, atau L/C harus dijabarkan dalam
kurs rupiah sesuai dengan ekuivalen rupiah nilai
NoD atau kurs tengah BI per value date
Pengakuan
Diakui pada saat tanggal setelmen yang
tercantum dalam dokumen setelmen

Pengukuran
• Diukur sebesar nilai nominal sesuai
dengan hasil ketetapan penerbitan SBN
• UJP dengan mata uang asing diukur
melalui penjabaran nilai rupiah dengan
kurs tengah BI pada tanggal setelmen
sesuai dengan hasil ketetapan penerbitan
SBN

Penyajian
• Disajikan di neraca pada pos kewajiban
jangka Panjang
• Saldo UJP yang menggunakan mata uang
asing
• Dilakukan penjabaran menggunakan kurs
tengah BI pada tanggal neraca masing-
masing pelaporan semesteran dan
tahunan untuk saldo mata uang asing
• Nilai pendapatan atau beban selisih kurs
belum terealisasi disajikan di LO dalam
pos kegiatan non-operasional lainnya
• UAPBUN IP: gabungan UAKPA BUN dan UAIP
• UAKPA BUN
1. Penyertaan modal negara (PMN)
2. Investasi pada lembaga keuangan
internasional (LKI)
3. Pembiayaan untuk badan layanan umum
(BLU)
4. Dana penjaminan
• UAIP
1. Perguruan tinggi negeri berbadan hukum
(PTN-BH)
2. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
3. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
4. Bank Indonesia
5. Dana bergulir eks K/L
PMN-BUMN
a. Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;
b. Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim dan
Multilateral Badan Kebijakan Fiskal;
PMN–LKI
c. Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan Direktorat
Jenderal Kekayaan Negara;
UA IP PMN–
Lainnya d. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak Direktorat
UABUN UAPBUN Jenderal Anggaran;
UAKPA Deviden e. Kantor Pelayanan Perbendaharan Negara Khusus
BUN
Investasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
Dana f. Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Dana
Bergulir
Bergulir;
Investasi g. Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen Direktorat
pada BLU Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko;
h. unit lain yang ditetapkan sebagai UAKPA BUN oleh
Penjaminan UAPBUN
Transaksi Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Metode Penilaian Penyesuaian Nilai
Non Kas Investasi
PMN – BUMN Pembiayaan Investasi / Pembiayaan Investasi Proporsi Net Ekuitas Selisih Kurs
divestasi – Permanen / divestasi – Permanen
PMN – LKI • Pembiayaan Investasi / • Pembiayaan Investasi Biaya Selisih Kurs, Pendapatan,
divestasi – Permanen / divestasi – Penyesuaian
• Pendapatan Permanen
• Pendapatan
PMN – Lainnya Pembiayaan Pembiayaan Net Ekuitas Reklasifikasi, Penyesuaian,
Dividen Pendapatan - Pendapatan = Piutang, Penyisihan
M.Biaya
Investasi = M.Ekuitas
Transaksi Realisasi Anggaran Realisasi Anggaran Metode Penilaian Penyesuaian Nilai
Non Kas Investasi
Dana Bergulir Pembiayaan Investasi / Pembiayaan Investasi NRV Reklasifikasi, Penyesuaian,
divestasi - Non / divestasi - Non Penyisihan
Permanen Permanen
Investasi pada Pembiayaan Investasi / Pembiayaan Investasi NRV Reklasifikasi, Penyesuaian,
BLU divestasi - Non / divestasi - Non Penyisihan
Permanen Permanen
Penjaminan Pembiayaan - Biaya Reklasifikasi, Piutang,
Penyisihan
Investasi Pembiayaan Pembiayaan Proporsi Net Ekuitas Reklasifikasi, Koreksi,
Pemerintah Kapitalisasi, Penyesuaian
Lainnya
• Permanen
• Perusahaan negara
• Badan internasional
• Badan usaha lainnya
• Nonpermanen
• Obligasi
• Proyek pembangunan
yang dialihkan kepada
pihak ke-3
• Dana bergulir
• Lainnya
Pengakuan
pengeluaran kas/aset, penerimaan hibah investasi,
perubahan piutang menjadi investasi, diakui sebagai
investasi jika:
1. ada kemungkinan manfaat ekonomis/sosial atau
jasa pontensial di masa yad dalam jangka waktu
lebih dari 3 s.d. 12 bulan
2. nilai perolehan, nilai wajar investasi dapat diukur
secara andal

Pengukuran
Investasi permanen berupa penyertaan modal
pemerintah dicatat sebesar nilai rupiah (transaksi
valas dikonversi dengan kurs pada tanggal transaksi)
• biaya perolehannya yang meliputi harga transaksi
investasi ditambah biaya lain yang timbul dalam
rangka perolehan investasi tersebut
• nilai wajar investasi tersebut jika harga
perolehannya tidak ada untuk transaksi pertukaran
aset
Pengukuran
Investasi nonpermanen berupa
• dana talangan untuk penyehatan/penyelamatan
perbankan (investasi nonpermanen lainnya)
pada NRV
• penanaman modal di proyek pemerintah pada
biaya pembangunan sampai projek tersebut
diserahkan ke pihak ketiga
• dana bergulir pada NRV (kas yang dipegang
unit pengelola ditambah jumlah yang
diharapkan dapat tertagih)
Metode Biaya
• Kepemilikan kurang dari 20% dan tidak
signifikan pengaruhnya
• Tingkat pengaruh (the degree of influence)
ditunjukkan dengan kemampuan mem-
pengaruhi komposisi dewan komisaris,
menunjuk/menggantikan direksi, menetapkan
dan mengganti dewan direksi perusahaan
investee, serta mengendalikan mayoritas
suara dalam rapat/pertemuan dewan direksi.
• Investasi dicatat sebesar biaya perolehan,
penghasilan atas investasi tersebut diakui
sebesar bagian hasil yang diterima dan
tidak mempengaruhi besarnya investasi
Metode Ekuitas
• Kepemilikan lebih dari 20% atau kurang dari
20% tetapi signifikan pengaruhnya
• Investasi awal dicatat sebesar biaya
perolehan dan ditambah/dikurangi bagian
laba atau rugi pemerintah setelah tanggal
perolehan.
• Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk
saham yang diterima pemerintah akan
mengurangi nilai investasi pemerintah.
• Penyesuaian terhadap nilai investasi juga
diperlukan untuk mengubah porsi
kepemilikan investasi pemerintah, misalnya
adanya perubahan yang timbul akibat
pengaruh valuta asing serta revaluasi aset
tetap.
Metode NRV
• Metode nilai bersih yang dapat
direalisasikan digunakan terutama untuk
kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam
jangka waktu dekat.
• Investasi jangka panjang disajikan di neraca dalam pos
tersendiri
• Pengungkapan mencakup (1) kebijakan akuntansi untuk
penentuan nilai investasi; (2) jenis investasi permanen dan
nonpermanen; (3) perubahan harga pasar; (4) penurunan
nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut; (5) investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan
alasan penerapannya; (6) perubahan pos investasi
Warren Edward Buffett

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 217/PMK.05/2014 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah
• PMK Nomor 99/PMK.05/2017 tentang
Administrasi Pengelolaan Hibah
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Buletin Teknis Nomor 13 tentang Akuntansi
Hibah
• Unit Akuntansi dan Pelaporan
• Pendapatan Hibah
• Belanja dan Beban Hibah
• Pelaporan Keuangan
• Jurnal Standar
Direktorat Evaluasi, Akuntansi, dan Setelmen
UAKPA BUN Direktorat Jenderal Pembiayaan dan
Pengelolaan Risiko
UABUN UAPBUN
Dit. APK DJPb DJPPR UAKPA BUN Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
Karakteristik
1. Berasal dari pemerintah negara asing,
badan/lembaga asing, badan/lembaga
internasional, dan pemerintah lain atau
berasal dari badan/lembaga dalam
negeri atau perseorangan
2. Tidak dimaksudkan untuk dibayarkan
kembali kepada pemberi hibah
3. Tidak ada timbal balik/balasan secara
langsung dari penerima hibah kepada
pemberi hibah
4. Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian
antara pemberi dan penerima hibah

Jenis Menurut Anggaran


1. Hibah yang direncanakan: direncanakan
atau dianggarkan oleh BUN
2. Hibah langsung: diterima langsung oleh K/L
tanpa melalui BUN tanpa direncanakan dan
tidak ada naskah perjanjian sebeleumnya
Pengakuan Pengukuran

Tunai Tunai
1. Kas diterima di RKUN atau reksus; Nilai nominal hibah yang
2. Tanggal penarikan (valuta) yang 1. diterima di RKUN atau reksus;
tercantum dalam NoD; atau
2. tercantum dalam NoD; atau
3. Pengesahan oleh Kuasa BUN.
3. tercantum dalam SP2HL/SPHL yang
disahkan oleh Kuasa BUN.
Barang/Jasa/Surat Berharga
Pengesahan oleh Kuasa BUN Barang/Jasa/Surat Berharga
Nilai yang diterima berdasarkan BAST
Karakteristik
1. Hibah dapat diberikan kepada
pemerintah negara lain, organisasi
internasional, pemda, perusahaan negara,
kelompok masyarakat, atau organisasi
kemasyarakatan
2. Tidak bersifat wajib atau tidak mengikat
bagi pemberi hibah
3. Tidak ada timbal balik/balasan secara
langsung yang harus dilakukan oleh
penerima hibah
4. Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian
antara pemberi dan penerima hibah
5. Digunakan sesuai dengan naskah
perjanjian
6. Bersifat satu kali dan/atau dapat
ditetapkan kembali
7. Dianggarkan pada BUN

Mekanisme
Seluruh belanja hibah bersifat terencana
• Belanja hibah diakui pada saat terjadi
pengeluaran kas negara
• Beban hibah diakui pada saat diterbitkannya
resume tagihan
• Belanja hibah dan beban hibah dicatat
sebesar nilai nominal yang dihibahkan atau
dikeluarkan dari RKUN yang tercantum
dalam dokumen pengeluaran.
• Pendapatan hibah berupa valas dicatat dalam rupiah
dengan kurs tengah BI pada tanggal diterimanya
• Belanja dan beban hibah berupa valas dicatat
sebesar ekuivalen rupiah yang dikeluarkan dari RKUN
• Selisih ekuivalen rupiah antara belanja dan beban
hibah dalam valas dicatat sebagai pendapatan atau
beban selisih kurs oleh UAKPA BUN
Jenis Laporan
LRA, LO, LPE, neraca, CaLK

Tata Cara
• UAKPA-BUN Pengelolaan Hibah di DJPPR dan
DJPK menyampaikan laporan keuangan secara
semesteran dan tahunan, kecuali LRA dan neraca
wajib disampaikan setiap bulan
• UAPBUN Pengelolaan Hibah menyusun laporan
keuangan tingkat UAPBUN berdasarkan hasil
pemrosesan data gabungan dan lapkeu tingkat
UAKPA-BUN Pengelolaan Hibah yang dibuat
setiap semesteran dan tahunan
Annelies Marie Frank

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 61/PMK.02/2020 tentang Petunjuk
Teknis Penerimaan Negara Bukan Pajak dari
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi
• PMK Nomor 44/PMK.05/2021 tentang
Perubahan atas PMK Nomor 61/PMK.02/2020
tentang Petunjuk Teknis Penerimaan Negara
Bukan Pajak dari Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas Bumi
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Postur APBN
• Faktor yang Mempengaruhi
• Hak dan Kewajiban Pemerintah
• Prinsip Dasar Kontrak Kerja
Sama Bagi Hasil
• Konsep Asas Neto
• Mekanisme Perhitungan PNBP
• Rekening Migas
• Jurnal Standar
Unit Akuntansi dan Pelaporan
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Transaksi Khusus (SATK) dengan kode 999.99
c.q. Direktorat Jenderal Anggaran c.q.
Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak

Klasifikasi
1. Penerimaan Perpajakan
• PPh Minyak Bumi (411111)
• PPh Gas Bumi (411112)
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Pendapatan Sumber Daya Alam
• Pendapatan Minyak Bumi (421111)
• Pendapatan Gas Bumi (421211)
PNBP Lainnya
• Pendapatan Penjualan Minyak Mentah DMO
(423132)
• Pendapatan Denda, Bunga, dan Penalti Usaha
Hulu Migas (423133)
• Pendapatan Migas Lainnya (423139)
Faktor
1. Lifting minyak dan gas bumi
2. Harga minyak mentah Indonesia
(Indonesia crude price/ICP)
3. Kurs
4. Cost recovery
5. Kewajiban pemerintah

Pengaruh
1. Penerimaan migas bruto di rekening
migas
2. Kewajiban kontraktual (PBB, PPN,
PDRD, fee kegiatan usaha hulu migas)
3. Penerimaan migas neto di APBN
• Production sharing contract (PSC): kontrak
kerja sama bagi hasil antara pemerintah
dengan K3S migas
• Assume and discharge: pembebasan dan
penanggungan atas kewajiban pajak tidak
langsung berupa PPN dan PPnBM (di-
reimburse) serta PBB migas dan pajak
daerah (ditanggung) apabila K3S berhasil
menemukan cadangan migas yang komersial
(memenuhi aspek kelayakan ekonomi)
• Domestic market obligation (DMO):
kewajiban penyerahan bagian kontraktor
berupa migas untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri.
• Bagi hasil: pemerintah mengalokasikan dana
dari hasil penjualan lifting migas bagian
negara yang ditampung di rekening migas
untuk membayar kewajiban ke sektor hulu
migas ini
• Kewajiban pemerintah menyerahkan sebagian hasil
penjualan lifting menjadi pengurang dalam pengukuran
pendapatan PNBP SDA migas berbasis kas
• Pengakuan pendapatan PNBP SDA migas berbasis kas
menggunakan asas neto karena hak negara dikurangi
terlebih dahulu dengan kewajiban pemerintah sektor hulu
migas dalam rangka pelaksanaan prinsip assume and
discharge
K3S Gross Revenue Misal:
Tax Rate:
(Lifting x Oil Price)
48%
First Tranche Petroleum
Cost Recovery Bagi Hasil
unsur-unsur PAJAK:
Net Operating Income • PBB
100% (Gross Revenue – Cost) • PPN
• PDRD
PNBP
(-)
71,1538%
28,8462% Bag Kontraktor
(Gros)
Bag Pemerintah 1
85%
Tax 48% 13,8462%
Pajak:
PPh Migas
2

Bag Kontraktor
15%
(Netto)

DMO Minyak Bumi Total Gov Share: 85%


PNBP Lainnya
(Domestic Market Obligation)
Gross Revenue
A% 1-A%
Split
Deductible
Expenses

Contractor Depreciation
Taxable
Profit

PPh
Income Tax CAPEX OPEX

Government Contractor Exploration, Development


Take Take & Production Expenditure
GoI: 75% KKKS: 25% Rpjuta
a Gross Revenue 150.000
b First Tranche Petroleum (misal 20%)-shareable 30.000
c Cost Recovery (misal 30% GR) 45.000
Dalam Ekuivalen Rp d Equity to be Split (ETS) (a-b-c) 75.000
e Government Share (FTP Share+ETS Share) 78.750
f Kewajiban Pemerintah sektor migas 35.000
g PNBP SDA Migas 43.750

GoI: 75% KKKS: 25% USD=14.000


a Gross Revenue (USD) 3.000.000
b First Tranche Petroleum (misal 20%)-shareable 600.000
c Cost Recovery (misal 30% GR) 900.000
Dalam USD
d Equity to be Split (ETS) 1.500.000
e Government Share (FTP Share+ETS Share) 1.575.000
f Kewajiban Pemerintah sektor migas 78.000
g PNBP SDA Migas (USD) 1.497.000
h PNBP SDA Migas (RP) 20.958.000.000
No Uraian USD=14.000
a Pengiriman minyak mentah ke kilang Pertamina (A02)-USD 2.300.000
b Pengiriman minyak mentah DMO (A05)-DMO Gross 500.000
c Pengiriman minyak mentah ke kilang Pertamina (neto)-(a-b) 1.800.000
d Pengiriman minyak mentah ke kilang non Pertamina 775.000
e Penerimaan minyak bumi (gross)-(c+d) 2.575.000
f DMO Fee 240.000
g Pendapatan penjualan minyak mentah DMO-USD (b-f) 260.000
h Pendapatan penjualan minyak mentah DMO (Rp) 3.640.000.000
• Dana penerimaan negara ditampung di
rekening pemerintah lainnya (RPL)
• Penyelesaian kewajiban kontraktual dan
kewajiban amanat peraturan perundangan
menggunakan mekanisme off-budget
• Pengakuan pendapatan-LRA menganut
asas neto (mekanisme pemindahbukuan)
• Dibagihasilkan ke daerah (PNBP SDA)
• Dikelola oleh Direktorat Jenderal Anggaran
sebagai bagian dari Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Transaksi Khusus
(SATK)
Minyak dan Gas Bumi Panas Bumi

1. Pendapatan dalam rupiah dan valas 1. Pendapatan dalam valas


2. Prinsip hak dan kewajiban diatur dalam 2. Prinsip hak dan kewajiban diatur dalam
PSC joint operating contract
3. Pemindahbukuan dana dari RPL ke RKUN 3. Pemindahbukuan dana dari RPL ke
bisa dilakukan tiap bulan RKUN dilakukan tiap triwulan
4. PPh badan dibayar oleh kontraktor 4. PPh badan DTP
5. Kewajiban pemerintah: reimbursement 5. Kewajiban pemerintah: reimbursement
PPN, PBB, PDRD, fee kegiatan hulu migas PPN, PBB, penggantian bonus produksi
6. Terdapat 2 regime: PSC konvensional dan 6. Terdapat 2 regime: sebelum dan sesudah
gross split UU Panas Bumi
7. Ayat jurnal di PMK berbasis SAKTI 7. Ayat jurnal di PMK berbasis SPAN
Rekening Rek.
Pemerintah
Migas Lainnya
Penyelesaian
Piutang Rekening
3 KUN
2
Laporan Memperhitungkan
Pendapatan Pengukuran kewajiban
Operasional 4
Basis Akrual PNBP Migas pemerintah sektor
hulu migas
Pemindahbukuan

1 5
Pendapatan
Neraca Piutang Laporan
Basis Kas
Real. Angg.
Pengakuan
Pada saat penguasaan dan/atau
kepemilikan kas telah beralih kepada
Pemerintah

Pengukuran
Sebesar ekuivalensi rupiah dengan kurs
tengah BI pada tanggal pelaporan

Dokumen Sumber
Rekening koran dan surat permintaan
pemindahbukuan dari DJPb

Penyajian
Di neraca sebagai bagian dari rekening
pemerintah lainnya

Pengungkapan
Mutasi uang masuk dan uang keluar
Rekening Migas dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat timbulnya hak negara

Pengukuran
Sebesar nominal rupiah atau ekuivalensi
rupiah pada tanggal pencatatan

Dokumen Sumber
Laporan A0 dan/atau tembusan surat
tagihan dari SKK Migas ke KKKS
migas/penjual atau pembeli migas
bagian negara

Penyajian
Di neraca sebesar net realizable value
dengan menyisihkan piutang tak tertagih

Pengungkapan
Piutang yang masih dispute antara SKK
Migas dengan KKKS dan piutang macet
dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat timbulnya hak negara

Pengukuran
Sebesar nominal rupiah atau ekuivalensi
rupiah pada tanggal pencatatan

Dokumen Sumber
Laporan A0 dan/atau tembusan surat
tagihan dari SKK Migas ke KKKS
migas/penjual atau pembeli migas
bagian negara

Penyajian
Di laporan operasional sebagai
pendapatan operasional

Pengungkapan
Jenis-jenis pendapatan LO dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat uang masuk ke kas negara

Pengukuran
Sebesar nominal rupiah atau ekuivalensi
rupiah pada tanggal penyetoran atau
pemindahbukuan

Dokumen Sumber
Bukti setor, rekening koran, surat
perintah pemindahbukuan dari DJPb

Penyajian
Di laporan realisasi anggaran sebagai
pendapatan PNBP

Pengungkapan
Jenis-jenis pendapatan LRA dalam CaLK
Perhitungan neto
dilakukan akhir tahun

(setoran valas ke RKUN PNBP Migas


via bank persepsi)

Kewajiban Hulu
Hasil Penjualan Penerima Migas
(setoran Rupiah ke (PBB, PPN,
Lifting Migas RKUN via bank an Migas- Underlifting KKKS,
Fee Kegiatan Usaha
Bagian Negara persepsi)
Bruto Hulu Migas, Pajak
Daerah)

Sumber Pendanaan untuk


Pemenuhan Kewajiban
Sektor Hulu Migas (earmark)

Pendapatan negara langsung diakui meskipun belum ada perhitungan


dan penyelesaian kewajiban pemerintah sektor hulu migas
Penerima
(setoran valas ke Rekening an Migas-
Hasil Penjualan Migas di Bank Indonesia)
Bruto Kewajiban Hulu Migas
(PBB, PPN, Underlifting
Lifting Migas KKKS, Fee Kegiatan
Usaha Hulu Migas,
Bagian Negara Penerima Pajak Daerah)

an Migas-
Neto

PNBP Migas

Pendapatan negara langsung diakui meskipun belum ada perhitungan


dan penyelesaian kewajiban pemerintah sektor hulu migas
Tidak ada Bag Pemerintah
(Equity Share)
Gross Revenue FTP Cost Recovery
1
(Lifting x Harga) (First Trache Petroleum)
(tdk dlm bentuk uang) <0 Tidak ETBS

Bag Pemerintah
Gross Revenue FTP (Equity Share)
2 (Lifting x Harga)
Cost Recovery
>0
ETBS

Bag Pemerintah Total Bag Pemerintah


3 FTP (Equity Share) (Gross)

Total Bag Pemerintah Bisa Dilakukan


>0
Komponen Pengurang
4 (Gross) Penerimaan Migas
Pemindahbukuan
Total Bag Pemerintah
<0
Komponen Pengurang
5 (Gross) Penerimaan Migas Tidak Ada
Pemindahbukuan

Sumber: DJA
Pengukuran
Kewajiban
3
2 PBB Migas

Laporan Beban Basis


Operasional Akrual
4 Penyelesaian
Kewajiban Rekening
KUN
Pemindahbukuan
Rekening
5
Beneficiaries
1
Pendapatan Reimbursement PPN,
Kewajiban
Neraca Ditangguhkan DMO fee,
Underlifting
Kontraktor, fee
penjualan, PDRD
Pengakuan
Pada saat timbulnya kewajiban negara

Pengukuran
Sebesar nominal rupiah atau ekuivalensi
rupiah pada tanggal pencatatan

Dokumen Sumber
Surat tagihan dari SKK Migas, surat
tagihan dari DJP, surat tagihan dari
pemda

Penyajian
Di neraca sebagai kewajiban lancar

Pengungkapan
Jenis-jenis utang beserta permasalahan-
nya dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat terjadinya penurunan potensi
pendapatan negara

Pengukuran
Sebesar nilai estimasi piutang tidak
tertagih sesuai ketentuan peraturan
perundangan

Dokumen Sumber
Kertas kerja perhitungan nilai dan
kualifikasi piutang

Penyajian
Di laporan operasional sebagai beban
operasional

Pengungkapan
Beban penyisihan dalam CaLK
Pengakuan
Pada saat timbulnya kewajiban yang
ditandai dengan diterimanya tagihan
dari pihak lain

Pengukuran
Sebesar nilai tagihan atau alokasi beban
sesuai ketentuan peraturan perundangan

Dokumen Sumber
Surat tagihan dari pihak lain, kertas
kerja perhitungan alokasi beban

Penyajian
Di laporan operasional sebagai beban
operasional

Pengungkapan
Beban lain-lain dalam CaLK
• Pendapatan—LO berasal dari lifting migas dan non-lifting
migas
• Pendapatan lifting migas berdasarkan Laporan Pengiriman
Minyak Bumi A01 (valas) atau A02 (rupiah) dan surat
tagihan overlifting K3S
• Pendapatan non-lifting berdasarkan surat tagihan SKK
Migas berupa tagihan denda, bonus produksi, dan transfer
material
• Pendapatan—LRA berasal dari dua mekanisme: pemindah-
bukuan dana dari rekening migas ke RKUN dan penyetoran
langsung ke RKUN oleh WB melalui bank persepsi (MPN-G3)
• Dokumen sumber pemindahbukuan: surat permintaan
pemindahbukuan dari Dirjen Anggaran ke Dirjen
Perbendaharaan
• Dokumen sumber penyetoran langsung adalah bukti
penyetoran negara (BPN) yang dilengkapi NTPN
• Beban hulu migas di luar PBB migas diakui bersamaan
dengan pengakuan kewajiban hulu migas dengan dokumen
sumber surat tagihan dari SKK Migas dan PT Pertamina
(Persero)
• Tagihan PBB migas tidak diakui sebagai beban melainkan
sebagai pengurang pendapatan migas yang dibagi secara
proporsional antara minyak dan gas bumi berdasarkan
kontribusi nilai lifting migas
• Pendapatan yang ditangguhkan merupakan saldo dana
pada rekening migas yang belum teridentifikasi
peruntukannya karena data pendukung belum diterima dari
SKK Migas dan/atau wajib bayar
• Pendapatan yang ditangguhkan akan ditransfer ke RKUN
pada awal tahun berikutnya apabila telah berhasil
diidentifikasi jenis penerimaannya
Pendapatan diterima di muka antara lain dapat berupa
kelebihan pembayaran PNBP oleh wajib bayar dan
pembayaran ke rekening migas yang belum dapat
diidentifikasi peruntukkannya tetapi sudah dipindahbukukan ke
RKUN dan diakui sebagai pendapatan di LRA
• Overlifting kontraktor adalah kelebihan pengambilan migas
oleh kontraktor dibandingkan dengan haknya yang diatur
dalam kontrak kerja sama pada periode tertentu
• Underlifting kontraktor adalah kekurangan pengambilan
migas oleh kontraktor dibandingkan dengan haknya yang
diatur dalam kontrak kerja sama pada periode tertentu
Transaksi selisih kurs yang diatur di dalam PMK Nomor
61/PMK.02/2020 hanya selisih kurs yang belum terealisasi.
Selisih kurs ini dapat berupa keuntungan atau pun kerugian
yang timbul karena:
• penyesuaian nilai utang/piutang migas pada akhir tahun
• Penyesuaian nilai utang/piutang migas sesaat sebelum
penyelesaian utang/piutang
• Reklasifikasi akun biasanya dilakukan pada akhir tahun
untuk memfinalkan penghitungan hak dan kewajiban negara
sektor hulu migas
• Reklasifikasi akun dilakukan karena pelaksanaan asas neto
• Reklasifikasi akun juga disebabkan oleh dualisme mekanisme
penyetoran migas, tagihan DMO yang masuk dalam Laporan
A02 dan tagihan denda yang masuk ke dalam tagihan gas
bumi.
Reklasifikasi akun dalam transaksi hulu migas biasanya terjadi
antara
• Pendapatan minyak bumi ke gas bumi
• Pendapatan minyak bumi ke minyak mentah DMO
• Pendapatan gas bumi ke pendapatan denda
• Pendapatan minyak bumi ke PBB Migas
Anthony Kapel "Van" Jones

Cited from Bahan Ajar Bapak Puji Wibowo; Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi
- 61 -

BAB VIII
PETUNJUK TEKNIS PENCATATAN AYAT JURNAL STANDAR

Petunjuk teknis pencatatan ayat jurnal standar dimaksudkan untuk


memberikan gambaran mengenai pencatatan transaksi yang dilakukan
oleh Entitas Akuntansi dalam rangka pengakuan dan pengukuran unsur-
unsur Laporan Keuangan. Pencatatan transaksi di dalam BAB ini meliputi
pengakuan pendapatan dan piutang hingga penyelesaian kewajiban
Pemerintah dari kegiatan usaha hulu Migas. Ilustrasi transaksi di bawah
ini merupakan salah satu contoh pencatatan ayat jurnal oleh Satker PNBP
Migas. Transaksi yang belum diakomodir di dalam petunjuk teknis ini
selanjutnya dapat diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal
Anggaran atau Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan.
Sebagai ilustrasi, berikut ikhtisar transaksi PNBP Migas selama tahun
20Xl:

1. Nilai piutang berdasarkan dokumen penagihan atau pengiriman lifting


Migas bagian negara yang diterima di tahun 20Xl (piutang Rupiah dan
valas) sebesar ekuivalen Rp2.500.000. Dari nilai tersebut, sebesar
Rp300.000 merupakan piutang yang berasal dari transaksi tahun
sebelumnya.

2. Berdasarkan dokumen penagihan atau pengiriman lifting minyak DMO


yang diterima di tahun 20Xl diketahui nilai minyak mentah DMO
sebesar ekuivalen Rp200.000. Selain itu diketahui pula bahwa dalam
laporan pengiriman lifting gas bumi tahun 20Xl terdapat piutang yang
berasal dari tagihan denda keterlambatan sebesar ekuivalen Rpl5.000.

3. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat nilai tagihan atas piutang migas


tahun berjalan yang lebih saji, sehingga perlu dikoreksi sebesar
Rpl00.000. Selain itu, terdapat piutang migas tahun lalu yang telah
dilaporkan sebesar Rpl40.000, namun nilai piutang tersebut
seharusnya Rpl20.000. Ditemukan pula bahwa terdapat tagihan atas
piutang migas yang berasal dari tahun sebelumnya sebesar Rp50.000
yang terlanjur dicatat sebagai pendapatan akrual tahun berjalan.

4. Terdapat penyelesaian piutang migas ke Kas Negara melalui bank


persepsi sebesar Rpl.800.000 dan penyelesaian piutang valas melalui
Rekening Migas atas minyak bumi sebesar ekuivalen Rpl00.000 dan
untuk piutang gas bumi sebesar ekuivalen Rp300.000. Piutang valas

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -

minyak tersebut pada awalnya dicatat sebesar ekuivalen Rp90.000 dan


piutang gas pada awalnya dicatat sebesar 320.000.

5. Terdapat piutang jangka panjang yang akan jatuh tempo pada tahun
20X2 sebesar RpS00.000 dan terdapat konversi piutangjangka pendek
atas minyak valas menjadi piutang jangka panjang sebesar
Rpl.000.000. Selain itu, diketahui bahwa berdasarkan hasil
perhitungan saldo piutang per 31 Desember 20Xl masih terdapat
saldo nilai piutang net DMO sebesar Rp250.000 dan saldo nilai piutang
denda gas sebesar ekuivalen Rpl0.000.

6. Beban penyisihan piutang yang dialokasikan atas piutang jangka


panjang adalah sebesar Rp300.000 dan piutangjangka pendek sebesar
Rpl00.000.

7. Karena fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD, piutang valas


tahun lalu yang masih outstanding, perlu disesuaikan dengan nilai
tukar pada akhir tahun 20Xl, yaitu sebesar Rp200.000.

8. Tagihan kewajiban Pemerintah dari kegiatan usaha hulu Migas yang


diterima selama tahun 20Xl berjumlah Rp955.000 terdiri dari PBB
Migas Rp200.000, reimbursement PPN Rp250.000, DMO fee
Rp255.000, fee kegiatan usaha hulu Migas Rp225.000, tagihan pajak
air permukaan dan pajak air tanah RplS.000 dan tagihan pajak
penerangan jalan Rpl0.000. Dari tagihan tersebut di atas, sebesar
Rp60.000 berasal dari tagihan tahun sebelumnya, yaitu PBB Migas
Rp30.000, reimbursement PPN Rp25.000, dan DMO fee RpS.000.

9. Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesalahan pencatatan nilai


tagihan atas kewajiban pemerintah tahun 20Xl sebagai berikut: (i)
terdapat kekeliruan mencatat nilai kewajiban PBB migas sehingga
harus dikoreksi sebesar Rpl0.000; (ii) terdapat pencatatan lebih saji
atas PPN reimbursement Rpl2.000 dan pajak air tanah dan air
permukaan Rp7.000; (ii) terdapat pencatatan kurang saji atas DMO
Fee Rpl 1.000, Fee kegiatan usaha hulu migas Rp70.000, dan pajak
penerangan jalan Rp2.000. Selanjutnya, diketahui pula terdapat
pencatatan nilai utang tahun sebelumnya atas DMO Fee yang lebih saji
sebesar Rpl0.000 dan atas fee penjualan yang kurang saji sebesar
Rp20.000 (koreksi beban tahun sebelumnya). Selain itu, terdapat
tagihan yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya, namun keliru
dicatat sebagai beban atau pengurang pendapatan PNBP-Laporan
Operasional, yaitu: PBB Migas sebesar RpS0.000, reimbursement PPN

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -

Rp20.000, DMO fee Rp15.000, fee kegiatan usaha hulu Migas


Rp120.000, tagihan pajak air permukaan dan pajak air tanah Rp5.000
dan tagihan pajak peneranganjalan Rpl.000.

10. Kewajiban Pemerintah dari kegiatan usaha hulu Migas yang telah
diselesaikan melalui Rekening Migas adalah sebesar RpS00.000, terdiri
dari PBB Migas Rp150.000, reimbursement PPN Rp160.000, DMO fee
Rp280.000, fee kegiatan usaha hulu Migas Rp200.000, pajak air
permukaan dan pajak air tanah RpS.000 dan pajak penerangan jalan
Rp2.000. Nilai ekuivalen rupiah pada saat pengakuan untuk DMO fee
Rp270.000 dan fee kegiatan usaha hulu migas Rp205.000. Selain itu,
terdapat penyelesaian kewajiban Pemerintah yang dilakukan melalui
mekanisme reklasifikasi akun Pendapatan PNBP Migas-Laporan
Realisasi Anggaran di Rekening KUN, yaitu atas penyelesaian PBB
Migas tahun 20Xl sebesar Rp300.000.

11. Karena fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap USD, utang valas tahun
lalu yang masih outstanding, perlu disesuaikan dengan nilai tukar
pada akhir tahun 20Xl, yaitu sebesar Rp50.000.

12. Pemindahbukuan PNBP SDA Migas sebesar Rpl.450.000.

13. Hasil perhitungan pendapatan net DMO selama tahun 20Xl adalah
sebesar Rp400.000. Selain itu, untuk memperhitungkan alokasi
pembebanan atas pembayaran kewajiban Pemerintah sektor m1gas,
juga telah dilakukan perhitungan kembali alokasi PNBP Migas,
sehingga perlu dilakukan reklasifikasi akun pendapatan LRA dari
PNBP SDA Minyak Bumi ke PNBP SDA Gas Bumi sebesar Rp500.000.
Pada tahun 20Xl juga terjadi kekeliruan identifikasi penerimaan
denda gas di Rekening Minyak dan Gas Bumi yang terlanjur diproses
pemindahbukuannya sebagai Pendapatan LRA Gas sebesar Rpl5.000.

14. Pada akhir tahun 20Xl, terdapat saldo pada Rekening Minyak dan Gas
Bumi per 31 Desember 20Xl sebesar Rp500.000, yang terdiri dari
penerimaan Migas yang belum dapat diidentifikasi peruntukkannya
sebesar Rp350.000, PPh Migas yang salah setor sebesar Rpl00.000,
dan dana retur atas penyelesaian kewajiban DMO Fee sebesar
Rp50.000.

15. Diketahui per 31 Desember 20Xl, terdapat penenmaan m1gas di


Rekening Migas yang belum dapat diidentifikasi peruntukkannya,
tetapi telah terhitung sebagai dana yang dipindahbukukan ke

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 64 -

Rekening KUN dan diakui sebagai Pendapatan Migas-Laporan


Realisasi Anggaran sebesar Rp30.000.

16. Terdapat transaksi over/underlifting Kontraktor selama tahun 20Xl


sebagai berikut:
a. Diterima tagihan over dan underlifting Kontraktor tahun berjalan
(tahun 20Xl), dengan rincian sebagai berikut:

J enis Tagihan Minyak Gas Net Over/ (Under)


Lifting Kontraktor
Kontraktor A 70.000 (40.000) 30.000
Kontraktor B 30.000 15.000 45.000
Kontraktor C 45.000 (55.000) (10.000)
Kontraktor D (20.000) (15.000) (35.000)

b. Diterima tagihan final over/ (under)lifting Kontraktor tahun


sebelumnya (tahun 20X0) dengan rincian sebagai berikut:

Kontraktor Minyak Gas Net Over/ (Under)


Lifting Kontraktor
Kontraktor 1 60.000 (30.000) 30.000
Kontraktor 2 50.000 (40.000) 10.000
Kontraktor 3 (60.000) 40.000 (20.000)
Kontraktor 4 (80.000) 45.000 (35.000)
Kontraktor 5 (85.000) 70.000 (15.000)
Kontraktor 6 (50.000) 60.000 10.000
atas tagihan final tersebut, pada laporan keuangan tahun lalu
telah diestimasikan nilai tagihannya sebagai berikut:

Kontraktor Minyak Gas Net Over/ (Under)


Lifting Kontraktor
Kontraktor 1 70.000 (50.000) 20.000
Kontraktor 2 80.000 (65.000) 15.000
Kontraktor 3 65.000 (40.000) 25.000
Kontraktor 4 (60.000) 40.000 (20.000)
Kontraktor 5 (70.000) 50.000 (20.000)
Kontraktor 6 (75.000) 55.000 (20.000)

c. Diterima tagihan over/underlifting Kontraktor tahun sebelumnya


(tahun 20X0) yang belum ditagihkan ataupun diestimasikan pada
laporan keuangan tahun sebelumnya sebagai berikut:
J enis Tagihan Minyak Gas Net Over/ (Under)
Lifting Kontraktor
Kontraktor X 90.000 (40.000) 50.000
Kontraktor Y (50.000) 15.000 (35.000)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65 -

d. Pada awal Januari 20X2 sebelum dilakukannya penyusunan


Laporan Keuangan unaudited, diterima surat dari Instansi
Pelaksana yang menyampaikan estimasi tagihan over/underlifting
Kontraktor tahun 20Xl dengan total summary tagihan sebagai
berikut:
J enis Tagihan Minyak Gas Net Over/ (Under)
Lifting Kontraktor
Overlifting
500.000 350.000 850.000
Kontraktor
(Underlifting)
(300.000) (150.000) (450.000)
Kontraktor
Net Over/ (Under)
200.000 200.000 400.000
Lifting Kontraktor

e. Selanjutnya pada bulan April 20X2 sebelum penyusunan Laporan


Keuangan audited, diterima tagihan final atas over/underlifting
Kontraktor tahun buku 20Xl untuk beberapa Kontraktor dengan
rincian tagihan sebagai berikut:
Kontral<tor Minyak Gas Net Over/ (Under)
Lifting Kontraktor
Kontraktor 7 60.000 (30.000) 30.000
Kontraktor 8 50.000 (40.000) 10.000
Kontraktor 9 (60.000) 40.000 (20.000)
Kontraktor 10 (80.000) 45.000 (35.000)
Kontraktor 11 (85.000) 70.000 (15.000)
Kontral<tor 12 (50.000) 60.000 10.000

atas tagihan final tersebut, sebelumnya pada awal Januari 20X2


telah diestimasikan tagihannya sebagai berikut:
Kontraktor Minyak Gas Net Over/ (Under)
Lifting Kontraktor
Kontraktor 7 70.000 (50.000) 20.000
Kontraktor 8 80.000 (65.000) 15.000
Kontraktor 9 65.000 (40.000) 25.000
Kontraktor 10 (60.000) 40.000 (20.000)
Kontraktor 11 (70.000) 50.000 (20.000)
Kontraktor 12 (75.000) 55.000 (20.000)

17. Selama Tahun 20Xl terdapat transaksi over/underlifting gas


Kontraktor yang diselesaikan melalui mekanisme cargo settlement
sebagai berikut:
a. Dalam hal Instansi Pelaksana menginformasikan sebelumnya
atas transaksi over/underlifting melalui cargo settlement.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 66 -

1) Pada bulan Januari 20Xl diterima laporan dari Instansi


Pelaksana adanya tagihan over dan underlifting gas
Kontraktor tahun-tahun sebelumnya yang akan diselesaikan
melalui mekanisme cargo settlement, dengan rincian sebagai
berikut:

J enis Tagihan Overlifting Underlifting


Kontraktor Kontraktor
Kontraktor A 80.000 -
Kontraktor B - (25.000)
Kontraktor C 55.000 -

Kontraktor D - (35.000)
Total 135.000 (60.000)

2) Pada bulan Mei 20Xl, diterima penyelesaian atas hasil


penjualan gas bumi di Rekening Migas sebesar US$210,000.
Selain itu, berdasarkan Laporan Pengiriman Gas Bumi bulan
April 20Xl, dilaporkan bahwa terdapat penyelesaian
overlifting Kontraktor A dan C masing-masing sebesar
US$80.000 dan US$55.000 melalui cargo settlement yang
diperhitungkan dengan lifting gas bagian negara bulan April
20Xl atas invoice BAE.43.04.005 senilai $75,000.
3) Pada Laporan Pengiriman Gas Bumi bulan Juni 20Xl
dilaporkan adanya penyelesaian underlifting Kontraktor B
dan D masing-masing sebesar US$25.000 dan US$35.000
melalui cargo settlement yang diperhitungkan dengan lifting
gas bulan Juni 20Xl atas invoice BAE.46.06.008 senilai
$190,000. Selain itu, pada bulan Juni juga diterima
penyelesaian hasil penjualan LNG atas mv01ce
BAE.46.06.008 di Rekening Migas senilai $130,000.
b. Dalam hal Instansi Pelaksana tidak menginformasikan sebelumnya
atas transaksi over/underlifting melalui cargo settlement

1) Pada Laporan Pengiriman Gas Bumi bulan Agustus 20Xl


dilaporkan adanya lifting Gas Bumi bagian Pemerintah untuk
invoice BAE.46.08.35 sebesar US$120.000. Atas nilai tersebut
termasuk didalamnya penyelesaian overlifting Kontraktor E
tahun sebelumnya melalui cargo settlement sebesar
US$30.000.

2) Pada Laporan Pengiriman Gas Bumi bulan Agustus 20Xl


dilaporkan adanya lifting gas bagian Pemerintah untuk

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -

mvo1ce BAE.45.08.005 sebesar US$100.000. Atas nilai


tersebut telah memperhitungkan penyelesaian underlifting
Kontraktor F tahun sebelumnya melalui cargo settlement
sebesar US$60.000.

Berdasarkan ilustrasi transaksi di atas, berikut ini ayatjurnal yang disusun


oleh Satker PNBP Migas pada Buku Besar Akrual dan Buku Besar Kas.
1. Saat terbitnya tagihan atau penetapan piutang PNBP dan pengakuan
pendapatan akrual
a. Pencatatan pendapatan akrual tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Piutang Jangka Pendek - Migas xxx 2.200.000
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 2.200.000

b. Pencatatan pendapatan akrual tahun sebelumnya


Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Piutang Jangka Pendek - Migas xxx 300.000
xxxxxx Koreksi Lain-lain 300.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2. Reklasifikasi Pendapatan Akrual Minyak dan Gas Bumi
a. Pencatatan reklasifikasi pengakuan pendapatan minyak bumi
menjadi pendapatan minyak mentah DMO
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 200.000
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak DMO 200.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Pencatatan reklasifikasi pengakuan pendapatan gas bumi
menjadi pendapatan denda gas
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 15.000
Pendapatan LO - Denda,
xxxxxx Bunga, dan Penalti Kegiatan 15.000
Usaha Hulu Migas

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -

3. Pencatatan koreksi piutang dan pendapatan akrual


a. Pencatatan koreksi piutang tahun berjalan yang lebih saji
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 100.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 100.000
XXX

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Pencatatan koreksi piutang tahun lalu yang lebih saji
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Alum Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 20.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 20.000
XXX

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Pencatatan koreksi salah saji pendapatan akrual tahun lalu
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 50.000
xxxxxx Koreksi Lain -lain 50.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


4. Saat penyelesaian piutang oleh wajib bayar dan/ atau pengakuan
pendapatan kas

a. Penyelesaian piutang ke rekening Kas Negara melalui bank


perseps1
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Diterima dari Entitas Lain - Akrual 1.800.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 1.800.000
XXX

Di Buku Besar Kas akan dijurnal sebagai berikut:


Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Diterima dari Entitas Lain - Kas 1.800.000
xxxxxx Pendapatan LRA - Migas xxx 1.800.000

b. Penyesuaian nilai piutang valas sesaat sebelum pengakuan


penyelesaian piutang
1) Penyesuaian yang menyebabkan menambah nilai piutang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Piutang Jangka Pendek - Migas
xxx:xxx 10.000
XXX

Keuntungan belurn
xxx:xxx 10.000
terealisasi atas selisih kurs

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Penyesuaian yang menyebabkan mengurangi nilai piutang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Kerugian belurn terealisasi atas
xxx:xxx 20.000
selisih kurs
Piutang Jangka Pendek -
xxx:xxx 20.000
Migas xxx

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Pencatatan penyelesaian piutang melalui Rekening Minyak dan
Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxx:xxx Diterirna dari Entitas Lain - Akrual 400.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxx:xxx 400.000
XXX

Tidak ada ayatjurnal di Buku Besar Kas pada Satker PNBP Migas.
Transaksi di Buku Besar akan dibukukan oleh Kuasa BUN.

5. Reklasifikasi Piutang
a. Pencatatan piutang jangka panjang yang akan jatuh tempo pada
tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Bagian Lancar Piutang Jangka
xxx:xxx 500.000
Panjang
xxx:xxx Piutang Jangka Panjang 500.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Pencatatan konversi piutang jangka pendek menjadi piutang
jangka panjang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxx:xxx Piutang Jangka Panjang 1.000.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxx:xxx 1.000.000
XXX

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70 -

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Pencatatan saldo piutang atas net DMO per 31 Desember 20xl
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun UraianAkun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxx:x 250.000
Lainnya - Net DMO
Piutang Jangka Pendek - Nilai
xxxxx:x 250.000
Lawan

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


d. Pencatatan saldo piutang atas denda gas per 31 Desember 20xl
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxx:x 10.000
Lainnya - Denda Gas
Piutang Jangka Pendek - Gas
xxxxx:x 10.000
XXX

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


6. Beban Penyisihan Piutang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Beban Penyisihan Piutang PNBP 400.000
Akumulasi Penyisihan Piutang
xxxxx:x 100.000
Tak Tertagih J angka Pendek
Akumulasi Penyisihan Piutang
xxxxx:x 300.000
Tak Tertagih Jangka Panjang

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


7. Penyesuaian nilai piutang atas selisih kurs
a. Apabila nilai piutang bertambah karena selisih kurs
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Piutang Jangka Pendek - Migas xxx 200.000
Keuntungan belum terealisasi
xxxxx:x 200.000
atas selisih kurs

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Apabila nilai piutang berkurang karena selisih kurs
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Kerugian belum terealisasi atas
xxxxx:x 200.000
selisih kurs

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -

1=1 :tang Jangka Pendek - Migas I

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


200.000

8. Saat terbitnya tagihan atau penetapan kewajiban Pemerintah sektor


m1gas
a. Tagihan PBB Migas tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 170.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 170.000
PBB Migas

(Kewajiban PBB Migas diakui sebagai koreksi pendapatan akrual)


Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.
b. Tagihan selain PBB Migas tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 225.000
Reimbursement PPN
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 225.000
Reimbursement PPN

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Beban Pihak Ketiga Migas - DMO
xxxxxx 250.000
Fee Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 250.000
DMO Fee Kontraktor

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Beban Pihak Ketiga Migas - Fee
xxxxxx 225.000
Kegiatan Usaha Hulu Migas
Utang Pihak Ketiga Migas - Fee 225.000
xxxxxx
Kegiatan Usaha Hulu Migas

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Beban Pihak Ketiga Migas - Pajak
xxxxxx 15.000
Air Tanah dan Pajak Air Permukaan
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx Pajak Air Tanah dan Pajak Air 15.000
Permukaan

Akun Uraian Akun Debit Kredit

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 72 -

Beban Pihak Ketiga Migas - Pajak


xxxxxx 10.000
Penerangan J alan
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 10.000
Pajak Penerangan Jalan

(Kewajiban selain PBB Migas diakui sebagai beban)


Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.
c. Tagihan PBB Migas tahun sebelumnya
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain -lain 30.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 30.000
PBB Migas

(Kewajiban PBB Migas tahun sebelumnya diakui sebagai koreksi


ekuitas)
Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.
d. Tagihan selain PBB Migas tahun sebelumnya
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 30.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 25.000
Reimbursement PPN
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 5.000
DMO Fee Kontraktor

(Kewajiban non PBB Migas tahun sebelumnya diakui sebagai


koreksi ekuitas)
Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.
9. Pencatatan koreksi kewajiban Pemerintah dan/atau beban akrual
a. Pencatatan koreksi kewajiban dan/ atau be ban akrual tahun
berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
1) Pencatatan koreksi kewajiban PBB Migas
a) Apabila koreksi terjadi karena lebih saji
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 10.000
PBB Migas
Pendapatan LO - Migas
xxxxxx 10.000
XXX

b) Apabila koreksi terjadi karena kurang saji

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 73 -

Akun UraianAkun Debit Kredit


xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 10.000
U tang Pihak Ketiga
xxxxxx 10.000
Migas - PBB Migas

2) Pencatatan koreksi kewajiban selain PBB Migas

a) Koreksi lebih saji kewajiban atau beban tahun berjalan

1. Koreksi Reimbursement PPN


Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas
xxxxxx 12.000
- Reimbursement PPN
Beban Pihak Ketiga
xxxxxx Migas - 12.000
Reimbursement PPN

11. Koreksi Pajak Air Tanah dan Air Permukaan


Akun Uraian Akun Debit Kredit
U tang Pihak Ketiga Migas
xxxxxx - Pajak Air Tanah dan 7.000
Permukaan
Beban Pihak Ketiga
xxxxxx Migas - Pajak Air 7.000
Tanah dan Permukaan

b) Koreksi kurang saJ1 kewajiban atau beban tahun


berjalan

1. Koreksi DMO Fee


Akun Uraian Akun Debit Kredit
Be ban Pihak Ketiga Migas
xxxxxx 11.000
- DMO Fee Kontraktor
Utang Pihak Ketiga
xxxxxx Migas - DMO Fee 11.000
Kontraktor

11. Koreksi Fee Kegiatan Usaha Hulu Migas


Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas
xxxxxx - Fee Kegiatan Usaha 70.000
Hulu Migas
Utang Pihak Ketiga
xxxxxx Migas - Fee Kegiatan 70.000
U saha H ulu Migas

111. Koreksi Pajak Penerangan Jalan


Akun Uraian Akun Debit Kredit

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 74 -

Beban Pihak Ketiga Migas


XXXXXX 2.000
- Pajak Penerangan Jalan
Utang Pihak Ketiga
xxxxxx Migas Pajak 2.000
Penerangan Jalan

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Pencatatan koreksi kewajiban atau beban akrual tahun
sebelumnya
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
1) Koreksi lebih saji kewajiban atau beban tahun sebelumnya
Akun UraianAkun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas - DMO
xxxxxx 10.000
Fee Kontraktor
xxxxxx Koreksi Lain-lain 10.000

2) Koreksi kurang saji kewajiban atau beban tahun sebelumnya


Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 20.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx Fee Kegiatan Usaha Hulu 20.000
Migas

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Pencatatan koreksi kewajiban dan/ atau be ban akrual tahun
sebelumnya yang terlanjur dicatat sebagai beban tahun berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
1) Pencatatan koreksi kewajiban PBB Migas
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 50.000
xxxxxx Pendapatan LO - Migas xxx 50.000

2) Pencatatan koreksi selain PBB Migas


Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 161.000
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Reimbursement PPN
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 15.000
DMO Fee Kontraktor
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx Fee Kegiatan Usaha Hulu 120.000
Migas
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx Pajak Air Tanah dan 5.000
Permukaan

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 75 -

Be ban Pihak Ketiga Migas -


xxxxxx 1.000
Pajak Penerangan Jalan

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


10. Pada saat penyelesaian kewajiban Pemerintah dari kegiatan usaha
hulu Migas
a. Penyesuaian nilai utang valas sesaat sebelum pengakuan
penyelesaian utang
1) Penyesuaian yang menyebabkan menambah nilai utang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun UraianAkun Debit Kredit
Kerugian belum terealisasi atas
xxxxxx 10.000
selisih kurs
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 10.000
DMO Fee

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Penyesuaian yang menyebabkan mengurangi nilai utang
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun UraianAkun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas - Fee
xxxxxx 5.000
Kegiatan Usaha Hulu Migas
Keuntungan belum
xxxxxx 5.000
terealisasi atas selisih kurs

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Penyelesaian utang rupiah dan valas melalui Rekening Minyak
dan Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas - PBB
xxxxxx 150.000
Migas
U tang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 160.000
Reimbursement PPN
Utang Pihak Ketiga Migas - DMO Fee
xxxxxx 280.000
Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas - Fee
xxxxxx 200.000
Kegiatan Usaha Hulu Migas
Utang Pihak Ketiga Migas - Pajak Air
xxxxxx 8.000
Tanah dan Permukaan
Utang Pihak Ketiga Migas - Pajak
xxxxxx 2.000
Penerangan Jalan
Ditagihkan ke Entitas Lain
xxxxxx 800.000
(Akrual)

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 76 -

Tidak ada ayatjurnal di Buku Besar Kas pada Satker PNBP Migas.
Transaksi di Buku Besar akan dibukukan oleh Kuasa BUN.
c. Penyelesaian utang rupiah melalui rekening Kas Negara yang
dilakukan melalui reklasifikasi akun pendapatan PNBP - Laporan
Realisasi Anggaran
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun UraianAkun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas - PBB
xxxxxx 300.000
Migas
Ditagihkan ke Entitas Lain
xxxxxx 300.000
(Akmal)

Di Buku Besar Kas akan dijurnal sebagai berikut:


Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LRA - Migas xxx 300.000
Ditagihkan ke Entitas Lain
xxxxxx 300.000
(Kas)
11. Penyesuaian nilai utang atas selisih kurs
a. Apabila nilai utang berkurang karena selisih kurs
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang kepada Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 50.000
xxxx
Keuntungan belum terealisasi
xxxxxx 50.000
atas selisih kurs

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Apabila nilai utang bertambah karena selisih kurs
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Kerugian belum terealisasi atas
xxxxxx 50.000
selisih kurs
Utang kepada Pihak Ketiga
xxxxxx 50.000
Migas -xxxx

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


12. Pada saat pemindahbukuan PNBP Migas dari Rekening Minyak dan
Gas Bumi ke Rekening KUN
Tidak ada ayat jurnal di Buku Besar Akrual. Adapun transaksi di Buku
Besar Kas adalah:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 77 -

Akun UraianAkun Debit Kredit


xxxxxx Diterima Dari Entitas Lain - Kas 1.450.000
xxxxxx Pendapatan LRA - Migas xxx 1.450.000
13. Reklasifikasi Akun Pendapatan LRA
a. Reklasifikasi akun pendapatan untuk pengakuan pendapatan
LRA net DMO
Tidak ada ayat jurnal di Buku Besar Akrual. Adapun transaksi di
Buku Besar Kas adalah:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LRA - Minyak Bumi 400.000
xxxxxx Pendapatan LRA - Net DMO 400.000

b. Reklasifikasi akun pendapatan atas perhitungan kembali alokasi


PNBP SDA Migas
Tidak ada ayat jurnal di Buku Besar Akrual. Adapun transaksi di
Buku Besar Kas adalah:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LRA - Minyak Bumi 500.000
xxxxxx Pendapatan LRA - Gas Bumi 500.000

c. Reklasifikasi akun pendapatan yang diakibatkan kesalahan


identifikasi penerimaan di Rekening Migas
Tidak ada ayat jurnal di Buku Besar Akrual. Ada pun transaksi di
Buku Besar Kas adalah:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LRA - Gas Bumi 15.000
Pendapatan LRA - Denda,
xxxxxx Bunga, dan Penalti Kegiatan 15.000
Usaha Hulu Migas
14. Jurnal atas saldo Rekening Migas pada periode pelaporan keuangan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Diterima dari Entitas Lain - Akrual 450.000
xxxxxx Pendapatan Yang Ditangguhkan 350.000
xxxxxx Utang Jangka Pendek Lainnya 100.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


Pencatatan atas dana retur akan dibukukan oleh Kuasa BUN.
15. Pengakuan atas pendapatan Diterima di Muka
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 78 -

Akun Uraian Akun Debit Kredit


xxxxxx Diterima dari Entitas Lain - Akrual 30.000
xxxxxx Pendapatan Diterima di Muka 30.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


16. Jurnal Transaksi Over/Underlifting Kontraktor
a. Jurnal atas transaksi over/underlifting Kontraktor tahun berjalan
yang ditagihkan pada tahun yang bersangkutan
1) Jurnal tagihan overlifting Kontraktor A
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 30.000
(Overlifting)
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 40.000
Underlifting Kontraktor
Pendapatan LO - Minyak
xxxxxx 70.000
Bumi

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Jurnal tagihan overlifting Kontraktor B
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 45.000
(Overlifting)
Pendapatan LO - Minyak
xxxxxx 30.000
Bumi
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 15.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


3) Jurnal tagihan underlifting Kontraktor C
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 55.000
Underlifting Kontraktor
Pendapatan LO - Minyak
xxxxxx 45.000
Bumi
U tang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 10.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


4) Jurnal tagihan underlifting Kontraktor D
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 79

Akun UraianAkun Debit Kredit


Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxx:x 35.000
Underlifting Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxx:x 35.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


b. Jurnal atas transaksi tagihan final over/underlifting Kontraktor
tahun sebelumnya yang telah diestimasi pada tahun sebelumnya
1) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 1
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxx:x 10.000
(Overlifting)
xxxxx:x Koreksi Lain-lain 10.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 2
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Koreksi Lain-lain 5.000
Piutang Jangka Pendek -
xxxxx:x 5.000
Migas (Overlifting)

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


3) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 3
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Koreksi Lain -lain 45.000
Piutang Jangka Pendek -
xxxxx:x 25.000
Migas (Overlifting)
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxx:x 20.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


4) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontra.ktor 4
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxx:x Koreksi Lain -lain 15.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxx:x 15.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 80 -

5) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 5


Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 5.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Koreksi Lain-lain 5.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


6) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 6
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 10.000
(Overlifting)
xxxxxx Koreksi Lain-lain 30.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


c. Jurnal atas transaksi over/underlifting Kontraktor tahun
sebelumnya yang belum ditagihkan dan/ atau diestimasi pada
tahun sebelumnya
1) Jurnal tagihan over/underlifting Kontraktor x atas transaksi
tahun yang lalu
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 50.000
(Overlifting)
xxxxxx Koreksi Lain-lain 50.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Jurnal tagihan over/underlifting Kontraktor y atas transaksi
tahun yang lalu
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 35.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 35.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


d. Jurnal atas transaksi estimasi over/underlifting Kontraktor tahun
berjalan
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 81 -

Akun Uraian Akun Debit Kredit


Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 850.000
(Overlifting)
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 450.000
Underlifting Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 450.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 500.000
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 350.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


e. Jurnal atas transaksi final over/underlifting Kontraktor tahun
berjalan yang sebelumnya telah dicatat dengan nilai estimasi
1) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 7
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 10.000
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 10.000
(Overlifting)
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


2) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 8
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 30.000
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 5.000
Migas (Overlifting)
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 25.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


3) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 9
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Pendapatan LO - Minyak Bumi 65.000
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 25.000
Migas (Overlifting)
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 40.000
U tang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 82 -

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


4) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 10
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 5.000
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 15.000
Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


5) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 11
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Beban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 15.000
Underlifting Kontraktor
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 5.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 20.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


6) Jurnal tagihan final over/underlifting Kontraktor 12
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 20.000
Underlifting Kontraktor
Piutang Jangka Pendek - Migas
xxxxxx 10.000
(Overlifting)
Be ban Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 25.000
Underlifting Kontraktor
xxxxxx Pendapatan LO - Gas Bumi 5.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat jurnal.


17. Jurnal Transaksi Over/Underlifting Kontraktor Yang Diselesaikan
Melalui Mekanisme Cargo Settlement
a. Dalam hal Instansi Pelaksana menginformasikan sebelumnya
atas transaksi over/underlifting melalui cargo settlement.
1) Jurnal atas pelaporan transaksi over/underlifting Kontraktor
tahun-tahun sebelumnya yang akan diselesaikan melalui
cargo settlement
a) Jurnal atas overlifting Kontraktor Adan C
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 83 -

Akun UraianAkun Debit Kredit


Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 135.000
Migas (Overlifting)
xxxxxx Koreksi Lain-lain 135.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
b) Jurnal underlifting Kontraktor B dan D
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 60.000
Utang Pihak Ketiga Migas
xxxxxx 60.000
- Underlifting Kontraktor

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
2) Jurnal atas pelaporan penyelesaian overlifting Kontraktor A
dan C yang diselesaikan melalui cargo settlement
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
a) Jurnal pengakuan piutang dan pendapatan gas atas
pelaporan mv01ce BAE.43.04.005 pada Laporan
pengiriman Gas bulan Mei 20Xl
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 75.000
Gas Bumixxx
Pendapatan LO - Gas
xxxxxx 75.000
Bumi
b) Jurnal atas penyelesaian hasil penjualan gas di
Rekening Migas
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Diterima dari Entitas Lain
xxxxxx 210.000
(DDEL) - Akrual
Piutang Jangka
xxxxxx Pendek - Migas 135.000
(Overlifting)
Piutang Jangka
xxxxxx Pendek - Gas Bumi 75.000
XXX

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
- 84 -

3) Jurnal atas pelaporan penyelesaian underlifting Kontraktor B


dan D yang diselesaikan melalui cargo settlement pada
Laporan Pengiriman Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
a) Jurnal awal pengakuan piutang dan pendapatan gas
atas pelaporan invoice BAE.46.06.008 pada Laporan
pengiriman Gas bulan Juni 20Xl
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Gas
xxxxxx 190.000
Bumi x:xx
Pendapatan LO - Gas
xxxxxx 190.000
Bumi
b) Jurnal penyelesaian underlifting Kontraktor B dan D
melalui cargo settlement
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Utang Pihak Ketiga Migas -
xxxxxx 60.000
Underlifting Kontraktor
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 60.000
Gas Bumi x:xx
c) Jurnal atas penyelesaian hasil penjualan gas di
Rekening Migas
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Diterima dari Entitas Lain
xxxxxx 130.000
(DDEL) - Akrual
Piutang Jangka Pendek -
xxxxxx 130.000
Gas Bumi x:xx

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
b. Dalam hal Instansi Pelaksana tidak menginformasikan
sebelumnya atas transaksi over/underlifting melalui cargo
settlement.
1) Jurnal atas pelaporan transaksi penyelesaian overlifting
Kontraktor E tahun sebelumnya yang diselesaikan melalui
cargo settlement pada Laporan Pengiriman Gas Bumi
a) Jurnal awal saat pencatatan lifting gas bumi sesuai
Laporan Pengiriman Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:

www.jdih.kemenkeu.go.id
85 -

Akun UraianAkun Debit Kredit


Piutang Jangka Pendek - Gas
120.000
urni xxx
Pendapatan LO - Gas Burni 120.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
b) Jurnal penyesuaian atas penyelesaian overlifting
Kontraktor E melalui cargo settlement untuk
mengkoreksi nilai pendapatan tahun berjalan.
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Pendapatan LO - Gas Burni 30.000
Koreksi Lain -lain 30.000

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
2) Jurnal atas pelaporan transaksi penyelesaian underlifting
Kontraktor F tahun sebelumnya yang diselesaikan melalui
cargo settlement pada Laporan Pengiriman Gas Bumi
a) Jurnal awal saat pencatatan lifting gas bumi sesua1
Laporan Pengiriman Gas Bumi
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
Piutang Jangka Pendek - Gas
xxxxxx 100.000
Burni xxx
Pendapatan LO - Gas
xxxxxx 100.000
Burni

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.
b) Jurnal penyesuaian atas penyelesaian underlifting
Kontraktor melalui cargo settlement untuk mengkoreksi
nilai pendapatan tahun berjalan.
Di Buku Besar Akrual akan dijurnal sebagai berikut:
Akun Uraian Akun Debit Kredit
xxxxxx Koreksi Lain-lain 60.000
Pendapatan LO - Gas
xxxxxx 60.000
Burni

Di Buku Besar Kas tidak dilakukan pencatatan ayat


jurnal.

www.jdih.kemenkeu.go.id
Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 50/PMK.07/2017 tentang
Pengelolaan Transfer Ke Daerah Dan Dana
Desa beserta perubahannya
• PMK Nomor 83/PMK.05/2018 tentang Sistem
Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Transfer
Ke Daerah Dan Dana Desa
• PMK Nomor 139/PMK.07/2019 tentang
Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum, Dan Dana Otonomi Khusus beserta
perubahannya
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• PMK Nomor 17/PMK.07/2021 tentang
Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana
Desa Tahun Anggaran 2021 dalam rangka
Mendukung Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan Dampaknya
• KMK Nomor 6/KM.7/2020 tentang Penyaluran
DAK Fisik Bidang Kesehatan dan Dana BOK
Kesehatan dalam Rangka Pencegahan
dan/atau Penanganan COVID-19
• Buletin Teknis 21 tentang Akuntansi Transfer
Berbasis Akrual
• Kebijakan Umum TKDD
• Akuntansi TKDD
• Implementasi Akuntansi TKDD
TKDD diarahkan untuk mendukung perbaikan • Mempercepat penyediaan infrastruktur
kualitas layanan dasar publik di daerah, publik dan penguatan kualitas SDM,
akselerasi daya saing, dan mendorong belanja terutama melalui bidang pendidikan,
produktif yang dapat meningkatkan aset kesehatan, air minum, perlindungan sosial,
dan konektivitas antarwilayah melalui 25%
daerah DTU untuk mandatory spending, DAK Fisik,
Dana Otsus, DTI, DAIS, dan Dana Desa
• Meningkatkan daya saing melalui inovasi,
kemudahan berusaha, tata kelola
pemerintahan, dan kebijakan insentif yang
mendukung iklim investasi melalui DAK
Nonfisik dan DID
• Meningkatkan produktivitas terutama
berorientasi ekspor melalui pengembangan
potensi ekonomi daerah melalui DAK Fisik,
DAK Nonfisik, dan DID

Sebelum Pandemi
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-
content/uploads/2020/02/Kebijakan-TKDD-2020-
Dana-Perimbangan.pdf
TKDD diarahkan untuk mendukung dan Pengutamaan penggunaan untuk penanganan
mendorong pencegahan/penanganan dampak Covid-19, antara lain:
Covid-19 di daerah
• Belanja infrastruktur 25% DTU;
• Maksimal 25% sisa DBH SDA Kehutanan Dana
Reboisasi;
• DAK Fisik Bidang Kesehatan & Keluarga
Berencana;
• BOK Tambahan untuk insentif bagi tenaga
kesehatan yang terlibat dalam penanganan
COVID-19;
• Dana Desa untuk Bantuan Langsung Tunai.

Saat Pandemi
Bahan Ajar LMS
Relaksasi Penyaluran Dana TKDD, seperti KB Penyempurnaan Tata Kelola, melalui:
DBH dan DBH tahun berjalan, DAK Fisik
• Persyaratan tambahan dalam penyaluran
Kesehatan, DAK Non fisik
DAU dan DBH:
• Laporan kinerja pencegahan dan/atau penanganan
Covid-19;
• Laporan Penyesuaian APBD TA 2020
• Penyaluran DAU berdasarkan kinerja pengelolaan
keuangan di daerah

• Sanksi bila tambahan penyaluran tidak


dipenuhi, berupa
• penundaan 35% DAU dan/atau DBH;
• pemotongan penyaluran sebagian DAU dan/atau DBH;
atau
• Bila hingga akhir tahun, maka DAU dan/atau DBH
yang ditunda tidak dapat disalurkan kembali kepada
daerah bersangkutan.

Saat Pandemi
Bahan Ajar LMS
PMK Nomor 19/PMK/07/2020 KMK Nomor 6/KM.07/2020

• Mandatory spending via DAU untuk • Relaksasi pelaksanaan DAK Fisik


anggaran kesehatan diprioritaskan Subbidang Kesehatan dengan
penggunaanya untuk kegiatan pen- kemudahan perubahan menu/kegiatan
cegahan dan/atau penanganan Covid-19 untuk penanggulangan Covid-19
• Penyesuaian dan penajaman pengguna- • Relaksasi pelaksanaan Dana BOK (DAK
an pada jenis DBH earmarked kesehatan Nonfisik) dengan kemudahan perubahan
(CHT dan Migas Otsus) dan DBH SDA menu/kegiatan untuk penanggulangan
blockgrant (nonkehutanan) yang dapat Covid-19
digunakan untuk kegiatan pencegahan
dan/atau penanganan Covid-19
• Prioritas penggunaan DID untuk kegiatan
pencegahan dan/atau penanganan
Covid-19 dan relaksasi penyalurannya
menjadi sekaligus bidang kesehatan
Arah Kebijakan
1. Mendukung upaya pemulihan ekonomi
sejalan dengan prioritas nasional, melalui:
a. Pembangunan aksesibilitas dan konektivitas
kawasan sentra pertumbuhan ekonomi.
b. Dukungan insentif kepada daerah untuk
menarik investasi, perbaikan sistem pelayanan
investasi, dan dukungan terhadap UMKM.
2. Mensinergikan TKDD dan Belanja K/L
dalam pembangunan human capital
(pendidikan dan kesehatan)
3. Mendorong belanja infrastruktur daerah
melalui creative financing seperti
pinjaman daerah, KPBU daerah, serta
kerjasama antardaerah untuk mendukung
pencapaian target RPJMN
4. Redesain pengelolaan TKDD, terutama
DTU dan DTK dengan penganggaran
berbasis kinerja dan peningkatan
akuntabilitas.
5. Meningkatkan kinerja anggaran TKDD
dan melakukan reformasi APBD melalui
implementasi standar harga satuan
regional (SHSR) dan Penyusunan BAS
http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-
content/uploads/2021/02/Kebijakan-Dana-Desa-
2021.pdf
Dukungan Program Prioritas
1. Perlindungan sosial sebesar 72 triliun
rupiah berupa dukungan masyarakat
berpendapatan menengah ke bawah
dari resiko sosial dan ekonomi
2. Ketahanan pangan dan
kesejahteraan petani/nelayan sebesar
10,05 triliun rupiah berupa
peningkatan dan pemberdayaan
usaha pertanian/perikanan, yang
didukung penyediaan akses jalan dan
konservasi sumber air
3. Pengembangan pariwisata sebesar
5,2 triliun rupiah berupa dukungan
penyediaan sarana, amenitas, akses
jalan pariwisata dan pengembangan
Desa Wisata, yang diikuti pemberian
insentif perpajakan, peningkatan
kualitas tata kelola destinasi wisata
dan kapasitas masyarakat pelaku
usaha pariwisata

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-
content/uploads/2021/02/Kebijakan-Dana-Desa-
2021.pdf
Dukungan Program Prioritas
4. Reformasi pendidikan dan kesehatan
sebesar 337, triliun rupiah berupa
• Dukungan perbaikan dan peningkatan
sarana prasarana pendidikan berdasarkan
target ketuntasan intervensi dalam
mendukung program merdeka belajar;
• Dukungan peningkatan kesiapan system
kesehatan termasuk ketersediaan sarana,
prasaran dan alkes Fasyankes di daerah dan
desa
5. Peningkatan infrastruktur dan
konektivitas sebesar 9,28 triliun
rupiah berupa dukungan untuk
peningkatan akses dan konektivitas
darat maupun air dalam rangka
pemulihan ekonomi
6. Pembangunan ICT sebesar 9,02
triliun rupiah berupa dukungan
digitalisasi pendidikan dan
kesehatan, serta pengembangan desa
digital

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-
content/uploads/2021/02/Kebijakan-Dana-Desa-
2021.pdf
Informasi Umum APBN
2021 Kemenkeu RI
Informasi Umum APBN
2021 Kemenkeu RI
Informasi Umum APBN
2021 Kemenkeu RI
Informasi Umum APBN
2021 Kemenkeu RI
Laporan Perkembangan Ekonomi
dan Fiskal Daerah DJPK 2021
• Kode BA BUN 999.05
• Unit akuntansi dan pelaporan keuangan:
• Unit teknis eselon II di lingkungan DJPK sebagai UAKPA
BUN atas penyaluran transfer selain DAK Fisik dan
Dana Desa
• KPPN bertindak sebagai UAKPA BUN atas penyaluran
transfer DAK Fisik dan Dana Desa yang penyalurannya
dilaksanakan di bawah instansi vertikal DJPb
• Direktorat Pelaksanaan Anggaran bertindak sebagai
UAKKPA BUN atas penyaluran transfer DAK Fisik dan
Dana Desa yang penyalurannya dilaksanakan di bawah
instansi vertikal DJPb
• Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan bertindak
sebagai UAPBUN
• Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DJPb
bertindak sebgai UABUN

PMK No. 83/PMK.05/2018


PBB
Pajak
PPh 21 dan
PPh
Dana Alokasi WPOPDN
Umum
Dana
Transfer
Umum Migas
Dana Bagi
Transfer ke Hasil
Daerah Dana
Perimbangan
TKDD Perikanan
DAK Fisik
Dana Insentif Dana
Daerah Transfer
Khusus Sumber Daya Kehutanan
Dana Desa Alam
DAK Nonfisik
Dana Otsus
dan Dais DIY
Minerba

Panas Bumi

PMK No. 50/PMK.07/2017 PMK No. 139/PMK.07/2019


• TKDD adalah bagian dari belanja negara
yang dialokasikan dalam APBN kepada
daerah dan desa dalam rangka mendanai
pelaksanaan urusan yang telah diserahkan
kepada daerah dan desa
• Transfer ke daerah adalah bagian dari
belanja negara dalam rangka mendanai
pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa
Dana Perimbangan, Dana Insentif Daerah,
Dana Otonomi Khusus, dan Dana
Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta
• Dana Desa adalah dana yang dialokasikan
dalam APBN yang diperuntukkan bagi desa
yang ditransfer melalui APBD kabupaten/
kota dan digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan,
dan pemberdayaan masyarakat
PMK No. 83/PMK.05/2018
• Basis kas menuju akrual
• Komponen LK: LRA, Neraca, CaLK
• LK disusun semesteran dan tahunan • Basis akrual
PMK No. 120/PMK.05/2009 • Terdapat mekanisme reklasifikasi atas
piutang/kewajiban diestimasi menjadi
piutang/utang yang definitif
• Basis akrual • LK bulanan: LRA & Neraca
• Terdapat pengakuan akrual yang terdiri • LK semesteran & tahunan: LRA, LO, LPE,
atas piutang dan utang TKDD Neraca dan CaLK
• Komponen LK: LRA, LO, LPE, Neraca, dan PMK No. 216/PMK.05/2016
CaLK
• LK disusun semesteran dan tahunan
PMK No. 263/PMK.05/2014
• Basis akrual
• Terdapat UAKKPA yang dilaksanakan oleh Dit.
Pelaksana Anggaran
• Proses Akuntansi TKDD mencakup beban dan
realisasi TKDD, piutang dan utang TKDD serta
transaksi transitoris
• LK bulanan: LRA, Neraca, dan CaLK
• LK semesteran dan tahunan: LRA, LO, LPE,
Neraca, dan CaLK
PMK No. 83/PMK.05/2018
Dokumen Sumber
Surat Keputusan Penetapan Rincian
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(SKPRTD)

Pengakuan dan Pengukuran Beban


• Resume tagihan telah diverifikasi dan
divalidasi oleh KPA BUN sehubungan
dengan pelaksanaan realisasi
anggaran TKDD sebesar nilai
nominal pada SPP/SPM
• Timbulnya kewajiban pemerintah atas
kurang salur dan/atau kurang bayar
TKDD yang menjadi hak daerah
dalam satu periode tahun anggaran
sebesar nilai nominal sesuai dengan
dokumen penetapan kurang salur
dan/atau kurang bayar TKDD atau
yang dipersamakan sebagaimana
diatur dalam ketentuan dan
peraturan mengenai pengelolaan
TKDD

PMK No. 83/PMK.05/2018


Pengakuan dan Pengukuran Belanja
• Diakui pada saat diterbitkannya SP2D
oleh KPPN mitra kerja KPA BA BUN
TKDD
• Diukur sebesar nilai nominal sesuai
dengan SPM/SP2D

Penyajian dan Pengungkapan


• Nilai beban TKDD berdasarkan resume
tagihan sesuai dengan SPP/ SPM
dan/atau dokumen penetapan kurang
salur dan/atau bayar TKDD disajikan di
LO sebagai Beban Transfer pada pos
Beban Operasional
• Nilai belanja TKDD sesuai dengan
SPM/SP2D disajikan di LRA pada pos
Transfer ke Daerah dan Dana Desa
yang diklasifikasikan berdasarkan jenis
transfer
• Hal yang perlu diungkap berupa jenis
transfer, daerah penerima dana
transfer, dan SP2D yang belum
diterbitkan karena cut-off semesteran

PMK No. 83/PMK.05/2018


Pengakuan dan Pengukuran
• Diakui sebagai piutang pada saat
dana TKDD yang disalurkan oleh
pemerintah pusat melebihi jumlah
yang menjadi hak pemda pada TAB
dan telah ditetapkan sebagai piutang
TKDD berdasarkan dokumen
penetapan lebih salur dan/ atau
bayar atau yang dipersamakan
sebagaimana ketentuan dan
peraturan mengenai pengelolaan
TKDD
• Diukur sebesar nilai nominal

Penyajian dan Pengungkapan


• Disajikan di Neraca sebagai piutang
PNBP dan tidak dilakukan penyisihan
• Diungkapkan di CaLK berupa
lampiran daftar piutang

PMK No. 83/PMK.05/2018


Pengakuan dan Pengukuran
• Diakui sebagai utang pada saat dana
TKDD yang disalurkan oleh
pemerintah pusat kurang jumlah
yang menjadi hak pemda pada TAB
dan telah ditetapkan sebagai piutang
TKDD berdasarkan dokumen
penetapan lebih salur dan/ atau
bayar atau yang dipersamakan
sebagaimana ketentuan dan
peraturan mengenai pengelolaan
TKDD
• Diukur sebesar nilai nominal

Penyajian dan Pengungkapan


• Disajikan di Neraca sebagai utang
TKDD di kewajiban jangka pendek
• Diungkapkan di CaLK berupa
lampiran daftar utang

PMK No. 83/PMK.05/2018


Desa itu selalu berada dalam pikiran dan hati
saya. Bukan karena saya berasal dari desa,
bukan itu saja. Tapi menurut saya, membangun
desa artinya membangun Indonesia.

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi


Dimar
• PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pusat dan perubahannya di PMK Nomor
215/PMK.05/2016
• PMK Nomor 262/PMK.05/2014 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat dan
perubahannya di PMK Nomor 218/PMK.05/2016
• PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal
Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah
Pusat
• Entitas Akuntansi SiAP
• Jenis Transaksi SiAP
• Konsolidasi LKPP
Unit Akuntansi
• KPPN selaku UAKBUN-Daerah
kecuali KPPN Khusus Investasi
• Kantor Wilayah DJPb selaku
UAKKBUN-Kanwil
• Direktorat Pengelolaan Kas
Negara selaku UAKBUN-Pusat;
dan
• DJPb c.q. Dit. PKN selaku
UAPBUN Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pusat(AP)

Laporan Keuangan
• Neraca
• Laporan arus kas
• Laporan perubahan ekuitas
• Catatan atas laporan keuangan
UAPBUN-AP
DJPb c.q. Dit. PKN

UAKKBUN- UAKBUN-
UAKBUN-Pusat
Kanwil Khusus
Kanwil DJPb KPPN Khusus Penerimaan Direktorat PKN
KPPN Khusus Pinjaman

KPPN Khusus Hibah


UAKBUN-
Daerah
KPPN
• Penerimaan dan pengeluaran kas yang melalui
rekening KBUN Daerah
• Penerimaan dan pengeluaran yang tidak melalui
RKBUN Daerah tetapi menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku harus
mendapatkan pengesahan dari KPPN yang meliputi
• pendapatan dan belanja pada BLU
• pendapatan dan belanja yang bersumber dari hibah
langsung dalam bentuk uang yang diterima K/L
• pendapatan/penerimaan pembiayaan dan belanja yang
bersumber dari hibah atau pinjaman dalam/luar negeri yang
oleh pihak pemberi pinjaman dan hibah dalam/luar negeri
tidak disalurkan melalui rekening milik BUN tetapi langsung
digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas
• penerimaan dan pengeluaran lainnya yang menurut
ketentuan harus mendapat pengesahan dari KPPN
• Penerimaan dan pengeluaran yang terdapat pada
SPM dengan potongan
• Penerimaan dan pengeluaran yang melalui rekening
KBUN Pusat atau KBUN Daerah lainnya tetapi
mempengaruhi Neraca KUN UAKBUN-Daerah
Administrator – Direktorat APK DJPb
Mengelola prosedur open-close period di level subledger dan GL

Pengelola MPN dan PHLN – KPPN khusus


Data penerimaan pada rek persepsi KPPN Khusus Penerimaan
dan data PHLN yang diproses oleh KPPN Khusus Pinjaman dan
Hibah dibagikan ke seluruh KPPN mitra satker

Pengelola RPKBUNP dan Retur – Direktorat PKN DJPb


Data belanja yang dibayarkan melalui Rekening Pengeluaran
Kuasa BUN Pusat (RPKBUNP) dan returnya dibagikan ke
seluruh KPPN mitra satker
Operating unit – KPPN daerah
KPPN daerah mendapat akses data belanja yang diproses
walaupun dibayar di Dit. PKN serta mendapat akses data
penerimaan walaupun melalui rek. persepsi KPPN Khusus
Penerimaan

Konsolidator – Kanwil DJPb dan Direktorat PKN


Kanwil DJPb dan Direktorat PKN selaku konsolidator secara real
time dapat melakukan konsolidasi data kuasa BUN
• Surat Perintah Membayar (SPM) / Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D)
• Surat Perintah Pengesahan Hibah Langsung (SP2HL)/Surat
Pengesahan Hibah Langsung (SPHL)
• Surat Perintah Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung (SP4HL)/
Surat Pengesahan Pengembalian Hibah Langsung (SP3HL)
• Notice of Disbursment (NoD)
• Surat Perintah Pengesahan Pembukuan (SP3)
• Surat Perintah Pembukuan Penarikan PHLN (SP4HLN)
• Warkat Pembebanan Rekening (WPR)
• Surat Perintah Pengesahan Pendapatan dan Belanja BLU (SP3B
BLU) / Surat Pengesahan Pendapatan dan Belanja LU (SP2B BLU)
• Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP)
• Surat Setoran pengembalian Belanja (SSPB)
• Surat Setoran Bea dan Cukai (SSBC)
• Bilyet Giro
• Nota Debet, Surat Perintah Transfer (SPT) , Nota Kredit, dan
Rekening Koran
• Memo Penyesuaian
• Dokumen sumber lainnya yang sah
Pendapatan dan pengembalian
belanja
• Kas diterima di rekening Kuasa
BUN Pusat/Daerah sebesar nilai
bruto yang tercantum di dalam
dokumen sumber penerimaan;
• Pengesahan, sebesar nilai bruto
yang tercantum di dalam dokumen
sumber pengesahan; atau
• Terbit SP2D untuk penerimaan
pendapatan melalui potongan
SPM, sebesar nilai bruto yang
tercantum di dalam SPM.
Belanja, transfer ke daerah dan
dana desa, dan pengembalian
pendapatan
• Kas keluar dari rekening Kuasa
BUN Pusat/Daerah, sebesar nilai
bruto yang tercantum di dalam
dokumen sumber pengeluaran;
• Pengesahan oleh Kuasa BUN
Daerah, sebesar nilai bruto yang
tercantum di dalam dokumen
sumber pengesahan; atau
• Terbit SP2D untuk pengeluaran
melalui SPM dengan jumlah
pembayaran nihil, sebesar nilai
bruto yang tercantum di dalam
SPM.
• Aset, kewajiban, dan ekuitas yang
timbul akibat transaksi penerimaan
dan pengeluaran tersebut dicatat
dan disajikan di dalam Neraca.
• Neraca terutama menggambarkan
posisi kas pada tanggal pelaporan
seperti Kas di BI, Kas di KPPN, Kas
Dalam Transito, Kas di Bendahara
Pengeluaran, Kas pada BLU, dan
lain-lain.
• Kewajiban yang disajikan di Neraca
pada umumnya terkait dengan
penerimaan kas di rekening Kuasa
BUN tetapi melekat kewajiban
kepada pihak ketiga seperti
penerimaan dana retur SP2D
• Laporan keuangan untuk tujuan
umum dari unit pemerintahan
yang ditetapkan sebagai entitas
pelaporan disajikan secara
terkonsolidasi menurut
Pernyataan Standar ini agar
mencerminkan satu kesatuan
entitas. (PAR 2)
• Laporan keuangan konsolidasian
pada pemerintah pusat sebagai
entitas pelaporan mencakup
laporan keuangan semua entitas
pelaporan, termasuk laporan
keuangan badan layanan umum.
(PAR 3)
• Laporan keuangan konsolidasian
pada K/L/D sebagai entitas
pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas
akuntansi, termasuk laporan
keuangan badan layanan umum.
(par 4)
• Laporan keuangan konsolidasian
pada pemerintah pusat sebagai
entitas pelaporan mencakup
laporan keuangan semua entitas
pelaporan, termasuk laporan
keuangan badan layanan umum.
• Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/daerah
• Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi
• Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan (joint
venture)
• Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah
• Laporan keuangan konsolidasian
terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan SAL,
Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan. (par 7)
• Laporan keuangan konsolidasian
disajikan untuk periode pelaporan
yang sama dengan periode pelaporan
keuangan entitas pelaporan dan berisi
jumlah komparatif dengan periode
sebelumnya (par 9)
• Proses konsolidasi diikuti dengan
eliminasi akun-akun timbal balik
(reciprocal accounts). Namun
demikian, apabila eliminasi dimaksud
belum dimungkinkan, maka hal
tersebut diungkapkan dalam CaLK.
(par 12)
Sri Mulyani Indrawati, S.E., M.Sc., Ph.D.

Created by Dimar; Designed by @fkhrrozi

Anda mungkin juga menyukai